ILMU GEOLOGI
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 7
Nama Anggota : 1. Zulkamal Rizki (1604108010021)
2. Abshar Syahputra (1604108010035)
3. Syadie Al Fawaz (1604108010042)
4. Julian Zulfikar (1604108010045)
Kelas : 12
Dosen Pembimbing : Fahri Adrian, M.Sc
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
KOTA BANDA ACEH
2018
KATA PENGANTAR
Wassalam
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam ilmu geologi.
2. Menjelaskan teori-teori dalam ilmu geologi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 James Hall, J.D. Dana (Geosyncline)
6
a. Hukum Superposisi
Pada lapisan yang belum terganggu, batuan yang tertua (yang terendapkan paling awal)
akan berada paling bawah, begitupun sebaliknya batuan yang termuda (yang terendapkan paling
akhir) akan berada pada lapisan paling atas (The Lower is The Older, The Upper is The
Younger).
Gambar 2.7 Sedimen Yang Diendapkan Di Wilayah Yang Luas Dalam Lembaran Continue
7
c. Hukum Kemenerusan Lateral
Hukum ini menyatakan bahwa pengendapan batuan sedimen menyebar secara mendatar,
sampai menipis atau menghilang pada batas dimana ia diendapkan. Selain itu, kita juga dapat
mengidentifikasi apakah lapisan batuan tertentu terbentuk pada masa yang sama, yaitu dengan
cara korelasi fosil yang ditemukan pada batuan tersebut.
Georges Leopold Cuvier lahir tanggal 23 Agustus 1769 di kota kecil Montbeliard yang
berbahasa Prancis di daerah Wurttemberg, tidak jauh dari Prancis. Dia adalah putra kedua dari
tiga bersaudara. Ayahnya perwira di ketentaraan dan keluarganya adalah penganut agama
Kristen Lutheran yang sangat taat. Abangnya meninggal tak lama sesudah dia lahir.
Sepanjang abad ke 18 doktrin katastropisme sangat populer. Baron Georges Cuvier dan
para penganutnya percaya bahwa bentuk permukaan bumi dan segala kehidupannya terbentuk
dan musnah dalam sesaat akibat suatu bencana (catstroph) besar. Flora dan fauna dari tiap zaman
8
itu berjalan tidak berubah dan sewaktu terjadi revolusi maka hewan-hewan ini musnah dan
kemudian timbul kembali species flora dan fauna yang baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Sejarah bumi juga membuktikan adanya pembentukan sederatan pegunungan raksasa
secara berulang kali serta masa-masa susut dan genang laut (regresi dan trasgresi) dari dan ke
bagian-bagian benua. Semua peristiwa-peristiwa itu terjadi secara mendadak dengan sangat
dahsyat dan berlangsung di seluruh muka bumi.
Untuk menjelaskan ketidakberaturan pada permukaan bumi, seperti lembah dan
pegunungan tinggi, mereka mengembangkan satu teori yang disebut catastrophism, yang
mencoba membuat fakta-fakta yang teramati cocok dengan kisah-kisah bencana dalam kitab
suci, seperti kisah tentang Air Bah. Tiap musibah menyapu bersih seluruh spesies, yang
merupakan penjelasan yang nyaman untuk adanya fosil yang telah mereka temukan terkubur
jauh di dalam bebatuan di tambang-tambang batubara.
Menurut teori Katastropisme bahwa selama 40.000 tahun terakhir di bumi terjadi empat
kali peristiwa malapetaka yang masing-masing menyebabkan kepunahan fauna yang ada dan
kemudian tercipta fauna yang baru. Oleh karena umur manusia pendek, maka kejadian-kejadian
itu hampir tidak dapat disaksikan oleh manusia. Konon, peristiwa malapetaka yang terakhir
terjadi pada zaman Nabi Nuh.
Bukan satu kebetulan bahwa teori katastropisme mendapat pijakan paling kuat di
Perancis, di mana Revolusi Besar memiliki pengaruh yang paling kuat atas psikologi semua
kelas, yang gemanya masih terus dibunyikan di semua generasi susul-menyusul. Bagi mereka
yang berniat melupakannya, revolusi 1830, 1848 dan 1870 merupakan peringatan yang sangat
jelas atas pengamatan Marx yang tajam bahwa Perancis adalah negeri di mana perjuangan kelas
selalu dilakukan sampai tahapan terakhirnya. Bagi Georges Cuvier, ahli naturalis dan geologi
Perancis abad ke-19 yang terkenal itu, perkembangan ini ditandai dengan “sederetan masa-masa
pendek yang mengandung perubahan yang intensif, dan tiap masa menandai satu titik balik
dalam sejarah. Di antara masa-masa itu, terdapat masa-masa stabilitas yang panjang dan
membosankan. Seperti Revolusi Perancis, setelah masa penuh gejolak, segala sesuatunya
berubah. Seperti itu pula, waktu geografis dibagi-bagi menjadi bab-bab yang terpisah, masing-
masing dengan tema dasarnya sendiri.”
9
2.6 Abraham Gottlob Werner (Neptunisme)
10
2.7 James Hutton, Charles Lyell
11
rangkaian peristiwa yang terjadi sekarang. Oleh karena itu, sekarang diktumnya menjadi
bertambah, the present is the key to the future.
Teori ini kemudian diberi nama oleh Charles Lyell yang disebut dengan teori
uniformitarianisme. Uniformitarianisme ini merupakan konsep dasar geologi modern. Doktrin ini
menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan bilogi yang berlangsung juga pada masa
lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang
kita amati sekarang ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi.
Semenjak itulah orang menyadari bahwa bumi selalu berubah. Dengan demikian, jelaslah
bahwa geologi sangat erat hubungannya dengan waktu.
12
antara fauna telah mereka cocokkan bersama untuk membentuk bagian komposit merinci sejarah
bumi, terutama dari awal Periode Kambrium, yang dimulai sekitar 540 juta tahun yang lalu.
Suksesi Faunal terjadi karena evolusi umumnya berlangsung dari yang sederhana sampai yang
kompleks dengan cara nonrepetitive dan teratur. Karena anggota fauna dapat dibedakan dari satu
sama lain melalui waktu dan karena distribusi geografis yang luas dari organisme di Bumi, strata
dari daerah geografis yang berbeda dapat dikorelasikan dengan satu sama lain. Suksesi fauna
adalah alat fundamental dari stratigrafi dan terdiri dasar untuk skala waktu geologi. Iklim dan
kondisi sepanjang sejarah bumi dapat dipelajari dengan menggunakan kelompok tanaman dan
hewan yang berturut-turut yang mencerminkan lingkungan mereka.
13
Gambar 2.14 Bumi Pada Awalnya
2.9.2 Kecocokan / kesamaan Garis Pantai
Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur dengan
garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila dicocokan atau
dihimpitkan satu dengan lainnya maka akan berhimpit. Wegener menduga bahwa kedua benua
tersebut pada awalnya adalah satu. Berdasarkan adanya kecocokan bentuk garis pantai inilah
kemudian Wegener mencoba untuk mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka bumi.
14
2.9.3 Persebaran Fosil
Ditemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan
terpisah di beberapa benua :
1) Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu
ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
2) Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang
hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan
benua Afrika.
3) Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang
lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
4) Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai
di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
15
Gambar 2.17 Persebaran Jenis Batuan
Dengan cara mempersatukan/mencocokan kenampakan bentuk-bentuk geologi yang
dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data-data tersebut belum cukup
untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua (continental drift). Dengan kata lain, jika suatu
benua telah mengalami pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa
struktur geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan
geologinya cocok antara benua-benua yang dipisahkan oleh lautan, namun belum cukup untuk
membuktikan bahwa daratan/benua tersebut telah mengalami pengapungan.
2.9.5 Bukti Paleoclimatic (Iklim Purba)
Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, di mana pada 250 juta
tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada zaman itu terjadi iklim
dingin, di mana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal, seperti
benua Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India. Wilayah yang terkena glasiasi di
daratan Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator. Akan tetapi argumentasi ini
kemudian ditolak oleh para ahli kebumian, karena selama perioda glasiasi di belahan bumi
bagian selatan, di belahan bumi bagian utara beriklim tropis yang ditandai dengan
berkembangnya hutan rawa tropis yang sangat luas dan merupakan material asal dari endapan
batu bara yang dijumpai di Amerika bagian timur, Eropa dan Asia.
16
Gambar 2.18 Iklim Pada Zaman Dahulu
Pada saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami glasiasi
berasal dari satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea yang terletak jauh di
bagian selatan dari posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener dalam mendukung hipotesa
Pengapungan Benua baru diperoleh setelah 50 tahun sebelum masyarakat ahli kebumian
mempercayai kebenaran tentang hipotesa Pengapungan Benua.
2.9.6 Paleomagnatisme dan Pengapungan Benua
17
basaltis mendingin (menghablur) dibawah temperatur Curie (±5800oC), maka butiran-butiran
yang kaya akan unsur besi akan mengalami magnetisasi dengan arah medan magnet yang ada
pada saat itu. Sekali batuan tersebut membeku maka arah kemagnetan (magnetisasi) yang
dimilikinya akan tertinggal di dalam batuan tersebut. Arah kemagnetan ini akan bertindak
sebagai suatu kompas ke arah kutub magnet yang ada. Jika batuan tersebut berpindah dari tempat
asalnya, maka kemagnetan batuan tersebut akan tetap pada arah aslinya. Batuan batuan yang
terbentuk jutaan tahun yang lalu akan merekam arah kutub magnet pada saat dan tempat di mana
batuan tersebut terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme.
Penelitian mengenai arah kemagnetan purba pada aliran lava yang diambil di Eropa dan
Asia pada tahun 1950-an menunjukkan bahwa arah kemagnetan untuk batuan batuan yang
berumur muda cocok dengan arah medan magnet bumi saat ini, akan tetapi arah kemagnetan
(magnetic alignment) pada aliran lava yang lebih tua ternyata menunjukkan arah kemagnetan
yang sangat bervariasi dengan perbedaan yang cukup besar. Berdasarkan hasil ploting dari posisi
yang terlihat sebagai kutub magnet utara untuk benua Eurasia mengindikasikan bahwa selama
500 juta tahun yang lalu, lokasi-lokasi dari kutub utara magnet bumi secara berangsur berpindah-
pindah. Hal ini merupakan bukti kuat bahwa kutub magnet bumi telah mengalami berpindahan /
bermigrasi. Perpindahan arah kutub magnet ini dikenal sebagai “Pole Magnetic Wandering”
yaitu arah kutub magnet yang berkelana / berpindah pindah.
Sebaliknya apabila arah kutub magnet dianggap tetap pada posisi seperti saat ini maka
penjelasannya adalah bahwa benua yang mengalami perpindahan atau pengapungan.
Semua bukti-bukti ilmiah tersebut mengindikasikan bahwa posisi rata-rata dari kutub kutub
magnet erat kaitannya dengan posisi kutub geografis bumi. Dengan demikian, jika posisi kutub-
kutub magnet relatif tetap pada posisinya, maka kutub-kutub yang terlihat berpindah pindah
dapat dijelaskan dengan hipotesa Pengapungan Benua. Beberapa tahun kemudian, suatu kurva
dari kenampakan kutub-kutub magnet yang berpindah pindah juga dilakukan untuk benua
Amerika Utara. Apabila diperbandingkan hasil dari kedua jalur perpindahan kutub magnet bumi,
baik yang ada di Amerika Utara dan Eurasia memperlihatkan kesamaan dan kemiripan dari jalur
perpindahan kutub kutub magnet bumi tersebut yang terpisah dengan sudut 30 derajat.
18
membeku dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi
yang sudah tua.
Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudra/Punggung
Tengah Samudera (mid oceanic ridge) seperti mid atlantic ridge dan pacific atlantic ridge. Bukti
lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakian jauh dari
punggung samudra, umur batuan semakin tua, itu artinya terdapat gerakan yang berasal dari mid
oceanic ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan kulit
bawah bumi.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planet Bumi, alam semesta beserta isinya yang pernah ada. Baik sejarahnya
maupun penemuan-penemuannya yang terbaru. Para ilmuwan geologi mempelajari bumi ini dari
dulu hingga sekarang. Sehingga, banyak teori-teori lama maupun teori yang baru diperoleh.
Seorang ahli geologi mempunyai tugas disamping melakukan penelitian-penelitian untuk
mengungkapkan misteri yang masih menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan
bahan-bahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan yang terjadi seperti gempa
bumi dan meletusnya gunung api, juga mencari dan mencoba menemukan bahan-bahan yang kita
butuhkan yang diambil dari dalam bumi seperti bahan tambang, minyak, dan gas bumi.
Diantara beberapa ahli geologi diantaranya adalah James Hall, Leonardo da Vinci, James
Ussher, Nicholas Steno, George Cuvier, Abraham Gottlob Werner, James Hutton, Charles Lyell,
William Smith, Alfred Wegener, dan Harry Hess. Masing-masing dari mereka memiliki teori
yang sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu geologi dari dulu hingga sekarang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Blackburn, Bonnie, and Leofranc Holford-Strevens, The Oxford Companion to the Year: An
Exploration of Calendar Customs and Time-reckoning, Oxford University Press, 1999.
http://sandigumbala.blogspot.co.id/2010/09/georges-cuvier-1769-1832-ahli-biologi.html.
Diakses Pada Tanggal 23 Februari 2018
https://www.theguardian.com/artanddesign/jonathanjonesblog/2011/nov/23/leonardo-da-vinci-
earth-geology. Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2018
http://www.bethinking.org/is-there-a-creator/conflict-myths-bishop-ussher-and-the-date-of-
creation. Diakses pada tanggal 24 Februari 2018
21