Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala dan hidayah-Nya yang telah
diberikan kekuatan sehingga laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul
“Perhitungan Nilai Percepatan Getaran Tanah Maksimum (PGA) Berdasarkan Amplitudo
Rekaman Accelerograph (Studi Kasus: Gempa Bumi Cilacap 9 Juni 2019) “dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari dukungan
dan batuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Sirodin selaku Kepala Seksi Observasi Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Yogyakarta yang telah mengesahankan laporan PKL ini.
2. Bapak Drs. Yusman Wiyatmo, M.Si selaku Kajurdik Fisika yang telah
mengesahkan laporan PKL ini.
3. Ari Sungkowo, S.Si, M.T. selaku pembimbing PKL yang telah membantu,
mengarahkan, serta memberi masukan dan dukungan kepada penulis selama
menjalani PKL, serta saat penulisan laporan PKL ini.
4. Bapak Denny Darmawan M. Sc. selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan saran, motivasi serta dukungan kepada penulis selama penulis
melakukan PKL hingga penulisan laporan ini.
5. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang telah mengizinkan
penulisan melakukan PKL disana dan membantu penulisan selama melakukan
penelitian hingga pengolahan data di BMKG.
6. Ibu, Bapak dan Mas serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan
banyak dukungan, do’a serta demi merekalah penulis melakukan penelitian ini.
7. Serta semua pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan laporan PKL ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
8. Teman sepeminatan geofisika angkatan 2015 yang telah membantu doa dan
dukungan selama pengambilan data sehingga penulisan laporan PKL ini.

1
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan
kerja praktek ( PKL) ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan penelitian ini. Akhir kata penulisan mengharapkan semoga
laporan penelitian ini dapat berguna serta memberikan manfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Yogyakarta, 17 Juni 2019

Penulis,

Rada Sepriyusmi
NIM, F1D315006

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KMM..............................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................................
2.1 Tinjuan Umum Instansi....................................................................................
2.2 Tinjuan pustaka ..............................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................
3.1 Tempat dan Waktu Pelakasanan........................................................................
3.2 Prosedur Penelitian............................................................................................
3.3 Diagram Penelitian.............................................................................................
3.4 Peralatan Penelitian...........................................................................................
3.5 Pengolahan Data................................................................................................
3.6 perhitungan peak ground acceleration ( PGA )....................................................
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................
4.1 Penelitian Dan Metode........................................................................................
4.2 Analisis Hasil.....................................................................................................
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

3
DAFTAR GAMBAR

1 Struktur UPT Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta...................................................


2. Gelombang-P............................................................................................................
3. Gelombang-S............................................................................................................
4. Gelombang Reyleigh.................................................................................................
5. Gelombang Love.......................................................................................................
6. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang...................................................................
7. Prinsip Huygen.........................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada zona sangat rawan
terhadap bencana, baik dari aktivitas vulkanik maupun tektonik. Indonesia menduduki
peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi,
serta menduduki peringkat ketiga untuk ancaman gempabumi dan peringkat keenam
untuk bencana banjir. Terletak di kawasan cincin api (Ring of Fire), Indonesia berada di
antara lintasan dua jalur pegunungan, yaitu pegunungan Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediterania yang memiliki banyak gunung berapi dengan berbagai aktivitas yang dapat
menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Selain itu, posisi Indonesia juga berada pada
pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan
yang relatif bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun, lempeng
Eurasia di bagian utara yang relatif bergerak ke selatan dengan kecepatan mencapai 13
cm per tahun, dan lempeng Pasifik di bagian timur yang relatif bergerak ke barat dengan
kecepatan 10 cm per tahun, menempatkan Indonesia sebagai negara yang sangat rawan
terhadap bencana akibat dari aktivitas tektonik
Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di Indonesia,
terutama akibat interaksi lempeng tektonik. Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terletak pada pertemuan 4 (empat) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia;
lempeng Australia; lempeng Pasifik; dan lempeng Filipina. Lempeng Australia dan
lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera yang bersifat lentur, sedangkan
lempeng Eurasia berjenis lempeng benua yang bersifat rigid dan kaku. Pertemuan
lempeng tektonik tersebut menyebabkan terjadinya penunjaman serta patahan aktif di
dasar lautan dan di daratan. Aktifitas zona tumbukan dan patahan-patahan tersebut
berpotensi memicu terjadinya gempa bumi. (Krishna S. Pribadi, dkk, pendidikan siaga
bencana ITB. 2008).
Pulau Sumatera merupakan suatu pulau yang memiliki tingkat kegempaan tinggi
karena aktivitas zona penujaman (subduction) lempeng Indo-Australia menyusup ke
bawah lempeng Eurasia sehingga aktivitas zona penujaman membentuk jalur-jalur
gempa bumi. Jalur-jalur gempa bumi menimbulkan terjadi patahan besar kerak bumi
yang membelah sepanjang pulau Sumatera yang kemudian dikenal sebagai patahan
besar Sumatera (Great Fault Sumatera). Kedalaman sumber gempa di Sumatera bisa
mencapai 300 km di bawah permukaan bumi dan di Jawa bisa mencapai 700 km, sesuai
dengan kedalaman lempeng Indo-Australia menyusup dibawah lempeng Eurasia. Di

5
daratan Sumatera mempunyai sumber-sumber gempa dangkal yang disebabkan aktivitas
patahan Sumatera. Hal inilah yang menyebabakan Tapanuli Tengah termasuk daerah
rawan terhadap gempa bumi (Rohadi, dkk. 2010).
Gempa bumi menimbulkan kerusakan seperti struktur fisik yang berupa bangunan
pada perumahan rakyat, gedung tingkat, jembatan dan infrastruktur lainnya.yang
diakibatkan oleh gentaran yang ditimbulkan. Secara besar tingkat kerusakan yang
muking bergantung dari kekuatan dan kualitas dari bangunan, dengan kondisi geologi
dan geoteknik, percepataan getaran tanah dilokasi bangunan akibat dari getaran bumi
(Sugianto 2017).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh nilai PGA maksimum dari setiap stasiun pengamatan untuk
gempa bumi di cilacap?
2. Bagaimana hubungan nilai PGA dengan jarak episenters dari setiap stasiun?
1.3 Tujuan
1. Untuk menghitung dan menentukan berapa nilai PGA diwilayah Jawa Tengah
berdasarkan Gempabumi di Cilacap 09 juni 2019
2. Untuk mengetahui serta dapat menganalisis nilai percepatan tanah maksimum
3. Mengetahui tingkat resiko gempabumi berdasarkan intensitas gempabumi yaitu
dengan skala MMI.
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan aplikasi nyata dari ilmu yang
telah dipelajari
b. Melatih dan menambah wawasan mengenai dunia kerja secara langsung
c. Mahasiswa dapat berfikir kreatif dan kritis dalam memecahkan masalah
2. Bagi intansi ( BMKG Yogyakarta )
a. Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan tentang gempa bumi beserta
pengolahanya
b. Hasil analisa dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
dalam menentukan kebijakan yang lebih baik yang akan dating
3. Bagi masyarakat
a. Memberikan pengetahuan dalam pengembangan wawasan dan peningkatan
taraf hidup sebagai upaya antisipasi gempa bumi.

6
BAB II
LANDASAN TEORI
1.2 Sejarah Singkat
Stasiun Geofisika kelas 1 Yogyakarta berdiri pada tahun 2004, sebagai kepala
stasiunnya adalah Kepala Staklim Semarang. Stasiun ini merupakan ujung tombak
Badang Meteorologi dan Geofisika di Provinsi D.I. Yogyajakarta dalam mengemban tugas
negara sesuai Surat Keputusan Presiden RI No 45 tentang organisasi dan tata kerja yang
meliputi: pengamatan, pengumulan, analisa, penyebaran serta pelayanan geofisika.
Pada tahun 2005, diresmikan sebagai Stasiun Geofisika kelas IV yang dikepalai oleh
bapak Tiar Prasetyo,S.Si dan dalam perkembangannya pada tahun 2006 Stasiun
Geofisika ini berubah menjadi kelas 1 yang dikepalai oleh Bapak Drs Jaya Murjaya,M.Si.
melalui keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika yang mana tugas dan fungsi
serta peran Stasiun Geofisika D.I Yogyakarta akan ditingkatkan menjadi pusat gempa
regional VII yang meliputi jawa tengah, jawa timur, Kalimantan tengah yang mencakup
unsur meteorology dan geofisika.
Kegiatan utama stasiun geofisika Yogyakarta yaitu melakukan pengamatan unsur-
unsur geofisika dan meteorology yang meliputi: gempa bumi, curah hujan, arah dan
kecepatan angina, tekanan udara, dan suhu. Melalui sarana dan prasarana serta sumber
daya manusia yang tersedia selanjutnya melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengamatan, pengumpulan, analisa dan penyabaran data, analisa dan riset di
bidang geofisika.
2. Penyusunan rencana program stasiun geofisika Yogyakarta.
3. Pelaksanaan riset dan kerja sama di bidang geofisika.
4. Pengendapan basis data geofisika di provinsi D.I. Yogyakarata.
1.2.1 Visi Bmkg Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta
Wujudnya BMKG sebagai organisasi yang mampu memberikan pelayanan
meteorology, klimatologi, kualistas udara, dan geofisika yang handal guna mendukung
keselamatan dan keberhasialan pembangunan nasional serta berperan aktif di tingkat
internasional.
1.2.2 Misi Bmkg Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorology, klimatologi, kualitas udara
dan geofisika.
2. Menyediakan data dan informasi meteorology, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang handal dan terpercaya.

7
3. Melaksanakan dan mematuhi kewajiban internasional dalam bidang meteorology,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
4. Mengkoordinasikan dan memfasilitas keegiatan di bidang meteorology,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

1.2.3 Kedudukan Dan Tugas Badan Meteorology, Klimatologi, Dan Geofisika

BMKG Yogyakarta memiliki kedudukan dan tugas yang secara langsung bertanggung
jawab kepada presiden dengan melaksanakan tugas berlandaskan pada kappres dan
keputusan KBMKG
a. Kedudukan
Badan Meteorologi, dan Geofisika yang selanjutnya didalam keputusan ini di sebut
BMKG lembaga pemerintah non departemen yang kedudukan dibawah dan bertanggung
jawab kepada priseden
b. Tugas
Tugas dari BMKG adalah melaksanakan tugas pemerintah dibidang meteorology,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

1.2.4 STRUKTUR UPT STASIUN GEOFISIKA KELAS 1 YOGYAKARTA

Kepala Stasiun Geofisika


Dr. I Nyoman Sukanta, S.Si M.T

Kasubbag Tata Usaha


Heru Gunawan S.T

Keseksi Obervasi Kelompok Fungsional Keseksi Datin

Sirodin Teguh Prasetyo, S.Si

Gambar 1.1 Struktur UPT Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta

1.2.5 KONDISI GEORAFIS STASIUN GEOFISIKA YOGYAKARTA

Stasiun geofisika yogyajakarta terletak pada koordinat 7.81 ls – 110.295 bt


dengan ketinggian 91.67 mdpl ( diatas mata permukaan air laut ) dan bealamat di : jalan
wates km .8 dusun jitengan, desa balecatur, kecamatan gamping kabupaten sleman, di

8
yogyakarta. Lokasi stasiun berada diperbukitan batu kapur. Dari pusat kota yogyakarta
berjarak ± 15 km. Lokasi stasiun berada ± 2 km dari jalan wates yang merupakan jalan
utama lintas selatan jawa menuju jakarta yang dilewati angkutan antara kota maupun
ke luar kota.

1.2.6 LOGO BMKG YOGJAKARTA

1.2.6.1 BENTUK LOGO

Logo badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika berbentuk lingkaran dengan


warna dasar biru, putih dan hijau, di tengah – tengah warna putih terdapat satu garis
berwarna abu – abu. Dibawah logo yang berbentuk lingkaran terdapat tulisan bmkg.

Gambar 2.1 logo bmkg

1.2.6.2 MAKNA LOGO

Makna dari logo bmkg menggambarkan bahwa bmkg berupaya semaksimal


mungkin dapat menyediakan dan memberikan informasi meteorologi, klimatologi, dan
geofisika dengan mengaplikasikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini
dari dapat berkembang secara dinamis sesuai kemajuan zaman. Dalam menjalankan
fungsinya, bmkg berupaya memberikan yang terbaik dan penuh keikhlasan berdasarkan
pancasila untuk bangsa dan tanah air indonesia yang subur yang terletak di garis
khatulistiwa.

1.2.6.3 ARTI LOGO


1. Bentuk lingkaran melambangkan mbkg sebagai instusi yang dinamis.
2). 5 (lima) garis di bagian atas melambangkan dasar Negara RI yaitu Pancasila.
3). 9 (sembilan) garis di bagian bawah merupakan angka tertinggi yang melambangkan
hasil maksimal yang diharapkan.
4). Gumpalan awan putih melambangkan Meteorologi.
5). Bidang warna biru bergaris melambangkan Klimatologi.

9
6). Bidang warna hijau bergaris patah melambangkan Geofisika.
7). 1 (satu) garis melintang di tengah melambangkan garis Kathulistiwa.
1.2.6.4 ARTI WARNA LOGO
1). Warna biru diartikan keagungan dan ketaqwaan.
2). Warna putih diartikan keikhlasan dan suci.
3). Warna hijau diartikan kesuburan.
4). Warna abu-abu diartikan bebas dan tidak ada batas administrasi.
1.2.6.4 PERLATAN
Secara umum peralatan-peralatan yang dimiliki oleh stasiun geofisika Yogyakarta
meliputi sebuah peralatan Geofisika untuk pengamatan data yaitu peralatan gempabumi,
percepatan tanah dan kelistrikan udara (petir) serta peralatan Meteorologi untuk
pengamatan data cuaca harian dan peralatan pendukung komunikasi dan informasi: a).
Seismograf Broadband JISNET ( Japan Indonesia Seismic Network) adalah untuk
mencatat getaran gempabumi yang di rekam dan di analisa secara digital sebagai bagian
kerja sama jaringan seismik antara Indonesia dan jepang. b). Accelerograf ETNA dan
TSA- 100S merupakan alat yang di gunakan untuk menentukan nilai percepatan
tanah.d). SeisCompP3 adalah sistem akuisisi dan analisa gempabumi yang terdiri dari
atas jaringan seismogaraph yang telah terpasang di seluruh indonesia maupun di luar
negeri. Yang tujuannya dapat menentukan nilai parameter gempabumi secara otomatis
dan kemudian dilakukan analisa manual oleh operator (tenaga BMKG) agar
mendapatkan parameter yang lebih akuarat. e). PC Drum merupakan alat pendeteksi
gempabumi yang stand alone yang ditempatkan di stasiun Geofisika Yogyakarta. f) .
Lightning Detector digunakan sebagai alat pendeteksi listrik udara atau sering disebut
dengan petir digunakan untuk mengetahui besarnya aktivitas yang terjadi dari aktivitas
listrik udara tersebut. g). Sensor Trilium adalah sebagai sensor pendeteksi gempabumi
yang tempatkan di menyebar seluruh indonesia. h). Teropong hilal adalah alat yang
digunakan untuk mengamati hilal (posisi bulan) sebagai tanda perubahan bulan pada
penaggalan hijriah.
Sedangkan alat peralatan meteorologi adalah meliputi: a). Termometer adalah alat
yang diguanakan untuk mengukur suhu udara, terdapat termometer bola kering bola
basah dan termometer maxsimum dan minimum. b). Windrun dan anemometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur besar kelajuan angin yang terjadi. c). ARG
Otomatis adalah alat yang diguanakan untuk pengamatan curah hujan. d). Camble
Stokes adalah alat yang digunakan mengukur lamanya penyinaran matahari (duration of
sunshine) dalam jangka waktu sehari yang dapat dilihat dari kertas pias matahari

10
tersebut. e). Penakaran hujan observasi adalah alat yang digunakan untuk menampung
curah hujan dan kemudian diukur di gelas ukur. f). Penakar hujan hellman adalah alat
yang digunakan untuk menampung curah hujan dan besar curah hujan yang terjadi,
dapat dilihat pada kertas pias yang bersekala di dalamnya. g). Evaporimeter (panci
penguapan) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar penguapan yang terjadi
diukur dengan mencatat skala yang ada pada hook evaporimeter. h). Barometer adalah
alat yang diguankan untuk mengukur besar suhu ruang dan tekanan udara yang di
catat tiap jamnya. i). Young anemometer adalah alat yang digunakan untuk memonitor
dan mencatat besar angin dan arah mata angin.
Sedangkan alat pendukung alat informasi dan komunikasi :a). Server internet
diguanakan untuk mendukung dalam kegiatan operasional berajalan dengan baik dan
lancar. b). VSAT Tca berfungsi sebagai VSAT internet, menggunakan layanan provider
dari PT Trans Network Comunication Asia. c). VSAT CMSS berfungsi sebagai media
pertukaran Data Meteorologi Klimatologi Kulitas Udara dan Geofisika, sekalipun sebagai
transceiver dari Jisnet. d). DVB receiver berfungsi sebagai penerima informasi
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika dan peringatan info Tsunami. e).
Radio SSB sebagai alat pertukaran informasi ke beberapa instansi terkait melalui radio
SSB. f). Kamera teleconference.

1.3 Tinjuan Pustaka


1.3.1 Gempa bumi
Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang terasa dari permukaan bumi, cukup
kuat untuk menghancurkan bangunan utama dan membunuh ribuan orang. Tingkat
kekuatan getaran berkisar dari tidak dirasakan hingga cukup kuat untuk melemparkan
orang di sekitar. Gempa bumi merupakan hasil dari pelepasan tiba-tiba energi dalam
kerak bumi yang menciptakan gelombang seismik. Kegempaan, seismism atau aktivitas
seismik pada suatu daerah mengacu pada frekuensi, jenis dan ukuran gempa bumi yang
terjadi selama periode waktu tertentu. Ketika episentrum gempa besar terletak di lepas
pantai, dasar laut akan tergerus dan cukup untuk menimbulkan tsunami. Gempa bumi
juga bisa memicu tanah longsor, dan aktivitas vulkanik sesekali.

Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat dari seismometer. Moment magnitude
adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi dengan magnitude sekitar (skala) 5
dilaporkan untuk seluruh dunia. Sedangkan banyaknya gempa bumi kecil kurang dari 5
magnitude dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional diukur sebagian besar

11
pada skala magnitude lokal, atau disebut juga sebagai Skala Richter. Kedua ukuran itu
sebenarnya sama selama rentang pengukurannya valid.
Besaran gempa dengan skala 3 magnitude atau kurang kebanyakan sering tidak
dapat dirasakan dipermukaan atau disebut lemah. Namun jika besaran magnitude
dengan skala 7 atau lebih besar akan berpotensi menyebabkan kerusakan serius
disebuah daerah, tergantung pada kedalaman mereka. Gempa bumi terbesar yang terjadi
pada dekade ini dengan skala lebih dari 9 magnitude atau lebih adalah terjadi di Jepang
pada tahun 2011 (semenjak tulisan ini dibuat), dan itu adalah gempa Jepang terbesar
sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada skala Mercalli yang
dimodifikasi. Karena merupakan gempa dangkal sehingga gempa tersebut menyebabkan
semua struktur bangunan rata dengan tanah.

1.3.2 Gelombang Seismik


Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi.
Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik
dapat ditimbulkan dengan dua metode yaitu metode aktif dan metode pasif. Metode aktif
adalah metode penimbulan gelombang seismik secara aktif atau disengaja menggunakan
gangguan yang dibuat oleh manusia, biasanya digunakan untuk eksplorasi. Metode pasif
adalah gangguan yang muncul terjadi secara alamiah, contohnya gempa. Gelombang
seismik termasuk dalam gelombang elastik karena medium yang dilalui yaitu bumi
bersifat elastik. Oleh karena itu sifat penjalaran gelombang seismik bergantung pada
elastisitas batuan yang dilewatinya. Teori lempeng tektonik telah menjelaskan bagaimana
pergerakan dari lempeng bumi. Pergerakan lempeng bumi menyebabkan batuan
terdeformasi atau berubah bentuk dan ukuran karena adanya pergerakan antar
lempeng. Deformasi akibat bergerakan lempeng ini berupa tegangan (stress) dan
regangan (strain).

Tegangan (Stress) didefinisikan sebagai gaya persatuan luas. Gaya merupakan


perbandingan dari besar gaya terhadap luas dimana gaya tersebut dikenakan. Gaya yang
dikenakan tegak lurus terhadap benda maka tegangan tersebut normal, jika gaya
berarah tangensial terhadap luas maka tegangan tersebut tegangan geser, dan jika tidak
tegak lurus maupun paralel maka gaya tersebut dapat diuraikan kekomponen yang
paralel dan tegak lurus terhadap elemen luas. Persamaan matematis dari tegangan (σ )
F
σ=
A

12
Benda elastis yang mengalami stess maka akan terdeformasi atau mengalami
perubahan bentuk maupun dimensi. Perubahan tersebut disebut dengan regangan atau
strain.strain adalah jumlah deformasi material persatuan luas. Hukum hooke
menyatakan bahwa stress akan sebanding dengan strain pada batuan (antara gaya yang
diterapkan dan besarnya deformasi).

σ =∁ . e

Strain ( e ) dan Stress ( σ ) merupakan besaran tensor, sedangkan adalah


konstanta yang berupa matriks (tensor) yang menentukan sifat dasar elastisitas dari
batuan, parameter merupakan parameter elastik bebas yang dapat mencirikan sifat
elastisitas batuan.

2.2.3 Jenis Gelombang Seismik


Gelombang seismik ada yang merambat melalui interior bumi disebut sebagai body
wave, dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave.
Sumber gelombang seismik ada dua yaitu alami dan buatan. Sumber alami terjadi
karena adanya gempa tektonik, gempa vulkanik dan runtuhan/ longsoran, sedangkan
buatan menggunakan gangguan yang disengaja.

1. Gelombang Badan/ Body Wave


Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan arah
perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak partikel pada media
dan arah penjalarannya gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang P dan
gelombang S. Gelombang P disebut dengan gelombang kompresi/gelombang longitudinal.
Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling besar dibandingkan dengan gelombang
seismik yang lain, dapat merambat melalui medium padat, cair dan gas. Gelombang P
merupakan gelombang yang arah getarnya searah dengan perambatan gelombang, serta
dapat menjalar melalui semua medium. Persamaan dari kecepatan gelombang P adalah
sebagai berikut:

VP =
√(γ +2 μ)
p

13
Gambar 2.2. Gelombang-P

(Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang S disebut juga gelombang shear/ gelombang transversal. Gelombang


ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila dibandingkan dengan gelombang P dan
hanya dapat merambat pada medium padat saja. Gelombang S tegak lurus terhadap
arah rambatnya. Persamaan dari kecepatan Gelombang S ( v S )adalah sebagai berikut:

V S =√μ
ρ

Gambar 2.3. Gelombang-S


(Elnashai and Sarno. 2008)

2. Gelombang Permukaan
Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain gelombang
badan. Gelombang ini ada pada batas permukaan medium. Berdasarkan pada sifat
gerakan partikel media elastik, gelombang permukaan merupakan gelombang yang

14
kompleks dengan frekuensi yang rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar akibat
adanya efek free survace dimana terdapat perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008).
Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu gelombang Reyleigh dan gelombang Love.

Gelombang Reyleigh merupakan gelombang permukaan yang Orbit gerakannya elips


tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah
gelombang permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan
dengan gelombang geser secara konstruktif.
Persamaan dari kecepatan gelombang Reyleigh ( V R)adalah sebagai berikut:

V R = 0,92√ V S

Gambar 2.4. Gelombang Reyleigh


(Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk


gelombang transversal yang merupakan gelombang S horizontal yang penjalarannya
paralel dengan permukaannya (Gadallah and Fisher, 2009).

Gambar 2.5. Gelombang Love


(Elnashai and Sarno, 2008)

15
2.2.3 Mekanisme Penjalaran Gelombang Seismik
Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada hukum Snellius,
Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat. Penjelasan dari hukum Snellius, Prinsip Huygens
dan Prinsip Fermat dijelaskan sebagai berikut:
a. Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang
berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi.
Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian
diteruskan merambat dibawah permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti
Hukum Snellius yang dikembangkan dari Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut
pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang.
Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan bidang batas antara dua medium
berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009).

Gambar 2.6. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang

Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, dan
sebagian lagi akan diteruskan sebagai gelombang P dan gelombang S (Hutabarat, 2009).
Hukum Snellius dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

b. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan
sumber bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika
ditemukan dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet
sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa
seismik akan kehilangan energi seiring dengan bertambahnya kedalaman (Asparini,
2011).

16
Gambar 2.7. Prinsip Huygen
(Asparini, 2011)

a. Prinsip Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki
variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui
zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah (Jamady,
2011).
2.2.4 Parameter Gempa Bumi
Parameter gempa bumi merupakan informasi yang berkaitan dengan kejadian
gempa bumi. Paramtere gempa bumi ini meliputi waktu kejadian (origin time), lokasi
episenter, kedalaman sumber gempa bumi, dan magnitudo. Waktu kejadian gempabumi
(origin time) adalah waktu terlepasnya akumulasi tegangan (stress) yang berbentuk
penjalaran gelombang gempa bumi dan dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun,
jam, menit dan detik dalam satuan UTC (Universal Time Coordinated)
Episenter adalah titik dipermukaan bumi yang merupakan refleksi tegak lurus
dari hiposenter atau focus gempa bumi. Lokasi episenter dibuat dalam sistem koordinat
kartesian bola bumi atau sistem koordinat geografis dan dinyatakan dalam derajat
lintang dan bujur. Kedalaman sumber gempa bumi adalah jarak hiposenter dihitung
tegak lurus dari permukaan bumi. Kedalaman dinyatakan oleh besaran jarak dalam
satuan kilometer (km).

Intensitas gempa bumi merupakan ukuran gempa bumi yang pertama kali
digunakan untuk menyatakan besar gempa bumi sebelum manusia dapat mengukur
besarnya gempa bumi dengan alat. Ukuran ini dapat diketahui dengan cara melakukan
pengamatan langsung efek gempa bumi terhadap manusia, struktur bangunan dan
lingkungan pada suatu lokasi tertentu. Intensitas gempabumi dinyatakan dalam skala

17
Mercally yang biasa disebut MMI (Modified Mercally Intensity). Skala gempabumi MMI
bersifat kualitatif, skala intensitas ini sangat subjektif dan bergantung pada kondisi
lokasi dimana gempa terjadi. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
menetapkan skala intensitas gempa bumi terbaru yang disesuaikan dengan wilayah
Indonesia seperti dijelaskan pada. ( Laberrta, 2013) Table:

Tabel 3.1 Intensitas Gempabumi Skala MMI (Modified Mercally Intensity)

no Tingkat risiko gempa Nilai percepatan tanah ( Intensitas


gal)
1 Risiko sangat kecil < 25 <VI
2 Risiko kecil 25-50 VI-VII
3 Risiko sedang satu 50-75 VII-VII
4 Risiko sedang dua 75-100 VII-IX
5 Risiko sedang tiga 100-125 VII-VIII
6 Risiko sedang empat 125-150 VIII-IX
7 Risiko sedang lima 150-200 VIII-IX
8 Risiko sedang enam 200-300 VII-IX
9 Risiko sedang tujuh 300-600 IX-X
10 Risiko sedang delapan >600 >X
Sumber : BMKG, 2016

Magnitudo gempa bumi adalah parameter gempa bumi yang berhubungan dengan
besarnya kekuatan gempa bumi di sumbernya. Jadi pengukuran magnitudo yang
dilakukan di tempat yang berbeda, harus menghasilkan harga yang sama walaupun
gempa bumi yang dirasakan di tempat-tempat tersebut tentu berbeda.
3.3 SEISMOGRAF
Seismograf merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mencatat getaran
tanah beserta informasi waktu yang tepat. Hasil rekaman seismograf disebut
seismogram. Seismograf terdiri dari beberapa bagian, antara lain: sensor (seismometer),
amplifier atau pengkondisi sinyal, ADC (Analog to Digital Converter), sistem pewaktu (time
system), recorder dan power supply (Havskov, 2002). Seismometer merupakan alat yang
digunakan untuk merespon getaran tanah dan menangkap sinyal yang terekam oleh
seismograf. Seismometer memiliki tiga detektor yang dapat mendeteksi getaran tanah.
Pada penelitian ini seismograf yang digunakan adalah Digital Portable Seismograph yang
terdiri dari seismometer tipe DS-4A dan digitizer tipe TDL-303S.

18
3.5 Accelerograph
Accelerograph adalah instrument yang digunakan untuk merekam guncangan
permukaan tanah yang sangat akurat yang mengukur percepatan getaraan permukaan
tanah. Rekamanan accelerograph pada kejadian gempa bumi sangat bermanfaat salah
satunya untuk mendesain bangunan tahan gempa. Pada umumnya peralatan
accelerograph di tempatkan pada daerah perkotaan yang populasinya lebih padat
penduduk yang berfungsi untuk investigasi variasi terhadap respon guncangan ( Hapsoro
2005).
Dengan adanya informasi dari accelerograph terhadap gempa-gempa kecil dan kuat
dapat dicirikan karakteristik semua jenis permukaan tanah yang dapat digunakan untuk
kontraksi bangunan. Rekaman getaran tanah akan sangat bermanfaat pada pembuatan
Building Code untuk keamanan bangunan. Informasi juga dapat dijadikan masukan atau
input terhadap pemgambilan keputusan dalam rencana pembangunan tata ruang dan
tata kota ( Cahya, 2017).
3.6 PEAK GROUND ACCELERATION (PGA)
Percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan mulai dari
keadaan diam sampai kecepatan tertentu. Percepatan getaran tanah puncak atau Peak
Ground Acceleration (PGA) adalah nilai percepatan getaran tanah terbesar yang pernah
terjadi di suatu tempat yang diakibatkan oleh gelombang gempabumi. Percepatan
getaran tanah maksimum yang terjadi pada suatu titik tertentu dalam suatu kawasan
dihitung dari akibat semua gempabumi yang terjadi pada kurun waktu tertentu dengan
memperhatikan besar magnitudo dan jarak hiposenternya, serta periode predominan
tanah dimana titik tersebut berada (Kirbani, 2012).
Percepatan getaran tanah puncak adalah nilai percepatan getaran tanah yang
terbesar yang pernah terjadi di suatu tempat yang diakibatkan oleh gempa bumi.
Semakin besar nilai PGA yang pernah terjadi di suatu tempat, semakin besar bahaya dan
risiko gempa bumi yang mungkin terjadi. Efek primer gempa bumi adalah kerusakan
struktur bangunan baik yang berupa gedung perumahan rakyat, gedung bertingkat,
fasilitas umum, monumen, jembatan dan infrastruktur struktur lainnya, yang
diakibatkan oleh getaran yang ditimbulkannya. (Ari Sungkowo, 2016).
Secara garis besar, tingkat kerusakan yang mungkin terjadi tergantung dari
kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi dan geotektonik lokasi bangunan, dan
percepatan tanah di lokasi bangunan akibat dari getaran suatu gempabumi. Faktor yang
merupakan sumber kerusakan dinyatakan dalam parameter percepatan tanah sehingga

19
data PGA akibat getaran gempabumi pada suatu lokasi menjadi penting untuk
menggambarkan tingkat bahaya gempabumi di suatu lokasi tertentu.
Pengukuran percepatan tanah dilakukan dengan accelerograph yang dipasang di
lokasi penelitian. Akan tetapi apabila tidak dapat dilakukan pengukuran di lokasi
penelitian pengukuran percepatan tanah dapat dilakukan dengan cara empiris, yaitu
dengan pendekatan dari beberapa rumus yang diturunkan dari parameter gempa bumi.
Perumusan ini tidak selalu benar bahkan dari satu metode ke metode lainnya tidak
selalu sama, namun cukup memberikan gambaran umum tentang PGA.
Getaran gempa yang terasa dipermuakaan tanah merupakan rambatan dari energi
gempa dari sumbernya. Suatu benda yang bergerak dalam suatu media dan mengalami
perubahan kecepatan maka akan mempunyai percepatan. Sebagaimana parameter
gempa yang lain, percepatan tanah juga mengalami atenuasi, berkurangnya nilai
parameter gempa karena pengaruh jarak dan pengaruh- pengaruh lainnya.
Perhitungan Peak Ground Acceleration (PGA)
Perhitungan CF dengan menggunakan rumus buku yang telah ada, yakni:

Vpp
CF =
resolusi∗sensitivitas

PGA = A max X CF

Faktor Konversi (CF) merupakan suatu konstanta yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menentukan nilai dari satu counts satu amplitude gelombang gempa bumi.
Nilai CF ini dapat diperoleh dari spesifikasi sensor yang digunakan yaitu sensitivitas
sensor, Vpp, dan resolusi dari digitizer. Vpp merupakan tegangan input maksimum pada
digitizer. Vpp pada digitizer harus lebih besar dari Vpp sensor, hal ini untuk menghindari
clip amplitude maksimum dari signal gempa bila Vpp sensor, lebih kecil dari Vpp sensor.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelakasanan
Kegiatan Magang Mahasiswa ini dilaksanakan di Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika Kelas I Yogyakarta yang berlokasi di RT 02 RW 27 dusun Jitengan desa
Balecatur, kecamatan Gamping Km 8, Kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kegiatan Magang ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulang dimulai
tanggal 17 juni 2019 sampai pada tanggal 20 juli 2019.
3.2 Prosedur Penelitian
1. Studi pustaka
2. Pengumpulan data gempa bumi dari setiap stasiun pengamatan melalui Accelelograp
3. Penentuan parameter gempa bumi
4. Pengolahan data menggunakan software GLOBAL MAPPER dan GEOPSY
5. Analisa dan Pembahasan
6. Penulisan laporan
3.3 Diagram Penelitian

Studi Pustaka

Pengumpulan data gempa bumi dari setiap stasiun


pengamatan melalui Accelelograp

Penentuan parameter gempa bumi

Pengolahan data menggunakan software Surfer


dan Geopsy

Analisa dan Pembahasan

Penulisan laporan

21
1.4 Peralatan Penelitian
Dalam melakukan proses penelitian, peralatan yang digunakan sebagai sarana
untuk menunjang dalam pengolahan data adalah:
1. Personal Computer
2. Perangkat lunak ( Software ) yang digunakan, yaitu:
a. Miscrosft Excel 2016
b. Geopsy
c. Surfer
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data gempa yang terjadi di
Cilacap, pada
1 Parameter gempa

22
3.4 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi pendahuluan

- Studi literature
- Informasi geoteknik dan
seismotektonik

Penentuan daerah penelitian

Pengumpulan data

Analisis hasil pengolahan data dan interpertasi

Selesai

Gambar 3.1 diagram alir tahap penelitian

23
3.5 Pengolahan Data
Pada tahap pengolahan data dilakukan pengolahan menggunakan software
excel,geopsy dan surfer 11. 15 data sensor yang tersebut di seluruh pulau jawa.

3.6.1. Pengolahan Data Remakan Acceleroghp Menggunakan Software Geopsy

Software Geopsy untuk menginput data berdasarkan hasil perhitungan nilai


percepatan tanah pada masing – masing komponen accelerogram di setiap stasiun,
dinama nilai percepatan tanah dari setiap stasiun pengukuran gempa yang terjadi pada
tanggal 09 Juni 2019. Akan di plot dengan menggunakan Software Geopsy mulai dari
Grafik setelah itu membuka file yang kita plot gelombang gempa setelah itu kita klik
grafik.
Setelah mendapatkan gelombang gempa nilai mseed yang di dapat dari software
geopsy di simpan dalam bentuk *bln setelah itu nilai yang di simpan dibuka dengan
menggunakan notepad setelah tu nilai yang di buka dengan notepad di salin ke excel
2016, setelah kita mencari nilai g dan gal untuk mendapatkan nilai PGA. Dimana nilai g
sendiri harus kita cari dengan menggunakan rumus (PGA= komponen E * CF), setelah itu
kita dapat nilai g dan setelah itu kita mencari nilai gal nya, untuk mencari nilai gal harus
menggunakan rumus yaitu (PGA= g * 1000).

Setelah mendapat kan nilai gal kita harus mencari lagi nilai count nya untuk
lebih efesien atau perbadandingan nilai yang kita dapat, dimana nilai count ini mencari
nilai g dan gal untuk mencari count nilai g menggunakan rumus yaitu PGA= (C – C
count) * CF untuk mendapat kan g count dan untuk gal count juga menggunakan rumus
PGA=(C- C count)* CF* 1000 dan mendapatkan nilai gal count.

Setalah itu rata – rata nilai untuk mendapatkan nilai PGA yang tertinggi dan nilai
PGA terendah dimana nilai PGA yang tertinggi yaitu 8,99 dengan skla MMI yaitu III,
untuk nilai PGA yang terendah sendiri yaitu 0,0924 dengan skla MMI yaitu I

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Dan Metode


Pada laporan magang ini membahas tentang nilai PGA pada provinsi Jawa Tengah
dari Daerah Istimewa Yogyakarta dengan metode perhitungan, data gempa bumi tersebut
didapatkan dari alat perekam gempa yang ada di Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta
melalui Seiscomp3 yang telah di konversu ke dalam Microsoft Excel. Hasil dari
perhitungan tersebut terdapat pada lampiran, pada daerah Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta kedalam grid.
Kemudian data gempa diolah dengan metode Guttenberg-Ritcher untuk mencari nilai
Peak Ground Acceleration (PGA) maksimum pada setiap titi grid, pada perhitungan nilai
(PGA) maksimum perhitungan yang pertama adalah menghitung nilai intensitas pad
sumber dengan kemudian mencari nilai internsitas permukaan sampai pada nilai ( PGA)
maksimum dengan metode Guttenberg-Ritcher dengan menggunakan software Excel
2016`.
Kemudian untuk membuat peta kontur dapat digunakan software Surfer 11, sehingga
didapatkan peta kontur dari hasil data yang sudah didapat. Peta kontur tersebut dapar
dianalisis nilai Peak Ground Acceleration (PGA) nilai maksimum dapat dari nilai
klasifikasi daerah – daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa bumi sesuai dengan
percepatan tanah maksimum.
Pada perhitungan nilai Peak Ground Acceleration (PGA) nilai maksimum yang pertama
untuk menghitung nilai intensitas pada sumber kemudian mencari nilai intensitas
permukaan untuk mencari nilai Peak Grounf Accelertion (PGA) dengan metode surfer 11
dengan menggunakan ssofwer Microsoft excel 2016. Metode surfer sendiri untuk
mendapatkan nilai Peak Ground Accelertion (PGA) sehingga dapatkan peta kontur dimana
hasil data yang sudah dihitung, nilai maksimum dapat nilai klasifikasi daerah-daerah
yang mempunyai tingkat resiko yang tinggi.

4.2 Analisa Hasil


Pada laporan magang ini penulis mengambil tema peak ground acceleration atau lebih
sering dikenal dengan percepatan tanah dengan studi kasusnya yaitu gempabumi
didaerah Cilacap, Jawa Tengag pada tanggal 9 Juni 2019 pukul : 16:35 WIB. Jadi,
penulis mengambil judul “Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Jawa Tengah
(Studi Kasus Gempabumi di Cilacap 09 Juni 2019 dengan Magnitudo 5.5 SR)”.

25
Gambar 4.1 peta kontur nilai Paak ground Acceleration ( PGA)

Pada gambar 4.1 merupakan peta episenter dari kejadian gempabumi yang terjadi
didaerah Cilacap, Jawa Tengah dimana, gempabumi tersebut memiliki kekuatan dengan
magnitudo 5.5 SR dan kedalaman 10 km. Metadata jaringan Akselerograf merupakan
berupa data informasi yang memuat tentang lokasi, posisi, dan faktor konversi serta
metadata jaringan akselerograf ini juga memuat informasi tentang tipe sensor dan juga
tahun. Terdapat nilai percepatan tanah maksimum (PGA), nilai tersebut merupakan nilai
maksimum yang diperoleh dari masing– masing stasiun dengan komponen yang penulis
ambil hanya komponen horizontal E-W (East-West).
Nilai percepatan tanah maksimum terbesar terlihat pada peta yang terdapat pada
analisa sinyal pada stasiun Cilacap SCJI dengan nilai percepatan tanah maksimumnya
yaitu 8.99 gal sedangkan nilai percepatan tanah maksimum yang terendah yaitu terdapat
pada stasiun Jatiwangi JCJI dengan nilai percepatan tanah maksimumnya yaitu 0.35
gal.
Jika dilihat dari tabel hasil konversi diatas stasiun Cilacap SJCI yang berada
dilongitude 109.16892 dan latitude -7.681 dengan nilai percepatan tanah maksimumnya
8.99 gal yang jika dikonversi maka nilai intensitasnya yaitu VII-VIII, yang kedua pada
stasiun Cimerak Ciamis dengan nilai PGAnya 8.48 jadi, nilai intensitasnya VII - VIII.
Selanjutnya nilai percepatan tanah maksimumnya yaitu 5.8 gal pada stasiun
Taksimalaya, TSJN dengan hasil konversi yaitu instensitasnya VII-VIII. Pada stasiun
Wonogori WOJI nilai percepatan tanah maksimumnya 3.3 jadi, nilai intensitasnya yaitu
juga VII-VIII.
Dari penjelasan diatas dapat dianalisa bahwa stasiun yang memiliki nilai
percepatan tanah maksimum yaitu stasiun Cilacap SJCI dengan nilai percepatan tanah
maksimum 8.99 gal dan nilai intensitas VII hal tersebut di karenakan stasiun ini yang
terdekat dengan titik episenter gempabumi sedangkan yang terendah pada stasiun

26
Jatiwangi dengan nilai PGAnya 0.038 stasiun JCJI ini letaknya cukup jauh dari titik
episenter gempabumi. Jadi, semakin dekat sensor maka semakin besar nilai intensitas
percepatan tanahnya dan semakin besar nilai percepatan tanahnya maka semakin
rentan terkenanya bahaya kerusakan pada daerah tersebut dan sebaliknya. Akan tetapi,
hal tersebut juga tergantung pada kondisi geologi wilayah tersebut.

Gambar 4.2 Kontur Percepatan Tanah Maksimum (PGA)


Pada gambar 4.2 diatas merupakan Kontur percepatan tanah maksimum (PGA) dari
peta kontur tersebut dapat di analisis berdasarkan warnanya terlihat pada skalanya
bahwa untuk warna orange yang pekat memiliki nilai percepatan tanah maksimum yang
tinggi, jika dilihat dari skala sedangkan yang paling rendah yaitu di tunjukkan oleh
warna ungu terang dengan nilai percepatan tanah maksimumnya.

Gambar 4.3. Peta Percepatan Tanah Maksimum (PGA) Gempabumi Cilacap 09 Juni
2019
Peta percepatan tanah maksimum gempabumi tanggal 09 Juni 2019 Pukul
16:35:17 WIB dengan Kekuatan 5.5 SR, kedalaman 64 Km, Lokasi 8,68 LS 108.82 BT,
Pusat gempa berada dilaut pada jarak 107 Km Selatan Kota Cilacap. Berdasarkan peta

27
percepatan tanah maksimum (PGA) dapat dianalis bahwa nilai percepatan tanah
maksimum tertinggi terdapat pada daerah cilacap berdasarkan pada nilai PGAnya yaitu
8.99 – 5.8 gal dan memiliki intensitas II-III sedangkan untuk nilai percepatan tanah
maksimum terendah terdapat pada daerah diluar Jawa Tengah hal ini terjadi karena
daerah tersebut jauh dari pusat gempabumi.

28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat di peroleh beberapa kesimpulan:
1. Nilai percepatan tanah maksimum tertinggi terdapat pada daerah Cilacap ( SCJI)
dengan nilai PGAnya yaitu 8.99 gal sedangkan nilai percepatan tanah maksimum
terendah terdapat pada daerah diluar Jawa Timur yaitu (GRJI) Gresik 0.0924 gal.
2. Berdasarkan konversi nilai PGA maksimum ke intensitas (MMI) daerah Cilacap
memiliki intensitas tertinggi dibandingkan dengan daerah yang lain yaitu III.
3. Besarnya intensitas atau percepatan tanah akibat gempabumi sangat
tergantung pada beberapa faktor, diantaranya jarak tempat tersebut terhadap
sumber gempabumi dan kondisi geologi setempat.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu dalam penulisan laporan ini yaitu
perlu penelitian lebih lanjut mengenai percepatan tanah maksimum ini berserta dengan
intensitasnya terutama mengenai sensor – sensor akselerometer.

29
DAFTAR PUSTAKA

Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut
di Perairan Barat Aceh. Bogor. IPB
Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. 2008. Fundamental of Earthquake Engineering. Wiley.
Hongkong
Gadallah, R.M dan Fisher, R. 2009. Exploration Geophysics. Springer. Berlin
Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik
untuk Memetakan Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas
Indonesia
Jamady Aris. 2011. Kuantifikasi Frekuensi dan Resolusi Menggunakan Seismik Refleksi di
Perairan Maluku Utara. Bogor. IPB
Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan
Struktur Bagian dalam Bumi. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara

BMKG, 2010. Kajian Kerawanan Bahaya Gempabumi di Kabupaten Bantuk DIY. (Laporan
Hasil Pekerjaan), Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Abu, Bakri. (2014). Analisis Ground Shear Strain dengan Metode HVSR Di Kabupaten
Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dewi A, Yustina. (2016). Mikrozonasi Indeks Kerentanan Tanah di Kawasan Jalur Sesar
Opak Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor. (Skripsi), Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.

Daryono. (2013) Indeks Kerentanan Tanah Berdasarkan Mikrotremor pada Setiap Satuan
Bentuk lahan di Zona Graben Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Riset
Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

Edwiza, Daz & Sri Novita. (2008). Pemetaan Percepatan Tanah Maksimum dan Intensitas
Tanah Kota Padang Panjang Menggunakan Metoda Kannai. Padang: Repository
Universitas Andalas.

Laberrta, 2013, Mikrozonasi indeks kerentanan tanah berdasarkan analisis mikrotremor


di kecamatan Jetis. (Skripsi), Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta. Marsyelina,
Merizka. (2014). Karakteristik Mikrotremor Dan Seismitas Pada Jalur Sesar Opak,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UNY.

30
Partono, Windu, Masyur Irsyam, Sri Prabandiyani. R W. (2013). Aplikaso Metode HVSR
pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang. Jurnal Ilmu dan
Terapan Bidang Teknik Sipil.

Refrizon, dkk. (2013). Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat
Kerentanan Tanah Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu. Prosding Semirata:
Universitas Lampung.

31
LAMPIRAN

32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai