Anda di halaman 1dari 29

MITIGASI BENCANA

Bahaya dan Bencana Geologi

Disusun Oleh :

ALIYUDDIN JAMIL

NPM. 270110190012

Kelas C

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya.

Dengan diberikannya tugas ini, sangatlah baik dan berguna bagi setiap siswa/siswi
mendapatkan suatu gambaran tentang mitigas kebencaan geologi

Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak R. Irvan Sophian, S.T. M.T, selaku pembimbing penulis.


2. Orang tua yang memberikan dorongan dan perhatian untuk kelancaran penulis,
3. Teman teman seperjuangan dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan tugas ini.

Dengan tersusunya tugas ini penulis berharap dapat mengetahui lebih dalam tentang
mitigasi kebencanaan geologi.

Akhir kata penulis meminta maaf apabila penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kemajuan bagi penulis

Jatinangor, 03 Desember 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................................v

BAB I : PENDAHULUAN ..............................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
1.3 TUJUAN .......................................................................................................2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3

2.1 BAHAYA......................................................................................................3
2.2 BENCANA....................................................................................................4
2.3 GUNUNGAPI................................................................................................4
2.4 GEMPA.......................................................................................................10
2.5 TSUNAMI....................................................................................................14
2.6 TANAH BERGERAK.................................................................................16

BAB III : PEMBAHASAN .............................................................................................20

3.1. BAHAYA DAN BENCANA GUNUNGAPI...............................................20

3.2. BAHAYA DAN BENCANA GEMPA........................................................20

3.3 BAHAYA DAN BENCANA TSUNAMI.....................................................20

3.4. BAHAYA DAN BENCANA TANAH BERGERAK..................................21

BAB IV : PENUTUP ......................................................................................................22

4.1. SIMPULAN..................................................................................................22

4.2. SARAN.........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gunung berapi Mahameru atau Semeru di belakang. Latar depan adalah Ka


ldera Tengger termasuk Bromo, Jawa Timur, Indonesia ....................................................
Gambar 2. Kepulauan Indonesia terletak pada zona interaksi 3 lempeng bumi (Sukamt
o, 2000) .............................................................................................................................
Gambar 3. Jenis pergerakan lempeng, yaitu: saling menjauhi (A), saling mendekati (B),
dan saling geser (C) (Sumber : John Willey, 1999)..........................................................
Gambar 4. Lempeng‐lempeng tektonik dunia yang saling bergerak satu sama lain mem
bentuk jalur‐jalur tektonik (garis hitam) dan lingkaran api sebagai gunung berapi aktif
(bola merah) (Sumber: Topinka, USGS, 1997).................................................................
Gambar 5. Bagian-bagian Longsor....................................................................................

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkatan status gunung berapi di Indonesia menurut Badan Geologi Kement


erian ESDM .........................................................................................................................
Tabel 2. Skala Mercalli......................................................................................................
Tabel 3. Bagian-bagian longsoran (Varnes,1978 dalam BAPEKOINDA, 1996)..............

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan aspek kebumian karena bumi


telah menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan manusia. Minyak dan gas bumi, air,
mineral logam dan non logam, sumberdaya nirhayati, semuanya tersedia dan tersimpan
oleh bumi. Adanya sumberdaya kebumian tersebut kehidupan manusia menjadi lebih
baik dan lebih sejahtera. Namun demikian bumi juga menyimpan potensi bencana yang
harus diwaspadai manusia. Terkadang manusia terlena oleh semua fasilitas dan
kebutuhanyang disediakan oleh bumi.
Manusia sering lupa atau melupakan bahwa bumi juga menyimpan potensi
bencana. Kejadian tersebut pada dasarnyamerupakan hal yang “wajar”, karena
merupakan suatu proses keseimbangan alam. Kejadian tersebut dikategorikan bencana
apabila merusak ataupun mengganggu kehidupan manusia baik yang menimbulkan
korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur atau hasil budaya manusia (rumah,
bangunan, jalan, jembatan, bendungan, dan lainlain). Kepulauan Indonesia merupakan
kepulauan yang istimewa karena kaya akan sumberdaya kebumian dan sering disebut
pula dengan “untaian jamrud khatulistiwa”.
Secara astronomis Kepulauan Indonesia berada pada suatu wilayah dengan posisi
Lintang Bumi 07º LU – 12º LS dan posisi Bujur Bumi 95º BT – 141º BT. Keuntungan
posisi ini adalah Kepulauan Indonesia beriklim tropis yang mana musim hujan cukup
panjang sehingga tanahnya subur. Hutan tropis dapat tumbuh dengan baik dan
menyimpan kekayaan hayati maupun hewani. Namun demikian akibat ulah manusia
yang merusak ekosistem terutama hutan, iklim Kepulauan Indonesia mempunyai andil ya
ng cukup besar
terhadap terjadinya bencana terutama banjir dan tanah longsor.
Secara geografis, posisi Kepulauan Indonesia juga strategis yaitu terletak diantara
2 benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta 2 samudera yaitu Samudera Hindia
dan Samudera Pasifik. Secara geologis Kepulauan Indonesia berada pada jalur penumja
man lempeng bumi, seperti penunjaman Lempeng Samudera Indo-Australia dengan Lem
peng Benua Eurasia yang memanjang dari pantai barat Sumatera hingga pantai selatan Ja
wa terus ke timur sampai Nusa Tenggara. Adanya proses penunjaman ini Kepulauan Ind

1
onesia terdapat deretan gunung api terutama dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara.
Keterdapatan deretan gunung api tersebut memberikan keuntungan bahwa tanah disekitar
nya akan menjadi subur dan produktif. Namun juga adanya gunung api yang masih aktif
tersebut bahaya letusan gunung api juga harus diwaspadai. Selain itu bahaya banjir lahar
dingin terutama pada musim hujan juga tidak boleh dilupakan.
Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan Indonesia merupakan jalu
r penyebab gempa tektonik yang mana bersifat regional dan umumnya kerusakan yang di
timbulkan sangat parah. Jalur gempa tersebut secara geologis berdampingan dengan jalur
gempa bumi. Sebagian jalur gempa bumi tersebut berada di laut sehingga sangat berpote
nsi menimbulkan bencana tsunami.

1.2. RUMUSAN MASALAH


 Apa bahaya dan bencana dari adanya gunungapi?
 Apa bahaya dan bencana dari adanya gempa?
 Apa bahaya dan bencana dari adanya tsunami?
 Apa bahaya dan bencana dari adanya tanah bergerak?

1.3. TUJUAN
 Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya gunungapi.
 Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya gempa.
 Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya tsunami.
 Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya tanah bergerak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. BAHAYA

Menurut KBBI, bahaya adalah yang (mungkin) mendatangkan kecelakaan


(bencana, kesengsaraan, kerugian, dsb.). Secara etimologis, bahaya berasal dari bahasa
Sanskerta भय (bhaya, “ancaman, bahaya, ketakutan”), dari bahasa Proto-Indo-
Eropa *bʰeyh₂- (“menakutkan”). Kognat dengan bahasa Inggris Kuno bifian("bergetar")
dan bahasa Persia  ‫بیم‬ (bim, "rasa takut"). Menurut saya, bencana merupakan sesuatu yang
akan mendatangkan hal yang bersifat merugikan seperti kecelakaan, bencana.(masih
bisa di antisipasi sebelum terjadi, atau kecuali takdir dari Tuhan)

Awatona (1997) memberikan penjelasan mengenai bahaya alam (Natural


Hazard) sebagai berikut : Natural hazards. As part of our environment, cant accour
anywhere. Earthquakes, floods, volcanoes and violent weather variations, as well as
other extreme natural events, cant tringger disaster when they interact with vulnerable
conditions ( Awatona, 1997 :1 ).
Teori diatas menjeleskan bahwa bahaya alam bisa terjadi dimanapun sebagai
bagian dari lingkungan kita. Gempa bumi, banjir, gunung berapi, variasi cuaca yang
hebat, seperti peristiwa alam lain yang hebat sekali, bisa memicu terjadinya bencana
ketika berinteraksi dengan kondisi yang rentan.
Menurut Rahayu P. Harkunti dan Sengara Wayan I dalam program kesiapan
sekolah terhadap bahaya gempa (2002) memberikan penjelasan bahaya sebagai berikut :
Bahaya (hazard) adalah kejadian alam yang dapat mengakibatkan suatu bencana dengan
kata lain merupakan suatu kejadian alam yang mempunyai potensi untuk menyebabkan
terjadinya kecelakan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. “A natural
event that has the potential to cause harm or loss : fallinq rock is hazard in steep
mountain areas”.
Bahaya (hazard) adalah dapat berupa bahaya alam (natural hazard) maupun
bahaya lainnya yang belum tentu terjadi yang belum tentu menimbulkan bencana
(disaster). Bahaya ini terdiri dari sumber bahaya utama (main hazard) dan bahaya ikutan
(collateral hazard). Aspek-aspek dari faktor bahaya ini meliputi tipe, frekuensi, lokasi,
durasi, dan severity.

3
2.2. BENCANA

Bencana sering diidentikkan dengan sesuatu yang buruk. Paralel dengan istilah d


isaster dalam bahasa Inggris. Secara etimologis berasal dari kata DIS yang berarti sesuat
u yang tidak enak (unfavorable) dan ASTRO yang berarti bintang (star). Dis-astro berar
ti an event precipitated by stars (peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi).

Menurut saya, bencana dapat dikatakan sebagai bahaya yang sudah terjadi dan
menyebabkan kerusakan, kerugian, penderitaan, kecelakan, dan lain sebagainya.

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007, Bencana da


pat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengg
anggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam d
an/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korb
an jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau ganggu
an yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. H
ubungan keduanya dapat digambarkan bila gangguan atau ancaman tersebut muncul kepe
rmukaan tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri
peristiwa yang mengganggu tersebut, sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tid
ak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana. Adapun Bencana
dibagi ke dalam tiga kategori yaitu: (a) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan o
leh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa g
empa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
(b) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian per
istiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit. (c) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar k
elompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. (UU RI No 24 Tahun 2007).

2.3. GUNUNGAPI

4
Gambar 1. Gunung berapi Mahameru atau Semeru di belakang. Latar depan adalah Kaldera
Tengger termasuk Bromo, Jawa Timur, Indonesia.

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat


didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus. Suatu gunung berapi merupakan bentukan alam dari
pecahan yang terjadi di kerak dari benda langit bermassa planet, seperti Bumi. Patahan
tersebut mengakibatkan lava panas, abu vulkanik dan gas bisa keluar dari dapur
magma yang terdapat di bawah permukaan bumi.

Gunung berapi di Bumi terbentuk dikarenakan keraknya terpecah menjadi


17 lempeng tektonik utama yang kaku yang mengambang di atas lapisan mantel yang
lebih panas dan lunak. Oleh karena itu, gunung berapi di Bumi sering ditemukan di batas
divergen dan konvergen dari lempeng tektonik. Contohnya, di pegunungan bawah
samudra seperti punggung tengah atlantik terdapat gunung berapi yang terbentuk dari
gerak divergen lempeng tektonik yang saling menjauh, sementara di Cincin Api Pasifik
terbentuk gunung berapi dari gerakan konvergen lempeng tektonik yang saling
mendekat. Gunung berapi biasanya tidak terbentuk di wilayah dua lempeng tektonik
bergeser satu sama lain.

Letusan atau erupsi gunung berapi dapat menimbulkan berbagai bencana,


tidak hanya di daerah dekat letusan. Bahaya dari debu vulkanik adalah
terhadap penerbangan khususnya pesawat jet karena debu tersebut dapat
merusak turbin dari mesin jet. Letusan besar dapat mempengaruhi suhu dikarenakan asap

5
dan butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat menghalangi matahari dan
mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti troposfer, tetapi material tersebut
juga dapat menyerap panas yang dipancarkan dari bumi sehingga memanaskan stratosfer.
Dari sejarah, musim dingin vulkanik telah mengakibatkan bencana kelaparan yang parah.

Lebih lanjut, istilah "gunung api" juga dipakai untuk menamai fenomena
pembentukan ice volcano (gunung api es) dan mud volcano (gunung api lumpur).
Gunung api es biasa terjadi di daerah garis lintang tinggi yang mempunyai musim dingin
bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat dicontohkan di
daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang


paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api
Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya
antara dua lempengan tektonik dan lebih, dimana Lempeng Pasifik saling bergesek
dengan lempeng-lempeng tetangganya.

Ilmu yang mempelajari gunung berapi dinamakan Vulkanologi, dimana ilmu


ini mempelajari letusan gunung berapi untuk tujuan memperkirakan kemungkinan
letusan yang bisa terjadi dari suatu gunung berapi, sehingga dampak negatif letusan
gunung berapi dapat ditekan.

Gunung berapi di Bumi terbentuk dari aktivitas lempeng tektonik di kerak


yang saling bergesekan dan menekan satu sama lain. Oleh karenanya gunung berapi
banyak ditemukan dekat dengan perbatasan lempeng tektonik. Secara geologis, Wilayah
dimana gunung berapi terbentuk dibagi tiga, yaitu:

2.1.1. Batas divergen antar lempeng

Apabila kedua lempeng tektonik bergerak saling menjauhi satu sama lain,
maka kerak samudra yang baru akan terbentuk dari keluarnya magma ke permuka
an dasar laut. Wilayah antara kedua lempeng yang saling menjauh ini dinamakan
dengan batas divergen. Aktivitas ini lalu akan memunculkan Punggung tengah sa
mudra yang terbentuk dari pendinginan magma yang muncul ke permukaan. Gun
ung berapi yang terbentuk dari aktivitas ini berada di bawah laut, yang ditandai de
ngan fenomena Ventilasi hidrotermal. Apabila punggung tengah samudra ini men
cuat sampai ke permukaan laut, maka kepulauan vulkanik akan terbentuk, contoh
nya adalah Islandia.

6
2.1.2. Batas konvergen antar lempeng

Berbeda dengan batas divergen yang tercipta dari pergerakan kedua le


mpeng tektonik yang saling menjauh, Batas konvergen antar lempeng merupakan
wilayah dimana dua lempeng atau lebih bertemu lalu saling menekan dan mengal
ami subduksi sehingga tepian di satu lempeng menindih tepian yang lain. Penindi
han lempeng ini ditandai dengan terbentuknya bentang alam berupa palung di das
ar laut. Fenomena ini menimbulkan melelehnya material yang terdapat di mantel
bumi, sehingga material tersebut menjadi magma dan naik ke permukaan kerak y
ang tipis. Gunung berapi di wilayah ini terbentuk dari pertemuan antara kedua le
mpeng kerak samudra atau antara lempeng kerak samudra dan benua. Pertemuan
antara kedua lempeng kerak benua biasanya tidak memicu pembentukan gunung
berapi dikarenakan kerak benua memiliki ketebalan yang tidak dapat ditembus ol
eh magma di bawah permukaan. Contoh dari gunung berapi ini adalah jajaran gun
ung berapi di Cincin Api Pasifik, atau Gunung Etna di Italia.

2.1.3. Titik panas

Titik panas merupakan suatu wilayah vulkanik dimana magma naik ke p


ermukaan dikarenakan adanya celah di kerak bumi yang memungkinkan pergera
kan tersebut. Titik panas dapat ditemukan jauh dari batas antar kedua lempeng t
ektonik. Pergerakan ini memunculkan gunung berapi yang memiliki ciri letusan
efusif yang lemah dimana lava muncul ke permukaan secara halus. Dikarenakan
lempeng tektonik terus bergerak secara perlahan, wilayah titik panas dapat mem
bentuk gunung berapi yang berbeda-beda sesuai dengan jalur pergerakan suatu l
empeng. Kepulauan Hawaii merupakan kepulauan yang terbentuk dari aktivitas
vulkanik di titik panas di Samudra Pasifik.

Adapun jenis-jenis gunungapi berdasarkan bentuknya antara lain :


 Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga
dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga
membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuk kerucutnya tidak b
eraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupaka
n jenis ini.
 Perisai

7
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehing
ga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berl
ereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentu
k gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
 Kerucut bara (Cinder cone)
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menye
bar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di p
uncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
 Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat di masa lalu y
ang melempar bagian atas dan tepi gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung
Bromomerupakan jenis ini, dimana kaldera Tengger merupakan hasil letusan besar d
i masa lalu.
 Maar
Dikenal juga dengan istilah gunung api corong, merupakan gunung berapi den
gan ketinggian rendah dan diameter kepundan yang lebar, dimana gunung berapi ini
terbentuk dari letusan freatomagmatik yang disebabkan oleh tercampurnya magma d
engan air di bawah tanah. Saat tidak aktif, maar biasanya terisi oleh air sehingga tam
pak seperti sebuah danau biasa.

Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga


tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya, antara lain :

 Gunung api Tipe A: tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-


kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
 Gunung api Tipe B: sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi
magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti
kegiatan solfatara.
 Gunung api Tipe C: sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia,
tetapi masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Tingkatan status gunung berapi di Indonesia menurut Badan Geologi Kementerian


ESDM

8
Status Makna Tindakan

 Menandakan gunung berapi yang segera  Wilayah yang terancam


atau sedang meletus atau ada keadaan kritis bahaya
yang menimbulkan bencana direkomendasikan untuk
AWAS  Letusan pembukaan dimulai dengan abu dikosongkan
dan asap  Koordinasi dilakukan
 Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 secara harian
jam  Piket penuh

 Menandakan gunung berapi yang sedang  Sosialisasi di wilayah


bergerak ke arah letusan atau menimbulkan terancam
bencana  Penyiapan sarana
 Peningkatan intensif kegiatan seismik darurat
 Semua data menunjukkan bahwa aktivitas  Koordinasi harian
SIAGA
dapat segera berlanjut ke letusan atau  Piket penuh
menuju pada keadaan yang dapat
menimbulkan bencana
 Jika tren peningkatan berlanjut, letusan
dapat terjadi dalam waktu 2 minggu

 Ada aktivitas apa pun bentuknya  Penyuluhan/sosialisasi


 Terdapat kenaikan aktivitas di atas level  Penilaian bahaya
normal  Pengecekan sarana
 Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian  Pelaksanaan piket
WASPADA
vulkanis lainnya terbatas
 Sedikit perubahan aktivitas yang
diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik
dan hidrotermal

 Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma  Pengamatan rutin


NORMAL
 Level aktivitas dasar  Survei dan penyelidikan

Tabel 1. Tingkatan status gunung berapi di Indonesia menurut Badan Geologi Kementerian


ESDM

9
2.4. GEMPA

Gempabumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar atau bergoncangnya bumi kar


ena pergerakan/pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba‐tiba akibat pergera
kan lempeng‐lempeng tektonik. Gempabumi yang disebabkan oleh aktivitas pergerakan l
empeng tektonik disebut gempabumi tektonik. Namun selain itu, gempabumi bisa saja te
rjadi akibat aktivitas gunung berapi yang disebut sebagai gempabumi vulkanik. Pergerak
an tiba‐tiba dari lapisan batuan di dalam bumi menghasilkan energi yang dipancarkan ke
segala arah berupa gelombang gempabumi atau gelombang seismik. Ketika gelombang i
ni mencapai permukaan bumi, getarannya dapat merusak segala sesuatu di permukaan bu
mi seperti bangunan dan infrastruktur lainnya sehingga dapat menimbulkan korban jiwa
dan harta benda.
Berbeda dengan letusan gunung api dan bencana alam lain yang didahului dengan
tanda‐tanda atau gejala‐gejala yang muncul sebelum kejadian, gempabumi selalu datang
secara mendadak dan mengejutkan sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar bi
asa karena sama sekali tidak terduga sehingga tidak ada seorang pun yang sempat memp
ersiapkan diri. Akibat yang ditimbulkan gempabumi luar biasa dahsyat karena mencakup
wilayah yang sangat luas, menembus batas teritorial negara, bahkan antar‐benua. Sifat ge
taran gempabumi yang sangat kuat dan merambat ke segala arah, mampu menghancurka
n bangunan‐bangunan sipil yang terkuat sekalipun, sehingga tak ayal lagi sangat banyak
memakan korban nyawa manusia. Bahkan gempabumi sering kali diikuti oleh bencana al
am lanjutan yang jauh lebih dahsyat berupa tanah longsor dan gelombang tsunami.
.

Gambar 2. Kepulauan Indonesia terletak pada zona interaksi 3 lempeng bumi (Sukamto,
2000).

10
Gempabumi dapat terjadi kapan dan di mana saja. Meskipun demikian, konsentra
si gempabumi cenderung terjadi di tempat‐tempat tertentu saja di lapisan kulit bumi. Lap
isan kulit bumi terluar atau litosfer terdiri atas lempeng‐lempeng tektonik yang kaku dan
terapung di atas batuan yang relatif tidak kaku serta bergerak satu sama lain. Daerah pert
emuan dua lempeng disebut sebagai plate margin atau batas lempeng, yang bisa berupa z
ona subduksi, pemekaran dasar samudra, atau pengangkatan, pelipatan, dll. di zona tumb
ukan.
Gempabumi tidak dapat terjadi di sembarang tempat, tetapi umumnya gempabum
i terjadi di sekitar batas lempeng, yang membentuk jalur gempabumi dunia, dan sekitar s
esar. Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjau
hi, saling mendekati, atau saling bergeser (Gambar 2.3). Umumnya, gerakan ini berlangs
ung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0‐15 cm per ta
hun.

Gambar 3. Jenis pergerakan lempeng, yaitu: saling menjauhi (A), saling mendekati (B), dan s
aling geser (C) (Sumber : John Willey, 1999).

Kadang‐kadang gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci sehingga terjad
i pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat tidak mampu lagi
menahan stress tersebut sehingga patah secara mendadak dan melepaskan energi dalam b
entuk getaran yang kita kenal sebagai gempabumi. Ada tiga kemungkinan pergerakan sat
u lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling
menjauhi (spreading), saling mendekati (collision) dan saling geser (transform).
Di bawah lapisan kulit bumi terdapat lapisan mantel (selubung), yang suhunya j
auh lebih panas. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tid
ak kaku, dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal seba
gai aliran konveksi. Aktivitas magma dalam mantel bisa juga mendesak sampai ke permu
kaan hingga membentuk rangkaian gunung berapi, yang dikenal dengan lingkaran api (ri
ng of fire)

11
Gambar 4. Lempeng‐lempeng tektonik dunia yang saling bergerak satu sama lain membe
ntuk jalur‐jalur tektonik (garis hitam) dan lingkaran api sebagai gunung berapi aktif (bola
merah) (Sumber: Topinka, USGS, 1997).

Berdasarkan atas penyebabnya gempabumi dapat dikelompokkan menjadi bebera


pa macam diantaranya: tektonik, vulkanik, runtuhan, jatuhan meteor, dan gempabumi bu
atan manusia.
Gempabumi tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh pelepasan energi
elastis yang tersimpan dalam lempeng tektonik. Karena adanya dinamika yang terjadi pa
da lapisan mantel bumi, lempeng tektonik bumi kita ini terus menerima energi dari lapisa
n tersebut. Lempeng tektonik adalah batuan yang bersifat elastis, sehingga energi yang di
terima dari lapisan mantel tersimpan dalam bentuk energi elastis. Bila energi yang diteri
ma sudah melebihi batas elastisitas lempeng tektonik, maka energi akan terlepas dalam b
entuk eformasi plastis dan gelombang elastis. Daerah yang melepaskan energi elastis um
umnya daerah yang lemah sehingga di daerah tersebut akan mengalami deformasi plastis,
sedangkan daerah yang jauh dari sumber tersebut akan mengalami deformasi elastis dala
m bentuk gelombang seismik.
Dengan adanya deformasi plastis di sekitar sumber gempabumi, fenomena yangd
apat diamati dalam jangka waktu panjang adalah terjadi pergerakan dari lempeng tektoni
k dengan jenis pergerakan antara lain: penunjaman antara lempeng samudra dan lempeng
benua, tumbukan antara kedua lempeng benua, dan pergerakan lempeng samudera yang s
aling menjauh, serta pergerakan lempeng yang saling bergeser. Dikarenakan tepian lemp
eng yang tidak rata maka jika bergesekan maka, timbullah friksi. Friksi inilah yang kemu
dian melepaskan energi goncangan gempabumi.

12
Gempabumi vulkanik adalah gempabumi yang disebabkan oleh kegiatan gunung
api. Magma yang berada pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan
melepaskan energinya secara tiba‐tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Selain itu, p
elepasan energi stress tersebut juga menyebabkan gerakan magma secara perlahan. Aktiv
itas gempabumi tektonik dapat memicu aktivitas gempabumi vulkanik. Naiknya magma
ke permukaan dapat dipicu oleh pergeseran lempeng tektonik pada sesar bumi. Biasanya
ini terjadi pada batas lempeng tektonik yang bersifat konvergen (saling mendesak). Hany
a saja pada gempabumi vulkanik, efek goncangan lebih ditimbulkan karena desakan mag
ma, sedangkan pada gempabumi tektonik efek goncangan langsung ditimbulkan oleh ben
turan kedua lempeng tektonik. Bila lempeng tektonik yang terlibat adalah lempeng benua
dengan lempeng samudera, maka akan terjadi deformasi di dasar laut yang kemudian me
nimbulkan tsunami karena batas lempengnya umumnya berada di dasar laut.
Gempabumi runtuhan adalah gempabumi lokal yang terjadi apabila suatu gua di d
aerah batuan karst atau lokasi pertambangan runtuh. Sedangkan gempabumi jatuhan met
eor akibat kejatuhan meteorit atau benda langit ke permukaan bumi. Hal ini pernah terjad
i di kawasan Arizona, Amerika hingga meninggalkan bekas berupa lekukan tanah yang c
ukup lebar seperti membentuk sebuah kawah. Gempabumi yang disebabkan oleh aktivita
s dari manusia, yakni seperti peledakan dinamit, nuklir, ledakan bom, atau palu yang dip
ukulkan ke permukaan bumi.
Gempabumi berdasarkan kedalaman fokus (hypocentre) sebagai berikut: gempab
umi dangkal (shallow) kurang dari 70 km, gempabumi menengah (intermediate) kurang
dari 300 km, dan gempabumi dalam (deep) lebih dari 300 km atau 450 km. Skala
kualitatif yang banyak dipakai untuk mengukur intensitas gempabumi berdasarkan apa
yang dirasakan adalah skala Mercalli termodifikasi, yang terbagi dalam 12 tingkatan,
sebagai berikut :

Skala Hal yang Terjadi

I Tidak terasa

II Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi

III Getaran dirasakan seperti ada kendaraan berat melintas.

13
Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding rumah, benda terg
IV
antung bergoyang.
Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda kecil di atas rak mam
V
pu jatuh.

VI Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.

VII Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat berjalan/berdiri.

VIII Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.

IX Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan parah.

X Jembatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor, rel kereta api bengkok.

Rel kereta api rusak, bendungan dan tanggul hancur, seluruh bangunan hampir hanc
XI
ur dan terjadi longsor besar.
Seluruh bangunan hancur lebur, batu dan barang-barang terlempar ke udara, tanah b
ergerak seperti gelombang, aliran sungai dapat berubah, pasir dan lumpur bergeser s
XII ecara horizontal, air dapat terlempar dari danau, diikuti dengan suara gemuruh yang
besar, terjadi longsor skala besar, kebakaran, banjir, tsunami di daerah pantai, dan ak
tivitas gunung berapi.
Tabel 2. Skala Mercalli

2.5. TSUNAMI

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan “tsu” bera
rti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak
laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB
No.8 Tahun 2011). Menurut Bakornas PB (2007), Tsunami dapat diartikan sebagai gelomban
g laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gan
gguan impulsive tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya gelombang terse
but mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau berkurangnya ked
alaman perairan, dengan proses ini arah pergerakan arah gelombang juga berubah dan energi
gelombang bias menjadi terfokus atau juga menyebar. Di perairan dalam tsunami mampu ber
gerak dengan kecepatan 500 sampai 1000 kilometer per jam sedangkan di perairan dangkal k
ecepatannya melambat hingga beberapa puluh kilometer per jam, demikian juga ketinggian t
sunami juga bergantung pada kedalaman perairan. Amplitudo tsunami yang hanya memiliki

14
ketinggian satu meter di perairan dalam bias meninggi hingga puluhan meter di garis pan
tai (Puspito, 2010).

Mekanisme tsunami akibat gempa bumi dapat diuraikan dalam 4 (empat) tahap
yaitu kondisi awal, pemisahan gelombang, amplifikasi, dan rayapan.

a) Kondisi Awal.
Gempa bumi biasanya berhubungan dengan goncangan permukaan yang terjad
i sebagai akibat perambatan gelombang elastik (elastic waves) melewati batuan das
ar ke permukaan tanah. Pada daerah yang berdekatan dengan sumber-sumber gemp
a laut (patahan), dasar lautan sebagian akan terangkat (uplifted) secara permanen d
an sebagian lagi turun ke bawah (down-dropped), sehingga mendorong kolom air n
aik dan turun. Energi potensial yang diakibatkan dorongan air ini, kemudian beruba
h menjadi gelombang tsunami atau energi kinetik di atas elevasi muka air laut rata-
rata (mean sea level) yang merambat secara horisontal. Kasus yang diperlihatkan a
dalah keruntuhan dasar lereng kontinental dengan lautan yang relatif dalam akibat
gempa. Kasus ini dapat juga terjadi pada keruntuhan lempeng kontinental dengan k
edalaman air dangkal akibat gempa.
b) Pemisahan Gelombang.
Setelah beberapa menit kejadian gempa bumi, gelombang awal tsunami akan ter
pisah menjadi tsunami yang merambat ke samudera yang disebut sebagai tsunami b
erjarak (distant tsunami), dan sebagian lagi merambat ke pantai-pantai berdekatan
yang disebut sebagai tsunami lokal (local tsunami). Tinggi gelombang di atas muk
a air laut rata-rata dari ke dua gelombang tsunami, yang merambat dengan arah ber
lawanan ini, besarnya kira-kira setengah tinggi gelombang tsunami awal. Kecepata
n rambat ke dua gelombang tsunami ini dapat diperkirakan sebesar akar dari kedala
man laut ( gd ). Oleh karena itu, kecepatan rambat tsunami di samudera dalam akan
lebih cepat dari pada tsunami lokal.
c) Amplifikasi.
Pada waktu tsunami lokal merambat melewati lereng kontinental, sering terjad
i hal-hal seperti peningkatan amplitudo gelombang dan penurunan panjang gelomb
ang Setelah mendekati daratan dengan lereng yang lebih tegak, akan terjadi rayapa
n gelombang.
d) Rayapan.

15
Pada saat gelombang tsunami merambat dari perairan dalam, akan melewati b
agian lereng kontinental sampai mendekati bagian pantai dan terjadi rayapan tsuna
mi . Rayapan tsunami adalah ukuran tinggi air di pantai terhadap muka air laut rat
a-rata yang digunakan sebagai acuan. Dari pengamatan berbagai kejadian tsunami,
pada umumnya tsunami tidak menyebabkan gelombang tinggi yang berputar setem
pat (gelombang akibat angin yang dimanfaatkan oleh peselancar air untuk meluncu
r di pantai). Namun, tsunami datang berupa gelombang kuat dengan kecepatan ting
gi di daratan yang berlainan seperti diuraikan pada Amplikasi, sehingga rayapan ge
lombang pertama bukanlah rayapan tertinggi (Anonim, usgs.gov, 2013).

2.6. TANAH BERGERAK

Gerakan tanah adalah suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau
batuan penyusun lereng. Definisi di atas dapat menunjukkan bahwa massa yang bergera
k dapat berupa massa tanah, massa batuan ataupun percampuran antara keduanya. Masy
arakat pada umumnya menerapkan istilah longsoran untuk seluruh jenis gerakan tanah,
baik yang melalui bidang gelincir ataupun tidak. Varnes (1978) secara definitif juga me
nerapkan istilah longsoran ini untuk seluruh jenis gerakan tanah. Gerakan tanah merupa
kan salah satu proses geologi yang terjadi akibat interaksi beberapa kondisi antara lain
geomorfologi, struktur geologi, hidrogeologi dan tata guna lahan. Kondisi tersebut salin
g berpengaruh sehingga mewujudkan kondisi lereng yang cenderung bergerak (Karnaw
ati, 2007).
Gerakan tanah dapat diidentifikasi melalui tanda-tanda sebagai berikut: muncul
nya retak tarik dan kerutan-kerutan di permukaan lereng, patahnya pipa dan tiang listrik
miringnya pepohonan, perkerasan jalan yang terletak pada timbunan mengalami ambla
s, rusaknya perlengkapan jalan seperti pagar pengaman dan saluran drainase, tertutupny
a sambungan ekspansi pada pelat jembatan, hilangnya kelurusan dari fondasi bangunan,
tembok bangunan retak-retak, dan dinding penahan tanah retak serta miring ke depan
(Hardiyatmo, 2012).
Kerentanan lereng terhadap gerakan tanah didefinisikan sebagai kecenderungan
lereng dalam suatu wilayah atau zona untuk mengalami gerakan, tanpa mempertimbang
kan resikonya terhadap kerugian jiwa atau ekonomi. Apabila aspek risiko terhadap man

16
usia diperhitungkan, maka lebih tepat diterapkan istilah kerawanan (BAPEKOINDA, 2
002).
Di Indonesia, longsoran dengan bidang gelincir melengkung banyak terjadi,
terutama pada lereng dengan tanah lempung atau lempung pasiran. Untuk itu perlu
adanya pemahaman istilah teknis tentang bagian-bagian pada geometri suatu longsoran.
Pemahaman tentang bagian-bagian geometri longsoran ini diperlukan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan longsoran. Bagian-bagian tersebut ditunjukkan pada
gambar.

Gambar 5. Bagian-bagian Longsor

Nama Definisi
Mahkota Lon Daerah yang tidak bergerak dan berdekatan dengan bagian tertinggi dari te
gsoran bing atau gawir utama longsoran

Tebing atau g
Permukaan lereng yang curam pada tanah yang tidak terganggu dan terleta
awir utama lo
k pada bagian atas dari longsoran
ngsoran

Puncak Long Titik tertinggi terletak di antara kontak material yang bergerak atau pindah
soran dengan tebing atau gawir utama longsoran

Kepala Longs Bagian atas dari longsoran sepanjang kontak antara material yang bergerak
oran atau pindah dan tebing atau gawir utama longsoran

Tebing atau g Permukaan yang curam pada material yang bergerak atau pindah yang dih
awir minor asilkan oleh pergerakan ikutan dari material longsoran

17
Bagian longsoran yang terletak pada material yang bergerak yang merupak
Tubuh Utama an tampalan antara bidang gelincir, tebing utama longsoran dan jari bidang
gelincir

Kaki Longsor Bagian dari longsoran yang bergerak mulai dari jari bidang gelincir dan be
an rtampalan dengan permukaan tanah asli

Ujung Longs Titik pada jari kaki longsoran yang letaknya paling jauh dari puncak longs
oran oran

Bagian paling bawah longsoran yang biasanya berbentuk lengkung, berasa


Jari Kaki Lon
l dari material longsoran yang bergerak dan letaknya paling jauh dari tebin
gsoran
g utama

Bidang Gelin
Bidang kedap air yang menjadi landasan bergeraknya massa tanah
cir

Jari dari bida Tampalan antara bagian bawah dari bidang gelincir longsoran dengan per
ng gelincir mukaan tanah asli

Permukaan P Bagian dari permukaan tanah asli yang bertampalan dengan kaki longsora
emisah n

Material yang Material yang bergerak dari posisi asli yang digerakkan oleh longsoran ya
bergerak ng dibentuk oleh massa yang tertekan dan akumulasi massa

Daerah yang Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak dan t
tertekan erletak di bawah permukaan tanah asli

Zona akumul Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak dan t
asi erletak di atas permukaan tanah asli

Volume yang dibentuk oleh tebing utama longsoran, massa yang tertekan
Penekanan
dan permukaan asli

Massa yang t Volume dari material yang bergerak bertampalan dengan bidang gelincir t
ertekan etapi berada di bawah permukaan tanah asli

Volume dari material yang bergerak dan terletak di atas permukaan tanah
Akumulasi
asli

Material yang tidak mengalami pergerakan yang berdekatan dengan sisi sa


Sayap
mping bidang gelincir

Permukaan ta
Permukaan lereng sebelum terjadi longsoran
nah yang asli
Tabel 3. Bagian-bagian longsoran (Varnes,1978 dalam BAPEKOINDA, 1996)

18
Kondisi geomorfologi dan geologi merupakan parameter-parameter dari pemicu ger
akan tanah. Aspek geomorfologi seperti kelerengan berperan aktif dalam mengontrol terjad
inya gerakan tanah. Semakin besar kelerengan semakin besar gaya penggerak massa tanah
atau batuan penyusun lereng. Namun perlu diperhatikan tidak semua lahan yang miring sel
alu rentan untuk bergerak. Hal ini sangat tergantung kondisi geologinya, seperti jenis strukt
ur, dan komposisi tanah atau batuan penyusun lereng (BAPEKOINDA, 2002). Van Zuidam
(1988) dalam Rahmawati (2009) mengklasifikasikan kemiringan lereng menjadi 7, yaitu :
a. 0 º- 2 º (0% - 2%) kemiringan lereng datar.

b. 2 º - 4 º (2% - 7%) kemiringan lereng landai.

c. 4 º - 8 º (7% - 15%) kemiringan lereng miring.

d. 8 º - 16 º (15% - 30%) kemiringan lereng agak curam.

e. 16 º - 35 º (30% - 70%) kemiringan lereng curam.

f. 35 º - 55 º (70% - 140%) kemiringan lereng sangat curam.

g. >55 º (>140%) kemiringan lereng terjal.

19
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. BAHAYA DAN BENCANA GUNUNGAPI


Gunungapi tentunya memiliki berbagai manfaat baik yang positif maupun yang
negative. Bahaya yang akan ditimbulkan dari bencana gunungapi antara lain :
 Aliran lava
 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia
 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Perekonomian tersendat
 Kegiatan belajar mengajar terhambat
 TBC
 dan sebagainya
3.2. BAHAYA DAN BENCANA GEMPA
Adanya gempa merupakan suatu ancaman bagi manusia, yang tentunya akan
menghambat kelangsungan hidup. Bahaya yang akan ditimbulkan dari adanya gempa
antara lain :
 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia
 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Kerusakan sarana transportasi
 Perekonomian tersendat
 Keseimbangan terjaga
 Trauma psikis
 Sarana komunikasi terganggu
 dan sebagainya

3.3. BAHAYA DAN BENCANA TSUNAMI


Bahaya dan juga bencana dari adanya tsumani dapat menimbulkan berbagai
kerugian. Hal ini tentunya dapat diantisipasi sebelum datangnya bencana. Bahaya yang
akan ditimbulkan dari adanya bencana tsunami ini antara lain :
 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia

20
 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Kerusakan sarana transportasi
 Perekonomian tersendat
 Trauma psikis bagi yang selamat
 Sarana komunikasi terganggu
 Keseimbangan terjaga
 dan sebagainya
3.4. BAHAYA DAN BENCANA TANAH BERGERAK

Bahaya dan bencana dari adanya tanah bergerak salah satunya adalah tanah
longsor. Longsoran ini dapat menimbulkan berbagai macam dampak bagi korban,
maupun bagi makhluk hidup di sekitarnya. Bahaya dari adanya tanah longsor ini antara
lain :

 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia


 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Kerusakan sarana transportasi
 Perekonomian tersendat
 Trauma psikis bagi yang selamat
 Keseimbagan alam terjaga
 Sarana komunikasi terganggu
 dan sebagainya

21
BAB IV

PENUTUP

4.1. SIMPULAN

1. Bahaya dan Bencana Gunungapi


 Aliran lava
 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia
 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Perekonomian tersendat
 Kegiatan belajar mengajar terhambat
 TBC
 dan sebagainya
2. Bahaya dan Bencana Gempa
 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia
 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Kerusakan sarana transportasi
 Perekonomian tersendat
 Keseimbangan terjaga
 Trauma psikis
 Sarana komunikasi terganggu
 dan sebagainya
3. Bahaya dan Bencana Tsunami
 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia
 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Kerusakan sarana transportasi
 Perekonomian tersendat
 Trauma psikis bagi yang selamat
 Sarana komunikasi terganggu
 Keseimbangan terjaga

22
 dan sebagainya
4. Bahaya dan Bencana Tsunami
 Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia
 Kepunahan flora dan fauna
 Kerusakan fasilitas umum
 Kerusakan sarana transportasi
 Perekonomian tersendat
 Trauma psikis bagi yang selamat
 Keseimbagan alam terjaga
 Sarana komunikasi terganggu
 dan sebagainya

4.2. SARAN

Dengan tugas ini, saya buat yang semestinya tidak jauh dari kekurangan dan kesa
lahan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan. Dan perlu ditinja
u atau di kaji ulang untuk mencapai kesempurnaan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat b
agi para pembacanya.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi

https://id.wiktionary.org/wiki/bahaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana

(Gempa Bumi, Tsunami Dan Mitigasinya;Jurnal Geografi, Anonim, 2010)

(Sunarjo, Gunawan, & Pribadi, Gempabumi Edisi Populer;2012)

(Kemiringan tanah;Anonim, 2007)

(Nandi, 2007)

(Oliver, 2013)

24

Anda mungkin juga menyukai