Disusun Oleh :
ALIYUDDIN JAMIL
NPM. 270110190012
Kelas C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya.
Dengan diberikannya tugas ini, sangatlah baik dan berguna bagi setiap siswa/siswi
mendapatkan suatu gambaran tentang mitigas kebencaan geologi
Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Dengan tersusunya tugas ini penulis berharap dapat mengetahui lebih dalam tentang
mitigasi kebencanaan geologi.
Akhir kata penulis meminta maaf apabila penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kemajuan bagi penulis
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
2.1 BAHAYA......................................................................................................3
2.2 BENCANA....................................................................................................4
2.3 GUNUNGAPI................................................................................................4
2.4 GEMPA.......................................................................................................10
2.5 TSUNAMI....................................................................................................14
2.6 TANAH BERGERAK.................................................................................16
4.1. SIMPULAN..................................................................................................22
4.2. SARAN.........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
onesia terdapat deretan gunung api terutama dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara.
Keterdapatan deretan gunung api tersebut memberikan keuntungan bahwa tanah disekitar
nya akan menjadi subur dan produktif. Namun juga adanya gunung api yang masih aktif
tersebut bahaya letusan gunung api juga harus diwaspadai. Selain itu bahaya banjir lahar
dingin terutama pada musim hujan juga tidak boleh dilupakan.
Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan Indonesia merupakan jalu
r penyebab gempa tektonik yang mana bersifat regional dan umumnya kerusakan yang di
timbulkan sangat parah. Jalur gempa tersebut secara geologis berdampingan dengan jalur
gempa bumi. Sebagian jalur gempa bumi tersebut berada di laut sehingga sangat berpote
nsi menimbulkan bencana tsunami.
1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya gunungapi.
Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya gempa.
Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya tsunami.
Untuk mengetahui apa bahaya dan bencana dari adanya tanah bergerak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. BAHAYA
3
2.2. BENCANA
Menurut saya, bencana dapat dikatakan sebagai bahaya yang sudah terjadi dan
menyebabkan kerusakan, kerugian, penderitaan, kecelakan, dan lain sebagainya.
2.3. GUNUNGAPI
4
Gambar 1. Gunung berapi Mahameru atau Semeru di belakang. Latar depan adalah Kaldera
Tengger termasuk Bromo, Jawa Timur, Indonesia.
5
dan butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat menghalangi matahari dan
mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti troposfer, tetapi material tersebut
juga dapat menyerap panas yang dipancarkan dari bumi sehingga memanaskan stratosfer.
Dari sejarah, musim dingin vulkanik telah mengakibatkan bencana kelaparan yang parah.
Lebih lanjut, istilah "gunung api" juga dipakai untuk menamai fenomena
pembentukan ice volcano (gunung api es) dan mud volcano (gunung api lumpur).
Gunung api es biasa terjadi di daerah garis lintang tinggi yang mempunyai musim dingin
bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat dicontohkan di
daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.
Apabila kedua lempeng tektonik bergerak saling menjauhi satu sama lain,
maka kerak samudra yang baru akan terbentuk dari keluarnya magma ke permuka
an dasar laut. Wilayah antara kedua lempeng yang saling menjauh ini dinamakan
dengan batas divergen. Aktivitas ini lalu akan memunculkan Punggung tengah sa
mudra yang terbentuk dari pendinginan magma yang muncul ke permukaan. Gun
ung berapi yang terbentuk dari aktivitas ini berada di bawah laut, yang ditandai de
ngan fenomena Ventilasi hidrotermal. Apabila punggung tengah samudra ini men
cuat sampai ke permukaan laut, maka kepulauan vulkanik akan terbentuk, contoh
nya adalah Islandia.
6
2.1.2. Batas konvergen antar lempeng
7
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehing
ga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berl
ereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentu
k gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
Kerucut bara (Cinder cone)
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menye
bar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di p
uncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat di masa lalu y
ang melempar bagian atas dan tepi gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung
Bromomerupakan jenis ini, dimana kaldera Tengger merupakan hasil letusan besar d
i masa lalu.
Maar
Dikenal juga dengan istilah gunung api corong, merupakan gunung berapi den
gan ketinggian rendah dan diameter kepundan yang lebar, dimana gunung berapi ini
terbentuk dari letusan freatomagmatik yang disebabkan oleh tercampurnya magma d
engan air di bawah tanah. Saat tidak aktif, maar biasanya terisi oleh air sehingga tam
pak seperti sebuah danau biasa.
8
Status Makna Tindakan
9
2.4. GEMPA
Gambar 2. Kepulauan Indonesia terletak pada zona interaksi 3 lempeng bumi (Sukamto,
2000).
10
Gempabumi dapat terjadi kapan dan di mana saja. Meskipun demikian, konsentra
si gempabumi cenderung terjadi di tempat‐tempat tertentu saja di lapisan kulit bumi. Lap
isan kulit bumi terluar atau litosfer terdiri atas lempeng‐lempeng tektonik yang kaku dan
terapung di atas batuan yang relatif tidak kaku serta bergerak satu sama lain. Daerah pert
emuan dua lempeng disebut sebagai plate margin atau batas lempeng, yang bisa berupa z
ona subduksi, pemekaran dasar samudra, atau pengangkatan, pelipatan, dll. di zona tumb
ukan.
Gempabumi tidak dapat terjadi di sembarang tempat, tetapi umumnya gempabum
i terjadi di sekitar batas lempeng, yang membentuk jalur gempabumi dunia, dan sekitar s
esar. Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjau
hi, saling mendekati, atau saling bergeser (Gambar 2.3). Umumnya, gerakan ini berlangs
ung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0‐15 cm per ta
hun.
Gambar 3. Jenis pergerakan lempeng, yaitu: saling menjauhi (A), saling mendekati (B), dan s
aling geser (C) (Sumber : John Willey, 1999).
Kadang‐kadang gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci sehingga terjad
i pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat tidak mampu lagi
menahan stress tersebut sehingga patah secara mendadak dan melepaskan energi dalam b
entuk getaran yang kita kenal sebagai gempabumi. Ada tiga kemungkinan pergerakan sat
u lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling
menjauhi (spreading), saling mendekati (collision) dan saling geser (transform).
Di bawah lapisan kulit bumi terdapat lapisan mantel (selubung), yang suhunya j
auh lebih panas. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tid
ak kaku, dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal seba
gai aliran konveksi. Aktivitas magma dalam mantel bisa juga mendesak sampai ke permu
kaan hingga membentuk rangkaian gunung berapi, yang dikenal dengan lingkaran api (ri
ng of fire)
11
Gambar 4. Lempeng‐lempeng tektonik dunia yang saling bergerak satu sama lain membe
ntuk jalur‐jalur tektonik (garis hitam) dan lingkaran api sebagai gunung berapi aktif (bola
merah) (Sumber: Topinka, USGS, 1997).
12
Gempabumi vulkanik adalah gempabumi yang disebabkan oleh kegiatan gunung
api. Magma yang berada pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan
melepaskan energinya secara tiba‐tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Selain itu, p
elepasan energi stress tersebut juga menyebabkan gerakan magma secara perlahan. Aktiv
itas gempabumi tektonik dapat memicu aktivitas gempabumi vulkanik. Naiknya magma
ke permukaan dapat dipicu oleh pergeseran lempeng tektonik pada sesar bumi. Biasanya
ini terjadi pada batas lempeng tektonik yang bersifat konvergen (saling mendesak). Hany
a saja pada gempabumi vulkanik, efek goncangan lebih ditimbulkan karena desakan mag
ma, sedangkan pada gempabumi tektonik efek goncangan langsung ditimbulkan oleh ben
turan kedua lempeng tektonik. Bila lempeng tektonik yang terlibat adalah lempeng benua
dengan lempeng samudera, maka akan terjadi deformasi di dasar laut yang kemudian me
nimbulkan tsunami karena batas lempengnya umumnya berada di dasar laut.
Gempabumi runtuhan adalah gempabumi lokal yang terjadi apabila suatu gua di d
aerah batuan karst atau lokasi pertambangan runtuh. Sedangkan gempabumi jatuhan met
eor akibat kejatuhan meteorit atau benda langit ke permukaan bumi. Hal ini pernah terjad
i di kawasan Arizona, Amerika hingga meninggalkan bekas berupa lekukan tanah yang c
ukup lebar seperti membentuk sebuah kawah. Gempabumi yang disebabkan oleh aktivita
s dari manusia, yakni seperti peledakan dinamit, nuklir, ledakan bom, atau palu yang dip
ukulkan ke permukaan bumi.
Gempabumi berdasarkan kedalaman fokus (hypocentre) sebagai berikut: gempab
umi dangkal (shallow) kurang dari 70 km, gempabumi menengah (intermediate) kurang
dari 300 km, dan gempabumi dalam (deep) lebih dari 300 km atau 450 km. Skala
kualitatif yang banyak dipakai untuk mengukur intensitas gempabumi berdasarkan apa
yang dirasakan adalah skala Mercalli termodifikasi, yang terbagi dalam 12 tingkatan,
sebagai berikut :
I Tidak terasa
13
Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding rumah, benda terg
IV
antung bergoyang.
Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda kecil di atas rak mam
V
pu jatuh.
VII Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat berjalan/berdiri.
X Jembatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor, rel kereta api bengkok.
Rel kereta api rusak, bendungan dan tanggul hancur, seluruh bangunan hampir hanc
XI
ur dan terjadi longsor besar.
Seluruh bangunan hancur lebur, batu dan barang-barang terlempar ke udara, tanah b
ergerak seperti gelombang, aliran sungai dapat berubah, pasir dan lumpur bergeser s
XII ecara horizontal, air dapat terlempar dari danau, diikuti dengan suara gemuruh yang
besar, terjadi longsor skala besar, kebakaran, banjir, tsunami di daerah pantai, dan ak
tivitas gunung berapi.
Tabel 2. Skala Mercalli
2.5. TSUNAMI
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan “tsu” bera
rti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak
laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB
No.8 Tahun 2011). Menurut Bakornas PB (2007), Tsunami dapat diartikan sebagai gelomban
g laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gan
gguan impulsive tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya gelombang terse
but mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau berkurangnya ked
alaman perairan, dengan proses ini arah pergerakan arah gelombang juga berubah dan energi
gelombang bias menjadi terfokus atau juga menyebar. Di perairan dalam tsunami mampu ber
gerak dengan kecepatan 500 sampai 1000 kilometer per jam sedangkan di perairan dangkal k
ecepatannya melambat hingga beberapa puluh kilometer per jam, demikian juga ketinggian t
sunami juga bergantung pada kedalaman perairan. Amplitudo tsunami yang hanya memiliki
14
ketinggian satu meter di perairan dalam bias meninggi hingga puluhan meter di garis pan
tai (Puspito, 2010).
Mekanisme tsunami akibat gempa bumi dapat diuraikan dalam 4 (empat) tahap
yaitu kondisi awal, pemisahan gelombang, amplifikasi, dan rayapan.
a) Kondisi Awal.
Gempa bumi biasanya berhubungan dengan goncangan permukaan yang terjad
i sebagai akibat perambatan gelombang elastik (elastic waves) melewati batuan das
ar ke permukaan tanah. Pada daerah yang berdekatan dengan sumber-sumber gemp
a laut (patahan), dasar lautan sebagian akan terangkat (uplifted) secara permanen d
an sebagian lagi turun ke bawah (down-dropped), sehingga mendorong kolom air n
aik dan turun. Energi potensial yang diakibatkan dorongan air ini, kemudian beruba
h menjadi gelombang tsunami atau energi kinetik di atas elevasi muka air laut rata-
rata (mean sea level) yang merambat secara horisontal. Kasus yang diperlihatkan a
dalah keruntuhan dasar lereng kontinental dengan lautan yang relatif dalam akibat
gempa. Kasus ini dapat juga terjadi pada keruntuhan lempeng kontinental dengan k
edalaman air dangkal akibat gempa.
b) Pemisahan Gelombang.
Setelah beberapa menit kejadian gempa bumi, gelombang awal tsunami akan ter
pisah menjadi tsunami yang merambat ke samudera yang disebut sebagai tsunami b
erjarak (distant tsunami), dan sebagian lagi merambat ke pantai-pantai berdekatan
yang disebut sebagai tsunami lokal (local tsunami). Tinggi gelombang di atas muk
a air laut rata-rata dari ke dua gelombang tsunami, yang merambat dengan arah ber
lawanan ini, besarnya kira-kira setengah tinggi gelombang tsunami awal. Kecepata
n rambat ke dua gelombang tsunami ini dapat diperkirakan sebesar akar dari kedala
man laut ( gd ). Oleh karena itu, kecepatan rambat tsunami di samudera dalam akan
lebih cepat dari pada tsunami lokal.
c) Amplifikasi.
Pada waktu tsunami lokal merambat melewati lereng kontinental, sering terjad
i hal-hal seperti peningkatan amplitudo gelombang dan penurunan panjang gelomb
ang Setelah mendekati daratan dengan lereng yang lebih tegak, akan terjadi rayapa
n gelombang.
d) Rayapan.
15
Pada saat gelombang tsunami merambat dari perairan dalam, akan melewati b
agian lereng kontinental sampai mendekati bagian pantai dan terjadi rayapan tsuna
mi . Rayapan tsunami adalah ukuran tinggi air di pantai terhadap muka air laut rat
a-rata yang digunakan sebagai acuan. Dari pengamatan berbagai kejadian tsunami,
pada umumnya tsunami tidak menyebabkan gelombang tinggi yang berputar setem
pat (gelombang akibat angin yang dimanfaatkan oleh peselancar air untuk meluncu
r di pantai). Namun, tsunami datang berupa gelombang kuat dengan kecepatan ting
gi di daratan yang berlainan seperti diuraikan pada Amplikasi, sehingga rayapan ge
lombang pertama bukanlah rayapan tertinggi (Anonim, usgs.gov, 2013).
Gerakan tanah adalah suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau
batuan penyusun lereng. Definisi di atas dapat menunjukkan bahwa massa yang bergera
k dapat berupa massa tanah, massa batuan ataupun percampuran antara keduanya. Masy
arakat pada umumnya menerapkan istilah longsoran untuk seluruh jenis gerakan tanah,
baik yang melalui bidang gelincir ataupun tidak. Varnes (1978) secara definitif juga me
nerapkan istilah longsoran ini untuk seluruh jenis gerakan tanah. Gerakan tanah merupa
kan salah satu proses geologi yang terjadi akibat interaksi beberapa kondisi antara lain
geomorfologi, struktur geologi, hidrogeologi dan tata guna lahan. Kondisi tersebut salin
g berpengaruh sehingga mewujudkan kondisi lereng yang cenderung bergerak (Karnaw
ati, 2007).
Gerakan tanah dapat diidentifikasi melalui tanda-tanda sebagai berikut: muncul
nya retak tarik dan kerutan-kerutan di permukaan lereng, patahnya pipa dan tiang listrik
miringnya pepohonan, perkerasan jalan yang terletak pada timbunan mengalami ambla
s, rusaknya perlengkapan jalan seperti pagar pengaman dan saluran drainase, tertutupny
a sambungan ekspansi pada pelat jembatan, hilangnya kelurusan dari fondasi bangunan,
tembok bangunan retak-retak, dan dinding penahan tanah retak serta miring ke depan
(Hardiyatmo, 2012).
Kerentanan lereng terhadap gerakan tanah didefinisikan sebagai kecenderungan
lereng dalam suatu wilayah atau zona untuk mengalami gerakan, tanpa mempertimbang
kan resikonya terhadap kerugian jiwa atau ekonomi. Apabila aspek risiko terhadap man
16
usia diperhitungkan, maka lebih tepat diterapkan istilah kerawanan (BAPEKOINDA, 2
002).
Di Indonesia, longsoran dengan bidang gelincir melengkung banyak terjadi,
terutama pada lereng dengan tanah lempung atau lempung pasiran. Untuk itu perlu
adanya pemahaman istilah teknis tentang bagian-bagian pada geometri suatu longsoran.
Pemahaman tentang bagian-bagian geometri longsoran ini diperlukan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan longsoran. Bagian-bagian tersebut ditunjukkan pada
gambar.
Nama Definisi
Mahkota Lon Daerah yang tidak bergerak dan berdekatan dengan bagian tertinggi dari te
gsoran bing atau gawir utama longsoran
Tebing atau g
Permukaan lereng yang curam pada tanah yang tidak terganggu dan terleta
awir utama lo
k pada bagian atas dari longsoran
ngsoran
Puncak Long Titik tertinggi terletak di antara kontak material yang bergerak atau pindah
soran dengan tebing atau gawir utama longsoran
Kepala Longs Bagian atas dari longsoran sepanjang kontak antara material yang bergerak
oran atau pindah dan tebing atau gawir utama longsoran
Tebing atau g Permukaan yang curam pada material yang bergerak atau pindah yang dih
awir minor asilkan oleh pergerakan ikutan dari material longsoran
17
Bagian longsoran yang terletak pada material yang bergerak yang merupak
Tubuh Utama an tampalan antara bidang gelincir, tebing utama longsoran dan jari bidang
gelincir
Kaki Longsor Bagian dari longsoran yang bergerak mulai dari jari bidang gelincir dan be
an rtampalan dengan permukaan tanah asli
Ujung Longs Titik pada jari kaki longsoran yang letaknya paling jauh dari puncak longs
oran oran
Bidang Gelin
Bidang kedap air yang menjadi landasan bergeraknya massa tanah
cir
Jari dari bida Tampalan antara bagian bawah dari bidang gelincir longsoran dengan per
ng gelincir mukaan tanah asli
Permukaan P Bagian dari permukaan tanah asli yang bertampalan dengan kaki longsora
emisah n
Material yang Material yang bergerak dari posisi asli yang digerakkan oleh longsoran ya
bergerak ng dibentuk oleh massa yang tertekan dan akumulasi massa
Daerah yang Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak dan t
tertekan erletak di bawah permukaan tanah asli
Zona akumul Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak dan t
asi erletak di atas permukaan tanah asli
Volume yang dibentuk oleh tebing utama longsoran, massa yang tertekan
Penekanan
dan permukaan asli
Massa yang t Volume dari material yang bergerak bertampalan dengan bidang gelincir t
ertekan etapi berada di bawah permukaan tanah asli
Volume dari material yang bergerak dan terletak di atas permukaan tanah
Akumulasi
asli
Permukaan ta
Permukaan lereng sebelum terjadi longsoran
nah yang asli
Tabel 3. Bagian-bagian longsoran (Varnes,1978 dalam BAPEKOINDA, 1996)
18
Kondisi geomorfologi dan geologi merupakan parameter-parameter dari pemicu ger
akan tanah. Aspek geomorfologi seperti kelerengan berperan aktif dalam mengontrol terjad
inya gerakan tanah. Semakin besar kelerengan semakin besar gaya penggerak massa tanah
atau batuan penyusun lereng. Namun perlu diperhatikan tidak semua lahan yang miring sel
alu rentan untuk bergerak. Hal ini sangat tergantung kondisi geologinya, seperti jenis strukt
ur, dan komposisi tanah atau batuan penyusun lereng (BAPEKOINDA, 2002). Van Zuidam
(1988) dalam Rahmawati (2009) mengklasifikasikan kemiringan lereng menjadi 7, yaitu :
a. 0 º- 2 º (0% - 2%) kemiringan lereng datar.
19
BAB III
PEMBAHASAN
20
Kepunahan flora dan fauna
Kerusakan fasilitas umum
Kerusakan sarana transportasi
Perekonomian tersendat
Trauma psikis bagi yang selamat
Sarana komunikasi terganggu
Keseimbangan terjaga
dan sebagainya
3.4. BAHAYA DAN BENCANA TANAH BERGERAK
Bahaya dan bencana dari adanya tanah bergerak salah satunya adalah tanah
longsor. Longsoran ini dapat menimbulkan berbagai macam dampak bagi korban,
maupun bagi makhluk hidup di sekitarnya. Bahaya dari adanya tanah longsor ini antara
lain :
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. SIMPULAN
22
dan sebagainya
4. Bahaya dan Bencana Tsunami
Korban jiwa, sehingga akan mengurangi populasi manusia
Kepunahan flora dan fauna
Kerusakan fasilitas umum
Kerusakan sarana transportasi
Perekonomian tersendat
Trauma psikis bagi yang selamat
Keseimbagan alam terjaga
Sarana komunikasi terganggu
dan sebagainya
4.2. SARAN
Dengan tugas ini, saya buat yang semestinya tidak jauh dari kekurangan dan kesa
lahan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan. Dan perlu ditinja
u atau di kaji ulang untuk mencapai kesempurnaan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat b
agi para pembacanya.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi
https://id.wiktionary.org/wiki/bahaya
https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana
(Nandi, 2007)
(Oliver, 2013)
24