Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan yang berkembang di indonesia pada tahap awal diyakini
berasal dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad
masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada di
indonesia akan di temukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan
kebudayaan india, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat
itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota
di pusat kerajaan juga di pengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula
dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan agama hindu yang
ada di jawa tengah. Sedangkan Borobudur merupakan candi peninggalan
agama budha. Agama Hindu dan Buddha masuk di berbagai tempat di
Indonesia melalui berbagai jalur, antara lain pendidikan, perdagangan, dan
lain-lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Buddha di
Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-buddha di
Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh kebudayaan dan agama Hindu-Buddha di
Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Buddha
di Indonesia.
2. Mengetahui perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia
3. Mengetahui pengaruh kebudayaan dan agama Hindu-Buddha di
Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Masuknya Kebudayaan dan Agama Hindu-Buddha di
Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di benua Asia terdapat dua negara
besar yang tingkat peradabannya di anggap sudah tinggi yaitu India dan
Cina. Kedua negara ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan
yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui
darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang di lewati India-Cina
adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua
benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki
keuntungan, yaitu:
a. Sering di kunjungi bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab, dan
Persia.
b. Kesempatan melakukan kunjungan perdagangan Internasional terbuka
lebar.
c. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas
d. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Buddha
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan
pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya.
India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada
Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa pendapat
(teori) yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya
Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Teori Ksatria
Pada Teori ksatria ini R.C. Majundar berpendapat, bahwa peranan
penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria
atau para prajurit India. Menurut teori ini, di masa lampau di India
sering terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para

3
prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas
meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai
ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha
mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat
itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. Namun,
teori ksatria yang di kemukakan oleh R.C. Majundar ini kurang di
sertai dengan bukti-bukti yang mendukung. Selama ini belum ada ahli
arkeolog yang dapat menemukan bukti-bukti yang menunjukkan
adanya ekspansi dari prajurit-prajurit India ke Kepulauan Indonesia.
2. Teori Waisya
Teori ini terkait dengan pendapat N.J. Krom yang mengatakan
bahwa kelompok yang berperan dalam penyebaran Hindu-Budha di
Asia Tenggara, termasuk Indonesia adalah kaum pedagang. Pada
mulanya para pedagang india berlayar untuk berdagang. Pada saat itu
jalur perdagangan di tempuh melalui lautan yang menyebabkan
mereka tergantung pada musim angin dan kondisi alam. Bila musim
angin tidak memungkinkan maka mereka akan menetap lebih lama
untuk menunggu musim baik. Para pedagang India pun melekukan
perkawinan dengan penduduk pribumi dan melalui perkawinan
tersebut mereka mengembangkan kebudayaan India. Menurut
G.Coedes, yang memotivasi para pedagang India untuk datang ke
Asia Tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang
terutama emas dan hasil hutan.
3. Teori Brahmana
Teori tersebut sesuai dengan pendapat J.C. van Leur bahwa
Hindunisasi di Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum
Brahmana. Pendapat van Leur didasarkan atas temuan-temuan prasasti
yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Bahasa dan
huruf tersebut hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Selain itu adanya
kepentingan dari para penguasa untuk mengundang para Brahmana
4
India. Mereka diundang ke Asia Tenggara untuk keperluan upacara
keagamaan. Seperti pelaksanaan upacara inisiasi yang dilakukan oleh
para kepala suku agar mereka menjadi golongan ksatria. Pandangan ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Paul Wheatly bahwa
para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan
kebudayaan India guna mengangkat status sosial mereka.
4. Teori Arus Balik
Teori ini lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri
dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para tokohnya
yang pergi ke India. Di India mereka belajar hal ihwal agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah kembali mereka mengajarkan dan
menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya. Pandangan ini
dapat dikaitkan dengan pandangan F.D.K. Bosch yang menyatakan
bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh
kelompok tertentu, mereka itu terdiri dari kaum terpelajar yang
mempunyai semangat untuk menyebarkan agama Buddha. Kedatangan
mereka disambut baik oleh tokoh masyarakat. Selanjutnya karena
tertarik dengan ajaran Hindu-Buddha mereka pergi ke India untuk
memperdalam ajaran itu. Lebih lanjut Bosch mengemukakan bahwa
proses Indianisasi adalah suatu pengaruh yang kuat terhadap
kebudayaan lokal.
5. Teori Sudra
Para budak dari India dan Cina datang ke Nusantara karena di
bawa oleh pemiliknya atau karena mencari kehidupan yang lebih baik.
Pada saat mereka menetap di Nusantara, mereka berasimilasi dan
berakulturasi dengan penduduk sekitar. Hal tersebut membawa
perubahan pada penduduk yang awalnya memeluk animisme dan
dinamisme, berganti memeluk agama Hindu dan Buddha. Teori ini
dikemukakan oleh Van Faber.
5
Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan
arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat
dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca
yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca
Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama buddha. Selain itu, banyak
pula di temukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan melayu
kuno. Berita yang di sampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk
bahwa budaya Buddha menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7
Masehi.
B. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu yang pertama sekaligus
tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai terletak di daerah Muarakaman di
tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sumber sejarah kerajaan
Kutai adalah prasasti yang di sebut yupa, yaitu berupa batu tertulis.
Yupa juga sebagai tugu peringatan dari upacara kurban. Yupa ini di
keluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa
di tulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Dengan melihat
bentuk hurufnya para ahli berpendapat bahwa yupa di buat sekitar
abad ke-5 M.

Sumber: Buku Sejarah Kelas X Semester 1 Kurikulum 2013 Edisi


Revisi 2014
Gambar 1.1 Aksara Yupa & Prasati Yupa D175
6
Dari prasasti tersebut di dapat bahwa Kerajaan Kutai pertama kali
didirikan oleh Raja Kudungga kemudian di lanjutkan oleh anaknya
Raja Aswawarman dan mencapai puncak kejayaan pada masa Raja
Mulawarman (Anak Aswawarman). Raja Mulawarman dikatakan
sebagai raja yang terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu-Siwa
yang setia. Tempat sucinya dinamakan Waprakeswara. Ia juga dikenal
sebagai raja yang sangat dekat dengan kaum brahmana dan rakyat.
Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia mengadakan kurban emas dan
20.000 ekor lembu untuk para brahmana. Oleh karena itu, sebagai rasa
terima kasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para brahmana
mendirikan yupa.
Pada masa ini Kehidupan ekonomi kerajaan pun mengalami
perkembangan. Kutai terletak di tepi sungai, sehingga masyarakatnya
melakukan pertanian. Selain itu, mereka banyak yang melakukan
perdagangan. Bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang
dengan luar. Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat
Makassar, terus ke Filipina dan sampai di Cina. Dalam pelayarannya
dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai.
Dengan demikian, Kutai semakin ramai dan rakyat hidup makmur.
Namun, Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang
bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan melawan
Aji Pangeren Sinum Panji yang merupakan kerajaan Kutai
Kartanegara. Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara
merupakan dua buah kerajaan yang berbeda. Kerajaan Kutai
Kartanegara berdiri pada abad ke-13 di Kutai Lama. Terdapatnya dua
kerajaan yang berada di sungai mahakam tersebut menimbulkan friksi
diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadi peperangan diantara kedua
kerajaan tersebut.
Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah
memimpin kerajaan Kutai, diantaranya sebagai berikut:
7
1. Maharaja Kudungga, gelar Anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Aswawarman (anak Kudungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Tungga Warman
6. Maharaja Jayanaga Warman
7. Maharaja Nalasinga Warman
8. Maharaja Nala Parana Tungga
9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
10. Maharaja Indra Warman Dewa
11. Maharaja Sangga Warman Dewa
12. Maharaja Candrawarman
13. Maharaja Sri Langka Dewa
14. Maharaja Guna Parana Dewa
15. Maharaja Wijaya Warman
16. Maharaja Sri Aji Dewa
17. Maharaja Mulia Putera
18. Maharaja Nala Pandita
19. Maharaja Indra Paruta Dewa
20. Maharaja Dharma Setia
Dalam hal kebudayaan sendiri di temukan salah satu prasati yupa
menyebutkan suatu tempat suci dengan nama “Wapakeswara” (tempat
pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masyarakat kutai memeluk agama siwa.
2. Kerajaan Tarumanagara
Berdirinya Kerajaan Tarumanagara menurut naskah wangsakerta,
pada abad ke-4 masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara lainnya
di datangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari
perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para

8
pengungsi itu umumnya berasal dari daerah kerajaan Palawa dan
Calankayana di India, pihak yang kalah dalam peperangan melawan
kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh
seorang maharesi yang bernama Jayasingawarman. Setelah
mendapatkan persetujuan dari Dewawarman VIII, raja Salakanagara
(kerajaan sunda), maka Jayasingawarman membuka tempat
permukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh
Jayasingawarman di beri nama Tarumadesya (desa Taruma).
Kemudian desa ini banyak di datangi oleh penduduk desa lain,
sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah
setingkat desa menjadi setingkat kota. Semakin hari, kota ini semakin
menunjukan perkembangan yang pesat, karena itulah
Jayasingawarman kemudian membentuk sebuah kerajaan yang
bernama Tarumanagara.
Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya ketika
dipimpin oleh Raja Purnawarman. Di masa itu luas kerajaan
Tarumanagara di perluas dengan menaklukan kerajaan-kerajaan yang
berada di sekitarnya. Tercatat luas kerajaan Tarumanagara hampir
sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. Selain itu raja
Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang
kerajaan, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti
warman. Raja Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan
bijak kepada rakyatnya.
Keruntuhan kerajaan Tarumanagara yaitu pada masa
Kepemimpinan Tarusbawa yaitu suami Manasih (anak
Linggawarman, raja ke-12 Tarumanagara). Penyebab runtuhnya
kerajaan ini dikarenakan tidak adanya kepemimpinan dikerajaan
tersebut karena Tarusbawa lebih memilih mengembangkan kerajaan
sunda yang sebelumnya merupakan kerajaan daerah yang berada
9
dalam kekuasaan Tarumanagara. Lalu tarusbawa merubah nama
Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan sunda. Sehingga membuat
hubungan kerajaan Tarumanegara dengan kerajaan lainnya melemah.
Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa
prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan
Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah prasasti. Prasasti-
prasasti itu berhuruf pallawa dan berbahasa sanskerta. Prasasti itu
adalah:
1. Prasasti Tugu
Inskripsi yang dikeluarkan oleh Purnawarman ini ditemukan di
Kampung batutumbuh, Desa Tugu, dekat Tanjungpriuk, Jakarta.
Dituliskan dalam lima baris tulisan beraksara pallawa dan bahasa
sanskerta.
2. Prasasti Ciaruteun
Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti terdiri atas dua bagian, yaitu
Inskripsi A yang dipahatkan dalam empat baris tulisan berakasara
pallawa dan bahasa sanskerta, dan Inskripsi B yang terdiri dari satu
baris tulisan yang belum dapat dibaca dengan jelas. Inskripsi ini
disertai pula gambar sepasang telapak kaki.
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruetun
Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasastinya dipahatkan dalam satu
baris yang diapit oleh dua buah pahatan telapak kaki gajah.
4. Prasasti Muara Cianten
Terletak di muara Kali Cianten, Kampung Muara, Desa
Ciaruteun Hilir, Cibungbulan, Bogor. Inskripsi ini belum dapat
dibaca. Inskripsi ini dipahatkan dalam bentuk “aksara” yang
menyerupai sulur-sulsuran, dan oleh para ahli disebut aksara ikal.

10
5. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)
Terletak di sebuah bukit (pasir) Koleangkak, Desa Parakan
Muncang, Nanggung, Bogor. Inskripsinya dituliskan dalam dua
baris tulisan dengan aksara pallawa dan bahasa sansekerta.
6. Prasasti Cidanghiang (Lebak)
Terletak di tepi kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul, Banten
Selatan. Dituliskan dalam dua baris tulisan beraksara pallawa dan
bahasa sanskerta.
7. Prasasti Pasir Awi
Inskripsi ini terdapt di sebuah bukit bernama Pasir Awi, di
kawasan perbukitan Desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor, Inskripsi
prasasti ini tidak dapat dibaca karena inskripsi ini lebih berupa
gambar (piktograf) dari pada tulisan. Di bagian atas inskripsi
terdapat sepasang telapak kaki.

(a) (b) (c)


Sumber: Buku Sejarah Kelas X Semester 1 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014
Gambar 1.2 Prasasti Tugu(a), Prasasti Ciaruteun(b), Prasasti Kebon Kopi(c)

Dalam kehidupan agama, sebagian besar masyarakat Tarumanegara


memeluk agama Hindu. Sedikit yang beragama Buddha dan masih ada
yang mempertahankan agama nenek moyang (animisme).
Berdasarkan berita dari Fa-Hien, di To-lomo (Tarumanegara) terdapat
11
tiga agama, yakni agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan
animisme. Raja memeluk agama Hindu. Sebagai bukti, pada prasasti
Ciaruteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa
Wisnu. Sumber Cina lainnya menyatakan bahwa, pada masa
DinastiT’ang terjadi hubungan perdagangan dengan Jawa.
Barangbarang yang diperdagangkan adalah kulit penyu, emas, perak,
cula badak, dan gading gajah. dituliskan pula bahwa penduduk daerah
itu pandai membuat minuman keras yang terbuat dari bunga kelapa.
Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah
memimpin kerajaan Tarumanagara, diantaranya sebagai berikut:
1. Jayasingawarman (358-382 M)
2. Dharmayawarman (383-395 M)
3. Wisnuwarman (396-434 M)
4. Indrawarman (435-455 M)
5. Candrawarman (456-515 M)
6. Suryawarman (516-535 M)
7. Kertawarman (536-561 M)
8. Sudhawarman (562-628 M)
9. Hariwangsawarman (629-639 M)
10. Nagajayawarman (640-666 M)
11. Linggawarman (667-669 M)
3. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau
Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh
Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang di
perkirakan berada didaerah Singosari, malang. Kerajaan ini bercorak
Hindu.
Kerajaan ini pernah berjaya pada masa kepemimpinan Kertanagara
yang sekaligus menjadi raja terbesar dalam sejarah kerajaan Singasari.

12
Beliau mengirimkan ekspedisi palamayu untuk membuat Sumatera
sebagai benteng pertahanan. Kemudian pada tahun 1284, beliau juga
mengadakan ekspedisi untuk menaklukkan Bali.
Runtuhnya kerajaan ini adalah akibat dari sibuknya mengirim
angkatan perang ke luar Jawa serta pemberontakan Jayakatwang dan
berhasil membunuh raja Kertanegara. Jayakatwang kemudian
membangun ibukota di kadiri atau yang sekarang disebut kediri.
Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah
memimpin kerajaan Singasari, diantaranya sebagai berikut:
1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1247)
2. Anuspati (1247-1249)
3. Tohjaya (1249-1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250-1272)
5. Kertanegara (1272-1292)
4. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang
bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken
Arok raja Singosari. Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak
kejayaannya di masa pemerintahan raja Hayam Wuruk (1350-1389).
Kebesaran kerajaan di tunjang oleh pertanian sudah teratur,
perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang
kuat yang dipimpin oleh Hayam Wuruk bersama Patih Gaja Mada.
Dibawah Patih Gajah Mada, Majapahit banyak menaklukkan
daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan
membuat sumpah palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah
palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah nusantara.”
Majapahit mulai mengalami kemunduran saat meninggalnya Patih
Gajah Mada pada tahun 1364 dan raja Hayam Wuruk di tahun 1389,
terjadinya perang Paragreg tahun 1401-1406 yang merupakan perang

13
saudara yang memperebutkan kekuasaan, serta daerah bawahan mulai
melepaskan diri.
Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah
memimpin kerajaan Majapahit, diantaranya sebagai berikut:
1. Raden Wijaya (1273-1309)
2. Jayanegara (1309-1328)
3. Tribhuwanatunggaldewi (1328-1350)
4. Hayam Wuruk (1350-1389)
5. Wikramawardana (1389-1429)
6. Kertabhumi (1429-1478)
5. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 masehi. Kerajaan
Sriwijaya menganut kepercayaan agama Buddha yang ada di
Sumatera Selatan. Bukti sejarah kerajaan Sriwijaya yaitu catatan
perjalanan dari seorang pendeta Tiongkok bernama I-tsing yang ingin
belajar agama Buddha di India, singgah terlebih dahulu di Sriwijaya
untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 bulan pada tahun 671.
Tercatat juga kerajaan Sriwijaya pada saat itu di pimpin oleh Dapunta
Hyang.
Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan
Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah
Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di Sriwijaya tinggal
ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha. Salah seorang pendeta
Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Banyak pelajar asing yang
datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta. Kemudian
mereka belajar agama Buddha di Nalanda, India. Antara tahun 1011 -
1023 datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet bernama Atisa
untuk lebih memperdalam pengetahuan agama Buddha. Dalam
kaitannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Buddha, di
14
Sriwijaya ditemukan beberapa peninggalan. Misalnya, Candi Muara
Takus, yang ditemukan dekat Sungai Kampar di daerah Riau.
Kemudian di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada
tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat
suci agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan
Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat.
Selain itu, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan kerajaan
sriwijaya yang di tulis dengan huruf Pallawa dan memakai bahasa
melayu kuno. Beberapa prasasti itu di antara lain sebagai berikut.
1. Prasasti kedukan
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan ditepi Sungai Tatang, dekat
Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M). Isinya
antara lain menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta Hyang
mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan menggunakan
perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa
tentara 20.000 personel
2. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang
di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684
M). Isinya menyebutkan tentang pembangunan sebuah taman yang
disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri
Jayanaga.
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak
berangka tahun. Isinya terutama tentang kutukan-kutukan yang
menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, berangka
tahun 608 Saka (656 M). Isinya terutama permintaan kepada para
dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum setiap
15
orang yang bermaksud jahat.
5. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, berangka tahun 608
saka (686 M). Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur.
Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor berangka tahun
775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti
Nalanda di India Timur.

(a) (b) (c)

Sumber: Buku Sejarah Kelas X Semester 1 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014
Gambar 1.2 Prasasti kedukan bukit(a), Prasasti telaga batu(b), Prasasti kota
kapur(c)

Kebesaran kerajaan Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11.


Kemunduran itu bermula dari serangan besar-besaran yang di lancarkan
kerajaan Cola (India) di bawah pimpinan raja Rajendra Coladewa pada
tahun 1017 dan tahun 1025. Peristiwa serangan kerajaan Cola dapat di
ketahui dari prasasti Tanjore (1030).
6. Kerajaan Mataram Kuno
Pada pertengahan abad ke-8 di Jawa bagian tengah berdiri sebuah
kerajaan baru. Kerajaan itu kita kenal dengan nama Kerajaan Mataram
Kuno. Raja pertama kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Untuk
mengetahui perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dapat digunakan
sumber yang berupa prasasti.

16
Ada beberapa prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Mataram
Kuno diantaranya Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Klura,
Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung. Di samping beberapa prasasti
tersebut, sumber sejarah untuk Kerajaan Mataram Kuno juga berasal
dari berita Cina.
Kemunduran kerajaan Mataram Kuno pada masa Raja
Dharmawangsa yang disebabkan karena kedudukan ibukota kerajaan
yang semakin lam semakin lemah dan tidak menguntungkan.
C. PENGARUH KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU-BUDDHA DI
INDONESIA
a. Kepercayaan dan agama
Bidang kepercayaan atau agama sebelum budaya India masuk, di
Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan
terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan
Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau
jiwa sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap
benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India,
penduduk nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu
dan Buddha,diawali lapisan elit para raja dan keluarganya. Agama
Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami
perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau
dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian
dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang
berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Buddha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu-Buddha yang
dianut oleh masyarakat India.

17
Contohnya upacara atau hari raya Nyepi yang di laksanakan oleh umat
Hindu di Bali, upacara tersebut tidak di laksanakan oleh umat Hindu
di India.
b. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya
penggunaan bahasa Sanskerta yang dapat di temukan sampai sekarang
dimana bahasa Sanskerta memperkaya perbendaharaan bahasa
Indonesia, dan istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa
Sanskerta.
c. Organisasi sosial kemasyarakatan
Dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat
dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang
di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Pemerintahan raja di
Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India
dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah terutama apabila
raja tidak memiliki seorang putra mahkota yaitu seperti kerajaan
majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana
d. Bidang sosial
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata
kehidupan sosial masyarakat. Perubahan itu terjadi sebagai akibat di
perkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat. Kasta-kasta itu
diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya, dan kasta
sudra.
e. Sistem pengetahuan
Dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu.
Menurut perhitungan satu tahun saka sama dengan 365 hari dan
perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun. Sebagai
contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 =
732 M.
18
f. Teknologi
Dalam bidang teknologi salah satunya terlihat dalam seni bangunan
candi. Seni bangunan candi tersebut memang budaya India tetapi
keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi
yang ada di India. Karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur
teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum
dalam kitab silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat
berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Conttoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan
merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu
membuktikan bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan dan
tekologi yang tinggi.
g. Kesenian
Dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni
bangunan dan seni pertunjukan.
1. Seni rupa
Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia di buktikan
dengan di temukannya relief-relif cerita sang buddha pada candi
Borobudur, cerita Ramayana pada candi Prambanan. Dan sekarang
relief-relief tersebut di jadikan hiasan pada bangunan, seperti yang
terdapat pada pustaka wilayah yang terdapat di provinsi Riau.
2. Seni Sastra
Bahasa Sanskerta yang berasal dari India tersebut membawa
pengaruh besar terhadap perkembangan sastra di Indonesia, seperti
prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan Sanskerta. Tidak
hanya itu kitab-kitab yang di buat pada zaman tersebut juga
memiliki nilai sastra yang tinggi
3. Seni bangunan
Yang menjadi bukti berkembangnya budaya India di Indonesia
adalah bangunan candi.
19
Dasar bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa
Indonesia pada zaman megalitikum yang berupa punden berundak-
undak kemudian mendapat pengaruh dari kebudayaan India
sehingga menjadi wujud sebuah candi.
4. Seni pertunjukan
Wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia.
Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari
pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana maupun
Mahabharata yang berasal dari budaya India.
20

Anda mungkin juga menyukai