Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas pertolongan serta pengasihannya penulis dapat menyelesaikan tugas
proposal yang berjudul : STUDI PERUBAHAN RONA LINGKUNGAN BEKAS
TAMBANG PADA PT.FREEPORT INDONESIA (PTFI) DI KABUPATEN
MIMIKA, PAPUA dengan baik dan tepat pada waktunya. Proposal ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Metodologi
Penelitian.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Bevie Nahumury, ST. MT, sebagai dosen sekaligus
pembimbing.
2. Pimpinan PT. Freeport Indonesia.
3. Orang tua tersayang.
4. Para staf dosen dan administrasi di lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Cenderawasih.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Meskipun peenulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam
penyusunan laporan ini, namun penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik sistematika penulisan maupun susunan kalimatnya, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Jayapura, Mei 2017


Penulis

Vinensius Ardi Samperante

ii
DAFTAR ISI
Hal

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v

DAFTAR TABEL..........................................................................................vi

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Permasalahan.......................................................................................... 3
1.2.1. Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.2.2. Batasan Masalah...................................................................... 3
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.............................................................. 3
1.3.1. Tujuan...................................................................................... 3
1.3.2. Manfaat.................................................................................... 4
1.4. Keadaan Lingkungan.............................................................................. 4
1.5. Letak Dan Kesampaian Daerah.............................................................. 5
1.6. Keadaan Geologi..................................................................................... 7
1.6.1. Geologi Regional..................................................................... 7
1.6.2. Keadaan Topografi...................................................................7
1.6.3. Morfologi................................................................................. 8
1.6.4. Stratigrafi Batuan.................................................................... 8
1.6.5. Iklim........................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 10
2.1. Pengertian Pertambangan........................................................................10
2.2. Karakteristik Pertambangan.................................................................... 12

iii
2.2.1. Dampak Fisik........................................................................... 12
2.2.2. Dampak Sosial......................................................................... 13
2.3. Kebijakan Tata Lingkungan Pertambangan............................................ 16
2.4. Perencanaan Dan Perancangan Tambang............................................... 17
2.4.1. Perencanaan Tambang............................................................. 17
2.4.2. Perancangan Tambang............................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 18
3.1. Rencana Penelitian.................................................................................. 18
3.2. Tahapan Penelitian.................................................................................. 20
3.2.1. Persiapan.................................................................................. 20
3.2.2. Studi Kepustakaan................................................................... 20
3.2.3. Pengambilan Data................................................................... 20
3.2.4. Metode Penelitian.................................................................... 20
3.2.5. Hasil......................................................................................... 21
3.3. Jadwal Kegiatan...................................................................................... 21
3.4. Diagram Alir Penelitian.......................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... vii

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.5. Peta lokasi PT.Freport Indonesia ......Error! Bookmark not defined.
Gambar 1.6.4. Gambar Stratigrafi Batuan .............Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.4. Gambar Diagram Alir Penelitian.......................................................22

v
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1. Rencana Penelitian ............................................................................... 16


Tabel 3.3. Jadwal Kegiatan ................................................................................... 15

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kemajuan di
segala bidang termasuk dibidang pertambangan, oleh karena itu perekonomian
negara meningkat sepuluh tahun terakhir. Banyak keuntungan yang didapatkan
baik pemerintah maupun masyarakat daerah tempat kegiatan pertambangan itu
dilakukan, diantaranya adalah kemajuan di sektor pembangunan infrastruktur,
pendapatan daerah dan bantuan khusus berupa dana kepada masyarakat setempat.
Adapun dampak yang merugikan negara terlebih khusus daerah tempat
penambangan itu dilakukan, yaitu dampak perubahan kondisi lingkungan hidup
secara fisik dan dampak sosial.

Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi menjadi tanggung jawab


bersama. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah memiliki peran yang
sangat penting dalam mengawasi proses berlangsungnya kegiatan penambangan
tersebut, sehingga proses penambangan lebih terkontrol dengan baik. Selain
mengontrol perusahaan tersebut pemerintah juga perlu mensosialisasikan
bahayanya proses penambangan yang dilakukan terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, sehingga bukan saja pemerintah yang
mengawasi atau mengontrol, tetapi masyarakat setempat juga dapat terlibat dalam
mengawasi proses penambangan tersebut, karena dampak perubahan lingkungan
yang terjadi 5 sampai 10 tahun yang akan datang akan dirasakan oleh masyarakat
didaerah itu sendiri. Penulis melakukan studi perubahan rona lingkungan akibat
aktifitas penambangan pada salah satu perusahaan tambang yang ada di Indonesia
yaitu PT. Freeport Indonesia (PTFI).

PT. Freeport Indonesia (PTFI) adalah salah satu perusahaan pertambangan


emas terbesar di dunia yang terletak di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua.
Perusahaan ini menandatangani kontrak karya pertama pada tahun 1967 dan pada

1
2

tahun 1973 PT.Freeport Indonesia memulai penambangan terbuka di Etsberg,


kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980-an dan menyisakan lubang 360
meter. Pada tahun 1988, PT.Freeport Indonesia mulai melakukan penambangan
pada cadangan Gresberg, yang masih berlangsung hingga saat ini, Pada juli 2005
lubang tambang Gresberg telah mencapai 2,5 km pada daerah seluas 499 hektar.
Aktivitas penambangan yang berlangsung dalam waktu yang lama ini telah
menimbulkan berbagai dampak terutama pada bentuk permukaan bumi yang telah
berubah secara fisik.

Dampak perubahan lingkungan sekitar penambangan PT. Freeport


Indonesia (PTFI) disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya aktifitas pemboran
dan peledakan yang akan mengakibatkan retakan-retakan pada permukaan tanah
yang akan menyebabkan terjadinya bencana alam, penampatan tanah penutup
(overburden), alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan terutama yang
mengandung bahan kimia, mineral logam berat yang terbawah oleh air hujan akan
mempengaruhi kualitas tanah. Pada dasarnya proses penambangan akan merusak
lingkungan, sehingga menyebabkan perubahan rona lingkungan, penurunan mutu
lingkungan, berupa kerusakan pada hutan, tanah, sungai maupun udara yang akan
membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Masalah yang menyebabkan perubahan rona lingkungan bekas tambang


yang di lakukan oleh PT. Freeport Indonesia yang akan penulis pelajari lebih
lanjut dengan harapan mampu mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang
terjadi pada lingkungan sekitar, dan persoalan-persoalan yang terjadi pada
masyarakat serta apa saja yang perlu diupayakan untuk menanggulangi hal
tersebut. Untuk itu perlu adanya suatu kegiatan yang dapat mengurangi atau
meminimalkan dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang salah satunya
adalah penghijauan lingkungan bekas tambang.

Berdasarkan uraiaan diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan


penelitian lebih lanjut mengenai, Studi Perubahan Rona Lingkungan Bekas
Tambang pada PT. Freeport Indonesia.
3

1.2. Permasalahan
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, inilah masalah yang ambil :
1. Bagaimaana perubahan rona lingkungan bekas tambang yang terjadi akibat
aktivitas penambangan pada PT. Freeport indonasia ?
2. Bagaimana upaya untuk mengurangi dampaknya ataupun memperbaiki
lingkungan tersebut ?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupan sosial ?

1.2.2. Batasan Masalah


Agar permasalahan yang diambil tidak terlalu jauh atau meluas untuk
dibahas, maka ini adalah batasannya :
1. Perubahan rona lingkungan yang terjadi dan dampak terhadap lingkungan
secara fisik.
2. Dampak yang ditimbulkan dari kgiatan penambangan terhadap kehidupan
sosial masyarakat.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perubahan rona lingkungan dan dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan penambangan terhadap lingkungan secara fisik.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
penambanganterhadap kehidupan sosial masyarakat.
4

1.3.2. Manfaat
Berikut ini adalah manfaat yang didapat dari penelitian :

1. Sebagai informasi kepada pihak perusahaan dalam hal ini PT. Freeport
Indonesia mengenai perubahan rona lingkungan yang terjadi akibat
aktivitas penambangan.
2. Sebagai informasi kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dalam mengawasi atau mengontrol kegiatan penambangan.
3. Menjadi penambah wawasan bagi mahasiswa-mahasiswi teknik
pertambangan terlebih khusus masyarakat Kabupaten Mimika agar lebih
memahami perubahan apa saja yang terjadi pada lingkungan akibat
aktivitas penambangan.

1.4. Keadaan Lingkungan Penelitian

Sejarah PT Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang manajer


eksplorasi Freeport Minerals Company; Forbes Wilson, melakukan ekspedisi pada
tahun 1960 ke Papua setelah membaca sebuah laporan tentang ditemukannya
Ertsberg atau Gunung Bijih; sebuah cadangan mineral, oleh seorang geolog
Belanda; Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936. Setelah ditandatanganinya Kontrak
Karya pertama dengan Pemerintah Indonesia bulan April 1967, PTFI memulai
kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember 1967. Konstruksi skala besar
dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana konsentrat tembaga
pada bulan Desember 1972. Kegiatan eksplorasi dan penyelidikan umum mulai
dilakukan selama lima tahun disertai uji kelayakan dan pembangunan
infrastruktur serta sarana pendukung lainnya, proses penambangannya dilakukan
dengan cara Tambang Terbuka (Open Pit) dengan produksi awal 7000 ton bijih
tembaga per hari. Pada tanggal 30 Desember 1991 ditandatangani kontrak kerja
baru dangan wilayah penambangan seluas 10.000 hektar terletak di Pegunungan
Jayawijaya (Sudirman), antara Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika dan juga
distrik Illaga Kabupaten Puncak yang baru dimekarkan dari Kabupaten Puncak
Jaya, Provinsi Papua. Selain itu PT.Freeport Indonesia juga mempunyai ijin
penggunaan area untuk prasarana proyak yang meliputi daerah pelabuhan
Amamapare, Timika, Kuala Kencana, Hidden Valley, Tembagapura, Ridge Camp,
Pabrik Pengolahan, sampai lokasi Gresberg. Secara grafis besar area kontrak
karya PT. Freeport Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Daerah Lowland
5

Dataran Rendah hingga 2000 meter yang meliputi pelabuhan Amamapare


(portsite), perumahan karyawan dan kantor administrasi di Kuala Kencana, dan
beberapa lokasi pendukung lainnya (bengkel, bandara udara, pelabuhan laut,
daerah penyimpanan kargo, dan pompa bahan bakar).

2. Daerah Highland
Highland adalah daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 2000 meter
sampai 4285 meter yang meliputi perumahan karyawan di Hidden Valley (mile
post 66), Kantor administrasi dan perumahan karyawan di Tembagapura (mile
post 68), Ridge Camp (mile post 72), pabrik pengolahan biji (mile post 74),
Mill Level Adit (MLA) portal, Amole portal, DOZ, IOZ Gunung Bijih Timur
(GBT), dan lokasi tambang Gresberg. Cuaca umumnya basah dan dingin serta
temperature berkisar antara 22C (lokasi Tembagapura yang berketinggian
2000 meter diatas permukaan air laut).

1.5. Letak dan Kesampaian Daerah

PT. Freport Indonesia terletak di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua,


sekitar 500 kilometer sebelah barat daya ibu kota provinsi Papua, Jayapura,
Secara geografis, PT.Freeport Indonesia berada antara 04 02 30 sampai 04 11
30 LS dan 137 02 30 sampai 13710 00 BT. Perjalanan dari Jayapura menuju
Kabupaten Mimika ditempuh dengan waktu 55 menit menggunakan pesawat dari
bandara udara Sentani menuju ke bandara udara Moses Kilangin, Lokasi
PT.Freeport Indonesi dapat dicapai melalui dua jalur yaitu melalui jalur darat
yaitu melalui pelabuhan laut amamapare (porsite), dan jalur udara dengan
menggunakan pesawat bandara timika (Moses Kilangin). Dibangun jalan selebar
12 m untuk menghubungkan porsite sampai dengan pabrik pengolahan di mile 74
yang berjarak 125 km dan perjalanan darat dari Timika sampai Tembagapura
dapat ditempuh dalam waktu 3-4 jam. Waktu tempuh jalur udara kurang lebih 15
menit menggunakan helicopter. Kota tembagapura terletak pada ketinggian 1980-
2000 meter diatas permukaan laut. Area penambangan dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan kecil dan bus kurang lebih 30 menit yang melewati
6

terowongan zaagkam dengan panjang 945 meter melewati Ridge Camp kedaerah
pengolahan pada mille 74 pada ketinggian 2800 meter diatas permukaan air laut
dari mill level adit (MLA), Intermediate Ore Zone (IOZ) dan Deep Ore Zone
(DOZ) terletak pada ketinggian 3230 meter diatas permukaan air laut.

Gambar 1.5. Lokasi PT. Freeport Indonesia


(Sumber PT. Freeport Indonesia)
7

1.6. Keadaan Geologi

1.6.1. Geologi Regional

Pulau New Guinea merupakan pertemuaan dari dua lempeng benua yaitu
Australia (Australia Plate) dan lempeng Indopasifik. Lempeng Australia bergerak
ke arah Utara dan menyelinap dibawah Indopasifik yang bergerak ke arah Barat
Daya dan kemudian mendorong kedalam selaput magma cair, proses ini disebut
subdikasi, dan secara geologi dibagi tiga yaitu hamparan tanah (southern plain),
jalur papua yang bergerak (New Guinea mobile belt) dibagian tengah, dan ujung
Lempeng Pasifik (Pasifik Plate Margin), disebelah Utara. Proses penerobosan
magma dalam batuan beku terhadap batuan sedimen yang sebelumnya mengalami
patahan dan lipatan, kemudian hasil penerobosan tersebut mengubah batuan
sedimen. Akibat proses tersebut terjadi mineralisasi dengan tembaga yang
berasosiasi dengan emas dan perak pada batas tepi lempeng. Intruksi magma
tersebut menghasilkan batuan beku kompleks dengan komposisi batuan diorite
yaitu Skarn (Diorite Skarn).

1.6.2. Keadaan Topografi

Topografi area kerja PT. Freeport Indonesia membentang disepanjang


daerah pegunungan Jayawijaya, suatu area dengan topografi tertinggi diantara
Himalaya di Asia dan Andes di Amerika Selatan, yang memotong pulau tepat di
tengah-tengah. Ketinggian bervariasi mulai dari daerah pantai didataran rendah
sampai dengan pegunungan yang curam yang terletak sekitar 80 km dari area
pelabuhan. Area kerja PT.Freeport Indonesia sendiri berada fisiografis dari
rangkaian pegunungan tengah (Central Mountain Range), dan membujur mulai
dari zona Nival sampai kepada Alpine, sulpine dan Montane. Zona Nival dan
Alpine (4.170 m-4.585 m) dikarakteristikan dengan berbagai macam batuan
sedimen dan batuan beku yang terbentuk dari proses pengangkatan, perlipatan,
pergeseran dan aktifitas vulkanik.
8

1.6.3. Morfologi

Daerah yang membentang sejauh 125 km dari pelabuhan Amamapare


hingga daerah pabrik pengolahan memiliki morfologi yang berbeda-beda. Daerah
pelabuhan Amamapare merupakan daerah rawah bakau yang relatif datar.
Morfologi pada daerah ini banyak dijumpai sungai-sungai kecil dan pepohonan
tinggi, memasuki daerah pedalaman, dimana ketinggian semakin besar dan daerah
rawa bakau sedikit demi sedikit digantikan dengan rawa nipa atau sagu. Pada
jarak 3-40 km, daeranya mulai ditumbuhi oleh hutan yang lebat dengan jurang-
jurang yang terjal, kemudian memasuki wilayah penambangan Grasberg, hutan
tidak ditemukan lagi yang kemudian digantikan tumbuhan lumut.

1.6.4. Stratigrafi Batuan

Kelompok batuan yang terdapat pada wilayah kerja PT.Freeport Indonesia


adalah Kelompok batu gamping Irian (New Guinea Grop) dan kelompok
kembelangan (Jurassic sampai Cretaceous) yang terdari dari rangkaian batu pasir
dan batu gamping. Adapun mineral emas dan tembaga yang terjadi terakhir dan
terkumpul didekat semua fase intrusi dan tahapan dari alterasi. Chalcopyrite
adalah sulfida tembaga yang paling dominan, dengan kadar dari bornit yang
meningkat seiring bertambahnya kedalaman, Pada area batas Grasberg Intrusive
Complex (GIC), terdapat zone irreguler yang mengandung pyrite massive yang
terdiri atas magnetite dan chalcopyrite dalam jumlah kecil dan dinamakan sebagai
Heavy Sulfide Zone (HSZ) yang memiliki tebal hingga 100 meter dan terhubung
langsung dengan mineralisasi daerah Kucing Liar.
9

Gambar 1.6.4. Stratigrafi Batuan Pada PT. Freeport Indonesia


(Sumber PT. Freeport Indonesia)

1.6.5. Iklim

Secara umum wilayah kerja PT.Freeport Indonesia mempunyai iklim


tropis dengan curah hujan antara 2500 mm sampai 4000 mm per tahun. Daerah
lowland memiliki suhu rata-rata 2500 mm per tahun. Sedangkan daerah highland
adalah daerah yang dingin bahkan sering diselimuti kabut dan hujan hampir turun
setiap hari. Suhu udara bervariasi dari sekitar 22C di Tembagapura dan 8C di
tambang terbuka Grasberg.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pertambangan

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,


pengembangan (pengendalian), pengolahan, pemanfaatan, dan penjualan bahan
galian (Mineral, Batubara, Migas). Ilmu pertambangan merupakan suatu cabang
ilmu pengetahuaan yang meliputi pekerjaan pencarian, penyelidikan, study
kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan
mineral-mineral atau batuan yang memiliki arti ekonomis (berharga).
Pertambangan bisa juga diartikan sebagai kegiatan, teknologi dan bisnis yang
berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari propeksi, eksplorasi, evaluasi,
penambangan, pengolahan, pemurniaan, sampai pemasaran.

Menurut UU NO. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Bahan


tambang tergolong dalam 3 jenis, yakni Golongan A (yang disebut sebagai bahan
strategis), Golongan B (bahan vital), dan Golongan C (bahan tidak strategis dan
tidak vital). Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi pertahanan,
keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomiaan negara dan sebagian
besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak,
uranium, plutonium. Sementara Bahan Golongan B dapat menjamin hidup banyak
orang, contonya emas, perak, besi dan tembaga. Bahan Golongan C adalah bahan
yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hidup banyak orang, contonya
garam, pasir, marmer, batu kapur.

Teknik pertambangan dikenal sebagai ilmu keteknikan yang mempelajari


tentang bahan galian atau sumber daya mineral, minyak, gas bumi, dan batubara
mulai dari penyelidikan umum (propeksi), eksplorasi, penambangan (eksploitasi),
pengolahan, pemurnian, pengangkutan sampai ke pemasaran sehingga dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Kerekayasaan dalam Teknik Pertambangan
mencakup perancangan, eksplorasi (menemukan dan menganalisis kelayakan

10
11

tambang), metode eksploitasi, (menentukan teknik penggalian, perencanaan dan


pengontrolnya) dan pengolahan bahan tambang yang berwawasan lingkungan.
Dalam teknik pertambangan, pendidikan ditekankan pada kemampuan analisis
maupun praktis (terapan) untuk tujuan penelitian maupun aplikasi praktis.

Pekerjaan utama seorang ahli tambang adalah membebaskan dan


mengambil mineral-mineral serta batuan yang mempunyai arti ekonomis dari
batuan induknya kemudian membawahnya ke permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Adapun kegiatan-kegiatan dasar penambangan sendiri terdiri dari
pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan. Untuk melaksanakan tugas utama
tersebut dengan sempurna ternyata harus pula melakukan pekerjaan-pekerjaan
tambahan atau pendukung antara lain jalan, disposal, stokepile, drinase, jenjang,
reklamasi, keselamatan dan kesehatan kerja begitu juga dengan pemeliharaan.

Teknik pertambangan mempunyai 2 (dua) opsi jalur pilihan, yakni


tambang Eksplorasi dan tambang Umum. Pada tambang eksplorasi, pendidikan
yang diberikan bersifat konferhensif dalam segala aspek dari kegiatan eksplorasi
penambangan. Sedangkan pada tambang umum, bidang kajian mencakup
sebagian aktifitas tahap pra penambangan, yaitu berkaitan dengan pemilihan
metode penambangan dan kebutuhan fasilitas atau sarana dan prasarana,
developing, design dan engineering, serta aktifitas tahap penambangan
(pemberaian, pemuatan, pengangkutan dan pengendalian biaya). Keempat
komponen aktifitas utama pada jalur tambang umum ditunjang oleh berbagai
aktifitas lainnya yaitu, pemetaan, kestabilan penggalian, perancangan dan
rekayasa, pelayanan, energi, perawatan, kesehatan dan keselamatan kerja,
ventilasi, pengendalian air dan reklamasi, serta pemahaman geologi, mineralogi,
mineral deposite, mineral prosessing dan marketing.
12

2.2. Karakteristik Pertambangan

Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik yaitu, tidak dapat


diperbaharui, mempunyai resiko kecelakaan relatif lebih tinggi, dibutuhkan modal
yang sangat besar, jauh dari kota, dan cenderung merusak lingkungan. Industri
pertambangan memiliki dampak lingkungan baik secara fisik maupun dampak
sosial dibandingkan industri yang lain pada umumnya.

2.2.1. Dampak Fisik


a) Sungai Ajkwa
Dimulai dengan digusurnya ruang penghidupan suku-suku di
pegunungan tengah Papua. Tanah-tanah adat tujuh suku, yaitu suku
Kamoro, Amungme, Damal, Dani, Nduga, Mee dan Ngalum dirampas
awal masuknya PT Freeport Indonesia dan dihancurkan saat operasi
tambang berlangsung. Limbah tailing PT Freeport telah menimbun sekitar
110 km2 wilayah estuari tercemar, sedangkan 20 40 km bentang sungai
Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur. Saat periode banjir
datang, kawasan-kawasan suburpun tercemar. Perubahan arah sungai
Ajkwa menyebabkan banjir, kehancuran hutan hujan tropis (21 km2), dan
menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa. Selain itu para ibu
tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber
protein bagi keluarga. Sistem pembuangan limbah Freeport
menghancurkan habitat muara sungai Ajkwa secara signifikan. Hal ini
diindikasikan oleh peningkatan kekeruhan muara dan tersumbatnya aliran
ke muara. Dalam jangka panjang wilayah muara seluas 21 sampai 63 Km
persegi akan rusak. PT FreePort mengklaim diri bahwa segala kerusakan
akibat tambang ditanggulangi secara profesional dan tidak merugikan
penduduk setempat, dalam kenyataan ribuan hektar hutan telah tertutup
oleh limbah Tailing, dan pastinya secara tidak langsung mengakibatkan
dampak terhadap ekositem dunia dalam sekala kecil.Limbah tailing
Freeport yang mengandung logam berat ini pun sudah menghilangkan
35% total populasi ikan, kepiting, dan kerang yang hidup di Muara.
13

Sementara itu 30-90% dari total spesies yang ada di Muara terancam
terkontaminasi racun dan punah. Sedimentasi yang terjadi di Muara
mengancam wilayah Taman Nasional Lorentz terutama di daerah pesisir.
Ancaman pokok selain limbah adalah kontaminasi logam berat pada
tumbuhan bakau dan spesies-spesies yanga da di pesisir Taman Nasional
Lorentz. Kawasan ADA (Ajkwa Deposition Area) seluas 230 km persegi
yang telah mengalami kematian tumbuhan akibat tailing takkan pernah
bisa kembali ke komposisi spesies semula meski pembuangan tailing
berhenti. Diperlukan intervensi teknologi irigasi yang rumit dan asupan
pupuk, kompos atau tanah subur yang lar biasa banyaknya untuk bisa
membuat kawasan ini bisa ditanami kembali.

b) Longsor
Longsor yang terjadi di sekitar areal tambang emas PT Freeport
Indonesia di Mimika, Provinsi tidak semata-mata karena kawasan
tersebut terjal ataupun karena timpaan hujan deras. Tetapi ini bukti
bahwa daya dukung kawasan tersebut tak mampu menanggung beban
kerusakan lingkungan karena penambangan PT FI., Jatam menyampaikan
bahwa longsor di kawasan tambang emas yang mengorbankan sekitar 20
pendulang emas tradisional di kawasan itu tidak hanya sekali ini. Tercatat
longsor di kawasan Freeport terjadi pada 2000, tiga kali pada 2003 dan
paling akhir 2006.

2.2.2. Dampak Sosil


a) Kesehatan
Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar ke
Papua. Timika, kota tambang PT FI, adalah kota dengan penderita HIV
AIDS tertinggi di Indonesia.Permasalahan ini akan terus berlanjut,
tambang emas terbesar dunia ini memiliki cadangan terukur kurang lebih
3046 ton emas, 31 juta ton tembaga, dan 10 ribu ton lebih perak tersisa di
pegunungan Papua. Cadangan ini diperkirakan masih akan bisa dikeruk
hingga 34 tahun mendatang.
14

b) Sosial-Ekonomi
Meski di tanah leluhurnya terdapat tambang emas terbesar di
dunia, orang Papua khususnya mereka yang tinggal di Mimika, Paniai, dan
Puncak Jaya pada tahun 2004 hanya mendapat rangking Indeks
Pembangunan Manusia ke 212 dari 300an lebih kabupaten di Indonesia.
Hampir 70% penduduknya tidak mendapatkan akses terhadap air yang
aman, dan 35.2% penduduknya tidak memiliki akses terhadap fasilitas
kesehatan. Selain itu, lebih dari 25% balita juga tetap memiliki potensi
kurang gizi. Jumlah orang miskin di tiga kabupaten tersebut, mencapai
lebih dari 50 % total penduduk. Artinya, pemerataan kesejahteraan tidak
terjadi. Meskipun pengangguran terbuka rendah, tetapi secara keseluruhan
pendapatan masyarakat setempat mengalami kesenjangan. Boleh jadi
kesenjangan yang muncul antara para pendatang dan penduduk asli yang
tidak mampu bersaing di tanahnya sendiri. Boleh jadi pula, angka
prosentase yang menunjukkan kemiskinan, seperti akses terhadap air
bersih, kurang gizi, akses terhadap sarana kesehatan mengandung bias
rasisme. Artinya, kemiskinan dihadapi oleh penduduk asli dan bukan
pendatang. Sedangkan dampak sosial-ekonomi dari pembuangan tailing ke
sungai Aikwa terhadap kedua suku tersebut maupun suku-suku lain dari
Papua, dapat terlihat dekat dengan mata dimana kota Timika yang dulunya
banyak dusun sagu yang memberi makan bagi masyarakat adat Kamoro,
dan suku-suku lain dari Papua maupun Indonesia yang tinggal di kota
Timika telah rusak. Akibatnya masyarakat tidak bisa mendapatkan sagu
sebagai sumber makanan pokok mereka, disamping itu berkembang
pesatnya pembangunan yang didukung oleh PT. Freeport Indonesia
membuat suku Amungme dan Kamoro menjadi minoritas di atas tanahnya
sendiri.Dengan peralatan sederhana, mereka -pendatang maupun lokal
Papua- berani mempertaruhkan nasib, bahkan nyawa, demi mencari
konsentrat emas. Kebetulan, metode penambangan oleh PT Freeport
Indonesia memang tidak bisa 100 persen menangkap konsentrat emas
yang ada dalam bijih.
15

c) Penduduk
Pemukiman penduduk juga semakin tersingkir dan menjadi
perkampungan kumuh di tengah-tengah kawasan Industri tambang
termegah di Asia. Dengan demikian perkembangan tambang ditengah-
tengah suku Amungme dan Kamoro ini bukannya mendatangkan
kehidupan yang lebih baik melainkan semakin memojokkan mereka
menjadi kelompok marginal. Hal ini semakin terdorong oleh semakin
besarnya arus urbanisasi ke Timika dari daerah-daerah sekitarnya dan dari
pulau lain di Indonesia. Dimana kehidupan homogen dimasa lalu seketika
menghadapi tantangan dari luar dengan hadirnya berbagai suku dan
bangsa yang masuk wilayah adat suku Amunggme dan Kamoro.
Dampak lain dari kehadiran PT. Freeport Indonesia adalah
terjadinya berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),
sebagai akibat protes masyarakat terhadap PT. Freeport Indonesia yang
terkesan tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat Adat Suku
Amungme dan 6 suku lain yang disebut sebagai pemilik tanah, emas,
tembaga, hutan yang kemudian dikuasai oleh pihak perusahaan. Dalam
aksi protes, masyarakat selalu berhadapan dengan pihak aparat keamanan
(TNI/POLRI), yang bertugas mengamankan Perusahaan, maka terjadilah
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kasus pelanggaran HAM di wilayah
penambangan berlangsung cukup lama sejak hadirnya PT. Freeport
Indonesia hingga kini.
Persoalan lain yang paling mendasar bagi masyarakat adat
Amungme maupun masyarakat adat Kamoro adalah perlunya pengakuan
kepada mereka sebagai Manusia diatas tanah mereka sendiri. Persoalan
martabat manusia harus dihargai oleh siapapun. Kalau martabat suku
Amungme dan suku Kamoro dihargai sebagai manusia, maka persolan PT.
Freeport harus diselesaikan dengan melibatkan kedua suku tersebut
sebagai masyarakat adat pemilik sumber daya alam tambang tersebut.
16

2.3. Kebijakan Tata Lingkungan Pertambangan

Kebijakan tata lingkungan pertambangan memang dibutuhkan bagi usaha


pertambngan dalam kelanjutan usaha pertambangan yang berkesinambungan.
Sebab usaha pertambangan akan bersinggungan dalam sebelum, memulai tau
sesudah kegiatan penambangan agar tercipta tambang yang ramah lingkungan.
Berdasarkan UU No 42/1982 tentang ketentuan pokok pengolahan lingkungan
hidup dengan PP No 29 1986 bertujuan untuk:
1. Menciptakan keselarasan hubungan antara manusia dengan
lingkungan.
2. Terkendalinya manusia Indonesia menjadi pembina lingkungan.
3. Terciptanya pembangunan berwawasan lingkungan.
4. Terlindunginya Negara dari dampak pembangunan.

Kemudian dalam pendekatan pengolahan lingkungan yang paling populer adalah


AMDAL atau yang dikenal sebagai analisis mengenai dampak lingkungan yaitu:

1. Meniadakan atau mengurangi resiko.


2. Mengoptimalkan hasil pembangunan.
3. Meniadakan atau mencegah pertikaian.

AMDAL merupakam suatu studi yang dilaksanakan secara sadar dan berencana
dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup
dan menjaga keserasian hubungan antar berbagai kegiatan. AMDAL itu sendiri
terdiri dari:

a. Karangka acuan dampak lingkungan.


b. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan.
c. Rencana pengolahan Lingkungan (RKL).
d. Rencana pemantauan lingkungan (RPL).
17

2.4. Perencanaan dan Perancangan Tambang


2.4.1. Perencanaan Tambang

Perencanaan tambang merupakan penentuan persyaratan dalam mencapai


sasaran, kegiatan serata urutan teknik pelaksanaan berbagai macam
kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada
dasarnya perencanaan tambang dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
a) Perencanaan strategis
Menyangkut hal yang mengacu pada sasaran secara menyeluruh,
strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.
b) Perencanaan operasional
Menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan serta terikat pada sistem keuangan.

Dari itu Perencanaan tambang merupakan proses perumusan secara


menyeluruh beberapa kemungkinan konsep dasar dan aturan kegiatan
penambangan.

2.4.2. Perancangan Tambang


Rancangan adalah suatu kegiatan dalam menentukan spesifikasi dan
bentuk dari barang jadi yang akan dibuat (tidak terikat pada fungsi waktu
sebagaimana perancanaan). Ada dua tingkat perancangan yaitu:
a) Rancangan Konsep
Merupakan suatu rancangan untuk menciptakan barang jadi, peralatan
atau sistem yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara garis
besar saja dan barang yang akan dibuat tersebut hanya dipandang dari
sudut fungsinya saja. Data yang digunakan masih berupa data asumsi
berdasarkan pengalaman. Rancangan ini pada umumnya digunakan
pada perhitungan atau penentuan diawal kegiatan dan ditahap awal
penyusunan perancangan.
b) Rancangan Rekayasa
Merupakan rancangan yang telah memuat perincian, teknik
pembuatan, pelaksanaan serta spesifikasi alat dan bahan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rencana Penelitian


Untuk penelitian yang akan dilakukan mencakup beberapa kegiatan
dengan waktu yang telah ditentukan, telah diatur dan direncanakan sebagai berikut
:

Tabel 3.1. Rencana Penelitian

No Kegiatan Keterangan Hasil


.
1 Persiapan 1. Mencari mengumpulkan pustaka 1. Proposal
dan melakukan studi literatur. 2. Surat bukti bimbingan
2. Konsultasi sebelum melakukan 3. Surat ijin penelitian
penelitian.
3. Surat ijin yang dikeluarkan oleh
fakultas yang di tujukan kepada
intansi lokasi penelitian.
4. Pengenalan lingkungan tempat
penelitian (orientasi).

18
19

2 Studi 1. Membaca dan meneliti hasil 1. Buku, soft copy dan


kepustakaan penelitian terdahulu, kemudian referensi penelitian.
dirumuskan sedemikian rupa
sebagai landasan berfikir bahwa
penelitian yang dilakukan
menjadi sangat penting.
2. Membaca dan meneliti data atau
dokumen, seperti yang terdapat
pada referensi yang sudah
dikumpulkan terkait dengan
judul penelitian.
3 Pengambilan 1. Data Primer : Data utama yang 1. Data Primer : Data Luas
Data di dapat di lapangan saat wilayah yang di
penelitian. tambang, Perubahan
2. Data Sekunder : Data lingkungan secara fisik,
pendukung. dampak terhadap sosial
masyarakat.
2. Data Sekunder :
Peraturan mengenai
lingkungan hidup, peta
lokasi Pt.Freeport,
sejarah perusahaan.
4 Metode Data yang didapat diolah dengan
Penelitian menggunakan metode yang ada. 1. Interview : melakukan
wawancara kepada
pihak-pihak terkait,
2. Metode kepustakaan :
Mengumpulkan data-
data aktual dari buku
atau karya tulis lainya.
5 Hasil Hasil yang didapat setelah data 1. Perubahan rona
diolah lingkungan yang
terjadi secara fisik.
2. Dampak yang
ditimbulkan
terhadap kehidupan
sosial masyarakat.
20

3.2. Tahapan Penelitian


3.2.1. Persiapan
1. Mencari dan mengumpulkan studi kepustakaan dan melakukan studi
literatur
2. Konsultasi dan ujian proposal penelitian
3. Konsultasi sebelum melakukan penelitian

3.2.2. Studi Kepustakaan


1. Membaca dan meneliti hasil penelitian terdahulu, kemudian dirumuskan
sedemikian rupa sebagai landasan berpikir bahwa penelitian yang
dilakukan menjadi sangat penting.
2. Membaca dan meneliti buku-buku kepustakaan yang berisi teori-teori,
Pendapat dari penulis buku yang akan dijadikan referensi sebagai landasan
teori yang merupakan alat analisis hasil penelitian.
3. Membaca dan meneliti data atau dokumen, seperti yang terdapat dalam
skripsi, makalah atau jurnal ilmiah. Tujuannya untuk pengembangan
penelitian dan memperkaya data penelitian.

3.2.3. Pengambilan Data


1. Data Primer
Data primer atau data utama dalam proposal ini yaitu :
Data Luas wilayah penambangan.
Perubahan rona lingkungan yang terjadi secara fisik.
Dampak terhadap sosial masyarakat.
2. Data Sekunder
Data sekunder atau data pendukung dalam proposal ini yaitu :
Peraturan mengenai lingkungan hidup.
Peta lokasi Pt.Freeport.
Sejarah perusahaan.

3.2.4. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu :

1. Metode Interview : Melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait.


2. Metode Kepustakaan : Mengumpulkan data-data dari buku atau karya tulis
lainnya.
21

3.2.5. Hasil
Hasil yang didapatkan setelah melakukan penelitian yaitu :

1. Perubahan rona lingkungan yang terjadi secara fisik.


2. Dampak yang di timbulkan terhadap kehidupan sosial masyarakat akibat
kegiatan penambangan.

3.3. Jadwal Kegiatan


Tabel 1.3. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Februari 2017 Maret 2017 April 2017 Mei 2017

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Penelitian
lapangan
dan
pengambilan
data
3 Pengolahan
data
4 Penyusunan
laporan
5 Presentasi
Hasil
22

3.4. Diagram Alir Penelitian

Persiapan

Studi Pustaka

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Luas Wilayah Penambangan. 1. Peraturan Lingkungan Hidup.
2. Perubahan Lingkungan 2. Peta Lokasi PT.Freeport
Secara Fisik dan sosial Indonesia.
masyarakat. 3. Sejarah Perusahaan.

Metode : Software :
1. Interview 1. Microsoft Exel
2. Kepustakaan 2. Microsoft Word 2010

Pengolahan Data

Hasil

Perubahan rona Dampak yang ditimbulkan


lingkungan yang terhadap kehidupan sosial
terjadi secara fisik. masyarakat.

Gambar 3.4. Diagram Alir Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Referensi :

Wakur, Salim, 2016, STUDI PERUBAHAN RONA LINGKUNGAN


AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN SIRTU,

Suci, Dewi. 2011. PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT


PENAMBANGAN PT.FREEPORT INDONESIA KAWASAN
TEMBAGAPURA,

MAKALA DAMPAK PERTAMBANGAN PT.FREEPORT


INDONESIA.

Internet :

Www.PTFI.co.id,
http://repository.upnyk.ac.id/884/1/TA_II.pdf
http://eprints.undip.ac.id/36495/1/BAB_I,II,III.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia,
htttp://nagapasha.blogspot.com/2011/01/sejarah-freeport-samapai-ke-
indonesia
http ://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran_air/

vii

Anda mungkin juga menyukai