Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok pada mata Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang berjudul
“DAMPAK ADANYA PT.FREEPORT DI PAPUA BAGI LINGKUNGAN HIDUP” dengan
tepat waktu dan mengerjakannya dengan sebaik mungkin.
Makalah ini ditulis dengan sebaik-baiknya dan juga ditulis oleh berbagai sumber untuk
membantu melengkapi isi makalah ini agar apa yang kami sampaikan dapat tersampaikan dengan
baik dan benar. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu
Dr.Desy Safitri,M.Si selaku dosen mata kuliah Kajian Lingkungan Hidup Stratgis. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak dan berbagai sumber yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat, maupun isinya.
Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun makalah ini,
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Dengan ini kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................III
RUMUSAN MASALAH..................................................................................1
TUJUAN MASALAH......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................10
3.1 Kesimpulam..................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi menjadi sebuah fenomena yang dikaji secara khusus dalam hubungan
internasional. Relasi kuasa di antara aktoraktor internasional tidak lepas dari signifikansi
globalisasi.
Dimensi Globalisasi ada 2 yaitu :
1. Dimensi Ekonomi dan korporasi (economic and corporation globalization) yaitu
“Pasar Bebas” dengan seperangkat tata nilai lain yang harus membuka kesepakatan
terbukanya arus barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain.
2. Dimensi politik dan negara (political and state globalization) yaitu adanya upaya
dalam mempertahankan identitas nasional di tengah berbagai pengaruh negara lain.
Indonesia sebagai negara berkembang mulai diminati oleh berbagai investor asing.
Investasi investor secara tidak langsung mengindikasikan bahwa prospek pembangunan
ekonomi Indonesia semakin baik karena telah memenuhi standar investasi asing.
Investasi diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui perusahaan
multinasional. Fakta membuktikan bahwa penanaman modal asing melalui perusahaan
multinasional memberikan dampak positif juga dampak negatif bagi negara tempat
perusahaan beroperasi, khususnya kontribusi terhadap pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang berdampak pada ancaman keamanan manusia. Exxon Mobil Oil
Indonesia tahun 2005, dan kasus minyak montara di Laut Timor oleh PT.
Masalah lingkungan yang merebak kemudian menjadi isu penting untuk dibahas
dalam politik domestik dan wacana global. Masalah lingkungan semakin kompleks
dengan melibatkan perusahaan multinasional dimana membutuhkan pengambilan
keputusan baik di tingkat negara maupun sistem internasional khususnya dibidang
lingkungan. Perusahaan multinasional lain yang ada di Indonesia yaitu PT. Freeport
Indonesia. Freeport beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang
ditandatangani pada tahun 1967 berdasarkan UU 11/1967 mengenai PMA dan didi
perpanjang menjadi 30 tahun dengan opsi perpanjangan 2 kali masing-masing.
Freeport berada di puncak gunung pada ketinggian 4.270 meter dengan suhu terendah
mencapai 2 derajat Celcius. Freeport mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap
bencana tanah longsor. Freeport pernah terjadi beberapa kali sepanjang tahun 2004-2017.
Indonesia selalu mengklaim bahwa berbagai bencana yang terjadi di wilayah operasinya
adalah kejadian tidak sengaja dari bencana alam. Freeport harusnya menyadari resiko
operasi didaerah dengan curah hujan dan aktivitas seismik yang tinggi, namun hal ini
tidak menghalangi perusahaan meningkatkan kapasitas produksi dalam meningkatkan
keuntungan . Dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat dan penghidupan telah
menjadi masalah yang terus-menerus di wilayah tambang PT. Aikwa menyebabkan banjir
yang menghancurkan sebagian besar hutan dataran rendah dan mengancam kota Timika.
Pasokan air berasal dari daerah aliran sungai yang berdekatan dengan operasi PT.
Freeport dan telah terjadi peningkatan kadar tembaga pada fauna laut . Freeport Indonesia
juga merupakan perusahaan yang belum memiliki izin penggunaan kawasan hutan
terutama diwilayah kawasan hutan lindung. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintah Indonesia melakukan perubahan Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor
32 Tahun 2009 yang jelas menyatakan akan menindak tegas setiap aktor baik individu,
kelompok, maupun korporasi yang jelas melakukan pencemaran lingkungan melebihi
baku mutu yang ditentukan.
Freeport Indonesia akhirnya setuju untuk melepas saham dengan total sebesar 51
persen kepada pihak nasional. Hal ini merupakan satu dari empat poin negosiasi yang
disepakati PT. Padahal fenomena ini sangat krusial untuk diselesaikan karena kegiatan
pertambangan mempengaruhi lingkungan serta keamanan manusia bagi masyarakat
di Mimika Papua. Freeport Indonesia juga merupakan perusahaan yang belum memiliki
izin penggunaan kawasan hutan terutama diwilayah kawasan hutan lindung.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
PEMBAHASAN
Freeport mengolah limbah tambang di hulu Sungai Ajkwa sejak 1995 dengan
kapasitas produksi 300.000 ton. Menurut perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan, rata-
rata dihasilkan 230.000 ton limbah setiap hari. Maklum, hanya 3% dari seluruh lahan
yang digali dan diolah perusahaan tambang tersebut mengandung mineral. Sebagian
besar sisanya dibuang
1. sebagai salah satu sektor industri pertambangan terbesar yang dapat memberikan
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi suatu wilayah dan negara.
2. Kehadiran PT Freeport juga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat untuk
meningkatkan kesejahtraan hidup secara khusus bagi masyarakat setempat dan
perusahaan dapat berperan langsung terhadap pengembangan masyarakat melalui
hibah 1% yang diberikan dalam Corporate Social Responsibility (CSR) yang
disalurkan melalui lembaga kemitraan masyarakat yang dibentuk pada tahun 1996
1. Bagi Pemerintah
- Pemerintah sebaiknya segera melakukan negosiasi dengan PTFI terkait Kontra
Karya serta mengambil tindakan tegas berupa pengambil alihan tambang PTFI dan
menyerakannya untuk dikelola Badan Usaha Milik Negara. Dengan begitu
kepentingan rakyat akan lebih diutamakan terutama dalam pengelolaan hasil
tambang.
- Pemerintah juga perlu memfasilitasi sebuah konsultasi penuh dengan penduduk asli
Papua yang berada di wilayah operasi Freeport dan pihak berkepentingan lainnya
mengenai masa depan pertambangan tersebut serta memetakan dan mengkaji
sejumlah skenario bagi masa depan Freeport, termasuk kemungkinan penutupan,
kapasitas produksi, dan pengolahan limbah.
- Melaksanakan pengambilan sampel secara berkala dan cermat, daripada
mengandalkan laporan dari perusahaan. Pemerintah juga harus menerbitkan semua
infiormasi lingkungan pada masyarakat, sesuai Undang-undang Lingkungan Hidup
(1997)
- Konsep pengembangan berkelanjutan harus dikedepankan oleh pemerintah dengan
memelihara kelestarian lingkungan.
- Membentuk Panel Independen untuk memetakan sejumlah skenario bagi masa
depan Freeport, termasuk tanggal penutupan, pengolahan (processing) dan
pengelolaan limbah. Kemudian pemerintah harus menyewa konsultan independen
untuk mengkaji tiap skenario dari segi social dan teknis secara rinci dan independen.
Kajian ini kemudian harus digunakan sebagai dasar untuk pembahasan mengenai
masa depan tambang oleh penduduk lokal dan pihak berkepentingan lainnya.
- Upaya Pemerintah terhadap penanganan kerusakan lingkungan di tunjukan dengan
adanya penerapan sistem perizinan pertambangan serta dibentuknya peraturan
perundang-undangan guna memperhatikan kelestarian lingkungan serta kerjasama PT
Freeport Indonesia dalam merehabilitasi, reklamasi dan penghijauan kembali
lingkungan serta melakukan pembinaan dan pengawasan pasca penutupan tambang
- Negara seharusnya dapat menekan PT. Freeport karena negara merupakan otoritas
tertinggi didalam negara. Ditambah lagi, PT. Freeport merupakan perusahaan asing
yang berpotensi mengancam keamanan manusia melalui kerusakan lingkungan akibat
kegiatan pertambangan. Ketidaktegasan pemerintah dalam menegakan hukum
lingkungan menunjukkan Indonesia sebagai negara berkembang atau negara dunia
ketiga masih berada dibawah bayang-bayang negara maju atau home country
darimana PT. Freeport berasal yaitu Amerika Serikat.
2. Bagi Masyarakat
- Terus mengawasi secara penuh kerja pemerintah dalam usaha mengambil alih PTFI
dan menyerahkannya untuk dikelola BUMN.
- Melakukan reklamasi dan penghijauan kembali lingkungan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2.5 Saran
Sesuai dengan hasil pemaparan di atas mengenai dampak buruk aktivitas pertambangan
PT. Freeport pada lingkungan, pemerintah diharapkan dapat melakukan tindakan tegas
untuk menanggulangi kasus ini. Selain itu, masyarakat hendaknya mendukung
pemerintah dalam menghadirkan solusi nyata dalam penanggulangan dampak buruk
terhadap lingkungan akibat aktivitas tambang PT. Freeport.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A. D., & Putranti, I. R. (2018). Implikasi Kebijakan Indonesia dalam Menangani Kasus
Pencemaran Lingkungan oleh PT. Freeport terhadap Keamanan Manusia di Mimika
Papua. Journal of International Relations, 4(3), 547-555.