Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“DAMPAK ADANYA PT.FREEPORT DI PAPUA BAGI LINGKUNGAN


HIDUP”

Mata Kuliah : Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Dosen Pengampu : Dr.Desy Safitri,M.Si

Disusun oleh :

- Lutfiah Raihana Putri (1407620082)


- Nabilla Alvira Riyadi (1407620059)

PENDIDIKAN ILM PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok pada mata Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang berjudul
“DAMPAK ADANYA PT.FREEPORT DI PAPUA BAGI LINGKUNGAN HIDUP” dengan
tepat waktu dan mengerjakannya dengan sebaik mungkin.

Makalah ini ditulis dengan sebaik-baiknya dan juga ditulis oleh berbagai sumber untuk
membantu melengkapi isi makalah ini agar apa yang kami sampaikan dapat tersampaikan dengan
baik dan benar. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu
Dr.Desy Safitri,M.Si selaku dosen mata kuliah Kajian Lingkungan Hidup Stratgis. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak dan berbagai sumber yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini

Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat, maupun isinya.
Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun makalah ini,
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Dengan ini kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 22 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................I

DAFTAR ISI...................................................................................................II

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................III

LATAR BELAKANG ...................................................................................IV

RUMUSAN MASALAH..................................................................................1

TUJUAN MASALAH......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................10

2.1 Pengertian Pertambangan PT.Freepot...........................................10

2.2 Dampak Pertambangan PT.Freepot..............................................13

2.3 Solusi penanganan Pertambangan PT.Freepot..............................13

2.4 Tanggung jawab PT.Freepot.........................................................13

BAB III PENUTUP.......................................................................................14

3.1 Kesimpulam..................................................................................13

3.2 Saran..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi menjadi sebuah fenomena yang dikaji secara khusus dalam hubungan
internasional. Relasi kuasa di antara aktoraktor internasional tidak lepas dari signifikansi
globalisasi.
Dimensi Globalisasi ada 2 yaitu :
1. Dimensi Ekonomi dan korporasi (economic and corporation globalization) yaitu
“Pasar Bebas” dengan seperangkat tata nilai lain yang harus membuka kesepakatan
terbukanya arus barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain.
2. Dimensi politik dan negara (political and state globalization) yaitu adanya upaya
dalam mempertahankan identitas nasional di tengah berbagai pengaruh negara lain.

Indonesia sebagai negara berkembang mulai diminati oleh berbagai investor asing.
Investasi investor secara tidak langsung mengindikasikan bahwa prospek pembangunan
ekonomi Indonesia semakin baik karena telah memenuhi standar investasi asing.
Investasi diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui perusahaan
multinasional. Fakta membuktikan bahwa penanaman modal asing melalui perusahaan
multinasional memberikan dampak positif juga dampak negatif bagi negara tempat
perusahaan beroperasi, khususnya kontribusi terhadap pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang berdampak pada ancaman keamanan manusia. Exxon Mobil Oil
Indonesia tahun 2005, dan kasus minyak montara di Laut Timor oleh PT.

Masalah lingkungan yang merebak kemudian menjadi isu penting untuk dibahas
dalam politik domestik dan wacana global. Masalah lingkungan semakin kompleks
dengan melibatkan perusahaan multinasional dimana membutuhkan pengambilan
keputusan baik di tingkat negara maupun sistem internasional khususnya dibidang
lingkungan. Perusahaan multinasional lain yang ada di Indonesia yaitu PT. Freeport
Indonesia. Freeport beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang
ditandatangani pada tahun 1967 berdasarkan UU 11/1967 mengenai PMA dan didi
perpanjang menjadi 30 tahun dengan opsi perpanjangan 2 kali masing-masing.
Freeport berada di puncak gunung pada ketinggian 4.270 meter dengan suhu terendah
mencapai 2 derajat Celcius. Freeport mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap
bencana tanah longsor. Freeport pernah terjadi beberapa kali sepanjang tahun 2004-2017.
Indonesia selalu mengklaim bahwa berbagai bencana yang terjadi di wilayah operasinya
adalah kejadian tidak sengaja dari bencana alam. Freeport harusnya menyadari resiko
operasi didaerah dengan curah hujan dan aktivitas seismik yang tinggi, namun hal ini
tidak menghalangi perusahaan meningkatkan kapasitas produksi dalam meningkatkan
keuntungan . Dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat dan penghidupan telah
menjadi masalah yang terus-menerus di wilayah tambang PT. Aikwa menyebabkan banjir
yang menghancurkan sebagian besar hutan dataran rendah dan mengancam kota Timika.
Pasokan air berasal dari daerah aliran sungai yang berdekatan dengan operasi PT.
Freeport dan telah terjadi peningkatan kadar tembaga pada fauna laut . Freeport Indonesia
juga merupakan perusahaan yang belum memiliki izin penggunaan kawasan hutan
terutama diwilayah kawasan hutan lindung. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintah Indonesia melakukan perubahan Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor
32 Tahun 2009 yang jelas menyatakan akan menindak tegas setiap aktor baik individu,
kelompok, maupun korporasi yang jelas melakukan pencemaran lingkungan melebihi
baku mutu yang ditentukan.
Freeport Indonesia akhirnya setuju untuk melepas saham dengan total sebesar 51
persen kepada pihak nasional. Hal ini merupakan satu dari empat poin negosiasi yang
disepakati PT. Padahal fenomena ini sangat krusial untuk diselesaikan karena kegiatan
pertambangan mempengaruhi lingkungan serta keamanan manusia bagi masyarakat
di Mimika Papua. Freeport Indonesia juga merupakan perusahaan yang belum memiliki
izin penggunaan kawasan hutan terutama diwilayah kawasan hutan lindung.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dari Pertambangan PT. Freeport?


2. Bagaimana dampak pertambangan PT. Freeport bagi lingkungan khususnya di Papua?
3. Bagaimana solusi yang dapat ditawarkan dalam menghadapi masalah ini?
4. Bagaimana Tanggung Jawab PT. Freeport terhadap lingkungan di papua?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui Pengertian dari Pertambangan PT. Freeport


2. Mengetahui dampak pertambangan PT. Freeport bagi lingkungan khususnya di Papua
3. Mengetahui solusi yang dapat ditawarkan dalam menghadapi masalah ini
4. Mengetahui Tanggung Jawab PT. Freeport terhadap lingkungan di papua
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertambangan PT. Freeport

Ini adalah anak perusahaan pertambangan mineral Freeport-McMoRan (FCX) dan


Mining Industry Indonesia (MIND ID). PTFI menambang dan mengolah bijih untuk
menghasilkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak. Pasar kami
terkonsentrasi di seluruh dunia, terutama pabrik peleburan tembaga domestik PT
Smelting. Kami beroperasi di dataran tinggi terpencil Pegunungan Sudirman, Kabupaten
Mimika, Provinsi Papua, Indonesia. Pemerintah telah memberikan wewenang secara
legal bagi PT. Freeport untuk melakukan pertambangan dengan telah memenuhi
persyaratan beroperasinya untuk menjadi pendangkalan sungai serta tanah longsor yang
memakan korban jiwa disekitar tambang. Kemudian tahun 2006 LSM Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan
untuk menyalahi ketentuan Amdal diluar wilayah yang telah diatur. Negara menjamin
hak setiap kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang
sehat, bersih, dan produktif.

2.2 Dampak pertambangan PT. Freeport bagi lingkungan khususnya di Papua

Baik Freeport maupun Pertamina adalah perusahaan yang bergerak di industri


pertambangan. Freeport fokus pada pertambangan tembaga dan emas, sedangkan
Pertamina fokus pada ekstraksi minyak dan gas. Freeport adalah perusahaan swasta atau
milik asing, sedangkan Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Freeport mengolah limbah tambang di hulu Sungai Ajkwa sejak 1995 dengan
kapasitas produksi 300.000 ton. Menurut perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan, rata-
rata dihasilkan 230.000 ton limbah setiap hari. Maklum, hanya 3% dari seluruh lahan
yang digali dan diolah perusahaan tambang tersebut mengandung mineral. Sebagian
besar sisanya dibuang

Dampak Positif diantaranya sebagai berikut :

1. sebagai salah satu sektor industri pertambangan terbesar yang dapat memberikan
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi suatu wilayah dan negara.
2. Kehadiran PT Freeport juga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat untuk
meningkatkan kesejahtraan hidup secara khusus bagi masyarakat setempat dan
perusahaan dapat berperan langsung terhadap pengembangan masyarakat melalui
hibah 1% yang diberikan dalam Corporate Social Responsibility (CSR) yang
disalurkan melalui lembaga kemitraan masyarakat yang dibentuk pada tahun 1996

Dampak negatifnya diantaranya sebagai berikut :

1. Menimbulkan kesenjangan sosial yang tinggi


Dampak ekonomi politik, yaitu selama 30 tahun kontrak kerja pertama perusahaan
belum memiliki ijin usaha penambangan, perusahan beru memberikan pajak dan
retribusi kepada negara pada kontrak kerja ke kedua. PT Freeport Indonesia belum
mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat asli Papua melalui penyerapan
tenaga kerja. Dengan demikian dapat menimbulkan ketidak puasan pada masyarakat
asli Papua dari keberadaan Freeport di Papua yang berimplikasi pada konflik dan
ketimpangan yang tinggi.
2. pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertambangan.
Kandungan tambang di Grasberg yang luas menjamin usia tambang yang panjang.
Tailing yang dibuang ke sungai dengan besar batuan yang mengandung tembaga juga
dikeruk dan dibuang tanpa diolah dulu. tembaga terbuang ini mengakibatkan
kerusakan lingkungan serius pada air tanah, sungai, dan muara di hilir.
3. industrialisasi sumber daya alam yang hanya menguntungkan pemilik, bukan seluruh
penduduk Indonesia.
bagi Freeport, yang paling menguntungkan adalah mengolah bijih dalam jumlah yang
sangat besar setiap harinya, dan membuang 14 persen tembaga yang terkandung
dalam bijih, yang pada akhirnya tertinggal di tailing yang dibuang ke sungai. Dengan
alasan yang sama, sejumlah besar batuan yang mengandung tembaga juga dikeruk
dan dibuang tanpa diolah dulu. Alasannya, perusahaan memilih untuk mendapatkan
bijih berkualitas tinggi secepat mungkin.
4. kelangkaan sumber daya alam akibat terus menerus diambil.
a. Perairan
Tailing secara langsung berbahaya bagi insang dan telur ikan, serta organisme
pemangsa, organisme yang membutuhkan sinar matahari (photosynthetic), dan
organisme yang menyaring makanannya (filter feeding). Tembaga menghambat
kerja insang ikan. Uji tingkat racun aktual yang dilakukan CSIRO dan analis
Freeport menunjukkan air dan endapan tailing beracun bagi larva udang (Caridina
sp), udang sungai dewasa (Macrobrachium rosenbergii), larva ikan minnow
(Cyprinodon variegatus dan Pimephales promelas), ganggang sungai (Chlorella),
embrio dan larva rainbowfish (Melanotaenia spledida), dan hewan tak bertulang
belakang Gammarus dan Nassarius sp.
Freeport gagal dalam menepati janji untuk mensejaterahkan kehidupan
masyarakat , kemudian pencemaran limbah tailings telah merusak sungai dan laut
yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan, yang beralih
mata pencaharian lain dengan mencari tempat lain yang letaknya lebih tinggi
untuk beralih matapencaharian seperti bertani dan peternak.
b. Tanaman
Konsentrasi dari beberapa jenis logam tersebut yang ditemukan dalam tailing
melampaui acuan US EPA dan pemerintah Australia dan juga ambang batas
ilmiah phytotoxicity. Hal ini menunjukkan kemungkinan timbulnya dampak racun
pada pertumbuhan tanaman. Pengujian dan pengambilan sampel lapangan
menunjukkan bahwa tanaman yang tubuh di tailing mengalami penumpukan
logam berat pada jaringan (tissue), menimbulkan bahaya pada mahluk hutan yang
memakannya. Dalam rantai makanan, mahluk yang terancam bahaya logam berat
dari tailing adalah:
• Burung raja udang (kingfishers) dan burung lain yang makan ikan.
• Burung maleo waigeo (brush turkey), burung kipas (fantail) dan burung lain
yang makan binatang tak bertulang belakang pada dedaunan atau tanah
• kasuari dan burung besar lain yang makan buah.

jadi, kerugian yang ditimbulkan Freeport dan Pertamina diantaranya dampak


lingkungan, dampak ekonomi, dan dampak keberlanjutan.Tailing Freeport dalam
jumlah besar menyebabkan pencemaran air dan kerusakan hutan dan hutan sagu.
Penduduk setempat dibiarkan sendiri.

Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh krisis lingkungan hidup tersebut


sekaligus merupakan ancaman-ancaman terhadap keamanan manusia yang harus
dihadapi oleh masyarakat Mimika setiap harinya. Krisis lingkungan hidup utamanya
adalah pencemaran polusi udara dan polusi air yang bukan hanya berdampak pada
kerusakan dan kerugian secara ekologis melainkan juga berdampak pada
terganggunya aspek-aspek dalam keamanan manusia, khsususnya dalam keamanan
lingkungan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan pribadi.Keamanan manusia di Mimika
terjadi karena negara masih mengutamakan ekonomi dan pembangunan negara
dengan pertimbangan bahwa PT. Freeport memberikan pemasukan terbesar terhadap
APBN.Hal ini tercermin dalam empat kebijakan strategis masa Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Pemerintah juga belum optimal dalam
melaksanakan penegakan hukum terhadap kasus pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang telah berlangsung kurang lebih selama 40 tahun. Pemberian sanksi
administratif tidak memberikan efek jera bagi pelaku usaha khususnya PT.Freeport.
Dalam kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan oleh PT. Freeport kebijakan
yang diambil selama ini antara Pemerintah Indonesia dan PT. Freeport tanpa
keterlibatan masyarakat juga telah menimbulkan masalah baru. Akibat kesenjangan
kelas, kerusakan lingkungan, bantuan militer untuk penjagaan wilayah pertambangan
telah memunculkan banyak tuntutan dari komunitas dan orang-orang pribumi asli.
Dampak-dampak yang ditimbulkan bukan hanya terjadi dalam jangka pendek,
melainkan juga jangka panjang khususnya apabila pemerintah Indonesia tidak segera
melakukan usaha untuk mengatasi krisis tersebut. Terlebih, dampak dari krisis
lingkungan juga telah berpotensi memicu konflik.Terjadinya berbagai konflik di
Papua merupakan salah satu bentuk perlawanan. Tidak hanya secara individu saja
melainkan juga secara kelompok baik dari kalangan aktivis, praktisi, tokoh-tokoh
masyarakat adat maupun lembaga adat. Dampak-dampak yang ditimbulkan bisa jadi
akan semakin memburuk di kemudian hari sehingga pemerintah Indonesia perlu
mengambil tindakan dengan cepat dan tepat.

2.3 Solusi Penanganan Limbah PT Freeport

1. Bagi Pemerintah
- Pemerintah sebaiknya segera melakukan negosiasi dengan PTFI terkait Kontra
Karya serta mengambil tindakan tegas berupa pengambil alihan tambang PTFI dan
menyerakannya untuk dikelola Badan Usaha Milik Negara. Dengan begitu
kepentingan rakyat akan lebih diutamakan terutama dalam pengelolaan hasil
tambang.
- Pemerintah juga perlu memfasilitasi sebuah konsultasi penuh dengan penduduk asli
Papua yang berada di wilayah operasi Freeport dan pihak berkepentingan lainnya
mengenai masa depan pertambangan tersebut serta memetakan dan mengkaji
sejumlah skenario bagi masa depan Freeport, termasuk kemungkinan penutupan,
kapasitas produksi, dan pengolahan limbah.
- Melaksanakan pengambilan sampel secara berkala dan cermat, daripada
mengandalkan laporan dari perusahaan. Pemerintah juga harus menerbitkan semua
infiormasi lingkungan pada masyarakat, sesuai Undang-undang Lingkungan Hidup
(1997)
- Konsep pengembangan berkelanjutan harus dikedepankan oleh pemerintah dengan
memelihara kelestarian lingkungan.
- Membentuk Panel Independen untuk memetakan sejumlah skenario bagi masa
depan Freeport, termasuk tanggal penutupan, pengolahan (processing) dan
pengelolaan limbah. Kemudian pemerintah harus menyewa konsultan independen
untuk mengkaji tiap skenario dari segi social dan teknis secara rinci dan independen.
Kajian ini kemudian harus digunakan sebagai dasar untuk pembahasan mengenai
masa depan tambang oleh penduduk lokal dan pihak berkepentingan lainnya.
- Upaya Pemerintah terhadap penanganan kerusakan lingkungan di tunjukan dengan
adanya penerapan sistem perizinan pertambangan serta dibentuknya peraturan
perundang-undangan guna memperhatikan kelestarian lingkungan serta kerjasama PT
Freeport Indonesia dalam merehabilitasi, reklamasi dan penghijauan kembali
lingkungan serta melakukan pembinaan dan pengawasan pasca penutupan tambang
- Negara seharusnya dapat menekan PT. Freeport karena negara merupakan otoritas
tertinggi didalam negara. Ditambah lagi, PT. Freeport merupakan perusahaan asing
yang berpotensi mengancam keamanan manusia melalui kerusakan lingkungan akibat
kegiatan pertambangan. Ketidaktegasan pemerintah dalam menegakan hukum
lingkungan menunjukkan Indonesia sebagai negara berkembang atau negara dunia
ketiga masih berada dibawah bayang-bayang negara maju atau home country
darimana PT. Freeport berasal yaitu Amerika Serikat.

2. Bagi Masyarakat
- Terus mengawasi secara penuh kerja pemerintah dalam usaha mengambil alih PTFI
dan menyerahkannya untuk dikelola BUMN.
- Melakukan reklamasi dan penghijauan kembali lingkungan

2.4 Tanggung Jawab PT. Freeport Kepada Papua

Tanggung jawab PT Freeport Indonesia menunjukkan kepatuhan PT Freeport


Indonesia pengelolaan lingkungan bersama Pemerintah dan Pengelolaan Sampah
Apakah limbah tailing, limbah B3 (material berbahaya dan beracun) dan Pengelolaan
Overburden dan Air Asam dan memberikan laporan pelaksanaan kegiatan
pertambangan pertambangan berkelanjutan dan berwawasan Tanggung jawab
lingkungan selanjutnya Menampilkan PT Freeport Indonesia dengan memberikan
kompensasi karena pencemaran lingkungan Tailing ke masyarakat dan pemerintah
Provinsi Papua dan Kabupaten Mimika.

Selanjutnya tanggung jawab PT Freeport Indonesia menyatakan hal tersebut


Reklamasi, restorasi dan penghijauan kembali dengan perhatian konstan Baku mutu
lingkungan dan penutupan pascatambang. Semua tanggung jawab tersebut
dilaksanakan berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan mineral dan
batubara.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penelitian ini menemukan bahwa kebijakan Indonesia yang belum mengutamakan


lingkungan dalam menangani kasus pencemaran menyebabkan krisis lingkungan hidup
yang berbanding lurus dengan ancaman terhadap keamanan manusia di Mimika
Papua.Melalui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh krisis tersebut, ditemukan bahwa
terdapat aspek-aspek keamanan manusia yang ikut terganggu, yaitu keamanan
lingkungan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan pribadi.Menurunnya kualitas lingkungan
membuat kebutuhan masyarakat Mimika Papua untuk hidup dalam lingkungan yang baik
dan terbebas dari bahaya kerusakan lingkungan tidak dapat terpenuhi. Biaya yang besar
untuk menanggulangi krisis, menurunnya produktivitas mata pencaharian, dan sektor
ekonomi lainnya akibat polusi menyebabkan terancamnya keamanan ekonomi.
Pemerintah juga belum optimal dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap kasus
pencemaran dan kerusakan lingkungan yang telah berlangsung kurang lebih selama 40
tahun. Pemberian sanksi administratif tidak memberikan efek jera bagi pelaku usaha
khususnya PT. Freepotnya.

2.5 Saran

Sesuai dengan hasil pemaparan di atas mengenai dampak buruk aktivitas pertambangan
PT. Freeport pada lingkungan, pemerintah diharapkan dapat melakukan tindakan tegas
untuk menanggulangi kasus ini. Selain itu, masyarakat hendaknya mendukung
pemerintah dalam menghadirkan solusi nyata dalam penanggulangan dampak buruk
terhadap lingkungan akibat aktivitas tambang PT. Freeport.
DAFTAR PUSTAKA

Kapan, M. R. (2018). DAMPAK LIMBAH TAILING PT FREEPORT TERHADAP


LINGKUNGAN DI SEKITAR MASYARAKAT ADAT MIMIKA (Doctoral dissertation,
PERPUSTAKAAN).

Astuti, A. D., & Putranti, I. R. (2018). Implikasi Kebijakan Indonesia dalam Menangani Kasus
Pencemaran Lingkungan oleh PT. Freeport terhadap Keamanan Manusia di Mimika
Papua. Journal of International Relations, 4(3), 547-555.

Inaivany Maria Monggoibo.(2019). PENGELOLAAN LIMBAH TAMBANG (TAILING) PT


FREEPORT INDONESIA DALAM RANGKA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DI
KABUPATEN MIMIKA.Skripsi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Roni Sulistyanto Luhukay.(2016). TANGGUNG JAWAB PT FREEPORT INDONESIA


TERHADAP PENANGANAN KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT
PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MIMIKA PAPUA, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Soelistijo, U. W., 2012. KRONOLOGI KONTRAK KERJA DI INDONESIA DAN USAHA


PERTAMBANGAN PT. FREEPORT INDONESIA (PT.FI). Jurnal Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Unisba. Prosiding SNaPP; Sains, Teknologi dan
Kesehatan. ISSN 2089-3582

Budhyono, H. T., 2008. PENGELOLAAN STRATEGI PENGEMBANGAN MASYARAKAT


PADA INDUSTRI TAMBANG UNTUK KEBERLANJUTAN BISNIS JANGKA
PANJANG DAN MENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (STUDI
KASUS: PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PT FREEPORT
INDONESIA). National Conference on Management Research.Staf Senior PT Freeport
Indonesia.Makasar.
.Hamsky, R, 2014. DAMPAK OPERASIONAL PT FREEPORT PADA KEHIDUPAN SUKU
KAMORO. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (2): 411-426 ISSN 0000-
0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org.

Anda mungkin juga menyukai