Anda di halaman 1dari 24

Proposal Dasar Penyuluhan dan Komunikasi

ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN

Oleh :
YULIANTI SARA 1121418053
SUKTI NURMAN ILHAM 1121418005

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya. Rasa terima kasih juga penyusun
ucapkan kepada Dosen mata kuliah yang selalu memberikan dukungan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Proposal Dasar Penyuluhan dan Komunikasi yang
berjudul “Alat Tangkap Ramah Lingkungan”.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang


sempurna. Penyusun juga menyadari bahwa Proposal Dasar Penyuluhan dan
Komunikasi ini juga masih banyak memiliki kekurangan. Maka dari itu penyusun
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca dan kesempurnaan
Proposal Dasar Penyuluhan dan Komunikasi.

Gorontalo, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1..........................................................................................................................La
tar belakang.....................................................................................................1
1.2..........................................................................................................................Tu
juan..................................................................................................................2
1.3..........................................................................................................................M
anfaat...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1..........................................................................................................................K
omunikasi........................................................................................................3
2.2..........................................................................................................................Al
at Tangkap Ramah Lingkungan.......................................................................5
BAB III LANDASAN TEORI............................................................................7
3.1..........................................................................................................................Jar
ing Lingkar (Surrounding net).........................................................................
3.2..........................................................................................................................Jar
ing Insang Permukaan (Surface Gill Net)........................................................
3.3..........................................................................................................................Bu
bu (Trap)..........................................................................................................
3.4..........................................................................................................................Jal
a (Cast Net)......................................................................................................
3.5..........................................................................................................................Pu
kat Cincin (Purse Saine)..................................................................................
3.6..........................................................................................................................Pa
ncing Ulur (Hand lines)...................................................................................
3.7..........................................................................................................................Pa
ncing (Hook and line)......................................................................................
3.8..........................................................................................................................Jar
ing Caduk atau Serok (Scoop nets)..................................................................
BAB IV METODE...............................................................................................
4.1.Tempat dan Waktu..........................................................................................
4.2.Jenis-jenis Komunikasi....................................................................................
4.3.Bentuk-bentuk Komunikasi.............................................................................
4.4.Kekurangan dan Kelebihan Komunikasi.........................................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................
5.1.Kesimpulan......................................................................................................
5.2.Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................iii

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di
dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai 81.000 km dan luas laut
sekitar 3,1 juta km2 (Dahuri dkk, 2001 dalam Dwiputra & Manan, 2014). Dengan
luas perairan tersebut, potensi lestari produksi perikanan tangkap Indonesia
mencapai 4,9 juta ton ikan dengan tingkat pemanfaatan sektor perikanan tangkap
baru mencapai 64% (Syaukani, 2004 dalam Dwiputra & Manan, 2014).
Sektor perikanan merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting
bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak
utama (prime mover) ekonomi nasional (Daryanto, 2007 dalam Kurniawati dkk,
2015). Aktivitas penangkapan ikan di Indonesia telah mendekati kondisi kritis,
akibat tekanan penangkapan dan tingginya kompetisi antar alat tangkap dan telah
menyebabkan menipisnya stok sumberdaya ikan. Sehingga nelayan mulai
melakukan modifikasi alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang
maksimal termasuk menggunakan teknologi penangkapan yang merusak
(destruktif fishing) atau tidak ramah lingkungan (Latuconsina, 2010).
Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan yang sesuai dengan CCRF
dilakukan sesuai dengan criteria seperti memiliki selektifitas tinggi, tidak merusak
habitat ikan, tidak membahayakan nelayan, menghasilkan ikan bermutu baik,
produk tidak membahayakan konsumen, hasil tangkapan yang terbuang minimum,
alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap
keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity), tidak menangkap jenis yang
dilindungi undang-undang atau yang terancam punah dan diterima secara social
oleh masyarakat (Firdaus dkk, 2017).
Penggunaan alat tangkap ikan ramah lingkungan sangat penting untuk
diterapkan dalam proses penangkapan ikan. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya
untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya ikan di masa yang akan
datang. Oleh sebab itu, untuk mewujudkannya maka perlu adanya penilaian
tingkat keramah lingkungan dari suatu alat tangkap (Lisna dkk, 2018).

1
Di Molotabu Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Provinsi
Gorontalo adalah tempat nelayan berlabuh saat melakukan penangkapan ikan
dengan menggunakan perahu kecil dan alat-alat yang masih sederhana, dan
sebagai tempat wisata dan sering juga nelayan memarkir perahu di sekitar pesisir.
Aktivitas penangkapan ikan oleh para nelayan di daerah ini menggunakan
berbagai metode dan teknologi penangkapan, pengoperasian alat tangkap yang
tidak merusak lingkungan serta alat tangkap yang masih sederhana. Nelayan di
daerah ini belum sepenuhnya tau apa saja alat tangkap ramah lingkungan, yang
mereka tau hanyalah pancing, jala, pancing ulur dan jarring caduk sehingga secara
ekonomi mereka masih kurang beruntung padahal kalau dilihat dari hasil
penangkapan dilaut secara keseluruhan masih banyak.
1.2. Tujuan
Dapat mengetahui apa saja alat-alat tangkap yang ramah lingkungan
1.3. Manfaat
Agar nelayan dan para masyarakat tidak menyalahgunakan alat tangkap yang
merusak lingkungan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi
Komunikasi secara etimologis bersasal dari perkataan latin
“communicatio”. Istilah ini bersumbar dari perkataan “communis” yang berarti
sama (Effendi, 2010 dalam Krisna, 2019). Komunikasi merupakan sarana untuk
terjalinnya hubungan antara seseorang dengan orang lain. Manusia sebagai
makluk sosial sangat membutuhkan komunikasi sebagai sarana untuk berinteraksi
antara yang satu dengan yang lainnya. Tujuan manusia berkomunikasi adalah
untuk menghasilkan suatu tindakan komunikasi efektif, yaitu menyampaikan apa
yang ada di pikiran komunikator, aga sama dengan apa yang dipikirkan oleh pihak
komunikan (Supratman, 2016).
2.1.1 Jenis-jenis Komunikasi
1) Komunikasi berdasarkan Penyampaian
Pada umumnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain karena
manusia tidak hanya makhluk individu tetapi juga makhluk sosial yang selalu
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Berdasarkan cara
penyampaian informasi dapat dibedakan yaitu:
a) Komunikasi verbal (lisan) yaitu yang terjadi secara langsung serta
tidak dibatasi oleh jarak , dimana kedua belah pihak dapat bertatap
muka. Contohnya komunikasi lewat telepon.
b) Komunikasi nonverbal (tertulis) yaitu Naskah yang biasanya
digunakan untuk menyampaikan kabar yang bersifat kompleks dan
gambar dan foto akibat tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata atau
kalimat.
2) Komunikasi berdasarkan perilaku
Komunikasi bedasarkan prilaku dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a) Komunikasi Formal, yang terjadi diantara organisasi yang tata caranya
sudah diatur dalam struktur organisasinya. Contohnya seminar.
b) Komunikasi Informal, yang terjadi pada perkumpulan yang tidak
ditentukan. Contohnya kabar buruk

3
c) Komunikasi Nonformal, yaitu komunikasi yang terjadi antara
komunikasi yang bersifat formal dan informal , yaitu komunikasi yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan Contohnya rapat.
3) Komunikasi berdasarkan Kelangsungan
Berdasarkan Kelangsungannya, komunikasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a) Komunikasi Langsung, yaitu proses komunikasi dilakukan secara
langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media
komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh adanya jarak.
b) Komunikasi Tidak Langsung, yaitu proses komunikasinya
dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat
4) Komunikasi berdasarkan maksud komunikasi
Berdasarkan maksud komunikasi seperti Berpidato, Memberi Ceramah,
Wawancara, Memberi Perintah alias Tugas.
5) Komunikasi berdasarkan ruang lingkup
Berdasarkan Ruang Lingkupnya , komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Komunikasi Internal Komunikasi internal dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
- Komunikasi vertikal yang terjadi di dalam bentuk komunikasi, seperti
perintah
- Komunikasi horizontal yang terjadi di dalam ruang lingkup
perkumpulan diantara orang - orang yang memiliki kedudukan sejajar.
- Komunikasi diagonal yang terjadi di dalam ruang lingkup diantara
orang - orang yang memiliki kedudukan berbeda.
b) Komunikasi Eksternal Komunikasi yang terjadi antara masyarakat
yang ada di dalam dan masyarakat yang ada diluar.
6) Komunikasi berdasarkan jumlah yang berkomunikasi
Dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Komunikasi Perseorangan , yaitu komunikasi yang terjadi dengan cara
perseorangan atau individu antara pribadi dengan pribadi mengenai
persoalan yang bersifat pribadi juga.

4
b) Komunikasi Kelompok , yaitu komunikasi yang terjadi pada kelompok
mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan
kelompok. Perbedaanya dengan komunikasi perseorangan yaitu
komunikasi ini lebih terbuka dibandingkan dengan komunikasi
perseorangan.
7) Komunikasi berdasarkan peranan individu
Berikut beberapa macam komunikasi berdasarkan peranan individu, diantaranya :
a) Komunikasi antar individu dengan individu yang lain.
b) Komunikasi antar individu dengan lingkungan yang lebih luas.
c) Komunikasi antar individu dengan dua kelompok atau lebih.
8) Komunikasi Berdasarkan Jaringan Kerja
Komunikasi berdasarkan jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi :
a) Komunikasi jaringan kerja rantai , yaitu komunikasi mengikuti pola
komunikasi formal.
b) Komunikasi jaringan kerja lingkaran , yaitu komunikasi terjadi melalui
saluran komunikasi
c) Komunikasi jaringan bintang, yaitu komunikasi terjadi melalui satu sentral
9) Komunikasi Berdasarkan Ajaran Informasi
Komunikasi berdasarkan Ajaran Informasi dapat dibedakan menjadi:
a) Komunikasi satu arah , yaitu komunikasi yang berjalan satu pihak saja
(one way Communication).Proses penyampain pesan dari komunikator
kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa
ada umpan balik dari komunikan. Hal ini komunikan bertindak sebagai
pendengar ( Effendi, 1989 dalam Krisna, 2019).
b) Komunikasi dua arah , yaitu komunikasi yang bersifat timbal balik (two
ways communication). Komunikator dan Komunikan menjadi saling tukar
fungsi dalam menjalani fungsi mereka (Siahaan, 1999 dalam Krisna,
2019)
c) Komunikasi ke atas , yaitu komunikasi yang terjadi dari bawahan terhadap
atasan.

5
d) Komunikasi ke bawah , yaitu komunikasi yang terjadi dari atasan terhadap
bawahan.
e) Komunikasi kesamping , yaitu komunikasi yang terjadi diantara orang
yang mempunyai kedudukan sejajar.
2.1.2 Bentuk-bentuk Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang
dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak
dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap
komunikasi (Hardjana, 2003).
1) Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,
entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai
dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, emosi, pemikiran,
gagasan, menyampaikan fakta, informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
2) Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata
komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi
verbal.
Dalam prosesnya, komunikasi itu terbagai dalam dua macam komunikasi, yaitu :
1) Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung
dengan aktif antara komunikator dengan komunikan sama-sama aktif
berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya.
2) Komunikasi pasif terjadi ketika komunikator menyampaikan informasi
atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi,
akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan
respon atau timbal balik dari proses komunikasi.

6
Menurut Dedy Mulyana bahwasanya komunikasi dilihat dari peserta
komunikasinya dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah
komunikasi dengan diri-sendiri, baik kita sadari atau tidak.
2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi yang lain secara langsung, baik secara
verbal maupun nonverbal.
3) Komunikasi kelompok yang dibagi dengan kelompok besar dan kelompok
kecil.
4) Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau
elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang
yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen.
5) Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam
suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam
suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi
1) Kelebihan komunikasi
Kelebihan dari Komunikasi adalah sangat efektif, dimana kita bisa melihat
respon dari lawan bicara secara non verbal, sehingga kita bisa melihat respon atau
umpan balik yang bersifat positif dan negative (Soyomukti, 2010).
- Feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat
dan dapat pula melihat reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari
komunikan itu sendiri.
- Terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
- Efektif karena menghemat waktu dan bisa dilakukan dimana saja, dan
kapan saja diinginkan.
- Dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal
tanpa komunikasi verbal.

7
2) Kekurangan Komunikasi
Kekurangan komunikasi adalah tidak efisiensinya waktu, karena antara
komunikator dan komunikasi harus bertemu dalam tempat yang sama, dalam
waktu yang sama.
- Komunikator dan komunikasi harus mengorbankan waktu yang dimiliki
untuk berkomunikasi.
- Jangkauan yang sempit, individu-individu yang terlibat terbatas antara dua
orang saja atau antara kelompok kecil saja.
- Tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang
berbeda.
2.2. Alat tangkap Ramah Lingkungan
Banyak teknologi yang digunakan tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan termasuk didalamnya lingkungan perairan. Lingkungan perairan ini
menjadi korban dari ulah kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti
pada kegiatan di bidang perikanan yaitu bahan peledak, racun dan alat-alat
tangkap yang membahayakan kelestarian sumberdaya ikan (Nontji, 2002).
Menurut Arimoto et al. (1999) dalam Sumardi dkk (2014), alat tangkap
ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tangkap tersebut tidak
merusak dasar perairan, hilangnya alat tangkap, serta konstribusi terhadap polusi.
Faktor lain adalah dampak terhadap bio-diversity dan target resources yaitu
komposisi hasil tangkapan adalah by catch serta tertangkapnya ikan-ikan muda.
Sedangkan menurut Wiyono (2005) dalam Latuconsina (2010), lebih
ditekankan pada teknologi penangkapan yang ramah lingkungan untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan, karena teknologi ini
tidak memberikan dampak negatif terhadap kingkungan, seperti merusak dasar
perairan, dampak terhadap bio-diversity dan target komposisi hasil tangkapan, dan
ikan tangkapan non target yang kurang termanfaatkan, mengingat hilangnya biota
laut dalam struktur ekosistem akan mempengaruhi secara keseluruhan ekosistem
yang ada. Selain itu penangkapan ikan yang ramah lingkungan dalam
penerapannya pada dasar bersifat produktif dan hasil tangkapan mempunyai nilai

8
ekonomis tinggi, serta pengoperasiannya tidak merusak lingkungan dan
kelestarian sumberdaya perikanan yang ada.
Kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan sebagai acuan dalam
penggunaan teknologi dan alat penangkapan ikan ramah lingkungan. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari segi metode pengoperasian, bahan dan kontruksi alat,
daerah penangkapan serta ketersediaan sumberdaya ikan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan sumberdaya ikan. Harapannya adalah nelayan dan semua pihak
yang bergerak dibidang perikanan diseluruh perairan Indonesia dapat mematuhi
peraturan dalam mengoperasikan alat tangkap dengan tetap menjaga lingkungan
dalan kelestarian sumberdaya ikan (Dahuri, 1993 dalam Sumardi dkk, 2014).
2.2.1. Faktor-faktor penangkapan ikan dalam melaksanakan penangkapan
ikan yang ramah lingkungan
Menurut Direktorat Produksi Ditjen Perikanan (2000) dalam Sumardi dkk
(2014) menetapkan faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh ahli penangkapan
ikan dalam melaksanakan penangkapan ikan yang ramah lingkungan yaitu :
a) Menentukan alat penangkapan ikan yang dalam operasinya produktif dan
hasil tangkapannya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu para
ahli penangkapan ikan perlu memperhatikan beberapa hal seperti alat
penangkapan ikan harus selektif, tidak merusak sumberdaya dan
lingkungan, meminimalisir ikan buangan atau discard
b) Fishing ground “penentuan daaerah penangkapan ikan yang sesuai dengan
ukuran kapal ddan jenis alat tangkap yang dioperasikan, perlunya
pengaturan operasi penangkapan ikan dilapangan, diharapkan konflik antar
kelompok nelayan terhindari”.
c) Pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dikelola secara wajar
d) Perlu diperhatikan adanya peraturan-peraturan yang mengatur jalannya
operasi penangkapan ikan yang menuju ramah lingkungan dan
bertanggungjawab.

9
2.2.2. Karakteristik pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang ramah
lingkungan
Menurut FAO (1995) serta beberapa pakar perikanan, seperti; Monitja
(1994) dan Arimoto et al. (1999) dalam Sumardi dkk (2014) menyatakan bahwa
karakteristik pemanfaatan sumberdaya hayati laut ramah lingkungan yaitu :
a) Memiliki selektifitas yang tinggi
b) Tidak merusak habitat atau ekosistem sekitarnya
c) Tidak membahayakan keanekaragaman hayati dan tidak menangkap
spesies yang dilindungi
d) Tidak membahayakan kelestarian target tangkapan
e) Tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan nelayan.
2.2.3. Kriteria Teknologi Penangkapan ikan yang Ramah Lingkungan
Menurut Martasuganda (2005) dalam Sumardi dkk (2014) merincikan
beberapa hal penting yang diperhatikan, agar dapat mengetahui criteria teknologi
penangkapan ikan yang ramah lingkungan, antara lain sebagai berikut :
a) Melakukan seleksi terhadap ikan yang akan dijadikan target penangkapan
atau layak tangkap baik dari segi jenis dan ukurannya dengan membuat
desain dan kontruksi alat tangkap yang sesuai dengan jenis dan ukuran
dari habitat perairan yang akan dijadikan target tangkapan.
b) Tidak memakai ukuran mati jaring yang dilarang.
c) Tidak melakukan kegiatan usaha penangkapan di daerah penagkapan ikan
yang sudah dinyatakan over fishing. di daerah konservasi yang dilarang, di
daerah penangkapan yang dinyatakan tercemar baik dengan logam
maupun bahan kimia lainnya.
d) Tidak melakukan pencemaran yang akan mengakibatkan berubahnya
tatanan lingkungan sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sebagai contoh tidak
membuang jarring bekas atau potongan-potongan jaringan serta benda-
benda lain yang berupa bahan bakar bekas pakai serta pelumas mesin,
bensin, dan bahan kimia lainnya.

10
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Jaring Lingkar (Surrounding net)

Jaring lingkar menurut National Oceanic and Atmospheric adalah jarring


besar yang membentuk dinding dikerahkan untuk menangkap ikan yang
bergerombol. Menurut buku Fish Methods (Ayodhyoa, 1995) dalam (Fadillah
dkk, 2017), ikan yang menjadi tujuan penagkapan dari jarring lingkar adalah ikan-
ikan “pelagic shoaling species” yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah
membentuk gerombolan, berada di dekat dengan permukaan air. Jaring tersebut
berukuran 5x1 m dengan mesh size ¾ inci. Bahan jarring terbuat dari nylon
monofilament PA 20. Shortening dari alat tangkap 50%. Pada bagian atas jarring
setiap jarak 65 cm dipasang satu buah pelambung terbuat dari sandal karet
berukuran 7x4x1 cm, sedangkan pada bagian bawah jarring dipasang pemberat
berupa rantai timah dengan berat total 3kg, Posisi jarring sewaktu pengoperasian
dalam posisi tenggelam.
3.2. Jaring Insang Permukaan (Surface Gill Net)

Jaring insang permukaan (Surface Gill Net) salah satu alat tangkap yang
sangat selektif dan mudah dikontrol penggunaanya, disamping itu jarring insang

11
permukaan dapat dipakai dengan menggunakan perahu sederhana tanpa
menggunakan perahu motor (Demawati dkk, 2019). Disebut jaring insang karena
ikan yang tertangkap oleh alat ini umumnya tersangkut di bagian insang.
Pengoperasiannya menggunakan pemberat pada bagian bawah jaring dan bagian
atasnya diberikan pelampung, sehingga tubuh jaring secara keseluruhanberdiri
tegak di dalam perairan untuk bisa menghadang gerombolan ikan. Menurut
Sudirman dan Mallawa (2004) dalam (Latuconsina, 2010), jenis ikan yang
menjadi tujuan penangkapan adalah; ikan horisontal dan vertical migration yang
tidak seberapa aktif, dan terbatas pada kedalaman tertentu.

3.3. Bubu (Trap)

Perangkap (Trap) adalah alat penangkapan ikan yang dipasang secara tetap
di dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan
mempersulit keluarnya. Alat ini biasanya dibuat dari bahan alami, seperti bamboo,
kayu, atau bahan buatan lainnya seperti jaring (Sudirman dan Mallawa, 2000)
dalam (Sima dkk, 2015). Jenis alat tangkap yang dibuat secara permanen, dibuat
dengan cara memperkecil ruang lingkup air yang mengalir pada daerah aliran
sungai yang menuju ke danau, berbatu kecil atau berpasir dengan kedalaman
perairan 10-15 cm, disekat-sekat dengan menggunakan penghalang lidi dengan
jarak antara sekatnya 10 cm dan lebar jalur alahan ini 2m – 3m dengan arus tidak
begitu deras, kemudian dibatasi dengan kerikil, setelah itu tuba (umpan)
ditebarkan.

12
Menurut Partosuwiryo (2008) dalam (Sima dkk, 2015), bahan pokok untuk
pembuatan bubu adalah bamboo, kayu, atau rotan, tetapi ada juga yang dari
kawat. Sebuah bubu yang besar memiliki ukuran panjang ± 180 cm, lebar 140 cm,
tinggi 60-70 cm, dan garis tengah bagian luar untuk lubang masuknya ikan ±95
cm. pada bagian bawah bubu diberi landasan untuk mulai menempatkan batu-batu
pemberat. Saat ini berkembang bubu lipat. Bingkainya terbuat dari besi dan untuk
melipatnya dipasang engsel, sedangkan rongganya diberi bahan jaring polyamide
atau polyethylene.

3.4. Jala (Cast Net)

Jala bahannya terbuat dari nilon multi filament dan bisa juga dari mono
filament, dengan diameter sekitar 3-5 meter. Pada bagian kaki jarring diberikan
pemberat yang terbuat dari timah. Alat tangkap ini biasanya dioperasikan di
perairan pantai dengan kedalaman sekitar 0,5-10 m (Sudirman dan Mallawa,
2004). Jala juga terbaut dari anyaman benang yang dalam Pengoperasiannya
dengan cara mengurung ikan dari atas ke bawah, mata jala berkisar antara 1-5 cm
(Soeseno, 1993 dalam Anggraini dkk, 2019). Waktu pengoperasian jala dilakukan
pada pagi hari, siang dan malam hari dengan rata-rata penangkapan 5-6 jam
perharinya.

13
3.5. Pukat Cincin (Purse Saine)

Pukat Cincin (Purse Saine) merupakan alat penangkapan ikan yang efektif
untuk menangkap ikan pelagis berkelompok. Alat tangkap pukat cincin ini dapat
menangkap ikan hingga kedalaman 150 meter tergantung ukuran dan kontruksi
jarring. Secara garis besar alat tangkap ini terdiri dari beberapa bagian yaitu
jarring, pelampung, pemberat, cincin dan tali temali. Kontruksi jaringnya berbeda
yaitu terdiri dari bagian kantong, bahu dan sayap. Ukuran mata jarring berebda
yaitu berupa tali pelampung dan pemberat yang digunakan untuk memasang
pelampung, tali ris atas dan tali ris bawah yang terletak di atas dan di bawah
jarring serta tali cincin yang biasa dikenal dengan tali kolor yang terdapat didalam
cincin. Apabila ditarik cincin akal terkumpul sehingga jarring mengkerut
membentuk kantong dan mengurung gerombolan ikan (Masrun dkk, 2017).

3.6. Pancing Ulur (Hand lines)

Pancing ulur merupakan alat tangkap yang sederhana baik secara fisik
maupun cara pengoperasiannya yang terdiri dari tali pancing, penggulung tali,
pemberat, swivel, mata pancing, dan umpan (Kurnia et al. 2015). Alat tangkap
pancing ulur yang dioperasikan ole 2 orang, yang mana setiap nelayan

14
menggunakan 2 unit pancing ulur. Alat tangkap pancing ulur ini panjang tali
utamanya 70 m, tiap 1 armada penagkapan terdapat 4 unit alat tangkap pancing
ulur. Alat tangkap ini memiliki 6-25 mata pancing yang berukuran no.7, jarak tali
cabang 1 ke tali cabang lainnya adalah 1 m. Sebelum melakukan penangkapan
nelayan terlebih dahulu mencari umpan dengan menggunakan alat tangkap jarring
insang. Setelah umpan didapat , umpan tersebut dipotong-potong dengan ukuran
sebesar 4 cm selanjutnya umpan yang telah dipotong-potong dipasang disetiap
mata pancing barulah nelayang menuju daerah fishing ground. Tempat pemilihan
fishing ground dilakukan dikawasan rumpon.

3.7. Pancing (Hook and line)

Pancing memiliki cara pengoperasian yaitu tali pancing, penggulung tali,


pemberat, swivel, mata pancing (hook), dan umpan dalam pengoperasiannya.
Prinsip pengoperasian pancing adalah dengan mengaitkan umpan pada mata
pancing dan menenggelamkannya ke dalam air (Ayodhyoa, 1981 dalam Kurnia et
al. 2015).Menuru Von Brandt (1984) dalam (Kurnia et al. 2015). Penggunaan
umpan yang dimaksudkan untuk memikat dan menarik perhatian ikan target serta
untuk merangsang penglihatan ikan terutama dari gerakan, bentuk dan warna
umpan. Alat tangkap pancing memiliki panjang jorannya 1,5 m, Prinsip alat
tangkapn pancing membuat ikan terkait dan tidak terlepas lagi (Anggraini dkk,
2019).

15
3.8. Jaring Caduk atau Serok (Scoop nets)

Serok (Scoop nets) dikenal sebagai alat bantu yang digunakan untuk
mengambil dan memindahkan ikan hasil tangkapan pada pengoperasian alat
tangkap ikan tertentu seperti bagan, sero maupun purse seine. Namun, Scoop net
juga digunakan sebagai alat penangkapan ikan utama dan bukan sebagai alat bantu
penangkapan ikan. Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) dalam Adiyanto dkk
(2018) menyatakan bahwa serok (Scoop nets) termasuk kelompok jarring angkat
(lift net). Jaring angkat (lift net) adalah kelompok alat penangkapan ikan yang
terbuat dari bahan jarring berbentuk segi empat dilengkapi bingkai bambu atau
bahan lainnya sebagai rangka, yang dioperasikan dengan cara dibenamkan pada
kolom perairan saat setting dan kemudian diangkat ke permukaan saat hauling,
yang dilengkapi atau tampa lampu pengumpul ikan, untuk menangkap ikan
pelagis (Widodo dan Suparman Sasmita, 2014 dalam Adiyanto dkk, 2018). Scoop
net sebagai alat penangkapan ikan utama masih terbatas, dikarenakan scoop net
merupakan jenis alat tangkap yang bersifat alternatively dan bukan merupakan
commercial fishing gear.

16
BAB IV
METODE

4.1. Tempat dan Waktu


Penyuluhan tentang Alat Tangkap Ramah Lingkungan dilaksanakan di
Pantai Molotabu Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bonebolango Provinsi
Gorontalo.
4.2. Jenis-jenis Komunikasi
Jenis komunikasi yang dilakukan pada masyarakat/nelayan saat penyuluhan
terlaksanakan maka kami melakukan berbagai macam jenis komunikasi seperti :
1) Komunikasi berdasarkan Penyampaian, karena kami melakukan
penyuluhan secara tatap muka. Dalam komunikasi ini kami
menyampaikan informasi yang sebagian kecil masyarakat/nelayan belum
ketahui dan masyarakat/nelayan memberitahu apa yang lebih mereka
ketahui.
2) Komunikasi berdasarkan perilaku memakai komunikasi formal karena alur
dan materi yang kami sampaikan sudah disusun terlebih dahulu.
3) Komunikasi berdasarkan jumlah yang berkomunikasi seperti komunikasi
kelompok kecil yaitu dengan 4 orang nelayan dengan menggunakan
komunikasi ini kami bisa terbuka mereka.
4) Komunikasi Berdasarkan Ajaran Informasi menggunakan komunikasi dua
arah, yaitu komunikasi yang bersifat timbal balik. Dalam komunikasi ini
kami menyampaikan tetapi masyarakat/nelayan ini juga bertanya yang
belum mereka ketahui dan menyampaikan apa yang mereka ketahui.
4.3. Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi yang dilakukan ialah komunikasi verbal karena kami
melakukan penyampaian secara lisan ataupun kata-kata dan macam-macam
komunikasi ini menggunakan komunikasi aktif yang saling bertukar informaasi
atau terjadi timbal balik.
4.4. Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi

17
a. Kelebihan dalam komunikasi ini ialah dengan melakukan komunikasi
verbal pada masyarakat/nelayan di daerah ini dengan cepat merespon apa
yang disampaikan, dan melakukan komunikasi di dekat pantai.
b. Kekurangan dalam komunikasi ini ialah hanya melakukan komunikasi
dengan kelompok kecil atau 4 orang nelayan padahal dengan ini
masyarakat/nelayan lainnya bisa mengetahui alat tangkap apa saja yang
ramah lingkungan agar mereka tidak menggunakan alat tangkap yang
merusak lingkungan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adiyanto F, Prihantoko KE, Boesono H. 2018. Komposisi Ikan Hasil Tangkapan


Jaring caduk (Scoop net) yang beroperasi di Perairan Cilacap. Jurnal
Perikanan Tangkap. 2(3); 14-20
Anggraini A, Rengi P, Usman. 2019. Identifikasi Alat tangkap ramah lingkungan
yang dioperasikan di Perairan Danau Singkarak Provinsi Sumatera barat.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Vol.2, No.1
Dwiputra FN & Manan A. 2014. Monitoring hasil perikanan dengan alat tangkap
pancing tonda di Pelabuhan perikanan Nusantara Parigi, Kabupaten
Trenggalek, Provinsi Jawa timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan.Vol. 6, No.1
Fadillah A, Chrismianto D, Amiruddin W. 2017. Analisis pengaruh penggantian
alat tangkap alternatif jarring lingkar terhadap stabilitas serta olah gerak
kapal tradisional Trawls Juwana. Jurnal Teknik Perkapalan. Vol.5, No.4
Firdaus I, Purnama Fitri AD, Sardiyatmo, Kurohman F. 2017. Analisis alat
penangkapan ikan berbasis Code of conduct for responsible fisheries
(CCRF) di tempat pelelangan ikan (TPI) Tawang, Kendal. Saintek
Perikanan. Vol.13 No.1: 65-74
Hadjana AM. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal.
Kanisius: Yogyakarta.
Krisna K. 2019. Peran Komuniksi Organisasi dalam Proses Kaderisasi anggota
UKM Hindu Universitas Lampung. SKRIPSI. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Kurniawati E, Isfaeni H & Komala R. 2015. Hubungan tingkat Pendidikan
nelayan dengan Pengetahuan nelayan mengenai Jenis alat penangkapan
ikan yang ramah lingkungan di Kelurahan Cilincing, Jakarta utara.
Biosfer. Vol.8 No.2
Kurnia M, Sudirman, Yusuf M. 2015. Pengaruh perbedaan ukuran Mata pancing
terhadap Hasil Tangkapan Pancing ulur di Perairan pulau Saburung
Pangkep. Marine Fisheries. Vol.6, No.1: 87-97
Latuconsina H. 2010. Identifikasi Alat Penangkapan Ikan Ramah Lingkunga Di
Kawasan Konservasi Laut Pulau Pombo Provinsi Maluku. Jurnal
Ilmiah agribisnis dan Perikanan. Vol 3 edisi 2
Lisna, Amelia JM, Nelwida, Andriani M. 2018. Tingkat keramah Lingkungan
Alat tangkap Gill net di Kecamatan Nipah Panjang, Jambi. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan IPB. Vol.9, No. 1: 83-96
Masrun M, Jusuf N, Pontoh O. 2017. Kontribusi usaha Pukat cincin (Purse seine)
terhadap penyerapan tenaga kerja di Kelurahan Tumumpa dua Kecamatan
Tuminting Kota Manado Provinsi Sulawesi utara. Akultrasi. Vol.5, No.9
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara cetakan 3. Djambatan: Jakarta
Soyomukti N. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

19
Sudirman A, Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta
Sumardi Z, Sarong MA, Nasir M. 2014. Alat penangkapan ikan yang ramah
lingkungan berbasis code of conduct for responsible fisheries di Kota
Banda aceh. Agrisep. Vol.15, No.2
Supratman LP dan Mahadian AB. 216. Psikologi Komunikasi. Deepublish:
Yogyakarta. hal.3
Wijaya E. 2017. Bentuk Komunikasi Nonverbal dan Verbal yang Dilakukan
Seorang Gay untuk Saling Mengenali Sesamanya. Jurnal E-Komunikasi.
Vol.5, No.1

20

Anda mungkin juga menyukai