Anda di halaman 1dari 14

1.

4 Siklus Batuan
Seperti material di bumi yang lain, batuan terbentuk dan terhancurkan
melalui sebuah siklus. Siklus batuan adalah sebuah model yang menggambarkan
pembentukan, penghancuran, dan pembentukan kembali dari sebuah batuan sebagai
hasil dari proses sedimentasi (yang diikuti oleh litifikasi), pembekuan, dan
metamorfisme. Siklus batuan merupakan konsep dasar yang menunjukkan transisi
dinamis dari jenis-jenis batuan selama rentang wakut geologi. Siklus batuan
ditunjukkan pada gambar 1
BATUAN

Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama bumi. Kebanyakan
batuan merupakan campuran mineral yang tergabung secara fisik satu sama lain.
Beberapa batua terutama tersusun dari satu jenis mineral saja, dan sebagian kecil lagi
dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik serta bahan- bahan vulkanik.
Berdasarkan kejadiannya (genesa), tekstur dan komposisi mineralnya dapat di
bagi menjadi tiga, yaitu :
1. Batuan Beku (igneous rocks)
2. Batuan Sedimen (sedimentory rocks)
3. Batuan Metamorf (Metamorphic rocks)

1. Batuan Beku (igneous rocks)

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan
beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak
bumi.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda
(1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara
alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat
bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat
beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur,
dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas)
yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

2. Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks
warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam
jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.

1. Menurut Rosenbusch (1877-1976)

a) Klasifikasi Berdasarkan Terjadinya :

 Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.


 Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
 Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan
ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
b) Klasifikasi Kandungan Mineral, Kandungan Silika dan Tekstur :

A. Tabel rosenbusch digunakan dalam melakukan pendeterminasian batuan beku. Tabel


Rosenbusch berisi tentang komposisi mineral pada batuan beku yang kemudian dihubungkan
dengan tekstur pada batuan beku. Dengan mencocokan takstur batuan dan mineral penyusun
batuan yang sedang diuji dengan data-data yang terdapat pada tabel rosenbusch maka kita dapat
dengan mudah mendeterminasikan batuan beku.
B. Menurut Hamblin

Tabel hamblin ini tidak jauh berbeda dengan tabel rosenbusch karena sama-sama
berdasarkan komposisi mineral dan tekstur batuan, bedanya adalah pada tabel hamblin tekstur
batuan kurang spesifik karena hanya berdasarkan ukuran butir sedangkan tabel rosenbusch
berdasarkan ukuran butir, derajat kristalisasi dan keseragaman butir.

Adapun tekstur batuan beku pada tabel hamblin ini adalah sebagai berikut :

a) Faneritik, pada tekstur ini terdapat kristal besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

b) Porfiritik-faneritik tekstur, tekstur ini dikarakteriskan oleh 2 kristal, yang keduanya bisa
dilihat dengan mata telanjang.

c) Afanitik, pada tekstur ini kristal-kristalnya sangat kecil sehingga tidak bisa dideteksi
tanpa bantuan mikroskop.

d) Porfiritik-afanitik, tekstur ini adalah salah satu yang mana fenokris berkumpul dalam
matriks afanitik.

e) Seperti kaca, tekstur ini mirip dengan kaca biasa. Hal ini mungkin dalam unit yang besar.
f) Fragmental, tekstur ini terdiri dari pecahan kaku yang mengeluarkan material beku yang
berkisar dari blok-blok besar hingga debu halus.

C. Menurut C.L. Hugnes (1962)

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 :

 Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%.

Contohnya adalah riolit.

 Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%. Contohnya adalah dasit.
 Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contohnya adalah andesit.

Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.

D. Menurut S.J. Shand (1943)

Klasifikasi berdasarkan indeks warna :

 Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.


 Mesococtik rock, apabila mengandung 30% – 60% mineral mafik.
 Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik

E. Menurut S.J. Ellis (1948)

Klasifikasi berdasarkan indeks warna :

 Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
 Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
 Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
 Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

F. Menurut Russell B. Travis (1955)

Berdasarkan ukuran butir mineral dan tempat terjadi :

 Batuan beku dalam

Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat
dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar. Terbentuk kurang lebih 3 – 4 km di
bawah permukaan bumi, dan batuan dalam sering disebut juga batuan plutonik atau batuan
abisik. Struktur kristalnya adalah holokristalin atau berhablur penuh. Contoh batuannya
adalah gabbro dan granodiorit.

GABRO

 Batuan beku gang

Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik atau bertekstur porfiritik dengan masa dasar
afanitik. Terbentuk dalam celah-celah atau retak-retak kulit bumi, pada jalan magma menuju
permukaan bumi. Batuan gang sering disebut juga batuan hypoabisik dan struktur kristalnya
adalah holkristalin dan porfir atau amorf. Contoh batuannya adalah diorite porfiri dan granit
porfiri.
Granit porfiri

 Batuan beku luar

Bertekstur afanitik, yaitu individu mineralnya tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Terbentuk melalui pembekuan tiba-tiba ketika magma sampai ke permukaan bumi dan
berubah menjadi lava yang langsung menjadi padat karena pendinginan dari lingkungan.
Sedangkan batuan lelehan memiliki struktui kristal yang kecil-kecil atau bahkan tidak
mempunyai bentuk Kristal (amorf). Contoh batuannya adalah batu riolit dan obsidian.

Tabel 2.1 Klasifikasi batuan beku

Nama Batuan Kandungan


Kandungan

Sifat Mineral Indeks Warna


Intrusi Ekstrusi Silika (%)
Mafic (%)
Granit Ryolit
Adamelit Ryodasit Asam >65 0-30 Leucocratic
Granodiorit Dasit
Trachyt
Syienit

Andesit

Diorit Trachyt Menengah 65-52 30-60 Mesocratic


Monzonit
Andesit
Gabro Basalt Basa 52-45 60-90 Melanocratic
Peridotit Dunit Ultrabasa <45 90-100 Hypermelanic

2. Batuan Sedimen ( sedimentory rocks)

Pengertian

Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang
terbentuk dari aktivitas kimia dan mekanik yaitu material asal yang mengalami proses pelapukan

dan erosi yang kemudian tertransportasi dan terendapkan (sedimen) selanjutnya mengalami proses

pembatuan (lithification) dari endapan-endapan tersebut. Menurut Tucker (1991), 70% batuan
di permukaan bumi berupa batuan sedimen, tetapi batuan itu hanya 2% dari volume seluruh kerak
bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya
relatif tipis. Beberapa ahli memberikan pengertian batuan sedimen yang berbeda, seperti:
1.Pettijohn, 1995
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan
batuan yang sedah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang
diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi kemudian mengalami pembatuan.
2. Hutton, 1875 (dalam Sanders, 1981)
Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and
that sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks.
3. O’Dunn & Sill, 1986
Sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment: loose materials delivered to
depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the
precipitation of CaCO , silica,
3 salts, and other materials from solution. (Batuan sedimen adalah
batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut
ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor.
Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam
dan material lain).
Gambar 3.1 Contoh-Contoh Batuan Sedimen

2. Menurut Sanders tahun 1981 dan Tucker 1991 – mengklasifikasikan atau membagi batuan
sedimen ini menjadi empat macam yakni:

a) Klasifikasi Batuan Sedimen

Penggolongan batuan sedimen yang didasarkan pada cara pengendapannya,


dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Sedimen Klastis
Kata clastik berasal dari bahas Yunani yaitu klatos yang artinya pecahan.
Jadi, sedimen klastik adalah adalah akumulasi partikel-partikel yang berasal dari
pecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati. Penamaan
batuan ini um,umnya berdasarkan pada besar butirnya, yaitu sebagai berikut :
Ukuran butir >256 mm disebut boulder atau bongkah (bongkah konglomerat)
Ukuran butir 64-256 mm disebut cobble atau kerakal (karakal konglomerat)
ukuran butir 4-64 mm) disebut pebble atau kerikil (kerikil konglomera)
Ukuran butir 2-4 mm disebut granule (batu pasir kasar)
Ukuran butir 1/16-2 mm disebut batu pasir

Ukuran butir 1/256-1/16 mm disebut batu lanau
Ukuran butir <1/256 mm disebut batu lempung

Beberapa betuan endapan kadang-kadang terbentuk dari bahan-bahan fosil.


Dengan demikian suatu batuan yang ada fosil binatang jelas bukan merupakan
batuan beku, melainkan batuan endapan.

b. Sedimen Kimia
Batuan sedimen kimiawi yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan
kemudian diendapkan secara kimia di tempat lain. Endapan kimia juga berasal dari
sumber air panas dan secara tiba-tiba mengalami pendinginan akan menghasilkan
endapan oval (kalsit).
Contoh : Evaporasi dari air laut dan air danau, batuan sedimen kimiawi
- Batu tetes (Stalaktit & stalakmit), yang banyak dijumpai dari gua bawah tanah di
daerah kapur.
CO2 + H2O H2CO3 ; H2CO3 + CaCO3 ... Ca (HCO3)2 Ca
(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2

- Lapisan garam, suatu lapisan yang terbentuk dari mineral-mineral halit / NaCl yang
di endapkan di dasar laut atau dasar danau-danau garam karena penguapan.
HCL + NaOH NaCL + H2O

c. Sedimen Organik
Batuan sedimen organik /orgasen, yaitu batuan sediemn yang dibentuk
atau diendapkan oleh organisme.
Ciri-ciri batuan sedimen :
- Pada umumnya berlapis-lapis ,

- Lebih lunak, ringan dan berwarna terang,

- Tempat utama fosil.


Contoh: Batu bara terbentuk dari timbunan sisa-sisa tumbuhan di dasar danau
(rawa-rawa, berubah menjadi menjadi gambut, selanjutnya menjadi batu bara
muda/batu bara)

BATUAN METAMORF

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses


metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur,
tekstur) dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan
tekanan tinggi dalam kerak bumi.

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain,
dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri
yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur
sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses
metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan
temperatur 200oC – 6500C.

Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil


rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru,
begitupula pada teksturnya.

Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang


mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap
kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda
dengan sebelumnya.

Jadi, secara umum, batuan metamor adalah batuan yang terbentuk karena adanya perubahan
tekstru, struktur dan/atau komposisi kimia akibat adanya proses metamorfisme tanpa melalui
fase cair.

KLASIFIKASI BATUAN BERDASARKAN STRUKTUR


FILE - RESUME
Stuktur Batuan Metamorf
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular
batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan
menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997). Stuktur pada batuan metamorf terbagi
atas stuktur foliasi dan stuktur non foliasi
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena
adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran
(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jacson, 1970).

Https://ptbudie.wordpress.com
Gambar 5
Stuktur Foliasi Phylitic

2. Struktur Non Foliasi


Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran
(granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
 Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk).

https://ptbudie.wordpress.com
Gambar 6
Stuktur Non Foliasi Hornfelsic
 Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Ciri struktur ini
adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

https://ptbudie.wordpress.com
Gambar 7
Stuktur Non Foliasi Milonitic

Anda mungkin juga menyukai