Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Umum

Kata Geologi berasal dari kata Yunani, geos berarti bumi dan logos yang berarti
ilmu. Jadi Geologi adalah Ilmu yang mempelajari material bumi secara menyeluruh,
termasuk asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses - proses yang berlangsung
selama dan atau setelah pembentukannya, dan yang sedang berlangsung, hingga
menjadikan keadaan bumi seperti saat ini.
Geologi pada masa kini (Geologi Modern) dibagi menjadi 2 bagian yang saling
berhubungan erat dan bahkan dianggap sebagai ilmu yang terpisah. Ilmu-ilmu tersebut:
1. Dinamic Geology (Physical Geology), yaitu ilmu geologi yang mempelajari
sebab-sebab atau proses-proses yang berhubungan dengan perubahan bumi atau
dinamika bumi.
2. Historycal Geology, yaitu ilmu geologi yang mempelajari perubahan-
perubahan pada lapisan-lapisan bumi khususnya kerak bumi dari masa ke masa, dan
hubungan antara perkembangan dunia organik dengan lapisan kulit (kerak) bumi.

1.2 Ruang Lingkup Geologi

Gambar 1.1
Sumber : http://riise-aeza.blogspot.co.id/2012/03/ruang-lingkup-geologi.html

1
Ilmu geologi terus berkembang dan terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang
menjadi dasar geologi. Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya :

1. Mineralogi
Ilmu yang mempelajari mineral, komposisi, bagaimana terjadinya, struktur
kristal, sifat-sifat dan ciri-ciri fisik mineral yang terdapat dalam bumi,
manfaatnya bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat dan ciri tanah.

2. Petrologi
Ilmu yang mempelajari batuan, asal mula kejadiannya, struktur, tekstur, sifat-
sifat batuan penyusun, manfaatnya, dan klasifikasi atau pengelompokkan
berbagai macam batuan yang terdapat di atas permukaan bumi.

3. Stratigrafi
Ilmu yang mendeskripsikan dan mempelajari lapisan-lapisan bebatuan baik dari
penyebarannya, komposisi, ketebalan, umur, keseragaman, sifat lapisan
maupun proses terjadinya lapisan.

4. Paleontologi
Ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil dan sisa-sisa dari jejak
kehidupan di masa lalu yang terkandung dalam batuan yang dapat mengungkap
sejarah masa lalu. Tujuan pengetahuan ini yaitu pengenalan fosil. Berdasarkan
jenis dan ukuran fosil, paleontologi dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Makropaleontologi
Ilmu yang mempelajari sisa atau jejak kehidupan dengan cara
megaskopis, yaitu dengan mata telanjang tanpa bantuan alat.
b. Mikropaleontologi
Ilmu yang mempelajari sisa-sisa atau jejak kehidupan masa lampau
dengan cara pengamatan mikroskopis, yaitu dengan bantuan alat
mikroskop sebagai alat pembesar. Objeknya berupa fosil-fosil yang
berukuran mikro.

2
5. Vulkanologi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat, ciri, pembentukan gunung api, serta
pengaruhnya terhadap kehidupan.

6. Seismologi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat gerakan kerak bumi berupa gempa
bumi serta dampaknya terhadap susunan kerak bumi dan bentuk permukaan
bumi.

7. Sedimentologi
Ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk batuan endapan (batuan sedimen),
meliputi klasifikasi, jenis dan macamnya, serta pembentukannya.

8. Geologi Struktur
Ilmu yang mempelajari bentuk dan konfigurasi batuan di kerak bumi yang
terdeformasi, dimana lapisan batuan terpatahkan, tergeser, atau terlipat menjadi
pegunungan lipatan, serta hubungannya dengan jenis-jenis batuan yang
terbentuk di kerak bumi. Deformasi itu sendiri adalah perubahan bentuk,
dimensi, dan posisi dari suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun
buatan manusia dalam skala waktu dan ruang.

9. Geologi Pertambangan
Ilmu yang mempelajari tentang kandungan mineral atau bahan-bahan tambang
yang memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri atau
keperluan lainnya.

10. Geomorfologi
Ilmu yang mempelajari bentuk muka bumi dan proses-proses alam yang
membentuknya, menganalisis dan menginterpretasi sejarah bentang alamnya,
serta pengaruhnya terhadap kondisi setempat.

11. Geologi Minyak

3
Ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan adanya bahan fosil yang dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar (sumber energi) seperti halnya minyak dan
gas bumi.

12. Geofisika
Ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan permukaan bumi dan
atmosfer seperti perubahan iklim dan beberapa sifat-sifat fisik bumi secara
keseluruhan termasuk gempa, gaya berat, gaya magnet, gradien suhu, dan
sebagainya yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.

13. Geokimia
Ilmu yang mempelajari komposisi (kimia) dalam bumi, keberadaan unsur-unsur
isotop di bumi, penyebaran unsur-unsur tertentu di berbagai tempat, sistem
penyusun bumi yang dilihat dari aspek kimia seperti kelarutan dan karakteristik
unsur dalam tanah.

14. Geologi Sejarah


Ilmu yang mempelajari tentang evolusi kehidupan di permukaan bumi yang
meliputi peradaban manusia di permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap
lingkungan.

15. Geologi Ekonomi


Ilmu yang mempelajari adanya penyebaran dan terjadinya mineral-mineral
ekonomis, menghitung cadangan serta nilai ekonomis cebakan mineral.

16. Geologi Teknik


Ilmu yang mempelajari tentang keadaan permukaan bumi yang dikaitkan
dengan kekuatan tanah untuk menopang konstruksi bangunan seperti jembatan,
terowongan, dll.

1.3 Hubungan Geologi dengan Ilmu Lainnya

4
1 . Kaitan ilmu geologi dengan ilmu sipil
Geologi Teknik, yaitu penggunaan geologi pada kerekayasaan Cabang yang
mempelajari struktur dan sifat berbagai macam tanah dalam menopang suatu
bangunan yang akan berdiri di atasnya. Cakupannya dapat berupa investigasi
lapangan yang merupakan penyelidikan keadaan-keadaan tanah suatu daerah
dan diperkuat dengan penyelidikan laboratorium erat hubunganya dengan ilmu
rekayasa di teknik sipil.

2. Kaitan ilmu geologi dengan ilmu elektro


Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang
dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan
listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan
elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Sehingga
berkaitan dengan ilmu geologi.

3. Kaitan ilmu geologi dengan ilmu planologi


Planologi adalah salah satu cabang ilmu tehnik yang mempelajari penataan
wilayah tentang bagaiman cara mendesain perdesaan, wilayah dan kota.
Penerapan geologi erat hubungannya dengan penataan dan pengembangan
wilayah. Pola cangkupan berbagai aspek yang saling terkait satu sama lain
secara fisik , ekonomi maupun social, membutuhkan penaganan yang terpadu.
Oleh karena itu perkembangan wilayah mencakup penataan lingkungan tersebut
yang baik dilakukan dalam membangun tanpa merusak (development with out
destruction). Yang di tinjau secara geologi yang muncul sebagai tulang
punggung dalam menangani masalah tata lingkungan.

4. Kaitan ilmu geologi dengan ilmu geodesi


Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran bumi, oleh karena
itu geologi termasuk ilmu yang berhungungan dengan ilmu geologi. Dan
memiliki dua definisi
Definisi klasik dan definisi modern. :

5
a. Definisi klasik geodesi : Ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan
pemetaan bumi yang juga termasuk permukaan dasar laut.
b. Definisi modern geodesi : Ilmu yang mempelajari pengukuran dan
penampakan dari bumi dan benda-benda langit lainnya.

BAB II

6
TERJADINYA BUMI

2.1 Macam – Macam Teori Terjadinya Bumi

Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan
material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan,
perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita
perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi)
dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena
itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Setelah memahaminya, inilah proses pembentukan bumi dari beberapa teori:

Teori Big bang

Gambar 2.1
Sumber : http://lumajang-zone.blogspot.co.id/2011/02/big-bang-teori-
terbentuknya-jagat-raya.html

7
Berdasarkan Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan
milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang
berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan
bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di
pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak
dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-
nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut
membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima
Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang
terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-
gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.

Teori Planetesimal

Gambar 2.2
Sumber : http://carlez666.blogspot.co.id/2013/06/teori-terjadinya-tata-
surya.html

Seabad sesudah teori kabut tersebut, muncul teori Planetesimal yang dikemukakan
oleh Chamberlin dan Moulton. Teori ini mengungkapkan bahwa pada mulanya
telah terdapat matahari asal. Pada suatu ketika, matahari asal ini didekati oleh
sebuah bintang besar, yang menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian

8
matahari. Akibat tenaga penarikan matahari asal tadi, terjadilah ledakan-ledakan
yang hebat. Gas yang meledak ini keluar dari atmosfer matahari, kemudian
mengembun dan membeku sebagai benda-benda yang padat, dan disebut
planetesimal. Planetesimal ini dalam perkembangannya menjadi planet-planet, dan
salah satunya adalah planet Bumi kita.

Teori Kabut Kant-Laplace

Gambar 2.3
Sumber : http://destypurworejo.blogspot.co.id/2014/03/teori-asal-usul-tata-
surya.html

Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan melakukan
analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan
proses terjadinya Bumi. Ingatkah kamu tentang teori kabut (nebula) yang
dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka
terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di
jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya
tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan
berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi
kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan).
Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata
surya.
Teori Bintang Kembar

9
Gambar 2.4
Sumber : http://itbecomefind.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-pembentukan-muka-
bumi.html

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori
ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak
sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak
mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang
tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu
adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang
mengelilinginya

Teori Pasang Surut Gas

Gambar 2.5
Sumber : http://adityasaputraugm.blogspot.co.id/2013/02/5-teori-terbentuknya-
bumi.html

10
Teori ini dikemukakan leh jeans dan Jeffreys, yakni bahwa sebuah bintang besar
mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang
surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas.
Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil.
Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60
kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama
besar dengan matahari mendekati matahari, maka akan terbentuk semacam gunung-
gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik
bintang tadi. Gunung-guung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan
membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari
tadi dan merentang kea rah bintang besar itu. Dalam lidah yang panas ini terjadi
perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi
benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan
penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat
raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang
berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan
mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat
pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-
planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.

2.2 Teori Tektonik Lempeng


Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika
(pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur
gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan
lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng
besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan
antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik
yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan
dataran tinggi.

11
Gambar 2.6
Sumber : https://dedekusn.wordpress.com/2012/04/17/serba-serbi-gempa-jenis-
jenis-gempa-proses-terjadinya/

Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener
mengemukakan tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada
awalnya hanya terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan
dikelilingi oleh lautan yang dainamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini pecah
menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang ini.
Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur
dan batuan antar benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan
kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian
atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir
mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di
atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan
relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas.
Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa
dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun
oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh
permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer

12
menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang
disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua,
kerak samudera atau keduanya.
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di
bagian bawahnya. Lempeng tektonik bebas untuk menggesek satu sama lain.
Pergerakan antar lempeng tektonik tidak berjalan secara perlahan – lahan. Pergeseran
antara tanah dan batuan yang membentuk lempeng tektonik, berjalan tersentak –
tersentak, dan menyebabkan gempa bumi. Dalam peristiwa gempa bumi, penyebab
utama dari semua pergerakan lempeng adalah gravitasi. Lempeng litosfer yang kita
kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia, Amerika utara,
Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-lempeng tersebut
bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat
kampir melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi
antar lempeng pada batas-batas lempeng yang dapat berbentuk :
1. Batas Divergen

Gambar 2.7
Sumber : http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/12/perkembangan-bumi.html

Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan
terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini
menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada
lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift

13
valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh
divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang
Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.

2. Batas Konvergen

Gambar 2.8
Sumber : http://hmgi.or.id/mengenal-batas-lempeng-tektonik-dan-ciri-
morfologinya/

Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one
slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke
bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona
tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.
Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches)
juga terbentuk di wilayah ini. Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer
yang berlebihan. Tumbukan pada zona konvergen ini dipengaruhi oleh tipe
material yang terlibat. Tumbukan itu dapat berupa :

1. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra

14
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45º atau
lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
2. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di
bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang
terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan laut,
maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak
beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra
bertemu.
3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga
menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan
terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan baru.
Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang
menghasilkan pegunungan Himalaya.

3. Batas Transform

Gambar 2.9
Sumber : http://murzhong.blogspot.com/2013/03/about-earth.html

Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling

15
memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai
sesar ubahan-bentuk (transform fault).
Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini
adalah karena adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai energi
dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi sepanjang
waktu. Konveksi di dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang
mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer samudra lebih berat dari selubung di
bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik lempeng ini cukup kuat untuk
menendalikan mantel..
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang
lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah
berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan
meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan
samudra. Dalam teori tektonik lempeng, terdapat 4 hukum, diantaranya adalah :
1. Hukum Horizontalitas
Lapisan – lapisan sedimen diendapkan mendekati horizontal, dan pada dasarnya
sejajar dengan bidang permukaan dimana lapisan sedimen tersebut diendapkan.
2. Hukum Inklusi
Jika ada fragmen batuan A pada batuan B, maka batuan A lebih tua dari batuan
B.
3. Hukum Kesinambungan
Proses yang terjadi di alam masa kini, juga terjadi pada masa lampau. Lapisan
sedimen tidak mungkin terpotong secara tiba-tiba.
4. Hukum Faunal Suksesi
Menganalisis suatu jenis batuan apakah dia mengandung fosil atau tidak. Dapat
menginterpretasikan unsur batuan.

BAB III
MINERAL DAN BATUAN

16
3.1 Pengertian Umum
Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di
dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan padatnya,
sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Kristal secara umum dapat
didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan
tiga dimensi yang teratur. Studi khusus yang mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan
dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari
bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari
bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan
mengambil lithosdari bahasa latin yang berarti batu , dan sphere yang berarti selaput.

Batuan
Jenis batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu Batuan
Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Malihan atau Metamorfis. Penelitian yang
dilakukan oleh para ahli menyimpulkan bahwa batuan beku merupakan nenek
moyang dari batuan lainnya melalui gambaran tentang permukaan luar bumi yang
terdiri dari batuan beku yang seiring dengan berjalannya waktu terbentuklah kelompok-
kelompok batuan lainnya. Proses perubahan kelompok batuan menjadi kelompok
batuan lain dinamakan daur batuan.
James Hutton menjelaskan bahwa dalam daur batuan tersebut terjadi oleh
pendinginan dan pembekuan magma yang berupaka lelehan silikat yang dapat terjadi
di bawah atau di atas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi. Saat batuan beku
tersingkap di permukaan, maka akan bereaksi dengan atmosfir dan hidrosfir sehingga
terjadi proses pelapukan.
3.2 Terjadinya Mineral dan Batuan

17
Proses Terjadinya Mineral
Adapun proses pembentukan mineral antara lain sebagai berikut:
a. Proses Magmatik
Proses ini merupakan proses pembentukan mineral dengan cara pemisahan
magma, yang diakibatkan oleh pendinginan dan penurunan temperature dan
membentuk satu atau lebih jenis batuan beku. Contoh: Platina, Timah, Intan,
Tembaga.

b. Proses Pengendapan dan Pelapukan


Proses ini terjadi akibat perubahan sifat fisik dan kimia pada batuan
penyusun kerak bumi yang di akibatkan oleh proses atmosfer dan hidrosfer.
Contoh: Kaolin.

c. Proses Hidrotermal
Merupakan proses pengendapan larutan sisa magma yang keluar melalui
rekahan pada temperatur yang cukup rendah. Contoh: Kuarsa, Klorit,
Kalkosit.

d. Proses Pegmatit
Proses ini merupakan kelanjutan dari proses magmatik dimana larutan sisa
magma akan mengalami pendinginan atau penurunan temperatur. Contoh:
Grapit, Kuarsa, Pirit.

e. Proses Karbonatit
Merupakan proses pembentukan batuan sedimen terutama yang disusun
oleh mineral-mineral karbonat. Contoh: Dolomit.

f. Skarn
Merupakan proses pembentukan mineral pada batuan samping dengan
terjadinya kontak antara batuan sumber dan batuan karbonat.
g. Sublimasi

18
Merupakan proses pembentukan mineral dan batuan yang terjadi akibat
proses pemadatan dari uap/gas yang berasal dari magma. Contoh: Sulfur.

Proses Terjadinya Batuan

Gambar 3.1 Siklus Batuan


Sumber : https://devitasarix2.wordpress.com/tag/magma/

Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung


berapi. Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang
sudah mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku
kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu
tahun lamanya dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktivitas
tumbuhan dan hewan. Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air,
angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang
diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen
atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya
perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan
malihan atau batuan metamorf.
3.3 Identifikasi Mineral dan Batuan

19
Sifat Fisik Mineral
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah
dengan caramengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah
(1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6)
goresan, dan (7) kilap. Adapun carayang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau
analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnyasangat mahal dan memakan waktu
yang lama.
1. Bentuk kristal (crystall form)
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa
mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yangkhas. Tetapi
apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentukkristalnya
juga akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnyayang
khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai
akibatdari susunan kristalnya didalam.
2. Berat jenis (specific gravity)
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-
unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsurtersebut dalam
susunan kristalnya. Umumnya “mineral-mineral pembentuk batuan”, mempunyai
berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal
didalamnyaberkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis
19.3.

3. Bidang belah (fracture):


Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatubidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dariatom-
atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang “lemah”
yangdimiliki oleh suatu mineral.
4. Warna (color):
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk
dapatmembedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak
ada warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur

20
tertentudidalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral,
mengindikasikan terdapatnyaunsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang,
diindikasikan banyak mengandungaluminium.
5. Kekarasan (hardness):
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalahdengan
mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatumineral
terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah
tergores(scratching).Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua
mineral saling digoreskansatu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah
mineral yang relatif lebih lunakdibandingkan dengan mineral lawannya. Skala
kekerasan mineral mulai dari yang terlunak(skala 1) hingga yang terkeras (skala 10)
diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai SkalaKekerasan Mohs.

Tabel 3.1
Skala Kekerasan Relatif Mineral (Mohs)

Sumber : http://rio-simatupang01.blogspot.co.id/2011/02/mineral-dan-
batuan-chapter-1.html

6. Goresan pada bidang (streak):

21
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan padabidangnya, seperti pada
mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.
7. Kilap (luster):
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaansuatu
mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non-
Logam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera,
kelapresin, dan kilap tanah.

Gambar 3.11 Struktur Kristal ( Wulfenite )


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.12 Struktur Kristal ( Mimetite )


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

22
Gambar 3.13 Struktur Kristal ( Sperssatite )
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.14 Struktur Kristal ( Flourite )


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.15 Struktur Kristal ( Azurite )

23
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.16 Struktur Kristal ( Gypsum )


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.17 Struktur Kristal ( Quarzts )


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.18 Struktur Kristal ( Pyrite )

24
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Sifat Kimiawi Mineral


Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral Silikat danmineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral
Non-silikat, yaitu kelompok Oksida,Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid,
Karbonat, Hidroksida, dan Phospat (lihat tabel 3.3). Adapunmineral silikat
(mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan adalah seperti
terlihatpada tabel 3.2. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000
jenis mineral yangdikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis
saja yang terlibat dalampembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan
“Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming minerals”, yang
merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi.Mineral
pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3) Sulfida
dan (4) Karbonat dan Sulfat.
1. Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnyayang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman
2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakanbagian utama yang membentuk
batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuanmalihan. Silikat pembentuk
batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitukelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
2. Mineral ferromagnesium:
Umumnya mempunyai warna gelap
atau hitam dan berat jenis yang besar.
- Olivine : dikenal karena warnanya
yang “olive”. Berat jenis berkisar
antara 3.27 – 3.37,tumbuh sebagai

25
mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.
Gambar 3.19 – Olivine
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

- Augitit : warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2
– 3.4 denganbidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang
belah ini sangat penting untukmembedakannya dengan mineral hornblende.
- Hornblende : warnanya hijau
hingga hitam; BD. 3.2 dan
mempunyai bidang belah
yangberpotongan dengan sudut
kira-kira 56˚ dan 124˚ yang sangat
membantu dalam cara
mengenalnya.
Gambar 3.20 – Hornblende
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

- Biotite : adalah mineral “mika”


bentuknya pipih yang dengan mudah
dapat dikelupas. Dalamkeadaan tebal,
warnanya hijau tua hingga coklat-hitam;
BD 2.8 – 3.2.

Gambar 3.21 – Biotite


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

3. Mineral non-ferromagnesium.
- Muskovit : Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning
muda, coklat , hijauatau merah. BD. berkisar antara 2.8 – 3.1.

26
- Felspar : Merupakan mineral pembentuk batuan yang

paling banyak. Namanya jugamencerminkan bahwa mineral ini dijumpai


hampir disetiap lapangan. “Feld” dalam bahasaJerman adalah lapangan
(Field). Jumlahnya didalam kerak

Gambar 3.22 – Feldspar


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Bumi hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah


“plagioklas” dan “orthoklas”. Plagioklas kemudian jugadapat dibagi dua,
“albit” dan “anorthit”. Orthoklas adalah yang mengandung Kalium,
albitmengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium.
- Orthoklas : mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah
jambu. BD. 2.57.
- Kuarsa : Kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk
batuan yangterdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya
muncul dengan warna seperti asapatau “smooky”, disebut juga “smooky
quartz”. Kadang-kadang juga dengan warna ungu ataumerah-lembayung
(violet). Nama kuarsa yang demikian disebut “amethyst”, merah massipatau
merah-muda, kuning hingga coklat.
Warna yang bermacam-macam ini
disebabkankarena adanya unsur-
unsur lain yang tidak bersih.

Gambar 3.23 – Kuarsa

27
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

4. Mineral oksida.
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan
unsurtertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida
umumnya lebih kerasdibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga
lebih berat kecuali sulfida. Unsur yangpaling utama dalam oksida adalah besi,
Chroom, mangan, timah dan aluminium.
5. Mineral Sulfida.
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentudengan
sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.
Beberapadari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai
ekonomis, atau bijih, seperti pirit, chalcocite, galena, dan sphalerit.
6. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat.
Merupakan persenyawaan dengan ion, dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO dikenal
sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan
utama yangmembentuk batuan sedimen.

Jenis – Jenis Batuan


a. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dariBahasa Latin: ignis , "api") adalah
jenisbatuan yangterbentuk darimagma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proseskristalisasi, baikdi bawah permukaan sebagai
batuanintrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuanekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yangsudah ada, baik dimantel ataupunkerak bumi. Umumnya,
proses pelelehan terjadi oleh salahsatu dari proses-proses berikut:
kenaikantemperatur, penurunantekanan, atau perubahankomposisi. Lebih dari
700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentukdi
bawah permukaan kerak bumi.

28
b. Struktur Batuan Beku
1. Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaanbumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava
yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjukmengenai
proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal sepertibatang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal inidiakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
e.Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-
lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas
pada saat pembekuan.
f.Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh min
eral lain sepertikalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
kesejajaran mineral padaarah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dibawahpermukaan bumi. berdasarkan kedudukannya
terhadap perlapisan batuan yang diterobosnyastruktur tubuh batuan
beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

29
Gambar 3.2 Struktur Batuan Beku Intrusif
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya,
jenis jenis dari tubuhbatuan ini yaitu :
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuandisekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuanyang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini,sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mildengan kedalaman ribuan
meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari
laccolith, yaitu bentuktubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith
memiliki diameter yang lebih besardari laccolith, yaitu puluhan sampai
ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin
yang telah terbentuksebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara
ratusan sampai ribuan kilometer

30
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuhbatuan ini yaitu:
a. Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuktabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa
sentimeter sampai puluhankilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar
yaitu > 100 km2dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi
ukurannya lebih kecil

31
32
Gambar 3.3 Batuan Intrusif Dike
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.4 Batuan Intrusif Sill


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.5 Batuan Intrusif Stock


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

33
Gambar 3.6 Batuan Intrusif Laccolith
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.7 Batuan Intrusif Lopolith


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

34
Gambar 3.8 Batuan Intrusif Roftpendant
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

Gambar 3.9 Batuan Intrusif Pipe


Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

35
Gambar 3.10 Batuan Intrusif Batholith
Sumber : https://www.academia.edu/5433056/Bab_3._Mineral_dan_Batuan

36
BAB IV
PROSES – PROSES GEOLOGI

4.1 Proses Endogen

Proses endogen adalah proses yang berasal dari dalam bumi yang sifatnya
membentuk akibat aktivitas magma akibat adanya tenaga endogen, permukaan menjadi
tidak datar lagi.
 Terlipat : miring terbalik
 Tergeser : ke kana, kekiri
 Terpatahkan : naik, turun, oblique
 Vulkanisme : intrusi, munculnyagunungapi

Bentuk-bentuk Patahan

a. Graben / Slenk

Bagian dari patahan yang lebih rendah dari sekitarnya / bagian yang mengalami
pemerosotan atau penurunan.

b. Horst / sembul

Bagian kulit bumi yang terangkat atau bagian patahan yang lebih tinggi dari
daerah sekitarnya.

Gambar 4.1

37
Sumber : http:// aanulahyan.blogspot.co.id/2014/08/geraktektonisme-orogenesa-dan
epirogenesa.html

c. Patahan Normal

Kedua bagian terpatah, sehingga satu bagian batuan naik dan bagian lainnya
turun.

Gambar 4.2

Sumber : http:// aanulahyan.blogspot.co.id/2014/08/geraktektonisme-orogenesa-dan


epirogenesa.html

d. Patahan Rebah / Thrush Fault

Patahan yang terjadi setelah terbentuknya lipatan. Ini terjadi karena tekanan
salah satu sisi lipatan lebih kuat sehingga struktur batuan / lapisan batuan rebah
dan terjadi patahan, sehingga lapisan tengah terbalik susunannya.

e. Sesar Geser

Struktur patahan yang bergeser horizontal searah dengan garis poros.

38
Gambar 4.3

Sumber : http:// aanulahyan.blogspot.co.id/2014/08/geraktektonisme-orogenesa-dan


epirogenesa.html

Pembentukan pegunungan oleh proses diastropisme tidak disertai dengan


pembentukan magma, sehingga pegunungan yang terbentuk bukanlah pegunungan
berapi atau pegunungan aktif. Pegunungan berapi terbentuk apabila diatas pegunungan
patahan atau lipatan tersebut terbentuk pegunungan baru akibat aktifitas vulkanisme.

Lipatan

Lipatan adalah bentuk permukaan bumi yang bergelombang disebabkan oleh


tenaga endogen yang arahnya mendatar (horizontal) pada lapisan kulit bumi yang
elastis.

Gambar 4.4

39
Sumber : http:// aanulahyan.blogspot.co.id/2014/08/geraktektonisme-orogenesa-dan
epirogenesa.html

Pada saat tenaga endogen bergerak secara mendatar pada lapisan kulit bumi yang
elastis, lapisan batuan mendapat tekanan yang kuat dan mengakibatkan lapisan kulit
bumi terangkat dan apabila tenaga endogen itu terus bekerja akan mengakibatkan
lipatan miring. Hal ini mengakibatkan terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah
(sinklinal) daerah lipatan yang tinggi yang merupakan puncak lipatan disebut antiklinal,
sedangkan sedangkan bagian yang rendah / lembah disebut sinklinal.

Bentuk-bentuk lipatan

Gambar 4.5

Sumber: http:// aanulahyan.blogspot.co.id/2014/08/geraktektonisme-orogenesa-dan


epirogenesa.html

a. Lipatan Normal
Lipatan normal terjadi jika dua tenaga penekanan mempunyai kekuatan yang
sama dan saling berhadapan. Bentuk lipatan ini meiliki dua lapisan yang
seimbang lerengnya.

b. Lipatan Asimetris

40
Lipatan asimetris terjadi apabila salah satu tenaga penekanan lebih kuat dari
yang lain. Bentuk lipatan ini memiliki lereng yang curam.

c. Lipatan Tumpang Tindih

Lipatan tumpang tindih terjadi jika salah satu tenaga penekanan lebih kuat dari
yang lain, sehingga terdapat lapiisan batuan yang menumpang pada batuan
lainnya akibatnya terbentuk lapisan batuan yang hamper paralel.

Contoh Lipatan :

- Lipatan pegunungan tua (pegunungan ural dan pegunungan allegani).


- Lipatan pegunungan muda (rangkaian pegunungan mediterania dan sirkum
pasifik).
- Pegunungan lipatan terbentuk oleh gerakan mendatar kulit/kerak bumi
pada lipatan endapan yang lenturdan elastis.

 Proses pembentukan batuan di dalam bumi dan di luar bumi

A. Batuan pembentuk litosfer


Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf

Gambar 4.6
Sumber : http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/batuan-pembentukan-litosfer.html

41
Awal Mula Batuan

1. Semua batuan pada mulanya dari magma


2. Magma adalah benda cair, panas, pijar yang bersuhu diatas 1000˚C
3. Lava adalah magma yang sudah muncul kepermukaan
4. Lahar adalah lava yang bercampurdengan gas, material piroklastik, air,
tanah tumbuhan

Gambar 4.7
Sumber : http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/batuan-pembentukan-litosfer.html

Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung


berapi. Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah
mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi
batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur
terurai selama terkena panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan hewan. Selanjutnya
hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk
diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan
sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang
sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah
bentuk disebut batuan malihan atau batuan metamorf.
Jenis - Jenis Batuan

42
1. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") yaitu batuan
yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Pembekuan magma
menjadi batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya,
ditengah perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Lebih
dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi.
Batuan beku yang membeku sebelum magma keluar dan terjadi pada saat
lapisan dalam disebut batuan plutonik, jika membeku di tengah perjalanan disebut
batuan korok atau porforik. Adapun jika magma telah keluar dan membeku di
permukaan bumi, disebut batuan beku luar atau efusi / vulkanik. Berdasarkan
teksturnya batuan beku dibedakan menjadi 2, yaitu

1. Batuan beku plutonik


2. Batuan beku vulkanik

Perbedaan antara keduanya bias dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relative
lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relative besar. Sedangkan
batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat
cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih
kecil.

Gambar 4.1.8

43
Sumber : http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/batuan-pembentukan-litosfer.html

2. Batuan Endapan atau Batuan Sedimen


Batuan Sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh proses
geomorfologi dan dipengaruhi oleh lamanya waktu. Batuan sedimen secara umum
dibedakan menjadi 2 jenis :
a. Sedimen klastik yang terbentuk oleh proses mekanik
Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-
material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan
sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran
bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon
(reservoir rocks) atau bias juga menjadi batuan induk sebagai penghasil
hidrokarbon (source rocks). Contoh sediment klastik adalah breksi,
konglomerat, batupasir, lempung, serpih dan kaolin
b. Sedimen non-klastik yang terbentuk karena proses kimiawi
Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan.
Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon
dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu. Batuan sedimen ini biasanya
mengandung mineral seperti kalsit, dolomit, kuarsa sekunder, gypsum
danchert. Batuan sedimen terbentuk melalui tiga carautama : pelapukan
batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik;
dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Batuan endapan meliputi 75%
dari permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki ciri yang mudah dikenal,
yaitu sebagai berikut :

 Batuan endapan biasanya berlapis-lapis


 Mengandung sisa-sisa jasa atau bekasnya, seperti terdapatnya cangkang
binatang koral dan serat-serat kayu.
 Adanya keseragaman yang nyata dari bagian-bagian berbentuk bulat
yang menyusunnya.

44
Gambar 4.9
Sumber : http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/batuan-pembentukan-litosfer.html

Gambar 4.10

Sumber : http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/batuan-pembentukan-litosfer.html

4.2 Proses Tenaga Eksogen

Proses eksogen adalah proses yang berasal dari luar bumi akibat air, angin, es, yang
proses pembentukannya bersifat merusak. Proses eksogen mengakibatkan terjadinya
proses gradasi (proses perataan) proses gradasi terdiri atas 2 proses yaitu:

1. Proses agradasi : perataan keatas


2. Proses degradasi : perataan kebawah

45
 Beberapa contoh degradasi
• Pasokan sedimen (solid discharge) dari hulu berhenti atau berkurang
• Debit aliran (air) bertambah
• Penurunan dasar sungai di suatu titik di hilir
 Beberapa contoh agradasi
• Pasokan sedimen (solid discharge) dari hulu bertambah
• Debit aliran (air) berkurang
• Kenaikan dasar sungai di suatu titik di hilir

46
BAB V
GEOMORFOLOGI

5.1 Pengertian Umum

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu
Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa
yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses
terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Geomorfologi adalah Ilmu yang mempelajari bentuk muka bumi dan proses-proses
alam yang membentuknya, menganalisis dan menginterpretasi sejarah bentang
alamnya, serta pengaruhnya terhadap kondisi setempat.Berdasarkan pengertian dan
definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan bagian dari geologi
yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi.
Tujuan mempelajari geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton
, yaitu THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST . Pemahaman kata adalah
pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang
berlangsung di masa lalu.

5.2 Macam – Macam Bentukan Asal

1. Bentuk Lahan Asal Proses Struktural.


Bentuklahan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang
berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/ kerak
bumi. Akibat tekanan tersebut, timbulnya lipatan dan atau patahan. Lipatan terjadi
apabila tenaga endogen tersebut tidak melebihi daya tahan material terhadap adanya
tekanan sedangkan patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi
besarnya daya tahan material tersebut. Dalam struktur geologi antara lain dipelajari:
bentuk lipatan dan patahan dengan perkembangannya. Bentuk-bentuk lipatan
dibedakan menjadi sinklinal dan antiklinal.contoh: bukit, patahan, lipatan sinkilin
dan antiklin.

47
Gambar 5.1
Sumber : https://erfan1977.files.wordpress.com/2011/08/bentuk-lahan-
struktural-copy.jpg

2. Bentuk Lahan Asal Proses Vulkanis


Vulkanisme adalah proses masuknya magma ke permukaan bumi. semua
fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju
ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan yang cenderung positif di
permukaan bumi yang disebut sebagai bentukan volkanik. Gerakan magma ini dari
pusat bumi naik mendesak kerak bagian atas, membentuk igir baik yang terjadi di
daratan maupun di lautan. Karakteristik morfologi dari bentuklahan asal volkanik
ini dicerminkan dari pola kontur dan pola aliran yang umumnya, berpola aliran
radial sentrifugal, yaitu pola aliran menyebar yang berasal dari satu pusat.contoh:
kaldera, kawah, laccolith.

48
Gambar 5.2
Sumber : https://erfan1977.files.wordpress.com/2011/08/gunungapi.jpg

3. Bentuk Lahan Asal Proses Fluvial


Bentuk lahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat
adanya proses aliran baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran sungai maupun
yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran
air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan
sedimentasi.contoh: meander, gosong pasir, dataran banjir (flood plain), point bar.

Gambar 5.3
Sumber: https://erfan1977.files.wordpress.com/2011/08/fluvial.jpg
4. Bentuk Lahan Asal Proses Marin

49
Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang
dan arus laut. Akibat keberadaan gelombang (wave) dan arus (current) akan
menghasilkan bentuklahan asal marin baik bentukan erosional (seperti, dinding
terjal) maupun bentukan deposisional contoh: delta, betinggisik, sediment marin,
tombolo, dan spit.

Gambar 5.4
Sumber : https://erfan1977.files.wordpress.com/2011/08/marine1.jpg
5. Bentuk Lahan Asal Proses Solusional

50
Bentukan asal proses solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang
terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat
terbentuk topografi karst. Faktor lain adalah: terletak pada daerah tropis basah,
dengan topografi tinggi, dan vegetasi penutup cukup rapat. Bentukan hasil proses
solusional ini pada dasarnya ada 3 (tiga) macam, yaitu bentuk solusional (seperti:
dolin, uvala, polye), bentuk sisa/ residual (seperti kubah karst, menara karst), dan
bentukan deposisional contoh: stalaktit, stalakmit, dataran aluvial.

Gambar 5.5
Sumber : https://erfan1977.files.wordpress.com/2011/08/pelarutan-copy.jpg

6. Bentuk Lahan Asal Proses Eolin


Bentuk lahan yang dihasilkan oleh gerakan udara (angin). Angin merupakan
salah satu agen yang menyebabkan proses erosi setelah air, gelombang, dan es.
Bentuklahan ini umumnya berkembang di daerah beriklim kering (arid). Angin
hanya mengangkut material yang ringan dengan besar butir paling kecil, sehingga
bentuklahan asal eolin ini tersusun atas materi lepas-lepas dengan tekstur halus.
Contoh: gumuk pasirdan Loess.

51
Gambar 5.6
Sumber : https://erfan1977.files.wordpress.com/2011/08/eolin.jpg

7. Bentuk Lahan Asal Proses Denudasional


Bentuk lahan akibat proses erosi dan degradasi. contoh: bukit sisa, lembah
sungai, lahan kritis.

Gambar 5.7
Sumber : https://agnazgeograph.files.wordpress.com/2013/03/img_2747-
small.jpg

8. Bentuk Lahan Asal Proses Glasial

52
Bentuk lahan yang dihasilkan akibat proses aktivitas es, bentukan yang
dihasilkan dapat berupa igir terkikis, dan morain (sedimentasi es).

Gambar 2.8

Sumber : https://erfan1977.files.wordpress.com/2011/08/glasial.jpg

9. Bentuk Lahan Asal Proses Organis


Bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses aktivitas makhluk hidup maupun
jasad renik lainnya.

Gambar 2.9
Sumber : https://agnazgeograph.files.wordpress.com/2013/03/terumbu-karang-34.jpg

10. Bentuk Lahan Asal Antropogenik


Bentuk lahan akibat aktivitas manusia. contoh: kota, pedesaan, waduk, taman.

53
Gambar 2.10

Sumber : https://agnazgeograph.files.wordpress.com/2013/03/108521_kota-seoul.jpg

5.3 Pola Aliran Sungai


1. Pola Dendritik

Pola aliran merupakan hasil proses geomorfologi pada permukaan bumi dengan
struktur geologi tertentu. Pola aliran dendritik memiliki bentuk yang tidak
teratur,memiliki anak-anak sungai yang bercabang. Berkembang pada daerah
dengan curah hujan tinggi serta tidak ada kenampakan struktur geologi yang
dominan & komposisi batuan sama Bentuk pola aliran ini menyerupai percabangan
pohon.

Gambar 5.11

54
Sumber : http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-
pengaliran-sungai.html
2. Pola Rectangular

Pola aliran ini terdapat pada daerah dengan struktur patahan (fault) atau
mempunyai banyak retakan (joint).Pola aliran ini ditandai oleh pertemuan aliran
sungai utama dengan anak sungai membentuk pola saling tegak lurus,daerah
patahan besifat teratur.

Gambar 5.12
Sumber : http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-
pengaliran-sungai.html
3. Pola Trelis
Pola aliran ini berbentuk seperti teralis atau menyirip seperti daun. Terdapat
pada daerah dengan struktur lipatan, biasanya juga didukung oleh adanya patahan
atau retakan. Pola aliran ini terbentuk ketika lembah sempit berbatuan lunak
dipisahkan oleh perbukitan paralel yang terbentuk dari erosi pada batuan sedimen
yang mempunyai resistensi rendah.

55
Gambar 5.13
Sumber : http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-
pengaliran-sungai.html

4. Pola Pararel
Pola aliran ini memiliki arah yang saling sejajar, terkendali oleh proses dan
struktur geologi. Pola ini terbentuk pada daerah yang kemiringan lerengnya dapat
menghambat kerja angin, pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau
menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya.
Terbentuk dari erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah.

Gambar 5.14
Sumber : http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-
pengaliran-sungai.html

56
5. Pola Radial
Dibagi menjadi 2, yaitu radial sentrifugal dan radial sentripetal.
- Tipe sentrifugal, yaitu pola radier dimana arah-arah pengalirannya
menyebar ke segala arah dari suatu pusat.

Gambar 5.15
Sumber : http://ghozaliq.com/2015/06/24/pola-aliran-sungai-2/

- Tipe sentripetal, yaitu pola Radier dimana arah-arah pengalirannya


memusat dari segala arah Pola Annular.

Gambar 5.16
Sumber : http://ghozaliq.com/2015/06/24/pola-aliran-sungai-2/

57
6. Pola Annular
Pola pengaliran dimana sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran
yang melingkar.Sering dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa. Pola ini
merupakan perkembangan dari pola radier. Pola penyaluran ini melingkar
mengikuti jurus perlapisan batuannya.

Gambar 5.17
Sumber : http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-
pengaliran-sungai.html

7. Pola Multi basinal atau Sink Hole


Pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang nampak di permukaan bumi,
kadang tidak nampak, yang dikenal sebagai sungai bawah tanah. Pola pengaliran
ini berkembang pada daerah karst atau daerah batu gamping.

58
Gambar 5.18
Sumber : http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-
pengaliran-sungai.html

8. Contorted
Pola pengaliran dimana arah alirannya berbalik / berbalik arah. Kontrol struktur
yang bekerja berupa pola lipatan yang tidak beraturan yang memungkinkan
terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen yang ada.

Gambar 5.19
Sumber : http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-
pengaliran-sungai.html

59
BAB VI
STRATIGRAFI

6.1 Pengertian Umum

Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan
kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dengan ruang dan waktu, sedangkan
dalam arti sempit ialah ilmu pemerian batuan (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
Pengolongan stratigrafi ialah pengelompokan bersistem batuan menurut berbagai cara,
untuk mempermudah pemerian aturan dan hubungan batuan yang satu terhadap
lainnya. Kelompok bersistem tersebut di atas dikenal sebagai Satuan Stratigrafi (Sandi
Startigrafi Indonesia, 1996).
Batas satuan stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran cirri satuan
tersebut sebagaimana didefinisikan Batas satuan Stratigrafi jenis tertentu tidak harus
berhimpit dengan batas satuan – satuan stratigrafi jenis lain, bahkan dapat memotong
satu sama lain (Sandi Startigrafi Indonesia, 1996). Unit Stratigrafi terdiri dari 2 kategori
(North American Stratigraphic Codes, 1983) yaitu:
1. Kategori yang berdasar atas kandungan Material (Content of starta) atau
Batas-batas fisika suatu perlapisan.
a. Unit Litostratigrafi
b. Unit Litodemik
c. Unit Magnetopolariti
d. Unit Biostratigrafi
e. Unit Pedostratigrafi
f. Unit Allostratigrafi

60
2. Kategori yang berhubungan dengan umur geologi
- KategoriMatrial
a. Unit Kronastratigrafi
b. Unit Polariti-Kronostratigrafi
- Kategori Non-Material
a. Unit Geokronologi
b. Unit Polariti-Geokronologi
c. Unit Diakronik
d. Unit Geokronometrik

6.2 Umur Geologi


Umur geologi merupakan skala umur yang menunjukkan jaman-jaman yang telah
berlangsung sejak bumi terbentuk hingga kehidupan saat ini. Skala waktu yang
digunakan disebut skala waktu geologi yang bagannya dapat dilihat pada gambar
berikut:
Contoh skala waktu geologi Amerika Utara

Gambar: 6.3

61
Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2008/12/17/umur-geologi/

Masing – masing dari zaman pada skala waktu geologi tersebut memiliki fosil
penciri yang disebut fosil index. Ciri-ciri dari fosil index tersebut ialah:

- Memiliki rentang hidup yang singkat


- Penyebarannya luas
- Tidak memiliki periode hidup yang khusus. Jadi, dapat hidup dalam iklim dan
cuaca apapun dalam satu zaman.

Fosil index tiapjaman, jumlahnya bias lebih dari satu. Misalnya saja zaman
Cretaceous atau Kapur yang memiliki fosil index Inoceramus sp. dan Coeloptychium
rude.

PenentuanUmur

Umur geologi terbagi menjadi 2, yaitu umur relative dan umur absolut. Umur
relative ialah umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan atau fosil relative
terhadap posisi batuan atau fosil di sekitarnya. Dengan kata lain, umur relative tidak
menunjukkan angka, tetapi pernyataan bahwa tentang mana yang lebih tua dan mana
yang lebih muda berdasarkan proses pembentukannya. Umur absolute ialah umur
yang ditunjukkan dengan suatu angka yang diperoleh dari pengukuran radioaktif.
Jadi, umur absolute ini langsung menunjukkan angka umurnya sehingga dapat
diketahui pada zaman apa batuan tersebut terbentuk. Material yang dapat diukur
antara lain ialah sedimen, fosil, batuan beku, benda arkeologi dan tumbuhan seperti
yang terdapat pada gambar berikut:

62
Gambar : 6.3
Sumber : \stefanusaisfatmisitangger.blogspot.com

Tiap material tersebut dapat diukur umur relative maupun umur absolutnya,
tergantung pada keperluan penelitian yang dilakukan. Untuk mengetahui urutan
proses pembentukannya, lebih efisien menggunakan umur relatif. Tetapi, jika ingin
mengetahui kapan material tersebut terbentuk, lebih efektif menggunakan umur
absolut. Penentuan umur relative dapat ditentukan melalui prinsip superposisi, fosil
suksesi, potong memotong, dan prinsip kesebandingan.
Prinsip super posisi menjelaskan bahwa lapisan batuan yang berada di bawah,
dalam kondisi normal (tidak terdeformasi) lebih tua daripada lapisan di atasnya.
Fosil suksesi merupakan analisa kesejajaran fosil atau disebut juga biostratigrafi.
Berdasarkan prinsip ini, lapisan yang mengandung fosil yang sejenis, memiliki
rentang umur yang sama. Dalam Prinsip potong memotong, lapisan yang memotong
lebih tua daripada lapisan yang dipotongnya. Lalu, prinsip kesebandingan ialah
membandingkan bentuk, misalnya fosil yang memiliki sutura sederhana lebih tua
dari pada fosil yang suturanya lebih kompleks.
Untuk menentukan umur absolut, terdapat dua metode, yaitu:
- Metode menghitung, contohnya ialah menghitung lingkaran tahunan,
jumlah endapan atau sutura fosil, dan sclerochronology (menghitung
lapisan dari pertumbuhan organism seperti koral, kerang-kerangan, atau
kayu yang membatu).

63
- Metodeisotop, misalnya ialah radio karbon atau C-14, kosmogenik (Cl-36,
Be-10, He-3, Al-26), atau Uranium series disequilibrium. Khusus untuk
daun, metode yang cocok ialah radio karbon karena metode yang lain
kesalahannya terlalu besar untuk penentuan umur absolute daun.

6.3 Ketidakselarasan

Ketidakselarasan adalah suatu konsep dalam stratigarafi yang membahas tentang


hubungan yang tidak normal antara lapisan batuan satu dengan yang lain. Ketidak
selarasan identik dengan sedimentasi, dimana konsep ini bias menjelaskan tentang
proses sedimentasi, endogen daneksogen yang terjadi sebelumnya melalui jenis
ketidakselarasan yang terbentuk.. Selaras dalam stratigrafi artinya teratur, bururutan,
menerus. Lapisan dikatakan selaras jika lapisan tersebut diendapkan secara teratur,
belum mengalami deformasi, mengikuit hokum superposisi (lapisan dibawah lebih tua
dari lapisan diatasnya) dan umurnya menerus/ tidak terjadi gapumur antar lapisan.

Macam-macam Ketidakselarasan

1. Nonconformity: Hubungan antara 2 satuan stratigrafi, yaitu antara batuan beku /


metamorf dan batuan sedimen. Biasanya batuan beku/metamorf berada dibawah
atau sebagai basement dan batuan sediment berada diatasnya.

Gambar : 6.4
Sumber : https://medlinkup.files.wordpress.com/2011/09/nonconformity.jpg
2. Angular Conformity: hubungan 2 satuanstratigrafi danterjadihubungan yang
menyudut

64
Gambar 6.4
Sumber : https://medlinkup.files.wordpress.com/2011/09/angular-conformity.jpg

3. Disconformity: hubungan antara batuan sedimen dengan batuan sedimen


tetapi terdapat bidang erosi yang irreguler (kasar).

Gambar 6.4
Sumber : https://medlinkup.files.wordpress.com/2011/09/disconformity.jpg

4. Paraconformity: hubungan 2 batuan yang sama dimana bidang


ketidakselarasan sejajar bidang perlapisan.

65
Gambar 6.4
Sumber : https://medlinkup.files.wordpress.com/2011/09/grand-canyon.jpg

6.4 CEKUNGAN DAN FORMASI

GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA UTARA


Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang
berupa tinggian, cekunganmaupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi
setelah berlangsungnya gerakan tektonik padazaman Mesozoikum atau sebelum
mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungansumatera
utara.Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat
memanjang dan berarah barat laut – tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi
selama Tersier secara umum dimulai dengantrangressi, kemudian disusul dengan
regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier. Polastruktur cekungan
sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan pergeseran-pergeseranyang
berarah lebih kurang lebih barat laut – tenggara. Sedimentasi dimulai dengan sub
cekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian bertopografirendah dan palung
yang tersesarkan. Pengendapan Tersier Bawah ditandai dengan adanya
ketidakselarasan antara sedimen dengan batuan dasar yang berumur Pra-tersier,
merupakan hasil trangressi,membentuk endapan berbutir kasar – halus,
batulempung hitam, napal, batu lempung gampingan dan serpih. Transgressi

66
mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan lingkungan
berubahmenjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya akan fosil
foraminifora planktonik dariformasi Peutu.
Dibagian timur cekungan diendapkan formasi Belumai yang berkembang
menjadi 2 facies yaitu klastik dan karbonat. Kondisi tenang terus berlangsung
sampai Miosen tengah denganpengendapan serpih dari formasi Baong. Setelah
pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi yang
mengendapkansedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk)
secara selaras diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras
diatasnya diendapkan Tufa Toba Alluvial.Proses tektonik cekungan tersebut telah
membuat stratigrafi regional cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke
muda adalah sebagai berikut :
1. Basement Pre-Tersier Terdiri dari dari batuan beku,
Batuan metamorf, karbonat dan dijumpai fosil Halobia yang berumur Trias
terletak tidak selaras menyudut dibawah batuan sedimen diatasnya.
2. Formasi Parapat (Awal Oligosen)
Terdiri dari batupasir kasar dan konglomeratan dibagian bawah seta diatasnya
dijumpai sisipan serpih.Secara regional dibagian bawah diendapkan dalam
lingkungan fluviatil dan bagian atas dalam lingkunganlaut dangkal.
3. Formasi Bampo (Akhir Oligosen)
Terdiri dari serpih hitam tidak berlapis, berasosiasi dengan lapisan tipis
batugamping dan batulempungkarbonat, dimana formasi ini miskin fosil dan
diendapkan dalam lingkungan reduksi.
4. Formasi Belumai (Awal Miosen)
Dibagian timur cekungan ini berkembang formasi belumai yang identik dengan
formasi Peutu yang berkembang pada bagian barat dan tengah. Formasi belumai
terdiri dari batu pasir Glaukonitan berselingan dengan serpih dan batugamping.
Didaerah Arun, bagian atas formasi ini berkembang lapisan batugamping
kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi ini diendapkan dalam
lingkunganlaut dangkal sampai neritik.
5. Formasi Baong (Miosen Tengah Akhir Miosen bagian bawah)

67
Penyusun utama formasi ini adalah batu lempung abu - abu kehitaman, napalan,
lanauan, pasiran dan pada umumnya kaya akan fosil Orbulina Sp dan
Globigerina Sp, Kadang - kadang diselingi lapisan tipis batu pasir. Formasi ini
diendapkan dalam lingkungan laut dalam. Formasi ini didaerah Aru dibagi
menjadi 3 satuan :
a. Bagian bawah didominasi oleh lanau dan batulempung dengan sisipan batu
pasir dan batu gamping
b. Bagian tengah (MBS) didominasi oleh batupasir glaukonitan dan lempung
dengan sisipan lanau sertalapisan tipis batu gamping. Pada anggota inin dikenal
beberapa lapisan batupasir yang telah terbuktimengandung hidrokarbon, yaitu
Sembilan sand dan besitang river sand (BRS).
c. Bagian atas didominasi oleh lanau dan lempung dengan sisipan batupasir dan
lapisan tipisbatugamping.
6. Formasi Keutapang (Akhir Miosen)
Terdiri dari selang-seling antara batu pasir berbutir halus sedang, serpih,
lempung dengan sisipan batu gamping dan batubara. Dibagian Barat daerah Aru
batu pasirnya bertambah kearah atas, dibagian timur serpih lebih dominan.
Formasi ini merupakan lapisan utama penghasil hidrokarbon dan merupakan
awal terjadinya siklus regresi, diendapkan dalam lingkungan delta sampai laut
dangkal.
6. Formasi Seurula (Awal Pliosen)
Terdiri dari batupasir, serpih dan lempung. Dibandingkan dengan formasi
Keutapang, formasi seurulaberbutir lebih kasar, banyak ditemukan fragmen-
fragmen moluska yang menunjukkan endapan lautdangkal atau neritik.
7. Formasi Julu Rayeu (Akhir Pliosen)
Terdiri dari batupasir halus kasar dan lempung, kadang - kadang mengandung
mika dan fragmen molusca yang menunjukkan endapan laut dangkal Neritik.
8. Vulkanik Toba (Kwarter)
Terdiri dari Tufa hasil aktivitas vulkanik toba, menutupi secara tidak selaras
diatas formasi seurula.
9. Endapan Aluvial
Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan Batu lempung.

68
CEKUNGAN DAN FORMASI DI KALIMANTAN TENGAH

Gambar 6.1
Sumber : http//4.bp.blogspot.com/-
umjdO3T6MrE/TwwikK0hA5I/AAAAAAAAAGc/NHDrQO_KVU4/s1600/Geologi_kalt
eng.jpg

Geologi Kalimantan Tengah tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kesatuan geologi Kalimantan secara umum. Kalimantan Tengah
terbentuk dari endapan atau batuan yang terjadi dalam cekungan-cekungan sedimen dan
daerah pegunungan yang terbentuk oleh kegiatan magma atau pun proses malihan
(metamorfosa). Cekungan-cekungan yang ada di Kalimantan Tengah terdiridari :
1. Cekungan Melawi (perbatasan dengan Kalimantan Barat)
2. Cekungan Barito (bagian Tengah – Selatan - Timur Kalimantan Tengah)
3. Cekungan Kutai (bagian Utara – Timur Laut Kalimantan Tengah).
Berdasarkan tatanan tektonik regional daerah penyelidikan merupakan perbatasan
kerangka geologi Cekungan Kutai dengan Cekungan Barito yang terbentuk pada zaman
Tersier. Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan Pra-Tersier terdiri dari batuan
beku bersifat granitic dan andesit ikut serta batuan malihan terdiri dari perselingan batu
lanau dengan batu pasir halus sampai kasar dengan sisipan konglomerat dan breksi.
Diatas batuan Pra-Tersier ini diendapkan batuan sedimen Tersier yang terdiri dari tua
kemuda yaitu:
1. Formasi Tanjung
2. Formasi Berai
3. Formasi Warukin
4. Formasi Dahor
69
5. Endapan Kuarter (Aluvium).
Kontak antara batuan Pra - Tersier dan batuan sedimen Tersier ialah kontak ketidak
selarasan umur, tetapi di beberapa tempat tertentu terdapat kontak ketidak selarasan
tektonik. Umur dari batuan sedimen Tersier adalah Eosen sampai Pleistosen formasi
yang terdapat pada cekungan barito, yaitu:
1. Formasi Tanjung
Terdiri atas batu pasir kuarsa berselingan dengan batu lempung dengan sisipan
batubara. Formasi Tanjung berumur Eosen.
2. Formasi Berai
Terdiri atas batu gamping, berlapis baik setempat kaya akan koral, foraminifera,
dangan gang, bersisipan napal, padat dan berlapis baik, serta batu lempung.
Formasi Berai berumur Miosen Awal.
3. Formasi Warukin
Disusun oleh batu pasir kuarsa, batu lempung, batu lanau, dan konglomerat di
bagian bawahnya serta sisipan batu bara dan lensa batu gamping. Formasi
Warukin berumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.
4. Formasi Dahor
Terdiri atas batu pasir kuarsa dan konglomerat yang mengandung kepingan
kuarsit dan basal, berselingan dengan batu pasir berbutir sedang – sangat kasar,
setempat berstruktur silang-siur, dengan sisipan batu lempung setempat
karbonan hingga gambut dan batu lempung. Formasi Dahorberumur Pliosampai
Plistosen.
Formasi Tanjung merupakan formasi paling tua yang terdapat di dalam Cekungan
Barito, berumur Eosen yang terdiri dari (atas ke bawah) batu lempung, batu lanau, batu
pasir, batu bara dan konglomerat sebagai komponen utama. Hubungannya tidak selaras
dengan batupra-tersier. Selanjutnya diikuti fase transgrasi yang menghasilkan Formasi
Berai. Hasil erosi dari paparan Sunda dibarat dan Pegunungan Meratus di timur
diendapkan dalam cekungan ini sebagai Formasi Warukin dan Formasi Dahor.

70
BAB VII
STRUKTUR GEOLOGI

7.1 Pengertian Umum

Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajarai batuan yang mengalami deformasi
dan merupakan lapisan bagian atas dari bumi. Kata struktur berasal dari bahasa latin
yang berarti membangun. Deformasi yang merubah bentuk atau ukuran dari batuan
yang di akibatkan oleh strees dan meninggalkan hasil yang permanen (strain). Proses
deformasi adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya (force)
yang terjadi di dalam bumi. Gaya tersebut pada dasarnya merupakan proses tektonik

71
yang terjadi di dalam bumi. Di dalam pengertian umum, geologi struktur adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta
menjelaskan proses pembentukannya. Gaya-gaya pembentuk struktur geologi terdiri
dari :
 Tension / Streess (gaya tarik)
 Compression / Strain (gaya tekan)
 Couple
 Torsion (Gaya Puntiran)
 Lithostatis (segala arah)
Struktur Primer ialah sturktur yang terbentuk pada saat proses pengendapan atau
pada saat batuan terbentuk, contohnya : perlapisan, Laminasi, greded bedding,ripple
mark,dll. Struktur primer sangat penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal
sesuatu batuan, terutama dalam batuan sedimen. Struktur Sekunder ialah struktur yang
terbentuk setelah batuan yang bersangkutan terbentuk, contoh: perlipatan,magma
menerobos lapisan batunya (lacolith,dike dsb), kekar sesar dll. Struktur sekunder
penting untuk mengetahui bentuk-bentuk dari permukaan bumi yang dihasilkan oleh
gerak-gerak yang ada dari dalam bumi.

7.2 Macam – Macam Struktur Geologi

Jenis-jenis geologi struktur deformasi batuan jenis-jenis dan mekanisme


pembentukan struktur geologi tentang konsep “Tektonik
Lempeng” menganalisa arah gerak dari realitas batuan yang ada. Pengertian
dasar geologi sturktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil proses deformasi. Deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari
gaya yang bekerja di dalam bumi. Proses yang menyebabkan batuan-batuan
mengalami deformasi adalah gaya yang bekerja pada batuan -batuan
tersebut. Dalam teori “Tektonik Lempeng” kulit bumi tersusun atas
lempeng-lempeng yang saling bergerak antra satu dengan yang

72
lain. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang
saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen) atau saling
berpapasan (trans-form). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang
merupakan sumber asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi.
Pergerakan batuan ini merupakan bagian pokok dari “Mekanika Batuan”. Ada
3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan dari gaya -gaya yang bekerja pada
batuan:

1. Kekar (Fractures) dan Rekahan (Cracks)


Kekar (Fracture) Adalah struktur rekahan/retakan terbentuk pada batuan
akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum
mengalami pergeseran. Secara umum, struktur kekar dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah
gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Keka r yang umumnya dijumpai
pada batuan adalah sebagai berikut:

Gambar 7.1
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis -jenis-
geologi-struktur.html

2. Perlipatan (Folding)

73
Deformasi batuan yang berbentuk gelombang sinusiodal dimana gaya
yang bekerja pada batuan tidak melampaui batas elastisnya, sehingga
batuan tidak mengalami persesaran. Lipatan sinklin adalah bentuk
lipatan yang cekung ke arah bawah, s edangkan lipatan antiklin adalah
lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kemiringan sayap -sayap
suatu lipatan, maka lipatan dapat dibagi menjadi beberapa jenis :

Gambar 7.2
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis-jenis-geologi-
struktur.html

 Lipatan simetri, lipatan yang kemiringan lapisan batuan pada


kedua sayapnya memiliki sudut yang sama besarnya.

74
Gambar 7.3

Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis-jenis-geologi-struktur.html

 Lipatan asimetri, lipatan yang kemiringan lapisan batuan pada


kedua sayapnya tidak sama besar.

Gambar 7.4
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis-jenis-geologi-
struktur.html

 Lipatan Rebah/Overtune fold, lipatan yg kedua sayapnya telah


mengalami pembalikan arah kemiringan lapisan batuannya.

75
Gambar 7.5

Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis-jenis-geologi-struktur.html

 Shear Joint : kekar Gerus adalah retakan atau rekahan yang


berbentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan
arah gaya utama. Kekar jenis shear pada umumnya bersifat
tertutup.

Gambar 7.6
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis -jenis-geologi
struktur.html

 Tention Joint : Retakan atau rekahan yang berpola sejajardengan


arah gaya utama, umumnya bentuk rekahan bersifat tebuka.

76
Gambar 7.7
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis -jenis-geologi-
struktur.html

 Extention Joint adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus


dengan arah gaya utama dan bentuk tekahan umumnya terbuka .

3. Patahan (Sesar)
Pergesaren sebagian massa/tubuh batuan dari kedudukan semula yang
diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Sesar geologi
ada 3 jenis:

77
Gambar 7.8

Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis-jenis-geologi-struktur.html

 Sesar mendatar, sesar yang pergerakannya sejajar, blok bagian


kiri realtif bergerak ke arah yang berlawanan dengan blok bagian
kanannya
.

Gambar 7.9
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis-jenis-geologi-struktur.html

78
 Sesar naik, sesar di mana salah satu blok batuan bergeser ke arah
atas dan blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah d isepanjang
bidang sesarnya.

Gambar 7.10
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/02/jenis-jenis-geologi-struktur.html

 Sesar turun, sesar yang terjadi karena pergeseran blok batuan


akibat pengaruh gaya gravitasi.

79
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2011. Ketidakselarasan – Unconformity. https:// medlinkup.wordpress.com/


2011/09/25/ketidakselarasan-unconformity/. Diakses pada tanggal 22
Desember 2015. Jakarta

Ahyan, Anul. 2014. Gerak Tektonisme Orogenesa dan Epirogenesa. http:// aanulahya
n.blogspot.co.id/2014/08/gerak-tektonisme-orogenesa-dan epirogenesa. html.
Diakses pada tanggal 23 Desember 2015. Jakarta

Akbar, Faizal. 2014. Mineral dan Batuan. https://askiravistara.wordpress.com/2013/


09/28/mineral-dan-batuan/. Diakses pada tanggal 16 Desember 2015. Jakarta

80
Alimuddin, Reski Ayu Magfira. 2013. Bentuk Lahan Geomorfologi.
http://reskiayumagfira.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 31 Desember
2015. Jakarta

Arief, Muhammad. 2014. Proses Pembentukan Mineral. http://mining13.blogspot


.co.id/2014/09/proses-pembentukan-mineral.html. Diakses pada tanggal 16
Desember 2015. Jakarta

Arsil. 2013. Tektonik Lempeng. http://arsildangeograf.blogspot.co.id/2013/02/tekto


nik-lempeng.html . Diakses pada tanggal 15 Desember 2015. Jakarta

Gospet. 2015. Geomorfologi Menurut Ahli. http://generalgeomorphology.blogspot.co


.id/2015/06/pengertian-geomorfologi-menurut-ahli.html. Diakses pada tanggal
28 Desember 2015. Jakarta

Gunawan, Herry. 2013. Mineral dan Batuan. https://www.academia.edu/5433056 /Bab


3._Mineral_dan_Batuan. Diakses pada tanggal 16 Desember 2015. Jakarta

Hadi, Abdul, dan Rizki Puji. 2014. Proses Pembentukan dan Jenis Batuan.
http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/batuan-pembentuk-litosfer.html.
Diakses pada tanggal 14 Desember 2015. Jakarta

____________________________. 2014. Batuan Pembentukan Litosfer.


http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/batuan-pembentukan-litosfer.html.
Diakses pada tanggal 23 Desember 2015. Jakarta

81
Ichsan, Asyari Ahmad. 2012. Cekungan dan Formasi di Kalimantan.
aaichsancr.blogspot.com/2012/01/cekungan-dan-formasi-di-kalimantan.htmlce
kungandanformasi. Diakses pada tanggal 22 Desember 2015. Jakarta

Lailiyah, Nurul S. 2013. Makalah Kaitan Ilmu Geologi dengan Ilmu Lain.
http://fkippgsd265-unpak.blogspot.co.id/2013/07/makalah-kaitan-ilmu-geologi
-dengan-ilmu.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015. Jakarta

Michanarchy. 2010. Ruang Lingkup Geologi. http://www.Michanarchy.com/201/03/


ruang-lingkup-geologi.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015. Jakarta

Nugroho, Lulut. 2014. Macam – Macam Pola Pengaliran Sungai. http://klikgeografi.


Blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-pengaliran-sungai.html. Diakses
pada tanggal 28 Desember 2015. Jakarta

Piadji, Satria. 2014. Cekungan – Sumatera. http://www.academia.edu/7362680CEK


UNGAN-SUMATERA. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016. Jakarta

Putra, Iqbal. 2008. Umur Geologi. https://iqbalputra.wordpress.com/2008/12/17/umur


-geologi/. Diakses pada tanggal 22 Desember 2015. Jakarta

Saputra, Aditya. 2013. Lima Teori Terbentuknya Bumi. http://adityasaputraugm.blog


spot.co.id/2013/02/5-teori-terbentuknya-bumi.html. Diakses pada tanggal 15
Desember 2015. Jakarta

82
Setiawan, Agnas. 2012. Jenis Bentuk Lahan. https://agnazgeograph.wordpress.com
/?S=geomorfologi. Diakses pada tanggal 28 Desember 2015. Jakarta

Setyobudi, Prihatin Tri. 2010. Sedimentasi dan Stratigrafi. https://ptbudie.wordpres


s.com/2010/12/25/pengertian-stratigrafi/. Diakses pada tanggal 22 Desember
2015. Jakarta

Zainal, Rendra. 2013. Bentuk Lahan Asal Proses Geomorfologi. http://zainalrendra


.blogspot.co.id/2013/07/bentuk-lahan-asal-proses-geomorfologi.html. Diakses
pada tanggal 31 Desember 2015. Jakarta

83

Anda mungkin juga menyukai