Anda di halaman 1dari 130

BAB I

PENGERTIAN GEOLOGI LINGKUNGAN

1. KOMPETENSI DASAR
Dalam pembangunan di Indonesia sumberdaya alam khususnya
sumberdaya mineral memegang peranan penting. Untuk itu aktivitas
pembangunan yang menggali bahan galian dari dalam bumi menuju ke permukaan
bumi untuk mewujudkan sumberdaya mineral perlu mendapat perhatian. Setiap
aktivitas pertambangan akan berdampak terhadap lingkungan dalam arti
lingkungan menjadi rusak atau mengalami pencemaran. Perlu mendapat perhatian
bagaimana kita menggali sumberdaya mineralnya, tetapi lingkungan tetap
terpelihara keserasian dan kelestariannya. Untuk itu hendaknya dipahami konsep
dasar geologi lingkungan

2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapai dalam bab ini agar mahasiswa mampu:
1) Menganalisis pengertian geologi
2) Menganalisis pengertian lingkungan mampu menggabungkan
pengertian geologi dan pengertian lingkungan (Geologi
Lingkungan).

3. MATERI FEMBELAJARAN
3.1 Pengertian Geologi
Dalam pengertian ini akan diurail an pengertian dan ruang lingkup
geologi. Pengertian geologi meliputi arti pengetahuan geologi, cabang-cabang
geologi, gejala-gejala geologi dan manusia sebagai tenaga dalam geologi.

3.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Geologi


3.2.1 Arti Geologi
Geologi pengetahuan tentang bumi yang menyelidiki lapisan batuan
yang ada dalam kerak bumi, meliputi susunan zat serta bentuk dari bumi, dan
sejarah perkembangan makhluk di dalam dan di atas bumi (Katili, 1963: 6 ).

1
Geologi meliputi asal-usulnya, sejarah perkembangannya, proses, struktur dan
fosil.
3.2.2 Cabang-cabang Pengetahuan Geologi.
Geologi pengetahuan inti berhubungan dengan pengetahuan penolong
lain yaitu :
1) Mineralogi : Pengetahuan yang mempelajari mineral yaitu; bahan utama
yang membentuk kerak bumi.
2) Petrologi : mempelajari batu yaitu cara terjadinya berbagai macam batuan
serta klasifikasinya.
3) Paleontalogi : ilmu yang mempelajari pembatuan dari sisa-sisa binatang
purba ataupun tumbuh-tumbuhan purba.
4) Geologi Sejarah : mempelajari urutan dari satuan-satuan waktu perubahan
selama sejarah bumi.
5) Geologi ekonomi : pengetahuan yang mempelajari endapan serta mineral
yang mempunyai arti ekonomi penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
6) Geofisika : mempelajari sifat-sifat fisika dari bumi seperti gaya berat,
gejala-gejala magnetis bumi.
7) Geomorfalogi : mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yang terjadi
karena kekuatan yang bekerja di atas dan di dalam bumi.
8) Geologi teknik : pengetahuan geologi dalam lapangan teknik, misalnya
dalam pembuatan waduk, jalan, fundamen bangunan dan lain-lain.
9) Geologi lingkungan : penerapan informasi geologi dalam pembangunan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan sebagai akibat perubahan yang
terjadi dari pemanfaatan sumber daya alam.
3.2.3 Gaya-Gaya Geologi
1) Gaya asal luar atau gaya eksogin yaitu semua kekuatan yang berasal
dari luar yang dapat mengubah bentuk bumi. Gejala asal luar dapat
dibagi dalam tiga bagian yaitu : pengerjaan hidrosfera, biosfera dan
atmosfera (Katili, 1963: 9).
2) Gaya asal dalam atau gejala endogen, yang mengkompensasi gaya asal
luar. Sebagai contoh gaya endogen adalah gaya gempa bumi, gunung
api dan pembentukan pegunungan. Dari gaya itu akan terbentuk

2
kerucut gunung api, seria material-material yang dimuntahkan (Katili,
1963. h. 10).
Siklus gologi yang terdiri dari arogenesis (pembentukan
pegunungan) kemudian glytogenesis (penghancuran relief).
Dari bekerjanya gaya asal dalam dan asal luar akan terbentuk dan
litogenesis (pembentukan kembali batuan endapan). Ketiga, kekuatan
itu berjalan silih berganti dan selama jaman geologi yang telah
berlangsung, ahli-ahli geologi telah dapat membedakan beberapa daur
pembentukan pegunungan. Daur termuda adalah daur Alpina, mulai
pada waktu tersier dan membentuk rantaian pegunungan yang termuda
di bumi seperti pegunungan Aipian, Himalaya, Andes dan sebagainva.
3) Manusia sebagai tenaga dalam geologi
Menurut Lauge. M(1991), aktivitas manusia yang berdampak geologis
berlangsung dalam tiga sasaran utama.
Pertama dalam bidang pertanian. Manusia membajak tanah,
menyuburkannya, serta usaha-usaha memprasaranai pertanian, seperti
mengolah maupun mengairi tanah. Semua usaha ini menyebabkan
proses pelapukan berlangsung lebih cepat dan berkembang.
Kedua usaha manusia dalam menggali sumber-sumber kekayaan
alam. Kekayaan alam ini yang menyangkut beberapa mineral terdapat
di banyak tempat tetapi berbeda dalam segi kuantitas dan kualitasnya.
Untuk menggali kekayaan alam tersebut dilakukan melalui aktivitas
pertambangan. Dengan dibangun berbagai tambang, pemukiman
penduduk, permukaan bumi berubah secara radikal, banyak terdapat
lubang yang merusak muka bumi, yang dulunya serasi dan lestari.
Sasaran ketiga yang berdampak geologis adalah pembangunan
konstruksi-kontruksi yang permanen di atas dan di bawah permukaan
bumi. Manusia menerobos ke perut bumi membangun terowongan dan
jalan bawah tanah di samping membuat jalur-jalur jalan kereta api
yang menerobos pegunungan. Kegiatan ini berkembang terus sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3
3.3 Permasalahan Lingkungan
Pada hakekatnya permasalahan lingkungan akan muncul ketika
eksploitasi sumberdaya alam mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Permasalahan
lingkungan saat ini telah menjadi issue global dan menjadi perhatian para
peneliti maupun para pengambil keputusan.
Banyak tempat di muka bumi saat ini kondisi lingkungannya sangat
buruk dan sebagian besar dalam kondisi yang kritis. Penurunan kualitas
lingkungan dapat kita jumpai diberbagai belahan bumi, terutama di tempat-
tempat dimana eksploitasi sumberdaya alam sudah tidak mengindahkan
kelestarian lingkungan dan pengelolaan yang tidak bertanggungjawab.
Dengan meningkatnya jumlah manusia yang ada di planet bumi maka
akan meningkat pula kebutuhan sumberdaya alam yang diperlukan bagi umat
manusia di dunia. Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya alam yang ada
di suatu wilayah jumlahnya sangat terbatas dan tidak selalu dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Permasalahan yang
sering dihadapi oleh pemerintah adalah masalah bagaimana mencukupi
kebutuhan sumberdaya alam bagi masyarakat/penduduknya.
Masalah degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi
sumberdaya alam yang berlebihan dan masalah ketersediaan dan kebutuhan
sumberdaya alam bagi manusia yang ada di planet bumi seperti yang telah
diuraikan di atas merupakan persoalan-persoalan yang menjadi perhatian dari
ilmu geologi, khususnya geologi lingkungan.
Menurut Soerjani, dkk (1987), ilmu lingkungan dikembangkan dengan
ekologi sebagai dasar. Kalau ekologi mempelajari susunan serta fungsi seluruh
mahluk hidup dan komponen kehidupan lainnya, maka ilmu lingkungan
mempelajari tempat dan peranan manusia diantara mahluk hidup dan
komponen kehidupan lainnya. jadi ilmu lingkungan dapat dikatakan sebagai
ekologi terapan, yakni bagaimana menerapkan berbagai prinsip dan ketentuan
ekologi itu dalam kehidupan manusia, atau ilmu yang mempelajari bagaimana
manusia harus menempatkan dirinya dalam ekosistem atau dalam lingkungan
hidupnya.

4
Sedangkan lingkungan hidup adalah sistem kehidupan dimana terdapat
campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Oleh karena itu menurut
batasan yang ada, dalam Undang-undang No. 23/1997 tentang pengelolaan
lingktungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan
dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

3.4 Geologi dan Lingkungan


Pada hakekatnya hubungan antara ilmu geologi dan lingkungan tidak
dapat dipisahkan, mengingat permasalahan lingkungan yang muncul sebagai
akibat dari eksploitasi sumberdaya alam merupakan subyek dan obyek dari
ilmu geologi. Geologi lingkungan pada awalnya merupakan ilmu yang kurang
mendapat perhatian dari para ahli teknik maupun para pembuat kebijakan,
namun seiring dengan bertambahnya populasi manusia di planet bumi serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memicu manusia
mengekplorasi dan eksploitasi kekayaan sumberdaya alam secara besar-
besaran yang pada gilirannya berdampak pada kelangkaan sumberdaya alam
serta kerusakan lingkungan. Sebagai akibat dari eksploitasi sumberdaya alam
yang tidak mengindahkan prinsip prinsip pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan telah menyebabkan beberapa wilayah di muka bumi mengalami
penurunan kualitas lingkungan dan ilmu geologi lingkungan mulai mendapat
perhatian dari para ahli teknik maupun para pengambil keputusan. Berikut ini
adalah hal-hal yang perlu mendapat perhatian di dalam mengeksploitasi
sumberdaya alam:
1. Bumi adalah suatu benda yang terbatas, mempunyai dimensi (ukuran)
yang tetap dan tidak berubah (sistem tertutup/closed system)
2. Berbagai jenis material bumi tidak selalu ada di suatu lokasi tertentu dan
jumlahnya terbatas.
3. Bumi adalah suatu benda yang dinamis, batuan, air dan udara bergerak
dalam suatu gerakan yang kontinu.
4. Bumi beserta kejadian-kejadian yang bekerja di dalamnya ditentukan
dalam ukuran waktu. Proses-proses alam seperti gempa bumi, erupsi

5
gunung api, banjir, gerakan tanah, dapat terjadi dalam waktu yang sangat
cepat maupun lambat (seperti tumbukan lempeng).

3.5 Pengertian dan Definisi Geologi Lingkungan


Geologi adalah suatu ilmu yang mempelajari susunan, bentuk, sejarah
perkembangan bumi dan makhluk yang pernah hidup di dalam dan di atas
bumi, serta proses-proses yang telah, sedang, dan akan bekerja di bumi.
Adapun “Lingkungan” secara umum dapat diartikan sebagai hubungan antara
suatu obyek (entity) dengan sekitarnya. Hubungan antara suatu obyek dengan
sekitarnya dapat bersifat aktif maupun pasif, dinamis ataupun statis. Dengan
demikian geologi lingkungan dapat dianalogikan bahwa bumi sebagai suatu
obyek yang dipengaruhi oleh lingkungannya, termasuk di dalamnya adalah
manusia sebagai salah satu unsur yang mempengaruhinya.
Geologi Lingkungan pada hakekatnya merupakan ilmu geo-logi
terapan yang ditujukan sebagai upaya memanfaatkan sumber daya alam dan
energi secara efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan perikehidupan
manusia masa kini dan masa mendatang dengan semininal mungkin
mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dengan kata lain
geologi lingkungan dapat diartikan sebagai penerapan informasi geologi
dalam pembangunan terutama untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
untuk meminimalkan degradasi lingkungan sebagai akibat perubahan-
perubahan yang terjadi dari pemanfaatan sumberdaya alam. Dengan demikian
mempelajari proses-proses yang berhubungan dengan aspek-aspek geologi
serta pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan sehubungan dengan itu yang
dipelajari dalam geologi lingkungan meliputi tenaga-tenaga geologi, aktivitas
yang berhubungan dengan geologi dan dampak lingkungan dari pemanfaatan
aspek geologi.

4. RANGKUMAN
Geologi lingkungan adalah penerapan infomasi geologi dalam
pembangunan terutama untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
meminimalkan degradasi lingkungan sebagai akibat perubahan-perubahan yang

6
terjadi dari pemanfaatan sumber daya alam. Aspek yang dipelajari dalam geologi
lingkungan meliputi : pengertian geologi lingkungan dan dampak lingkungan dari
pemanfaatan geologi.

5. LATIHAN
1) Jelaskan dalam pembangunan di negara kita sumberdaya mineral
memegang peranan penting.
2) Jelaskan apakah setiap pemanfaatan aspek geologi selalu berdampak
lingkungan. Bagaimana mengatasinya?
3) Apakah mineralogi selalu berhubungan petrologi, jelaskan. Sebut beberapa
usaha pemanfaatan mineralogi dan patrologi serta dampak lingkungannya.
4) Jelaskan mengapa geologi lingkungan mempunyai arti penting di dalam
aktivitas ekonomi yang menanfaatkan sumberdaya alam.

7
BAB II
SUMBERDAYA LINGKUNGAN HIDUP

1. KOMPETENSI DASAR
Lingkungan berfungsi sebagai sumberdaya yang mendukung hidup dan
kehidupan. Banyak macam sumberdaya dalam lingkungan yang dibutuhkan
manusia. Tinggi rendahnya penghargaan terhadap sumberdaya bergantung dari
kebutuhan.
Lingkungan hidup terdiri dari lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.
Lingkungan hidup biotik terdiri dari tumbuhan, hewan dan manusia. Lingkungan
abiotik terdiri dari tanah, air; udara, dan cahaya. Menurut Soerjani (1987),
Lingkungan hidup tidak hanya ditentukan oleh jenis dan jumlah benda hidup dan
mati, melainkan juga oleh kondisi dan kekuatan benda hidup dan mati itu serta
hubungan antara benda-benda itu.
Unsur-unsur tersebut sebagian besar dibuat alam bersifat natural, dan
sebagian lagi dibentuk oleh manusia atau campur tangan manusia bersifat cultural.
Baik yang natural maupun cultural bertindak sebagai sumberdaya bagi manusia
yang mendiami lingkungan hidup itu (Prawiro, 1979). Unsur-unsur lingkungan itu
memberi kemampuan kepada manusia penghuni untuk hidup dan berbuat, untuk
itu perlu diperhatikan sumber daya lingkungan hidup.

2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapai agar mahasiswa mampu,
1) Membedakan berbagai lingkungan hidup.
2) Mencari hubungan antara pertemuan pengetahuan dengan sumberdaya.
3) Menguraikan dinamika nilai sumberdaya.

3. MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Penggolongan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup dapat digolongkan :

8
1) Lingkungan hidup alam
Lingkungan hidup alam terdiri atas lingkungan hidup fisik dan lingkungan
hidup hayati. Dalam pengertian hidup alam ini juga terdapat manusia
sebagai bagian dari lingkungan hidup hayati.
2) Lingkungan hidup buatan
Menurut Rambo dalam Munir 2003. Lingkungan hidup buatan ini
disatukan dalam sociosystem, yang didalamnya juga terdapat sistem
pertanian, sistem kesehatan, pendidikan, budaya, agama dan sebagainya.
Lingkungan hidup buatan ini dapat berdasarkan atas berbagai pendekatan.
Salah satu yang cukup sesuai digunakan adalah pendekatan kegiatan
industri. Industri dalam arti luas adalah upaya pememuhan kebutuhan
hidup manusia, melalui industri primer, sekunder dan tersier.
3) Lingkungan hidup sosial
Lingkungan hidup sosial adalah masyarakat manusia yang
mempunyai kesamaan kepentingan pokok untuk mempertahankan
eksistensi manusia serta mengupayakan peningkatan kesejahteraan
manusia dalam pembangunan berkesinambungan. Undang-undang No. 23
tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup menegaskan bahwa
“setiap orang mempunyai hak dan kewajiban atas hidup yang baik dan
sehat, serta mempunyai hak untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup, Juga berkewajiban memelihara kelestarian, fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup. Dari gambaran di atas, lingkungan hidup sosial
memegang peranan penting untuk menciptakan keserasian hubungan dan
keutuhan lingkungan hidup secara keseluruhan.
Di dalam memanfaatkan lingkungan hidup manusia mempunyai
kebutuhan materiil dan sprituil, digolongkan menjadi primer, sekunder dan
tersier. Terbatasnya sumberdaya dan penduduk yang selalu bertambah,
pola kebutuhan yang meningkat, kualitas hidup manusia sebenamya
semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari rumus berikut; Soerjani, Moh.
(1987).
R
Q = N (Cp  Cs  Ct )

9
Q = Kualitas hidup
R = Sumberdaya yang tersedia (secara terbatas)
N = Populasi manusia
Cp = Kebutuhan primer
Cs = Kebutuhan sekunder
Ct = Kebutuhan tersier
Upaya yang harus dilakukan manusia adalah menekan pertumbuhan
populasinya, dilaksanakan melalui Keluarga Berencana. Disamping itu
juga dilakukan dengan jalan mengendalikan pola hidup atau tingkat
konsumsi pada tingkat yang tidak berkelebihan. Kedua hal ini akan
berakibat mengecilnya penyebut N x C. Sehingga rasio R dengan NC akan
meningkat dan kualitas hidup pun bertambah baik.
Di samping usaha itu untuk meningkatkan kualitas hidup, perlu
lingkungan di kelola. Hakekatnya pengelolaan lingkungan hidup oleh
manusia, bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas manusia
makin meningkat, sementara kualitas lingkungan juga menjadi makin baik.
Dalam hal ini dilakukan pendekatan berdasarkan gagasan Vayda (Soerjani,
1987) dalam mengelola lingkungan dikelola terlebih dahulu faktor yang
menjadi masalah pokok, karena faktor ini merupakan peluang terbesar dan
terpenting untuk memperbaiki keadaan.
Pengelolaan lingkungan mengacu kepada tujuan perbaikan kualitas
lingkungan. Ditetapkan terlebih dahulu kualitas lingkungan terburuk
keadaannya, dan mendapat pritoritas. Sesudah itu secara progresif
persoalan berikutnya dicoba diatasi.

3.2 Fungsi Lingkungan Hidup


Lingkungan tempat makhluk hidup sering disebut dengan habitat, yang
artinya tempat tinggal atau rumah. Lingkungan berfungsi sebagai tempat
tinggal, juga berperan sebagai pendukung kebutuhan hidup lainnya seperti
udara, cahaya, panas, pangan, rekreasi dan sebagainya.
Lingkungan yang dikaitkan dengan fungsinya terhadap penghuni
lingkungan disebut dengan istilah nicia, lingkungan yang berfungsi sebagai

10
tempat tinggal melulu disebut nicia habitat, yang berfungsi sebagai pendukung
suplai bahan pangan disebut nicia trofik, dan yang menjamin kebutuhan lain
yang beranekaragam itu disebut nicia multidimendisional (Odum P.E. dalam
Prawiro, 1980).
Lingkungan hidup pada umumnya memiliki beberapa fungsi. Desa
disamping sebagai tempat tinggal juga sebagai pendukung bahan makan. Kota
mempunyai banyak fungsi, berfungsi sebagai nicia habitat, nicia trofik, dan
nicia multidimensional.

3.3 Pertemuan Ilmu Pengetahuan dengan Sumberdaya.


Sumberdaya mempunyai tiga aspek : alam, manusia dan kebudayaan.
Tinggi rendah nilai sumberdaya banyak tergantung dari interaksi ketiga aspek
tersebut. Suatu benda berfungsi sebagai sumberdaya apabila menjadi
kebutuhan manusia atau ada kepentingan manusia terhadapnya dan ada
teknologi yang dapat memanfaatkan. Interaksi tersebut melibatkan berbagai
ihnu pengetahuan yang berhubungan dengan bahan alam tersebut, dengan
manusia beserta pengetahuan, sikap dan kepentingannya dan teknologi sebagai
manifestasi kebudayaannya. Disamping itu perlu ada pengetahuan tentang
eksplorasi, eksploitasi, analisis, prosesing, pemasaran dan lain-lain.

3.4 Dinamika Nilai Sumberdaya


Nilai penghargaan terhadap suatu sumberdaya senantiasa berubah.
Banyak sumberdaya alam pada waktu dulu tidak dibutuhkan, karena orang
belum menghargainya. Contoh minyak bumii waktu dulu tak dihiraukan
karena tak dikenal. Setelah dikenal dan dapat dimanfaatkan dan ditemukan
teknologi pemanfaatannya minyak bumi menjadi sangat berharga.
Pengetahuan kebudayaan beserta teknologi dapat menciptakan sumberdaya
sesuatu yang sebelumnya tidak dihargai sebagai sumberdaya, kemudian
memperoleh penghargaan sebagai sumberdaya.
Bahan-bahan yang dulunya dihargai, pada waktu berikutnya merosot
nilainya, bahkan merugikan dan harus dimusnahkan. Contohnya obat-obatan
pembasmi hama seperti DDT, endrin dan sejenisnya. Mula-mula dipuji, dicari

11
karena banyak khasiatnya dalam usaha pemberantasan hama, kemudian
diketahui obat tersebut meracuni/mencemari lingkungan yang membahayakan
kelestaaian kehidupan, sehingga obat-obatan/pestisida tersebut terpaksa harus
dilarang penggunaannya, sehingga tidak ada harganya sebagai sumberdaya.
Dapatlah dikatakan nilai sumberdaya sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan dan permintaan masyarakat, dapat naik, dapat merosot dan jatuh
sama sekali.

4. RANGKUMAN
Lingkungan berfungsi sebagi sumberdaya yang mendukung hidup dan
kehidupan disebut sebagai sumberdaya lingkungan hidup. Aspek yang dipelajari
meliputi : penggolongan lingkungan hidup terdiri dari lingkungan hidup alami,
buatan dan sosial, fungsi lingkungan hidup sebagai tempat tinggal dan pendukung
hidup, pertemuan ilmu pengetahuan dan sumberdaya dan dinamika nilai
sumberdaya.

5. LATIHAN
1) Jelaskanlah bahwa lingkungan berfungsi sebagai sumberdaya yang
mendukung hidup dan kehidupan manusia.
2) Bedakan antara lingkungan hidup alam dan lingkungan hidup buatan.
Dimana letak manusia dalam penggolongan tersebut.
3) Mengapa kualitas hidup manusia semakin menurun dengan adanya
pertambuhan penduduk yang pesat. Dapatkah kualitas itu ditingkatkan ?
jelaskan !
4) Meliputi apa saja studi suatu sumberdaya. Dimana letak ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam studi tersebut, jelaskan.

12
BAB III
UDARA, AIR, CAHAYA SUMBERDAYA
PENDUKUNG HIDUP

1. KOMPETENSI DASAR
Di dalam tubuh manusia berlangsung kegiatan dan proses-proses fisika
dan kimia. Supaya kegiatan berjalan terus harus diberi bahan kebutuhan yang
berupa pangan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, udara, air,
dan cahaya matahai. Tiga terakhir berperanan sebagai sumberdaya pendukung
hidup yang penting artinya bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan itu perlu
dipahami sumber pendukung hidup.

2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapi setelah mempelajar bab ini mahasiswa mampu
1) Menganalisis peranan udara sebagai sumberdaya pendukung hidup.
2) Menguraikan peranan air sebagai sumberdaya pendukung hidup.
3) Menganalisis cahaya sebagai sumberdaya pendukung hidup.

3. MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Udara
Komposisi udara kering pada permukaan bumi dapat dilihat pada tabel
berikut (Waryono, 1987).
No Nama Gas % volume % berat Keterangan
1 Gas lemas (nitrogen) 78,03 75,48
2 Gas asam (oksigen) 20,99 23,18
3 Argon 0,91 1,29
4 Asam arang 0,03 0,045

Dalam tabel itu menunjukkan terdapat 4 gas utama penyusun atmosfer


yaitu : zat lemas, zat asam, argon dan zat asam arang, jumlahnya 99,99 %. Sisanya
dalam jumlah yang sangat kecil meliputi : neon, helium, zat air, yodium, krypton,
xenon, ozon dan radon.
Perbandingan zat-zat itu berubah jika tinggi tempat berbeda. Makin tinggi
tempat gas-gas yang ringan makin banyak. Gas di atmosfer yang kadarnya selalu

13
berubah adalah uap air. Di daerah tropik basah kadar uap air 2,6 %, pada lintang
500 rata-rata 0,9 % dan pada lintang 700 rata-rata 0,2 %.
Selain gas-gas tersebut di atmosfer masih terdapat partikel-partikel padat
yang sangat halus. Partikel-paitikel itu disebut partikel debu mikrokosmik selalu
terdapat dalam jumlah yang sangat besar di udara, berupa butir-butir garam, asam,
amonik, belerang dioksida dan sebagainya. Perananya dalam proses cuaca adalah
sebagai inti konduksasi yang dapat mempercepat terjadinya kondensasi uap air di
udara.
Agar kita dapat hidup perlu bernapas untuk itu perlu udara cukup oksigen.
Meskipun oksigen cukup, tetap bisa mengganggu kesehatan bila ada bahan bahan
lain yang mencampuri udara, terutama yang sifatnya racun yang jumlahnya
melampaui batas toleransi tubuh. Keadaannya seperti itu dikatakan udara
mengalami pencemaran.
Pencemaran-pencemaran udara berwujud gas dan partikel yang masuk ke
dalam udara melalui berbagai proses, proses alam dan kebudayaan. Yang
berbentuk gas antara lain : metan, belerang dioksida dan solfatar, gas hidrogen
sulfida, karbon monoksida scbagainya. Yang berbentuk partikel antara lain kabut
dan awan, virus, spora, tepung sari, sisa-sisa organisme, debu, abu, asap dan lain
sebagainya. (Prawiro, 1979). Bahan-bahan tersebut asal bukan racun dan tidak
lewat dosis tidak akan mengganggu kehidupan manusia. Jika melampaui batas
diadakan usaha-usaha mengurangi pencemaran untuk menghilangkan efek
buruknya kepada manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda.

3.2 AIR
Semua makhluk membutuhkan air maka tempat yang ada airnya, tentu
penuh dengan makhluk, kecuali apabila air itu sangat tercemar. Sebagian besar
tubuh mahluk terdiri dari air, 65-70 % berat tubuh manusia berupa air. Jaringan
lemak dan tulang mengandung 33 % air, daging 77 %, paru-paru dan ginjal 80 %,
saraf 84 %, plasma 90 % dari ludah 519,5 %. Jadi seluruh tubuh sebagian besar air
(Furon dalam Prawiro; 1979).

14
Untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh tiap hari orang
membutuhkan ± 2 liter air. Air yang masuk tubuh sebanyak 2 liter tersebut
digunakanan untuk berbagai keperluan (Prawiro, 1979).
1) Untuk membangun tubuh dalam membuat, protoplasma di dalam
semua sel.
2) Sebagai medium untuk melarutkan bahan makanan dan
menyelenggarakan transformasi kimia.
3) Untuk mengangkut bahan-bahan buangan hasil metabolisme dan
pencemar lainnya.
4) Untuk melakukan sirkulasi bahan yang diperlukan tubuh.
5) Sebagai regulator dan stabilisator suhu tubuh.
Air juga diperlukan untuk keperluan rumah tangga seperti : makan-minum,
masak-memasak, mencuci, menyiram tanaman kira-kira 90 liter sehari. Untuk
keperluan keindahan dm kebersihan kota diperlukan air, dan juga untuk irigasi
dan industri.
Air di alam dijumpai dalam bentuk air Sumur, danau, laut, bawah tanah,
kabut, awan, juga es dan salju. Tipe air di alam berdasarkan kandungan garam-
garaman yang terdapat di dalamnya digolongkan : air tawar lunak, air tawar sadah
dan air laut. Air dikatakan sadah bila mengandung ion zat kapur, sadah sementara
jika yang larut kalsiumm karbonat, dan sadah tetap jika garamnya kalsium sulfat.
Air yang betul-betul mumi tidak ada karena apa saja dapat larut dalam air.
Air di alam selalu penuh dengan bahan-bahan lain, udara, hasil pembusukan,
cairan-cairan asam, butir-butir lemak, protein, karbohidrat, virus, mikrobia,
ganggang, mineral-mineral tanah dan sebagainya. Jika kandungan bahan-bahan
tersebut terlalu banyak atau ada yang bersifat racun, manusia dan makhluk lain
bisa menderita oleh penggunaan air itu. Dalam keadaan semacam itu dikatakan air
mengalami pencemaran.
Air minum harus cukup bersih, sehingga dapat diminum tanpa diolah
terlebih dahulu. Sehubungan dengan itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu :
1) Bebas kuman penyakit
2) Tidak boleh mengandung zat-zat yang mengganggu.
3) Tidak boleh mengganggu dan mempunyai rasa.

15
4) Harus bening dan tidak boleh berwarna.
Untuk memperoleh air minum yang baik, jika air yang tersedia belum
memenuhi syarat-syarat yang telah diuraikan, harus dibersihkan terlebih dahulu.
Proses pembersihan atau pemurnian air melalui 3 tahap. Pada tahap
pertama dilakukan pembersihan secara mekanik, dengan menjaring partikel-
partikel yang terbawa air. Tahap kedua dilakukan penyaringan secara biologi
terhadap bahan-bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak. Tahap ketiga
dilaksanakan pembersihan secara kimia, air dinetralkan dari bahan-bahan
anorganik berbahaya, selanjutnya dilakukan pembersihan terhadap bau dan rasa
yang masih tertinggal sebelum siap didistribusikan sebagai air minum.

3.3 Cahaya Matahari


Cahaya matahari sangat berperanan dalam kehidupan karena memanaskan
lingkungan hidup dan menyediakan energi lewat bahan pangam yang dishasilkan
tumbuh-tumbuhan. Matahari termasuk bintang berukuran sedang yang seolah-olah
takkan kehabisan cahaya.
Energi matahari mengalir terus tidak ada habis-habisnya. Dalam jaman
kritis energi, matahari merupakan sumber energi ideal. Kecuali tidak akan habis,
juga tidak menimbulkan pencemaran dan tidak akan diaabot negara lain. Yang
diperlukan lokasi yang tidak sering berawan sehingga diperoleh energi sebanyak
mungkin.
Cahaya matahari dibutuhkan untuk memanaskan lingkungan hidup untuk
memungkinkan hidup lebih baik. Energi matahari sudah dimanfaatkan orang
untuk menjemur, pembangkit tenaga listrik, proses energi bumi berasal dan
matahari. Jelaslah betapa besar peranan matahari bagi hidup dan kehidupan kita.

4. RANGKUMAN
Sumber daya pendukung hidup penting artinya supaya kehidupan berjalan
terus. Sumberdaya pendukung hidup terdiri dari: udara diperlukan untuk bernafas
mesti tersedia udara yang cukup bersih terhindar dari pencemaran yang masuk
melalui berbagi proses, baik proses alam maupun budaya, air, untuk menjaga
keseimbangan air amat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari sebagai

16
konsumsi tubuh, untuk keindahan, irigasi dan industri, dan cahaya matahari sangat
berperan untuk memanaskan lingkungan hidup, menyediakan energi untuk
kehidupan.

5. LATIHAN
1) Apakah tinggi tempat mempengaruhi komposisi udara, jelaskan.
2) Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara, usaha-
usha untuk mengatasi.
3) Jelaskan mengapa air bisa berperanan sebagai regulator dan stabilisator
tubuh. Apa yang bisa dilakukan agar proses itu berjalan tidak terlalu cepat
sehingga berbahaya bagi tubuh.
4) Apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran air, usaha-usaha yang
dapat dilakukan serta kendela-kendalanya dalam pelaksanaan.

17
BAB IV
PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MINERAL DAN MASALAH
LINGKUNGAN HIDUP

1. KOMPETENSI DASAR
Sumberdaya mineral dikembangkan melalui aktivitas pertambangan.
Pada masa lalu pengawasan di bidang pertambangan tertuju pada keselamatan
kerja baik bagi pekerja maupun masyarakat disekitar pertambangan. Kini selain
itu masalah lingkungan hidup mendapat perhatian khusus. Ini antara lain
disebabkan penerapan teknologi mutakhir, yang memberi kemungkinan
penambangan endapan yang masa lalu dinilai miskin, sekarang telah bernilai
ekonomi. Hal ini mengakibatkan terjadinya penambangan secara besar-besaran,
sehingga perlu ditanggulangi agar akibat negatif bisa ditekan sekecil mungkin,
terutama dampak lingkungannya. Dilain pihak adanya usaha tambang perlu
dioptimalkan baik secara mikro maupun makro untuk membantu pembangunan
baik, pertanian maupun industri, perlu dipahami pertambangan dan dampak
lingkungannya.

2. INDIKATOR
Sehubungan dengan itu indikator yang dicapai dalam bab ini adalah
mahasiswa mampu :
1.) Menguraikan jenis-jenis usaha pertambangan serta dampaknya terhadap
2.) Menganalisis kerusakan lingkungan
3.) Menguraikan dampak kegiatan pertambangan
4.) Menguraikan pengaturan bidang pertambangan
5.) Menganalisis mengenai dampak lingkungan
6.) Menguraikan UPL dan UKL
7.) Menguraikan dampak pertambangan di Indonesia
8.) Menganalisis beberpa kasus penangannya terhadap masalah lingkungan
hidup

18
3. MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Jenis-jenis Usaha Pertambangan serta Dampak Lingkungannya.
Berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun 1967 dikenal enam macam
kegiatan usaha pertambangan yaitu : Penyelidikan umum, ekplorasi, eksploitasi.
Pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan pemasaran. Penyelidikan umum,
ekplorasi, dan pemasaran belum menimbulkan gangguan keseimbangan
lingkungan hidup yang berarti untuk dipersoalkan. Kegiatan ekploitasi,
pengolahan/pemurnian dan pengangkutan dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan lingkungan hidup yang cukup besar, apabila tidak dilakukan
pengaturan sebagaimana mestinya.
Kegiatan ekplorasi pertambangan dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan permukaan tanah, usaha pengolahan dan pemurnian dapat
mengakibatkan pencemaran air dan pencemaran udara dengan adanya bahan
kimia atau kotoran yang terjadi sebagai akibat penggunaan bahan kimia tertentu
dalam proses pengolahan atau pemurnian.
Dalam pertambangan umum dikenal beberapa macam cara penambangan
yaitu penambangan dalam (under-ground mining), penambangan terbuka (open-
pit mining), penambangan hidrolek (hydrolic mining) dan pengerukan
(Dreadging), yang dapat dilakukan di darat maupun di laut (Katili, 1983).
Penambangan dalam dapat mengakibatkan tanah runtuh, apabila pengisian ruang-
ruang kosong di bawah tanah tidak dilakukan. Disamping itu dapat juga
mengakibatkan turunnya permukaan air tanah. Penambangan terbuka dapat
mengakibatkan tanah menjadi gersang, sulit untuk dihijaukan kembali.
Pengangkutan mineral khususnya minyak bumi telah menimbulkan permasalahan
menimbulkan pencemaran air laut yang berdampak luas yang kadang-kadang
melewati batas negara.
3.2 Kerusakan lingkungan
Pertambangan dikenal sebagai kegiatan yang dapat mengubah romam
muka bumi. Karena itu, pertambangan sering dikaitkan dengan kerusakan
lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa
banyak sekali kegiatan pertambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di
tempat penambangannya. Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa di lain pihak

19
kualitas lingkungan di tempat pertambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja
menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat
pertambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan
kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu, kegiatan pertambangan dapat menjadi
daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi
pertambangan tersebut. Sering pula dikatakan bahwa kegiatan pertambangan telah
menjadi lokomotif pembangunan di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa pertambangan dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih pertambangan
yang hanya mementingkan laba, yang tidak menyisihkan dana yang cukup untuk
memuliakan lingkungannya. Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa investasi
telah menelan banyak biaya, yang bila semuanya dihitung dengan harga dana,
yaitu bunga pinjaman, maka faktor yang paling mudah dihapuskan adalah faktor
lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
memperhitungkannya sebagai biaya dalam kegiatan tersebut, atau dikenal sebagai
internalisasi biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit suatu
pertambangan berubah. Dalam hal ini, faktor harga komoditas mineral sangat
penting, tetapi lebih penting lagi pergeseran cut off grade, yaitu pada tingkat mana
suatu cebakan mineral dapat disebut ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian
untuk meningkatkan teknologi proses.
Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan pertambangan berskala besar,
baik dalam ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula.
Namun, pengendaliannya lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang
menggunakan teknologi yang tidak memadai, apalagi dananya terbatas.
Memang pada kenyataannya, perubahan roman muka bumi yang
disebabkan oleh pertambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan
lingkungan. Untuk mengambil mineral, batuannya harus digali dan dengan
sendirinya tubuh tanah atau soil harus dikupas terlebih dahulu. Di daerah tropis
yang pelapukannya dikenal sangat intensif, tubuh tanah ini sangat tebal.
Tumbuhannya juga beraneka ragam, atau dikenal sebagai keanekaragaman hayati.
Semuanya memerlukan ribuan tahun untuk pembentukannya. Dengan mengupas
tubuh tanah, hilanglah media untuk tumbuhnya tumbuhan. Bahkan, bukan hanya

20
tubuh tanah yang dikupas, tapi setelah batuannya diambil, tinggallah lubang yang
menganga dengan kedalaman yang dapat mencapai 1 kilometer atau lebih.
Proyek pertambangan tembaga-emas di Batu hijau, Sumbawa
direncanakan akan meninggalkan lubang sedalam 1 kilometer dengan diameter
lubang merentang sejauh lebih dari 2 kilometer. Hal yang sama terjadi pula di
Grasberg, Irian Jaya. Namun, karena di sini topografinya sangat tinggi, tidak
terbentuk lubang yang menganga melainkan pemapasan gunung. Material yang
dikeduk mcncapai 66.000 metrik ton per hari. Bayangkan dalam satu hari digali
tanah yang dapat mengurug lapangan sepak bola setebal 11 meter!
Lain halnya dengan kerusakan muka bumi di pulau timah, Bangka.
Orang sering menamakannya pulau dengan seribu lubang. Bayangkan, di pulau ini
terdapat banyak sekali lubang bekas penambangan timah, disebut kolong, seluas
1,6% dari luas pulau Bangka itu sendiri! Jadi, kalau Anda berjalan di Pulau
Bangka, kemungkinan terjerembab masuk lubang hampir 2 persen setiap saat.
Dan jangan lupa, lubang itu berisi air yang dapat menjadi sarang nyamuk Ikan pun
tidak dapat hidup karena keasamannya sangat tinggi akibat penguapan dan
larutnya pasir silika yang membentuk Pulau Bangka.
Di samping pengupasan tubuh tanah dan bopeng-bopengnya muka bumi,
pertambangan juga menghasilkan gerusan batu, mulai dari yang kasar sampai
halus. Gerusan ini adalah sisa, atau ampas, sesudah mineralnya diambil. Ampas
buangan ini, dinamakan tailing, selalu menggunung di sekitar pertambangan.
Kalau tidak menggunung, ampas di buang ke sungai, dan sungai akan berubah
menjadi lapangan pasir. Aliran sungai itu sendiri akan menabrak ke kiri dan ke
kanan yang akhirnya menyebabkan banjir. Dapat dibayangkan binatang di hutan
di tepian sungai itu lari tunggang-langgang. Kalaupun ada manusia, barangkali
mereka juga dapat tergusur oleh banjir itu. Tidak dapat dikatakan bagaimana biota
yang ada di sungai itu menjadi pengap karena airnya terkotori. Kalau tidak mati,
barangkali mereka menyesuaikan diri menjadi biota yang kumuh! Harus diingat
pula bahwa ampas itu sudah melewati berbagai mesin, terowongan; bejana aduk,
dan lain-lain, yang berisi larutan kimia. Wajarlah bila masih melekat aneka zat
kimia pada butirannya. Zat ini, bagaimana pun merupakan zat asing yang bukan
alamiah, yang diintroduksikan ke alam bebas. Logam berat yang tersisa akan lama

21
sekali terdapat dalam alam, dan logam berat ini, misalnya Pb merupakan racun
bagi tubuh manusia.
3.3 Dampak kegiatan pertambangan
Secara ringkas dampak utama kegiatan pertambangan dapat
dikelompokkan dalam kerusakan bentuk permukaan bumi, ampas buangan
(tailing), kebisingan, polusi udara, tumpahan minyak bumi, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan
pengangkut berat karena dihadapkan pada kesadaran umat manusia terhadap
lingkungan, produk mineral Indonesia harus dapat memenuhi berbagai
pembakuan, khususnya di bidang lingkungan, agar dapat diterima pasar. Apalagi
komoditas mineral Indonesia dilempar ke pasar dunia sebagai bahan mentah. Jika
para pemakai tidak mau membeli bahan mentah tersebut karena khawatir produk
mereka ikut tercemari bahan baku yang telah merusak lingkungan, dapat
dirasakan tamparannya terhadap industri mineral Indonesia.
Selain itu, lingkungan strategis pada abad ke-21 diperkirakan akan lebih
menekankan masalah lingkungan dan hak asasi manusia (HAM). Industri
pertambangan yang tidak memperhatikan masalah lingkungan pada akhirnya akan
berkaitan pula dengan masalah pemuliaan sumberdaya manusia. Tanpa sentuhan
untuk memuliakan sumberdaya manusia, kegiatan pertambangan akan sangat
rawan untuk dituduh atau menyerempet pelecehan hak asasi manusia. Sangat
mungkin masalah upah yang jauh di bawah standar akan membuat posisi suatu
industri berada dekat dengan perbatasan pelecehan HAM. Karena itu, pengelola
pertambangan hendaknya tidak terlalu cepat berbangga dengan mengatakan
bahwa perusahaan yang dipimpinnya sangat efisien dan merupakan penghasil
mineral dengan biaya produksi termurah di dunia. Andaikata prestasi itu dicapai
dari komponen biaya upah, hal ini perlu dikaji ulang sehubungan dengan masalah
HAM yang makin mendapat perhatian dari semua pihak.
Posisi Indonesia yang menerima globalisasi dengan kalender 2003 untuk
keterbukaan Asean, 2010 untuk Asia Pasifik, dan 2020 untuk globalisasi total,
menempatkan produk mineral Indonesia untuk harus bersaing dengan bebas tanpa
perlindungan atau preferensi. Semua komponen manajemen harus sudah ikut
bersaing, tanpa ada jenis insentif apa pun. Komponen sumberdaya manusia

22
dengan teknologinva sudah dilepas untuk dapat bersaing bebas. Masalah
lingkungan adalah salah satu komponen yang masuk dalam perhitungan
persaingan itu. Biaya ekstemal yang tadinya dipikul masyarakat harus sudah
masuk sebagai biaya produksi atau biaya internal. Sementara itu, diperlukan pula
audit lingkungan. Sertifikasi diperlukan untuk menyatakan bahwa kegiatan yang
dilakukan telah mengikuti standar pengelolaan lingkungan. Seri ISO 14000 adalah
sertifikasi mengenai lingkungan ini (Tabel 10.1). Jika tidak ada perusahaan audit
Indonesia yang dipercaya oleh World Trade Organization (WTO), dengan
sendirinya perusahaan asing yang harus melakukan auditing ini. Faktor persaingan
ataupun politis bisa sangat rawan untuk menjatuhkan produk Indonesia, jika
memang dikehendaki begitu oleh pihak yang merasa berkuasa. Dalam WTO ada
forum untuk menerima keluhan sekiranya pihak Indonesia merasa dirugikan.
Dasar keluhan itu haruslah profesional. Karena itu, dalam melaksanakan
pengelolaan industri mineral, profesionalisme harus menjadi landasan utama.
Sementara itu, harus pula diingat bahwa pengelolaan sumberdaya mineral
Indonesia adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Salah
Tabel 10.1 Catatan mengenai ISO 9000 dan 14000
ISO 9000 Seleksi, penggunaan kualitas manajemen dan standarjaminan kualitas
9001 Sistem kualitas, model jaminan kualitas desain dan pengembangan
9002 Sistem kualitas, model jaminan kualitas produksi dan instalasi
9003 Jaminan kualitas, pedoman umum prinsip, sistem dan teknik pendukung
manajemen lingkungan
ISO14001 Spesifikasi pedoman penggunaan manajemen lingkungan
14020 Prinsip dasar pelabelan lingkungan
14021 Deklarasi sendiri klaim lingkungan
14022 Simbol-simbol deklarasi sendiri klaim lingkungan
14023 Pengujian dan verifikasi metodologi deklarasi sendiri klaim
lingkungan
14024 Pedoman umum, praktek dan kriteria program dan prosedur sertifikasi
14043 Penilaian dampak daur hidup
14044 Penilaian perbaikan daur hidup

23
satu pengejawantahannya adalah dengan pengembangan wilayah atau community
development. Perusahaan pertambangan berkewajiban ikut mengembangkan
wilayah sekitarnya. Ini juga berkaitan dengan pemuliaan sumberdaya manusia.
Karena mineral adalah kekayaan yang tidak terbarukan, kesempatan untuk
memuliakan manusia di sekitar lokasi pertambangan itu pun hanya satu kali, tidak
dapat diulangi apabila terjadi kekeliruan. Sekali lewat, sudah itu lenyap! Karena
itulah kegiatan ini sesungguhnya merupakan bagian yang amat penting. Persoalan
sejauh mana jangkauan yang disebut wilayah itu, apakah desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi, atau seluruh negeri, harus diperjelas. Sejauh ini wilayah
diartikan sebagai seputar lokasi pertambangan yang merasakan pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menghindari dampak negatii seperti yang telah disebutkan, telah
disiapkan berbagai perangkat peraturan perundangan. Bahkan, peraturan
perundangan itu bukan saja menghindari, menekan, atau meminimumkan
(mitigate) dampak negatif, tetapi berupaya juga untuk mengoptimalkan dampak
positif. Induk dan peraturan perundangan dalam pengelolaan lingkungan hidup
adalah Undang-Undang No. 4/1982 yang petunjuk pelaksanaannya tercantum
pada Peraturan Pemerintah No. 29/1986.
Peraturan perundangan ini kemudian diperbarui dengan Undang-Undang
No. 23/1997, sedangkan peraturan pemerintah diubah menjadi PP No. 51/1993.
Secara garis besar pengelolaan lingkungan hidup mencakup pemanfaatan,
pengaturan, penataan; pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan.
Dalam bidang pertambangan sesungguhnya telah disinggung kewajiban
penambang untuk, di samping membangun dan mengelola pertambangan,
memelihara lingkungan, seperti dinyatakan dalam Bab X Pasal 30 Undang-
Undang No. I 1/ 1967.

3.4 Pengaturan bidang pertambangan


Pengaturan lingkungan hidup di lingkungan pertambangan diturunkan
dan peraturan perundangan yang berlaku di bidang lingkungan hidup dan acuan
lain, yaitu Undang-Undang No. 11/1967 mengenai Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan. Sementara itu, sebagai perbandingan, dilihat pula peraturan umum

24
yang dipakai di negara lain dalam pengelolaan lingkungan di bidang
pertambangan. Pada umumnya pengelolaan lingkungan hidup di bidang
pertambangan ini mencakup:
1. Dasar Peraturan / Pendahuluan
2. Perkiraan Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment, EIA)
3. Persetujuan Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management
Agreement)
4. Program Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management Program,
EMP)
5. Program Pemonitoran Lingkungan (Environmental Monitoring Program)
6. Rencana Rehabilitasi Tambang (Minesite Rehabilitation Program)
7. Pengendalian Polusi (Pollution Control)
8. Rencana Daur Ulang dan Buangan (Recyding and Waste Disposal)
9. Rencana Penutupan Tambang (Minesite Decommissioning).
Substansi yang dibahas berkisar pada komponen-komponen pokok, yaitu
topografi dan tubuh tanah, hidrologi yang menyangkut daerah tadah air hujan, air
bawah tanah, dam, penggunaan air, pemrosesan pertambangan, para pemakai air
di hilir dan sebagainya, dari juga yang menyangkut pengotoran udara. Selain itu,
mencakup juga kebisingan, konservasi, warisan nasional, cagar budaya, sosial,
dan lain-lain. Penelitian dan pengembangan merupakan bagian penting, sebab
dampak lingkungan mungkin berkembang dari waktu ke waktu. Akhirnya,
semuanya ini perlu didukung dengan perkembangan di lapangan melalui
pemantauan atau monitoring.

3.5 Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)


Peraturan perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak
diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982. Pengalaman dalam melaksanakan
undang-undang tersebut menjadi masukan dalam peraturan perundangan yang
baru, yaitu UU No. 23/1997. Salah satu peraturan pengelolaan lingkungan hidup
dalam bidang pertambangan adalah Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No.389K/008/MPF/1995 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

25
Materi mengenai kedua upaya itu disusun dalam bentuk format untuk
mempermudah pelaksanaannya. Adapun format tersebut secara garis besar akan
diuraikan di sini, tetapi secara lebih lengkap dilampirkan pula dalam buku ini.
Berkenaan dengan pengelolaan lingkungan, sebelum memulai sesuatu
kegiatan harus dibuat suatu studi atau telaah mengenai lingkungan, dikenal
sebagai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (disingkat AMDAL). Analisis
ini mencakup kegiatan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Penyajian Evaluasi
Lingkungan (PEL), Kerangka Acuan (KA) untuk penyusunan Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL), dan kerangka Acuan (KA) untuk Studi Evaluasi
Lingkungan. Setahap demi setahap dokumen ini harus disetujui Pemerintah, dan
dalam bidang pertambangan ada Komisi Amdal yang dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal. Di daerah terdapat pula Komisi Amdal Tingkat Daerah. Sesudah
kerangka acuan disetujui, studi dapat dilanjutkan ke tingkat Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL) atau Studi Evaluasi Lingkungan (SEL). Dapat juga
dokumen ini berbentuk Studi dan Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan
(SEMDAL).
Dengan keluarnya PP No. 51/1993, tata caranya menjadi setiap rencana
proyek harus membuat Penyajian Informasi Lingkungan yang mencantumkan
dampak penting yang akan terjadi. Bila tidak terdapat dampak penting, tahap
berikutnya adalah menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL). Bilamana dalam PIL itu temyata terdapat
dampak negatif yang penting, studi perlu dilanjutkan dengan penyusunan Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL). Kemudian, ANDAL ini diikuti dengan Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Bagi proyek yang sudah berjalan ketika PP No. 51 itu dikeluarkan, perlu
dibuat Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) yang mencantumkan dampak
penting dari kegiatan tersebut. Jika tidak ada dampak penting, tahap bcrikutnya
adalah penyusunan RKL dan RPL. Jika terdapat dampak negatif yang penting,
tindakan selanjutnya adalah melakukan Studi Evaluasi Lingkungan (SEL), yang
diikuti dengan penyusunan RKL dan RPL.
Untuk menyederhanakan prosedur, Pemerintah membuat daftar proyek
yang sudah berjalan atau disebut listing yang didasarkan pada luas jangkauan

26
proyek dan skala produksinya. Semua proyek yang termasuk dalam daftar
diharuskan membuat ANDAL, sedangkan yang tidak termasuk daftar diharuskan
membuat UKL dan UPL. Proyek yang termasuk dalam daftar dinamakan
Kelompok I Kelompok yang harus menyusun AMDAL adalah Kelompok II, yaltu
proyek yang berada di lokasi yang sensitif terhadap lingkungan, seperti hutan
lindung, daerah cagar budaya, dan cagar alam. Dalam UU No. 11/1967 mengenai
pertambangan telah dicantumkan pula daerah yang tidak diperkenankan untuk
dijadikan ajang kegiatan pertambangan, antara lain kuburan, cagar budaya,
bangunan penting seperti jembatan, instalasi militer, dan sebagainya.
Penyusunan RKL dan RPL saling berkaitan, karena sering dampak suatu
kegiatan baru dapat dirasakan sesudah kegiatan itu berlangsung beberapa Waktu
lamanya. Karena itulah pcmantauan diperlukan dan perilaku lingkungan harus
diikuti, sehingga pencegahan untuk mengurangi kerusakan lingkungan dapat
segera dilakukan.
Perlu dikemukakan bahwa karena penambangan bahan galian golongan c
menggunakan teknologi sederhana dengan modal yang terbatas dan pada
umumnya dilakukan oleh masyarakat banyak, maka kegiatan penambangan
tersebut cukup dilengkapi dengan Penyajian informasi Lingkungan (PIL).
Penelaahan dan persetujuannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I
sesuai dengan persyaratan untuk mendapatkan Surat Izin Pertambangan Daerah
(S1PD).
Materi umum mengenai AMDAL mencakup rencana proyek, rencana
penambangan (lokasi, luas daerah, keadaan cebakan, hasil tambang, limbah,
bahan berbahaya), literatur, survei sebelumnya, serta rona lingkungan yang
menyangkut iklim, fisiografi, hidrologi, tubuh tanah, biologi, sosial budaya, flora,
dan fauna. Kemudian, bahasan mengenai perkiraan dampak baik dampak fisik,
kimia, maupun sosial buday. Selanjutnya, uraian mengenai rencana pengelolaan,
rencana pemantauan, dan perkiraan mengenai dampak lanjutan (Tabel 10.2).
Dapat ditambahkan bahwa dokumen Amdal harus disusun oleh tim yang
diketahui oleh seorang ahli yang harus bersertifikat minimal Sertifikat Amdal B
dengan para anggota yang ahli di bidang ilmunya masing-masing. Hal-hal yang
harus dicakup dalam dokumen Amdal adalah jumlah manusia yang mungkin

27
terkena dampak, luas yang terpengaruh, lamanya dampak, intensitas dampak,
jumlah komponen yang terkena dampak seperti air, tetumbuhan, dan tubuh tanah,
efek kumulatif dari dampak, dan kemampuan alam untuk memulihkan dirinya.
Efek kumulatif sangat besar dampaknya jika setiap komponen saling berpengaruh
secara sinergik Selain itu, perlu pula diperhitungkan besaran (magnitude) dan
tingkat pentingnya suatu dampak. Dampak terhadap keselamatan manusia
dianggap yang paling penting, tanpa pandang bulu. Dampak terhadap flora atau
fauna langka atau hampir punah akan sangat tinggi tingkat kepentingannya
dibandingkan dengan dampak terhadap flora atau fauna yang masih banyak
populasinya, walaupu besaran dari dampak itu mungkin sama.
Table 10.2 Beberapa ketentuan mengenai Amdal
• Usulan proyek, pelaksanaan, keadaan endapan, penambangan, pengolahan
limbah, hasil tambang, gudang berbahaya.
• Rona lingkungan dan sumberdaya alam setempat, iklim, hidrologi, flora,
fauna daratan, air, laut, sosial ekonomi.
• Perkiraan dampak, rencana penanggulangan
• Dampak lanjutan

Perlu dikemukakan bahwa kursus untuk mendapatkan sertifikasi Amdal ada 3


macam, yaitu kursus A mengenai dasar-dasar Amdal; kursus B memberi
kemampuan untuk menyusun Amdal sampai dengan matriks RKL dan RPL, dan
kursus C untuk para evaluator.

3.6 UPL dan UKL


Hal-hal yang perlu dicantumkan dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah, pertama-tama,
keterangan mengenai latar belakang penyusunan dokumen tcrsebut. Dalam bab
Pendahuluan dicantumkan pemrakarsa, nama penanggung jawab, latar belakang,
maksud dan tujuan, acuan, dan dasar hukum. Pada bab berikutnya diuraikan
rencana kegiatan. Di sini harus dicantumkan jenis dan lamanya kegiatan, rencana
kegiatan itu sendiri, jumlah tenaga, peralatan, bahan baku, limbah yang
ditimbulkan, dan pcralatan penanganan limbah.

28
Bab berikutnya membahas dampak yang diperkirakan akan terjadi, baik
pada tahap persiapan, tahap operasi, maupun pada tahap pasca-operasi.
Selanjutnya, diuraikan bab mengenai komponen lingkungan yang diperkirakan
akan terkena dampak. Pada akhirnya, dikemukakan uraian tentang upaya
pengelolaan lingkungan, baik upaya yang akan dilakukan sesuai dengan perkiraan
dampak, maupun teknis pelaksanaannya yang menyangkut lokasi, pengawas, dan
instansi terkait. Upaya pemantauan lingkungan merupakan bab tersendiri sebagai
kelanjutan UKL, yang menerangkan cara, lokasi, waktu, tolok ukur, serta
pengawas kegiatan pemantauan yang akan dilakukan.
RKL harus mencantumkan rencana untuk mengoptimalkan dampak yang
positif dan mengurangi, menghilangkan, dan meminimumkan (mitigasi) dampak
negatif sampai tingkat yang diperbolehkan (tolerable). Ruang gerak yang
diperbolehkan ini adalah di bawah nilai batas ambang atau nilai baku mutu
(NBM). Pemantauan melalui RPL akan memperlihatkan tingkat pencemaran suatu
kegiatan.
UKL dan UPL, yang dengan matriks ini seorang evaluator melakukan
auditing atau memeriksa pelaksanaan semua rencana. Matriks UKL dan UPL
menggambarkan hubungan antara komponen lingkungan seperti fisiografi,
geologi, hidrologi, biologi, sosial, budaya, dan ekonomi dengan setiap tahap
kegiatan. Kegiatan dibagi dalam 4 tahapan, yaitu sebelum konstruksi, masa
konstruksi, masa opcrasi, dan pasca-operasi. Peta dilampirkan pula untuk
menggambarkan lokasi dengan lebih tepat.

3.7 Dampak pertambangan di Indonesia


Pengusahaan mineral andalan Indonesia tidak lepas dari dampak yang
ditimbulkanrya. Dampak ini sejauh mungkin ditekan, walaupun sulit untuk
dihilangkan sama sekali. Sebaliknya, dampak positif diupayakan untuk mendapat
perhatian dan ditingkatkan. Salah satu upaya yang semakin hari semakin dituntut
masyarakat adalah upaya pengembangan wilayah sekitar atau disebut juga
community development.
Produk mineral andalan Indonesia selama ini adalah timah, emas, perak
dan tembaga, nikel dan bauksit, batubara dan beberapa produk pertambangan

29
yang tidak terlalu besar seperti pasir besi, pasir laut, mangan, dan mineral industri.
Penambangan timah, nikel, bauksit, dan batubara pada umumnya dilakukan
dengan pertambangan terbuka. Emas, perak, tembaga, dan mineral logam lain
ikutannya ditambang baik secara terbuka maupun dengan pertambangan bawah
tanah. Karena sckarang ini teknologi pemrosesan sudah memungkinkan
menambang mineral berkadar rendah, seluruh batuan dapat dikeduk, sehingga
pertambangan logam dasar dapat dilakukan dengan pertambangan terbuka.
Pertambangan emas dari batuan aluvium paling mudah dilakukan dengan cara
mengeduk seluruh endapan. Cara inilah yang paling mempengaruhi bentuk roman
muka bumi. Pertambangan terbuka lebih banyak menimbulkan dampak
lirigkungan dibandingkan dengan pertambangan bawah tanah. Di beberapa tempat
seperti di Ombilin, Sumatera dan pertambangan batubara di Kalimantan Selatan
dan Timur, penambangan dilakukan di bawah tanah. Demikian pula pertambangan
tembaga dan emas di Ertsberg, Irian Jaya pada masa lalu. Di Cikotok dan Gunung
Pongkor, Jawa Barat, emas dan perak ditambang dengan membuat terowongan
bawah tanah.
Jika disarikan, dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pengusahaan
komoditas mineral Indonesia adalah sebagai berikut:
Timah : s, top, veg, a, tail, sosbud
Nikel : s, veg, a, sosbud
Bauksit : s, veg, a, sosbud
Batubara : s, top, veg, a, ud, bis, sosbud
Tembaga : s, top, veg, a, ud, bis, tail, sosbud, wamas
Emas : s, top, veg, a, ud, bis, tail, sosbud, wamas
Perak : s, top, veg, a, ud, bis, tail, sosbud, wamas
Bahan galian golongan c : s, top, veg, wamas
(Keterangan : s, tubuh tanah atau soil; top, topografi atau roman muka bumi, veg,
vegetasi, termasuk flora dan fauna; a, air dan biota; ud, udara berupa polusi; bis,
kebisingan; tail, tailing atau ampas buangan; sosbud, sosial budaya; wamas,
warisan nasional, seperti cagar alam dan cagar budaya).

30
3.8 Beberapa kasus dan penanganannya
1.) Timah
Penambangan timah di Pulau Bangka dan pulau lainnya telah berlangsung
lebih dari 150 tahun. Dampak lingkungan yang dihadapi di sini terutama
menyangkut masalah topografi. Lubang yang ditinggalkan sebagai bekas
penambangan atau istilah setempat disebut kolong, membentuk bopeng-
bopeng pada roman muka bumi. Di Pulau Bangka saja tercatat lebih-
kurang 185 kilometer persegi luas total lubang dibandingkan dengan luas
pulau 11.582 kilometer persegi atau lebih kurang 1,6 %. Lubang ini berisi
air, dan karena pelarutan silika dari pasir yang berkadar silika tinggi serta
penguapan yang cepat, keasamannya cukup tinggi. Ikan tidak dapat hidup
di sini. Air ini tidak mengalir dan merupakan air hujan yang tertampung.
Beberapa lubang yang mempunyai outlet yang baik dapat dimanfaatkan
sebagai tempat persediaan air, karena kesadahannya tidak melewati batas
ambang.
Tanah penutup sudah dikupas sebelum penambangan dimulai.
Penambangan dilakukan dengan cara penyemprotan yang disebut gravel
pump. Air bertekanan besar disemprotkan ke endapan pasir yang
mengandung timah; kemudian, timah mengendap di dasar lubang. Dari
sini, timah dipompa ke tempat pemilahan butir timah atau palong dan pasir
timah diendapkan, sedangkan material lainnya dibuang sebagai ampas
(tailing).
Upaya penanganan lingkungan di sini, selain membatasi penyebaran
ampas buangan, juga mengendalikan penyebaran air dan
mengusahakannya masuk kembali ke dalam kolam untuk pemompaan
kembali. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang paling menonjol adalah
mengupayakan pengembalian tanah penutup. Penanaman kembali daerah
yang sudah ditambang memang sulit karena tanah penutupnya tidak tebal
(15-50 cm), bercampur pasir dengan pH rendah, sekitar 4-6. Apalagi
ampas buangan yang pada umumnya terdiri atas 95% pasir, 4% debu, dan
1% lempung dengan pH rendah, sekitar 3-4 (sangat asam). Upaya
penanaman kembali yang cukup berhasil adalah dengan menggunakan

31
antara lain Melalauce laucadendron, Baeckia frutecens, Tristana, Albizzia
fakata, Accacia mangium, dan Eucalyptus urophyla. Selain persoalan
tanah penutup, masalah lain adalah tumpang-tindihnya penggunaan lahan,
fauna dan flora di darat dan di daerah rawa, kualitas air, perubahan
catchment area, tanah penutup yang terkompaksi karena transportasi, dan
lain-lain.
2.) Nikel
Pertambangan nikel dilakukan di Sulawesi Tenggara dan di pulau-pulau
kecil di bagian utara Propinsi Maluku. Karena pengusahaan mineral nikel
diusahakan dengan cara mengeduk pelapukan batuan ultrabasa
(peridotite), praktis seluruh tubuh tanah diambil. Memang, bagian atas
tubuh tanah dapat dikupas terlebih dahulu, karena relatif scdikit
kandungan uikelnya. Di sini lebih banyak terkonsentrasi besi, sebagai
tudung atau cap.
Pokok permasalahan lingkungan di daerah penambangan nikel adalah
tubuh tanah yang harus dikembalikan lagi dan ditanami. Karena tanah
yang ditinggalkan gundul dan lepas, pengendalian erosi menjadi penting
sebelum sungai terkotori. Penanganan yang utama adalah membuat kolam
pengendapan (settling pond), sedangkan untuk penanaman kembali
digunakan pohon Accasia mangium.
Dampak lingkungan lainnya adalah pengotoran oleh debu pabrik. Dampak
ini diatasi dengan memasang alat pengumpul debu. Dampak sosial dicoba
dipecahkan dengan pengembangan wilayah, antara lain melalui partisipasi
aktif para pemimpin informal, program pemenuhan kebutuhan mendesak
masyarakat, dan juga melibatkan pejabat daerah yang diminta pandangan
dan inisiatifnya.
3.) Bauksit
Penambangan bauksit hampir sama dengan penambangan nikel. Masalah
yang ditimbulkan juga hampir sama, yaitu menyangkut tubuh tanah.
Upaya penanaman kembali adalah kegiatan yang paling menonjol, di
samping pengendalian erosi. Bauksit ditambang di P. Kijang, Riau,

32
sedangkan potensi endapannya yang belum dikembangkan terdapat di
Kalimantan Barat.
4.) Batubara
Pengusahaan sumber daya mineral secara besar-besaran dengan metode
pertambangan terbuka adalah pengusaha batubara. Pengupasan tanah
penutup dilakukan besar-besaran dan batubaranya diangkut sebagai
komoditas. Produksi batubara Indonesia dewasa ini mencapai 60 juta ton
dan sangat mungkin meningkat terus dengan cepat dan dapat mencapai
100 juta ton dalam waktu yang tidak terlalu lama. Nisbah tanah yang
dikupas (stripping ratio), baik tanah penutup maupun batuan yang terdapat
dalam formasi yang mengapit batubara, dapat berkisar antara 3 sampai 5.
Dengan demikia, setiap meter kubik. Tanah buangan ini menjadi masalah
lingkungan yang cukup penting. Disamping harus ditata kembali secara
topografi, juga harus dilakukan penanaman kembali. Batubara banyak
ditambang di Sumatera Selatan, Kalimantan TImur, dan Kalimantan
Selatan.
Lubang-lubang yang ditinggalkan tidak dapat ditata kembali dengan baik.
Biasanya lubang ini berisi air atau lumpur, bukan saja air genangan dari
hujan, namun juga berasal dari rembesan air tanah. Sementara itu,
pencucian batubara dapat pula merusak kualitas air. Material lepas yang
menumpuk sebagai tanah galian sangat mudah tererosi. Karena itu, sungai
dapat tercemari oleh muatan material tanah dan lumpur. Upaya untuk
menangani dampak ini adalah dengan membuat kolam pengendapan.
Dampak lain yang biasa dijumpai dalam pengusahaan mineral batubara
adalah kebisingan yang ditimbulkan peralatan angkutan berat. Selain itu
juga pengotoran udara karena debu dari batubara. Apalagi pada musim
kemarau. Penyiraman secara teratur adalah upaya yang sejauh ini dapat
dilakukan.
5) Tembaga dan emas
Dalam mineral tembaga sering terdapat mineral logam ikutan. Yang paling
dikenal adalah emas dan perak yang kadangkala persentasenya cukup
tinggi sehingga dengan harga emas yang baik, mineral ikutan ini menjadi

33
lebih menguntungkan. Sebaliknya, dapat pula terjadi bahwa dalam
menambang mineral emas terdapat ikutan selain perak, misalnya platina
dan timah hitam. Karena itu, dampak lingkungan yang ditimbulkannya
hampir sama. Pada umumnya penambangan tembaga yang mengandung
emas, atau penambangan emas, dilakukan dengan pertambangan bawah
tanah.
Dampak utama yang ditimbulkan adalah ampas buangan atau tailing.Emas
yang diambil dari setiap ton batuan berkisar antara 3 sampai 6 gram atau
dalam perbandingan 1:200.000 atau 1:300.000. Karena itu, banyak sekali
material yang menjadi ampas atau buangan. Untuk mengambil emas,
batuan dihancurkan sampai ukuran yang halus. Kemudian dicampur
dengan berbagai larutan kimia untuk dapat menangkap logamnya. Di
pertambangan emas Kelian, Kalimantan, misalnya, setiap hari dibuang
sebanyak 20.000 ton ampas.
Dari kompleks pertambangan tembaga-emas Grasberg-Ertsberg di Irian
Jaya, pada tahun 1995 misalnya, dihasilkan material sebanyak 526 ribu ton
per hari. Selama setahun, material yang dikeduk mencapai lebih dari 192
juta ton. Dari jumlah itu, material penutup yang diangkat dan dibuang
sebagai timbunan mencapai 150 juta ton; selebihnya, lebih-kurang 42 juta
ton, diolah. Dari sini sebanyak 40,5 juta ton dibuang sebagai tailing
sesudah diolah dengan menggunakan berbagai zat kimia. Sisanya, yaitu
1,5 juta ton, diekspor sebagai konsentrat. Dalam konsentrat kering ini
dikandung lebih kurang 460 ribu ton Cu, 43,3 ton Au, dan 81,9 ton Ag.
Jadi, untuk mengambil 43 ton emas dan 460 ribu ton tembaga, harus
dikeduk 192 juta ton batuan yang sebanyak 190,5 juta ton di antaranya
kemudian dibuang atau ditimbun. Jumlah ini kira-kira volumenya sama
dengan 8000-10.000 lapangan berukuran 100 m x 100 m yang ditimbun
setebal 1 meter. Ampasnya sendiri berjumlah seperlimanya atau 1600-
2000 lapangan. Betapa luar biasa jumlahnya!
Dalam ampas ini masih terkandung berbagai zat kimia, dan yang paling
berbahaya adalah sianida. Zat kimia ini dapat menimbulkan dampak pada
biota dan kesehatan manusia karena termasuk golongan racun yang

34
mematikan. Selain itu, terdapat pula logam berat seperti air raksa atau
timah hitam. Logam berat ini sulit melarut dari tinggal lama di lingkungan
alam. Logam berat tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan
dapat menimbulkan berbagai penyakit sesudah melampaui masa inkubasi
yang lama yang bisa mencapai 15 tahun lebih. Pihak perusahaan telah
meyakinkan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pemantauan
lingkungan yang terus-menerus, bahwa tailing ini sudah bersih dari
kandungan kimia.
Kelian
Pengusahaan mineral emas di Kelian, Kalimantan Timur, oleh perusahaan
Kelian Equatorial Mining (PT KEM) dilakukan dengan cara tambang
terbuka. Ada dua lokasi penambangan terbuka di sini yaitu Prampus Barat
dan Prampus Timur yang terletak di tepi Sungai Kelian.
Ekstraksi emas di Kelian dilakukan dengan cara konvensional, yaitu
dengan melarutkannya dalam sianida dengan absorpsi karbon. Sianida
yang masih terkandung dalam ampas di sini berjumlah 100 ppm (part per
million), sedangkan batas ambang yang diperbolehkan adalah 0,1 ppm di
sungai bebas. Biasanya pengelolaan sianida yang berkadar 50-100 ppm
dilakukan dengan mencampurnya dengan larutan kimia lain melalui proses
oksidasi klorin, hipokhlorin alkali, ataupun hidrogen peroksida. Dengan
proses kimia ini muncul berbagai dampak lainnya. Karena itu, di Kelian
dipilih proses alamiah, yaitu dengan cara mengguyur air sebanyak-
banyaknya dan menyimpannya dalam kolam-kolam agar terjadi proses
iradiasi oleh sinar ultraviolet dan oleh bakteri.
Ada dua macam indikator yang dipakai dalam memantau sianida, yaitu
jumlah total sianida itu sendiri dan jumlah asam yang sedikit melarutkan
sianida. Racun yang paling berbahaya adalah sianida bebas yang sulit
mengukurnya. Tapi, dengan memantau asam yang melarutkan sianida,
dapat dipantau kadar sianida. Proses pengenceran dilakukan bertahap,
yaitu ampas yang mengandung 100 ppm sianida dengan pH 10,5 dalam
bentuk ampas padat sebanyak 0,21 ton setiap detik dan ampas cair
sebanyak 0,23 ton setiap detik; keduanya dimasukkan ke dalam kolam

35
berisi air 51 juta meter kubik. Di sini terjadi pengenceran menjadi 0,22
ppm dan pH turun menjadi 8,5.
Setelah berada di kolam ini beberapa waktu lamanya (lebih-kurang I
tahun), cairan dialirkan melalui pintu dengan kecepatan 1,7 meter kubik
per detik ke kolam pencucian. Di sini kolam yang berkapasitas 1,5 juta
meter kubik ini diguyur dengan air sebanyak 0,2 meter kubik setiap detik,
sehingga kadar sianida turun menjadi 0,03 ppm. Setelah disimpan dalam
kolam ini selama 3-4 hari, kadarnya turun kembali menjadi 0,02 ppm dan
diguyur kembali dengan air dari sungai Nakan sebanyak 1,9 meter kubik
setiap detik, sehingga konsentrasi tinggal 0,02 ppm dengan pH 7,87. Pada
akhirnya, sesudah memasuki S.Kelian dengan debit 11 meter kubik setiap
detik, konsentrasi ini menjadi < 0,01 ppm dengan pH normal 7,28.
Sementara batas ambang adalah 0, 1. Jadi, dengan cara itu, konsentrasi
pengotoran diturunkan menjadi sepuluh kali lebih rendah dari nilai batas
ambang.
6) Freeport
Pengelolaan dampak lingkungan di pertambangan tembaga-emas
Grasberg, Irian Jaya yang diusahakan oleh PT Freeport Indonesia lebih
rumit karena ukurannya sangat besar. Dampak pertama adalah jumlah
ampas yang mencapai 66 ribu metrik ton per hari. Sekarang, dengan akan
ditingkatkannya produksi menjadi 300 ribu metrik ton per hari, ampas ini
akan menjadi 4 kali lebih besar. Konsentrat yang diambil di sini adalah
tembaga dengan jumlah sekitar 1,06-1,20%, emas 1,10-1,27 gram per ton,
dan perak 2,90-3,79 gram per ton. Sisanya menjadi ampas yang dibuang
ke sungai.
PT Freeport telah bekerja keras dan melaksanakan manajemen tailing
dengan sebaik-baiknya. Namun, masih banyak keluhan dari para pengamat
lingkungan. Menurut pendapat penulis, hal ini lebih banyak disebabkan
oleh kegagalan Freeport dalam membentuk citra dmage). Barangkali akan
lebih mengesankan jika dibuat proyek percontohan yang memperlihatkan
lapangan tailing yang telah diolah menjadi lapangan rumput, yang di

36
atasnya berdiri rumah pemukiman karyawan Freeport, atau berkeliarannya
sapi yang sehat dalam suatu ranch.
Rencana pengerukan sungai, penanaman kembali, pembuatan tanggul, dan
pengaliran sungai telah dibuat dan dicoba dilaksanakan. Pemantauan yang
dilakukan Frecport adalah pemantauan biologi dan kehidupan aquatik,
kualitas air, dan muatan lumpur. Perusahaan telah membuat laboratorium
yang lengkap untuk memantau dampak lingkungan ini dari waktu ke
waktu.
Dampak lingkungan yang sangat unik di pertambangan ini adalah adanya
dugaan menciutnya glasier atau es abadi satu-satunya yang terdapat di
daerah tropis, karena adanya kegiatan pertambangan di sini. Warisan
nasional yang tidak ada duanya di dunia ini terancam punah. Namun,
masih dipersoalkan apakah benar penciutan itu akibat kegiatan
pertambangan? Studi dan pemantauan terus dilakukan. Pihak perusahaan
sendiri menyangkal bahwa menciutnya es abadi itu akibat kegiatan
pertambangan. Ada bukti yang menunjukkan bahwa penciutan es tersebut
sudah ada sebelum kegiatan pertambangan dimulai seperti tampak dari
dengan potret udara dan citra satelit.
Getaran yang disebabkan ledakan dinamit dalam proses penambangan juga
diperkirakan tidak menggetarkan es itu dan lalu mempercepat
pencairannya. Bahkan, menurut studi yang dilakukan perusahaan, getaran
dinamit itu lebih lemah daripada getaran orang yang berjalan di atas es
tersebut. Demikian juga perihal noktah hitam pada es yang diduga berasal
dari emisi pembakaran diesel dan alat berat perusahaan, yang menurut
studi itu ternyata algae yang biasa terdapat pada glasier. Demikianlah,
dampak terhadap glasier ini masih diperdebatkan.
Dampak lainnya yang juga unik adalah masalah sosial budaya. Memang
dapat dibayangkan bahwa kegiatan pertambangan yang menggunakan
teknologi super dan serba modem ini langsung dihadapkan dengan
masyarakat yang berada pada tahap pre-mo. Sudah banyak upaya yang
dilakukan dalam pengembangan wilayah, malahan perusahaan telah
menyediakan dana khusus sebesar 1% dari pendapatan (gross revenue)

37
yang diperuntukkan bagi pengembangan wilayah. Namun, tidaklah mudah
menjembatani tingkat budaya yang perbedaannya amat jauh, sehingga
pelaksanaan pengembangan wilayah masih menimbulkan keluhan dan para
pengamat lingkungan.

4. RANGKUMAN
Menguraikan pengembangan sumberdaya mineral dan masalah
lingkungan hidup. Hal ini disebabkan setiap pengembangan sumberdaya mineral
selalu berdampak terhadp lingkungan hidup. Aspek-aspek yang ditinjau terdiri
dari: jenis-jenis usaha pertambangan serta dampak lingkungannya, kerusakan
lingkungan, dampak kegiatan pertambangan, pengaturan bidang pertambangan,
analisis dampak lingkungan dari pertambangan, upaya pengelolaan lingkungan
dan pemantauan lingkungan, dampak pertambangan di Indonesia dan beberapa
kasus penanganan terhadap masalah lingkungan hidup.

5. LATIHAN
Soal yang diberikan dalam latihan berbentuk tes essay.
1) Jelaskan aktivitas pertambangan dapat mempengaruhi lingkungan hidup
ditinjau dari aspekgeomorfologi.
2) Apakah aspek tanah dan air juga dipengaruhi oleh kegiatan
pertambangan jelaskan.
3) Dalam hal apa Amdal berperan untuk mengurangi dampak negatif dari
pertambangan, jelaskan!
4) Untuk apa mencantumkan UKL dan UPL dalam pengelolaan lingkungan
sebagai dampak usaha pertambangan.
5) Bandingkan beberapa kasus kerusakan lingkungan dan usaha-usaha
mengatasi dari timah, nikel dan batubara.

38
BAB V
PERENCANAAN TATAGUNA
LAHAN BERWAWASAN
LINGKUNGAN

1. KOMPETENSI DASAR
Perencanaan tataguna lahan pada hakekatnya adalah pemanfaatan lahan
yang ditujukan untuk suatu peruntukan tertentu. Permasalahan yang mungkin
timbul dalam perencanaan suatu lahan adalah masalah kesesuaian/kecocokan
lahan terhadap suatu peruntukan tertentu. Pada dasarnya kesesuaian suatu lahan
sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungannya, seperti faktor kelerengan,
iklim, jenis tanah dan batuan, tutupan lahan, satwa liar, hidrologi, dan lain
sebagainya. Dalam bab ini akan dibahas bagaimana metoda penentuan suatu lahan
yang didasarkan atas batasan lingkungan serta pengambilan keputusan dalam
penetapan rencana tataguna lahan.
Hal yang terpenting dalam suatu perencanaan tataguna lahan adalah usulan
rencana lokasi serta tujuan peruntukannya. Usulan rencana lokasi dan tujuan
disiapkan sebagai dasar pertimbangan dan penjelasan umum dari suatu rencana
pengembangan. Rencana lokasi lahan untuk berbagai peruntukan harus konsisten
dengan sasaran dan tujuan. Dalam rencana alokasi lahan harus diikutkan pula
peran masyarakat di dalam pengambilan keputusan. Apabila usulan rencana lokasi
ditolak oleh masyarakat maka harus dilakukan perubahan dan perbaikan untuk
mendapat persetujuan kembali dan apabila telah disetujui maka perencana baru
dapat menyiapkan rencana yang lebih rinci. Untuk itu perlu dipahami perencanan
tata guna lahan berwawasn lingkungan.

2. INDIKATOR
Dalam bab ini tujuan yang ingin dicapai, agar mahasiswa mampu:
1) Menguraikan proses perencanaan Tata Guna Lahan
2) Menguraikan tinjauan data dasar
3) Menyajikan hasil tinjauan data dalam berbagai peta tematik
4) Menganalisis rencana lokasi dan tujuan Tata Guna Lahan

39
3. MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Proses Perencanaan Tataguna Lahan
Ada 3 tahapan didalam proses perencanaan tataguna lahan, yaitu:
(1) Tahap pertama adalah melakukan survei pendahuluan atas data-data
dasar yang meliputi studi pustaka, survei lapangan, serta pekerjaan
laboratorium guna menyusun dan memadukan data dasar ke dalam peta
skala 1: 25.000, selanjutnya dipakai untuk pembuatan laporan.
(2) Tahap Kedua adalah melakukan penilaian kapabilitas lahan dari hasil
tahap pertama untuk berbagai peruntukan lahan, seperti pertanian atau
perumahan. Tahap ketiga adalah menyiapkan rencana lokasi dan tujuan
dari peruntukan lahan.
(3) Tahap ketiga menyiapkan rencan lokasi dan tujuan dari peruntukan
lahan.
3.2 Tinjauan Data Dasar
Tabel 5.1 adalah data-data yang diperlukan pada tahap persiapan dan
inventarisasi data, topik I - X adalah data-data yang berkaitan dengan
lingkungan alamiah, sedangkan XI - XVI adalah data-data yang berkaitan
dengan pertimbangan manusia.
Tabel 5.1 Daftar Kajian Pada Proses Perencanaan Tata Guna Lahan
No Faktor Lingkungan Alamiah
I Topografi
1. Kemiringan lereng
2. Arah kemiringan
3. Elevasi dan relief
II Iklim
1. Curah hujan
2. Angin
3. Temperatur
4. Kelembaban
5. Kabut
6. Kualitas Udara
III. Komunitas Tanaman
IV. Geologi dan Bencana Geologi
1. Batuan dan Struktur Geologi
2. Akuifer
3. Sumberdaya Mineral
4. Longsoran
5. Bencana Gempa bumi

40
V. Tanah
1. Ketebalan tanah
2. Kandungan air
3. Permeabilitas
4. Sifat Muai - Susut Tanah
5. Kapabilitas Untuk Pertanian
6. Kesesuaian Untuk Septic Tank
VI. Drainase
1. Banjir
2. Erosi Sungai
3. Sedimentasi
VII. Lautan dan Garis Pantai
1. Gelombang dan Arus
2. Pendangkalan Pantai
3. Pengangkatan
4. Abrasi
5. Pengendapan
6. Kualitas Air, Polusi, dan Salinitas Air
VIII. Satwa Liar
1. Satwa Darat
2. Satwa Laut
IX. Hidrologi
1. Pasokan air yang sudah tersedia
2. Pembuangan limbah yang tersedia
3. Aliran sungai
4. Potensi pembuangan limbah dan dampaknya
5. Ketinggian muka air tanah
6. Kualitas Air
7. Amblesan karena turunnya air bawah tanah
X Aspek Estetika dan Pemandangan
1. Pemandangan pantai/laut
2. Lingkungan Pegunungan
3. Pengembangan yang sudah ada
Faktor Hukum dan Bangunan
XI Tataguna Lahan
1. Perumahan
2. Perdagangan
3. Pertanian
4. Rekreasi/Pariwisata
5. Peruntukan lainnya
XII Kepemilikan Lahan
1. Perusahaan
2. Perorangan
3. Negara
XIII. Transportasi dan Sarana
1. Jalan negara

41
2. Jalan kota dan kabupaten
3. Pelabuhan
4. Lapangan terbang
5. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
6. Gas dan Tenaga Listrik
7. Jar pipa air dan pembuangan
Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
XIV Populasi dan Ekonomi
1. Jml. populasi dan pertumbuhan
2. Perumahan
3. Perekonomian Utama
4. Potensi Perekonomian Dasar
5. Tenaga Kerja
6. Perpajakan dan Perbankan
7. Pajak-pajak Lainnya
XV. Rekreasi dan Turisme
1. Taman dan Jalan Setapak
2. Pelabuhan dan Marina
3. Pantai
XVI Public Interest Factors
1. Agen pemerintah
2. Badan Perencanaan Daerah

3.3 Hasil Tinjauan Data


Hasil dari kajian pendahuluan terhadap tinjauan data harus disajikan
dalam peta-peta tematik yang terdiri dari :
1) Peta Topografi/Peta Rupa Bumi dan Citra Satelit
2) Peta Kelerengan
3) Peta Vegetasi
4) Peta Geologi dan Peta Rawan Bencana Landslide/Seismik/ Banjir
5) Peta Tanah
6) Peta Hidrologi
7) Peta Tutupan Lahan (Land Cover)
8) Peta Existing Tataguna Lahan
9) Peta Kapabilitas Lahan

Melalui peta tematik tersebut dapat diketahui sebaran data geografi


yang diperlukan untuk perencanaan tata guna lahan. Juga melalui peta
pendekatan geografi seperti : keruangan, kelingkungan dan kompleks

42
kewilayahan dapat dianalisis melalui peta. Dengan demikian perencanaan tata
guna lahan berwawasan lingkungan dapat dikembangkan pada suatu wilayah.

43
3.4 Rencana Lokasi dan Tujuan Tataguna Lahan
Hasil penilaian kapabilitas lahan kemudian diterjemahkan ke dalam
suatu rencana awal dari tujuan penggunaan lahan. Rencana lokasi adalah
suatu alokasi awal dari penggunaan lahan untuk berbagai peruntukan.
Rencana penggunaan lahan harus mencerminkan sasaran dan tujuan yang
hendak dicapai dan harus memenuhi semua aspek dari kelompok kelompok
yang berkepentingan. Pada umumnya rencana lokasi penggunaan lahan
dituangkan dalam suatu peta dasar berskala 1 : 25.000 (1 cm 2 mewakili lahan
seluas 250 meter persegi).
Adapun informasi-informasi yang harus tercakup dalam peta rencana
awal tataguna lahan adalah sebagai berikut:
1) Penyebaran areal pemukiman/perumahan harus mempertimbangkan aspek
kepadatan dan populasi.
2) Pola penggunaan lahan harus mengacu kepada beberapa model yang
terorganisir. Sebagai contoh misalnya di areal perumahan, antar rumah
harus jarak dan ruang terbuka yang membatasi antar kelompok rumah dan
masing-masing bisa mempunyai sarana pendidikan, pusat perbelanjaan,
dan perparkiran sendiri.
3) Pusat pusat komersial dengan menggunakan model antar komplek
pemukiman, komunitas, atau regional.
4) Alokasi lahan bagi kepentingan kantor pemerintah atau lembaga
5) Alokasi areal rekreasi atau taman bermain.
6) Alokasi areal pertanian
7) Alokasi ruang terbuka
8) Alokasi areal industri
9) Lapangan terbang, terminal bis, stasiun kereta api, dsb.nya
10) Sirkulasi jaringan jalan (jalan raya, jalan arteri, dan jalan-jalan kolektor
lainnya)
Setiap rencana harus disertai dengan suatu laporan yang menjelaskan
sasaran sasaran, tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, dari standarisasi. Selain
itu laporan harus memuat diskusi tentang konsep perencanaan, filosofi dan

44
justifikasi, metoda implementasi, dan hasil kajian pendahuluan (feasibility
studies).
Sasaran, merupakan pemyataaan yang sifatnya umum mengenai
keperluan dari perencanaan untuk pembangunan di masa depan terhadap areal
selama periode perencariaan. Pada umumnya periode perencanaan berkisar
antara 25 - 30 tahun.
Tujuan, merupakan pernyataan yang lebih rinci yang berhubungan
dengan aspek aspek utama dari rencana, seperti areal rekreasi, pertanian, dan
industri.
Kebijakan, menjelaskan bagaimana tujuan dapat berhasil. Beberapa
kebijakan dapat terlihat dari diagram rencana lokasi dan di dalam laporan.
Standarisasi, adalah kriteria kuantitatif yang diterapkan untuk
kerapatan rumah tinggal, kebutuhan areal komersial, kebutuhan ruang
terbuka, dan sebagainya.

4. RANGKUMAN
Perencanaan tata guna lahan adalah pemanfaatan lahan untuk suatu
peruntukan tertentu, permasalahan adalah kesesuainnya. Aspek-aspek yang
ditinjau adalah: proses perencanaan tata guna lahan, tinjauan data dasar dari
perencanaan tata guna lahan, hasil tinjauan data dasar dalam berbagai peta tematik
serta menganalisis rencans lokasi dan tujuan tata guna lahan.

5. LATIHAN
1) Sifat dan jelaskan tiga tahapan dalam proses perencanaan tata guna lahan
yang berwawasan lingkungan.
2) Beri penjelasan unsur-unsur iklim mana yang diperlukan untuk analisa
perencanaan tata guna lahan untuk apa masing-masing usur tersebut.
3) Peta tematik apa yang diperlukan untuk perencanaan tanah dan air bagi
daerah kering.
4) Apa peranan peta lereng dalam perencanaan pembangunan sekolah yang
berwawasan lingkungan.

45
5) Apa yang dimaksud dengan kapabilitas lahan dan bagaimana cara
mengukurnya.

46
BAB VI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN ENERGI
SECARA BERTANGGUNG JAWAB

1. KOMPETENSI DASAR
Seperti diketahui sumberdaya alam dan energi dimanfaatkan demi
pembangunan ekonomi bersama dengan sumberdaya manusia, sumberdaya modal,
dan sumberdaya teknologi. Sumberdaya alam dan energi dibedakan kedalam
sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam air, sumberdaya alam energi dan
sumberdaya alam non hayati. Sumberdaya alam dan energi itu ada yang bisa
diperbaharui dan ada pula yang tidak bisa diperbaharui.
Pengelolaan baik yang dapat diperbaharui maupun yang tak dapat
diperbahanri haruslah secara bertanggung jawab, artinya harus secara bijaksana
melestarikan persediaan sumberdaya alam dan energi tersebut sehingga generasi
sekarang dan yang mendatang dapat menikmatinya. Pelaksanaan pengelolaannya
haruslah sedemikian rupa sehingga sumberdaya alam dan energi itu tidak habis,
atau kalau dapat selalu ditingkatkan persediaannya dengan usaha-usaha teknologi
dapat ditingkatkan proses daur ulang (Reksohadiprodjo, 1988). Sehubungan
dengan itu perlu dijelaskan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung
jawab.

2. INDIKATOR
Dalam bab ini indikator yang ingin dicapai, supaya mahasiswa mampu :
1) Menganalisis kebijakan sumberdaya alam yang bertanggung jawab
2) Mengadakan sintesa faktor-faktor yang menentukan tersedianya
sumberdaya alam dan energi yang bertanggung jawab.
3) Menentukan pedoman sumberdaya alam dari energi yang
bertanggung jawab.
4) Menganalisis konflik yang terjadi dalam penggunaan sumberdaya
alam.
5) Menguraikan beberapa masalah umum dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan.

47
3. MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Kebijakan sumberdaya alam dan energi yang bertanggung jawab
Dalam melakukan pengelolaan sumberdaya alam harus mengikuti
tahap-tahap berikut yaitu: pemanfaatan, pengembangan, penataan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, pengendalian.
Menurut Howe, dalam Reksohadiprodjo (1999) mengemukakan
kebijaksanaan sumberdaya alam dan energi yang bertanggung jawab, harus
memenuhi persyaratan berikut :
1) Menjamin kotinuitas produksi serta lingkungan yang baik diwaktu yang
akan datang.
2) Mengandung pedoman, rangsangan serta tindakan yang bertalian dengan
pemanfaatan sumberdaya alam dan energi yang mampu menggerakkan
ekonomi yang efisien.
3) Tidak mengakibatkan pengerusakan lingkungan fisik, sehingga tidak dapat
dipulihkan.
4) Tidak menimbulkan resiko besar pada generasi yang akan datang.
5) Perlu ditegaskan pada kenyataan, negara di dunia saling tergantung,
sehingga kebijaksanaan perlu dikaitkan dengan kesejahteraan bagi seluruh
dunia.
Penggarisan kebijaksanaan ini didasarkan pada berbagai konsep
dasar pengelolaan sumberdaya alam dan energi semenjak tahun 1960-an
dengan munculnya tulisan Bernet dan Marce., yang membicarakan kesulitan
pemanfaatan sumberdaya alam dan energi, tapi dapat diatasi dengan
perubahan/perkembangan teknologi, sehingga kualitas hidup dapat diperbaiki.
Disamping itu perlu diperbaiki prosedur penilaian sosial dan pengambilan
keputusan.
Sumitro Djojohadikusumo (1977) mengemukakan pentingnya kaitan
antara ilmu pengetahuan, sumberdaya dan pembangunan. Ekologi dan
lingkungan sudah mulai dibicarakan. Selanjutnya Katili (1983) dan Zen
(1984) menegaskan bahwa sumberdaya alam memang penting untuk
pembangunan nasional dan perlu dikelola dengan baik, dengan
memperhatikan lingkungan. Dalam hal ini yang penting bagaimana cara

48
memanfaatkan sumberdaya alam untuk pembangunan tanpa merusak
lingkungan.

3.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Tersedianya Sumberdaya Alam dan


Enegeri Di Waktu Yang Akan Datang
Howe dalam Reksohadiprodjo (1988) menyimpulkan faktor-faktor
yang menentukan tersedianya sumberdaya alam dan energi itu dapat
dikelompokkan ke dalam.
1) Faktor teknologi : Dengan penelitian dan pengembangan teknologi,
diharapkan di masa yang akan datang, dimungkinkan timbulnya penemuan
baru yang merupakan terobosan-terobosan ke arah perbaikan.
2) Faktor konsumsi dan gaya hidup : Konsumen memiliki barang-barang dan
jasa yang padat modal dan teknologi. Gaya hidup pamer yang merupakan
peningkatan kualitas hidup banyak terdapat di negara berkembang.
3) Faktor kelembagaan dan pemerintahan campur tangan pemerintah yang
terlalu banyak mematikan kewiraswastaan.
Sampai dewasa ini data dasar sumberdaya alam dan energi relatif
sedikit. Pemerintah tidak mendapatkan data yang sebenarnya dari kontraktor
asing bertalian dengan eksploitasi sumberdaya alam dan energi. Padahal
kebijaksaan yang baik perlu didasarkan pada data dasar yang relatif lengkap.

3.3 Pedoman Bagi Kebijaksanaan Sumberdaya Alam dan Energi yang


Berlanggung Jawab
Kebijaksanaan yang bertanggung jawab karena dapat melestarikan
persediaan sumberdaya alam dan energi sehingga baik generasi sekarang dan
mendatang dapat terus menikmatinya sehingga meningkat mutu hidupnya,
tersirat pula pengertian bahwa pemanfaatannya tidak boleh merusak
lingkungan.
Sehubungan dengan itu Howe dalam Reksohadiprodjo (1988)
mengemukakan berbagai pedoman dasar sebagai berikut :

49
1) Perlu dihindari sistem sumberdaya alami dan energi yang dapat
diperbaharui tidak dapat dipulihkan ke keadaan semula. Perlu ditetapkan
standar minimal yang aman, agar tidak dimanfaatkan secara berlebihan.
2) Perlu dihindari tindakan yang berakibat kondisi lingkungan sekitar tidak
dapat dikembalikan ke asal mula.
3) Perlu dihindari tindakan yang berakibat kondisi lingkungan dunia tidak
dapat dikembalikan ke asal mula.
4) Sedapat mungkin mendasarkan kegiatan ekonomi pada pasar bebas,
ditunjang sistem perpajakan dan penggajian penghasilan yang baik.
5) Perlu adanya rencana pengelolaan sumberdaya alam dan energi yang
baik.
6) Perlu menunjang usaha-usaha penelitian dan pengembangan teknologi
serta masyarakat. Teknologi dapat mengurangi kelangkaan, peran serta
masyarakat dapat mengekang kebutuhan yang tak terbatas.
Di dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang bijaksana banyak
masalah yang dihadapi. Masalah utama yang dihadapi peningkatan produksi
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan komplek
dan masalah lain terjadinya kerusakan iingkungan. Sehubungan dengan itu
terdapat berbagai isu kebijakan sumberdaya alam, dan lingkungan.

3.4 Konflik dalam Pengguraan Sumberdaya Alam


L imbah dapat dibuang ke geosfir, hydrosfir dan atmosfir pada laju
yang melebihi kemampuan sumberdaya untuk berasimilasi dengannya.
Sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang tak dapat dipulihkan
kembali. Strategi yang demikian akan meningkatkan konsumsi barang-barang
dalam jangka pendek, tetapi anan tnenimbulk :n kehancuran bagi kehidupan
manusia.
Laju pengambilan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (pulih)
dan pembuangan limbah dibatasi sampai derajat tertentu. Sehingga dapat
memelihara sistem biologis dalam jangka panjang. Pembuangan limbah akan
sedemikian rupa sehingga efisiensi optimum tercapai. Dalam kenyataan

50
sering tak tercapai, sehingga menimbulkan berbagai konflik penggunaan. Hal
ini dapat dilihat pada sumberdaya alam berikut :
1) Sumberdaya Tanah
Tanah sebagai suatu dasar atau tempat bagi tanaman, maupun
hewan, aliran air, bangunan, transportasi dan sebagainya. Tanah berguna
dalam mendukung kehidupan berbagai mahluk. Tanah juga sebagai
penimbun nilai seperti tempat menyimpan persediaan mineral, minyak
bumi, bijih besi dan sebagainya. Dengan banyak macam penggunaan tanah
maka dengan digunakannya sebidang tanah akan mempengaruhi
penggunaan yang lain sifatnya potensial, sehingga terjadilah konflik
penggunaan.
2) Sumberdaya air
Air sangat berguna dalam rumah tangga untuk mandi dan minum,
dalam kegiatan industri pengelolaan air juga bergunauntuk memanaskan,
mendinginkan, membersihkan, melarutkan, demikian pula air berguna
untuk kegiatan pelayaran, rekreasi, berenang, menangkap ikan dan
bersampan, juga berguna untuk membuang limbah, dan juga mendukung
ekosistem disektor pertanian maupun bukan pertanian. Terdapat
kemungkinan adanya konflik antara berbagai penggunaan dan pula antara
orang-orang yang menggunakan.
Air yang digunakan untuk pembuangan limbah, akan mengurangi
nilai air dalam mendukung ekosistem, juga mengurangi nilainya untuk
rekreasi, dan akan meningkatkan biaya pengolahan untuk mengembalikan
air ke mutu yang baik agar cocok untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, perdagangan maupun industri. Dengan langkanya sumberdaya air
di beberapa tempat akan dapat menimbulkan pertengkaran karena para
pemakai harus bersaing baik untuk penggunaan yang sama maupun untuk
penggunaan yang berbeda.
3) Sumberdaya Udara
Penggunaan udara sangat berarti dalam mendukung kehidupan
manusia dan semua makhluk yang ada di bumi. Dalam hal penggunaan
udara juga terdapat konflik antara penggunaan yang satu dengan

51
penggunaan yang lain. Pembuangan limbah yang berupa asap pabrik dan
asap kendaraan ke udara akan mempengaruhi nilai udara itu untuk
kehidupan manusia.

3.5 Beberapa Masalah Umum Pengelolaan Sumberdaya Alam dan


Lingkungan
Sumberdaya alam dan lingkungan merupakan suatu sistem yang
sangat luas, komplek, dinamis, serta berinteraksi satu sama lain. Usaha untuk
mengubah salah satu komponen dalam dalam sistem itu akan menimbulkan
perubahan dimana-mana dalam sistem tersebut. Sulit untuk meramalkan apa
yang akan terjadi dengan usaha untuk memanipulasi sistem tersebut. Suatu
tindakan belum tentu menimbulkan akibat seketika, dan baru dirasakan
akibatnya setelah melampaui beberapa waktu.
Sebagian besar alternatif tindakan memiliki dampak yang dipahami
berdasarkan pengetahuan terbatas baik yang positif maupun yang negatif.
Apa yang tampaknya menguntungkan bagi seseorang, dapat merugikan bagi
orang lain. Dalam masyarakat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
sumberdaya alam dan lingkungan seringkali mengubah kelembagaan yang
ada serta dorongan perorangan untuk mengambil keputusan.
Kebijakan alokasi sumberdaya alam sangat kompleks, karena
kebijakan itu memperhatikan sistem fisik dan biologis yang kompleks dan
harus dipecahkan dalam sistem sosial dan kelembagaan yang kompleks pula.
Tujuan yang sah juga menunjukkan adanya konflik. Sistem fisik dan biologis
akan menghasilkan adanya suatu gantian, mis jika memutuskan untuk
mencapai tujuan A, akan mengalami kerugian untuk mencapai tujuan B.
Dengan demikian walapun, sudah diketahui berbagai kemungkinan timbulnya
akibat dari suatu keputusan kebijakan, tetap sulit untuk mengambil keputusan.
Hal ini tergantung pada penilaian selatif, berapa diberikan bobot kepada A,
dan berapa kepada B.

52
4. RANGKUMAN
Pengelolaan sumberdaya alam harus secara bertanggung jawab, artinya
harus secara bijaksana melastarikannya sehingga generasi sekarang dan
mendatang dapat menikmatinya, sehingga tidak habis dipakai, atau selalu
ditingkatkan persediaannya melalui usaha teknologi serta dapat ditingkatkan
proses daur ulang. Aspek-aspek yang ditinjau : kebijakan sumberdaya alam yang
bertanggung jawab, faktor yang menentukan tersedianya sumberdaya alam dan
energi, pedoman sumberdaya alam dan energi yang bertanggungjawab, konflik
yang terjadi dalam penggunaan sumberdaya alam dan masalah dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan.

5. LATIHAN
Soal-soal yang dikerjakan adalah :
1) Jelaskan penggolongan sumberdaya dan energi dan apa yang dimaksud
dengan sumberdaya alam dan yang bisa diperbaharui.
2) Dapatkah sumberdaya alam yang dapat diperbaharui menjadi tidak dapat
diperbaharui. Jelaskan !
3) Persyaratan apa yang mesti dipenuhi untuk pengelolaan sumberdaya alam
dan energi yang bertanggung jawab.
4) Jelaskan mengapa kebijakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan
menyangkut bidang yang sangat luas.
5) Mengapa terjadi konflik dalam penggunaan sumberdaya alam
6) Konflik apa yang bisa terjadi di dalam penggunaan sumberdaya tanah,
serta jelaskan usaha-usaha yang bisa ditempuh untuk menanggulanginya.
7) Jelaskan konflik yang bisa terjadi antara berbagai penggunaan sumberdaya
air dan antara orang-orang yang menggunakan.

53
BAB VII
PENGERTIAN SIFAT DAN DIMENSI SUMBERDAYA ALAM

1. KOMPETENSI DASAR
Sumberdaya alam adalah semua unsur tata lingkungan biofisik yang
dengan nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manusia, atau dengan
perkataan lain Sumberdaya alam adalah semua bahan yang ditemukan manusia
dalam alam, yang dapat dipakai untuk kepentingan hidupnya. Sumberdaya alam
dapat dibedakan dalam dua kelompok; 1) berbagai hasil sumberdaya alam seperti
batubara, minyak bumi, air ikan, hasil-hasil pertanian dan sebagainya, 2) tata-
lingkungan fisik seperti : air terjun, pegunungan, tanah yang subur, pantai berpasir
dan lain-lain (Katili, 1983). Rekasahadiprodjo, 1988 membagi Sumberdaya alam
sebagai berikut (lihat gambar 7.1). LAMPIRAN 1. Perlu dipahami pengertian
sumberdaya alam
2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapai agar mahasiswa mampu
1) Menganalisis hubungan antara geologi dan Sumberdaya alam.
2) Menganalisis dan memberi contoh kelangkaan Sumberdaya alam.
3) Menentukan dimensi politik, sosial ekonomi dann internasional
Sumberdaya alam.

3. MATERI PERKULIAHAN
3.1 Geologi dan Sumberdaya Alam
Geologi adalah ihnu yang mempelajari lithosfer, sedang sumberdaya
adalah berbagi faktor produksi yang dimolisasikan dalam suatu proses produksi
atau aktivitas ekonomi seperti modal, tenaga manusia, energi, air, mineral dan
sebagainya (Katili 1983). Seperti yang sudah dikemukakan adalah semua bahan
yang ditemukan manusia dalam alam yang dapat dipakai untuk kepentingan
manusia. Sumberdaya alam dibentuk atau diciptakan oleh alam menurut hukum-
hukumnya, tanpa campur tangan perbuatan manusia secara aktif, tetapi masih

54
pada tingkat bersatu dengan alam dan tunduk pada hukum-hukum alam, manusia
hanya memprosesnya bukan membuatnya.
Semua sumberdaya alam terdapat pada litosfer bisa pada lapisan bumi
seperti mineral bisa pula pada permukaan bumi seperti tanah, air dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu sumberdaya alam erat hubugannya dengan geologi, baik
lapisannya maupun permukaannya. Dalam hal ini kondisi geologi amat besar
pengaruhnya terhadap persediaan maupun pengolahan sumberdaya a1am.
Di dalam sumberdaya dikenal istilah sistem sumberdaya adalah seluruh
rantai kejadian yang dijalani sumberdaya, dari sumberdaya sendiri melalui
transformasi teknologi sampai terciptanya produk akhir dan penyampaiannya
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sistem sumberdaya mineral adalah seluruh
rantai kejadian yang dijalani mineral dari suatu endapan melalui transformasi
teknologi sampai pada torciptanya produk akhir dan penyampaiannya untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Skema sistem sumberdaya mineral dapat dilihat
pada gambar 7.2. LAMPIRAN 1.
Beberapa sifat sumberdaya alam yang perlu mendapat perhatian adalah.
1) Penyebaran sumberdaya alam yang tidak merata.
Salah satu sifat sumberdaya alam adalah penyebaran geografis yang tidak,
merata. Indonesia bagian barat kaya dengan endapan minyak bumi, dan
batubara, di Indonesia bagian timur endapan itu tidak begitu banyak.
Indonesia bagian timur kaya endapan nikel (Sulawesi dan Irian Jaya) dan
jarang ditemukan di Indonesia bagian barat.
2) Saling ketergantungan sumberdaya
Sifat khas yang lain dari sumberdaya alam adalah sifat saling
ketergantungan antara sumberdaya alam yang satu dengan yang lain.
Apapun sumber daya alam yang dikembangkan, efeknya akan terasa pada
sumberdaya alam lain. Contohnya pengembangan sumber minyak bumi di
lepas pantai akan mempengaruhi ikan disekitarnya. Tiap penggalian
sumberdaya alam selalu berdampak lingkungan. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 7.3, LAMPIRAN 2.

55
3) Daur Sumberdaya alam
Sifat saling ketergantungan sumberdaya alam yang satu terhadap yang
lain, baru dapat dimengerti sepenuhnya jika diperhatikan daur sumberdaya
alam. Daur ini bermula dari sumberdaya itu sendiri dalam keadaan mentah
melalui semua tahap dan sistem pengolahan, sampai ke penggunaan. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.4. LAMPIRAN 2.
3.2 Kelangkaan Sumberdaya Alam
Berdasarkan buku Limits to Growth (Batas-batas Pertumbuhan) sumber
daya alam akan menunjang laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi selambat-
lambatnya sampai tahun 2000. Gerakan konservasi Amerika berpendapat :
kecenderungan kesejahteraan sosial dipengaruhi oleh cara pengawetan dan
pengelolaan sumberdaya alam didasarkan prinsip ekonomi dan ekologi. Dengan
memperhitungkan kemungkinan substitusi dan daur ulang, tersedianya
sumberdaya mineral secara fisik bukan suatu masalah, sehingga tidak perlu terlalu
khawatir.
Teknologi dapat menjadikan mineral yang tidak berharga menjadi bahan
penting (Uranium, titanium). Teknologi dapat pula mengakibatkan turunnya harga
komoditi tertentu karena adanya bahan pengganti seperti plastik. Di Indonesia
teknologi modem telah memungkinkan untuk mengebor minyak dan menambang
nikel, aluminium tembaga, yang kadarnya rendah, lokasinya sulit, juga dilepas
pantai. Hal itu menunjukkan secara fisik, sumberdaya alam yang tidak terbarukan,
sedikit kemungkinan akan mengalami kehabisan total.
Perlu pula diingat sumberdaya terbarukan seperti air, tanah, karena
pemakaian yang tak rasional dapat menjadi tidak terbarukan lagi. Dalam hal ini
kita hendaknya membatasi pemakaian sumberdaya dalam menghadapi perubahan
radikal atau yang dapat merusak tersebut.
3.3 Dimensi Politik Sosial Ekonomi dan Internasional Sumberdaya Alam
1) Dimensi politik sumberdaya alam
Sistem sumberdaya alam tidak dapat dihayati seluruhnya hanya
berdasarkan aspek ilmu dan teknologi, perlu diperhitungkan sejumlah
subsistem yang mengaitkan sumberdaya alam serta manajemennya dalam
kerangka pofitik dan sosio ekonomi tempat sumberdaya alam itu

56
ditemukan, diolah dan digunakan. Adanya proyek-proyek sumber daya
alam akan melahirkan tempat-tempat pemukiman baru di daerah terpencil,
akan membuka daerah ini terhadap dunia luar, karena adanya komunikasi
yang baik dan dengan demikian memudahkan pemerintah menjalankan
tugas yang akan membawa stabilitas keamanan di daerah tersebut.
Negara-negara yang kekurangan mineral seperti Jerman, Italia dan
Jepang merupakan negara agresor dalam perang dunia. Tidak dapat
disangkal bahwa persoalan bahan bakulah yang merupakan sebab utama
perang dunia yang lalu.
2) Dimensi Sosio-Ekonomi Sistem sumberdaya alam
Masyarakat dunia tergantung dari sumberdaya atam, karena bahan-
bahan ini adalah mutlak untuk eksistensi hidup manusia. Cara sumberdaya
alam digali dan diolah dan metode penggunaannya akan membawa
pengaruh besar terhadap cara hidup dan struktur masyarakat.
Perkembangan polimer sintetik, penggunaan batubara dalam mesin
uap, minyak bumi dalam mesin-mesin pembakaran dan pembangkit tenaga
listrik, telah melahirkan industri yang baru dan menunjukkan dampaknya,
tidak saja dalam bidang ekonomi tetapi juga pada struktur dan
perkembangan masyarakat industri itu sendiri. Perkembangan energi
industri nuklir disertai segala akibatnya seperti jumlah limbah radioaktif
yang mulai menumpuk yang meletakkan pada pundak manusia suatu
tanggung jawab baru, bukan saja terhadap daerah sekitarnya tetapi juga
terhadap seluruh dunia dan generasi mendatang.
Pengembangan energi dan pembangkit tenaga listrik, melahirkan
industri baru serta menunjukkan dampaknya dalam bidang ekonomi dan
perkembangan masyarakat.
3) Dimensi Internasional sistem sumberdaya alam.
Sistem sumberdaya alam melintasi batas-batas nasional, dan
produk akhirnya biasanya tidak dihasilkan oleh negara penghasil
sumberdaya alam tersebut, sehingga terjadi hubungan internasional. Salah
satu aspek dimensi internasional sumberdaya alam adalah persaingan
antara perusahaan industri di berbagai negara untuk rnendapatkan dan

57
mengamankan sumberdaya alam tersebut. Dimensi internasional juga
menyebabkan saling ketergantungan datam pengadaan juga dalam bidang
teknologi tentang sumberdaya alam.
4. RANGKUMAN
Sumberdaya alam adalah semua bahan yang ditemukan dalam alam yang
dapat dipakai untuk kepentingan hidup manusia untuk memahaminya akan
ditinjau hubungan antara geologi dan sumberdaya, contoh kelangkaan sumberdaya
serta dimensi politik, sosial ekonomi dan internasional sumberdaya alam.

5. LATIHAN
1) Apa yang dimaksud dengan sumberdaya alam dan bagaimana
penggolongannya jelaskan.
2) Buat dan jelaskan gambar sistem sumberdaya mineral, dimana letak
kelemahan kita dalam hal ini.
3) Apa beda persebaran sumberdaya mineral antara Indonesia bagian barat
dan Indonesia bagian timur. Apakah itu berhubungan dengan aspek
geologis, jelaskan?
4) Mengapa perlu saling ketergantungan sumberdaya antara berbagai
negara. Meliputi apa saja ketergantungan tersebut, jelaskan !

58
BAB VIII
SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR

1. KOMPETENSI DASAR
Studi tentang sumberdaya bermula pada sumberdaya lahan, kemudian
muncul sumberdaya air, energi dan seterusnya. Sudah selayaknya jika lahan
ditempatkan sebagai sumber daya utama sebab lahan memiliki segala sifat dan
persyaratan sumberdaya. Tedjojumono (1987) antara lain menyebutkan lahan
mempunyai produktivitas untuk dapat menghasilkan bahan nabati, dari hasil
bahan nabatai selanjutnya dihasilkan bahan hewani. Lahan mempunyai daya
tumpu, menjadi bahan mentah pembuatan aneka barang, berdaya serap terhadap
cairan. Disamping itu lahan dapat menyalurkan sebagian air hujan untuk mengisi
air lahan. sehingga lahan mcrupakan sumberdaya serbadaya serba guna yang
mampu memenuhi kebutuhan kebendaan dan kejiwaan sekaligus menjadi
penyangga sumber daya lain.
Ekonomi sumberdaya lahan mencoba mempelajari hubungan ekonomi
antara manusia dan lahan. Pokok permasalahan ekonomi sumberdaya lahan
berkaitan dengan usaha manusia dalam rnenggunakan lahan dan kelembagaan,
kondisi dan kontrol penggunaannya (barlowe, 1972). Sehubun degan dengan itu
perlu dipahami sumberdaya lahan dan air.
2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapai dalam bab ini adalah mahasiswa mampu :
1) Menganalisis lahan dan penduduk
2) Menganalisis lahan dan pertanian
3) Menganalisis lahan dan air
4) Memberi contoh masalah sumberdaya lahan dan air.

3. MATERI PERKULIAHAN
3.1 Lahan dan Penduduk
Malthus dalam An Essay on Population (1979) menyatakan ada
kecenderungan kuat pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pertumbuhan pasok
bahan makanan terutama disebabkan areal lahan adalah tetap. Erat kaitannya

59
dengan itu dikenal istilah daya dukung lahan. Konsep ini mencoba menjelaskan
hubungan antara luas lahan dan jumlah penduduk. Kepadatan penduduk
merupakan ukuran daya dukung secara kuantitatif, sedangkan daya dukung
kualitatif diukur dengan rasio manusia lahan (man-land ratio).
Pengertian umum daya dukung lahan adalah jumlah individu yang dapat
didukung oleh habitat dalam keadaan sehat dan kuat. Allan mengembangkan
konsep ini menjadi lebih operasional dengan rumus :
100 CL
A=
P
Dengan :
A : Kebutuhan lahan/kapita/ha
C : Luas lahan yang ditanami/kapita pada tahun tertentu.
L : Faktor Penggunaan lahan
L dicari dengan rumus (R + U)/U, dimana R = lamanya lahan
mengangur. U = lamanya lahan ditanami..
P : Potensi luas lahan yang dapat ditanami.

Bertambahnya penduduk secara cepat akan semakin memperkecil daya


dukung lahan. Penyebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan perbedaan
mencolok daya dukung daerah padat dengan daya dukung lahan di daerah kurang
padat. Program transmigrasi bisa dipandang salah satu usaha meningkatkan daya
dukung lahan di daerah padat, disamping usaha mengerem pertumbuhan
penduduk itu sendiri melalui program Keluarga Berencana.

3.2 Lahan dan Pertanian


Masalah pertanian tidak bisa lepas dari lahan, sebab pertanian ada dan
tumbuh karena tersedianya lahan. Pertanian perperan penting dalam pembangunan
ekonomi, khususnya negara ketiga sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian.
Jika ingin menaikkan kesejahteraan cara yang bisa diambil antara lain
membantu menaikkan produksi dan harga yang diterima petani, meskipun cara ini
tidak sepenuhnya menolong semua orang.

60
Sektor pertanian yang relatif lebih “Labor intensive” memungkinkan
menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Disamping itu sektor pertanian
bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern. Namun banyak pula dijumpai
meskipun sektor pertanian menyumbang sebagian besar dari produksi nasional,
justru modal untuk sebagian besar tidak berasal dari pendapatan yang ditabung
oleh sektor pertanian, tetapi sumber modal sebagian besar berasal dari luar negeri.
Sektor pertanian sering pula menjadi sumber devisa melalui hasil ekspor dan
dimanfaatkan untuk import modal. Akhirnya sektor pertanian bisa menjadi pasar,
untuk keluaran-keluaran sektor modern.
Pertanian tangguh yang mampu berfungsi seperti tersebut di atas
menjadi harapan untuk mempercepat proses pembangunan negara-negara sedang
berkembang. Salah satu cara untuk mencapai tujuan adalah perbaikan masalah-
masalah yang menyangkut pemilikan lahan bahkan kalau dipandang perlu bisa
pula dilakukan land reform yaitu perombakan atau reformasi lahan. Di negara kita
untuk land reform luas maksimum tanah yang boleh dimiliki di tetapkan, sisanya
tanah dijual. Kompensasi berupa penjualan kelebihan tanah di atas batas
maksimum sering menjadi masalah karena para pemilik belum tentu menerima
sepenuhnya dari tanah yang harus dijualnya. Ada juga land reform tanpa
kompensasi artinya semua yang tidak dikerjakan sendiri oleh pemilik disita dan
tidak mendapatkan ganti.
Land reform dialkukan karena alasan politik. Land reform akan lebih
berhasil jika diikuti kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pertanian seperti
pengenalan teknologi, perkreditan dan juga masalah pasar serta harga-harga dari
hasil pertanian.

3.3 Lahan dan Air


Setelah lahan air merupakan sumberdaya yang penting karena dapat
menambah kesuburan tanah. Aliran air membentuk sungai, telaga dan rawa-rawa
yang berguna untuk pembangkit tenaga, irigasi bahkan rekreasi. Sebagian aliran
tersebut hilang menguap atau meresap kcdalam tanah membentuk air tanah. Saat
itu hampir tidak ada penggunaan lahan tanpa pemanfaatan air baik secara
langsung maupun tidak langsung.

61
Dibandingkan sumberdaya lain, air memiliki beberapa sifat khusus,
sehingga masalah air tidak cukup diselesaikan per lokal atau regional, namun
telah mencakup kepentingan nasional. Air di bumi ada dalam bentuk stock berupa
air tanah dan air permukaan. Total aliran air lebih bersifat serba kemungkinan.
Proyek-proyek penanganan air permukaan pada dasarnya bertujuan mengatur
aliran yang tidak teratur sedemiltian rupa menjadi tidak merugikan. Pembangunan
waduk, dam atau bendungan tujuannya pada saat air melimpah mampu ditampung
bahkan menyimpannya untuk dipakai jika terjadi kekeringan.
Sifat air yang cukup mencolok, adanya saling ketergantungan antar
pemakai. Saling ketergantungan ini menurut Howe. 1992, dalam Reksodadiprojo
(1988) antara lain :
a) Ketergantungan aliran, jika mereka yang di hulu mengkonsumsi cukup
banyak atau mencemarkan air maka mereka yang dihilir akan kekurangan
air atau menerima air kotor.
b) Ketergantungan kualitas. Beberapa industri mengalirkan bermacam-
macam pencemaran, irigasi mengalirkan pestisida, yang berakibat bagi
pemakai di hilir.
c) Ketergantungan pasar. Ketergantungan pasar tercermin dalam transaksi di
pasar. Pembangunan proyek irigasi mungkin meningkatkan hasil tanaman,
yang berakibat turunnya harga air dibandingkan digunakan untuk industri.

Menurut Ely Wehrwein (1940) dan Reksohadiprodjo (1988) membagi


penggunaan air untuk dua macam tujuan yaitu penggunaan untuk pemungutan
hasil misalnya perikanan dan penggunaan air yang bersifat memiliki langsung
misalnya untuk industri. Berdasarkan sektor-sektor yang memanfaatkan air,
pertanian menjadi konsumen terbesar yang mencakup untuk tanaman pangan,
perikanan, peternakan, dengan tanaman padi yang paling banyak membutukan air.
Sektor industri memerlukan air untuk masukan, pendingin mesin dan juga
membersihkan kotoran. Tekanan penduduk pada akhirnya mempercepat
kebutuhan air disektor rumah tangga yang berakibat makin cepatnya pengambilan
air tanah yang tidak seimbang dengan pengisian kembali.

62
Program-program yang menunjang sektor pertanian antara lain
pemanfaatan daerah rawa, penyelamatan hutan, tanah dan air. Disamping itu perlu
juga diusahakan perlindungan terhadap bencana banjir sehingga awal produksi
maupun pemukiman bisa terlindungi. Usaha-usaha tersebut saat ini sudah
menampakkan hasil dengan berhasil dicapainya swasembada beras pada tahun
1985, diharapkan swasembada tanaman lain mengikuti.

3.4 Masalah Sumberdaya Lahan dan Air


Negara Indonesia yang banyak menuliki pegunungan dengan gunung
apinya, disertai curah hujan yang banyak, serta menuliki lahan yang subur,
endapan mineral yang terdapat di daerah pegunungan merupakan negara yang
punya potensial untuk berkemhang menjadi negara pertanian dan industri yang
cukup maju.
Kondisi seperti ini mengandung potensi yang besar terjadinya bencana
alam seperti lahan longsor, erosi, tanah ambles, letusan gunung berapi dan banjir.
Hal ini akan mempengaruhi kemampuan ekonomi, karena setiap tahun sejumlah
dana harus dialokasikan untuk mengatasi masalah bencana alam, disamping
banyaknya lahan yang rusak karena bencara alam.
Permasalahan yang menyangkut sosial ekonomi antara lain masalah
sistem pemilikan lahan dan semakin banyaknya petani sehingga semakin sempit
areal pertanian terdesak untuk pemukiman, borosnya penggunaan air oleh petani,
distribusi air dan sebagainya. Inti permasalahan pada hakekatnya bersumber
kembali pada laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini menuntut
penyediaan lapangan kerja, kebutuhan material, prasarana yang berarti alam pun
semakin ditekan untuk maksud tersebut. Untuk itu pembangunan seharusnya
memperhatikan kesediaan alam untuk mengikuti baik lokasi, pasokan
sumberdaya, pembuangan sampah maupun aspek lain yang lerkait.

4. RANGKUMAN
Lahan merupakan sumberdaya serba guna yang mampu memenuhi
kebutuhan kebendaan dan kejiwaan sekaligus menjadi penyangga sumberdaya

63
lain. Untuk memahaminya akan ditinjau lahan dan penduduk lahan, lahan dan
pertanian, lahan dan air dan memberi contoh masalah sumberdaya air.

5. LATIHAN
1.) Jelaskan apakah lahan memenuhi syarat sebagai suatu sumberdaya.
3) Setujukah anda bila studi sumberdaya dimulai dari sumberdaya lahan.
Jelaskan hal tersebut.
4) Apa peranan kepadatan penduduk dan rasio manusia lahan dalam
menentukan daya dukung lahan. Jelaskan hal tersebut.
5) Aspek-aspek apa yang ditinjau untuk bisa menentukan pentingnya suatu
lokasi. Mengapa demikian, jelaskan.

64
BAB IX
SUMBERDAYA LOGAM

1. KOMPETENSI DASAR
Logam amat penting artinya bagi pembangunan tertutama pada sektor
industri. Logam mempunyai sifat yang berbeda, misalnya dapat ditempa, dapat
dibentuk, berkilau dan sangat mudah menyerap panas dan merupakan pengantar
arus listrik. Logam sangat berharga untuk usaha-usaha teknologi dan para ahli
sejarah dahulu sudah menggunakan logam untuk berbagai keperluan. Sehubungan
dengan itu perlu dipahami sumberdaya logam.
2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapai dalam bab ini adalah agar mahasiswa
mempunyai kemampuan.
1) Menganalisis besi dan sumberdaya indusiri modern.
2) Menentukan sifat-sirat logam pencampur baja.
3) Membandingkan pengg-unaan logam berat dan ringan
4) Menentukan sifat-sifat logam mulia.

3. MATERI PERKULIAHAN
3.1 Besi Dan Sumberdaya Industri Modern
Besi dan baja merupakan tulang punggung industri modern. Besi dibuat
dari biji besi dengan campuran bahan arang kayu atau batubara (Prawiro, 1980).
Ada tiga golongan endapan besi yang penting ; 1) endapan yang digabungkan
dengan batuan beku, 2) endapan sisa, 3) endapan sedimenter (Skinner, 1984).
Keunggulan besi dan baja ditentukan oleh sifat-sifat besi dan baja yaitu
sebagai berikut :
a. Elastisitas dan kekuatan tidak dapat ditandingi oleh logam lain dan logam
campuran umum.
b. Mempunyai keuletan dan ketahanan tinggi.
c. Dapat dibuat logam campur dengan dicampuri logam atau unsur-unsur lain
untuk memperoleh sifat dan ciri yang dibutuhkan.
d. Harganya relatif murah.

65
Unsur besi terdapat berserakan bersenyawa dengan berbagai unsur lain,
bijih yang banyak ditemukan menurut Prawiro (1985) adalah :
a. Magnetik, besi oksida, anhydrous, hitam, kadar besi72,4 %.
b. Hematit, besi coklat, kadar besi 69,94 %
c. Limonit, besi basah (hydrons), warna coklat, kadar besi 59,8%.
d. Siderit, kandungan besi 48,2 %
e. Sulfida, pirit, markasit, merupakan senyawa besi dan belerang. Meskipun
mineral tersebut mengandung besi, tidak digunakan untuk memproduksi besi,
melainkan untuk mengambil belerang.

Bijih besi biasanya bercampur dengan bahan-baltan lain seperti : silica,


kapur, belerang, fosfor, titanium. Untuk mengolah bijih besi menjadi besi kasar
diperlukan bahan mentah seperti; kokas dan batu kapur, bila besi bersifat asam
ditambah batu kapur, bila basa ditambah dengan silikat asam.
Besi kasar masih sangat kotor, untuk memperoleh besi yang diinginkan
harus dilebur lagi di campur dengan besi kokas dan besi bekas, sampai diheroleh
besi yang cocok.
Untuk mengurangi kadar karbon, silisium dan posfor, digunakan proses
oksidasi yang dilakukan dengan beberapa cara.
a) Pross Besserrner : untuk menghilangkan karbon dan unsur lain.
b) Proses Martin-Siemens, untuk menghilangkan karbon sehingga besi bebas
karbon.
c) Proses Thomas, untuk menghilangkan posfor.
d) Dapur listrik, dapat dibuat baja campur dan baja anti karat kualitas tingi.

Untuk memproduksi besi diperlukan tiga bahan mentah : bijih besi, batu
bara dan batu kapur. Negara penghasil besi yang besar adalah Amerika Serikat,
Kanada, Jerman Barat, Prancis.

3.2 Logam-Logam Pencampur Baja


Besi atau baja biasa sudah mempunyai sifat-sifat yang baik, namun
untuk memperoleh baja yang lebih bermutu atau cocok untuk tujuan-tujuan

66
tertentu harus dicampur dengan logam lain dengan perbandingan yang tepat.
Logam pencampur yang banyak dimanfatkan menurut Prawiro (1980) adalah :
1. Mangan, untuk mengolah baja
Fungsinya : menghilangkan oksigen, memasukkan karbon kedalam baja,
mencegah proses oksidasi, menetralkan pengaruh buruk dari belerang dan
fosfor, membangkitkan kekerasan baja.
2. Khrom
Paling penting dalam pembuatan logam campur yang mempunyai sifat :
kekerasan tinggi, keuletan hebat, daya tahan terhadap pengaruh kimia.
Digunakan dalam industri mobil, pesawat udara, kereta api.
3. Kobalt
Digunakan untuk campuran baja untuk membuat magnet permanen. Dicampur
dengan khrom dan Tungstem untuk membuat alat pemotong berkecepatan
tinggi, silet, alat lain yang mata tajamnya tahan karosi (erosi kimia).
4. Molibden
Digunakan sebagai logam campur, untuk membuat baju yang dipakai sebagai
alat berkecepatan tinggi, seperti mesin turbin, gas dan mesin jet.
5. Tungstem, disebut juga Wolfram
Digunakan sebagai pengeras baja, alat-alat dengan, kecepatan tinggi, membuat
kawat pijar, juga bahan pakaian tahan api.
6. Valadium
Digunakan dalam pembuatan baja untuk mengusir oksigen yang terdapat
dalam baja, dan menyebabkan campuran berbutir halus, ulet dan mempunyai
ketahanan tinggi senyawanya yang disebut asam metavanadik digunakan
sebagai bahan pewania kuning dikenal sebagai brons vanadium.

3.3 Logam-Logam Berat Lain


Industri tidak hanya membutuhkan logam keras, ulet dan tahan seperti
baja, juga memerlukan logam yang punya sifat khusus untuk tujuan tertentu.
Logam tersebut adalah :

67
1) Tembaga
Logam tembaga atau cuprum, sudah lama digunakan orang karena dapat
dikeraskan dan ditempa menjadi berrnacam-macam alat, untuk keperluan
perang atau rumah tangga. Tembaga dapat dicampur dengan berbagai logam,
dicampur timah disebut perunggu, dicampur seng disebut kuningan, dan bila
dicampur dengan nikel dan seng disebut alpaca atau perak baru, untuk
membuat sendok, garpu dan sebagainya. Tembaga banyak digunakan untuk :
industri listrik karena sifatnya yang baik terhadap arus listrik, tahanannya
relatif kecil.
2) Seng
Digunakan untuk atap rumah, membuat logam campur, juga digunakan untuk
membuat batere kering.
3) Timbal
Digunakan untuk perlengkapan atap, melapis bagian dalam pipa air, membuat
aki, pembungkus kabel supaya kedap air, untuk pembuatan huruf cetak,
membuat cat, juga dalam industri kaca.
4) Timah
Digunakan untuk industri kaleng, pembungkus pasta gigi, untuk patri
5) Air Raksa
Penggunaannya untuk memisahkan emas dan perak dari bijihnya, untuk alat-
alat fisika, dan juga pelapis cermin.
6) Nikel
Penggunaannya untuk membuat baja, untuk membuat uang logam, juga
pelapis barang-barang dari besi.

3.4 Logam-Logam Ringan


Logam-logam ringan pada waktu ini lebih banyak diusahakan karena
menghemat pengangkutan serta menghemat energi, lebih-lebih lagi dalam
pengangkutan udara. Sehubungan dengan itu logam ringan makin menjadi pusat
perhatian dan lebih banyak diteliti dan dicoba. Logam-logam ringan yang akan
ditinjau adalah :

68
1) Aluminium
Berat jenis 2,7 ringan, tahan terhadap udara, tidak beracun, tahan pengaruh
kimia, pengantar listrik yang baik serta pengantar panas yang baik.
Kegunaannya untuk perkakas rumah tangga, cat alumunium, industri pesawat
udara. Beberapa mineral senyawa alumunium adalah : karundum, cryalit,
kaolin, bauksit (Prawu•o, 1980).
2) Magnesium
Berat jenis 1,75, merupakan logam lebih ringan dari aluminium, karena
kuatnya diperlukan untuk produksi campuran-campuran tahan karat yang
ringan. Penggunaan utama adalah dalam campuran, khususnya dalam bentuk
oksidanya yang bersifat isolator panas dan listrik. Magnesium digunakan
selain logam campur juga dalam photography dan permainan kembang api.
(Skinner, 1984).
3) Natrium
Berat jenis kurang dari 1. Digunakan untuk membuat beberapa senyawa,
pembuatan serbuk pemutih, pembuatan senyawa karbon.
4) Titanium
Merupakan sifat gabungan antara bobot yang ringan dengan kekuatan serta
daya tahan yang tinggi terhadap karat. Memenuhi persyaratan bila digunakan
untuk industri ruang angkasa dan pembangunan pesawat udara supersonik,
bisa pula digunakan sebagai bahan warna untuk cat (Skinner, 1984).

3.5 Logam Mulia


Dianggap masyarakat sejak dulu sebagai benda berharga,
kenampakannya bagus, tidak lekas rusak dan langka. Logam tersebut adalah :
1) Emas, sifatnya tahan pengaruh kimia, tidak berkarat, tak mudah bereaksi
dengan logam lain. Digunakan dalam bidang keuangan, sebagai cadangan
uang negara, untuk perhiasan, industri gigi, teknik listrik, telepon dan obat.
2) Perak
Dalam beberapa hal sama dengan emas. Punya sifat pengantar listrik yang
baik, berrnanfaat untuk alat listrik, industri fotografi, cermin sensitive.

69
3) Platina
Ada enam logam langka termasuk platina, iridium, palladium, osmium,
chordium, dan rutheimium, sifatnya berat jenis paling tinggi 21 - 22, keuletan
melebihi tembaga, titik lebur tinggi, tidak terpengaruh berbagai asam.
Digunakan dalam industri kimia sebagai katalisator, industri listrik, perhiasan,
kedokteran gigi,

4. RANGKUMAN
Logam amat penting artinya bagi pembangunan terutama pada sektor
industri, sangat berharga untuk teknologi dan sejak dulu telah digunakan untuk
berbagai keperluan. Untuk memahaminya akan ditinjau : besi dan sumberdaya
industri modern, sifat logam pencampur baja, penggunaan logam berat dan ringan
serta sifat dan pemanfaatan logam mulia.

5. LATIHAN
1) Mengapa besi disebut sumberdaya industri modern
2) Sebut dan bandingkan sifat-sifat yang dimiliki berbagai bijih besi. Mana
diantara bijih itu yang paling baik, jelaskan.
3) Jelaskan sifat mangan sebagai logam pencampur baja. Cocokkah sifat
mangan sebagai, pencampur baja yang digunakan untuk membuat gergaji
jelaskan.
4) Jelaskan logam campur yang digunakan untuk membuat perunggu,
kuningan dan alpaca.
5) Apa kegunaan logam tersebut masing-masing jelaskan.

70
BAB X
BAHAN GALIAN INDUSTRI

1. KOMPETENSI DASAR
Kelompok mineral ini banyak dibutuhkan dalam industri seperti :
industri keramik, industri kimia, industri pupuk dan sebagainya. Sehubungan
dengan itu kelompok bahan galian ini disebut sumberdaya industri. Kompetensi
yang ingin dicapai dalam bab ini agar mahasiswa mampu memahami sumberdaya
industri.
2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapai agar mahasiswa mampu:
1) Menditerminasi bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan
sedimen
2) Menguraikan bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan gunung
api
3) Menjelaskan bahan galian industri yang berkaitan dengan industri plutonik
batuan asam dan ultra basis
4) Menguraikan bahan galaian industri yang berkaitan dengan endapan residu
dan endapan letakan
5) Menguraikan bahan galian industri yang berkaitan dengan proses ubahan
hidrotermal
6) Menganalisis bahan galian industri yang berkaitan dengan bantuan
malihan

3. MATERI PERKULIAHAN
3.1 Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Batuan Sedimen
Mengacu pada Tushadi dkk. 1990 kelompok bahan galian ini dibagi
menjadi Subkelompok A: Bahan galian industri yang berkaitan dengan batu
gamping dan Subkelompok B: Bahan galian industri yang berkaitan dengan
batuan sedimen lainnya.

71
3.1.1 Sub Kelompok A
1) Batu Gamping
Dikenal batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang
laut antara lain dari Coelenterate, Moluska dan Protozoa, Foraminifera dan
sebagainya, jenis batu gamping ini sering disebut sebagai batu gamping Koral
karena penyusun utamanya adalah Koral yang merupakan anggota dari
Coelenterate. Batu gamping ini merupakan pertumbuhan/perkembangan
koloni Koral, oleh sebab itu dilapangan tidak menunjukkan perlapisan yang
baik dan belum banyak mengalami pengotoran mineral lain.
Batu gamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping
non klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, sedimentasi.
Oleh karenanya selama proses tersebut terikut jenis mineral lain yang
merupakan pengotor dan memberi warna pada batu gamping yang
bersangkutan. Akibat adanya proses sortasi maka secara alamiah akan
terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenal jenis kalsirudit apabila batu
gamping tersebut fragmental, kalkarenit apabila batu gamping tersebut
berukuran pasir, den kalsilutit apabila batu gamping tersebut berukuran
lempung. Tingkat pengotoran/kontaminasi oleh mineral asing berkaitan erat
dengan ukuran butiranya. Pada umumnya jenis batu gamping ini dilapangan
menunjukkan berlapis. Adanya perlapisan dan struktur sedimen yang lain serta
adanya kontaminasi mineral tertentu yang akan memberi warna dalam
beberapa hal memberikan nilai tambah setelah batu gamping tersebut terkena
sentuhan teknologi.
Selain itu mata air mineral dapat pula mengendapkan batu gamping
yang disebut sebagai endapan sinter kapur. Batu gamping jenis ini terjadi
karena proses kimia di alam, peredaran air panas alam maka melarutlah batu
gamping di bawah permukaan yang kemudian diendapkan kembali
dipermukaan bumi.
Secara kimia batu gamping terdiri dari atas kalsium karbonat (CaCO3).
Di alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar
magnesium yang tinggi mengubah batu gamping menjadi batu gamping
dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga

72
kini rnenyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu gamping di Jawa
umumnya tinggi (CaO > 50%). Selain magnesium batu gamping kerapkali
tercampur dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.
Pada umumnya batu gamping yang padat dan keras mempunyai berat
jenis 2. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang sarang
(porous). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu-abu
muda, abu-abu tua, coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya disebabkan
karena jumlah dan jenis pengotor yang ada. Warna kemerahan disebabkan
oleh mangaan, oksida besi sedang kehitaman karena zat organik. Batu
gamping yang mengalami metamorfose berubah menjadi marmer.
Di beberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya didapatkan
gua atau sungai bawah tanah yang terjadinya berkaitan erat dengan kerjanya
air tanah. Air hujan yang mengandung CO2 dari udara den CO2 hasil
pembusukan zat organik dipermukaan setelah meresap ke dalam tanah dapat
melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang rekahan. Reaksi kimia
yang berlangsung adalah : CaCO3 + 2 CO2 + H2O  Ca (HCO3) 2 + CO2Ca
(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadilah rongga dalam gua atau
sungai di bawah tanah.
Secara geologi batu gamping mungkin berubah menjadi dolomitan
atau dolomit, karena pengaruh pelindian (leaching) atau perserapan unsur
magnesium dari laut ke dalam batu gamping tersebut. Disamping itu dolomit
juga diendapkan secara tersendiri atau bersamaan dengan batu gamping. Ada
hubungan yang erat antara batu gamping dan dolomit seperti dikemukakan
oleh Pettijhon (1949).
Tabel. Tata nama batu gamping sesuai dengan kadar magnesium
Nama Batuan Kadar dolomit (%) Kadar MgO (%)
Batu gamping 0–5 0,1 – 1,1
Batu gamping bermagnesium 5 – 10 1,1 – 2,2
Batu gamping dolomit 10 – 50 2,2 – 10,9
Dolomit berkalsium 50 – 90 10,9 – 19,7
Dolomit 90 – 100 19,7 – 21,8

Pemanfaatan

73
(1) Fondasi rumah, pengeras jalan, bangunan fisik lainnya
(2) Penetral keasaman tanah
(3) Kapur bakar
(4) Bahan bangunan
(5) Bahan penstabilan jalan raya
(6) Bahan baku pembuatan semen portland
(7) Pembuatan karbit : bahan utama pengolahan logam
(8) Tambahan dalam peleburan dan pemurnian baja
(9) Bahan pemutih
(10) Soda abu
(11) Bahan penggosok
(12) Pembasmi hama
(13) Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
(14) Bahan keramik
(15) Industri kaca
(16) Bahan tahan api
(17) Penjernihan air

2) Marmer
Disebut pula sebagai marble, batu pualam, hasil proses metamorfose
kontak atau regional dari jenis batu gamping. Oleh sebab itu jenis dari marmer
sangat tergantung dari jenis batuan asal. Warna asli marmer adalah putih,
tetapi terdapat warna pengotor yang justru Membuat marmer menjadi
menarik. Mineral pengotor antara lain grafit memberi warna hitam-coklat,
pyrit, ilmenit memberi warna coklat-kemerahan. Kadang-kadang didapatkan
juga dalam jumlah sedikit mineral lain yaitu dolomit, kuarsa, mika, khlorit,
plagioklas, epidote, diopsid, piroksen, tremolit, wolastonite, visuvianite,
forsterite, olivin, talk, brucit, serpentin dan periklas. Disamping itu tingkat
metamorfose dari tingkat rendah hingga tinggi berawal dari zeolite facies
hingga granulite facies dan ini tampak pada sayatan petrografi. Berdasarkan
atas kegunaannya marmer dibagi menjadi 2 jenis yaitu marmer ordinario
untuk bangunan dan marmer statuario untuk seni pahat. Marmer apabila

74
digergaji dan dipoles menunjukkan gambaran yang bervariasi dan dikenal
dengan istilah tekstur. Berdasarkan atas teksturnya marmer diklasifikasi
sebagai berikut:
 Statuary marble : tekstur lembut, putih bersih
 Architectural marble : warna, tekstur, mutu dan kekuatan bagus
 Ornamental marble : warna indah dan bervariasi
 Onix marble : mangandung dolomit/arorganit, transparan
 Cipdin marble : mengandung mika dan talk
 Ruin marble : tekstur halus dan seginya tak teratur
 Breccia marble : tekstur kasar dan persegi
 Shell marble : terdapat fosil.
Berdasarkan daya aus dan kekuatan tekan marmer dibedakan:
Kelas Daya aus (mm/menit) Kuat tekan (kg/cm2)
1 < 0.100 1500 – 2000
2 0.100 - 0.130 1200 – 1400
3 0.130 - 0.160 990- 1100
4 < 0.160 300-800

Keindahan marmer sangat ditentukan oleh tekstur, arah pemotongan


terhadap pola tekstur, bentuk penggunaan dan teknik polesan (polishing).
Disamping itu retakan rambut sering terjadi pada marmer yang sudah dipoles
dan ini akan menurunkan kualitas marmer. Untuk mengetahui adanya retakan
rambut pada permukaan marmer ditetesi dengan cairan berwarna. Apabila
terdapat retakan rambut, cairan berwarna akan merembes lewat pori-pori yang
halus.
Marmer tidak tahan terhadap asam/air hujan. Oleh sebab itu bahan
yang terbuat dari marmer seyogyanya terhindar dari sinar matahari atau air
hujan agar polesan tahan lama.

Pengolahan dan Pemanfaatan

75
(1) Bahan bangunan. Setelah block marmer diperoleh, kemudian
digergaji dengan bentuk yang diinginkan dan dipoles dalam bentuk
tegel, baik untuk dinding atau lantai.
(2) Industri rumah tangga, dapat dibentuk patung, hiasan meja.
Pecahan dari marmer dimanfaatkan untuk tegel campuran semen.

3) Gipsum
Gipsum dengan rumus CaSO42H2O mempunyai kekerasan 2 dan
dipakai sebagai salah satu standart kekerasan Mohs. Dilapangan gips
didapatkan dalam bentuk lembaran pipih, kristalin, serabut didaerah batu
gamping, batu gamping dan fumarole. Konsep utama terbentuknya gips adalah
terdapatnya Ca+2 dan SO4-2, yang tersebut terakhir dapat berasal dari belerang
(S) atau pirit (FS2). Adanya kondisi reduksi dari daerah sedimentasi yang
bersifat karbonatan (misal pada batulempung) akan menghasilkan gipsum
yang berlembar pipih. Adanya fumarol dari daerah batuan yang bersifat
karbonatan akan menghasilkan gips kristal. Demikian pula adanya pirit (FeS 2).
Disamping itu gipsum berbentuk akibat hidrothermal yang berdekatan dengan
batuan karbonat akan menghasilkan gips kristal seperti didapatkan di daerah
Ponorogo. Secara teoritis gipsum mempunyai komposisi CaO 32,6%, SO 3
46% dan H2O 20,9%. Dipasaran dikenal
 Gelas maria = selenit; lembaran gips dengan ukuran cukup besar dan
tembus pandang
 Gips serat atau dikenal pula sebagai gips sutra
 Alabaster; jenis gips yang berbutir halus.
 Batu gips; berbutir halus sekali dan kompak
 Gipsum sering didapatkan bersama dengan halit dan anhydrit (Gips:
CaSO4 2H2O; Anhydrit CaSO4).
Pemanfaatan :
(1) Bahan tambahan semen portland
(2) Bahan plester
(3) Bahan pembuat cetakan
(4) Kedokteran

76
(5) Industri kimia
3.1.2 Sub Kelompok B
4) Yodium
Yodium (iodine) merupakan unsur halogen yang terberat dan aktip
didapatkan pada tumbuhan laut dan mata air/sumber air garam (brine).
Yodium sebagai bahan galian berasosiasi dengan cekungan minyak bumi dan
gas bumi ataupun ada pada mata air garam. Yodium terdapat bersama dengan
bromium. Secara garis besar terjadinya yodium diawali sewaktu bitumenal
batuan berubah menjadi minyak bumi, maka larutan yodium dan bromium
kedalam air yang menyertai minyak.
Yodium yang mempunyai nilai ekonomi diperoleh dengan pengeboran.
Yoium saat ini hanya diusahakan oleh pabrik Yodium dan oleh PT. Kimia
Farma Watudakon, Mojokerto yang merupakan kelanjutan dari usaha sejak
jaman belanda. Hasilnya mendapatkan Yodium 120 mg/l.
Pengelompokkan dan pemanfaatan
(1) Bidang industri kimia, sebagai bahan obat-obatan, emulsi fotografi,
film, kertas dan sebagai reagen.
(2) Bidang industri pangan, untuk yodiumsasi garam dapur sebagai
pencegah penyakit gondok. Pemisahan yodium dari air didsarkan
perbedaan berat jenis atau suhu penguapan.

5) Feldspar
Feldspar merupakan kelompok mineral/mineral dengan komposisi
alumunium silikat, potasium (kalium), sodium (natrium) kadang-kadang
Kalsium. Feldspar terjadi selama proses kristalisasi magma baik melalui
proses pneumatolytic ataupun proses hidrothermal dalam urat pegmatik tetapi
jarang terjadi karena proses kristalisasi larutan magma pada suhu rendah.
Feldspar merupakan mineral pembentuk batuan beku terutama pada batuan
beku dalam (plutonicrock) yang bersifat umum tetapi terdapat pula pada
batuan erupsi ataupun metamorf. Pada batuan granit, feldspar berasosiasi
dengan kuarsa, mika, khlorit, beril dan rutil sedang pada batuan pegmatit
feldspar berasosiasi dengan kuarsa, mika dan topas. Mineral feldspar yang

77
paling umum adalah ortoklas (K Al Si3 O8), mikroklin (K Al Si3 08) dan
plagioklas feldsparseris (yang terdapat seri Albite, Oligoklas, Andesin,
Labrodorit, Bytownite, Anortit dengan rumus kimia Na Al Si3 08 Ca Al2
Si2 O8.
Pada dasarnya feldspar mempunyai jaringan struktur tigadimensi
yang disebut tektosilikat dan mempunyai 4 atom oksigen yang membentuk
silikat tetrahedeal, mempunyai warna cerah. Sifat fisik feldspar antara lain
berwarna putih, keabuabuan, hijau muda dan kuning kotor, nilai kekerasan
6,0 – 6,5 (dipakai sebagai skala kekerasan Mohs) berat jenis 2,4 – 2,8,
dengan titik lebur 1.100 – 1.500 0C. Feldspar yang dapat ditambang dan
bernilai ekonomi adalah natrium (Sodium) feldspar kalium feldspar dan
kalsium feldspar.
Pemanfaatan : industri keramik (porselin, gerabah) dan industri
gelas.

3.2 Bahan Galian Industri yang Berkaitan dengan Batuan Gunung Api
1) Obsidant
Merupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya
silika. Pembekuan terjadi demikian cepat sehingga mineral pembentuknya
tidak sempat mengkristal dengan baik dan kedudukan kristalnya tidak
beraturan. Obsidian kebanyakan berwarna putih keabu-abuan hingga hitam,
kadang-kadang ada garis merah kecoklatan dan hitam. Dijumpai pula
obsidian yang berwarna kehijauan, ungu dan warna perak, jenis ini dikenal
dengan obsidian pelangi. Obsidian dengan silika sebagai komposisi utama
mempunyai kekerasan lebih dari 6 menurut skala Mohs, berat jenis 3-3,5,
mempunyai sifat pecahan konkoidal. Menurut reaksi Bowen, mineral silika
akan melebur pada temperatur 700° - 800° C
Pemanfaatan
(1) Pondasi bangunan
(2) Bahan batu mulia
(3) Bahan beton ringan, dinding peredam dan isolasi panas
2) Pumice/Batu Apung

78
Pumice terjadi bila magma asam muncul kepermukaan dan bersentuhan
dengan udara luas secara tiba-tiba. Buih gelas alam dengan gas yang
terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma
membeku dengan tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai fragmen yang
terlemparkan pada saat letusan gunung api dengan ukuran dari kerikil sampai
bongkah. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan,
bahan lepas atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat pula
dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar.
Pemanasan yang dilakukan pada obsidian dari Krakatau, suhu yang
diperlukan untuk mengubah obsidian menjadi batu apung rata-rata 880°C.
Berat jenis obsidian yang semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan
tersebut oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu apung ini mempunyai
sifat hydraulis. Pumice berwarna putih abu-abu, kekuningan sampai merah,
tekstur vesikuler dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik
berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan lubang yang
terorientasi. Kadang-kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit/kalsit. Batuan
ini tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu higroskopis
(mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang-rendah. Kekuatan
tekan antara 30-20 kg/cmz. Komposisi utama mineral silikat amorf
Pengolahan dan Pemanfaatan
• Sebagai bahan bangunan
Sebagai bahan tahan api, dinding penyekat ruangan dalam bentuk
lembaran sifatnya yang hidraulis baik untuk teknik bangunan basah.
Disamping itu berfungsi pula sebagai bahan isolasi panas dan suara
atau untuk isolasi kamar/peredam atau alamari es
• Industri
Sebagai bahan penyaring setelah diproses dengan ukuran butir tertentu
disamping untuk abrasive khususnya bahan poles untuk logam.
3) Belerang
Belerang atau sulfur didapatkan dalam 2 bentuk yaitu sebagai senyawa
sulfida dan sebagai belerang alam. Sebagai senyawa sulfida didapatkan dalam
bentuk galena-PbS, chalkopirit-CuFeS2 dan Pirit-FeS. Kesemuanya terbentuk

79
akibat proses hidrothermal, kecuali yang tersebut terakhir dapat pula terjadi
karena proses sedimenasi dalam kondisi tertentu. Sedang belerang alam unsur
tersebut berbentuk kristal bercampur lumpur atau merupakan hasil sublimasi.
Endapan belerang ini terbentuk oleh kegiatan solfatara, fumarola atau sebagai
akibat dari gas dan larutan yang mengandung belerang keluar dari dalam
bumi melalui rekahan-rekahan, serta selalu berkaitan dengan rangkaian
gunung api aktif. Dengan demikian belerang alam dapat dikelompokkan
menjadi tipe sublimasi dan tipe lumpur. Belerang berwarna kuning, kekerasan
1,5-2,5, berat jenis: 2,05, bila dibakar berwarna biru, menghasilkan gas SO 2
yang berbau tidak enak.
Pemanfaatan untuk :
(1) Industri Gula
(2) Industri Pupuk
(3) Industri Kimia Pokok
(4) Industri Korek Api
(5) Industri Karet
(6) Industri ban luar dan dalam
(7) Penyembuhan sakit kulit

3.3 Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Industri Plutonik Batuan Asam
dan Ultra Basa
1) Mika
Kelompok mika (muskovit, plogopit dan biotit) terbentuk pada tahap
akhir dari proses pembekuan magma yang kekentalannya rendah dan bersifat
asam. Kristal mika berukuran lebar dan berlapis, relatif lunak (kekerasan 2-
2,5) transparan dengan warna bervariasi. Muscovit - KAl 2 (AlSi3) O10 (OH)2,
berwarna putih, kuning kadang-kadang coklat, bersifat fleksibel dan elastis
didapatkan pada batuan beku yang kaya silika dan alumina (pegmatit dan
granit) juga dalam batuan metamorf tingkat rendah-menengah-tinggi antara
lain greenschist dan ampibolit-facies. Plogopit - K(Mg, Fe)3 (AlSi3) O10
(F,OH)2, transparan, fleksibel dan elastis, berwarna coklat muda atau

80
kekuningan terdapat pada batuan metamorf tingkat menengah - tinggi yang
kaya.
Pemanfaatan :
Dengan berat jenis rendah dan bentuk lembaran pemisahan terhadap
mineral lain dilakukan dengan cara floatasi. Merupakan pengantar listrik yang
lemah, dimanfaatkan pada industri mesiu dan industri listrik.
2) Asbes
Asbes adalah nama perdagangan dari mineral tertentu yang dapat
dipisahkan menjadi serabut-serabut dan tidak dapat dibakar. Mineral ini
demikian panjang dan halus sehingga dapat dipintal. Asbes terjadi karena
proses metamorfose (proses serpentinisasi) batuan yang bersifat basa atau
ultra basa. Berdasarkan komposisi dan sifatnya, asbes dibagi menjadi 2
kelompok yaitu:
• Asbes serpentin
Jenis ini dapat dipintal, yang termasuk golongan ini antara lain mineral
krisotil - 3Mg 2SiO2 2H2O; serabutnya lemas dan halus seperti sutera,
warna putih, panjang serabut antara 4-5 inch, sangat kuat, satu ton bahan
ini dapat dipintal sampai 10.000 meter, bila dipanaskan dapat bertahan
hingga 2760° C.
• Asbes amfibol
Jenis ini sukar dipintal, yang termasuk golongan ini antara lain mineral
antofilit - (Fe, Mg) SiO3, terdapat sebagai gumpalan serabut pendek dan
gelas, panjang serabut 4-5 inch, bila dipanaskan dapat bertahan hingga
2760° C. Antofilit selain didapat dialam, dapat pula dibuat dengan
memanaskan magnesium metasilikat yang jauh lebih tinggi dari pada titik
lelehnya dan kemudian dengan cepat didinginkan
Pemanfaatan
Serat dipintal : mutu No. 1 panjangnya ≥ 3/4 inchi, sedang no. 2
panjangnya 3/8 – 3/4 inchi.
(1) Asbes yang dapat dipintal digunakan untuk lapisan pada rem mobil,
pelindung terhadap api, listrik, bahan kimia.

81
(2) Asbes yang sukar dipintal, untuk membuat eternity dibuat dari semen
portland dan serabut asbes golongan 2, pipa asbes untuk mengalirkan
berbagai macam air, larutan bahan kimia, pelindung kabel listrik,
telepon.
3.4 Bahan Galian Industri yang Berkaitan dengan Endapan Residu dan Endapan
Letakan
1) Lempung
Lempung sebetulnya merupakan istilah ukuran butir yang lebih kecil
dari 1/256 mm (menurut ukuran Wentworth). Apabila butir-butir tersebut
sudah kompak kemudian disebut batu lempung. Didalam pembicaraan
masyarakat yang dimaksud lempung sama pengertiannya dengan batu
lempung. Lempung dikelompokan menjadi 2 bagian besar yaitu:
• Lempung residu
Merupakan sejenis lempung yang terbentuk karena proses pelapukan
(alterasi) batuan beku dan dijumpai disekitar batuan induknya. Mutu
lempung ini pada umumnya lebih baik dibandingkan dengan lempung
sedimen. Komposisi lempung residu didominasi oleh mineral ilit,
umumnya dipergunakan untuk bahan pembuatan keramik struktur antara
lain bata, genting dan gerabah.
 Lempung sedimen
Sering disebut sebagai tanah liat. Penyebutan ini didasarkan atas sifatnya
yang liat apabila terkena air. Tanah liat merupakan hasil desintegrasi,
pelapukan kimia, terutama pengaruh H2O dan CO2 dibantu oleh
mikroorganisme terhadap batuan induk. Hasilnya merupakan bagian yang
halus dan tidak larut dalam air. Selanjutnya material ini diangkut oleh air
sebagai suspensi dan akhirnya mengendap berlapis-lapis. Selama proses
pengendapan/pengangkutan sangat dimungkinkan dikotori oleh mineral
yang berukuran halus antara lain kuarsa, besi oksida dan bahan organis.
Sifat yang penting dari lempung adalah plastisitasnya (keliatannya). Sifat
ini dapat diperoleh bila ada air, dan karena sifatnya ini, lempung dapat
dicetak.

82
Derajat keliatannya tergantung dari
 Susunan dan kehalusan dari butiran mineral
 Banyaknya air yang ada didalamnya
 Banyaknya garam lain yang terlarut dalam air
 Jumlah bahan organis yang ada.
Makin banyak bagian-bagian kecil yang aktif (berukuran kurang
dari 0,01 mm) makin tinggi sifat keliatannya. Sifat yang lain ialah bila
tanah liat dipanaskan atau dibakar, hingga sebagian atau semua air yang
dikandungnya menguap, maka sifat keliatannya menjadi kurang atau sama
sekali hilang terus dan akan menjadi keras ataupun diberi air lagi. Sifat
ini yang menguntungkan dari tanah liat untuk dipakai sebagai bahan
bangunan. Untuk membuang air semuanya, didalam praktek tanah liat
dibakar pada suhu 450-750°C. Untuk membuang gas CO, dari batuan
karbonat dan gas SO3 dan gips misalnya maka suhu pembakaran
ditingkatkan lagi antara 950-1250 0C, untuk beberapa jam. Pada suhu
tersebut FeO dapat berubah menjadi Fe2O3, karenanya warnanyapun akan
lebih merah pula, dan kekuatan mekanis dari bahan akan menjadi lebih
tinggi. Perbaikan sifat yang terakhir ini, disebabkan bahwa antara suhu-
suhu tadi ada beberapa mineral akan meleleh, dan setelah dingin akan
membeku kembali dan mengikat mineral-mineral lainnya, sehingga massa
bahan akan menjadi lebih kompak dan keras.
Warna dari hasil produksi disamping tergantung dari pembakaran,
juga tergantung dari perbandingan banyak antara Fe 2O3 dan (CaO +
Al2O3). Makin banyak Fe2O3, makin merah dan sebaliknya akan makin
pucat warnanya. Bila tanah hat mengandung banyak bahan organis,
hasilnya setelah dibakar akan memberikan struktur berlubang/berpori
karena banyak gas terutama CO2 yang keluar. Bahan organis ini berasal
dari tumbuhan atau binatang. Semua pengolahan bahan galian yang
melalui proses pemanasan atau pembakaran yang mengubah sifat keliatan
menjadi tetap keras disebut proses keramik:

83
Berdasarkan atas sifat fisiknya tanah liat dikelompokkan menjadi
• Tanah liat gemuk:
Sebagian besar tersusun oleh hidro alumunium silikat. Sifatnya liat
sekali dan kompak dalam keadaan basah. Pada waktu kering mengkerut
dan dapat pecah, karenanya sukar diolah.
• Tanah liat kurus:
Mengandung pasir kuarsa disamping hidro alumunium silikat. Tanah ini
sifat keliatannya kurang dibandingkan dengan tanah liat gemuk,
karenanya agak lebih mudah dikerjakan. Tanah liat jenis ini yang
umumnya dimanfaatkan untuk pembuatan bahan bangunan.
Antara kedua golongan tersebut dapat dilakukan pencampuran
sehingga diperoleh tanah liat yang sesuai. Untuk mendapatkan hasil baik
dari hasil pencampuran tersebut diperlukan latihan dan pengalaman.
Dimasyarakat sering terdengar beberapa variasi tanah liat dengan
pemanfaatannya, meskipun masing-masing istilah tersebut dengan
mengacu pada proses geologi sudah berbeda dan kehilangan sifat liatnya.
Variasi tersebut:
• Tanah liat putih bersih
Jenis ini disebut pula dengan nama kaolin. Karena harganya yang relatif
lebih mahal, bahan ini jarang dimanfaatkan untuk membuat bahan
bangunan konstruksi.
• Napal = marl = mergel
Jenis ini mengandung mineral karbonat (terutarna Kalsium Karbonat)
lebih besar dari 60%, warnanya putih. Bata yang dibuat dari napal
warnanya tetap putih, biasanya strukturnya berlubang-lubang karena
gas CO2 yang menguap. Bata ini tidak disukai oleh pengusaha
disamping karena warnanya putih juga relatif lebih rapuh.
• Loas
Tanah liat yang kurus yang mengandung cukup banyak pasir kuarsa.
Banyak dipakai untuk membuat bahan bangunan konstruksi. Hasilnya
setelah dibakar susutnya sedikit dan harapan untuk retak juga tidak
banyak

84
• Tanah serpih = shales
Tanah liat jenis ini sudah mengeras, sifat keliatannya sudah rendah dan
tidak akan lebih liat walaupun diberi air. Tidak disenangi karena
perngerjaannya relatif sulit.
• Batu tulis = slate
Batu tulis merupakan hasil metamorfose dari shale. Kenampakannya
sangat keras dan berlembar-lembar. Karena pengerjannya yang sulit,
bahan ini tidak untuk membuat bata, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai
batu tempel.
• Tanah liat tahan api
Sering disebut sebagai ball cay. Cukup baik untuk membuat bata tahan
api antara lain bata kaolinit (titik leleh = 1785° C, bata bauksit (titik
leleh 1732-1850° C) dipakai dalam tanur/dapur ketel. Bata ini tidak
bereaksi dengan bahan dari abu sebagai sisa bahan bakar.
Pemanfaatan :
Tanah liat dimanfaatkan untuk membuat bata merah, genteng,
keramik. Persyaratan untuk genteng dan keramik tingkat pengkerutan
harus sedikit mungkin, tidak mengandung bahan organic yang
menyebabkan genteng/keramik berpasir.

2) Intan
Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula
yang terdiri dari satu unsur yaitu karbon (C). Intan terbentuk bersamaan
dengan pembekuan batuan ultrabasa misal peridotit dan kimberlit. Kristalisasi
intan pada kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95
km) atau lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 1.500 -
2.000° C. Intan mempunyai hablur dengan sistem kubus, umumnya berwarna
bening tetapi kadang-kadang berwarna kebiruan, kehijauan, kemerahan atau
kuning, berat jenis 3,52 dengan kilap adamantin dengan garis tengah atom
1.54° A, kekerasan 10 skala Mohs atau 8000-8500 knop. Sejauh ini tidak
diketahui asal dan arti kata intan yang dalam bahasa Inggris disebut diamond.
Kata diamond yang diturunkan dari bahasa Belanda diamant sebenarnya

85
berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak terhancurkan. Ikatan atom
karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat arah kelemahan atau bidang
belah. Bila mendapat tekanan yang keras maka kristal ini akan terbelah
meninggalkan permukaan atau bidang yang halus sejajar dengan bidang
oktahedron. Sifat ini sangat penting bagi pengrajin intan (lapidan) dalam
membagi intan berbutir besar menjadi butir-butir yang lebih kecil serta dalam
membuat bentuk dan mengasahnya. Sifat lain yang penting adalah dalam
membiaskan dan memantulkan sinar. Sinar yang berbeda akan dibiaskan dan
dipantulkan berbeda arahnya, karena adanya indeks bias. Sebagai contoh
terhadap sinar merah mempunyai indeks bias 2,407, sedangkan indeks bias
terhadap sinar ungu atau lembayung 2,465. Dispersi antara sinar merah dan
ungu tercatat 0,058 ( = 2,465-2,407) dan antara sinar merah dan biru 0,048.
Karena harga dispersi yang sangat tinggi itu maka intan kelihatan
gemerlapan.
Tiap-tiap batu mulia (termasuk intan) dicari dan dihitung berat jenisnya.
Sesudah mengetahui nilai kerasnya, beratnya dapat dihitung dalam karat dari
batu mulia itu. Karat untuk batu mulia (termasuk imtan ) adalah satuan berat
yang setimbang dengan seperlima gram (1 karat = 0.20 gram). Satuan ini
dipakai diseluruh dunia, oleh karenanya disebut karat metrik. Jika kita
timbang berat intan, tidak dikatakan berat intan itu satu gram, melainkan
dikatakan lima karat intan. Agar tdak salah pengertian, harap diketahui bahwa
timbangan karat yang dipakai untuk batu mulia tidak sama dengan satuan
karat yang dipakai untuk emas. Misalnya emas dinamakan 24 karat adalah
jenis emas murni (= 100% Au). Emas disebut 18 karat mengandung 18/24 x
100% = 75% emas murni. Intan Indonesia terkenal karena intan yang paling
keras dan paling berat dibandingkan dengan intan dari negara lain, mungkin
dalam hal ini, disebabkan intan Indonesia mempunyai bentuk kristal kembar.
Di Indonesia intan sering terdapat sebagai endapan aluvial bersama dengan
kuarsa, korundum dan sirkon. Di Indonesia terdapat di Martapura
(Kalimantan Selatan) dalam batuan yang disebut Breksi Pemali dan didaerah
Landak, Sekayan, Sanggau (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kecamatan Permata Intan). Ditempat ini terdapat kampung yang bernama

86
kampung Sungai Gula tempat pemukim penambang intan tradisional.
Kebanyakan intan dari Kalimantan mempunyai warna. Warna yang digemari
adalah Air Laut yang berwarna putih, agak kebiruan seperti air laut, yang
berwarna lebih biru disebut Air Hujan harganya sangat mahal. Warna kuning
merupakan intan yang paling murah. Kesemuanya ditemukan pada endapan
aluvial di sungai purba. Jenis endapan intan yang lain ialah endapan pipa
breksi yang disebut endapan kimberlit, misalnya yang dijumpai di Kimberly
(Afrika) dan Australia Barat. Endapan kimberlit ini mempunyai ciri bahwa
mineral olivin yang berasosiasi telah mengalami proses serpentinisasi. Intan
yang diketemukan di Kalimantan dan berukuran paling besar adalah intan
Trisakti dengan 166,72 karat diketemukan di Kab. Cempaka tahun 1965.
Intan ini digosok di Amsterdam. Menyusul penemuan intan Galuh Cempaka
berukuran 29,75 karat pada tanggal 18 Agustus 1969. Pada tahun itu juga
ditemukan intan Galuh Bulan berukuran 27,5 karat, sedang pada 27
November 1967 ditemukan intan Galuh Badu berukuran 26,50 karat di Kec.
Bati-Bati, Kab. Tanah Laut dan pada tahun 1987 akhir ditemukan lagi intan
dengan berat 50 karat berwarna kuning. Walaupun penelitian tentang intan
tidak pernah berhenti, tetapi orang tidak pernah menemukan batuan asal
intan. Meskipun semula Koolhoven, 1936 menduga asalnya dari Breksi
Pemali, tetapi hingga saat ini pendapat itu belum dapat diyakini oleh semua
orang. Intan ternyata tidak hanya ditemukan dalam endapan Pleistosen
(dahulu disebut Diluvium), tetapi juga dalam lapisan berumur Eosen bahkan
dalam Formasi Manunggul yang berumur Kapur Atas. Dengan demikian jelas
intan setidaknya berumur Pra-Manunggul. Hingga kini intan digali dari
endapan sungai yang berumur Pleistosen hingga sekarang yang terdiri dari
ukuran kerakal sampai lanau.
Pemanfaatan
Terdapat dua jenis intan yang terdapat di alam yaitu intan bening yang
disebut intan mulia atau intan permata, dan intan hitam yang disebut intan
industri. Intan industri digunakan sebagai alat pemotong dan pemoles
misalnya sebagai mata gergaji, mata pahat bor, pemotong kaca, dan bubuk
penggosok, pengasah dan pemoles.

87
Nilai sebuah intanditentukan 4 faktor utama, biasanya disebut 4C yaitu :
carat (berat), colour (warna), clarity (kejernihan atau kebersihan) dan cut
(bentuk asahan). Pada saat ini intan banyak dipakai sebagai perhiasan untuk
keindahan dan status sosial, pada jaman dahulu intan dianggap barang
bertuah.
3) Kuarsa Kristal
Kuarsa kristal dengan rumus kimia SiO2, mempunyai bentuk kristal
hexagonal prisma bipiramida, warna putih seperti susu, mengkilap lemak
tidak mempunyai bidang belah (cleavage), oleh sebab itu sukar dibelah. Pada
suhu kamar tidak akan bereaksi dengan asam atau basa kecuali dengan asam
florida ( = HF). Berat jenis 2,65 dengan kekerasan 7 (dan dipergunakan
sebagai standart skala Mohs). Kekuatan tekan besarnya luar biasa yaitu
20.000 kg/cm2, mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap abrasi
(kikisan). Dipanaskan pada suhu 17100 C akan mencair. Bila didinginkan
secara cepat akan memberikan masa SiO2 amorf. Karena mempunyai kuat
tekan yang sangat besar didalam pemakaiannya dapat menahan beban yang
sangat berat. Karena tidak mempunyai bidang belah maka dalam pekerjaan
pemotongan tidak mudah.
Dialam kristal kuarsa tunggal pernah didapatkan hingga mencapai berat
sampai 130 kg, tetapi ada yang berbentuk kristal sangat kecil. Hal ini sangat
berkaitan dengan cara terbentuknya. Kristal kuarsa (primer) terbentuk dari
pembekuan magma asam, berawal magma pegmatit-pneumatolytic pada
proses hidrothermal temperatur rendah. Dijumpai pula dalam batuan beku
asam misalnya granit. granodiorit, tonalit, juga pada batuan beku hypabisal
(granit, profiri, rhyolit). Didalam batuan sedimen klastik didapatkan sebagai
detrital mineral, ataupun dalam batuan metamorf (phylit, kuarzit, granulit dan
eklogit). Didalam “geode berongga” yang didapatkan didaerah batuan
piroklastik didapatkan pula kuarsa kristal dengan struktur bergerigi. Dikenal
milkyquartz, jenis yang sangat umum, warna putih seperti kabut semata-mata
disebabkan oleh gas dan cairan (air magma). sering didapatkan gelembung
cairan . Rock crystal didapatkan dalam geode berongga, atau pada celah-celah
batuan dolomite. Smokyquartz berwarna terang tampak coklat-hitam (yang

88
berwarna hitam disebut morion), warna ini mungkin disebabkan oleh
pengaruh radioaktif alam. Apabila dipanaskan berubah menjadi kuning
kemudian putih. Bluequartz dijumpai pada batuan metamorf, warna
disebabkan oleh mineral rutil, turmalin atau zoizite. Citrine mempunyai
warna kuning-coklat disebabkan oleh larutan besi hidrat, bila dipanaskan
menjadi putih, dan apabila disinari dengan sinar-X berubah menjadi coklat,
dipergunakan sebagai batu permata jenis topaz dengan nama Brasilian topaz.
Rosequartz, warna disebabkan oleh oksida Mn atau titanium, dijumpai pada
pegmatit, warna hilang bila dipanaskan, dan menjadi hitam bila diradiasi.
Amethyst berwarna violit, disebabkan oleh larutan unsur besi bervalensi tiga,
bila dipanaskan hingga 300 °C, warna berubah menjadi putih, bila sampai
500 °C berubah menjadi kuning, apabila ditembak dengan sinar radioaktif
berubah menjadi violet lagi. Jenis tiger's eye mengandung serat-serat dari
crocodiolite (= pseudocrocidolite = riebeckite, sejenis serpentin),
memperlihatkan warna kuning. Jenis falcon's eye mempunyai warna biru.
Rufilnted quartz mengandung struktur jarum ( = acicular) berwarna kuning
dan merah dari kristal rufile. Aventurine quartz mengandung sisik-sisik dari
mika atau qutit yang memancarkan warna hijau atau coklat-hijau.
Pemanfaatan :
Di Indonesia baru dimanfaatkan sebagai bahan bakupermata,
pengolahan dilakukan dengan pemotongan, pembentukan dan pemolesan.
Juga dapat dimanfaatkan untuk alat-alat optic, seperti lensa, keeping kuarsa
pada mikroskop polarisasi.

3.5 Bahan Galian Industri yang Berkaitan dengan Proses Ubahan Hidrotermal
1) Tawas
Tawas atau alum merupakan persenyawaan garam komplek dengan
rumus kimia K2SO4.Al2(SO4)3 24H2O (= tawas kalium) dan
Na2SO4.Al2(SO4)s 24H2O (= tawas natrium). Di alam tawas didapatkan dalam
2 bentuk yaitu dalam bentuk padat (dalam batuan/seperti yang dijumpai
didaerah Ciater (dekat Bandung) dan dalam bentuk air kawah seperti yang
didapatkan dikawah gunung Ijen. Pada air tersebut mengandung 1 gram K 2O

89
tiap satu liter dan mengandung 1,4 gram Na2O tiap satu liter. Tawas terjadi
dari proses pelapukan dari batuan yang mengandung mineral sulfida didaerah
volkanis (solfatara) atau terjadi didaerah batu lempung, serpih atau batu sabak
yang mengandung pirit (= Fe S) dan markasit (= FeS 2). Kebanyakan tawas
dijumpai dalam bentuk padat pada batu lempung, serpih ataupun batu sabak
Pengolahan dan Pemanfaatan
Bahan tawas yang diperoleh dari hasil penambangan, dibentuk dalam
bongkah-bongkah kecil, kemudian digiling dengan crusher.tahap kemudian
dijemur pada panas matahari dengan cara dibentangkan/ditabur tipis atau
dapat pula dipanggang (roasted) dengan tujuan untuk mengoksidasikan
sulfida menjadi sulfat. Pada tahap akhir bahan yang telah diolah tersebut
dibebaskan dari sulfuric acid, dan didapatkan tawas.
Tawas dimanfaatkan untuk menjernihkan air/air sumur yang keruh. Air
yang telah dijernihkan dengan tawas tidak boleh diminum secara langsung
tetapi harus dimasak terlebih dahulu.
Tawas dimanfaatkan pula sebagai sumber bahan pembuatan natrium
dan kalium, untuk bahan antiseptik, bahan industri farmasi, untuk bahan cat,
bahan penyamak kulit.

3.6 Bahan Galian Industri Berkaitan dengan Batuan Malihan


1) Kalsit
Pada Bab IV nomor 3, diatas dibahas kalsit dengan penekanan mineral
kalsit dengan komposisi CaCO3 murni dan belum terpengaruh oleh
metamorfose. Kalsit yang akan dibahas adalah kumpulan mineral kalsit (batu
kalsit) yang telah terpengaruh oleh proses metamorfose kontak tetapi tekstur
aslinya masih tampak (disebut sebagai tekstur palimses sehingga disebut
sebagai kalsit meta sedimen. Tekstur palimses yang tampak memperlihatkan
seperti kumpulan butir gula batu sehingga sering disebut sugary limestone.
Pada umumnya sugary limestone terbentuk oleh mineral kalsit murni, hampir
tidak pernah ada kontaminan yang berarti sehingga warna putih bersih.
Pemanfaatan

90
Kalsit meta komposisi kimianya CaCO3 sama dengan kalsit
dimanfaatkan
(1) Keperluan optik
(2) Prisma polarisasi pada mikroskop
(3) Keperluan industri
(4) Bahan mentah untuk cat, gelas, plastik, karet, penetral asam, industri
farmasi, penetral asam, pengecoran logam
(5) Industri kertas
(6) Pertanian : pupuk

2) Mika
Sudah diuraikan padaintrusi plutonik uraian ini sebagai pembanding
saja.
Mika merupakan nama sekumpulan mideral yang terdiri dari muskovit
(K-mika = Kal2 (AlSi3)O10(OH)2 = hydrous potasium aluminium silicate),
muskovit (var. fuchsite = K(Al,Cr)2(AlSi3)O10(OH)2 = hydrous potasium
aluminium silicate), phlogopite (Mg-mika) = K(Mg,Fe) 3 AlSi3)3O10(F,OH)2 =
hydrous potasium aluminium silicate), biotite (Mg-Fe-mika) = K(Mg-Fe-
mika) = K(Mg,Fe)3(Al,Fe)Si3O10 (OH,F)2 = hydrous potasium aluminium
silicate, Lepidolite (Li-mika) - K(Li,Al)3 (Si,Al)4O10(F,OH)2 = hydrous
potasium lithium alumunium silicate.
Muscovit pada umumnya memberi kenampakan pipih (tabular),
berfoliasi, seperti sisik merupakan masa yang berlapis-lapis tipis. Warna putih
keperakan, putih atau kuning. kadang-kadang warnanya coklat akibat
kontaminasi hematit atau rutil. Sifat fisik berlapis tipis, kekerasan 2-2,25,
berat jenis 2,76-2,88, fleksible dan elastis, tidak larut dalam asam, tetapi sulit
terbakar. Muscovit merupakan mineral yang sangat umum pada batuan beku
dalam yang kaya akan silika dan aluminium (misalnya pegmatit dan granit),
batuan metamorfose tingkat rendah-menengah-tinggi (misalnya green schist
dun mphi-bolite facies), kadang dijumpai pada batupasir ataupun batuan yang
mengalami diagenesa antara lain pada batu pasir atau napal.

91
Muscovit (var. fuchsite), memperlihatkan kenampakan sangat tipis,
seperti bersisik, warna cerah hingga hijau, kekerasan 2-2,25, berat jenis 2,88,
mudah terbakar dan mudah larut dalann larutan asam. Mineral ini terdapat
pada batuan metamorfose tingkat menengah antara lain sekis, berasosiasi den-
an biotit, dijumpai pula pada marmer yang berasal dari dolomit atau calcshist.
Phlogopite, merupakan bentukan pipih pernah didapatkan berdiameter 2
m, warna coklat muda atau kuning, kadang-kadang menunjukan fioliasi,
lunak yang tingkat kekerasan 2,53, ringan deng-an berat jenis 2,86. belahan
jelas, fleksible, elastis, lembaran warna transparan memantulkan/
menimbulkan warna/kilat senerti mutiara, sulit terbakar, larut dalam asam
sulfat (sedang muskovit tidak larut). Jenis mineral ini dijumpai pada batuan
metamorfose tingkat menengah-tinggi yang kaya magnesium (antara lain
dolomit, peridotit yang mengalami alterasi dan batuan serpentinit. Juga
didapatkan pada batuan kimberlite, batu gamping yang terkena kontak
metamorfose dan pada batuan pegmatit.
Biotite, warna hitam, coklat atau hijau tua, umumnya merupakan
lembaran-lembaran agregat, lunak dengan tingkat kekerasan 2,5-3 cukup
berat dengan berat jenis 2,8-3,2 belahan jelas tetapi kecil-kecil, fleksibel,
elastis, transparan. agak sulit terbakar, larut dalam asam sulfat setelah
dipanaskan. Mineral ini Sangat umum pada batuan beku (misalnya pegmatit,
granit). batuan sedimen ataupun pada batuan metamorf.
Lepidolit, bentuk pipih kecil, oranye, kekerasan 2,5 – 4, berat jenis 2,8-
2,9, belahan jelas, fleksibel, elastic, mudah terbakar, tak larut dalam asam. Di
dapatkan pada pegmatite, pada rekahan batuan beku, berasosiasi dengan
spodumen, dan farmakin.
Pemanfaatannya sama dengan mika pada batuan intrusi.

4. RANGKUMAN
Kelompok bahan galian ini banyak dibutuhkan dalam industri sehingga
disebut sumberdaya industri. Untuk memahaminya akan ditinjau: bahan galian
industri yang berkaitan dengan batuan sediment, berkaitan dengan batuan gunung
api, berkaitan dengan batuan plutonik, berkaitan dengan endapan residu dan

92
endapan letakan, berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal serta yang berkaitan
dengan batuan malihan.

5. LATIHAN
Soal-soal yang dikerjakan antara lai :
1) Sebut sifat-sifat lempung dan jelaskan kegunaannya dalam industri.
2) Jelaskan mengepa semen Portland banyak digunakan. Apa keterkaitan
industri semen dengan batu kapur.
3) Bagaimana bentuk dan sifat-sifat dari mineral asbes, dan sebagai apa
kegunaannya jelaskan.
4) Bedakan antara arang, arang fosil, grafit dan intan, apa hubungannya
masing-masing jelaskan

93
BAB XI
SUMBERDAYA ENERGI

1. KOMPETENSI DASAR
Energi atau tenaga dibutuhkan semua makhluk hidup. Kemajuan
peradaban membutuhkan. lebih banyak energi untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyaraka yang makin beragam. Semula energi berasal dari sumberdaya organis,
kemudian angin, panas matahari, sekarang diperlukan sumberdaya berkapasitas
besar, murah dan enak pemakaiannya. Yaitu energi yang berasal dari sumberdaya
mineral.
Energi mineral yang berkembang semula batubara lalu minyak bumi, inti
atom, yang dapat diambil tenaganya adalah atom-atom radioaktif. Perlu dipahami
sumberdaya energi
2. INDIKATOR
Indkator yang ingin dicapai dalam bab ini agar mahasiswa mampu :
1) Menganalisis sifat dan pemanfaatan energi batubara.
2) Menganalisis sifat dan pemanfaatan energi minyak bumi
3) Menganalisis sifat dan pemanfaatan energi gas alam.
4) Menganalisis sifat dan pemanfaatan energi inti atom.
5) Menganalisis sifat dan penggunaan energi altematif.

3. MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Sumber Energi Batubara
Terbentuk dari tumbuhan yang mengalami proses fosilisasi. Batubara
tertua terbentuk pada jaman karbon + 250 juta tahun yang lalu. Tumbuhan yang
mati dan mengandung unsur C,H,O,N, mengalami proses metamorfosa. Proses ini
menyebabkan keadaan karbon makin tinggi. Bahan baku batubara adalah bahan
sel atau selulosa dan bahan kayu atau lignit penyusun tumbuhan. Golongan ini
disebut batubara antrasit, ada juga batubara bitumen sifatnya remah mengandung
gas, dipakai dalam pabrik pembuatan gas.
Di dalam mempelajari cara terbentuknya batubara dikenal 2 teori yaitu
teori insitu dan teori drift (Krevelen, 1993). Teori insitu menjelaskan, tempat

94
dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya proses coalification
dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan tersebut berkembang. Oleh sebab
itu beberapa penciri yang suatu daerah tambang batubara antara lain di dapatkan
getah tumbuhan yang telah membatu disebut Harz disebt damar solo/gandarukem,
juga didapatkan impirint/tikas tulang daun.
Teori draft menjelaskan endapan batubara yang terdapat pada cekungan
sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara tersebut mengalami
proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Harst
dan tikas daun tidak terdapat. Persebarannya bisa luas maupun sempit tergantung
lingkungan pengendapaan.
Proses pembentukan batubara terdiri dari 2 tahap yaitu biokimia
(penggambutan) dan terjadi pada rawa dan geokimia (pembatubaraan).
Pembatubaraan merupakan gabungan proses biologi, kimia, fisika yang terjadi
karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur,
tekanan dan waktu terhadap komponen organik dari gambut. Pada tahap ini
persentase karbon meningkat, hidrogen dan oksigen berkurang. Menghasilkan
batubara dalam berbagai tingkat mulai dari lignit, sub bituminous, bituminous,
dan antrasit.
Kegunaan batubara adalah gambut untuk bahan bakar, lignit dan batubara
coklat sebagai bahan bakar bahan kimia organik dan pembuatan gas alam. Harus
dicetak jadi briksi batubara, bitumen untuk industri rumah tangga, antrasit untuk
industri rumah tangga dan peleburan besi.
Produksi batubara : cadangan terbesar di Amerika utara, Eropa, Asia,
Australia, Amerika tengah dan Selatan. Di Indonesia terdapat di Sumatera Tengah
dan Selatan, Jawa bagian barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat dan Selatan,
Maluku dan Irian Jaya. Batubara yang ditemukan umumnya batubara coklat ada
juga batubara bitumen dan sub bitumen.
Rantai rangkaian pemanfaatan batubara
Kayu, batubara dan minyak, ketiganya mengandung unsur C dan unsur
H, disamping unsur-unsur lain yang mencirikan masing-masing sumber energi
tersebut. Perlu diketahui jumlah kalori yang dihasilkan apabila ketiga jenis
sumberdaya energi tersebut tersedia, sedang akan dipilih jenis mana yang paling

95
tepat untuk keperluan suatu kegiatan industri, agar produk industri yang
dihasilkan apabila dijual masih menguntungkan.
Table 1.1 Besaran kalori yang Dihasilkan untuk Masing-masing Jenis
SUMBERDAYA ENERGI (KALORI/GRAM)
Kayu 3990-4420
Arang kayu 7260
Lignit 33828-3339
Subbitumina 5289-5862
Bitumina 5650-8200
Minyak mentah 10419-10839
Minyak bungker 10283-10764
Solar 10667
Minyak tanah 11006
Bensin 11528
Sumber: Kompilasi Dari Berbagai Sumber
Dari daftar tersebut di atas terbaca bahwa sumberdaya energi lignit
menghasilkan jumlah kalori yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
sumberdaya energi kayu. Hal ini mudah dimengerti karena pada lignit selain
masih mempunyai kandungan air yang cukup besar, padanya masih dijumpai
banyak pengotor yang terdapat secara alami. Bensin merupakan sumberdaya
energi dengan hasil kalori yang relatif tertinggi. Hal ini sangat memungkinkan,
karena bensin merupakan cairan hasil distilasi minyak bumi yang relatif murni.
Pemakaian batubara di Indonesia terutama ditujukan untuk Pembangkit
Listrik dan Pabrik Semen. Sebagai salah satu usaha antisipasi terhadap
pengurangan pemakaian minyak tanah, solar dan kayu bakar, mulai tahun 1993
telah diambil langkah-langkah memasyarakatkan penggunaan briket batubara
untuk rumah tangga dan industri kecil. Batubara Indonesia juga telah mulai
diekspor ke negara di kawasan Asia, yang makin tahun jumlahnya makin
meningkat. Pada tahun 1985/1986 ekspor batubara mencapai 1,1 juta ton,
mengalami kenaikan sepanjang tahun dan pada tahun 1995 ekspor batubara telah
mencapai 22 juta ton.
Apabila kegiatan penambangan batubara dikategorikan sebagai industri
hulu, ternyata cukup banyak kegiatan industri hilir yang mampu ditumbuhkan.
Kenyataan dilapangan, industri hilir ini yang melahirkan kegiatan-kegiatan yang
bersifat multidisiplin dan multifungsi. Oleh karenanya dipandang, perlu
meningkatkan peran balubara, tidak hanya sebagai sumberdaya energi dalam

96
bentuk batubara padat dan penggunaan batubara yang lain. Untuk itu perlu
dilakukan usaha rekayasa dengan teknologi termasuk pemanfaatan limbah hasil
penambangan batubara dan hasil pembakaran batubara. Uraian dibawah ini akan
memperjelas pernyataan tersebut di atas.
a. Batubara sebagai sumber energi pada
pembangkit listrik

PLTU Suralaya dan PLTU Paiton


Mobil

Listrik Penggerak mesin Industri Makanan

Kerajinan

dll

TV

Kulkas
Rumah
Penerangan
tangga
AC

dll

97
b.
Batubara sebagai sumber energi pada industri baja

Baja/steel Mesin

Mobil/sepeda

Pesawat/lokomotif

Rel kereta api

Jembatan

Rumah/gudang

Alat-alat pertanian

Alat rumah tangga

senjata

dll

c. Batubara sebagai sumber energi pada industri semen

Semen Gedung

Rumah

Jalan/terowongan

Landasan pesawat terbang

dll

98
d. Batubara sebagai bahan aditif

Industri karet

Obat

Batery

Plastik

Pestisida

Pensil

dll

e. Limbah penambangan batubara

Briket

Sisa batubara Media semai tanaman

Pupuk organik

Air asam Gips

f. Limbah/sisa pembakaran batubara

Pupuk tanaman

Genteng

Abu Beton ringan

Penetral air asam tambang

Sintesis zeolit

99
Terdapat kaitan erat antara kayu sebagai pembentuk batubara dengan
berbagai jenis batubara. Kayu dapat berubah menjadi arang kayu dengan rekayasa
manusia, sedang kayu akan berubah menjadi batubara secara alamiah. Pada bab
berikutnya akan dibahas proses terbentuknya batubara dan faktor-faktor yang
berperan dalam pembentukan batubara. Gambar 1.1 di bawah ini akan
memperjelas pernyataan tersebut di atas.

Kayu Unsur C, H, O, N, S, P

Rekayasa

Arang kayu
(C) (H2O)
Gambut
Lignit
C, H, O, N, S, P
Sub Bitumina
Antrasit
Grafit (C) (H2O)

Gambar 1.1. Proses Terjadinya Batubara

Klasifikasi Batubara :
Klasifikasi yang digunakan adalah
1) Klasifikasi beradasarkan atas nilai kalor
2) Klasifikasi batubara menurut ASTM
1) Klasifikasi beradasarkan atas nilai kalor, dibagi menjadi:
 Batubara tingkat tinggi (high rank), meliputi meta anthracite, anthracite,
semi anthracite.
 Batubara tingkat menengah (moderate rank), meliputi low volatile
bituminous coal, high volatile coal.
 Batubara tingkat rendah (low rank), meliputi sub bituminous coal, lignite.
Apabila diperhatikan lebih lanjut, penggolongan tersebut di atas lebih
ditekankan pada nilai kalor yang dihasilkan, selain tetap memperhatikan
kandungan unsur C dan jumlah volatile matter yang terdapat di dalamnya. Seperti

100
pada penggolongan yang pertama, apabila batubara dipakai dalam industri, akan
dipilih batubara tingkat tinggi, karena akan menghasilkan panas yang cukup
tinggi.
2) Klasifikasi batubara menurut ASTM
American Society for Testing Material (ASTM) membuat klasifikasi
batubara (yang umum dipergunakan dalam industri) sebagai berikut (lihat Tabel
3.4) (vide Krevelen, 1993).
Tabel 3.4. Klasifikasi Batubara menurut ASTM (Geiger and Gibson, 1981)

VOL.
FIXED
MATTER
CARBON CAL. VALUE
LIMIT, %
LIMIT, % LIMIT (moist.
(dry AGGLOMERATIN
NO CLASS GRUP (dry min. min. Water free
min.mat. G CHARACTER
matter water basis)
water free
free basis)
basis)
= or> < > =or< =or> <
1 Antracite 1. Meta anthr 98 - - 2 - - Non agglomerating
2. Antrachite 92 98 2 8 - -
3. Semi anthr 86 92 8 14 - -
2 Bituminous 1. Low.vol.bit.coal 78 86 14 22 - -
2. Med. vol.bit.coal 69 78 22 31 - -
4. High.vol.A bit.coal - 69 31 - 14000 commonly
5. High.vol.B bit.coal - - - - 13000 14000 Agglomerating
6. High.viola C - - - - 11000 13000 Agglomerating
bit.coal
3 Subbit 1. Subbit A coal - - - - 10500 11000 Non agglomerating
2. Subbit B coal - - - - 9500 10500
3. Subbit C coal - - - - 8300 9500
4 Lignite 1. Lignite A - - - - 6300 8300
2. Lignite B - - - - - 6300

Keterangan:
min : mineral = sama
vol : volatile > lebih besar
subbit : subbituminous < lebih kecil
bit. : bituminous
anthr : anthracite

3.2 Sumber Energi Minyak Bumi


Minyak bumi disebut petroleum atau minyak mineral. Minyak tanah
(kerosin) merupakan bagian dari minyak bumi. Rumus umum minyak bumi Cn

101
H2n - 2 disebut minyak mentah (minyak kasar). Minyak mentah dibedakan
menjadi : tipe dasar parafin (terbanyak), tipe dasar aspal (sedikit) tipe dasar naftan
berada diantaranya. Penggolongan ini berdasarkan kandungan bensin.
Minyak bumi berasal dari sumber organik. Bahan bakunya
mikroorganisme (Sebangsa plankton) yang mengandung banyak lemak dan
protein. Kalau mati membentuk Lumpur organik (sabropelium) selanjutnya
membentuk sapropelit, mengalauni proses metamorfosa, terbentuklah minyak
bumi. Minyak bumi terletak pada lapisan atas pada puncak antiklinal. Pada
tempat tersebut paling atas terletak gas alam, dibawahnya minyak bumi dan paling
bawah air.
Kegunaan utarna minyak bumi sebagai sumber energi, disamping itu digunakan
juga untuk :
1) Minyak pelumas
2) Petrokimia sebagai bahan mentah industri kimia. Produksinya adalah : cat,
serat-serat polyacrylic, serat-serat polyvinyl, asetat, serat-serat polyster,
selulosa acetat, plastik dan macam-macam ester.
3) Karet sintetik, alcohol.
4) Bahan residu, paraffin aspal
5) Gas a1am, karbon dioksida, nitrogen.
Bagian dunia yang punya produksi besar minyak bumi : Teluk Persia,
Basin Teluk Meksiko dan Laut Karibia antara Asia Australia termasuk Indonesia,
Kanada barat, Kutub Utara, dan produksi terbesar Amerika Serikat. Lokasi ladang
minyak bumi di Indonesia rnengikuti jalur berupa geosinklin. Sekarang berupa
deretan pulau-pulau Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara, Kalimantan
bagian timur, Sulawesi bagian Selatan dan Tenggara, deretan pulau-pulau sebelah
timur Sumatera, terus ke pulau timur sampai Serang utara, tengah dan selatan.

3.3 Sumber Energi Gas Alam


Sumber energi ini mcrupakan produk samping eksploitasi minyak bumi.
1) Gas alam

102
Sifatnya mudah terbakar, sehingga kalau dicairkan supaya volumenya
kecil, menuntut teknologi khusus dan rumit. Untuk keperluan itu gas
alam diberi tahanan tertentu dengan suhu dibawah titik didih. Ada dua
macam gas alam yang diperdagangkan : LNG dan LPG
2) Gas-gas Pengotor
Gas-gas pengotor antara lain belerang sehingga gas menjadi tidak bersih.

3.4 Sumber Energi Inti Atom


Sumber energi ini terdiri dari :
1) Bahan radioaktif
Mieneral yang digunakan uranium dan plutonium. Unsur radioaktif
memerlukan waktu untuk mengurai diri menjadi unsur lain yang stabil.
Intensitas unsur radioaktif menurut garis lengkung, makin lama makin
berkurang.
2) Reaksi Rantai
Daun yang kering pada musim kemarau banyak terdapat di hutan.
Apabila daun terbakar, panas hasil pembakaran tersebut akan menaikkan
suhu dedaunan yang ada di sekitarnya, sehingga proses pembakaran
meluas. Proses merambat seperti contoh tersebut disebut reaksi rantai
yang dapat membakar seluruh hutan. Reaksi rantai yang berjalan cepat
seperti dalam mesiu letup atau mesin akan membangkitkan energi
mendadak yang disertai ledakan.
Reaksi rantai juga berlangsung pada reaksi inti. Pada inti atom
berlangsung reaksi rantai cepat. Ini terjadi pada pembangkit tenaga listrik
dengan sumber inti atom.

103
3.5 Sumber Energi Lain/Alternatif
1) Arus Air
Karena perbedaan tinggi air mengalir, daya potensial berubah menjadi
daya gerak. Tenaga gerak air banyak dimanfaatkan untuk irigasi.
Memutar baling-baling dan untuk listrik pedesaan. Ini dikenal dengan
listrik tenaga air. Ada juga yang sudah diusahakann secara besar-besaran
seperti Karangkates.
2) Panas bumi atau Geotermal
3) Panas matahari

4. RANGKUMAN
Energi dibutuhkan semua mahluk hidup, kamajuan peradaban
membutuhkan lebih banyak energi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang makin
beragam. Untuk lebih memahami akan ditinjau : sifat dan pemanfaatan energi
batubara, pemanfaatan energi minyak bumi, energi gas alam, energi inti atom
serta penggunaan energi alternatif.

5. LATIHAN
Soal-soal yang dikerjakan antara lain :
1) Apakah batubara di Indonesia cukup tinggi kualitasnya, jelaskan.
2) Apa yang dimaksud dengan briket batubara untuk apa kegunaannya,
jelaskan.
3) Bedakan cara terjadinya batubara dan minyak bumi
4) Apa yang dimaksud dengan energi alternatif, jelaskan. Mana dari energi
alternatif yang sedang diusahakan di Indonesia, jelaskan.

104
BAB XII
POTENSI SUMBERDAYA DI INDONESIA

1. KOMPETENSI DASAR
Sumberdaya penting artinya bagi begara Indonesua yang sedang
membangun. Untuk dapat merencanakan dan melaksanakan pembangunan harus
dikenal potensi di samping persebarannya. Perlu dipahami potensi sumberdaya
Indonesia.
2. INDIKATOR
Indikator yang ingin dicapai dalam bab ini agar mahasiswa mampu :
1) Menganalisis potensi sumberdaya air
2) Menganalisis potensi sumberdaya pertanian
3) Membandingkan potensi sumberdaya mineral
4) Menganalisis potensi sumberdaya industri

3. MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Potensi Sumber Daya Air
Sumberdaya air disamping berguna untuk kehidupan sehari-hari juga
berfungsi untuk membantu berbagai usaha dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan manusia seperti, pertanian, perindustrian, pembangkit tenaga listrik
dan sebagainya. Disamping itu dalam air dan dasar laut terdapat sejumlah
sumberdaya alam baik yang terbarukan maupun yang tak terbarukan seperti
ganggang, ikan, mineral-mineral lepas pantai, minyak bumi dan lain-lain.
Air selalu bergerak mengikuti suatu daur perputaran dan terbagi secara
tak merata menurut geologi dan musim. Daur hidrologi adalah suatu siklus
perjalanan air laut menjadi air hujan, mengalir di darat dan kembali lagi ke laut.
Disini menguap dan membentuk awan. Awan dihembus angin ke arah daratan dan
jatuh sebagai air hujan yang tawar. Sebagian air hujan mengalir ke atas
permukaan tanah dan berkumpul di batang air mengjadi sungai, kemudian
mengalir kembali ke awalnya yaitu laut. Sebagian dari air hujan meresap ke dalam
tanah menjadi air tanah, yang mengalir secara perlahan di bawah tanah ke arah
laut. Air tanah itu dapat muncul di permukaan sebagai air sumber yang dapat

105
diambil jika menggali sumur. Tidak semua air hujan dapat mencapai laut, karena
sebagian menguap lewat permukaan air dan transporasi lewat tumbuh-tumbuhan.
Berapa jumlah air laut, air bawah serta air permukaan yang ada di sungai,
laut dan rawa belum diketahui dengan tepat. Untuk mendapatkan gambaran
mengenai perbandingannya dikemukakan situasi air di bumi sebagai berikut :

Air di Bumi
100%

Air Asin Air Tanah


97% 3%

Air Tawar
100%

Air Asin Air Tanah Air permukaan


97% 3% 1%
Gambar 1. Situasi Air di Bumi

Lautan menutupi 2/3 bagian muka bumi ke dalaman rata-ratanya 3800m,


sedangkan ketinggian rata-rata daratan 840 m, lautan memegang peranan penting
dalam pengaturan kondisi alamiah di bumi seperti cuaca dan iklim. Lautan
sumberdaya organiknya telah lama merupakan sumber makanan di banyak bagian
di dunia. Lautan dan samudra mengandung potensi yang sangat besar sumber
energi dan mineral.
Inventarisasi kekayaan sumberdaya air menyangkut pengumpulan data
tentang jumlah air, macamnya, kualitasnya, lokasinya dan waktu tersedianya. Di

106
Indonesia beberapa daerah memiliki curah hujan yang banyak, equifer yang baik,
sungai yang besar dan sejumlah danau yang besar sehingga potensi air cukup baik.
Sumberdaya hayati Indonesia memiliki potensi lestari 4 juta ton untuk
perairan laut 1,5 juta ton untuk perairan budidaya dan 0,8 juta ton untuk perairan
air tawar yang eksploitasinya masih di bawah potensi lestarinya.

3.2 Potensi Sumberdaya Pertanian


Indonesia terdiri dari 18 pulau-pulau besar, 3000 pulau-pulau kecil,
menutupi daratan seluas 190.435.000 ha, 60 % nya ditutupi hutan. Sebagian besar
penduduk Indonesia hidup dari pertanian. Untuk meningkatkan hasil pertanian
caranya dengan intensifikasi, ekstensifikasi, divensifikasi dan rehabilitasi (Katili,
1980).
Hutan mempunyai pengaruh yangsangat luas terhadap keadaan tanah,
sumber air, permukiman manusia, rekreasi, perkembangan individu, pelindung
margasatwa, pendidikan dan ekologi dan mempengaruhi lingkungan hidup. Hutan
dapat digolongkan menjadi hutan produksi dan hutan lindung. Hutan produksi
adalah hutan yang keaaan alamnya mampu memberikan manfaat produksi kayu
dan hasil hutan lainnya. Hutan lindung berfungsi sebagai pengatur tata air,
pengawetan dan perlindungan tanah pertanian, membina mental individu dan
masyarakat, suaka alam dan margasatwa.

3.3 Potensi Sumberdaya Mineral


Dititik beratkan pada potensi sumberdaya mineral non energi, sebab
sumberdaya energi sudah dibicarakan tersendiri. Sumberdaya non energi yang
ditinjau adalah :
1) Bijih besi : termasuk mineral logam terpenting. Bijih besi Indonesia terdapat
dalam bentuk : pasir besi, bijih besi laterit, bijih besi magnetit dan bijih besi
hematit.
2) Nikel, digunakan untuk industri baja tahan karat. Ditemukan di pulau Irian
Jaya di pegunungan Cylop.
3) Mangan untuk pembuatan baja ditemukan di pulau Ternate.
4) Chromium ditemukan di Sulawesi Tenggara, untuk industri mobil.

107
5) Molibdenum dan Vanadium : untuk pembuatan baja, ditemukan di Sulawesi
Tengah, Kalimantan Barat.
6) Wolfram dan Kobalt : untuk pembuatan baja, dan magnet permanen.
Wolfram ditemukan dikepulauan timah bersama endapan timah, kobalt di
Sulawesi Tenggara.
7) Tembaga, untuk alat listrik, juga untuk kawat, pipa dan lain-lain. Ditemukan
di Sulawesi Utara dan Selatan.
8) Timbal digunakan untuk pabrik, industri mobil, juga baterai penyimpan aki,
juga pelindung terhadap radiasi.
9) Seng : sebagai pelapis melindungi baja dari karosin, juga sebagai oksidasi
seng dalam industri kawat, cat, dan lain-lain. Ditemukan di Sumatra,
Sulawesi dan Kalimantan.
10) Timah, sebagai solder, juga dalam industri elekrtronik. Ditemukan di
kepulauan Riau, Bangka Belitung, Singkep dan sebelah timur Sumatra
diantaranya di Bangkinang.
11) Alumunium, merupakan logam ringan, mempunyai penggunaan luas dalam
industri dan kontruksi serta alat transport. Aluminium berasal dari Bauksit,
ditemukan di Kalimantan Barat dan Riau.
12) Titanium, Penggunaannya sebagai oksida, dalam pembuatan cat, sebagai
pencampur baja, industri penerbangan dan industri senjata.
13) Bahan galian industri seperti belerang, fosfat, gamping, Kaolin, banyak
terdapat di Indonesia.

Produksi mineral dapat dilihat pada tabel 1.


Tabel I Produksi mineral Indonesia dalam tahun 1966, 1977-1980
Unit
Komoditi Mineral 1966 1977 1978 1979 1980
s
Aspal Alam 13,905 137,701 162,000 91,000 173,018 tons
Batubara 319,829 230,627 264,180 278,588 303,989 tons
Bauksit 701,223 1,301,416 1,007,746 1,051,905 1,249,123 tons
Emas *) 128 255,9 253,9 169,9 247,9 kg
Mangan 787 5,981 5,981 5,909 4,299 tons
Bijih Nikel 117,402 1,302,512 1,256,450 1,522,660 1,537,442 tons

108
Ferronikel (Fe Ni) - 21,574,45 17,733 17,878 18,313,9 tons
Nikel Matle - - 5,729,000 8,596,940 20,532,510 kg
Konsentrat Pasirbesi - 311,519 233,341 79,876,9 62,914 tons
Perak *) 6,867 2,831,9 2,506,4 1,644,5 2,195,9 kg
Tembaga - 189,103 180,933 188,769 186,087 tons
(konsentrat) 12,782 25,926,4 27,410,7 29,535 32,527 tons
Timah tons

*) Tidak termasuk produksi emas dan perak dari Freeport Indonesia.


(Sumber Departemen pertambangan dan Energi)

3.4 Potensi Sumberdaya Energi


Seperti diketahui produksi dan konsumsi energi di Indonesia terdiri dari
produksi energi primer, yaitu minyak bumi, gas bumi, batubara, tenaga air dan
panas bumi dan produksi energi sekunder, yaitu listrik. Perkembangan produksi
dan konsumsi energi di Indonesia serta energi yang diekspor dan diimport
Indonesia pada tahun 1973 dibandingkan dengan periode 1983-1985 dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2 Produksi, Konsumsi Ekspor dan Impor Energi di Indonesia 1973 dan
1983-1985, dalam ribuan barrel setara minyak
1973 1983 1984 1985
1. Minyak bumi
Produksi 488.536 454.531 468.513 431.238
Konsumsi 63.466 163.721 164.144 164.706
Ekspor 369.543 314.531 320.679 257.564
Impor - 25.717 34.172 32.361
Ekspor kondesat - 21.295 33.655 37.510
2. Gas bumi
Produksi 32.694 213.489 266.862 277.134
Konsumsi 6.130 89.850 45.762 50.376
Ekspor LNG, LPG 3.497 83.125 138.301 147.331
Impor - - - -
3. Batubara

109
Produksi 642 2.181 4.149 5.952
Konsumsi 634 1.060 1.816 2.803
Ekspor - 1.217 2.416 2.780
Impor - - - -
4. Tenaga Air
Produksi 3.133 10.158 14.712 15.829
Konsumsi 3.133 10.158 14.712 15.829
Ekspor - - - -
Impor - - - -
5. Panas Bumi
Produksi - 384 447 429
Konsumsi - 384 447 429
Ekspor - - - -
Impor - - - -
6. Energi Skunder Listrik
Produksi 5.779 26.341 28.914 31.744
Konsumsi 4.348 22.827 25.388 26.249
Sumber : Departemen Pertambangan dan Energi, Statistik Energi Indonesia 1986.

Berdasarkan tabel 2 jelas terlihat produksi gas bumi, batubara, tenaga air,
panas bumi dan energi sekunder sangat melonjak dari tahun 1973 ke tahun 1983
dan seterusnya. Ini berkat investasi besar yang dilakukan pemerintah dalam
rangka menghemat minyak bumi agar dapat dieksport untuk memperoleh devisa
untuk pembangunan nasional. Pemerintah bertekad untuk mencari pengganti
minyak bumi bagi konsumsi dalam negeri.
Menurut Bank Dunia, secara umum produksi energi di Indonesia
berkembang 9,9% rata-rata per tahun selama periode 1965-1980, dan 0,2% rata-
rata per tahun selama periode 1980-1985. Konsumsi energi di Indoensia
berkembang dengan 8,4% rata-rata per tahun selama periode 1965-1980 dan 4,4%
rata-rata per tahun selama periode 1980-1985. Konsumsi energi per kapita di
Indonesia pada tahun 1965, sebesar 91 kg setara minyak dan menjadi 219 kg
setara minyak pada tahun 1985. Import energi sebesar 3 % ekspor barang dan jasa
pada tahun 1965 dan menjadi 12% ekspor barang dan jasa pada tahun 1985.

110
Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia sebagian dari sumber daya
energi komersial : minyak bumi, gas bumi, batubara, tenaga air, panas bumi dan
sebagian lagi dari sumber daya energi non komersial : kayu bakar dan bio massa.
Sektor perekonomian di Indonesia yang membutuhkan energi adalah sektor rumah
tangga, pengangkutan, pelistrikan, dan industri. Sektor rumah tangga
membutuhkan minyak tanah, kayu bakar, LNG dan listrik. Sektor pengangkutan
memerlukan bensin, minyak diesel dan minyak bakar. Sektor perlistrikan
membutuhkan minyak bakar dan diesel. Sektor industri memerlukan minyak
tanah, diesel dan minyak bakar.
Energi di sektor rumah tangga kebanyakan untuk memasak dan
penerangan. Untuk memasak dipergunakan kayu bakar, minyak tanah dan LPG.
Untuk penerangan dimanfaatkan minyak tanah dan listrik. Konsumsi energi di
sektor pengangkutan berupa listrik untuk kereta api, hasil minyak seperti bensin
dan diesel serta minyak bakar untuk pelayaran juga dimanfaatkan. Sektor
perlistrikan memanfaatkan diesel, tenaga air, panas bumi, gas alam, dan batubara.
Sektor industri memerlukan energi sebagai masukan (minyak, gas alam, dan
methanol), tenaga (diesel) dan panas (minyak bakar diesel, minyak tanah, gas,
hatubara dan kayu bakar). Konsumsi energi akhir oleh sektor rumah tangga,
pengangkutan, pelistrikan dan industri dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Konsumsi Energi Akhir Sektor Perekonomian di Indonesia, 1973 dan
1983-1985 (dalam 1000 barrel setara minyak)
Sektor 1973 1983 1984 1985
Rumah tangga 15.165 (20,7%) 48.757 (22,7%) 45.953 (20,3%) 44.814 (19,1%)
Pengangkutan 18.098 (24,7%) 53.704 (25,0%) 55.469 (24,4%) 57.381 (24,5%)
Pelistrikan 11.465 (15,6%) 30.651 (14,2%) 36.789 (16,2%) 39.575 (16,9%)
Industri 28.635 (39,0%) 82.041 (38,15) 88.580 (39,1%) 92.373 (39,5%)
Total 73.363 (100,0%) 215.153 (100,0%) 226.791 (100,0%) 234.143 (100,0%)
Sumber : Departemen Pertambangan dan Energi.

Berdasarkan tabel 3 ternyata pola konsumsi energi akhir tak berubah:


sektor industri memanfaatkan energi akhir terbanyak pada tahun 1985 (39,5%),
disusul pengangkutan (24,5%), rumah tangga (19,1%) dan perlistrikan (16,9%).
Potensi sumber daya energi di Indonesia adalah sebagai berikut :
a) Minyak bumi

111
Endapan minyak bumi di Indonesia berhubungan erat dengan cekungan-
cekungan sedimen tersier, formasi batu pasir yang bersifat serpihan dan
gampingan serta batuan volkanik berfungsi sebagai batuan waduk. Dari
cekungan-cekungan di Indonesia diperkirakan jumlah minyak yang dapat
dimanfaatkan dari potensi sumber daya ini mencakup 50 milyard barrel dan
merupakan 25 % dari seluruh cadangan oil in place yang diperkirakan
terdapat dalam cekungan-cekungan sedimen di Indonesia.
Produksi minyak bumi menurut Departemen Pertambangan meningkat
terus 485 juta barrel tahun 1975 menjadi 616 barrel 1978, tetapi menurun
menjadi 589 tahun 1979, setelah itu diharapkan akan dapat meningkat
kembali.
b) Gas bumi
Gas bumi disebut pula “associated gas” karena terdapat dalam satu
reservoir dan dihasilkan bersama minyak; non associated gas dihasilkan dari
cadangan yang hanya menghasilkan gas tanpa minyak. Kedua macam gas ini
ditemukan dalam jumlah yang cukup besar. Dewasa ini perkiraan cadangan
gas 26,3 triliun kaki kubik non associated gas dan 4,0 triliun kaki kubik
associated gas dengan kemajuan teknologi gas bumi dapat dicairkan secara
ekonomis dan kemudian diangkut ke tempat konsumen yang jauh letaknya
maupun diekspor.
Gas ini dijadikan bahan bakar langsung untuk berbagai keperluan atau
bahan bakar industri kimia.
c) Batubara
Endapan yang mempunyai nilai ekonomis terdapat di Pulau Kalimantan
bagian timur, Sumatra bagian barat, tengah dan selatan. Batubara dalam
jumlah kecil juga ditemukan di Pulau Jawa dan beberapa kepulauan lain.
Batubara lignit sampai hard coal dengan nilai kalori berkisar antara 4000-
7000 k. cal/kg terdapat di Sumatra dari Kalimantan. Perkiraan jumlah
cadangan batubara jenis lignit di Sumatra Selatan lebih kurang 18 milyar ton,
di Sumatra Barat dan Kalimantan Timur berkisar antara 500-600 juta ton.
Batubara jenis lignit dan subbituminous di daerah Bukit Asam Sumatra

112
Selatan sebagian menjadi lebih tinggi mutunya. Batubara ini berubah menjadi
antrasit, disebabkan karena adanya terobosan andesit.
Hingga kini hanya tambang batubara di Sumatra saja yang berproduksi
yaitu di Ombilin dan Bukit Asam, cadangan batubara di Bukit Asam
berjumlah
140 juta ton. Cadangan batubara di Ombilin Sumatra Barat berjumlah 30
juta ton.
d) Panas Bumi
Potensi panas bumi di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik
untuk pembangkit tenaga listrik di masa mendatang. Hal ini dimungkinkan
karena kepulauan Indonesia dilintasi oleh jalur volkanik dan terletak di
bagian dunia yang beriklim tropik basah.
Potensi panas bumi di Indonesia berkisar antara 8.000-11.000 MW
sekitar 5.500 MW terdapat di Jawa dan Bali, 1.100 MW di Sumatra, 1.400
MW di Sulawesi yang lain tersebar di Nusa tenggara Barat/Timur, Irian,
Maluku dan pulau-pulau lain kecuali Kalimantan. Pada saat ini uap panas
bumi yang telah tersedia secara fisik adalah 10 MW di Darajat, 40 MW di
Kamojang Jawa Barat dan 15 MW di Dieng. Pada tahun 1982 di Kamojang
akan beroperasi sebuah Pusat Listrik Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
dengan kapasitas tahap pertama 30 MW (Katili, 1983).
e) Tenaga Air
Tenaga air merupakan salah satu sumber energi dapat dimanfaatkan
secara langsung. Secara teoritas potensi tenaga air di seluruh Indonesia
diperhitungkan sebesar 31.000 MW, dengan Sumatra sebesar 6.750 MW,
Jawa 2.500 MW, Kalimantan 7.000 MW, Sulawesi 5.000 MW, Irian Jaya
9.000 MW dan Nusa Tenggara 1.500 MW (Katili, 1983).

113
f) Energi Matahari
Indonesia yang terletak di daerah katulistiwa dapat memanfaatkan tenaga
matahari ini untuk berbagai keperluan seperti tenaga listrik, pemanasan air,
proses kimiawi, pengeringan dan pendinginan ruangan. Prospek
pengembangan tenaga matahari ini cukup cerah, terutama di daerah terpencil
yang menurut perkiraan sampai 20 tahun mendatang belum akan terjangkau
oleh jaringan tenaga listrik.
g) Tenaga Radio Aktif
Tenaga ini memberi indikasi yang cukup memberi harapan dengan
ditemukannya endapan uranium khususnya di beberapa tempat di
Kalimantan.
h) Tenaga Biomas
Penggunaan biomas dari kayu bakar dan limbah pertanian sebagai
sumber energi di Indonesia tetap memegang peranan penting. Namun yang
menjadi masalah adalah penyediaannya. Pulau Jawa dan Bali dengan
penduduk yang padat mengalami kekurangan bahan, disebabkan
penggundulan hutan, tetapi di pulau-pulau lain terdapat kelebihan kayu bakar.

4. RANGKUMAN
Untuk dapat merencakan dan melaksanakan pembangunan harus dikenal
potensi sumberdaya alam disamping persebarannya, untuk lebih dapat memahami
akan ditinjau: potensi sumberdaya air potensi sumberdaya pertanian, potensi
sumberdaya mineral dan potensi sumberdaya industri. Melalui potensi tersebut
dapat dikenal kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dapat direncanakan
penggunaannya dengan sebaik-baiknya untuk pembangunan nasional.

5. LATIHAN
1) Sebut dan jelaskan kegunaan dan masalah yang dihadapi dari sumber daya
air di Indonesia.
2) Jelaskan mengenai siklus air, bedakan antara siklus panjang dan siklus
pendek.

114
3) Sebut penggolongan hutan, bedakan fungsinya dan masalah apa yang
dihadapi di Indonesia.
4) Bagaimana potensi sumber panas bumi di Indonesia, mengapa dikatakan
memberi prospek yang baik untuk energi di masa depan.

115
DAFTAR PUSTAKA

Adjat Sudrajat. 1999. Teknologi dan Manajemen Sumberdaya Mineral.

Djauhari Nooer. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Katili, Y.A.1963. Geologi. Jakarta. Departemen Urusan Riset Nasional.

Katili, YA. 1983. Sumberdaya Alam untuk Pembangunan Nasional. Jakarta.


Ghalia Indonesia.

Lauge, o.dkk. 1991. Geologi Umum. Jakarta. Gaya Media Pratama.

Munir, Moch. 2003. Geologi Lingkungan. Malang : Bayumedia Publising.

Prawiro. 1979. Ekonomi Sumberdaya Alam. Bandung : Alumni

Reksohadiprodjo. 1988. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Energi. Yogyakarta.


BPFE.

Sitarus. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito

Skinner. 1984. Sumberdaya Bumi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Soerjani, Moh. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam


Pembangunan Jakarta : Universitas Indonesia

Sukanto. 1988. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Energi. Yogyakarta : BPEE

Sukandarumidi. 2004. Bahan Galian Industri. Yogyakarta. Gajah Mada


University Press

Sukandarumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Yogyakarta. Gajah Mada


University Press

Suparmoko. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta :


BPEE

116
LAMPIRAN 1

Pertanian

Nabati

Kebutuhan
Hayati

Pertanian

Hewani
Air

Kehutanan
Sumber Daya
Alam Energi (di
luar air dan
minyak/gas
bumi
Minyak Bumi

Mineral putra

Gas Bumi
Non hayati Ferrons

Logam
Non ferrons
Mineral lain

Non logam

Gambar. Klasifikasi Sumber Daya Alam

117
Umpan Balik

Input utama Input Suplementer


Endapan mineral Sumber Daya dan
faktor-faktor yang
mempengaruhi sistem
Sub Sistem Pertambangan dan
benefisiasi

Sub sistem pengolahan

Sub Sistem Pabrikasi dan


Pemasaran

Out Put Utama


Produk Akhir
Out Put Suplementer
Menguntungkan atau
Merugikan

Umpan Balik

Gambar. SistemSumber Daya Mineral (disederhanakan)


(Rudel, Drandstaff dan Hehuwat, 1977)

Kegiatan Sumber
Daya Alam
Kegiatan
Penanggulangan
(Pengendalian Banjir
Tekanan dan Sebagainya)

Akibat Ekologi Akibat Ekologi


Langsung Tidak Langsung

Kegiatan Kegiatan Kegiatan


Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan
(Pengendalian Banjir (Pengendalian Banjir (Pengendalian Banjir
dan Sebagainya) dan Sebagainya) dan Sebagainya)

118
Lingkungan Alam

Air Energi Bahan


Primer Mentah
Sumber
Daya
Alam

Tenaga Manusia
Barang Modal
Autokonsumsi Sistem
Penglolahan Sumber
Daya
Sistem
Air telah Sosio
Energy Bahan
Sumber diolah Ekonom
Final Dasar i
Daya
Telah
Diolah
Recycling

Penggunaan Sumber Yang Telah Diolah

Limbah

Sumber Daya : Berbagai faktor produksi yang dimobilisasi dalam


suatu proses produksiatau lebih umum dalam suatu
aktivitas ekonomi, misalkan modal, tena manusia,
energi, air, mineral, dan lain-lain.
Sumber Daya Alam Primer : Sumber daya yang terdapat dalam lingkungan
(environment) alam: energi matahari, batubara,
uranium, mineral non energi, kayu. Untuk
sumberdaya mineral termasuk klasifikasi geologi-
ekonomi dari sumberdaya (resources) dan
cadangan (reserves)
Sistem Pengolahan : Suatu himpunan dari rantai teknologi yang
Sumber Daya melukiskan hubungan rentetan kegiatan untuk
pengadaan sumberdaya alam bagi konsumen
akhir (industri, rumah tangga dan sebagainya)

119
GLOSARIUM

Aquifer
Suatu lapisan kulit bumi yang dapat menahan air, lapisan tersebut berpori
dan terletak diantara dua lapisan kedap (tidak tembus air)

Alabaster
Sejenis gips yang berbutir halus

Atmosfera
Lapisan udara yang menyeliputi bumi

Biosfera
Lapisan dari kulit bumi dimana terdapat kehidupan organisme manusia,
tumbuh-tumbuha, binatang dan mikroorganisme

Comunity development
Pengembangan wilayah

Daur geologi
Siklus (mata rantai) yang dialami oleh geologi mulai dari arogenesa
(pembentukan pegunungan), glyptogenesa (penghancuran relief-relief
muka bumi) dan litogenesa (pembentukan kembali batuan-batuan endapan
dan selanjutnya kembali lagi ke orogenesa)

Ekologi
Mempelajari hubungan antara organisme dengan sesamanya serta
hubungan organisme dengan lingkungannya

Elevasi
Letak suatu bagian kulit bumi yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya

Geofisika
Pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat fisika dari bumi seperti gaya
berat, gejala-gejala magnetis, yang dapat memberi keterangan tentang
proses geologi yang kini sedang berlaku dalam bumi yang biasanya
tertutup bagi kita.

Geomorfologi
Ilmu yang mempelajari bentang lahan, proses-proses yang mempengaruhi,
genesnya serta hubunganya dengan lingkungan dalam ruang dan waktu.

Geologi
Ilmu tentang bumi yang menyelediki lapisan batuan yang ada dalam kerak
bumi, meliputi susunan zat serta bentuk dari bumi serta sejarah
perkembangan mahluk di dalam dan di atas bumi

120
Geologi Ekonomi
Cabang geologi yang mempelajari endapan serta mineral yang mempunyai
arti ekonomi penting dalam kehidupan manusia

Geologi Sejarah
Cabang geologi yang mempelajari urutan satuan-satuan waktu perubahan
selama sejarah bumi

Geologi Teknik
Cabang geologi yang mempelajari geologi dalam lapangan teknik
misalnya dalam pembuatan bendungan, jalan, fundamen bangunan dan
lain-lain.

Hidrosfera
Lapisan air yang menyeliputi bumi

Kapabilitas lahan
Kemampuan lahan untuk memberikan produksi pada penggunaan tertentu
yang dinyatakan dalam kelas kemampuan lahan

Land Subsiden
Penurunan dari permukaan bumi

Lingkungan Hidup
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kehidupan dan
kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya

Mineralogi
Ilmu yang mempelajari tentang mineral yaitu zat yang hablur yang
terbentuk dalam kerak bumi merupakan persenyawaan organik aasli,
bersifat homogen, fisik maupun kimiawi serta mempunyai susunan kimia
tertentu

Obsidiant
Jenis batuan beku luar, hasil pembekuan dari magma yang kaya silikat

Paleontologi
Ilmu yang mempelajari pembatuan dari sisa-sisa binatang purba ataupun
tumbuh-tumbuhan purba

Pelindian
Peresapan unsur magnesium dari laut kedalam batuan gamping tersebut

Purnice atau batu apung


Batuan yang terjadi bila magma asam muncul kepermukaan bumi
bersentuhan dengan udara luar secara tiba-tiba

121
Setenit disebut juga gelas maria
Lembaran gips dengan ukuran cukup besar serta tembus pandang
Slate atau batu tulis
Merupakan hasil metamorfosis dari shale

Tailing
Ampas atau buangan dari suatu pertambangan

Tata guna lahan


Persediaan, peruntukan dan penggunaan suatu lahan atau bagian dari
permukaan bumi dalam hubunggannya dengan tata ruang.

122
BUKU AJAR
GEOLOGI LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA ALAM

OLEH:

Drs. I KETUT MODOKAN EJASTA


Dibiayai dari dana DIPA 2010
FIS UNDIKSHA SINGARAJA

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2010
Lembar Pengesahan Buku Ajar

a.
1. : Geologi Lingkungan dan Sumberdaya Alam
2. : 122
3. : 2010

b.
1. : Drs. I Ketut Modokan Ejasta, MS.
2. : 194612151975031001
3. : Pembina Utama Muda/IV c
4. : Pasca Sarjana (S2)
5. : Pendidikan Geografi
6. : Ilmu Sosial

Buku ajar ini telah ditelaah secara substantif maupun sintaksis.

Menyetujui: Penulis;
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Drs. Dewa Made Atmaja, M.Si Drs. I Ketut Modokan Ejasta, M.S
NIP. 1962 1231 1994 03 1009 NIP. 1946 12151975 03 1001

Mengetahui:
Dekan FIS Universitas Pendidikan Ganesha

Drs. Ida Bagus Made Astawa, M.Si


NIP.19580819 198601 1 001

i
PRAKATA

Dengan semangat tekun dan kerja keras buku ajar yang berjudul
“Geologi Lingkungan Dan Sumberdaya Alam” dapat diselesaikan dengan
semestinya. Buku ajar ini diperuntukan bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan
Geografi sebagai pelengkap materi perkuliahan Geologi Lingkungan dan
Sumberdaya Alam yang diberikan dengan bobot 2 SKS.
Buku ajar ini merupakan pelengkap, pengayaan dari buku ajar dengan
judul yang sama yang telah diterbitkan tahun 2004. Tambahan materi diberikan
pada batasan Geologi Lingkungan, Pengembangan Sumberdaya Mineral dan
Masalah Lingkungan Hidup dan Perencanaan Tata Guna Lahan Berwawasan
Lingkungan untuk Geologi Lingkungan. Sedangkan untuk Geologi Sumberdaya
Alam tambahan materi diberikan pada Bahan Galian Industri dan Energi. Semua
tambahan materi tersebut disesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan
yang menghendaki perubahan.
Perlu dimaklumi dengan terbatasnya pengetahuan penulis mengenai
bidang tersebut dan tersedianya buku penunjang yang sangat terbatas buku ajar ini
masih jauh dari sempurna, kendatipun demikian penulis berusaha menyusunnya
sesistematis mungkin, agar mahasiswa lebih mudah memahami dan
menggunakannya dalam proses belajar mengajar dibangku kuliah.
Dalam penyusunan ini penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, sehubungan dengan itu kepada pihak yang telah membantu demi lebih
sempurnanya buku ini disampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Buku Ajar ini berguna bagi kalangan akademis, khususnya
Jurusan Pendidikan Geografi, dan segala bentuk kritik yang bersifat membangun
diterima dengan segala senang hati.

Singaraja, Mei 2010

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Bab I Pengertian Geologi Lingkungan
1. Kompetensi Dasar .............................................................................. 1
2. Indikator.............................................................................................. 1
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 1
3.1 Pengertian Geologi...................................................................... 1
3.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Geologi..................................... 1
3.3 Permasalahan Lingkungan........................................................... 4
3.4 Geologi dan Lingkungan............................................................. 5
3.5 Pengertian dan Definisi Geologi Lingkungan ............................ 6
4. Rangkuman......................................................................................... 6
5. Latihan................................................................................................ 7
Bab II Sumberdaya Lingkungan Hidup
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 8
2. Indikator.............................................................................................. 8
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 8
3.1 Penggolongan Lingkungan Hidup............................................... 8
3.2 Fungsi Lingkungan Hidup........................................................... 10
3.3 Pertemuan Ilmu Pengetahuan dengan Sumberdaya.................... 11
3.4 Dinamika Nilai Sumberdaya....................................................... 11
4. Rangkuman......................................................................................... 12
5. Latihan................................................................................................ 12
Bab III Udara, Air, Cahaya Sumberdaya Pendukung Hidup
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 13
2. Indikator.............................................................................................. 13
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 13
3.1 Udara........................................................................................... 13
3.2 Air................................................................................................ 14
3.3 Cahaya Matahari.......................................................................... 16

ii
4. Rangkuman......................................................................................... 16
5. Latihan................................................................................................ 17
Bab IV Pembangunan Sumberdaya Mineral Dan Masalah Lingkungan Hidup
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 18
2. Indikator ............................................................................................. 18
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 19
3.1 Jenis-jenis Usaha Pertambangan serta Dampak Lingkungannya 19
3.2 Kerusakan lingkungan................................................................. 19
3.3 Dampak kegiatan pertambangan................................................. 22
3.4 Pengaturan bidang pertambangan................................................ 24
3.5 Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)........................ 25
3.6 UPL dan UKL.............................................................................. 28
3.7 Dampak pertambangan di Indonesia........................................... 29
3.8 Beberapa kasus dan penanganannya........................................... 31
4. Rangkuman......................................................................................... 38
5. Latihan................................................................................................ 38
Bab V Perencanaan Tatagunalahan Berwawasan Lingkungan
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 39
2. Indikator.............................................................................................. 39
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 40
3.1 Proses Perencanaan Tataguna Lahan .......................................... 40
3.2 Tinjauan Data Dasar ................................................................... 40
3.3 Hasil Tinjauan Data .................................................................... 43
3.4 Rencana Lokasi dan Tujuan Tataguna Lahan ............................ 44
4. Rangkuman......................................................................................... 45
5. Latihan................................................................................................ 45
Bab VI Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Energisecara Bertanggung Jawab
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 47
2. Indikator.............................................................................................. 47
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 48
3.1 Kebijakan sumberdaya alam dan energi yang
bertanggung jawab....................................................................... 48

iii
3.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Tersedianya Sumberdaya
Alam dan Enegeri Di Waktu Yang Akan Datang....................... 49
3.3 Pedoman Bagi Kebijaksanaan Sumberdaya Alam dan
Energi yang Berlanggung Jawab................................................. 49
3.4 Konflik dalam Pengguraan Sumberdaya Alam........................... 50
3.5 Beberapa Masalah Umum Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan........................................................................... 52
4. Rangkuman......................................................................................... 53
5. Latihan................................................................................................ 53
Bab VII Pengertian Sifat Dan Dimensi Sumberdaya Alam
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 54
2. Indikator.............................................................................................. 54
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 54
3.1 Kelangkaan Sumberdaya Alam................................................... 54
3.2 Geologi dan Sumberdaya Alam................................................... 56
3.3 Dimensi Politik Sosial Ekonomi dan Internasional
Sumberdaya Alam....................................................................... 56
4. Rangkuman......................................................................................... 58
5. Latihan................................................................................................ 58
Bab VIII Sumberdaya Lahan Dan Air
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 59
2. Indikator.............................................................................................. 59
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 59
3.1 Lahan dan Penduduk................................................................... 59
3.2 Lahan dan Pertanian.................................................................... 60
3.3 Lahan dan Air.............................................................................. 61
3.4 Masalah Sumberdaya Lahan dan Air.......................................... 63
4. Rangkuman......................................................................................... 63
5. Latihan................................................................................................ 63
Bab IX Sumberdaya Logam
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 65
2. Indikator.............................................................................................. 65

iv
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 65
3.1 Besi Dan Sumberdaya Industri Modern...................................... 65
3.2 Logam-Logam Pencampur Baja.................................................. 66
3.3 Logam-Logam Berat Lain........................................................... 67
3.4 Logam-Logam Ringan................................................................. 68
3.5 Logam Mulia............................................................................... 69
4. Rangkuman......................................................................................... 70
5. Latihan................................................................................................ 70
Bab X Bahan Galian Industri
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 71
2. Indikator.............................................................................................. 71
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 71
3.1 Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Batuan Sedimen. 71
3.2 Bahan Galian Industri yang Berkaitan dengan Batuan
Gunung Api................................................................................. 78
3.3 Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Industri Plutonik.
Batuan Asam dan Ultra Basa....................................................... 80
3.4 Bahan Galian Industri yang Berkaitan dengan Endapan Residu.
dan Endapan Letakan.................................................................. 82
3.5 Bahan Galian Industri yang Berkaitan dengan Proses
Ubahan Hidrotermal.................................................................... 89
3.6 Bahan Galian Industri Berkaitan dengan Batuan Malihan.......... 90
4. Rangkuman......................................................................................... 92
5. Latihan................................................................................................ 93
Bab XI Sumberdaya Energi
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 94
2. Indikator.............................................................................................. 94
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 94
3.1Sumber Energi Batubara............................................................... 94
3.2Sumber Energi Minyak Bumi....................................................... 102
3.3Sumber Energi Gas Alam............................................................. 103
3.4Sumber Energi Inti Atom............................................................. 103
3.5Sumber Energi Lain/Alternatif .................................................... 104

v
4. Rangkuman......................................................................................... 104
5. Latihan................................................................................................ 104
Bab XII Potensi Sumberdaya di Indonesia
1. Kompetensi Dasar............................................................................... 105
2. Indikator.............................................................................................. 105
3. Materi Pembelajaran........................................................................... 105
3.1 Potensi Sumber Daya Air............................................................ 105
3.2 Potensi Sumberdaya Pertanian.................................................... 107
3.3 Potensi Sumberdaya Mineral....................................................... 107
3.4 Potensi Sumberdaya Energi......................................................... 109
4. Rangkuman......................................................................................... 114
5. Latihan................................................................................................ 114
DAFTAR PUSTAKA

vi

Anda mungkin juga menyukai