Anda di halaman 1dari 30

GEOLOGI DAN PERTABANGAN SEBAGAI SUATU

KETERIKATAN KEILMUAN

(Sebuah Makalah)

Disusun oleh
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN………………...…………………………….

1.1 Latar Belakang…………………………...………………………….

1.2 Rumusan Masalah…………………………………...………………

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….

2.1 Cabang-Cabang dan ilmu-ilmu lain..……….…… …………………

2.1.1 Pengertian……………………………………………….........

2.1.2 Jenis Ilmu Geologi……………………………………………

2.1.3 Cabang Ilmu Geologi…………………………………………

2.2 Hubungan Geologi fisik dengan keilmuan pertambangan…….........

2.3 Paleontologi…………………………………………………………

2.3.1 Studi Kasus Paleontologi………………………………..........

2.4 Vulkanologi/kegunungapian………………………………………...

2.4.1 Zonasi Gunung Api…………………………………………..

2.4.2 Intrusi magma…………………………………………………

2.4.3 Geothermal……………………………………………………

2.4.4 Fasies………………………………………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………...…………………

3.1 Kesimpulan……………………………………………….………….

Daftar Pustaka…………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari
segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Ilmu
Geologi merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan
bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik
di dalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta
sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.
Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kompleks,
mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan
suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini
mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudera,
cekungan dan rangkaian pegunungan. makalah ini menjelaskan bagaimana dan
apa itu keilmuan geologi dan hubungan hubungan nya dengan aspek keilmuan
pertambangan
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa apa saja aspek dalam geologi sesuai yang diinstruksikan dosen sebagai
tugas makalah
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dijelaskan diatas, maka dapat ditarik tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui secara gamblang keilmuan geologi dan hubungannya
dengan pertambangan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Cabang-Cabang dan ilmu-ilmu lain


2.1.1 Pengertian
Pemahaman tentang sifat dan material penyusun bumi serta proses-proses yang
berlangsung di permukaan buli telah dipelajari sejak zaman dahulu. Terutama
oleh bangsa Yunani (2300th yang lalu) telah menghasilkan tulisan mengenai
fosil dan batu permata, gempa bumi dan gunungapi. Tokoh yang paling
menonjol pada masa itu adalah Aristoteles. Namun penjelasan yang ia utarakan
kebanyakan berupa pernyataan subyektif dan tidak berdasarkan tinjauan
langsung (observasi) di lapangan, ya karena ia seorang filosof. Beberapa
pendapat Aristoteles yaitu Batuan terbentuk akibat pengaruh bintang-bintang,
Gempa bumi terjadi karena meledaknya udara yang padat di bumi, dan ini
karena pemanasan oleh pusat api. emang pada masa itu penjelasan tersebut
cukup memadai, namun karena ia seorang filosof yang disegani, pendapatnya
lebih banyak diterima dibandingkan pendapat yang berdasarkan observasi dan
percobaan. Sehingga kemajuan ilmu geologi belum berkembang cepat pada
masa itu. Namun setelah itu muncul beberapa doktrin yang revolusioner, yaitu
Catastrophism (Katastropik) yang menjelaskan bahwa bentuk permukaan bumi
dan segala kehidupan diatasnya terbentuk dan musnah dalam sesaat akibat suatu
bencana yang besar. Padahal terbentuknya gunung, lembah, bukit terjal dan
bentuk lainnya itu memerlukan waktu yang sangat lama untuk terbentuk (hingga
jutaan tahun). Teori ini berkembang di abad 17-18. Pada akhir abad 18, muncul
lagi teori yang fenomenal dan revolusioner hingga dianggap sebagai awal
perkembangan geologi moderen, yaitu teori Uniformitarianism. Oleh James
Hutton, yang sampai saat ini dianggap sebagai Bapak Geologi modern, memiliki
latar ahli fisika Skotlandia. Pada tahun 1795, ia menerbitkan buku yang berjudul
"Theory of The Earth" dan didalam buku inilah konsep Uniformitarianism itu
dicetuskan. Didalam konsep Uniformitarianism dinyatakan bahwa, Hukum-
hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung pada saat ini juga
berlangsung pada masa lampau. Hal ini dapat diartikan bahwa, segala proses-
proses yang berlangsung dalam pembentukan permukaan bumi seperti saat ini,
telah berlangsung sejak awal terbentuknya bumi. Konsep ini juga memiliki
slogan,The Present is the key to the Past. Sejak kala itu, orang-orang mulai
menyadari bahwa bumi selalu mengalami perubahan. Dengan
demikian sangat jelas bahwa geologi sangat berhubungan dengan waktu.
Selanjutnya muncul banyak teori yang membuat ilmu geologi berkembang
cepat. Salah satunya teori tektonik lempeng oleh Alfred Wagener (1912).
Namun pada saat itu masih sebagai bahan tertawaan, dan baru diketahui
kebenarannya pada tahun 1960. Bahwa bumi itu selalu mengalami perubahan
baik perubahan kecil maupun besar, baik sangat lambat hingga dalam sekejap,
baik sempit maupun luas. Bumi itu dinamis, tidak statis/tidak hanya
diam.Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Bumi dan segala isi di
dalamnya. Ilmu pengetahuan ini tidak hanya fokus mempelajari apa yang ada di
dalam bumi, namun juga mempelajari berbagai macam fenomena alam yang
terjadi. Geologi struktur adalah salah satu cabang ilmu geologi yang masuk
dalam jenis geologi dasar. Lalu Geologi Teknik merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala geologi dari aspek kekuatan dan kelemahan
geologi, dimana diterapkan dalam pembangunan infrastruktur seperti tahap
menentukan lokasi, desain, konstruksi, pelaksanaan pembangunan dan
pemeliharaan hasil kerja keteknikan. Aplikasi dari ilmu geologi merupakan hal
yang penting pada beberapa bidang yang lainnya. Pemanfaatan ilmu geologi ini
semakin berkembang dan semakin di perlukan saat ini, dan berikut ini contoh
bidang yang memerlukan aplikasi dari ilmu geologi:
1. Petroleoum geology (Perminyakan) yaitu digunakan untuk mengetahui
jebakanjebakan minyak bumi dan gas bumi.
2. Miming geology (Pertambangan) yaitu untuk mengetahui proses
pembentukan endapan mineral yang sifatnya ekonarris, yang sangat
diperlukan oleh manusia.\
3. Hydrogeology (Hidrogeologi) yaitu untuk mempelajari tentang kejadian
pemanfaatan air tanah.
4. Environment geology (Geologi lingkungan) yaitu geologi sangat
dibutuhkan untuk mengevaluasi interaksi antar manusia dengan
lingkungannya.
5. Engineering geology (Geologi tekhnik) yaitu untuk mempelajari
hubungan antar ilmu geologi dengan berbagai problem ketekhnikan

2.1.2 Jenis Ilmu Geologi


1. Geologi Dinamis
Geologi dinamis adalah studi tentang ilmu geologi yang fokus mempelajari dan
membahas berbagai macam sifat dinamika yang dimiliki oleh planet bumi.
2. Physical Geology (Geologi Fisik)
Geologi fisik adalah salah satu ilmu yang mempelajari berbagai macam sifat
fisik dari sebuah planet, khususnya adalah bumi.
2.1.3 Cabang Ilmu Geologi
Ilmu geologi terbagi menjadi 5 cabang, antara lain:
1. Mineralogi
Mineralogi merupakan salah satu cabang yang berfokus untuk mempelajari
tentang mineral yang terkandung, baik dalam bentuk yang individu maupun
yang dalam bentuk kesatuan. Ilmu ini mempelajari materi, seperti sifat fisik,
sifat kimia, proses terjadinya, proses mendapatkannya serta kegunaan dari
mineral itu sendiri.
2. Petrologi
Petrologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari studi tentang batuan
serta kondisi pembentukannya. Petrologi memiliki tiga cabang lain yang
berkaitan dengan berbagai tipe dari batuan, seperti metamorf, sedimen, dan
beku. Cabang ini memanfaatkan bidang mineralogi yang klasik, analisa kimia,
serta petrografi mikroskopis yang menggambarkan berbagai macam komposisi
serta tekstur dari sebuah batuan yang didapatkan.
3. Stratigrafi
Stratigrafi merupakan salah satu cabang yang mempelajari tentang sejarah, umur
relatif, distribusi lapisan batuan, komposisi, serta interpretasi berbagai lapisan
batuan untuk menjelaskan sejarah bumi lebih jauh. Manfaat mempelajari
Stratigrafi untuk bisa mengetahui tentang luas penyebaran lapisan batuan yang
ada di bumi.
4. Geofisika
Geofisika merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang prinsip-prinsip
fisika yang ada di dalamnya. Geofisika termasuk ke dalam ilmu meteorologi,
fisika ionosfer, serta elektrisitas atmosferis. Metode ilmu geofisika dibagi
menjadi dua, yaitu metode aktif dan metode pasif. Metode aktif dilakukan
dengan cara membuat medan gangguan yang nantinya akan mengukur bentuk
respons yang dilakukan oleh bumi.
5. Vulkanologi
Vulkanologi merupakan studi yang mempelajari tentang magma, lava, fenomena
geologi yang masih saling berhubungan mengenai gunung berapi.

2.2 Hubungan geologi fisik dengan ilmu pertambangan


Dalam aktivitas pertambangan, ahli geologi adalah untuk mencari, menghitung
nilai ekonomis cadangan bahan-bahan galian atas dasar data-data geologi yang
dikumpulkannya. Data tersebut bisa berupa data permukaan bumi maupun
bawah permukaan bumi. Data geologi berperan penting untuk mencari,
menghitung cadangan, dan penting dalam aktivitas perencanaan pertambangan.
Ketika bahan galian sudah ditemukan dan nilainya ekonomis, nantinya bahan
galian tersebut akan dibongkar, dimuat, dan diangkut. Di sini peranan ahli
geologi sebagai tenaga eksplorasi juga profesi tambang dan ilmu tambang
sebagai tenaga eksploitasi. Data geologi yang digunakan berisi data-data
penting yang bisa diterjemahkan ke dalam informasi yang dapat dipakai
langsung untuk memecahkan persoalan eksplorasi bahan galian, lingkungan dan
persoalan teknis lainnya. Setelah diketahui oleh ahli geologi, keadaan geologi
lah yang menentukan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian, banyaknya air
dan yang lainnya. Ahli geologi tidak hanya melakukan perhitungan saja, tetapi
lebih mengarah pada memberikan panduan ke pihak tertentu mengenai potensi
bahaya geoteknik yang kemungkinan terjadi. Pihak-pihak tersebut mulai dari
manajemen perusahaan, institusi, mine planner, dan lain-lain. Peran ahli geologi
dalam pertambangan memang sangat penting. Tidak heran, jika hingga saat ini
dunia pertambangan sangat erat kaitannya dengan tugas ahli geologi. Bahkan, di
sini dapat dikatakan bahwa ahli geologi memiliki peran yang sangat penting
untuk proses eksekusi pertambangan yang akan dilakukan oleh sebuah lembaga
atau perusahaan tambang

2.3 Paleontologi
Paleontologi adalah ilmu alam yang berkaitan dengan biologi dan geologi yang
bertujuan untuk merekonstruksi makhluk hidup yang punah, asal-usulnya,
hubungan mereka, lingkungan dan migrasi yang berkaitan dengan sisa-sisa
mereka. Paleontologi merupakan ilmu bantu sejarah bermanfaat dalam
mengungkapkan hasil penelitian fosil-fosil manusia purba. Ilmu ini akan
membantu kita untuk merekonstruksi makhluk hidup yang hidup di zaman kuno,
mempelajari asal usulnya, perubahannya dari waktu ke waktu dan hubungan
yang terjadi di antara mereka dan dengan lingkungan mereka, distribusi spasial
dan migrasi yang berbeda, kepunahan, proses fosilisasi dan korelasi dan
penanggalan batuan yang mengandungnya. Tak hanya itu, paleontologi juga
akan membantu kita untuk memahami keanekaragaman hayati yang kita miliki
saat ini serta distribusi semua makhluk hidup yang kita amati di planet ini.
Paleontologi akan memberikan bukti penting untuk menyelesaikan beberapa
kontroversi ilmiah paling penting yang telah muncul dari waktu ke waktu
mengenai evolusi makhluk hidup dan arus dari benua, di samping menyediakan
mereka dengan alat yang diperlukan untuk analisis tentang bagaimana
perubahan iklim dapat mempengaruhi biosfer.

2.3.1 Studi Kasus Paleontologi


Cekungan Kutai secara regional terletak pada bagian tepi tenggara dari Keraton
Sunda dan termasuk di dalamnya Selat Makasar yang memanjang ke arah
daratan di bagian barat serta baratlaut sejauh 2700 km (Kingston, 1988). Luas
daerah cekungan Kutai meliputi luasan ± 130.000 km, mulai dari daratan
memanjang sampai ke laut sampai kedalaman 1000 km (Kingston, 1988).
Cekungan ini dibatasi oleh dua jalur sesar berdarah barat laut-tenggara, yaitu
Zona Sesar Sangkulirang di bagian utara dan Zona Sesar Adang di bagian
selatan. Pada bagian barat dibatasi oleh Tinggian Kuching yang termasuk ke
dalam bagian rangkaian pegunungan Kalimantan. Pada beberapa bagian dapat
terjadi terminologi litostratigrafi dimana sejumlah nama unit yang berbeda akan
tetapi digunakan pada batuan dengan karakter yang sama, hal ini lebih
diakibatkan akan kebutuhan pada setiap peneliti yang bekerja pada suatu daerah
di Cekungan Kutai. Pembuatan zonasi paleontologi adalah untuk mempermudah
pembagian zona umur pada litostratigrafi yang berkembang. Zonasi paleontologi
dibuat berdasarkan jenis-jenis fosil yang ditemukan dari contoh-contoh batuan
yang berkembang di daerah penelitian, dan terdapat tiga jenis fosil yang
ditemukan yaitu foraminifera, nannofossil dan pollen. Untuk itu zonasi
paleontologi di Cekungan Kutai bagian bawah dibagi menjadi tiga zona
berdasarkan jenis fosil yang ditemukan, data dari studi kasus tersebut bisa kita
liat sebagai berikut :
2.4 Vulkanologi / kegunungapian
Tidak semua gunung dapat dikategorikan sebagai gunung api, dan tidak semua
gunung api memiliki bentang alam berupa tinggian seperti gunung
(pegunungan) atau bukit (perbukitan). Tubuh gunung api tidak selalu berupa
kerucut simetris seperti Gunung Merapi, tetapi dapat berupa kubah tak simetri
seperti Gunung Salak, Gunung Merbabu, Gunung Dieng, Gunung Ungaran dan
Gunung Lawu, tameng (perisai) seperti Maona Loa, Kilaulea dan Kea, cekungan
melingkar seperti Gunung Rowo dan Toba atau cekungan setengah melingkar
seperti Rawa Dano dan Yellowstone. Dimensi gunung api juga bervariasi dari
yang berdiameter 100 m seperti tipe perisai yang banyak dijumpai di wilayah
pemekaran lantai samudra (Iceland dan Hawaii) hingga puluhan kilometer (di
kebanyakan gunung api komposit), dengan elevasi dari beberapa puluh meter
hingga beberapa ribu meter. Prinsip dasar gunung api adalah adanya magma
sebagai sumber material gunung api yang dierupsikan, rekahan yang
menghubungkan magma dengan permukaan bumi (yang terbentuk secara
tektonika) dan tektonika yang mengontrol pergerakan magma ke permukaan
bumi. Sifat-sifat dan kegiatan magma di dalam perut bumi disebut magmatisme.
Terjadinya magmatisme dikontrol oleh tatanan tektonismenya. Tektonisme dan
gaya gravitasi bumi membentuk proses pemisahan dan pengangkatan magma
dalam reservoir magma atau dalam dapur magma, ke lapisan kerak bumi yang di
atasnya. Tektonisme menjaga keseimbangan siklus pembentukan batuan dalam
lapisan kerak bumi, yaitu pelelehan, pembekuan, metamorfisme, penghancuran,
sedimentasi, erosi dan litifikasi.
Memang, ada banyak sekali jenis gunung di permukaan bumi, dengan litologi,
struktur geologi dan ciri geomorfologi yang beragam. Ada gunung, pegunungan,
bukit atau perbukitan (dengan morfologi tinggian) yang tersusun atas batuan
klastika, batuan sedimen nonklastika, batuan koheren (perlapisan lava), batuan
beku, batuan metamorf atau salah satu atau lebih dari ke semua batuan tersebut.
Struktur geologi dan ciri geomorfologinya pun mencerminkan kontrol struktur/
tektonika, kontrol denudasional, kontrol vulkanik atau salah satu atau gabungan
dari ke semua kontrol geomorfologi tersebut. Ada juga morfologi gabungan
perbukitan-pegunungan dengan kontrol geomorfologi struktural yang tersusun
atas salah satu atau lebih litologi batuan klastika (dapat vulkanik/ nonvulkanik).
Ke semua ciri geologi tersebut adalah mencerminkan proses geologi masa lalu
yang berragam yang berlangsung dalam kurun waktu geologi tertentu (dapat
jutaan hingga belasan juta tahun). Pada gunung yang tersusun atas batuan
sedimen, harus dilakukan kajian menyeluruh terhadap litologi penyusun
tersebut. Gunung api tidak tersusun atas napal dan batu gamping secara
dominan, tetapi keduanya dapat hadir sebagai sisipan dalam batuan gunung api,
ketika gunung api tersebut berada di lingkungan laut. Sebagai contoh adalah
sisipan napal dan batu gamping pada breksi andesit di daerah Tegalrejo (Bayat)
dan Gunung Kelir (Wonogiri), kedua batuan sedimen tersebut justru sebagai
penciri jeda aktivitas gunung api. Pada aktivitas gunung api masa kini, napal dan
batu gamping juga sering menyisip di antara batuan gunung api hasil aktivitas
Gunung Krakatau purba dan Gunung Rinjani purba. Jadi, batuan sedimen yang
berada di antara kedua runtunan batuan vulkanik, mencirikan sebagai proses
geologi normal yang berlangsung Vulkanologi selama aktivitas gunung api
tersebut melemah. Batuan beku telah diketahui secara umum merupakan batuan
asal magmatik yang dapat membeku di bawah permukaan (sebagai intrusi)
maupun membeku di permukaan bumi (sebagai lava). Pada wilayah pegunungan
atau gunung yang tersusun atas batuan beku tersebut, harus dilakukan kajian
menyeluruh apakah berasosiasi dengan batuan gunung api atau berasosiasi
dengan batuan intrusi magmatik dalam (plutonik). Diketahui pula, bahwa
aktivitas vulkanik pasti berhubungan juga dengan aktivitas magmatik; yaitu
antara tubuh dapur magma atas hingga di permukaan bumi. Batuan beku yang
merupakan batuan gunung api adalah lava, batuan beku intrusi dangkal dan
sering berasosiasi dengan batuan klastika gunung api. Jadi, gunung dengan
batuan beku intrusi magmatik dalam yang tidak berasosiasi dengan batuan
gunung api belum dapat dikategorikan sebagai gunung api. Batuan metamorf
sering menyusun litologi suatu daerah pada kedalaman tertentu, yaitu 10–50 km
dpl. Jika dijumpai gunung yang tersusun atas batuan metamorf; maka harus
dilihat asosiasinya, apakah berhubungan dengan batuan metamorf yang lain
seperti dari kompleks bancuh atau berhubungan dengan batuan gunung api.
Batuan bancuh (olistostrom) tidak berasosiasi dengan aktivitas gunung api,
sebagai contoh adalah komplek batuan bancuh di Karangsambung (Kebumen
Jawa Tengah). Aktivitas gunung api yang bersifat sangat eksplosif dapat
mengangkat batuan dinding dapur magma, pada kedalaman lebih dari 2 km,
membentuk kaldera dengan lebar minimal 2 km. Pada saat itu, seluruh tubuh
magma dalam dapur magma dilontarkan bersama-sama dengan batuan dinding
dapur magma, yang di dalamnya dapat berupa sekis hijau (hasil dari
metamorfisme regional), batuan metasedimen/ meta-beku dan batuan sedimen,
seperti yang dijumpai di Bayat (Klaten Jawa Tengah). Gunung yang litologinya
tersusun atas batu gamping terumbu, dengan beberapa bagian diantaranya terdiri
atas batugamping klastika, kemunculannya di permukaan berhubungan dengan
kegiatan tektonika. Batu gamping tersebut pada awalnya merupakan koloni-
koloni terumbu karang sebagai biota laut, yang hidup pada lingkungan transisi-
neritik, pada kedalaman 50−500 m bpl (di bawah permukaan laut).

2.4.1 Zonasi Gunung Api


Menurut Williams dan Mc.Birney (1979), morfologi gunung api dapat
dibedakan menjadi 3 zona dengan ciri-ciri jenis litologi dan asosiasi morfologi
yang berlainan. Ketiga zona tersebut adalah :
1. Zona pusat erupsi atau fasies sentral, yang dicirikan oleh :
a. Banyak radial dike / sill
b. Adanya sumbat kawah (plug) dan crumble breccia
c. Adanya zona hidrotermal
d. Sifat piroklastik kasar
e. Bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi
2. Zona Proksimal atau fasies proksimal, yang dicirikan oleh :
a. Material piroklastik yang agak berorientasi
b. Terjadi pelapukan pada lava dan material piroklastik yang oleh soil yang tipis
c. Sering dijumpai parasitic cone
d. Banyak dijumpai ignimbrite dan welded tuff
3. Zona distal atau fasies distal, yang dicirikan oleh :
a. Material piroklastik berukuran halus
b. Banyak dijumpai lahar
c. Terkadang terdapat cinder cone
Pada perkembangannya, pengembangan fasies gunungapi dilakukan oleh Vessel
dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi 4 kelompok,
antara lain central/Vent facies, proximal facies, medial facies dan distal facies.

2.
4.2 Intrusi Magma
intrusi magma adalah pergerakan magma pada lapisan kulit bumi yang tidak
sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma terjadi karena tekanan yang dimiliki
magmanya sangat kecil, sehingga ia hanya bisa melewati celah-celah lapisan
batuan di lapisan kulit bumi, dan membeku di dalam kulit bumi. intrusi magma
terbagi menjadi berbagai macam bentuk, antara lain adalah: Batolit adalah
batuan beku yang terbentuk di dapur magma.
Lakolit Berikutnya, lakolit adalah magma dengan sifat asam yang menyusup di
antara lapisan batuan yang kemudian menyebabkan lapisan batuan di atasnya
terangkat. Karena adanya tekanan magma yang begitu kuat, lapisan batuan di
atasnya mengalami perubahan bentuk seperti bentuk kubah, lalu Sill adalah
lapisan magma tipis yang menyusup di antara celah batuan. selain itu ada juga
Diatrema merupakan sebuah pipa yang menghubungkan dapur magma dengan
permukaan bumi, lalu Intrusi Korok/Gang adalah lapisan magma yang
memotong lapisan batuan secara vertikal, dan yang terakhir adalah Apolisa
merupakan cabang dari intrusi korok

2.4.3 Geothermal
Energi panas bumi juga dikenal dengan nama energi geothermal yang berasal
dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani kata “geo” memiliki arti bumi dan
kata “thermal” memiliki arti panas jadi ketika digabungkan kata geothermal
memiliki arti panas bumi. Energi panas bumi sendiri dihasilkan dan disimpan di
dalam inti bumi. Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil, panas bumi
merupakan sumber energi bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca.
Menurut UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi, sumber daya panas bumi
adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk
pemanfaatannya diperlukan proses penambangan yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkitan tenaga listrik atau pemanfaatan langsung lainnya. Salah
satu pemanfaatan energi panas bumi adalah untuk menghasilkan energi listrik.
Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik secara garis besar
dilakukan dengan cara melihat resource dari panas bumi tersebut. Apabila suatu
daerah memiliki panas bumi yang mengeluarkan uap air (steam), maka steam
tersebut langsung dapat digunakan. Steam tersebut secara langsung diarahkan
menuju turbin pembangkit listrik untuk menghasilkan energi listrik. Setelah
selesai steam tersebut diarahkan menuju condenser sehingga steam tersebut
terkondensasi menjadi air. Air ini selanjutnya di recycle untuk menjadi uap lagi
secara alami. Namun, bila panas bumi itu penghasil air panas (hot water), maka
air panas tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi uap air (steam). Proses
perubahan ini membutuhkan peralatan yang disebut dengan heat exchanger,
dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger sehingga terbentuk uap
air. Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di Indonesia.
Diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi panas bumi terbesar di dunia.
Cadangan energi panas bumi yang terbesar terletak di wilayah barat Indonesia
dimana ada permintaan energi yang paling tinggi: Sumatra, Jawa dan Bali.
Sulawesi Utara adalah provinsi yang paling maju dalam penggunaan geothermal
untuk energi listrik: sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat dari energi
geothermal.

2.4.4 Fasies
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik
yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi
memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di
bawah, atas dan di sekelilingnya. Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam
facies association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis
sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas
asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element
dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan
makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992). Menurut Slley
(1985), Fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan
dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur
sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari
proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan
pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan
berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari
berbagai data
Fasies gunung api dapat dikenali dengan baik pada gunung api aktif tipe
komposit atau gunung api yang dibentuk oleh proses subduksi. Fasies gunung
api dapat dikelompokkan dengan didasarkan pada aktivitas dan mekanisme
pengendapan material gunung api, tipe dan komposisi material gunung api, serta
geomorfologinya. Menurut Bogie & Mackenzie (1998), gunung api komposit
aktif dapat terbagi ke dalam empat fasies, yaitu pusat gunung api, proksimal,
medial dan distal, Pemahaman fasies gunung api dapat diaplikasikan dalam
pemetaan geologi di lingkungan gunung api, terutama pada gunung api-gunung
api yang berumur Tersier atau yang lebih tua, yang tidak lagi menunjukkan
geomorfologi kerucutnya dan tidak lagi diketahui aktivitasnya. Pada gunung api
purba, pengenalan daerah fasies gunung api merupakan bagian penting dalam
eksplorasi mineral, terutama pada daerah daerah termineralisasi yang berkaitan
dengan kegiatan vulkanisme dan magmatisme. Identifikasi dan pemetaan ciri
fisik dari jenis batuan, geomorfologi, struktur geologi, dan tingkat alterasi
hidrotermal dapat menuntun ke arah pemahaman tentang hubungan proses
vulkanisme, magmatisme, dan mineralisasi. Fasies gunung api dapat dipahami
dari proses-proses/ mekanisme erupsi, produk dari erupsi gunung api dan
bentang alam yang dihasilkan oleh erupsi gunung api, termasuk aspek-aspek ciri
fisik dari produk erupsi, stratigrafi dan rekonstruksi lingkungan purba
(paleoenvironment), serta evolusi tektonisme yang mengontrolnya. Fasies
sendiri adalah suatu endapan atau satuan erupsi atau kedua-duanya yang
mempunyai hubungan spasial, geometrik, dan ciri internal. Telah disebutkan
sebelumnya, bahwa gunung api komposit dalam perkembangannya dapat
melakukan erupsi sangat eksplosif membentuk kaldera baru. Erupsi gunung api
tersebut selalu berlangsung secara siklis, yaitu proses pembangunan kerucut
gunung api (konstruktif), proses penghancuran kerucut gunung api (destruktif),
proses pembangunan kembali, proses penghancuran kembali dan seterusnya;
yang disebut sebagai siklus kaldera. Siklus kaldera adalah sekuen kejadian dari
perkembangan kaldera dalam pengertian runtuhnya gunung api (volcano
collapse). Kaldera adalah suatu depresi gunung api berbentuk lingkaran, lebih
kurang berbentuk agak melingkar atau lingkaran yang dihasilkan oleh runtuhnya
penutup dapur magma, akibat pengosongan secara katastropik dari dapur magma
tersebut ketika terjadi erupsi (William, 1979). Kejadian tersebut akan
menghasilkan rekahan-rekahan yang berperan sebagai jalan keluarnya larutan
hidrotermal, dan di percaya di kemudian hari dapat mengendapkan urat-urat
epitermal mengandung logam mulia.

2.5 Dinamika Geologi


2.5.1 Proses Eksogen
tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Adapun luar bumi
yang dimaksud ialah tenaga yang berasal dari atas permukaan bumi. Tenaga
yang berasal dari atas permukaan bumi termasuk di antaranya kegiatan manusia
yang membentuk permukaan bumi. Ini bisa berarti air, angin, organisme, sinar
matahari, dan es. Tenaga eksogen bersifat merusak dan mengikis permukaan
bumi, terutama pada bagian-bagian tinggi. Tetapi di sisi lain, tenaga eksogen
juga bisa mengisi bagian-bagian yang rendah.
Tenaga eksogen mempengaruhi perombakan muka bumi melalui proses
pelapukan, pengikisan, pengendapan, dan pergerakan batuan atau tanah. Dalam
proses-proses ini dibantu dengan keberadaan unsur air, udara, dan es. Dikutip
dari Modul Geografi: Ramah dengan Alam oleh Kustopo (2018:26-33),
mengenai proses pelapukan, pengikisan, pengendapan, dan pergerakan batuan
atau tanah dijelaskan sebagai berikut:
● Pelapukan merupakan peristiwa hancurnya batuan dari ukuran besar
menjadi kecil maupun halus. Proses pelapukan terjadi dalam jangka waktu yang
lama dan pelapukan dipengaruhi oleh faktor pendukung berupa cuaca.
Pelapukan dapat terjadi dalam tiga macam yaitu secara mekanik, kimiawi, dan
organik sebagai berikut:
1. Pelapukan Mekanik Pelapukan mekanik atau pelapukan fisis merupakan
peristiwa hancur dan lepasnya material batuan tanpa mengubah struktur batuan.
Pelapukan jenis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: - Akibat
perbedaan temperatur - Akibat pengikisan di daerah pegunungan - Akibat
insolasi di daerah gurun - Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan - Akibat perubahan air garam menjadi kristal
2. Pelapukan kimiawi merupakan proses pelapukan batuan yang disertai
adanya perubahan susunan unsur kimia batuan yang lapuk. Proses ini terjadi atas
empat tahap, yaitu hidrasi, hidrolisis, oksidasi, dan karbonasi.
3. Pelapukan organik atau pelapukan biologis merupakan proses pelapukan
batuan yang disebabkan oleh makhluk hidup atau organisme. Penyebab
terjadinya proses pelapukan ini, yakni makhluk hidup antara lain manusia,
hewan maupun tumbuhan.
● Erosi merupakan proses terjadinya pelepasan dan pemindahan massa
batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain sebagai akibat adanya tenaga
yang bergerak pada permukaan bumi. Erosi dibedakan menjadi empat
berdasarkan penyebabnya, yaitu:
- Ablasi, erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir
- Abrasi, erosi yang disebabkan oleh air laut
- Eksarasi, erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es
- Deflasi, erosi yang disebabkan oleh angin
● Sedimentasi merupakan proses terjadinya pengendapan material hasil
pengikisan dan pelapukan oleh air, angin, atau gletser pada suatu wilayah. Hasil
pengendapan dari material ini lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen.
Umumnya hasil endapan dari proses sedimentasi pada setiap daerah berbeda-
beda. Sedimentasi dibagi menjadi empat jenis berdasarkan tenaga
pengangkutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Pengendapan oleh air sungai Batuan dari hasil pengendapan oleh air
sungai disebut dengan sedimen akuatis. Contoh nyata dari sedimen ini di alam
seperti, meander, oxbow lake, delta, dan tanggul alam.
2. Pengendapan oleh air laut Hasil pengendapan oleh air sungai disebut
dengan sedimen marine. Contoh nyata dari sedimen ini di alam seperti, pesisir,
spit, tombolo, dan penghalang pantai.
3. Pengendapan oleh angin Hasil pengendapan oleh air sungai disebut
dengan sedimen aeolis. Contoh nyata dari sedimen ini di alam adalah bukit pasir
(sand dune).
4. Pengendapan oleh gletser Hasil pengendapan oleh air sungai disebut
dengan sedimen glasial. Contoh nyata dari sedimen ini di alam adalah timbunan
material pada lembah.

2.5.2 Proses endogen


Proses endogen sebagian besar disebabkan oleh energi panas dari mantel dan
kerak bumi. Energi panas ini berasal dari peluruhan dan disintegrasi unsur
radioaktif dan dari diferensiasi gravitasi di mantel. Proses-proses tersebut
menimbulkan fenomena seperti gempa bumi, munculnya dan berkembangnya
benua, palung samudra dan pegunungan, timbulnya aktivitas vulkanik,
metamorfisme batuan yang sudah ada sebelumnya, deformasi dan pergerakan
kerak bumi baik secara vertikal maupun lateral. Tenaga eksogen adalah
kebalikan dari tenaga endogen, yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat
umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan
dari tenaga endogen.

2.5.3 Stratigrafi
Stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang berhubungan dengan deskripsi
batuan atau interpretasi skala waktu geologi. Ilmu ini utamanya berlaku untuk
mempelajari batuan sedimen, batuan beku vulkanik, atau batuan metamorf yang
terbentuk dari bahan ekstrusif. Tujuan umum dari stratigrafi adalah pembagian
urutan lapisan batuan menjadi unit yang dapat dipetakan, menentukan hubungan
waktu yang terlibat, dan menghubungkan urutannya dengan kondisi lapisan
batuan di lokasi lain. Dengan demikian, stratigrafi dapat memberikan wawasan
mengenai sejarah geologi strata, mulai dari dari mana batuan berasal dan sejak
kapan terbentuknya. Kedua aspek inilah yang kemudian berkaitan sebagai
subdivisi.
Berikut salah satu contoh stratigrafi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah geologi dan keilmuan pertambangan tidak
bisa lepas keterkaitannya sebab aspek dalam pertambangan pun juga didasari
oleh keilmuan geologi yang pada hakikatnya sebagai salah satu dasar dari
keilmuan pertambangan, dan pula geologi dari penjelasan makalah ini adalah
sesuatu yang kompleks dan memiliki tingkat keterkaitan yang kuat untuk
keilmuan lain kehidupan di masyarakat dunia, demikian makalah ini dibuat lebih
dan kurangnya penulis meminta maaf
Daftar Pustaka

https://parboaboa.com/pengertian-geologi-lengkap-dengan-jenis-dan-
cabangnya
https://parboaboa.com/mengenal-sejarah-tentang-paleontologi
https://tirto.id/pengertian-tenaga-eksogen-sumber-dampak-dan
contohnya-gdK4
https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-proses-pembentukan-
muka-bumi-ini-tahapannya-kln.html
https://solarindustri.com/blog/prinsip-stratigrafi/
https://dinaspendidikan.deliserdangkab.go.id/definisi-dan-pengertian-
ilmu-geologi.html
https://www.ruangguru.com/blog/intrusi-dan-ekstrusi-magma
Alzwar, M., 1985, G. Kelut, Berita Berkala Volkanologi Edisi Khusus,
no.108, Direkt. Vulkanologi, 60.
Alzwar, M., Samodra, H., & Tarigan, J.J., 1988, Pengantar Dasar
IlmuGunungapi, Nova, Bandung, 226.

Anda mungkin juga menyukai