Anda di halaman 1dari 9

HALAMAN JUDUL

MAKALAH
KASUS HIV/AIDS DI PROVINSI GORONTALO

Disusun oleh :
Nama : Cucu Yustani
NIM : 2022-01-13201-004

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT TINGKAT I
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul Kasus HIV/AIDS di Provinsi
Gorontalo. Dan juga saya berterima kasih kepada ibu Winei Handriani, SST, MKM selaku dosen
Mata Kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari upaya saya untuk memahami dan menggali lebih dalam
tentang tantangan yang dihadapi oleh Provinsi Gorontalo dalam menghadapi penyebaran
HIV/AIDS.

Saya sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan- kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya,
Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata- kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan saya di masa
depan.

Palangkaraya, 19 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun-tahun terakhir, HIV/AIDS telah menjadi isu kesehatan global yang signifikan.
Di Indonesia, kasus HIV/AIDS juga terus meningkat, termasuk di Provinsi Gorontalo.
Provinsi Gorontalo, terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, menghadapi tantangan serius
dalam menghadapi penyebaran HIV/AIDS di masyarakatnya. Gorontalo, dengan populasi
sekitar 1,1 juta jiwa, menghadapi beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap
penyebaran HIV/AIDS. Salah satu faktor penting adalah kekurangan akses terhadap
pendidikan dan informasi tentang HIV/AIDS di kalangan masyarakat. Ketidaktahuan tentang
metode pencegahan dan penyebaran virus, serta stigma yang masih melekat pada HIV/AIDS,
dapat menyulitkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini.

Selain itu, perilaku berisiko seperti hubungan seksual tidak aman dan penggunaan
narkoba suntik juga merupakan faktor utama penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo.
Praktik seks tanpa kondom, terutama di antara kelompok rentan seperti pekerja seks
komersial (PSK) dan populasi pengguna narkoba suntik, berpotensi mempercepat penyebaran
virus. Selain faktor perilaku, kondisi sosial dan ekonomi Provinsi Gorontalo juga dapat
memengaruhi penyebaran HIV/AIDS. Faktor-faktor seperti kemiskinan, ketimpangan gender,
migrasi, dan rendahnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai dapat memperburuk
situasi. Meskipun Provinsi Gorontalo memiliki beberapa layanan kesehatan yang tersedia,
terdapat tantangan dalam menyediakan layanan yang memadai untuk pencegahan, pengujian,
dan pengobatan HIV/AIDS. Terbatasnya sumber daya manusia, fasilitas kesehatan yang
terbatas, dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengakses layanan
tersebut,

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapa banyak kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo pada tahun 2022?
2. Apa saja faktor yang menjadi penyebab penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo?
3. Bagaimana tingkat aksebilitas dan ketersediaan layanan pencegahan, pengujian, dan
pengobatan HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo?
4. Apa saja kontribusi yang diberikan tenaga Kesehatan Masyrakat untuk mengurangi
peningkatan kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui berapa banyak kasus yang terjadi di Provinsi Gorontalo pada tahun
2022
2. Untuk mengetahui berbagai faktor yang menjadi penyebab penyebaran HIV/AIDS di
Provinsi Gorontalo
3. Untuk mengetahui tingkat aksebilitas dan ketersediaan layanan pencegahan, pengujian,
dan pengobatan HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo
4. Untuk mengetahui kontribusi apa saja yang diberikan tenaga Kesehatan Masyrakat untuk
mengurangi peningkatan kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo tahun 2022


Pada tahun 2022, Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS. Menurut
data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, jumlah pengidap HIV/AIDS di Gorontalo pada
tahun 2022 mencapai 754 orang. Data dari Dinkes juga menunjukkan bahwa kasus
HIV/AIDS di Gorontalo meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2021
terdapat 721 kasus, sedangkan pada tahun 2022 mencapai 788 kasus. Data tersebut juga
menunjukkan bahwa kasus HIV/AIDS di Gorontalo didominasi oleh laki-laki milenial. Pada
bulan November 2022, terdapat 839 kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo, dengan 414
kasus HIV dan 425 kasus AIDS. Di Gorontalo Utara, pada bulan Maret 2022 terdapat 64
orang yang terinfeksi HIV/AIDS.

2.2 Faktor
Menurut beberapa sumber yang saya temukan, terdapat beberapa faktor sosial, perilaku,
dan ekonomi yang menjadi penyebab penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo. Berikut
adalah beberapa faktor tersebut:
1. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dan cara penularannya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak mengambil tindakan pencegahan yang tepat, seperti
penggunaan kondom saat berhubungan seks atau penggunaan jarum suntik yang steril.

2. Perilaku seksual yang berisiko, seperti hubungan seks tanpa kondom, berganti-ganti
pasangan, dan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS.

3. Penggunaan narkoba suntik yang tidak steril. Hal ini dapat menyebabkan penularan
HIV/AIDS melalui jarum suntik yang terkontaminasi.

4. Mobilitas penduduk yang tinggi. Provinsi Gorontalo merupakan daerah yang memiliki
mobilitas penduduk yang tinggi, baik dalam hal perpindahan penduduk maupun dalam
hal perjalanan wisata. Hal ini dapat memperbesar risiko penularan HIV/AIDS.

5. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan
masyarakat sulit untuk mendapatkan informasi dan layanan pencegahan HIV/AIDS yang
tepat.

6. Stigma dan diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Hal ini dapat
menyebabkan orang yang terinfeksi HIV/AIDS enggan untuk mencari pengobatan dan
mengambil tindakan pencegahan yang tepat.

2.3 Akses
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV
dan AIDS di Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa pemerintah daerah melalui SKPD
terkait melakukan upaya pencegahan penularan HIV dan AIDS pada tenaga kerja melalui
pemberian informasi tentang Nafza dan HIV/AIDS secara periodik terhadap tenaga kerja,
bersama dengan KPA membentuk Kelompok Kerja Penanggulangan HIV dan AIDS dalam
rangka melindungi tenaga kerja dari infeksi Virus HIV dan AIDS di lingkungan kerja,
membuat kebijakan, pengawasan, dan evaluasi di bidang ketenagakerjaan dalam pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sesuai peraturan perundang-undangan, serta
melakukan upaya pencegahan lainnya. Selain itu, pada bulan September 2022, Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan meningkatkan akses layanan tes dan pengobatan
HIV/AIDS dan IMS bagi nakes puskesmas dan RS. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
daerah telah melakukan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan ketersediaan layanan
pencegahan, pengujian, dan pengobatan HIV/AIDS. Namun, informasi mengenai tingkat
aksesibilitas dan ketersediaan layanan pencegahan, pengujian, dan pengobatan HIV/AIDS di
Provinsi Gorontalo masih terbatas.

Dalam sebuah artikel di Liputan6.com, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr.
Yana Yanti Suleman, menyatakan bahwa layanan HIV/AIDS semakin ditingkatkan dan akan
dilakukan kolaborasi antara klinik pemerintah dan swasta untuk berintegrasi. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah melakukan upaya untuk meningkatkan
aksesibilitas dan ketersediaan layanan pengobatan HIV/AIDS. Selain itu, terdapat juga
informasi mengenai adanya klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) di Rumah Sakit
Tani dan Nelayan RSTN Boalemo yang menyediakan pelayanan klinik VCT dan
pengambilan obat ARV (Anti RetroViral) untuk penderita HIV/AIDS. Meskipun klinik ini
berada di Kabupaten Boalemo, Sulawesi Utara, namun hal ini menunjukkan bahwa terdapat
upaya untuk menyediakan layanan pengobatan HIV/AIDS secara gratis.

2.4 Kontribusi Tenaga Kesehatan Masyarakat


Beberapa kontribusi yang dapat tenaga Kesehatan Masyarakat berikan meliputi :
1. Edukasi dan Kesadaran
Melakukan kampanye edukasi yang luas tentang HIV/AIDS kepada masyarakat,
termasuk mengenai penyebab, cara penularan, pencegahan, dan pentingnya pengujian
HIV. Menggunakan berbagai media komunikasi seperti brosur, pamflet, poster, media
sosial, dan acara komunitas untuk menyampaikan informasi yang akurat dan up-to-date
tentang HIV/AIDS.

2. Konseling dan Tes HIV


Menyediakan akses mudah dan aman untuk konseling dan tes HIV. Mendorong
individu yang berisiko tinggi untuk melakukan pengujian HIV secara teratur, termasuk
pengujian diagnostik cepat (rapid test) yang dapat memberikan hasil dalam waktu
singkat. Memberikan dukungan emosional dan informasi yang akurat kepada individu
yang telah terdiagnosis HIV serta memfasilitasi akses mereka ke layanan pengobatan dan
perawatan yang tepat.

3. Program Pencegahan Penularan


Mengimplementasikan program pencegahan penularan HIV seperti program
pertukaran jarum suntik, program pengurangan risiko di antara pengguna narkoba, dan
program promosi penggunaan kondom. Memberikan informasi dan pendidikan kepada
kelompok berisiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial, pekerja migran, dan remaja,
tentang cara-cara mengurangi risiko penularan HIV.

4. Memberikan Dukungan
Memberikan dukungan psikososial kepada individu yang hidup dengan HIV/AIDS
serta keluarga mereka untuk mengurangi stigma dan diskriminasi.

5. Kolaborasi dan Kemitraan


Membangun kemitraan dengan organisasi lokal, lembaga swadaya masyarakat, dan
komunitas terkait untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam upaya
pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS. Melibatkan pemimpin masyarakat, pemuka
agama, dan tokoh masyarakat dalam menyebarkan pesan-pesan pencegahan HIV/AIDS.

6. Pemantauan dan Evaluasi


Tenaga kesehatan masyarakat dapat melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap
program-program pencegahan HIV/AIDS yang ada. Dengan memantau dan
mengevaluasi, mereka dapat mengidentifikasi keberhasilan program dan menyesuaikan
strategi yang lebih efektif untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa situasi HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo pada tahun 2022
mengalami peningkatan kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah pengidap HIV/AIDS
mencapai 754 orang, dengan peningkatan dari 721 kasus pada tahun 2021. Kasus HIV/AIDS
di Gorontalo didominasi oleh laki-laki milenial. Faktor-faktor yang berperan dalam
penyebaran HIV/AIDS di Gorontalo antara lain kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS,
perilaku seksual berisiko, penggunaan narkoba suntik yang tidak steril, mobilitas penduduk
yang tinggi, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, serta stigma dan
diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Kontribusi yang diberikan tenaga
Kesehatan Masyarakat meliputi edukasi dan kesadaran, konseling dan tes HIV, program
pencegahan penularan, memberikan dukungan, kolaborasi dan kemitraan, pemantauan dan
evaluasi

3.2 Saran
Diharapkan instansi kesehatan yang ada di Provinsi Gorontalo yakni dinas kesehatan,
puskesmas disetiap kecamatan dan rumah sakit yang berada di Provinsi Gorontalo, agar
dapat lebih meningkatkan program-program dan layanan HIV/AIDS yang berhubungan
dengan penurunan angka kejadian HIV/AIDS. Dan juga bagi masyarakat diharapkan agar
dapat meningkatkan kesadarannya tentang mengakses layanan HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Ardan, M., Yunus, R., & Haimin, F. G. (2019). Pengaruh Metode Brainstorming Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Tenaga Kerja Bongkar Muat Tentang Hiv Dan Aids Di
Pelabuhan Gorontalo. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14(4), 327-331.
Ayuba, A., Syamsuddin, F., Pakaya, A. W., & Hemeto, M. (2022). KELOMPOK DUKUNGAN
SEBAYA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)
PADA PENDERITA HIV/AIDS DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE. Zaitun
(Jurnal Ilmu Kesehatan), 10(1), 1077-1085.
Khairunisa, N. S., & Sihaloho, E. D. (2019). Determinan Pembangunan Daerah dan Angka
HIV/AIDS di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 19(1), 43-58.
Moonti, M. A. (2022). PENGARUH TERAPI KOGNITIF UNTUK MENURUNKAN
KECEMASAN TERHADAP ORANG DENGAN HIV-AIDS (ODHA) DI KOTA
GORONTALO. Journal of Nursing Practice and Education, 2(02), 90-98.

Anda mungkin juga menyukai