Anda di halaman 1dari 7

Bab 1.

Geologi dan Permasalahan Lingkungan Geologi Untuk Perencanaan –2008


_____________________________________________________________________________

1
GEOLOGI DAN PERMASALAHAN
LINGKUNGAN

1.1 Pendahuluan
Pada awalnya, orang tertarik untuk mempelajari geologi hanya karena didorong oleh rasa
keingin tahuan terhadap apa yang dilihat dan dirasakan disekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari
kenyataan dengan tersiratnya konsep-konsep terjadinya Bumi di hampir semua budaya kuno dan
dalam ajaran-ajaran agamanya. Proses-proses alam yang menakjubkan, seperti meletusnya
gunung-api yang mengeluarkan bahan-bahan pijar dari dalam perut bumi, goncangan bumi yang
menghancurkan segala yang ada dimuka bumi dan lain sebagainya, telah mendorong orang-
orang untuk mencari jawabannya. Ilmu Geologi itu sendiri sebenarnya dapat dikatakan baru
dimulai pada sekitar tahun 500 hingga 300 tahun sebelum Masehi, yang didasarkan kepada
fakta-fakta yang disusul dengan pemikiran-pemikiran dan pernyataan-pernyataan yang diajukan
oleh pakar-pakar filsafat Yunani. Geologi sejak itu berkembang menjadi ilmu pengetahuan
tentang bumi. Dengan semakin majunya peradaban dimana banyak benda-benda kebutuhan
manusia dibuat yang memerlukan bahan-bahan tambang seperti besi, tembaga, emas dan
perak, kemudian juga batubara dan minyak bumi sebagai sumber energi, dan karena semua ini
harus diambil dari dalam Bumi, maka Ilmu Geologi kemudian berkembang sebagai ilmu terapan,
yang dalam hal ini berfungsi sebagai penuntun penting didalam eksplorasi.

Disamping itu geologi di jaman modern juga ternyata berkembang sebagai ilmu terapan didalam
pembangunan teknik sipil dan pengembangan wilayah. Perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan terhadap bangunan-bangunan teknik sipil seperti waduk, bendung, terowongan,
jembatan, jalan dan lainnya memerlukan data geologi, karena bangunan tersebut harus
dibangun diatas permukaan bumi. Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti
dengan penyediaan sarananya, maka lokasi hunian yang semula terletak didaerah-daerah yang
mudah dijangkau dan sederhana tatanan geologinya, sekarang sudah meluas kewilayah-wilayah
yang rumit dan memerlukan pengetahuan geologi yang lebih lengkap dan teliti didalam
pembangunannya. Air yang merupakan salah satu unsur dari bumi, menjadi kebutuhan
kehidupan yang sangat vital baik untuk rumah tangga, pertanian maupun sebagai energi
pembangkit listrik yang harus disediakan.

Akhir-akhir ini masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat ke permukaan, baik
yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun yang disebabkan karena ulah manusia
didalam membangun sarana dan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penggalian-penggalian
bahan tambang dan bangunan, pengambilan air tanah, sumberdaya energi seperti batubara dan
1
Bab 1. Geologi dan Permasalahan Lingkungan Geologi Untuk Perencanaan –2008
_____________________________________________________________________________

minyak-bumi dan lain sebagainya yang dilakukan tanpa dilandasi oleh perhitungan keadaan
geologi setempat. Pengetahuan geologi dalam hal ini menjadi penting didalam upaya untuk
mencegah dan menanggulangi terjadinya bencana lingkungan. Disamping itu, sebagai ilmu
terapan, muncul pula cabang-cabang ilmu geologi terapan seperti Geologi Teknik, Geologi
Lingkungan, Geologi Minyak-bumi, Geologi Konservasi dll.
Geologi pada hakekatnya merupakan suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatunya mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok dari ilmu-ilmu yang membahas perihal sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur dalaman, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas
permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi
ini lahir di alam semesta hingga sekarang.

Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai
pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu
pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Hampir setiap bentuk bangunan teknik sipil seperti
bendungan, jembatan, gedung-gedung bertingkat dibangun diatas permukaan bumi. Demikan
pula bahan-bahan tambang harus digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang sangat
erat dengan bidang-bidang kerekayasaan tersebut seperti Teknik Sipil, Pertambangan,
pengembangan Wilayah dan Tata Kota serta Lingkungan, menyebabkan ilmu ini semakin banyak
dipelajari, tidak saja oleh mereka yang akan memperdalam bidang geologi sebagai profesinya,
tetapi juga bagi lainnya yang bidang profesinya mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.

Degradasi lingkungan bumi sebagai akibat eksploitasi sumberdaya alam di berbagai tempat di
muka bumi saat ini telah menjadi isu sentral yang ramai dibicarakan dan didiskusikan oleh para
ahli lingkungan, terutama yang berkaitan dengan ketersedian dan keberlanjutannya sumberdaya
alam bagi generasi mendatang. Disamping itu kebutuhan dan penggunaan sumberdaya alam
yang tinggi dianggap sebagai penyebab utama terjadinya efek pemanasan global yang pada
akhirnya berdampak pada kerusakan lingkungan. Disamping itu pertumbuhan penghunian bumi,
perpindahan, penyebaran dan konsentrasi manusia disuatu wilayah akan selalu menimbulkan
persoalan baru, terutama persoalan yang berkaitan dengan penyediaan kebutuhan sumberdaya
alam. Oleh karena itu dalam proses perencanaan wilayah, ketersediaan sumberdaya alam harus
menjadi pertimbangan utama di dalam menetapkan peruntukan lahan.

Pada dasarnya hubungan antara ilmu geologi dan lingkungan tidak dapat dipisahkan, mengingat
permasalahan lingkungan yang muncul sebagai akibat dari eksploitasi sumberdaya alam
merupakan subyek dan obyek dari ilmu geologi. Geologi pada awalnya merupakan ilmu yang
kurang mendapat perhatian dari para ahli teknik maupun para pembuat kebijakan. Ilmu ini mulai
mendapat perhatian ketika eksploitasi sumberdaya alam meningkat tajam dan berdampak pada
degradasi dan kerusakan lingkungan. Oleh karenanya, pengetahuan geologi sangat diperlukan
dalam upaya memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif dan efisien guna memenuhi
kebutuhan hidup manusia masa kini dan masa mendatang dengan seminimal mungkin
mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dengan kata lain geologi dapat diartikan
sebagai penerapan informasi geologi dalam pembangunan terutama untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan untuk meminimalkan degradasi lingkungan sebagai akibat perubahan
perubahan yang terjadi dari pemanfaatan sumberdaya alam.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu mendapat perhatian di dalam meng-eksploitasi sumberdaya
alam:

1. Bumi adalah suatu benda yang terbatas, mempunyai dimensi yang tetap dan tidak
berubah (sistem tertutup)
2. Persebaran sumberdaya alam di bumi tidak merata dan jumlahnya sangat terbatas.
3. Bumi adalah suatu benda yang dinamis, dimana batuan, air dan udara bergerak dalam
suatu gerakan yang kontinyu.
2
Bab 1. Geologi dan Permasalahan Lingkungan Geologi Untuk Perencanaan –2008
_____________________________________________________________________________

4. Bumi beserta kejadian-kejadian yang bekerja di dalamnya ditentukan dalam ukuran


waktu. Proses-proses alam seperti gempa bumi, erupsi gunungapi, banjir, longsoran
tanah, dan atau gerakan lempeng dapat terjadi dalam waktu yang sangat cepat maupun
lambat (seperti tumbukan lempeng).

Materi pokok yang dibahas dalam buku ini berupa kajian mengenai peran ilmu geologi dalam
pengembangan wilayah dan lingkungan serta aspek-aspek geologi yang berkaitan dengan
kebutuhan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan bumi bagi kehidupan manusia.

1.2 Permasalahan Lingkungan

Indonesia kehilangan hutan lebih cepat dari negara-negara pemilik lain di dunia. Merujuk data
FAO (2006), hutan Indonesia berkurang 1,8 juta hektar per tahun, menempatkan Indonesia
menduduki peringkat ketiga negara pengemisi gas-gas rumah kaca terbesar di dunia, setelah
Amerika Serikat dan China. Penggundulan hutan (deforestasi) adalah sumber utama emisi
Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan tigaperempat luas kawasan hutan
alamnya (sekitar 72%) dan dari jumlah tersebut 40% telah hilang sama sekali.Faktor utama
pendorong tingginya deforestasi di Indonesia adalah pembalakan skala besar untuk industri
kertas, kayu, pembukaan lahan gambut untuk perluasaan kelapa sawit dan kebakaran hutan
yang terjadi setiap tahun untuk pembukaan hutan. Banjir, kekeringan, perubahan pola iklim
akan mempengaruhi ketahanan pangan yang salah satunya disebabkan hancurnya hutan di
Indonesia.

Pada hakekatnya permasalahan lingkungan akan muncul ketika eksploitasi sumberdaya alam
mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan. Permasalahan lingkungan saat ini
telah menjadi isu global dan menjadi perhatian para peneliti maupun para pengambil keputusan.
Banyak tempat di muka bumi saat ini kondisi lingkungannya sangat buruk dan sebagian besar
dalam kondisi yang kritis. Penurunan kualitas lingkungan dapat kita jumpai diberbagai belahan
bumi, terutama di tempat-tempat dimana eksploitasi sumberdaya alam sudah tidak
mengindahkan kelestarian lingkungan dan pengelolaan yang tidak bertanggungjawab.

Beberapa contoh lokasi yang telah mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat eksploitasi
sumberdaya mineral seperti di lokasi tambang batubara di Kalimantan Timur, tambang tembaga
di Papua, dan tambang timah di Pulau Bangka. Disamping itu eksploitasi sumberdaya hutan dan
perubahan tataguna lahan yang terjadi di pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua juga
berdampak pada rusaknya ekologi hutan tropis, struktur tanah dan sistem hidrologi air tanah.
Perubahan tataguna lahan yang terjadi di berbagai wilayah dalam skala besar telah berakibat
pada punahnya sebagian habitat fauna dan flora serta terganggunya ekosistem. Masalah
degradasi lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam dapat kita saksikan di
berbagai wilayah di dunia dan yang paling parah kondisinya ada di negara negara berkembang.

3
Bab 1. Geologi dan Permasalahan Lingkungan Geologi Untuk Perencanaan –2008
_____________________________________________________________________________

Tambang Tembaga Freport, Papua Tambang Batubara, Kalimantan

Deforestasi Hutan Tropis, Sumatra Eksploitasi Sumberdaya Hutan,Kalimantan

Meningkatnya jumlah penghunian bumi telah berdampak pada meningkatnya kebutuhan sumber
daya alam. Permasalahan yang sering dihadapi adalah bagaimana mencukupi dan memenuhi
kebutuhan sumberdaya alam yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Sebagaimana diketahui
bahwa sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah jumlahnya sangat terbatas dan tidak selalu
dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang ada di wilayah tersebut. DKI-Jakarta adalah
salah satu contoh wilayah yang sumberdaya alamnya sangat terbatas sehingga untuk memenuhi
dan mencukupi kebutuhan sumberdaya alamnya dipasok dari luar wilayah. Beberapa kebutuhan
sumberdaya alam, seperti sumberdaya air berasal dari wilayah disekitar Jakarta, seperti Bogor,
Tangerang, dan Purwakarta (Jatiluhur), sedangkan kebutuhan sumberdaya mineral industri
untuk bahan bangunan, seperti: batupasir, batu kali, batubata, genteng, dan keramik berasal
dari berbagai daerah di luar DKI.

1.3 Interaksi Manusia dengan Lingkungan

Bogor, Bekasi dan Tangerang adalah 3 (tiga) wilayah yang berada di sekitar wilayah ibukota
Jakarta dan lebih dari tiga dasawarsa sejak dicanangkannya pembangunan di Indonesia ketiga
wilayah tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan wilayah
lainnya di Indonesia. Secara geografis, Bekasi dan Tangerang terletak di sebelah timur dan barat
kota Jakarta dengan bentuk bentangalam yang datar sedangkan Bogor berada di sebelah
selatan, terletak di kaki gunungapi dengan bentuk bentangalam yang landai dan berbukit-bukit.
Pada awal tahun 1970-an, tingkat populasi dari masing-masing wilayah tersebut baru mencapai
250.000 jiwa dan pada saat ini tingkat populasinya telah mencapai hampir 10 kali lipat dari
jumlah sebelumnya. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh pengaruh arus urbanisasi yang terjadi
ke wilayah ibukota Jakarta.
4
Bab 1. Geologi dan Permasalahan Lingkungan Geologi Untuk Perencanaan –2008
_____________________________________________________________________________

Masterplan dari rencana pengembangan wilayah dan kota di ketiga daerah tersebut telah
disiapkan oleh pemerintah daerah masing-masing yang mengacu pada kebutuhan masyarakat
dan didasarkan atas faktor sosial, ekonomi, dan fisik. Namun demikian dalam implementasinya
seringkali terjadi perubahan dan penyimpangan sehingga tidak sesuai lagi dengan masterplan
yang dibuat. Konversi lahan yang tidak sesuai dengan rencana semula berakibat pada perubahan
rencana pembangunan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Perencanaan ulang
tata ruang kota merupakan pekerjaan yang seringkali dilakukan oleh pemerintah dikarenakan
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya dan adanya tumpang tindih
peruntukan lahan yang disebabkan oleh perubahan kebijakan.

Dengan tingkat populasi yang semakin tinggi di ketiga wilayah tersebut diatas maka kebutuhan
sumberdaya alam juga semakin meningkat. Masalah ketersediaan sumberdaya air, energi,
mineral dan lahan merupakan masalah yang harus dipecahkan disamping masalah lainnya
seperti masalah lokasi pembuangan limbah, fasilitas sosial, pembangunan infra struktur, serta
masalah pencemaran air, udara, dan suara. Masalah kebutuhan dan ketersediaan lahan yang
terus meningkat oleh para pengembang ( developer) dilihat sebagai peluang bisnis yang
menguntungkan. Lahan seringkali dibeli dan dikuasai oleh para pengembang untuk kepentingan
bisnisnya dan peraturan seringkali dilanggar dan dirubah untuk kepentingan pihak pengembang.

Contoh kasus yang sering dijumpai adalah perencanaan pembangunan di suatu wilayah tidak
lagi merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kota dan seringkali
penggunaan lahan sudah tidak lagi mempertimbangkan masalah resiko terhadap bencana alam
yang nyata-nyata sudah ter-identifikasi di wilayah tersebut. Tempat tempat yang rawan
terhadap bencana alam, seperti: banjir dan longsor serta masalah yang berkaitan dengan erosi,
sedimentasi, air bawah tanah tidak lagi menjadi bahan pertimbangan di dalam pemanfaatan
lahan. Konversi lahan secara besar besaran yang terjadi di ketiga wilayah tersebut diatas sedikit
banyak telah berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Pembangunan kota satelit
Bumi Serpong Damai dan Lippo Karawaci di Tangerang, Komplek Industri Jababeka di Cikarang,
Bekasi, serta Bukit Sentul di Bogor merupakan beberapa contoh kasus dari konversi lahan
pertanian yang sangat luas ke lahan pemukiman dan industri.

Permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya alam akan selalu
muncul sebagai konsekuensi logis dari adanya konsentrasi dan aktivitas manusia yang ada di
suatu daerah, seperti yang terjadi di ketiga wilayah tersebut diatas. Oleh karena itu di dalam
proses perencanaan wilayah, ketersediaan sumberdaya alam harus menjadi bahan pertimbangan
dalam memperhitungkan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang akan menempati wilayah
tersebut. Persoalan persoalan yang muncul sebagai akibat dari proses pembangunan seperti
yang terjadi di ke tiga wilayah tersebut diatas kiranya perlu diarahkan pada suatu paradigma
pembangunan yang akrab lingkungan, yaitu “pembangunan yang didasarkan atas pengetahuan
yang lebih baik tentang karakteristik alam dan manusia (masyarakat)”.

1.4 Ruang Lingkup

Dalam buku ini pembahasan difokuskan pada kajian mengenai peran ilmu geologi dalam
pengembangan dan perencanaan wilayah dan lingkungan serta aspek-aspek geologi yang
berkaitan dengan kebutuhan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan bumi bagi
kehidupan manusia. Dalam buku ini sistematika pembahasan terbagi menjadi 10 bagian, yaitu:

Bab 1. Geologi dan Permasalahan Lingkungan

Pada bab 1 diuraikan tentang perkembangan dan peran ilmu geologi dalam
perkembangan kehidupan manusia, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan manusia, disamping itu permasalahan lingkungan yang terjadi sebagai akibat
5
Bab 1. Geologi dan Permasalahan Lingkungan Geologi Untuk Perencanaan –2008
_____________________________________________________________________________

dari eksploitasi sumberdaya alam (sumberdaya geologi), serta interaksi manusia dengan
lingkungan dan permasalahan yang timbul sebagai akibat dari interaksi antara manusia
dengan lingkungannya.

Bab 2. Proses Proses Geologi dan Perubahan Bentangalam

Pada bab ini dibahas tentang proses-proses geologi sebagai suatu proses alamiah yang
berjalan sepanjang masa dan proses-proses ini (endogen dan eksogen) akan
membentuk, mempertahankan, dan merubah bentuk bentangalam. Proses-proses
geologi tersebut selain merubah bentuk bentuk bentangalam juga dapat menghasilkan
sumberdaya geologi dan dapat pula menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia.
Selain itu proses-proses geologi dapat pula dimanfaatkan dalam pengelolaan lingkungan,
seperti pengenceran, disperse, pergantian ion yang dimanfaatkan untuk mengelola
limbah.

Bab 3. Geomorfologi

Dalam bab ini dibahas mengenai ilmu geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan maupun
sebagai ilmu terapan untuk bidang keteknikan. Pengetahuan mengenai pemetaan
geomorfologi serta standard skala peta yang diperlukan dalam pemetaan geomorfologi
juga dibahas. Disamping itu dibahas pula kriteria kriteria penafsiran peta topografi untuk
aplikasi keilmuan dalam bidang geologi.

Bab 4. Penginderaan Jauh

Dalam bab ini diuraikan tentang definisi penginderaan jauh serta perkembangan
teknologi penginderaan jauh, prinsip dasar penginderaan jauh yang mencakup
gelombang elektromagnetik, sistem penginderaan jauh, dan pemrosesan data.
Disamping itu dibahas pula mengenai informasi geologi dari penginderaan jauh yang
mencakup bidang vulkanologi, struktur geologi, geologi daerah pesisir dan pantai,
kerawanan bencana geologi, sumberdaya air, dan kondisi lingkungan tambang.

Bab 5. Sumberdaya Geologi

Bab ini menguraikan tentang sumberdaya alam, terutama jenis sumberdaya alam tak
terbarukan (non-renewable natural recources) yang dikenal dalam ilmu kebumian
dengan sumberdaya geologi. Adapun pembahasan dibatasi hanya pada 4 (empat ) jenis
sumberdaya, yaitu sumberdaya air, sumberdaya mineral, sumberdaya energi dan
sumberdaya lahan. Ke empat jenis sumberdaya ini merupakan jenis sumberdaya yang
sangat diperlukan oleh setiap manusia dan juga dipakai sebagai kriteria dalam
penentuan penilaian suatu lahan pada proses perencanaan lahan .

Bab 6. Bencana Geologi

Dalam bab ini diuraikan tentang bahaya bahaya geologi (geological hazards) yang
mungkin timbul sebagai akibat dari proses-proses geologi. Dalam buku ini pembahasan
tentang bahaya geologi dibatasi hanya pada bahaya geologi yang sering terjadi dan
menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Adapun jenis jenis bahaya geologi
tersebut adalah bahaya longsor/gerakan tanah, bahaya gunungapi, bahaya gempabumi,
dan bahaya buatan. Dalam bab ini juga dibahas tentang Pengelolaan Resiko Bencana
(Disaster Risk Management), Pengurangan Resiko Bencana (Disaster Risk Reduction),
Rencana Tindak Untuk Pengurangan Resiko Bencana (Action Plan for Disaster Risk
Reduction), serta Bencana alam yang sering melanda Indonesia.

Bab 7. Proses Perencanaan Tataguna Lahan dan Metoda Penilaian Kapabilitas Lahan

6
Bab 1. Geologi dan Permasalahan Lingkungan Geologi Untuk Perencanaan –2008
_____________________________________________________________________________

Bab ini menguraikan tentang bagaimana suatu proses perencanaan tataguna lahan
dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada batasan lingkungan alamiah suatu
lahan dan teknik serta penetapan keputusan dalam perencanaan tataguna lahan. Dalam
bab ini uraian perencanaan tataguna lahan terutama difokuskan pada aspek geologi
(faktor lingkungan alamiah) yang didalamnya juga melibatkan faktor-faktor non geologi.
Proses perencanaan tataguna lahan adalah suatu tahapan di dalam proses penilaian dan
penetapan lahan yang didasarkan atas karakteristik fisik lahan untuk suatu peruntukan
tertentu. Penilaian karakteristik suatu lahan didasarkan atas kondisi alamiah yang ada
pada lahan tersebut disamping faktor-faktor lainnya seperti faktor ekonomi, sosial,
politik, dan budaya.

Bab 8. Perencanaan Tataguna Lahan Berbasis Mitigasi Bencana Geologi

Pada bab ini diuraikan tentang prinsip-prinsip dasar dari perencanaan tataguna lahan
dengan penekanan pada mitigasi bencana geologi, khususnya di kawasan yang rentan
terhadap bencana geologi. Proses-proses geologi, sumberdaya geologi, serta potensi
bahaya geologi adalah informasi yang diperlukan oleh para perencana dalam proses
perencanaan tataguna lahan dan menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan
peruntukan lahan.

Bab 9. Pengelolaan Limbah Padat.

Dalam bab ini diuraian tentang pengelolaan limbah, khususnya limbah pada, walaupun
terdapat juga limbah cair dan limbah gas. Pengelolaan limbah padat merupakan suatu
hal yang cukup pelik dan seringkali tidak dikelola secara memadai. Limbah padat
umumnya memiliki volume yang sangat besar dibandingkan dengan limbah lainnya dan
umumnya berasal dari sektor perkotaan, pertanian, industri dan pertambangan. Oleh
karena itu pengelolaan limbah padat harus dijadikan prioritas utama untuk mencegah
potensi pencemaran lingkungan yang lebih luas.

Bab 10 Pengelolaan Pesisir dan Laut

Dalam bab ini dibahas tentang konsep pengelolaan pesisir dan laut sebagai tempat dan
lokasi aktivitas manusia, sumberdaya hayati, sumberdaya mineral, dan sumberdaya
energi. Konflik kepentingan terhadap penggunaan dan pemanfaatan ruang pesisir dan
laut serta data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan pesisir dan pantai.
Dalam bab ini dibahas juga tentang bagaimana pengelolaan daerah aliran sungai yang
merupakan wilayah ruang yang penggunaannya multi ganda untuk menuju sasaran
sosial, ekonomi dan lingkungan untuk kemanfaatan para pemangku kepentingan di
samping mengelola daerah tangkapan air untuk penggunaan ganda seperti untuk areal
pemukiman, pertanian, sumberdaya, industri, dan energi serta sebagai tempat
pembuangan limbah.

Anda mungkin juga menyukai