Anda di halaman 1dari 29

NAMA : MERDI HANDAYANI

NIM : 220620987
UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH : GEOLOGI DASAR

1. Jelaskan cabang-cabang ilmu geologi

2. Jelaskan mengenai tektonik lempeng

3. Jelaskan tentang daur batuan/siklus batuan

4. a). Jelaskan macam-macam struktur batuan beku


b). Jelaskan macam-macam tekstur batuan beku

5. a). Jelaskan macam-macam struktur batuan sedimen


b). Jelaskan macam-macam tekstur batuan sedimen

6. a). Jelaskan macam-macam struktur batuan metamorf


b). Jelaskan macam-macam tekstur batuan metamorf

7. a). Jelaskan tentang struktur geologi


b). Jelaskan macam-macam sruktur geologi sekunder

8. Jelaskan hukum-hukum dasar stratigrafi

Jawaban
1. 1. Mineralogi
Mineralogi adalah cabang ilmu geologi. Sebagai mahasiswa pada jurusan ini,
kamu akan belajar tentang kristal dan mineral atau krimin, sifat juga ciri-ciri fisik
kristal dan mineral dalam batuan.
2. Petrologi
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang bertujuan supaya kamu
bisa belajar batuan secara megaskopis, struktur, komposisi, penamaan batuan,
manfaatnya, ganesa batuan, dan lainnya yang berada pada permukaan bumi.
3. Stratigrafi
Stratigrafi adalah cabang ilmu geologi dimana kamu bisa belajar tentang batuan,
komposisi, ketebalan, penyebaran, keseragaman, usia, dann sifat lapisan juga
genesa batuan itu sendiri. Stratigrafi berdasarkan SSI ada vulkanostratigrafi dan
litostratigrafi.
4. Paleontologi
Paleontologi adalah cabang ilmu geologi dimana kamu bisa belajar tentang jejak-
jejak dalam batuan, fosil, dan dapat kamu interpretasikan pada masa lampau.
Paleontologi dibagi dalam dua bagian berdasarkan ukuran dan jenis fosil.
Makropaleontologi merupakan bagian cabang ilmu paleontologi dimana kamu
belajar fosil megaskopis. Dalam ilmu ini, kamu mempelajari fosil tanpa
menggunakan alat apapun, yaitu hanya mengandalkan mata telanjang.
Sedangkan Mikropaleontologi, dimana merupakan cabang ilmu paleontologi.
Tujuannya supaya kamu bisa belajar fosil mikroskopis menggunakan alat
mikroskop.
5. Vulkanologi
Adalah cabang ilmu geologi, vulkanologi mempelajari sifat, ganesa gunung api,
ciri, juga dampak dalam kehidupan di sekeliling gunung api.
6. Seismologi
Seismologi adalah salah satu cabang dalam ilmu geologi. Belajar seismologi
artinya kamu akan belajar banyak hal tentang gempa bumi.
7. Sedimentologi
Sedimentologi adalah cabang ilmu dalam geologi. Tujuannya adalah agar kamu
bisa mempelajari berbagai hal terkait batuan sedimen, termasuk klasifikasi, jenis,
macam, juga ganesa batuan sedimen.
8. Geologi Struktur
Adalah cabang ilmu geologi. Dalam geologi struktur, kamu akan belajar tentang
struktur geologi, yaitu berhubungan dengan patahan juga lipatan bentuk
permukaan bumi. Deformasi merupakan perubahan pada roman muka bumi
sehingga tidak tampak seperti pada awalnya dalam skala waktu juga ruang.
9. Geologi Pertambangan
Geologi pertambangan adalah cabang ilmu geologi. Pada geologi pertambangan,
kamu akan belajar tentang mineral sekaligus semua bahan tambang. Sehingga,
kamu bisa mengetahui lebih lanjut tentang kebutuhan industri.
10. Geomorfologi
Geomorfologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi. Tujuannya agar kamu
bisa memahami bentang alam sekaligus berbagai proses geomorfologi dalam
suatu daerah.
2. Lempeng merupakan lapisan penyusun bumi paling atas yang sebagian besar
mempunyai ketebalan hingga 100 km. Sementara tektonik adalah adanya proses
dari pergerakan yang terdapat pada kerak bumi hingga membuat timbulnya
beberapa fenomena seperti lipatan, lekukan hingga patahan yang berdampak pada
tinggi rendahnya permukaan bumi.
Lempeng tektonik erat kaitannya dengan lapisan litosfer pada bumi yang memang
menjadi lapisan paling atas dari bumi. Lapisan yang tersusun dari kerak bumi dan
mantel bumi, keduanya memiliki sifat sangat padat dan kaku. Lapisan litosfer
mengalami proses yang berujung membentuk lempeng-lempeng tektonik pada
bumi.
Berdasar dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa lempeng tektonik adalah
bagian paling atas bumi dengan fenomena yang muncul akibat proses pergerakan
dan mempengaruhi tinggi rendah dari bumi tersebut. Secara langsung adanya
proses pergerakan ini membuat pengaruh signifikan pada penampakan permukaan
bumi yang dinamis.
3. Proses Siklus Batuan

Proses siklus batuan


Berdasarkan gambar di atas, proses siklus batuan berawal dari magma, yang kemudian
mengalami proses pendinginan sehingga membentuk batuan beku. Selanjutnya, batuan
beku ini mengalami yang namanya penghancuran oleh tenaga eksogen sehingga
membentuk batuan sedimen klastik. 
Well, batuan sedimen klastik ini akan mengalami beberapa proses. Pertama, ada yang
namanya proses pelarutan atau oksidasi sehingga membentuk batuan sedimen kimia.
Yang kedua ketika adanya aktivitas organisme sehingga membentuk batuan sedimen
organik.
Setelah kedua proses tersebut, batuan akan mengalami yang namanya proses
perubahan suhu, tekanan, atau karena adanya unsur lain sehingga membentuk batuan
metamorf. So, batuan metamorf ini akan kembali menjadi magma ketika terganggunya
keseimbangan suhu dan tekanan.

4. A. Struktur Pada Batuan Beku


Berikut struktur-struktur yang berhubungan dengan aliran magma:
 Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau memanjang
atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.

 Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang


mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.

 Lava bantal: struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat interaksi dengan
lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas cembung dan
bagian bawah cekung.
Berikut struktur-struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma:

 Vesikuler:lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava).

 Amigdaloidal: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi oleh
mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.

 Kekar kolom: kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus arah aliran.

 Kekar berlembar: kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap intrusi besar
akibat hilangnya beban, atau pada lava.
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku
extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada
tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap
merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut
sebagai struktur batuan beku.

1. Struktur batuan beku ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur
yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava
tersebut. Struktur ini diantaranya:
1. Masif yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.

2. Sheeting joint yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

3. Columnar joint yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti

batang pensil.
4. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

5. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.


Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

6. Amigdaloidal yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti

kalsit, kuarsa atau zeoli.


7. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada

arah tertentu akibat aliran.


 
Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan
yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.

1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari
tubuh batuan ini yaitu :

 Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
 Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan
yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,
sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil
dengan kedalaman ribuan meter.

 Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk
tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari
laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

 Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
2. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis
tubuh batuan ini yaitu:

 Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk
tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan
kilometer dengan panjang ratusan meter.
 Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2
dan membeku pada kedalaman yang besar.
 Stock, yaitu  tubuh  batuan  yang  mirip  dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil.

4. B. Tekstur Pada Batuan Beku


Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan
mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Faktor utama yang berperan dalam pembentukan tekstur pada
batuan beku adalah kecepatan pembekuan magma.
Faktor lain :

 Kecepatan difusi, kecepatan atom dan molekul berdifusi dalam cairan,

 Kecepatan pembentukan kristal,

 Kecepatan pertumbuhan kristal.


Tekstur umumnya ditentukan oleh beberapa hal yang penting, yaitu:
1. Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma
dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2. Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

 Fanerik, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:
 Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu:

 Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
 Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar,
relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Equigranular yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar, Berdasarkan keidealan kristalnya, maka equigranular dibagi
menjadi tiga, yaitu:
 Panidiomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang
euhedral.

 Hipidiomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang


subhedral.

 Allotriomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang


anhedral.
2. Inequigranular yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak
sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar
atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
5. A. Struktur sedimen mempunyai tiga bagian yaitu :
 Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses
sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti
perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan
bersusun, dan lain-lain. Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses
pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada
singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau
orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
 Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada
waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya
keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut,
jejak binatang.
 Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.
Struktur batuan sedimen yang penting antara lain struktur perlapisan dimana
struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan
bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya struktur perlapisan adalah:
- Adanya perbedaan warna
- Adanya perbedaaan ukuran butir
- Adanya perubahan struktur sedimen
- Adanya perbedaan komposisi mineral
- Adanya perubahan macam batuan 
- Adanya perubahan kekompakan
a) Sifat klastik yang menandakan bahwa butir – butir pernah lepas terutama pada
golongan detritus.
b) Sifat jejak adanya bekas – bekas tanda kehidupan (fosil).
c) Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan
rijing.
Ukuran butir sedimen merupakan hal yang sangat penting dan mendasar karena
ukuran butir sedimen menceritakan banyak hal mengenai tingkat erosi provenance,
mekanisme transportasi, energi pengendapan dan hal-hal lain yang tentunya sangat
penting dalam interpretasi. Dan perlu diketahui bahwa sedimen yang ada di permukaan
bumi adalah sedimen-sedimen dengan ukuran yang bermacam-macam dan sangatlah
lebar rentang dari ukuran tersebut walaupun sebenarnya batuan sedimen di permukaan
bumi didominasi oleh sedimen berukuran pasir (Boggs, 1995). Untuk itu diperlukan
suatu standar logaritmic ataupun geometri untuk ukuran butir sedimen tersebut., Udden
(1898) kemudian membuat skala ukuran butir sedimen yang kemudian dimodifikasi oleh
Wentworth pada tahun 1922 yang kemudian dikenal sebagai skala ukuran butir Udden-
Wentworth (1922) dengan rentang skala <1/256 mm hingga >1/256 mm dan terbagi
menjadi 4 kelompok besar yaitu : clay, silt, sand dan gravel.
Skala Wentworth (oleh Uden Wentworth tahun 1922) digunakan dalam
pengklasifikasian batuan sedimen khususnya batuan sedimen klastik berdasarkan
ukuran butir-butir penyusun batuan. Pada skala ini ada empat pembagian dasar yang
dikenalkan yaitu:
- Lempung (< 4 μm)
- Lanau (4 μm – 63 μm)
- Pasir (63 μm – 2 mm)
- Kerikil /aggregate (> 2 mm)
Tabel 1. Skala Wentworth (1922) Pengklasifikasian Batuan Sedimen
Nama Butir Ukuran Butir Sediment Rock Tipe
Bongkah Boulder > 256
Berangkal Couble 64 - 256 Rudites
Kerakal Pebble 4 - 64 Kerikil (Konglomerat,
Kerikil Granule 2-4 (Gravel) Breccia)
Pasir sangat Very Coarse
kasar Sand 1-2
Coarse
Pasir kasar Sand 1/2 - 1
Medium
Pasir sedang Sand 1/4 - 1/2
Pasir halus Fine Sand 1/8 - 1/4
Pasir sangat Very Fine Pasir
halus Sand 1/16 - 1/8 (Sand) Sandstones
Lanau Silt 1/256 - 1/16 Lumpur
Lempung Clay < 1/256 (Mud) Lutites (Mudrocks)
Skala wentworth menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:
a. Bongkah (boulder) adalah suatu massa batuan lepas yang agak membundar
karena terabrasi selama terangkut dan memiliki diameter minimal 256 mm.
Bongkah hasil pelapukan in situ disebut bongkah disintegrasi (boulder of
disintegration) atau bongkah ekstrafolasi (boulder of extrafolation). Blok (block)
adalah fragmen batuan yang berukuran sama dengan bongkah, namun
menyudut dan tidak memperlihatkan jejak pengubahan oleh media pengangkut.
b. Kerakal (cobble) adalah suatu massa batuan lepas yang agak membundar karena
terabrasi selama terangkut dan memiliki diameter 64 - 256 mm. Kerakal hasil
pelapukan in situ disebut kerakal exfoliasi (cobble of exfoliation).
c. Kerikil (pebble) adalah suatu fragmen batuan yang lebih besar dari pasir kasar atau
granul dan lebih kecil dari kerakal serta membundar atau agak membundar karena
terabrasi oleh aksi air, angin, atau es. Jadi, diameter kerikil adalah 4 - 64 mm.
d. Akumulasi bongkah, kerakal, kerikil, atau kombinasi ketiganya dan tidak
terkonsolidasi disebut gravel. Berdasarkan besar butir partikel dominannya suatu
gravel dapat disebut gravel bongkah (boulder gravel), gravel kerakal (cobble
gravel), atau gravel kerikil (pebble gravel). Bentuk ekivalen dari gravel namun
sudah terkonsolidasi disebut konglomerat (conglomerate). Seperti juga gravel,
konglomerat dapat berupa konglomerat bongkah (boulder conglomerate),
konglomerat kerakal (cobble conglomerate), atau konglomerat kerikil (pebble
conglomerate). Rubble adalah akumulasi fragmen batuan yang lebih kasar dari
pasir, menyudut dan belum terkonsolidasi. Bentuk ekivalen dari rubble namun
telah terkonsolidasi disebut breksi (breccia).
e. Istilah pasir (sand) digunakan untuk menamakan agregat partikel batuan yang
berdiameter lebih dari 1/16 - 2 mm.
f. Istilah granul (granule) untuk menamakan material yang berukuran 2 - 4 mm.
g. Lanau (silt) adalah agregat partikel batuan yang berukuran 1/125 - 1/16 mm.
h. Lempung (clay) adalah agregat partikel batuan yang berukuran kurang dari
1/256 mm.

Gambar 2. Pengklasifikasian Batuan Sedimen (skala wentworth).

5.B. Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan atau ciri fisik yang
menyangkut butir sedimen seperti besar butir dan kebundaran butir sedimen. Tekstur
batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah
dialami batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapanya dan juga
dapat digunakan untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan batuan sedimen.
Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik terdiri dari fragmen atau grain; massa dasar (matrik)
dan semen.
- Fragmen atau grain : batuan yang ukuranya > daripada pasir
- Massa dasar (Matrik) : butiran yang berukuran < daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen
- Semen : material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan
setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau
oksida besi.

Gambar 1. Unsur Tekstur Klastik


b) Tekstur batuan sedimen Non-Klastik
Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis mineral atau
yang biasa disebut monomineralik. Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen
non-klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya.
Macam-macam tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai berikut :
- Amorf : partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa koloid, non-
kristalin
- Oolitik : tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau elipsoid. Berkoloni
atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm - 2mm
- Pisolitik : memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang
lebih besar, lebih dari 2mm
- Sakaroidal : terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran
yang sama besar
- Kristalin : tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar. Ukuran butir kristal
batuan sedimen non-klastik dibedakan atas:
 berbutir kasar, dengan ukuran >5mm
 berbutir sedang, dengan ukuran 1 - 5mm
 berbutir halus, dengan ukuran <1mm.
6. A. Struktur Batuan Metamorf
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit
poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997).  Secara umum struktur batuan metamorf
dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi
karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi
butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga
hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
1a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).

Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur


1b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang
lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular.
Batuannya disebut phyllite (filit)

Gambar Struktur Phylitic


1c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya
disebut schist (sekis).

G
ambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur
1d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai
bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa)
dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran
mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut
gneiss.
Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur
2. Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-
butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
2.a  Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan
umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Gambar Sruktur Granulose


2b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa
kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
2c.    Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-
goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya
disebut mylonite (milonit).

Struktur Milonitic
2d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah
terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan
yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).
B. Tekstur Batuan Metamorf
Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi
butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan
metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang
ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).
1.   Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan
asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu
sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur
asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
2.   Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:

1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata


2. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
3.   Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:

1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.


2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.
d.   Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.


2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
4. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adlah
sebagai berikut:

 Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.
 Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar
material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
 Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
berstektur homeoblastik.
7. A. Struktur geologi : Struktur geologi, bentuk-bentuk geometri yang terdapat
pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupa
tekanan maupun tarikan.
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun
deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai
akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi
struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai
bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan
pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold),
rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari
satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik
dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.Sebagaimana
diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi maupun yang
terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk bentuk
arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur
susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan
yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun
patahan/sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk
perlipatan batuan, seperti sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa
lipatan simetri, asimetri, serta lipatan rebah (recumbent/overtune),
sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault), patahan
mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault). Proses yang
menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang
bekerja pada batuan batuan tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya
tersebut berasal ? Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik
Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng
yang saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-
lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat
(konvergen), saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan
(transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber
asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai
gaya yang bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan berhubungan
dengan ilmu mekanika batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik
batuan yang terkena oleh suatu gaya.

 7.B. Struktur Sekunder

Struktur geologi yang membahas dan juga mempelajari bentuk – bentuk


deformasi kerak bumi serta gejala – gejala dari penyebab pembentukan
batuan. Struktur sekunder mempelajari mengenai struktur – struktur
sekunder yaitu kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).
Kekar (Joint)
Kekar merupakan struktur rekahan yang terdapat pada batuan, tetapi
tidak memperlihatkan atau menunjukan adanya pergeseran. Selain itu,
kekar juga dapat dikatakan sebagai bagian permukaan atau bidang yang
memisahkan batuan namun sepanjang bidang tersebut belum pernah
terjadi pergeseran. Selain bidang datar, kekar juga dapat berupa bidang
lengkung. Secara umum, kekar dapat dicirikan oleh:

 Pemotongan pada bidang perlapisan batuan.


 Terdiri atas mineral lain (mineralisasi) seperti kuarsa, kalsit dan lain
sebagainya.
 Penampakan dari breksiasi.

Secara geometri, kekar dibagi menjadi:

 Kekar jurus (strike joints), jika arah jurus kekar sejajar atau hampir
sejajar dengan jurus bidang lapisan batuan sedimen, struktur gneissic
gneiss, dan struktur sekis.
 Kekar turun (dip joints), jika arah jurus bidang kekar sejajar atau hampir
sejajar dengan arah dari dip pada lapisan batuan, dip struktur gneissic
atau schistosity.
 Oblique (diagonal joint), jika arah jurus bidang kekar berada di antara
jurus dan arah dip batuan yang bersangkutan.
 Bedding joint, jika bidang kekar sejajar dengan lapisan batuan sedimen.

Berdasarkan genesisnya, kekar dibedakan menjadi:

1. Kekar Kolom

Biasanya terdapat pada batu basalt namun terkadang terdapat juga pada


batuan beku jenis lainnya. Kolom – kolom yang terdapat pada kekar ini
berkembang secara tegak lurus pada permukaan pendinginan. Oleh
karena itu, pada sill atau aliran tersebut akan berdiri secara vertikal
sedangkan pada bagian dike berada pada posisi horizontal.

2. Kekar Tarik (tension joint)


Jika bidang kekar berada tegak lurus terhadap arah gaya tarik yang
bekerja pada batuan. Ciri-ciri yang ada di lapangan yaitu:

 Selalu dalam keadaan terbuka.


 Bidang kekar tidak rata.
 Pola tidak beratur, jika teratur biasanya akan berbentuk pola kotak-
kotak.
 Karena terbuka, maka mudah terisi oleh mineral yang disebut dengan
vein.

3. Kekar Gerus (shear joint)


Kekar ini disebabkan oleh gaya kompresi yang biasanya menggeser atau
menyesarkan batuan. Ciri-cir yang ada di lapangan yaitu:

 Memotong komponen batuan.


 Memotong seluruh batuan.
 Biasanya bidang licin.
 Terdapat goresan garis.
 Terdapat joint berbentuk belah ketupat.

Sesar (Fault)

Sesar atau patahan merupakan bentuk rekahan pada lapisan batuan yang
mengakibatkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.
Pergerakan yang terjadi biasanya pergerakan relatif turun, relatif naik
atau bergerak relatif mendatar terhadap blok lain. Jika terjadi pergerakan
secara tiba – tiba pada bidang sesar, maka akan menimbulkan gempa
bumi.

Sesar adalah bidang rekahan atau zona pada batuan yang sudah
mengalami pergeseran. Terjadinya sesar dapat ditemui pada sepanjang
retakan kerak bumi yang mengalami slip di antara dua sisi yang ada
pada sesar. Beberapa istilah yang sering dipakai pada sesar yaitu:

1. Jurus sesar (strike of fault): Arah dari garis perpotongan di bidang sesar
dengan bidan horizontal dan diukur dari arah utara.
2. Kemiringan sesar (dip of fault): Sudut yang terbentuk di antara bidang
sesar dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus strike.
3. Net slip: Pergeseran relatif dari suatu titik yang pada awalnya berimpit
pada bidang sesar akibat adanya sesar.
4. Rake: Sudut yang terbentuk oleh net slip dengan strike slip (pergeseran
horisontal) pada bidang sesar.
5. Hanging wall: Bagian dari tubuh batuan yang berada di atas bidang
sesar.
6. Foot wall: Bagian dari tubuh batuan yang berada di bawah bidang sesar.

Secara garis besar, sesar dibagi menjadi 2 yaitu sesar buta dan sesar
tampak. Sesar buta merupakan sesar yang terjadi di bawah permukaan
bumi dan ditutupi oleh lapisan sedimen. Sedangkan sesar tampak adalah
sesar yang mencapai permukaan bumi sehingga mudah untuk dilihat.
Ciri – ciri dari sesar yaitu:

 Adanya pengulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan


 Terdapat struktur yang tidak terus menerus
 Kenampakan khas pada zona sesar (minolit, breksi sesar, horses/linces,
seretan)
 Kenampakan khas pada bidang sesar (gores sesar, gores sesar)
 Terdapat perbedaan fasis sedimen

Berdasarkan sifat geraknya, sesar diklasifikasikan menjadi 3 jenis:


1. Sesar normal, gerakan hanging wall relatif turun terhadap foot wall
2. Sesar naik, gerakan hanging wall relaif naik terhadap foor wall
3. Sesar mendatar, gerakan relatif mendatar pada bagian yang tersesar, di
sini tidak ada istilah hanging wall dan foot wall.

Lipatan (Fold)

Lipatan merupakan perubahan bentuk ataupun volume dari bahan


sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan yang merupakan
efek dari suatu tegasan (stress). Biasanya unsur yang terlipat merupakan
adalah struktur bidang, misalnya bidang pelapis (foliasi). Bidang pelapis
tersebut berupa pelapisan batuan sedimen atau pelapis batuan metamorf.

Berdasarkan bentuknya lipatan diklasifikasikan menjadi:


1. Concentric Fold (lipatan konsentris/paralel): perlapisan di mana jarak
atau tebal setiap lapisan yang terlipat tetap sama.
2. Similar Fold: lapisan – lapisan yang terlipat atau dilipat dengan bentuk
yang sama sampai ke dalam.
3. Chevron Fold: lipatan menyudut atau dengan kata lain sendi tajam dan
menyudut. Sayap lipatannya berupa bidang planar.
4. Isoclinar Fold: kedudukan bidang sumbunya sejajar atau relatif sejajar,
kedua sayap sejajar atau hampir sejajar.
5. Box Fold: bagian puncak relatif rata atau datar.
6. Kink Fold: lipatan bersudut tajam yang dibatasi permukaan planar.

Lipatan adalah pencerminan dari lengkungan yang disebabkan oleh 2


proses yaitu bending (melengkung) dan bucking (melipat). Pada proses
melipat terdapat gaya yang bekerja secara sejajar dengan bidang
perlapis, sedangkan untuk proses melengkung, gaya yang berkerja tegak
lurus terhadap bidang permukaan pelapis. Secara umum, bentuk lipatan
dibedakan menjadi:

 Antiklin: lipatan yang kedua sayapnya memiliki arah kemiringan saling


menjauh.
 Sinklin: lipatan yang kedua sayapnya memiliki arak kemiringan saling
mendekat.

Sedangkan berdasarkan unsur geometri, lipatan dibedakan menjadi:

 Inclined fold / over fold


 Upright fold / simetrical fold (lipatan simetri)
 Asimetrical fold (lipatan tak simetri)
 Recumbent fold (lipatan rebah)

Anda mungkin juga menyukai