Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Petrografi


Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan. Pengamatan seksama
pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop, dengan tentunya didukung oleh datadata pengamatan singkapan batuan di lapangan. Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan
diamati mineral penyusun batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu
dalam pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama
pembentukan batuan.
Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang mempelajari batuan
berdasarkan kenampakan mikroskopis, termasuk didalamnya untuk dipergunakan sebagai
langkah pemerian, pendeskrifsian dan klasifikasi batuan. Pemerian secara petrografi pada batuan
pertama-tama melibatkan identifikasi mineral (bila memungkinkan), dan penentuan komposisi
dan hubungan tekstural antar butir batuan,
Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila
mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas, dimana petrografi
memberikan data umum yang petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan dan
menerangkan asal-ususl batuan.
Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan beku (Igneous Rock), adalah kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil
magma yang mendingin (Walter T. Huang, 1962).
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock), adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan hasil
denudasi atau hasil reaksi kimia maupun mengenai hasil kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock), adalah batuan yang berasal dari suatu batuan
induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat sebagai akibat
perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur, HGF. Winkler,
1967,1979).

I.2 Ruang Lingkup Petrografi

Ruang Lingkup Petrografi diamati secara mikroskopis dalam pemeriannya sangat


bervariasi, tergantung kepentingannya.Tetapi pada umumnya untuk stantard semua batuan
dipakai standart untuk batuan beku (sebagai contoh umumnya) sehingga batuan yang lain
mengikuti,adapun ciri-ciri tersebut yaitu meliputi :
1. Warna
-

Keadaan PPL (Tanpa Nikol Silang/Paralel Nicol)

Keadaan XPL (Dengan Nikol Silang/Crossed Nicol)

b. Tekstur
-

Bentuk butir/kristal

Ukuran butir/kristal

Hubungan antar butir/kristal

Pola sebaran butir/kristal

c. Struktur
-

Vesikuler

Aliran

Perlapisan

dll

d. Komposisi dan Mineralogi


-Mineral Primer (Essensial, aksesori)
-Mineral Sekunder (Alterasi, oksidasi, pengisian, rekristalisasi, dll)
e. Kelimpahan mineral/komponen.
f. Kenampakan optik lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batuan Beku


Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.
Magma adalah zat cair liat pijar panas yang merupakan senyawa silikat dan ada di bawah kondisi
tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi. Proses pembekuan merupakan proses perubahan
fase dari fase cair menjadi fase padat. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh
terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh
sifat magma asal.
Pada saat proses pembekuan magma apabila terdapat cukup energi pembentukan kristal maka
akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah
akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka
kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
2.2 TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur adalah kenampakan yang mencerminkan keadaan hubungan antara kristal/mineral
penyusun.
Tekstur berdasarkan tingkat Kristalinitas (crystalinite) :
1 Holokristalin : terdiri dari kristal-kristal seluruhnya.

2 Hipokristalin/hypohyalin: terdiri atas sebagian kristal-kristal dan sebagian gelas.

3 Holohyalin : didominasi atas gelas

Tekstur berdasarkan ukuran Kristal :


Ditinjau dari ukuran butir mineral, tekstur dapat dibedakan menjadi :
1.
Mikrokristalin
Kristal-kristalnya dapat dibedakan dengan menggunakan mikroskop.
2.
Kriptokristalin
Kristal-kristalnya sangat halus, sulit dibedakan dengan mikroskop ( f < 0,01 mm)
3.
Equigranular
Kristal-kristalnya berukuran relatif seragam/sama besar.
4.
Inequigranular
Kristal-kristalnya berukuran tidak seragam/sama (terdapat fenokris dan masa dasar)
Berdasarkan dari fabrik/kemasnya,tekstur equigranular dapat dibedakan menjadi :
Equigranular, bila batuan disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatif seragam,
dibedakan atas:
o Panidiamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk euhedral dan ukuran
butir relatif seragam.
o Hipidiamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk sub hedral dan
ukuran butir relatif seragam.
o Allotriamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk anhedral dan ukuran
butir relatif seragam.
Inequigranular, bila mineral disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatif tidak
seragam, seperti:
o Porfiritik, bila kristal atau mineral yang berukuran besar (fenokris) tertanam dalam masa
dasar (matrik) kristal-kristal yang berukuran lebih kecil.
o Vitrofirik, seperti tekstur porfiritik tetapi masa dasarnya berupa gelas.

Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin dan
glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan
granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii).
Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin
(ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas intergranular dan piroksen granular
berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii)
Tekstur berdasarkan Bentuk Kristal
Ditinjau dari bentuk-bentuk individu kristal, tekstur dapat dibedakan menjadi :
1.
Euhedral / idiomorf
Kristal-kristal mempunyai bentuk lengkap/baik, dan dibatasi oleh bidang batas yang jelas.
2.
Subhedral / hypidiomorf
Kristal-kristal mempunyai bentuk kurang baik dan dibatasi oleh bidang batas yang tidak jelas.
3. Anhedral / fenomorf
Kristal-kristal mempunyai bentuk sendiri yang jelas

Tekstur Khusus Batuan Beku


Selain tekstur umum,dalam pengamatan secara mikroskopis akan dapat dengan mudah
diamati adanya tekstur-tekstur khusus dalam batuan beku, seperti tekstur tumbuh bersama antara
dua mineral (intergrowth), tekstur aliran maupun tekstur khusus lainnya.
Tekstur Intergrowth (Tekstur Tumbuh Berasama)
Ofitik, tumbuh bersama antara plagioklas dengan piroksin, dimana plagioklas terbentuk
lebih dahulu, kemudian tumbuh bersama dengan piroksin (kristal piroksin lebih besar dari
plagioklas).
Sub-ofitik, tekstur ofitik, dimana plagioklas dan piroksin berukuran sama besar.
Diabasik, tekstur ofitik, dimana piroksin tidak terlihat jelas dan plagioklas membentuk
radier terhadap piroksin.
Hialoofitik, tekstur ofitik dalam massa dasar gelas.
Intergranular, tekstur dimana butiran mineral mineral mafik (olivin, piroksin) berada
diantara mineral-mineral plagioklas yang memanjang dengan arah yang tidak teratur
(random)
Intersental, seperti tekstur intergranular, tetapi bagian-bagian (ruang) antar mineralmineral plagioklas ditempati oleh mineral gelas atau oleh mineral-mineral sekunder, seperti
klorit, serpentin, kalsit, dll.
Grafik, tumbuh bersama antara mineral kuarsa dengan K-Feldspar pada titik eutektik
dimana kuarsa berbentuk runcing (angular) dengan letak tidak teratur.

Granofitik, tumbuh bersama antara kuarsa dan K-Feldspar tidak pada titik eutektik tetapi
pada proses replacement. Kuarsa terbentuk anhedral dan tidak teratur memperlihatkan
kontinuitas warna (bias rangkap), misalnya memperlihatkan BF kuning keseluruhan.
Mirmekitik, tekstur tumbuh bersama antara kuarsa dengan plagioklas asam, dimana kuarsa
membentuk menjari atau seperti jaring yang membentuk radial terhadap palgioklas asam
(kuarsa seperti inklusi di dalam plagioklas asam). Ciri lain pemadaman kuarsa akan
serentak pada saat meja diputar.
Pertit, tekstur tumbuh bersama antara K-Feldspar (mikroklin & orthoklas) dengan
plagioklas asam oleh proses inmixing atau exolution (pemisahan terjadi karena penurunan
teperatur). K-Feldspar tumbuh lebih besar dan plagioklas asam biasa tumbuh teratur pada
bidang belah K-Feldspar.
Antipertit, seperti tekstur pertit, namun plagioklas asam tumbuh lebih besar.

Gambar Tekstur Intergrowth

Gambar Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral olivin
dan piroksen klino

Gambar Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral feromagnesian
yang juga menunjukkan tekstur poikilitik

Gambar Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar kanan posisi
nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit

Tekstur Aliran
Trakitik, tekstur menunjukkan kesan aliran, dimana fenokris ataupun mikrolit-mikrolit
sanidin (K-feldspar) bersama plagioklas menunjukkan pola kesejajaran.
Pilotaksitik, fenokris dan massa dasar plagioklas menunjukkan pensejajaran akibat
pengaliran.
Hialopilitik, mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama dengan arah tidak teratur
dalam massa dasar gelas.
Tekstur Khusus Lain
Felted tekstur, tekstur dimana massa dasar terdiri dari mikrolit-mikrolit yang tidak
beraturan.
Felsoferik, tektur dimana massa dasar terdiri dari intergrowth antara kuarsa dengan
feldspar.

Corona atau Reaction Rim atau Kelfitik Rim, tekstur dimana mineral asal (pertama
terbentuk) dikelilingi atau dilingkupi oleh mineral yang terbentuk berikutnya. Terjadi pada
proses magmatik atau oleh proses metamorfosa derajat rendah.
Ravakivi, tektur dimana K-Feldspar dilingkupi oleh plagioklas asam (oligoklas).
Poikilitik, tekstur dimana terdapat inklusi-inklusi mineral secara random dalam satu
mineral besar.
Glamero pofiritik, tekstur ditunjukkan oleh adanya fenokris - fenokris sejenis yang
mengumpul dan tertanam dalam massa dasar.
Kumolo porfiritik, tekstur yang ditunjukkan oleh mengumpulnya fenokris-fenokris yang
tidak sejenis.

Tekstur Khusus Lain :Corona

Tekstur Khusus Lain :Reaction Rim

Gambar Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah orientasi
dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga masih menunjukkan
tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto.
2.3 STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat terbentuknya batuan beku
tersebut.
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan
(dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga dalam hand specimen.
Berikut struktur-struktur yang berhubungan dengan aliran magma,
Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau memanjang atau
oleh xenolith akibat pergerakan magma.

Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang mengakibatkan


perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.
Lava bantal: struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat interaksi dengan lingkungan
air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas cembung dan bagian bawah cekung.
Dan berikut struktur-struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma.
Vesikuler: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava).
Amigdaloidal: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi oleh mineral
sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
Kekar kolom: kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus arah aliran.
Kekar berlembar: kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap intrusi besar akibat
hilangnya beban, atau pada lava.

Gambar Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing mineral sangat
kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral plagioklas berdiameter >1 mm (gambar
atas) dan granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral dengan
diameter >1 mm
2.4 Klasifikasi Batuan Beku
2.4.1 Klasifikasi batuan beku berdasarkan letak / keterdapatannya.

2.4.2 Konsep kerabat batuan

Berdasarkan mineralogi dan tekstur batuan, maka Williams (1954) mengelompokkan kerabat
batuan beku meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Kerabat batuan ultramafik dan lamprofir


Kerabat batuan gabro kalk alkali
Kerabat batuan gabro alkali
Kerabat batuan diorite monzonit syenit
Kerabat batuan granodiorit adamelit granit

Tabel 2.4.2 Diagranm ciri-ciri kerabat batuan beku, Williams, 1954.

2.4.2.1 Batuan Beku Asam


Kerabat Batuan Granodiorit - Adamelit - Granit
a. Pembagiannya didasarkan atas perbandinganKF dengan TF.
b. Dibedakan dengan kerabat batuan Diorit Monzonit Syenit dari jumlah
kuarsanya :
Ciri ciri : - kuarsa > 10%
KF > 1/8 TF
Indeks warna 10

Mineralogi : - kuarsa

- Horblende

<<
- Plagioklas asam (albit)
- Biotit >>

Jenis batuan :
TEKSTUR

1/8TF < KF<


1/3TF

1/3TF < KF<


2/3TF

KF > 2/3
TF

Halus

Dasit

Riodasit

Riolit

Kasar

Granodiorit

Adamelit

Granit

Tekstur Halus

Kelompok Dasit Riodasit Riolit


Mempunyai titik lebur yang rendah
Tekstur yang khas : vitroferik, porfiritik, grafik, granofirik.
o Dasit
Indeks warna 10
Tekstur : porfiritik, vitroferik
Mineralogi : - kuarsa > 10%
Biotit >>
Hornblende <
Plagioklas asam (albit)
Pada fenokris kuarsa sering memperlihatkan embayment akibat proses korosi larutan magma
sisa.
o Riodasit
Tekstur : trakhitik, vitroferik
Mieralogi : - kuarsa > 10%
plagioklas asam,
mafik mineral : Hornblende <

Biotit >>
o Riolit
Tekstur Holokriatali, holohialin
Mineralogi : - kuarsa >105
KF > 2/3 TF
Plagioklas asam (albit)
Sering terdapat tekstur Grafik (pertumbuhsn bersama antara KF
dengan kuarsa).
Ada dua macam Riolit :
Potash Riolit :
kaya K
Mineral mafik : biotit, hb
embayment sangat jarang
Soda Riolit : kaya akan Na
Mineral mafik
: amfibol
Tekstur Kasar
o Granodiorit
Tekstur :

- Hipidiomorfik granular
Tekstur khusus Granophirik
KF sering tumbuh bersama.
Mineralogi : - Plagioklas (andesin)
Orthoklas
Kuarsa > 10%
o Adamelit
Tekstur :
- Hipidiomorfik granular

Tekstur khusus Granofirik, Grafik

Sering tampak Rapakivi (KF ditutupi oleh plagioklas asam).

Pertit terbentuk akibat gejala unmixing/exolution.


Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)
- Mafik mineral : Hb <
Biotit khas

o Granit
Tekstur :
- Hipidiomorfik granular, kadang porfiritik
Khas : Granofirik, Grafik, rapakivi, mkirmekitik
Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)

Mafik mineral : Biotit >>


Hb jarang

Bila hornblende > 10% Granit hornblende

Granit kalk alkali


Mafik mineral : Hb hijau, biotit, kuarsa >>, muskovit
Mineral tambahan : Apatit, Zircon, bijih besi, sphene.

Granit alkali
Mafik mineral : Hb coklat anhedral
Mineral tambahan : Apatit, Zircon, dll

2.4.2.2 Batuan Beku Intermediet


Kerabat Batuan Diorit - Monzonit - Syenit
Ciri - ciri : a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Cl < 40

Kandungan silica 52% - 66%


Tidak mengandung kuarsa atau < 10%
Feldspar : Plagioklas An50
Alkali feldspar (KF)
Tekstur : porfiritik
Tekstur khusus : Pilotaksitik, vitriferik, trachyt
Mineralogi : Plagioklas, KF, Hornblende, Biotit, Olivine, Piroksen.
Mineral penyerta : apatit, zircon

Jenis batuan :
TEKSTUR

1/3TF < KF<


KF<1/3TF 2/3TF

KF > 2/3
TF

Feldspatoid

Halus

Andesit

Trachyandesit

Trachyt

Phonolite

Kasar

Diorit

Monzonit

Syenit

Feldspatoid
syenit

Berbutir Halus
o Andesit
Tekstur : Porfiritik, pilotaxitic, vitroferik
Komposisi : - KF < 1/3 TF

Plagioklas < An50 (oligoklas, Andesine)


Mineral Mafik : Piroksen < , amfibol, Olivine <<< (jarang)
Berdasarkan kandungan mineral mafik (>10%)

Andesit olivine (okivin > 10%)


Andesit piroksen (piroksen > 10%)
Andesit hornblende/biotit (hornblende/biotit >10%)
o Propilit : Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi
mineral sekunder, sehingga indeks warna menjadi lebih rendah. Perubahan
tersebut karena larutan hydrothermal (Propilitisasi).

o Trachyandesit (Latite)
Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Komposisi : -

Kf > 10%

Plagioklas < An50 (oligoklas, andesine)


mineral mafik : Hb >>, Px <<
mineral penyerta : apatit, zircon
masa dasar : kriptokristalin atau gelas

o Trakhit
Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Komposisi :

Kf > 2/3 TF

mineral mafik : Amfibol, biotit, piroksen <<


Masa dasar : mikrolit
Bila mengandung kuarsa > 10% = Rhyolit
Bila mengandung feldspatoid > 10% = Phonolit
Sulit dibedakan dengan trachyandesit
o Ponolit

Berbutir Kasar
o Diorit
o Monzonit
o Syenit
o Diorit
Tekstur : Equigranular, kadang kadang Porfiritik
Komposisi : -

Plagioklas < An50 (Andesin)


Orthoklas sedikit,

KF < TF

mineral mafik : Px << , Hb >>, Biotit <<<


Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Diorit kuarsa
Mineral penyerta : Apatit, Zircon
Struktur zoning pada plagioklas macamnya progressive zoning, reverse zoning,
oscillatory zoning.

o Monzonit
Peralihan antara syeit dan diorite
Indeks warna 30 40
Tekstur : Equigranular, hipidiomorfik granular
Tekstur khusus : poikilitik, pertit/antipertit, mirmekit
Komposisi :

KF = Plagioklas

mineral mafik : Px , Hb, Biotit


kuarsa < 10 %
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Monzonit kuarsa
Bila kuarsa banyak : Adamelit

o Syenit
Indeks warna (cl) rendah
KF > 2/3 TF
Kuarsa < 10 %
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Nordmakite, tekstur grafik, mirmekitik
Bila tidak ada kuarsa, feldspatoid > 10 % : Feldspatoid syenit.

2.4.2.3 Batuan Beku Basa dan Ultra Basa

Dasar Teori
Kerabat Batuan Gabbro Alkali
Ciri ciri umum :
-

Cl 40 70

Kandungan SiO2 45 52 %

- Feldspar / feldspatoid (>10 %), untuk membedakan dengan kerabat batuan gabbro
kalk alkali.
-

Mineralogy : olivine, piroksen

- Tekstur : porfiritik, intergranular, ofitik, intersertal, poikilitik, trakhitik.

Macam macam batuannya :


Tekstur halus / berbutir halus
Trachybasalt
Spilite
Tekstur kasar
Kentalinite
Shonkinite
Malignite
Kerabat Batuan Gabbro Kalk Alkali
Ciri ciri : Indeks warna (Cl) > 40
Plagioklas basa An50 An80
SiO2 45 % 52 %
Kuarsa, K. Feldspar bias hatir / tidak hadir denga kehadiran < 10
%.
Mineralogy : olivine, piroksen
Macam macam batuannya :

Tekstur halus / berbutir halus


Basalt
Basalt olivine
Diabas
Tholeitik basalt
Tekstur kasar
Gabbro
Norit
Eucrit
Anortosit
Olivine gabbro

Troctolit
Gabbro kuarsa

Kerabat Batuan Ultramafik dan Lamprofir


Ciri ciri : - Disebut juga sebagai batuan atau kelompok

peridotit

Indeks warna (Cl) > 70


Tidak mengandung feldspar
Kandunga silica < 45 %
Mineral utama adalah mieral mafik
Umumnya berbutir kasar
Mineral bijih : kromit, magnetit
Dijumpai pada dasar intrusi (sill, lapolith)
Atau sebagai hasil diferensiasi atau pemisahan langsung dari
substratum (mantle atas)
Merupakan batuan yang tersuisun oleh mineral mineral yang
membeku pada kesempatan pertama.

Macam macam batuannya :


Tekstur halus / berbutir halus
Picrite
Limburgite
Tekstur kasar
Dunite
Peridotite
2.5 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya
2.5.1Kelompok batuan beku intrusi plutonik
1) Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah pada wilayah dengan
tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona pemekaran lantai samudra dan busurbusur kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat gelap, mengandung mineral
mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik (plutonik) berupa gabro
dan batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit. Didasarkan atas
tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit, Kalk-alkalin maupun alkalin,
namun yang paling umum dijumpai adalah seri batuan toleeit.
Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan didasarkan pada
kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya; yaitu basa dan ultra basa (Gambar V.2).
Batuan beku basa mengandung mineral plagioklas lebih dari 10% sedangkan batuan beku ultra
basa kurang dari 10%. Makin tinggi kandungan piroksen dan olivin, makin rendah kandungan
plagioklasnya dan makin ultra basa
batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin gabro, troktolit (Gambar atas).

Batuan ultra basa terdiri atas dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain
(Gambar bawah).

Gambar Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber IUGS
classification)
2) Batuan beku asam intermediet
Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik kratonik (benua),
seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika. Kelompok batuan ini membeku pada suhu
650-800oC. Dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya kuarsa, batuan
beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid. Batuan beku kaya
kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang miskin kuarsa berupa
syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar V.3). Jika dalam batuan
beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak akan mengandung mineral foid, begitu pula
sebaliknya.

Gambar. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa, alkali
feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS classification)

2.5.2 Kelompok batuan beku luar


Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di Indonesia,
bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur vulkanisme, baik pada
busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api yang lebih tua. Kelompok
batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini secara
megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas gunung api.
Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi
tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok andesit-trakiandesit dan kelompok
fonolit

Gambar . Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas kandungan kuarsa,
feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu batuan, dapat
salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di samping itu, ada jenis
mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho
(enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral asesori dengan plagioklas dan
feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi magma
kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan
feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi dengan
biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakittrakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit
hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.

2.6 Komposisi Mineral pada Batuan Beku


Komposisi mineral pada batuan beku ditentukan dari komposisi kimiawinya. Didasarkan atas
komposisi mineral mafik dan felsik yang terkandung di dalamnya, batuan beku dapat
dikelompokkan dalam tiga kelas, yaitu asam, intermediet dan basa. Batuan beku asam tersusun
atas mineral felsik lebih dari 2/3 bagian; batuan beku intermediet tersusun atas mineral mafik dan

felsik secara berimbang yaitu felsik dan mafik 1/3 hingga 2/3 secara proporsional; dan batuan
beku basa tersusun atas mineral mafik lebih dari 2/3 bagian (Tabel 2.6 )
Tabel 2.6 Nama-nama batuan beku baik intrusi, ekstrusi dan batuan gunung api yang didasarkan
atas kandungan mineral mafik dan felsiknya; mineral-mineral mafik: piroksen (olivin, klino- dan
ortho-piroksen, amfibol dan biotit) dan mineral-mineral felsik: K-Feldspar, kuarsa

Komposisi mineral juga dapat menunjukkan seri magma asalnya, yaitu toleeit, kalk-alkalin atau
alkalin. Batuan-batuan dengan seri magma toleeit biasanya banyak mengandung mineral rendah
Ca, batuan-batuan seri kalk-alkalin biasanya mengandung mineral tinggi Ca (seperti augit,
amfibol dan titanit), sedangkan batuan seri alkalin banyak mengandung mineral-mineral tinggi K
(seperti mineral piroksen klino). Tabel V.6 menunjukkan sifat-sifat mineral penyusun dalam seri
batuan toleeit, kalk-alkalin dan alkalin. Ketiga seri batuan tersebut hanya dapat terbentuk pada
tatanan tektonik yang berbeda; seri toleeit berkembang pada zona punggungan tengah samudra
(MOR); seri kalk-alkalin berkembang dengan baik pada busur magmatik; dan seri alkalin
berkembang pada tipe gunung api rifting.
2.7 PETROGENESA
Didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi dua
yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan batuan beku intrusif
terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di
permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan beku
intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan lapolith
Karena pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas
mineral-mineral yang tingkat kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku
ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi
batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan
beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith

umumnya

memiliki

tekstur

halus

karena

sangat

dekat

dengan

permukaan.

Gambar lokasi terjadinya batuan beku


Magma yang sampai ke permukaan bumi dan mengalami kontak dengan udara dan suhu
akan membeku membentuk kristal mineral yang nantinya menjadi penyusun batuan. Proses
pembentukan batuan dari pendinginan magma inilah yang dibahas di Deret Reaksi Bowen.
Deret Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) adalah suatu skema yang menjelaskan proses
pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma
tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan faktor utama dalam Deret Reaksi Bowen adalah
suhu (T)

PETROGRAFI BATUAN BEKU FRAGMENTAL (PIROKLASTIK)


2.1. Pengertian
Batuan piroklastik adalah jenis batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi bahanbahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahanbahan jatuhan kemudian mengalami litifikasi baik sebelum ditransport maupun rewarking oleh
air atau es.
Batuan Piroklastik merupakan batuan gunungapi bertekstur klastika sebagai hasil letusan
gunungapi dan langsung dari magma pijar. Piroklastik merupakan fragmen yang dibentuk dalam
letusan volkanik, dan secara khusus menunjuk pada klastika yang dihasilkan dari magmatisme
letusan. Dalam mempelajari batuan piroklastik kita tidak dapat lepas dari mempelajari
bagaimana mekanisme pembentukan dan karakteristik endapan piroklastik.

Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku, apabila batuan beku
adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase cair ke fase padat dengan
hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan
batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali)
dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat
berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah).Oleh
karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis butirannya.pengamatan
petrografi dari batuan piroklastik ini sangat terbatas, untuk mempelajari dengan baik dari
kelompok batuan piroklastik ini harus dilakukan pengamatan di lapangan, karena keterbatasan
yang dimiliki bila hanya dilakukan pengamatan mikroskopi saja. ( Yuwono, 2002)
Tipe 1
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang kemudian kering
akibat pengaruh medium udara, kemudian mengalami litifikasi membentuk batuan
fragmental.Jadi jatuhan piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
Tipe 2
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik terangkut ke dalam tempat
pengendapannya yaitu di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari magma
sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk
batuan fragmental.
Tipe 3
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu tubuh perairan
(baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil, onggokan aliran litifikasi dan
membentuk batuan fragmental.
Tipe 4
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh pada suatu tubuh perairan
yang arusnya aktif (bergerak). Sebelum mengalami litifikasi mengalami rewarking dan dapat
bercampur dengan batuan lain yang dihasilkan akan mempunyai struktur sediment basa.
Tipe 5
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian diangkut dan
diendapkan ditempat lain dengan media air. Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah
bahan-bahan piroklastik,dengan struktur sediment biasa.
Tipe 6
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi, kemudian
diendapkan kembali ke tempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah batuan sediment dengan
propenan piroklastik.

Gambar Material piroklastika.


2.2. Tekstur Batuan Piroklastik
Klasifikasi tekstur pada batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan tekstur batuan beku
plutonik. Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk pada batuan yang runcing yang tajam,
yang biasa dikenal sebagai glass hard atau gelas runcing tajam serta adanya batu apung
(pumica).
2.3. Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya struktur batuan beku plutonik , pada batuan piroklastik juga dijumpai struktur
seperti skoriaan, vesikuler, serta amygdaloidal.

2.4. Jenis Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi

1.

Debu Gunung Api


Debu gunung api adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2mm- 1/256mm yang
dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga debu gunung
berapi yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api
masih dalam keadaan belum terkonsolidasi,
1.
Bom Gunung Api
Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari
64mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar. Sebagai contoh bomb yang
berdiameter 5 meter dengan berat 200kg dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi.
Misalnya, di gunung api Asama, Jepang pada tahun 1935.
1.
Block Gunung Api
Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari
fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Blockblock ini selalu menyudut bentuknya atau equidimensional.

2.5. Tipe Endapan Piroklastik


Endapan Aliran ( Pyroclastic Flow)
Endapan piroklastik aliran yaitu merupakan jenis material hasil langsung dari pusat erupsi,
kemudian teronggokan di suatu tempat. Hal ini meliputi hot avalanche, glowing avalanche, lava
collapse ,hot ashes avalanche.
Aliran umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500-650C dan temperaturnya cenderung
menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh
morfologi, sebab sifat-sifat endapan tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian
bawah menampakkan morfologi asal dan bagian atasnya datar.
Endapan Surge (Pyroclastic Surge)
Endapan piroklsatik surge merupakan suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air)
yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara trubulensi di
atas permukaan. Pada umumnya endapan piroklastik surge ini mempunyai pemilahan yang baik,
berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini mempunyai strutur pengendapan primer seperti
laminasi dan perlapisan bergelombang hingga planar. Yang paling khas dari endapan ini adalah
mempunyai struktur silang siur, melensa dan bersudaut kecil . Endapan surge umumnya kaya
akan keratan batuan kristal.
Endapan Jatuhan (Pyroclastic Fall)
Endapan piroklastik jatuhan yaitu merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui
udara . Endapan ini umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatkan
struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi aglomerat, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.
2.6. Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Piroklastik
Beragam klasifikasi piroklastik telah diusulkan oleh para ahli, yang masing-masing mempunyai
dasar klasifikasi sendiri-sendiri. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka sepakat
memberi nama piroklastik , dari mulai yang paling halus hingga yang sangat kasar, berkisar dari
abu hingga bom. Meskipun dasar penamaan adalah ukuran butir , tetapi tetap saja tidak ada
keseragaman dalam ukuran besar butirnya. Salah satu contoh klasifikasi penamaan batuan
piroklastik adalah menurut Tunner & Gilbert, 1954.

Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)


William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir, membagi piroklastik
menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih besar dari 32mm;lapili (4-32mm) dan abu
(<4mm) . Bom merupakan bahan lepas yang padat saat dikeluarkan sudah berupa bahan padat
akan membentuk endapan breksi gunung api.

Tabel Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)
Size

UNCONSOLIDATED

CONSILDATED

> 23

Bomb
Block
Block and ashes

Angglomerat
Volcanic Breciass
Tuff Breceiass

4- 32

Lapili
Cinder (vecikuler)

Lapili
Cindey lapili tuft

-4

Coarse Ash

Coarse Tuft

<

Asg or volcanic dust

Tuft

Tabel Klasifikasi batuan piroklastik berdasrkan ukurannya (Schmid, 1981)


Endapan piroklastik
Ukuran
Piroklas
Tefra (tak terkonsolidasi) Batuanpiroklastik (terkonsolidasi)
> 64 mm

Bom, blok

Lapisan bom / blok


Tefra bom atau blok

Aglomerat, breksi piroklastik

2 64 mm

Lapili

Lapisan lapili atau


Tefra lapilli

Batulapili (lapillistone)

1/16 2 mm Abu/debu kasar Abu kasar

Tuf kasar

< 1/16 mm

tuf halus

Abu/debu halus Abu/debu halus

Gambar Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal kuarsa dan tertanam dalam
massa dasar tuf halus..

Gambar Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan kanan: nikol sejajar).
Dalam sayatan menunjukkan adanya fragmen litik dan kristal dengan sifat kembaran pada
hancuran plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran halus.

Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi:


Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen
gelas, kristal pirojenik)
Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang sama)
Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)
Fragmen:
1. Gelas/ Amorf
2. Litik
3. Kristalin
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia, mineral dan teksturnya.
Namun, yang paling umum digunakan adalah klasifikasi berdasarkan komposisi mineral dan
tekstur.

Material penyusun batuan piroklastik disebut piroklast, dimana material ini dibedakan
berdasarkan ukurannya menjadi :
Bomb diameter >64mm, bentuk retak-retak seperti kerak roti menunjukkan
pendinginan cepat.
Block diameter >64mm, bentuk angular hingga subangular, menunjukkan terbentuknya
setelah dalam bentuk solid.
Lapilli diameter 64mm hingga 2mm, terdapat dalam segala macam bentuk.
Ash diameter < 2 mm, dapat dibedakan lagi menjadi coarse ash(2mm -1/16mm) dan
fine ash (< 1/16mm).
Batuan piroklasitk tersusun atas akumulasi piroklas yang telah mengalami konsolidasi, batuan
ini diklasifikasikan berdasarkan ukuran piroklas penyusunnya. Klasifikasi batuan piroklastik non
genetik berdasarkan ukuran dan bentuk piroklas penyusunnya adalah:
Aglomerat tersusun atas piroklast ukuran > 64mm dengan bentuk membundar.
Breksi Piroklastik tersusun atas rata-rata ukuran piroklast > 64 mm, namun bentuknya
angular.
Lapili Tuff tersusun atas rata-rata ukuran piroklast 2 64 mm.
Tuff atau ash tuff tersusun atas ukuran piroklast < 2mm.
2.7 Mekanisme Endapaan Piroklastik
Tekstur dan struktur batuan piroklastik sangat bervariasi dan kompleks, dibandingkan komposisi
tephra yang relatif lebih sederhana. Struktur dan tekstur ini dihasilkan oleh mekanisme
pengendapan yang langsung akibat aktifitas letusan gunungapi. Secara umum, dikenal tiga
kelompok mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang menghasilkan tiga jenis endapan
yang berbeda. Ketiganya dapat dibedakan oleh kenampakan dan asosiasi struktur atau
teksturnya. Ketiga jenis endapan tersebut yaitu pyroclatic fall deposit, pyroclatic flow deposit
dan pyroclastic surge deposit. (Yuwono, 2002).
2.8 ALTERASI DAN WELDING (PENGELASAN)
Batuan piroklastik rawan terhadap alterasi hidrotermal, terutama apabila pada saat diendapkan
masih bersuhu tinggi, terlebih bila bersentuhan dengan air (laut). Alterasi intensif juga terjadi
pada zona di dekat pusat erupsi. Alterasi pada tufa dan lapili berkomposisi basa akan diawali
dengan proses devitrifikasi yaitu alterasi yang dialami gelas menjadi agregat sangat halus dari
material kriptokristalin berwarna keruh, yang lalu digantikan agregat klorit berwarna kehijauan,
tetapi akibat oksidasi akan berubah warna menjadi kecoklatan. Feldspar akan berubah menjadi
kalsit, mineral lempung dan serisit, sedangkan mineral mafik berubah menjadi serpentin dan
klorit. Apabila tufa dan lapili diendapkan dalam suhu tinggi (misalnya endapan awan panas),
kemungkinan akan mengalami proses pengelasan sehingga membentuk welded tuff atau welded
lapilistone yang sangat padat dan sangat mirip dengan batuan beku aliran lava, baik kenampakan
lapangan maupun dibawah mikroskop. (Yuwono, 2002).

a.

b.

c.

Gambar a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko utara, c. tuf
terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal.

2.9 KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK


Penamaan batuan piroklastik menurut Schmid (1981) berdasar ukuran butir piroklas secara
deskriptif dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel Klasifikasi granulometri dengan piroklas berbutir seragam
Endapan piroklastik
Ukuran butir (mm) Piroklas
Material lepas (tephra) Material memadat (batuan piroklastik)
64
2
1/16

Blok, bom Tefra blok, tefra bom

Breksi piroklastik, aglomerat

Lapili

Tefra lapilli

Batulapili

Abu kasar

Tefra lapilli

Tufa kasar

Abu halus

Tefra halus

Tufa halus

Gambar Penamaan batuan piroklastik berbutir tidak seragam


Batuan piroklastik berbutir halus, baik tufa kasar maupun tufa halus dapat dibedakan
berdasarkan jenis piroklasnya yang dominan. Dengan menggunakan diagram segitiga yang
anggota akhirnya gelas (vitrik), kristal dan batuan (lithik), dikenal nama-nama tufa gelas, tufa
lithik/ tufa sela, tufa kristal, tufa gelas-kristal dan sebagainya.

Gambar Klasifikasi ash dan tufa menurut jenis piroklastik


(Schmid, 1981)

BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil analisa optic petrografi, kita dapat mengklasifikasikan, memerikan dan
mengelompokan batuan serta mineral-mineralnya.
Batuan Beku memiliki beberapa jenis yaitu :
1.
2.
3.
4.

Batuan Beku Asam


Batuan Beku Intermediet
Batuan Beku Basa
Batuan Beku Ultrabasa

Anda mungkin juga menyukai