Anda di halaman 1dari 6

Deskripsi Batuan Beku Januari 10, 2011

Posted by ahmad in home, Petrologi.

trackback

Posting sebelumnya telah di bahas tentang pengertian & klasifikasi batuan secara umum juga
pembahasan tentang klasifikasi batuan beku secara khusus.

Jadi ceritanya sekarang…. kita sudah paham pengertian batuan dan klasifikasinya, kita juga sudah
tahu kalau batuan itu banyak jenis dan namanya. Nah, tapi itukan teori, selanjutnya biar kita tahu
suatu nama batuan, sebelumnya kita harus melakukan yang namanya deskripsi batuan. Khusus
untuk batuan beku hal-hal yang di deskripsi meliputi:

1. Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai
bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar
dari batuan. bingung ya? pokonya di poin tekstur ini kita intinya mmbahas tentang material
penyusun si-batuan, bisa kenampakannya/sifatnya/hubungannya, baik mineral/gelas/kedua2nya.

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh 4 hal yang penting, yaitu :

A. Derajat Kristalisasi/Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan
tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya
kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka yang terbentuk adalah tekstur gelas
(non mineral)

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.


Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.

Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari
massa kristal.

B. Granularitas/Besar Butir

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal
dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Fanerik

Suatu batuan dikatakan memiliki tekstur fanerik jika kristalnya dapat dilihat jelas dengan mata biasa.
Kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

Halus (fine), ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

Sedang (medium), ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

Kasar (coarse), ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

Sangat kasar (very coarse), ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

2. Afanitik

Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan
bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:
Mikrokristalin, ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

Kriptokristalin, Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.

Holohialin, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

C. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan.

Ditinjau dari pandangan 2 dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

Euhedral, bentuk kristal sempurna/lengkap, dibatasi oleh idang kristal yang


ideal(jelas,tegas&teratur).

Subhedral, bentuk kristal kurang sempurna sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

Anhedral, bentuk kristal tidak beraturan sama sekali, sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan 3 dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.

Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.

Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

D. Keseragaman butir/Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral
yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:

a). Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran
sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

Panidiomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral


yang euhedral.

Hipidiomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral


yang subhedral.

Allotriomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral


yang anhedral.

b). Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.
Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa
mineral atau gelas. Oleh karena kristalnya tidak sama besar maka terdapat tekstur khusus

Porfiritik, Kristal-kristal yang lebih besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar(groundmass)


kristal yang lebih halus. Jika massa dasar berukuran fanerik disebut faneroporfiritik, namun jika
massa dasar berukuran afanitik disebut porfiroafanitik.

Vitrovirik: Tekstur dimana mineral penyusun secara dominan adalah gelas, kedang kristalnya
hanya sedikit(<10%)

Felsoferik: Apabila fenokris tertanam dalam massa dasar terdiri dari kuarsa dan feldspar.
2. Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang
jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan
saja, misalnya:

Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti bantal.

Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur
tegak lurus arah aliran.

Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan(hand speciment sample), yaitu:

Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya
lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan
beku.

Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.

Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan
menunjukkan arah yang tidak teratur.

Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder,
biasanya mineral silikat atau karbonat.

Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk
dalam batuan yang mengintrusi.

3. Komposisi Mineral
A. Mineral Primer, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah
yang melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku. berdasarkan
warnanya dibagi menjadi 2:

Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar,
feldspatoid dan muskovit.

Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.

B. Mineral Sekunder, Adalah mineral hasil ubahan dari mineral primer, baik karena pelapka, reaksi
hidrothermal, atau metamorfisme. Jadi tidak terbentuk langsung dari pembekuan magma. Namun
begitu keberadaannya melimpah, dapat mempengaruhi penamaan batuan. Contohnya: kalsit, klorit,
limonit, mineral lempung.

C. Mineral Aksesoris, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma namun
jumlahnya sangat sedikit sekali, sehingga tidak mempengaruhi penamaan betuan. Contohnya:
Kromit, magnetit, ilmenit, rutil, dan zirkon.

4. Warna

Warna segar batuan beku dapat bervariasi, dari hitam, abu-abu sampai putih cerah. Warna ini
sangat dipengaruhi oleh komposisi meneral penyusun batuannya(rock forming minerals). Apabila
terjadi pencampuran antara mineral gelap dengan terang maka warna batuan beku dapat hitam
berbintik-bintik putih, abu-abu bercak putih, atau putih bercak hitam, tergantung warna mineral
mana yang dominan.

Anda mungkin juga menyukai