Anda di halaman 1dari 9

RESUME ACARA 5

PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

PENGENALAN EKOSISTEM PANTAI PARANGTRITIS

Disusun oleh :

Nama : Reika Devita Maharani

NIM : 20/462497/PN/16927

Prodi : Mikrobiologi Pertanian

Golongan : B3

I. PENDAHULUAN
Ekosistem pesisir merupakan suatu wilayah yang berada pada perbatasan
antara daratan dengan lautan. Pada ekosistem ini biasanya daratan yang
membatasi ialah pasir, dan ekosistem disekitarnya dipenuhi oleh tebing, dan
batuan karang. Adapun vegetasi yang ikut menghiasi wilayah pesisir pantai, dan
dapat dipastikan vegetasi tersebut memilki ketahanan yang tinggi terhadap
salinitas. Daerah pesisir atau bias akita sebut dengan pantai menjadi salah satu
bentuk ekosistem yang harus dipelajari, terutama dalam segi ekologinya.
Sebagai salah satu kota dengan tujuan destinasi wisata tertinggi di Indonesia,
Kota Yogyakarta memiliki banyak sekali potensi alam yang dapat dikembangkan
dalam tujuan pariwisata. Salah satu lokasinya ialah pantai yang terdapat di
Yogyakarta. Berbicara mengenai pantai, salah satunya yaitu Pantai Parangtritis
yang sangat ikonik. Pantai ini berada di Kabupaten Bantul, dan merupakan salah
satu pantai yang memiliki ciri khas atau keunikan yaitu adanya gumuk pasir (sand
dunes) tipe bulan sabit (barchan) (Wibowo).
Dengan melihat uraian diatas, perlu diadakannya pengamatan pengenalan
lingkungan pesisir pantai, karena pengetahuan tentang pesisir pantai dapat
dimanfaatkan didalam kehidupan manusia salah satunya dalam bidang wisata,
tidak hanya dalam ranah ekonomi, mempelajari ekosistem pantai juga dapat
menjadi salah satu objek kajian ilmiah.
II. ISI
A. Ekosistem Pesisir Pantai
Ekosistem pesisir pantai merupakan salah satu wilayah yang
Hingga saat ini masih belum ada definisi secara baku dari pesisir pantai
Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir
adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut. Apabila ditinjau dari
garis pantai (coastline), suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas
(boundaries), yaitu : batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang
tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore) (Dietriech, 2002).
Pesisir pantai merupakan tempat alamiah yang produktif, unik dan
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi, Kawasan pesisir
memilkisejumlah fungsi ekologis berupa penghasil sumberdaya, penyedia jasa
kenyamanan, penyedia kebotuban pokok bidup dan penerima limbah
(BENGEN,2002). Wilayah pesisir atau coastal adalah salah satu sistem
Iingkungan, di dalamnya terdapat zona intertidal atau zona pasang surut yang
merupakan daerah yang terkecil dari semua daerab di samudera dunia
(Nybbaken, 1992).
B. Pantai Parangtritis
1.1 Topografi Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis merupakan kawasan wisata pantai dengan Perbukitan
karst di sebelah timur. Pantai Parangtritis terletak kurang lebih 27 kilometer
di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Pantai Parangtritis ini berada di
wilayah Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Terdapat
keunikan di objek wisata Pantai Parangtritis ini adalah adanya gumuk pasir,
dan hanya satu di Indonesia yaitu di Yogyakarta. Selain itu, gumuk pasir di
pantai Parangtritis merupakan gumuk pasir terbesar se-Asia Tenggara
(Wibowo).
Kawasan Pantai dari Parangtritis ke arah barat, yang memiliki
morfologi landai, dengan gumuk-gumuk pasir, yang didominasi oleh garis
pantai lurus. Letak pemukiman umumnya berada di belakang gumuk pasir,
membuat daerah ini relatif aman terhadap landaan gelombang tsunami. Hal ini
ditunjang dengan keberadaan pelindung alami maupun buatan sangat
membantu dalam rangka menjaga kelestarian kawasan pantai sekitarnya.
Seperti keberadaan hamparan terumbu karang, gumukgumuk pasir, bangunan
penghalang (seawall), dinding pantai dan pemecah gelombang (Yudhicara et.,
al, 2003).
1.2 Ekosistem Asli Pantai Parangtritis
Seperti halnya, ekosistem pantai memiliki factor pembangun biotik dan
abiotic. Salah satu factor biotik yang menghiasi ekosistem pantai ialah
keberagaman vegetasinya. Tumbahan pada hutan pantai cukup beragam.
Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan
habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut
formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang
paling dominan. Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu
hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena
banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur (Maknun,2017).
Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia.
Formasi yang pertama yaitu formasi Pres-Caprae Dinamakan demikian karena
yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes
caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini
menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius
(rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah
darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan),
dan Scaeuola Fruescens (babakoan). Yang berikutnya ialah formasi
Baringtonia. Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di
dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila
tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau
yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di
daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil
oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut
gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa,
Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah,
pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan
Cylocarpus. (Maknun, 2017).
Sedangkan pada factor abiotic, seperti yang kita ketahui Bersama
bahwa terdapatnya sinar matahari, pasir, bebatuan, angin, suhu, udara, hingga
ombak merupakan komponen – komponen penyusun abiotic pada daerah
pesisir pantai.
1.3 Kerusakan Lahan di Pantai Parangtritis
Pada Kawasan pesisir pantai parangtritis, dijumpai adanya kerusakan.
Kerusakan yang terjadi disebabkan baik oleh factor alam maupun factor
perbuatan manusia. Adapun kerusakan yang terjadi karena factor alam berupa
abrasi maupun akrasi, dan kerusakan yang terjadi karena perbuatan manusia
ialah pembuangan limbah/sampah sembarangan disekitar pesisir pantai.
Pada factor alami, terjadi kerusakan berupa akrasi yang dapat ditemukan di
arah barat, dari Pantai Parangtritis hingga Pantai Congot proses dinamika
pantai maju (akrasi). Dimana aktifitas gelombang dan angin berperan lebih di
kawasan ini, ditandai dengan adanya gumuk-gumuk pasir (Yudhicara et. Al.,
2003). Adapun factor lainnya yang terjadi ialah abrasi pantai.
Kerusakan yang terjadi oleh karena perbuatan manusia merupakan
pencemaran lingkungan dalam bentuk pembuangan limbah sembarangan di
pasir yang ada di pesisir pantai Parangtritis. Namun kurangnya fasilitas tempat
sampah didaerah pesisir Pantai Parangtritis dapat menjadi salah satu alasan
paling kuat terjadinya hal ini. Kerusakan ekosistem akibat pencemaran dapat
berdampak buruk bagi biota laut serta fauna dan flora sekitar.

III. PENUTUP
Pada sekitaran ekosistem pantai parangtritis yang telah diamati, perlu
diperhatikan lebih lanjut kelestariannya, karena banyaknya kerusakan alam yang
terjadi terutama pencemaran ekosistem pesisir dapat brakibat fatal. Tidak hanya
merusak kelestarian pantai, namun pencemaran juga dapat merusak kualitas air
laut disekitar pesisir karena menjadi tempat pembuangan limbah. Maka dari itu
diperlukannya kesadaran untuk menjaga lingkungan ekosistem pesisir pantai.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Dejan, Ali. (2018). PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI
PARANGTRITIS DALAM PERSPEKTIF SUSTAINABLE DEVELOPMENT.
BIBLIOGRAPHY Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, D. (n.d.). Pengelolaan Ekosistem Wilayah
Pesisir. Prosiding Pelatihan Ekosistem Pelatih, 74-88.
Maknun, D. (2017). EKOLOGI Populasi, Komunitas, Ekosistem. Cirebon:
Narjati Press.
Nugroho, S. H. (2012). MORFOLOGI PANTAI, ZONASI DAN ADAPTASI
KOMUNITAS BIOTA LAUT DI KAWASAN INTERTIDAL. Oseana, 11-21.
Ramli Utina, E. N. (2018). Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir
Penerapan Pendididkan Karakter Konservasi. Sleman: Penerbit DEEPUBLISH.
Rusdi, Rusdi. (2019). Laporan Orientasi Lapangan Pengenalan Lingkungan
geografis Wilayah Pesisir Parangtritis, Yogyakarta.
10.13140/RG.2.2.27891.68645.
Thomas Dresselhaus, a. R. (2018). Biotic and Abiotic Stress Responses in
Crop Plants. Agronomy, 1-6.
Yudhicara, A. Y. (2003). Potensi Kebencanaan Geologi di Kawasan Pesisir
Selatan D.I. Yogyakarta . Jurnal Geologi Kelautan, 9-14.
V. LAMPIRAN
BORANG ACARA 5
Nama : Reika Devita Maharani
Golongan : B3
Asisten : Hossana Abraham

Tanggal Selasa, 11 Mei 2021

Ekosistem Pesisir Pantai

Lokasi Ekosistem Pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten


Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Suhu 23 C

Kelembapan 78%

Ketinggian 24

Rantai Makanan Fitoplankton → zooplankton → ikan kecil → ikan besar → manusia

Daur Materi Daur sitrogen, siklus air, siklus karbon, siklus fosfor.

Arus Energi Energi matahari → rumput laut → ikan kecil → ikan besar → manusia
→dekomposer.

Faktor Abiotik Cahaya matahari, suhu, udara, pasir, ombak laut, batuan, karang.

Faktor Biotik Flora:


Tapak kambing/tapak kuda/katang-katang (Ipomea pres-caprae),
Pandan (Pandanus tectorius), Siwalan (Borrasus flabellifer).
Fauna:
Ikan kecil(Barbodes binotatus), burung(Charadrius javanicus), kuda
(Equus caballus), kelomang (Paguroidea),

1.1 Vegetasi tapak kambing 1.2 Faktor Abiotik (Pasir, air


dan pencemaran lingkungan laut, kabut, udara, cahaya
berupa sampah makanan matahari)

1.3 Dokumentasi praktikan 1.4 Berbagai vegetasi di


di pantai Parangtritis pesisir pantai Parangtritis

Anda mungkin juga menyukai