DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH :
Cahyani
Dede Tresna Ananda
Dewi Puspita Ambarwati
Nabila Hardini
Prihatin Nurhidayah
Rhayinda Anisa Putri
Shakila Ramadhania
Sylvia Julita
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan
Sondang Siahaan,S.Pd.,M.Si
NIP. 196606171988032022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul Identifikasi
formalin pada makanan. Dalam makalah ini kami menyajikan informasi sebagai
wawasan tambahan dalam melihat kaitan ilmu yang dipelajari dengan
perkembangannya di dunia luar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan laporan ini. Dan kami berterima kasih kepada Ibu Jessy
Novita Sari,S.Pd,M.Si selaku dosen pengampu. Kami berharap laporan ini dapat
membantu pembaca lebih kompeten dalam mengetahui informasi tentang Identifikasi
formalin pada makanan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan. Karenanya, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Semoga bermanfaat.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan ringan adalah makanan yang bukan merupakan menu utama yang
dimaksudkan untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu dan dapat
memberi sedikit suplai energi ke tubuh atau merupakan sesuatu yang dimakan untuk
dinikmati rasanya. Produk yang termasuk dalam kategori makanan ringan menurut
Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.00.05.52.4040 tanggal 9 Oktober 2006 tentang Kategori Pangan adalah semua
makanan ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari
umbi dan kacang) dalam bentuk krupuk, kripik, jipang dan produk ekstrusi seperti chiki-
chiki-an. Selain itu produk olahan kacang, termasuk kacang terlapisi dan campuran
kacang (contoh dengan buah kering) serta makanan ringan berbasis ikan (dalam
bentuk kerupuk atau keripik) juga masuk kedalam kategori makanan ringan.
Di dalam industri pangan, terutama industri rumah tangga yang pengetahuan mereka
masih terbatas, penggunaan bahan tambahan yang berbahaya masih sering dilakukan
(Anggrahini, 2007). Bahan tambahan berbahaya yang paling sering ditambahkan
produsen adalah zat pewarna Rhodamine B dan Methanyl yellow, pemanis buatan
siklamat dan sakarin, serta pembuat kenyal berupa formalin dan boraks.
1.2 MAKSUD
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu mengetahui identifikasi formalin dalam
makanan berupa bakso,mie,tahu dan pempek.
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1. bagi mahasiswa
Untuk mengetahui formalin yang ada pada makanan ringan yaitu
bakso,mie,tahu dan pempek.
2. Bagi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Formalin, dengan rumus kimia CH2O merupakan suatu larutan yang tidak berwarna,
berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37% formaldehid dalam air dan biasanya
ditambahkan metanol 10-15% sebagai pengawet.
Formalin memiliki banyak kegunaan dan digunakan secara luas dalam berbagai bidang,
diantaranya:
Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein,
karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur
protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya.
Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu
terasa lebih kenyal . Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri
pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan
berformalin lainnya menjadi lebih awet.
Formalin adalah bahan kimia yang larut dalam air dan sangat cepat diproses oleh
tubuh ketika Anda menghirup atau menelannya. Bahkan, paparan dalam jumlah yang
sangat kecil saja dapat diserap melalui kulit Anda. Berikut beberapa bahaya formalin
bagi kesehatan yang perlu Anda waspadai:
1. Saluran pernapasan
Menghirup udara yang terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya ini dapat
menyebabkan saluran pernapasan Anda teriritasi. Akibatnya, Anda mungkin akan
mengalami berbagai gejala, seperti batuk-batuk, radang tenggorokan, nyeri dada,
dan mengi. Jika sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit asma dan bronkitis, Anda
lebih mungkin mengalami kekambuhan ketika menghirup senyawa ini.
Paparan senyawa ini dalam jangka pendek yang didapat melalui udara juga dapat
menyebabkan iritasi pada rongga mata, hidung, dan tenggorokan. Sementara itu,
paparan dalam jangka waktu lama atau bersifat kronis dapat menyebabkan luka parah
di paru-paru.
2. Sistem pencernaan
Formalin adalah salah satu bahan kimia yang sering digunakan untuk mengawetkan
makanan. Padahal, senyawa satu ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Ya,
mengonsumsi makanan yang mengandung bahan kimia ini dalam jangka panjang dapat
merusak saluran pencernaan Anda. Hal ini dapat menyebabkan sakit perut hebat, diare,
serta peradangan di mulut, kerongkongan, lambung, dan usus.
Bahan kimia satu ini juga dapat menyebabkan perdarahan di lambung atau usus,
kerusakan pada hati, limpa, pankreas, dan ginjal. Dalam kasus yang parah, bahan
kimia satu ini juga dapat menyebabkan koma hingga kematian.
3. Kulit
Paparan jangka pendek pada kulit dapat menyebabkan gatal, iritasi, dan kulit terbakar.
Pada orang yang alergi dengan formalin, paparan rendah untuk waktu yang sebentar
saja dapat memicu iritasi kulit parah yang ditandai dengan kemunculan ruam, kulit
kering, dan dermatitis. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan
jaringan parut.
4. Kanker
Paparan formalin dalam jangka panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada manusia dan hewan, ada cukup bukti yang
menunjukkan bahwa bahan kimia satu ini dapat memicu kanker. Dalam dosis yang
cukup tinggi dan dengan periode paparan yang panjang (bertahun-tahun), formalin
adalah karsinogenik (bersifat menjadi penyebab kanker) pada manusia. Meski begitu,
sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan berapa kadar pasti formalin
yang dapat memicu kanker. Bahaya formalin bagi kesehatan mungkin tidak dapat
dirasakan secara langsung. Namun seiring waktu, zat kimia satu ini dapat
menyebabkan bahaya kesehatan yang sangat mengkhawatirkan dan mengancam
nyawa.
BAB III
METODE KERJA
3.3 Metode
1. Tabung Reaksi
2. Lumpang (yang digunakan untuk menghancurkan makanan)
3. Kertas Saring
4. Neraca Kasar
5. Aquades H2O (untuk melarutkan sampel)
6. Regensia Kmno4 0,1 N.
7. Formalin 37%
8. Sampel (tahu,bakso,mie, dan pempek)
BAB IV
4.1 Hasil
Dari pratikum yang dilakukan, hasil yang di dapatkan pada identifikasi formalin pada
makanan,yaitu :
4.2 Pembahasan
Dari pratikum identifikasi formalin pada makanan dapat dibuktikan bahwa beberapa
sampel makanan mengandung formalin dan tidak mengandung formalin.
1) Mie
Pada saat mengamati perubahan warna sampel, terdapat warna merah muda
menjadi warna pudar/hilang. Dapat di pastikan bahwa sampel makanan mie
tersebut positif(+) mengandung formalin.
2) Bakso
Pada saat mengamati perubahan warna pada sampel, terdapat warna merah
muda menjadi pudar/hilang. Dapat dipastikan bahwa sampel makanan bakso
tersebut positif(+) mengandung formalin.
3) Pempek
Pada saat mengamati perubahan warna pada sampel, terdapat warna merah
muda dan warna tersebut tetap tidak berubah. Dapat dipastikan bahwa sampel
makanan pempek tersebut negative(-) tidak mengandung formalin.
4) Tahu
Pada saat mengamati perubahan warna sampel, terdapat warna merah muda
menjadi warna pudar/hilang. Dapat di pastikan bahwa sampel makanan tahu
tersebut positif(+) mengandung formalin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum pada identifikasi formalin pada makanan yaitu tahu, bakso, mie dan
pempek. Dapat disimpulkan bahwa beberapa makanan mengandung formalin dan tidak
mengandung formalin. Makanan yang mengandung formalin adalah bakso,tahu dan
mie. Makanan yang tidak mengandung formalin adalah pempek.
5.2 Saran
1. Masyarakat harus lebih teliti dalam memilih makanan yang mengandung bahan
formalin.
2. Berikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai formalin tentang bahaya-
bahayanya apabila digunakan pada makanan dan tidak digunakan sesuai dengan
fungsinya.
3. Kesadaran masyarakat untuk membantu dalam mencegah formalin agar tidak
digunakan dalam produk makanan.
DOKUMENTASI
GAMBAR KETERANGAN