Anda di halaman 1dari 23

DOSEN PEMBIMBING

HARMIYATI ,ST.,M.Si

TUGAS AMDAL
MENGANALISA DAMPAK PADA PROYEK INFRASTRUKTUR
YOGYAKARTA-SOLO

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
VIII A
ARGA TIRTA RIAYAN 163110461
DHIFO PAKUWONDANA 163110093
GABRIEL RENDY VALENTINO BARUS 173110567
LISTRA SUHANDIANI 163110451
MULYONO 163110088
NOVALDI FESWIGER 173110721
R.RACHMAT SYAHPUTRA 163110093
YOGA RAHMATULLAH MALWI 163110100

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan dan Manfaat...................................................................................2

1.3 Dasar Peraturan.........................................................................................2

1.3.1 Kasus Pekerjaan.................................................................................2

1.3.2 Pembahasan Penapisan......................................................................3

BAB 2 RUANG LINGKUP WILAYAH STUDI....................................................5

2.1 Tahapan Rencana Kegiatan.......................................................................5

2.1.1 Tahap Pra Konstruksi.........................................................................5

2.1.1.1 Dampak Potensial Biologi..............................................................5

2.1.1.2 Dampak Potensial Sosial Ekonomi................................................5

2.1.2 Tahap Konstruksi...............................................................................6

2.1.2.1 Kemacetan Lalu Lintas...................................................................6

2.1.2.2 Aspek Fisik-Kimia.........................................................................6

2.1.3 Tahap Pasca Konstruksi.....................................................................7

2.1.3.1 Latar Belakang Tuntutan Kebutuhan Jalan Tol Jogja-Solo dan


Kebijakan Pemerintah..................................................................................7

2.1.3.2 Belajar Dari Keberadaan Jalan Tol Luar Negeri............................8

2.1.3.3 Dampak Keberadaan Jalan Tol Jogjakarta – solo terhadap


Kondisi Fisik, Sosial, dan Ekonomi Lingkungannya.................................10

2.1.3.4 Tanah Kepemilikan Terkena Dampak Pasca Pembangunan........11


2.1.3.5 Diharapkan Memajukan Perkembangan KPY (Kawasan Perkotaan
Yogyakarta)................................................................................................12

2.1.3.6 Problema/Konflik Ganti Rugi/Ganti Untung yang diterima


Masyarakat pasca pembangunan................................................................17

2.2 Penutup....................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jalan tol Jogja-Solo adalah jalan tol yang membentang dari wilayah
Kecamatan Gamping di Kabupaten Sleman, DIY di sebelah barat hingga ke
Kecamatan Banyudono Boyolali di sebelah timur. Dari situ jalan tol akan
tersambung di Simpang Susun Colomadu dan akan tersambung ke Jalan Tol
Semarang–Solo dan Jalan Tol Solo-Ngawi[2][3]. Sedangkan di barat, jalan tol akan
terhubung ke Bandara Internasional Yogyakarta yang menajdi bagian Jalan Tol
Yogyakarta-Cilacap[4][5].

Tol ini dibangun melayang (elevated) di sepanjang Ring Road Utara


Yogyakarta, kemudian berlanjut sepanjang Selokan Mataram hingga sampai ke
simpang susun di daerah Maguwoharjo. Dari simpang susun Purwomartani, alan
ini berbelok ke utara lalu timur laut menuju wilayah Kabupaten Klaten di sekitar
perbatasan kecamatan Prambanan dan Manisrenggo. Dari sana jalan tol melewati
beberapa kecamatan di Kabupaten Klaten yaitu Jogonalan, Karangnongko,
Kebonarum, Ngawen, Karanganom, Klaten Utara, Ceper, Polanharjo dan
Delanggu. Kemudian jalan tol melewati wilayah Kabupaten Boyolali di
Kecamatan Banyudono dan Sawit..

Namu dalam proses pembangunannya, jalan tol ini tentunya memiliki berbagai
polemik dan permasalahan. Mulai dari pra konstruksi, masa konstruksi dan pasca
konstruksi. Berikut ini akan dibahas secara mendalam mengenai Analisa Dampak
Lingkungan dari Pembangunan Tol Jogja-Solo.
1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari pembuatan KA-Andal ini adalah

a. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi dampak lingkungan yang terjadi


dari pembangunan Jalan Tol Jogja-Solo.
b. Untuk menjadi pertimbangan tentang pembangunan terkait Tol Jogja-Solo.
c. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
d. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan atau kegiatan

Manfaat dari pembuatan dokumen Andal ini adalah

a. Manfaat bagi pemerintah yaitu untuk menjaga agar pembangunan tersebut


sesuai terhadap suatu prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
b. Manfaat bagi pemilik proyek adalah untuk melindungi proyek yang
melanggar UU atau PP yang berlaku.
c. Manfaat bagi masyarakat adalah untuk mengetahui sejak dari awal dampak
terjadinya dari suatu kegiatan.

1.3 Dasar Peraturan

1.3.1 Kasus Pekerjaan


Pemrakarsa akan melakukan pembangunan jalan tol dari Jogja -Solo . jalan tol
ini merupakan jalan tol yang masuk proyek strategis nasional tersebut memiliki
trase dari jalur tol Solo-Jogja-Bawen serta jalur tol Solo-Jogja-Kulonprogo-
Cilacap. Pemda DIY sudah menerima surat permohonan izin penetapan lokasi.
Saat ini, Pemda DIY sedang memproses pengajuan surat IPL tersebut agar izin
sesuai dengan kesepakatan yang sebelumnya sudah di sepakati. Dan persiapan
dari segi lahan yang akan di lewati oleh jalan tol ini sudah hampir 90% sudah
selesai proses perizinannya , kemudian akan terjadi pelebaran jalan di beberapa
spot untuk mendukung proses pembangunan jalan tol ini terutama pelebaran fly
over jombor karena terkena dari proyek jalan tol ini. Dan saat ini penyusunan
amdal untuk jalan tol ini tinggal selangkah lagi sebelum benar-benar amdal
proyek ini di berikan kepada pihak yang berwenang. Dampak yang kan timbul
dari jalan tol ini salah satunya ialah jalan Ring Road di Jogja akan terkena dampak
juga, yakni jalan Ring Road ini akan menjadi jalan tol khusus bagi para
masyarakat jogja khususnya.

1.3.2 Pembahasan Penapisan


Nama Pekerjaan : Pembangunan Jalan Tol Jogjakarta-Solo

Terkait Peraturan : Kegiatan wajib Amdal  permen LH No 8 Tahun


2006 Permen LH No 11 Tahun 2006

Berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No 8 tahun 2006 memutuskan


tentang pedoman penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan dari pasal 1-
5 .dalam pasal ini terdapat beberapa pedoman penyusunan Amdal yaitu analisis
dampak lingkungan hidup, pedoman penyusunan analisis dampak lingkungan
hidup, pedoman penyusunan rencan pengelolaan lingkungan hidup,pedoman
penyusunan rencana pemantauan lingkungan hidup dan pedoman penyusunan
ringkasan eksekutif. Jadi semua aspek ini harus dilakukan dalam pembuatan jalan
tol Jogja-Solo agar nantinya jalan tol ini berjalan dengan lancar saat
pengerjaannya. Sedangkan Permen LH No 11 Tahun 2006 tentang jenis usaha
atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup karena bidang perhubungan harus memiliki wajib Amdal
karena nantinya jika tidak memiliki wajib Amdal pada jaln tol Jogja-Solo akan
menimbulkan dampak negative yang sangat besar seperti menimbulkan berupa
emisi, gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, dan
dampak social karena jalan tol akan menjadi pusat lalu lintas diantara Jogja-Solo
nantinya.
BAB 2 RUANG LINGKUP WILAYAH STUDI

2.1Tahapan Rencana Kegiatan


Dalam penyusunan rencana kegiatan pembangunan Tol Jogja-Solo ini pada
ruang lingkup wilayah studi, ada 3 tahapan yang harus diperhatikan, yaitu:

2.1.1 Tahap Pra Konstruksi


Kegaiatan pra konstruksi meliputi kegiatan :
1) Pembebasan lahan yang dapat berupa lahan pertanian maupun karangan
sebagai tempat tinggal.
2) Perizinan
3) Pemindahan pemukiman penduduk.
4) Pendataan dan pengukuran wilayah jalan Tol
5) Survey lapangan pembuatan jalan Tol

2.1.1.1 Dampak Potensial Biologi


Dampaknya bagi hewan kecil disekitar dengan adanya kegiatan pendataan dan
pengukuran center line jalan tol, pematokan ROW maka akan mengganggu
kehidupan fauna tersebut, bisa membuat hewan-hewan tersebut gelisah dengan
kegiatan yang dilakukan.

2.1.1.2 Dampak Potensial Sosial Ekonomi


Pada perencanaan pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol dapat
menimbulkan konflik kepentingan antar instansi dan masyarakat tertentu, adanya
kasus tuntutan ganti rugi masyarakat yang kehilangan lahan. Munculnya persepsi-
persepsi tertentu dimasyarakat terutama persepsi negatif karena adanya
kecemburuan serta kecurigaan.
Pada tahap survai lapangan pembangunan jalan tol, masyarakat yang turut
membentu dalam survey dapat memperoleh kesempatan kerja, selain itu muncul
juga persepsi-persepsi tertentu dimasyarakat. Pada tahap perencanaan pembebasan
lahan dan survey lapangan telah menimbulkan keresahan pada masyarakat.
Namun dampak lain yang ditimbulkan juga dirasakan pada masyarakat yang
lahan pertaniannya di gunakan. Sehingga, mereka kehilangan mata pencaharian
untuk sementara waktu.

2.1.2 Tahap Konstruksi

2.1.2.1 Kemacetan Lalu Lintas


Lalu lintas disekitar yang biasanya sering dilewati oleh masyarakat akan
tergaggu oleh adanya kendaraan proyek yang keluar masuk nelewati jalan tersebut
untuk membawa materialmaterial yang dibutuhkan oleh proyek tersebut, sehingga
mengakibatkan kemacetan pada area jalan tersebut.

2.1.2.2 Aspek Fisik-Kimia


a. Penurunan kualitas udara

Udara dilingkungan sekitar akan tercemar akibat pekerjaan proyek tersebut,


karena banyaknya debu yang mengganggu udara disekitar proyek tersebut.

 Gangguan pernapasan, batuk


 Gangguan penglihatan

b. Adanya suara-suara kebisingan yang ditimbulkan oleh alat-alat berat yang


sedang melakukan pekerjaan , misalnya pekerjaan pemasangan tiang pancang
yang biasanya menimbulkan suara keras sehingga menggangu penduduk di
sekitarnya.

1. Aspek Biologi

Pembangunan ini secara otomatis akan menyebabkan berkurangnya lahan


pertanian sekaligus area penghijauan yang berpengaruh terhadap kualitas udara
mengingat bahwa tumbuhan merupakan penghasil gas yang dibutuhkan manusia
dan hewan yaitu oksigen. Selain itu, berkurangnya lahan pepohonan akan
mengurangi absorbs air ke dalam tanah sehingga kualitas air tanah menurun.
2. Aspek Sosial dan Ekonomi

a. Adanya konflik yang terjadi karena adanya pro dan kontra dimasyarakat
terhadap pembangunan proyek tersebut. Hal ini biasanya masyarakat yang
melakukan aktivitas sehari-hari di sekitar proyek merasa terganggu oleh adanya
pembangunan proyek tersebut.

b. Hampir semua jalur yang akan dibangun jalan tol merupakan lahan
produktif dan daerah sumber mata pencaharianbagi para penduduk tani, pada saat
pekerjaan pembangunan sedang berlangsung menyebabkan mata pencaharian
masyarakat menjadi hilang dan megharuskan para penduduk tani mencari lahan
lain untuk bercocok tanam agar mata pencaharian merek tidak berhenti dan bisa
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

c. Para pelaku usaha yang berada pada jalur yang akan dibangun jalan tol
terpaksa harus merelakan bidang usahanya ditutup dan mencari tempat kembali
untuk melanjutkan usahanya tersebut agar tidak berhenti.

2.1.3 Tahap Pasca Konstruksi

2.1.3.1 Latar Belakang Tuntutan Kebutuhan Jalan Tol Jogja-


Solo dan Kebijakan Pemerintah

Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam sistem perekonomian.


Semakin baik keadaan infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap
keadaan ekonomi. Di samping itu pembangunan jalan tol di daerah perkotaan
besar seperti di Jogja dan Solo dan sekitarnya memang berpengaruh terhadap
industri yang banyak berada di sekitar daerah perkotaan.
Fungsi jalan tol adalah menghubungkan pusat produksi dengan pasar global,
oleh karena itu untuk memudahkan aktifitas bisnis jalan tol menjadi alternatif
untuk mempercepat arus keluar masuk barang.Tetapi dalam hal ini program
pemerintah yang lebih fokus membangun jalan tol di daerah Jogja menuju solo
perlu diluruskan, yakni seharusnya lebih memperhatikan kondisi jalan-jalan di
pedesaan yang sebenarnya sangat membantu masyarakat yang rata-rata miskin
dalam meningkatkan aktifitas ekonomi mereka, sehingga kesenjangan antara
daerah perkotaan dan pedesaan dapat dihapuskan. Oleh karena itu pemerintah
harus segera memperbaiki kondisi jalan antar desa di seluruh Indonesia untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pro rakyat.
Sementara Pengamat Kebijakan Publik Faisal Baasir mengatakan, melihat
kondisi saat ini, potensi industri jalan tol masih menjanjikan untuk lebih
dikembangkan, sesuai dengan perkembangan tingkat perekonomian bangsa
Indonesia saat ini. Sedangkan Analis Ekonomi UI Avilliani mengatakan bahwa
pembangunan infrastruktur melalui industri jalan tol di daerah Jogja menuju Solo
akan berdampak pada pembangunan ekonomi. Oleh karena itu menurutnya
sebelum satu daerah berkeinginan membangun jalan tol maka yang paling penting
adalah aktivitas ekonomi di daerah tersebut harus ditingkatkan agar bisa
memberikan kontribusi terhadap proyek jalan tol tersebut agar tidak rugi.

2.1.3.2 Belajar Dari Keberadaan Jalan Tol Luar Negeri


Jalan (tol) memang menjadi salah satu kunci keberhasilan China memacu
ekonominya, memeratakan pembangunan, dan memajukan daerah-daerah
terpencilnya. Di luar dampak negatifnya terhadap stabilitas sosial budaya
masyarakat lokal, jalan tol membuat China bisa mengeksploitasi kemampuan
ekonomi daerah sehingga menopang negeri itu menjadi raksasa ekonomi dunia.
Demikian juga beberapa kota besar di Eropa seperti London, ternyata
keberadaan jalan tol bisa mengatasi kemacetan lalulintas karena pembangunan
jalan tol dalam kota seimbang dengan pembangunan sistem transportasi massal
yang terpadu.
Malaysia yang wilayahnya lebih sempit dari Indonesia saja mempunyai rasio
panjang jalan tol 3.008 km per satu juta penduduk, sementara Indonesia hanya
126 km per satu juta penduduk. Angka ini semakin jauh jika dibandingkan dengan
rasio jalan tol di Jepang yang 9.422 km per satu juta penduduk. Wilayah
Indonesia mencapai 1,9 juta km persegi dengan penduduk 229 juta orang, padahal
wilayah Malaysia hanya 329,8 ribu km persegi dengan penduduk 28,3 juta jiwa.
Kemungkinan akses jalan inilah yang membuat kesenjangan antar daerah di
Indonesia lebih lebar daripada Malaysia.
Namun demikian di Amerika Serikat, pembangunan jalan bebas hambatan
antar negara bagian (Interstate Highways) bukanlah menjadi kunci utama
perkembangan sektor perkotaan di Amerika Serikat. Jauh sebelum moda
transportasi jalan raya berkembang, sistem perkeretaapian menjadi kunci
perkembangan sektor perkotaan di Amerika Serikat sejak pertengahan abad ke-18.
Sistem rel kereta api di Amerika Serikat menghubungkan sebagian besar wilayah
Amerika Serikat. Kota-kota besar seperti Chicago, Detroit, dan Atlanta adalah
contoh kota-kota yang berkembang pesat akibat adanya prasarana rel kereta api.

Jalan tol Jogjakarta - solo

Perkembangan moda transportasi darat dan pembangunan jalan bebas


hambatan menjadi alternatif untuk mendistribusikan bahan baku dan produk
industri tetapi tidak mematikan peranan kereta api sebagai sarana transportasi di
Amerika Serikat. Bahkan dengan menghangatnya isu pemanasan global dan krisis
energi, keberadaan jalan-jalan bebas hambatan di Amerika Serikat ditengarai
sebagai penyebab tingginya penggunaan bahan bakar minyak dan emisi karbon
dioksida. Jalan-jalan bebas hambatan tersebut menyebabkan berkembangnya
kawasan-kawasan permukiman di suburb dan pertumbuhan kawasan perkotaan
yang semakin terkapar. Pertumbuhan kota yang terkapar ini menyebabkan
pelayanan transportasi publik yang tidak efisien dan semakin meningkatkan
ketergantungan penduduk terhadap penggunaan kendaraan pribadi.

2.1.3.3 Dampak Keberadaan Jalan Tol Jogjakarta – solo


terhadap Kondisi Fisik, Sosial, dan Ekonomi Lingkungannya

1. Dampak terhadap lingkungan Makro


Dampak dari pembangunan jalan tol jogjakrta menuju solo adalah semakin
mudahnya akses transportasi antar daerah, sehingga aktifitas bisnis berjalan
dengan lancar. Dampak keuntungan ikutannya adalah terbukanya lapangan kerja
dan meningkatkan aktivitas ekonomi rakyat di daearah jogja dan solo tersebut
beserta sekitarnya. Sebuah studi yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FE-
UI) tentang; Dampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, menunjukkan hasil yang menarik. Hasil studi ini menyatakan bahwa
kenaikan stok jalan sebesar 1% akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar
8,8%.
Di samping sisi positifnya, dampak negatif yang menjadi sumber perdebatan
dalam pembangunan jalan tol jogja – solo ini adalah penggunaan lahan yang
sangat luas dan secara langsung akan berdampak pada tata ruang lahan pertanian
secara keseluruhan di pulau Jawa. Jalan panjang yang membelah pulau Jawa
selain akan memangkas luas lahan pertanian juga akan memotong alur sungai,
saluran irigasi, dan mengubah alur distribusi, sarana kebutuhan pertanian maupun
pemasaran produk pertanian. Kemudian pembangunan jalan tol ini membuka
kawasan pemukiman dan industri baru yang secara langsung juga akan
mengurangi luas lahan pertanian.
Ada beberapa eksternalitas negatif yang sudah bisa jkita diidentifikasi dalam
pembangunan tol trans Jawa selain pembangunan jalan tol Jogja - Solo ini. Antara
lain bahwa Jalan tol trans-Jawa akan mengonversi 655.400 hektar lahan pertanian.
Hal ini jelas akan mengancam ketahanan pangan nasional, mengingat peran Pulau
Jawa memasok 53 persen kebutuhan pangan nasional.
Daya dukung lahan di Pulau Jawa saat ini semakin rendah. Lahan hijau di
Pulau Jawa makin kecil, sehingga tidak mengherankan kalau lokasi banjir dan
tanah longsor akan bertambah setiap tahun sehingga untuk membangun jalan tol
baru banyak hal yang harus dipertimbangkan, mulai dari masalah kerusakan
lingkungan, mengganggu swasembada pangan, dan proses pemiskinan yang
massif. Karena dengan digilasnya tanah-tanah subur untuk jalan tol jelas itu akan
mengurangi jumlah produksi padi di daerah serta akan melahirkan angka
pengangguran dan kemiskinan baru.
Oleh karena itu beberapa pengamat menilai pembangunan jalan tol trans-Jawa
perlu dianalisis dengan lebih cermat untuk menghindari dampak negatif terhadap
sektor pertanian.
2. Dampak terhadap Lingkungan Sekitar
Dengan adanya jalan tol Jogja – Solo ini maka lokasi-lokasi dekat pintu
keluar-masuk jalan tol akan berkembang cepat sebagai kawasan bisnis, baik
industri, perdagangan, jasa keuangan dan perbankan dan sebagainya.
Banyak bukti yang menunjukkan jalan tol turut memajukan ekonomi daerah
dan mempersibuk kegiatan bisnis, terbukanya lapangan kerja dan meningkatkan
aktivitas ekonomi rakyat bahkan transaksi sosial. Salah satu contoh lain Seperti
yang terjadi di Bandung pasca beroperasinya jalan tol Cipularang. Sebelum jalan
tol ini beroperasi, di mana perjalanan tercepat dari Jakarta ke Bandung
memerlukan waktu 3 jam, Bandung belumlah semetropolis sekarang. Tetapi
sekarang kota ini menjadi lebih sibuk, lebih banyak gedung menjulang, dan
dikerumuni sentra-sentra bisnis seperti halnya Jakarta. Situasi yang sama juga
terlihat di Madura, setelah jembatan tol Suramadu beroperasi.

2.1.3.4 Tanah Kepemilikan Terkena Dampak Pasca


Pembangunan
Bekerjasama dengan Kabupaten Sleman, jalan Tol Jogja-Solo diperkirakan akan
sepanjang 22,63 km dan Jogja-Bawean 10,9 km. Daerah yang dilewati meliputi 11
kecamatan 22 desa dan yang terdampak diperkirakan seluas 35,48 Ha. Tetapi dari
total 3.685 tanah kepemilikan tersebut, sebanyak 237 bidang merupakan tanah
desa. Sesuai dengan UU No.2 Tahun 2012, pelepasan tanah desa untuk
kepentingan umum harus seizin gubernur. Sehingga bila dikalkukaliskan, masih
terdapat 3.448 tanah kepemilikian yang tersisa.

2.1.3.5 Diharapkan Memajukan Perkembangan KPY


(Kawasan Perkotaan Yogyakarta)

Rencana pembangunan Tol Jogja-Solo akan dimulai pada 2020. Kawasan yang
akan terlewati jalan Tol yaitu Kecamatan Depok, Kecamatan Mlati, dan sebagian
Kecamatan Ngamping. Saat ini masih tahap pra-sosialisasi berupa persiapan izin
Penetapan Lokasi (Penlok) hingga penyesuaian tata ruang. Setelah Panlok sudah
selesai, sosialisasi akan dimulai pada minggu kedua bulan November.

Petani Terancam Kehilangan Mata Pencahariannya, karena Sawah Terbelah


oleh Jalan Tol

Konsultan Amdal Tol Solo-Jogja, Didin Sukma Rahmat, mengakui dari


pembangunan tol secara otomatis akan menimbulkan berbagai dampak. Di
antaranya hilangnya aset tanah, tempat usaha, hingga mata pencaharian yang
menyebabkan keresahan di tengah masyarakat.

“Makanya melalui konsultasi Amdal ini, kami akan menampung seluruh aspirasi
dari warga. Ini baru tahap awal. Tujuan dari Amdal ini mengindentifkasi rencana
kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak, mengindetifikasi komponen
lingkungan yang terkenda dampak,” katanya dalam konsultasi Amdal Tol Solo-
Jogja yang digelar di Hotel Tjokro Klaten.

Secara tidak langsung, dengan adanya pembangunan jalan tol ini akan memakan
beberapa luas wilayah masyarakat yang membuka lahan persawahan. Akibatnya
keuntungan dari sisi perekonomian masyarakat akan menipis dan tak jarang
akhirnya memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Berharap mendapatkan ganti rugi
pemerintah namun kenyataannya yang diterima di TKP tidaklah demikian adanya.
Sawah merupakan salah satu objek yang menjadi mata pencaharian para petani.
Bila lahan persawahan semakin berkurang maka tidak menutup kemungkinan
sector produksi beras di daerah tersebut akan menurun dari biasanya. Maka perlu
pertimbangan matang bila dilakukan suatu pembangunan dan bila merencanakan
alternative nya maka jangan sampai ada satu pihak yang mengalami kerugian
besar.

Kampus UPN (Universitas Pembangunan) Veteran Jogjakarta ikut Terdampak

Pembangunan Tol Jogja-Solo akan membawa dampak pada sejumlah bangunan


ruko dan lahan kampus di Ring Road Utara. Lahan Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta disebut bakal terkena dampak paling besar,
dibanding kampus lainnya.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan


(PBJH) Jogja-Solo dan Jogja-Bawen, Wijayanto, menyebut nama sejumlah
kampus yang lahannya terdampak Tol Jogja-Solo. Di antara yang disebut adalah
UPN Veteran, Amikom, dan Stikes Guna Bangsa.

"UPN yang akan terdampak paling besar. Tapi hanya akan sampai halaman saja.
Tapi paling banyak yang terdampak nanti ruko-ruko di pinggir jalan," kata
Wijayanto kepada wartawan di Balai Desa Condongcatur, Sleman.

Wijayanto mengatakan, UPN menjadi kampus yang paling banyak terdampak


lantaran di titik tersebut akan dibuat on off tol. Oleh karenanya lahan yang
dibutuhkan cukup banyak.

"On off dibuat sekitar 30 meter. Yang atas ada 30-70 meter, yang bawah sampai
sekitar 160 meter," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa total bidang yang dibutuhkan untuk
membangun tol Jogja-Solo sebanyak 2.906 bidang. Di Desa Condongcatur ada
214 bidang terdampak. "Luasan lahannya yang terdampak diperkirakan 119,524
m2," katanya.

1. Dampak terhadap Pertumbuhan Kawasan Perumahan


Akhir-akhir ini, rencana pemerintah yang membangun sejumlah ruas jalan tol
seperti jalan tol Jogja – Solo telah memicu pertumbuhan kawasan, khususnya
pembangunan perumahan baru. Dari sekitar 500 kawasan hunian di kawasan Solo
10% di antaranya dibangun dekat atau terintegrasi dengan akses jalan tol. Ini
membuktikan bahwa akses tol mampu mendongkrak nilai jual bagi sebuah proyek
properti.
Meskipun tidak semua pengembang sukses membangun kompleks perumahan
di pinggir jalan tol. Konsumen juga tetap membutuhkan keberadaan jalan arteri di
sekitarperumahannya dan ketersediaan angkutan umum untuk anggota keluarga
lainnya. Sebab, tidak semua anggota keluarga mempunyai kendaraan pribadi.
Artinya pembukaan akses jalan tol langsung ke kawasan perumahan tanpa
dibarengi dengan akses ke jalan arteri dan ketersediaan angkutan umum juga akan
percuma.
Seperti pembangunan yang sekarang sedang melewati rute di wilayah
kelurahan Gedawang. Salah satu dampak yang cukup jelas adalah terpotongnya
akses jalan menuju perumahan Villa Krista Gedawang, dimana jalan tol ini tepat
sekali jalurnya memotong di depan Gapura perumahan tersebut. Dulu sebelum
adanya jalan tol, warga memilih Villa Krista Gedawang untuk dijadikan sebagai
tempat hunian keluarga sudah tentu memiliki tujuan agar rumah yang di huni
sejuk, asri dan jauh dari kebisingan, namun dengan keberadaan tol Jogjakarta -
Solo yang nantinya akan beroperasi, rasa-rasanya keinginan penghuni akan
bergeser dan jauh dari harapan semula. Oleh karena itu pemerintah provinsi
sangat diharapkan juga ikut membantu merehabilitasi lingkungan yang terkena
dampak pembangunan jalan tol ini.
Dampak sosialnya lainnya adalah dengan dibuatkannya jalan arteri bagi penduduk
di tepi jalan tol, harga tanah pun menjadi tinggi, dan masyarakat mempunyai
lebih banyak peluang ekonomi dan usaha di lingkungannya.
Sementara dampak kerugiannya adalah warga masyarakat di sepanjang jalan
tol terancam kehidupanya karena tidak bisa berharap banyak dari penjualan
barang dan jasa. Sebagai contoh Dampak pembangunan toll Pejagan, Margasari,
Ajibarang ternyata menimbulkan banyak permasalahan bagi rakyat kecil,
terutama perekonomian daerah yang terkena tol tersebut, seperti pengelola pom
bensin, pengelola warung dan rumah makan dan para pedagang-pedagang kecil
yang ada di daerah yang terkena pembangunan jalan tol tersebut. Dan tentu
nantinya begitu juga dengan dampak pembangunan jalan tol Jogjakarta – Solo ini
yang akan memiliki dampak seperti jalan toll pejagan tersebut.

2. Berkurangnya Daerah Resapan Air


Dampak negatif terhadap kondisi fisik lainnya adalah dengan berkurangnya
daerah resapan air. Daerah solo misalnya, daerah ini sebenarnya semacam lembah
yang dikelilingi jalan melingkar dari Perumnas mewah. Daerah tersebut
merupakan resapan air yang berupa sawah tadah hujan. Setelah wilayah tersebut
diurug dan menjadi jalan tol, tentu dampak yang terjadi akan ditanggung
masyarakat sekitar dan warga Solo bawah, yakni akan menerima aliran air hujan
pada waktu musim penghujan tiap tahunnya, bila tidak ada langkah-langkah
pengendalian air tersebut.

 Dampak di Bidang Transportasi dan Aksesibilitas


Meskipun secara makro banyak ditemukan dampak positif dari keberadaan
jalan tol, namun tidak sedikit pihak-pihak yang merasa dirugikan, khususnya
masyarakat yang berbatasan langsung dengan jalan bebas hambatan ini tetapi
justru tidak bisa melakukan akses langsung ke jalan tersebut. Oleh karena itu
sebagian masyarakat yang tinggal dilingkungan sekitar jalan tol pada umumnya
minta dibuatkan jembatan penyeberangan orang (JPO), karena pembangunan jalan
tol itu membuat warga kesulitan untuk melakukan perjalanan atau akses ke tempat
lain.

 Dampak di bidang Politik seperti Didesaknya Percepatan PERDA

Pembangunan tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 15


tahun 2012 pasal c ayat 2 tentang Penyelengaraan Penata Ruang. Selain itu,
terdapat juga percepatan pengesahan PERDA Renacana Detail Ruang Tata Kota
(RDRTK) untuk daerah Sleman Timur. Didesaknya percepatan PERDA tersebut
seolah-olah dilakukan hanya untuk mengantisipasi gagalnya rencana
pembangunan. Pasalnya, dari total 35,48 Ha bidang tanah terdampak, terdapat
2.963 tanah kepemilikan untuk trase Tol Jogja-Solo. Sedangkan untuk trase Jogja-
Bawean, terdapat 722 tanah kepemilikan. Bila ditotalkan, maka akan ada 3.685
tanah kepemilikan terkena dampak pembangunan.

 Dampak pada Pembangunan di daerah Sleman

Rencana proyek pembangunan jalan tol Jogja-Solo cukup berdampak pada


banyak bangunan di sejumlah wilayah Kabupaten Sleman. Dalam proses
rancangannya, proyek tol ini juga mengepras kantor Kecamatan Depok.Camat
Depok Abu Bakar mengakui tanah di Kantor Kecamatan Depok yang terkepras
proyek tol lumayan banyak. “Kantor Kecamatan Depok terkena sekitar 760 meter
persegi. Tidak apa-apa,” katanya saat ditemui Radar Jogja di sela sosialisasi tol
Jogja-Solo di Balai Desa Maguwoharjo, Rabu (6/1) malam.Meskipun terdampak
cukup banyak,

Abu Bakar menyatakan bahwa kantor kecamatan tidak akan dilakukan


pemindahan. Lokasi pusat pelayanan masyarakat itu tetap akan berada di lokasi
saat ini. “Nanti akan tetap di situ,” tegasnya. Abu Bakar menambahkan, selain
Kantor Kecamatan Depok, ada beberapa pusat bisnis, rumah warga, dan usaha
yang terkena dampak pembangunan tol ini. Bahkan Mapolda DIJ juga terkena.
Dikatakan, juga ada beberapa kampus di Kecamatan Depok yang sebagian
halamannya harus rela dikepras. Di antarnya, Universitas Pembangunan Nasiolan
Veteran Yogjakarta (UPNVY), Universitas Amikom, dan Stikes Guna Bangsa.
Abu Bakar mengatakan, nantinya proyek tol juga akan berdampak pada beberapa
sekolah dan pusat bisnis. Khususnya yang berlokasi di sepanjang Ring-Road
Utara.

Meskipun demikian, ia mengklaim seluruh warga Depok tak ada yang


menolak terkait pelaksanaan proyek jalan bebas hambatan itu. Sebagian warga
hanya menanyakan perihal proses ganti rugi saja. “Seumpama ada yang bertanya
itu wajar. Mungkin mereka ingin tahu terkait proses ganti untung dan
sebagainya,” ungkapnya. Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Satker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Jogja-Solo Wijayanto
menjelaskan, untuk Kecamatan Depok sendiri ada tujuh kilometer total tanah yang
terdampak proyek itu. Sesusai konstruksinya, lebar jalan tol sekitar 30 sampai 70
meter.

Terkait mekanisme ganti rugi, dikatakan semua tanah terdampak tetap akan
mendapat ganti rugi yang sesuai. Namun, ada mekanisme khusus apabila
bangunan terdampak terdapat di daerah perkotaan. “Mekanisme khusus juga
berlaku jika bangunan itu milik instansi tertentu,” ungkapnya.

2.1.3.6 Problema/Konflik Ganti Rugi/Ganti Untung yang


diterima Masyarakat pasca pembangunan

Sosialisasi pembangunan jalan tol Solo-Jogja digencarkan. Bila tidak ada aral
merintang, konstruksi tol akan dimulai pada Agustus 2020. Di Klaten, Jawa
Tengah, ada 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak pembangunan Tol Solo-
Jogja. Tol akan membentang sepanjang 28 kilometer di Klaten. ”Amdal harus
sudah diselesaikan Maret atau April mendatang. Penlok jalan tol Solo-Jogja
diharapkan April 2020. Selanjutnya, Agustus 2020 sudah dimulai pembangunan
konstruksinya [proses pengerjaan berkisar 1,5 tahun-2 tahun],” kata Konsultan
Amdal Jalan Solo-Jogja, Didin Sukma Rahmat, di sela-sela konsultasi publik di
Hotel Tjokro Klaten. Salah satu tahap yang harus dilakukan sebelum konstruksi
adalah pembebasan lahan. Selama ini pembebasan lahan kerap disebut sebagai
salah satu kendala terbesar dalam pembangunan infrastruktur. Proses pembebasan
lahan kerap kali sangat rumit (makan waktu lama dan membawa ongkos mahal)
karena banyak pemilik tanah menolak untuk menjual tanah mereka. Kerap terjadi
tarik ulur terkait uang pengganti saat pembebasan lahan sehingga muncul istilah
ganti untung dan ganti rugi. Saat ajang debat Pilpres 2019, Jokowi menyatakan
terkait pembebasan lahan, pihaknya sudah tak lagi menerapkan sistem ganti rugi.
Sistem yang dijalankan bahkan menerapkan ganti untung. ”Soal ganti rugi konflik
pembebasan lahan, kita tidak ada ganti rugi, yang ada ganti untung,” jelas Jokowi
di Hotel Sultan, Minggu (17/2/2019). Dia menyatakan selama ini anggaran
pembebasan lahan dalam proyek infrastruktur tergolong kecil yaitu 2%-3% dari
nilai proyek. Dia pun mendorong dana pembebasan lahan naik menjadi 4%-5%.
Bagaimana dengan pembebasan lahan tol Solo-Jogja? Diperkirakan anggaran
untuk pembebasan lahan sekitar Rp10 triliun. ”Untuk Jogja sendiri [pembebasan
lahan] sekitar Rp4 triliun, untuk Jateng Rp6 triliun,” kata Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Satker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Jogja-Solo
dan Jogja-Bawen Totok Wijayanto kepada Harianjogja.com, beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan penentuan harga tanah untuk warga terdampak akan disesuaikan
dengan appraisal sehingga tidak menggunakan dasar nilai jual objek pajak
(NJOP). Besaran NJOP biasanya relatif kecil sehingga jika menggunakan rumus
tersebut tak terlalu menguntungkan warga terdampak. Melalui appraisal, warga
terdampak bisa diuntungkan karena harga tanah dinilai per bidang dengan
mempertimbangkan letak, luas serta kebermanfaatannya. ”Saya [selama
menangani proyek tol] hampir seluruh Jawa enggak ada yang rugi [semua ganti
untung], ada yang sudah dibebasin kemudian ada sisanya minta dibebasin
sekalian, karena melihat hasilnya [besar],” ucap dia. Harga tanah, kata dia, akan
segera ditentukan setelah melalui beberapa tahapan. Mulai dari izin penetapan
lokasi, sosialisasi kepada warga, pemasangan patok, pengukuran bidang oleh BPN
sehingga diketahui luas tanah dan bangunan, serta jumlah tanaman. ”Bangunan
berapa, tanah dan tanaman berapa, sudah didaftar nomintif semua, kemudian
diumumkan, kalau tidak ada protes dari warga artinya sudah benar, yang diukur
benar luasnya benar, baru nanti dilakukan appraisal. Appraisal dilakukan kalau
sudah final semuanya. Masyarakat lebih diuntungkan karena langsung fokus nilai
bidang milik si A sekian, si B sekian, si C sekian,” ujar dia.
2.2Penutup
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:

 Dalam setiap kegiatan usaha yang dapat menimbulkan dampak terhadap


lingkungan maka diperlukan suatu kesiapan dalam segala hal, seperti
adanya perencanaan, rancangan, karena aktivitas pembangunan yang
dilakukan oleh manusia dapat mempengaruhi lingkungan. Hal ini dapat di
mengerti dengan adanya perencanaan, rancangan untuk dapat
memadukan dengan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga
dapat melindungi lingkungan terhadap pembangunan yang tidak
bijaksana.
 Dampak pembangunan Tol Jogja-Solo terhadap lingkungan di wilayah
sekitar, menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan,
sosial, ekonomi, dan budaya. Dampak positifnya seperti yang telah
dijelaskan bahwa semakin mudahnya akses antarkota sehingga
perjalanan waktu tempuh akan semakin singkat. Namun disisi lain timbul
pula sisi kontra yaitu adanya konflik pembebasan lahan, terdampaknya
lahan milik masyarakat, dsb. Dengan adanya dokumen Ka Andal ini
diharapkan harus ada kesepakatan antar tiap pihak agar tidak adanya
konflik berkelanjutan mengenai proyek ini.

Anda mungkin juga menyukai