HARMIYATI ,ST.,M.Si
TUGAS AMDAL
MENGANALISA DAMPAK PADA PROYEK INFRASTRUKTUR
YOGYAKARTA-SOLO
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
VIII A
ARGA TIRTA RIAYAN 163110461
DHIFO PAKUWONDANA 163110093
GABRIEL RENDY VALENTINO BARUS 173110567
LISTRA SUHANDIANI 163110451
MULYONO 163110088
NOVALDI FESWIGER 173110721
R.RACHMAT SYAHPUTRA 163110093
YOGA RAHMATULLAH MALWI 163110100
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.2 Penutup....................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan tol Jogja-Solo adalah jalan tol yang membentang dari wilayah
Kecamatan Gamping di Kabupaten Sleman, DIY di sebelah barat hingga ke
Kecamatan Banyudono Boyolali di sebelah timur. Dari situ jalan tol akan
tersambung di Simpang Susun Colomadu dan akan tersambung ke Jalan Tol
Semarang–Solo dan Jalan Tol Solo-Ngawi[2][3]. Sedangkan di barat, jalan tol akan
terhubung ke Bandara Internasional Yogyakarta yang menajdi bagian Jalan Tol
Yogyakarta-Cilacap[4][5].
Namu dalam proses pembangunannya, jalan tol ini tentunya memiliki berbagai
polemik dan permasalahan. Mulai dari pra konstruksi, masa konstruksi dan pasca
konstruksi. Berikut ini akan dibahas secara mendalam mengenai Analisa Dampak
Lingkungan dari Pembangunan Tol Jogja-Solo.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1. Aspek Biologi
a. Adanya konflik yang terjadi karena adanya pro dan kontra dimasyarakat
terhadap pembangunan proyek tersebut. Hal ini biasanya masyarakat yang
melakukan aktivitas sehari-hari di sekitar proyek merasa terganggu oleh adanya
pembangunan proyek tersebut.
b. Hampir semua jalur yang akan dibangun jalan tol merupakan lahan
produktif dan daerah sumber mata pencaharianbagi para penduduk tani, pada saat
pekerjaan pembangunan sedang berlangsung menyebabkan mata pencaharian
masyarakat menjadi hilang dan megharuskan para penduduk tani mencari lahan
lain untuk bercocok tanam agar mata pencaharian merek tidak berhenti dan bisa
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
c. Para pelaku usaha yang berada pada jalur yang akan dibangun jalan tol
terpaksa harus merelakan bidang usahanya ditutup dan mencari tempat kembali
untuk melanjutkan usahanya tersebut agar tidak berhenti.
Rencana pembangunan Tol Jogja-Solo akan dimulai pada 2020. Kawasan yang
akan terlewati jalan Tol yaitu Kecamatan Depok, Kecamatan Mlati, dan sebagian
Kecamatan Ngamping. Saat ini masih tahap pra-sosialisasi berupa persiapan izin
Penetapan Lokasi (Penlok) hingga penyesuaian tata ruang. Setelah Panlok sudah
selesai, sosialisasi akan dimulai pada minggu kedua bulan November.
“Makanya melalui konsultasi Amdal ini, kami akan menampung seluruh aspirasi
dari warga. Ini baru tahap awal. Tujuan dari Amdal ini mengindentifkasi rencana
kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak, mengindetifikasi komponen
lingkungan yang terkenda dampak,” katanya dalam konsultasi Amdal Tol Solo-
Jogja yang digelar di Hotel Tjokro Klaten.
Secara tidak langsung, dengan adanya pembangunan jalan tol ini akan memakan
beberapa luas wilayah masyarakat yang membuka lahan persawahan. Akibatnya
keuntungan dari sisi perekonomian masyarakat akan menipis dan tak jarang
akhirnya memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Berharap mendapatkan ganti rugi
pemerintah namun kenyataannya yang diterima di TKP tidaklah demikian adanya.
Sawah merupakan salah satu objek yang menjadi mata pencaharian para petani.
Bila lahan persawahan semakin berkurang maka tidak menutup kemungkinan
sector produksi beras di daerah tersebut akan menurun dari biasanya. Maka perlu
pertimbangan matang bila dilakukan suatu pembangunan dan bila merencanakan
alternative nya maka jangan sampai ada satu pihak yang mengalami kerugian
besar.
"UPN yang akan terdampak paling besar. Tapi hanya akan sampai halaman saja.
Tapi paling banyak yang terdampak nanti ruko-ruko di pinggir jalan," kata
Wijayanto kepada wartawan di Balai Desa Condongcatur, Sleman.
"On off dibuat sekitar 30 meter. Yang atas ada 30-70 meter, yang bawah sampai
sekitar 160 meter," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa total bidang yang dibutuhkan untuk
membangun tol Jogja-Solo sebanyak 2.906 bidang. Di Desa Condongcatur ada
214 bidang terdampak. "Luasan lahannya yang terdampak diperkirakan 119,524
m2," katanya.
Terkait mekanisme ganti rugi, dikatakan semua tanah terdampak tetap akan
mendapat ganti rugi yang sesuai. Namun, ada mekanisme khusus apabila
bangunan terdampak terdapat di daerah perkotaan. “Mekanisme khusus juga
berlaku jika bangunan itu milik instansi tertentu,” ungkapnya.
Sosialisasi pembangunan jalan tol Solo-Jogja digencarkan. Bila tidak ada aral
merintang, konstruksi tol akan dimulai pada Agustus 2020. Di Klaten, Jawa
Tengah, ada 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak pembangunan Tol Solo-
Jogja. Tol akan membentang sepanjang 28 kilometer di Klaten. ”Amdal harus
sudah diselesaikan Maret atau April mendatang. Penlok jalan tol Solo-Jogja
diharapkan April 2020. Selanjutnya, Agustus 2020 sudah dimulai pembangunan
konstruksinya [proses pengerjaan berkisar 1,5 tahun-2 tahun],” kata Konsultan
Amdal Jalan Solo-Jogja, Didin Sukma Rahmat, di sela-sela konsultasi publik di
Hotel Tjokro Klaten. Salah satu tahap yang harus dilakukan sebelum konstruksi
adalah pembebasan lahan. Selama ini pembebasan lahan kerap disebut sebagai
salah satu kendala terbesar dalam pembangunan infrastruktur. Proses pembebasan
lahan kerap kali sangat rumit (makan waktu lama dan membawa ongkos mahal)
karena banyak pemilik tanah menolak untuk menjual tanah mereka. Kerap terjadi
tarik ulur terkait uang pengganti saat pembebasan lahan sehingga muncul istilah
ganti untung dan ganti rugi. Saat ajang debat Pilpres 2019, Jokowi menyatakan
terkait pembebasan lahan, pihaknya sudah tak lagi menerapkan sistem ganti rugi.
Sistem yang dijalankan bahkan menerapkan ganti untung. ”Soal ganti rugi konflik
pembebasan lahan, kita tidak ada ganti rugi, yang ada ganti untung,” jelas Jokowi
di Hotel Sultan, Minggu (17/2/2019). Dia menyatakan selama ini anggaran
pembebasan lahan dalam proyek infrastruktur tergolong kecil yaitu 2%-3% dari
nilai proyek. Dia pun mendorong dana pembebasan lahan naik menjadi 4%-5%.
Bagaimana dengan pembebasan lahan tol Solo-Jogja? Diperkirakan anggaran
untuk pembebasan lahan sekitar Rp10 triliun. ”Untuk Jogja sendiri [pembebasan
lahan] sekitar Rp4 triliun, untuk Jateng Rp6 triliun,” kata Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Satker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Jogja-Solo
dan Jogja-Bawen Totok Wijayanto kepada Harianjogja.com, beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan penentuan harga tanah untuk warga terdampak akan disesuaikan
dengan appraisal sehingga tidak menggunakan dasar nilai jual objek pajak
(NJOP). Besaran NJOP biasanya relatif kecil sehingga jika menggunakan rumus
tersebut tak terlalu menguntungkan warga terdampak. Melalui appraisal, warga
terdampak bisa diuntungkan karena harga tanah dinilai per bidang dengan
mempertimbangkan letak, luas serta kebermanfaatannya. ”Saya [selama
menangani proyek tol] hampir seluruh Jawa enggak ada yang rugi [semua ganti
untung], ada yang sudah dibebasin kemudian ada sisanya minta dibebasin
sekalian, karena melihat hasilnya [besar],” ucap dia. Harga tanah, kata dia, akan
segera ditentukan setelah melalui beberapa tahapan. Mulai dari izin penetapan
lokasi, sosialisasi kepada warga, pemasangan patok, pengukuran bidang oleh BPN
sehingga diketahui luas tanah dan bangunan, serta jumlah tanaman. ”Bangunan
berapa, tanah dan tanaman berapa, sudah didaftar nomintif semua, kemudian
diumumkan, kalau tidak ada protes dari warga artinya sudah benar, yang diukur
benar luasnya benar, baru nanti dilakukan appraisal. Appraisal dilakukan kalau
sudah final semuanya. Masyarakat lebih diuntungkan karena langsung fokus nilai
bidang milik si A sekian, si B sekian, si C sekian,” ujar dia.
2.2Penutup
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut: