BAB
2
KONSEP DAN TEORI
MASTERPLAN AIR LIMBAH
2.1.1 Umum
Rencana Induk atau Master Plan bidang air limbah merupakan suatu dokumen
air limbah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Di dalamnya termasuk: Gambaran arah
prasarana air limbah. Rencana induk air limbah tersebut selanjutnya digunakan
pembangunan 5 (lima) tahun bidang air limbah atau Renstra Dinas Pengembangan
Adalah Semua air buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur, cuci dan kakus
serta air limbah industri rumah tangga yang karakteristik air limbahnya tidak jauh
berbeda dengan air limbah rumah tangga serta tidak mengandung Bahan Beracun
II - 1
LAPORAN AKHIR
Rencana induk disusun berdasarkan analisis identifikasi asal sumber air Limbah
permukiman
kolam-kolam oksidasi dll). Akses penduduk ke sasaran-2 ini yaitu akses ke cubluk,
tangki septik yang dilengkapi dengan bidang resapan, fasilitas IPLT dan small
bored sewer.
limbah yang berasal dari kakus maupun non kakus dengan menggunakan
(akses penduduk ke prasarana dan sarana daur ulang air limbah misalnya gas bio,
irigasi, budidaya air, pupuk dll). Akses ke sasaran-4 ini yaitu akses ke prasarana
II - 2
LAPORAN AKHIR
dan sarana daur ulang air limbah misalnya gas bio, irigasi, budidaya air, pupuk.
dan prasarana transportasi, sosial budaya, dan lainnya yang terkait dengan
masalah sanitasi. Selain kondisi eksisting tersebut, pemilihan juga akan ditentukan
Limbah cair domestik adalah limbah dari kegiatan serta aktifitas hidup
masyarakat/permukiman (human waste) yang meliputi grey water dan black water,
dengan unsur yang paling dominan adalah unsur organik. Konsep dasar sistem
pengelolaan air limbah domestik adalah pengolahan limbah domestik yang dihasilkan
(black water dan grey water) sehingga diperoleh kualitas air limbah sesuai baku mutu
Tujuan dari penerapan sistem pengelolaan air limbah domestik secara terpusat
adalah menanggulangi pencemaran air tanah dan sungai akibat buangan air limbah
domestik dan pemulihan kualitas lingkungan (terutama badan air permukaan dan air
tanah) yang telah tercemar air limbah domestik. Beban organik yang berasal dari
permukiman (limbah cair domestik) memiliki potensi yang cukup besar bagi
pencemaran badan air permukaan (sungai), dimana beban organik di badan air
padat jumlah penduduk yang bermukim di wilayah sempadan, maka semakin besar
pula beban pencemaran limbah domestik yang masuk ke badan air penerima. Potensi
II - 3
LAPORAN AKHIR
22,5 gr BOD
32 gr/80% dari cuci, 90% ke saluran/
Ke saluran sungai
mandi, dapur (grey water) sewerage
Dekomposisi 10%
± 27,5 – 30 gr BOD/hari
Sumber
masuk ke sungai
40gr BOD/kg/ hari
8 gr/20% dari WC
tangki septik, 5-7 gr BOD ke
(black water) efektifitas 15-40% tanah atau
saluran/sungai
sungai, dapat diketahui jumlah beban limbah organik yang dibuang ke badan air setiap
harinya.
Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, batasan pada
beberapa parameter untuk air limbah domestik yang dapat dibuang ke badan air dapat
pH - 6–9
BOD Mg/l 100
TSS Mg/l 100
Minyak dan Lemak Mg/l 10
Sumber : Kep. Men. LH No. 112 tahun 2003
II - 4
LAPORAN AKHIR
Sistem pengelolaan air limbah dibedakan menjadi sistem setempat (on site) dan
sistem terpusat (off site), yang diuraikan dalam penjelasan di bawah ini. Adapun
perbandingan antara kedua sistem tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Sistem on site dalam pengolahan air limbah domestik berfungsi sebagai sistem
site ini membutuhkan lahan yang cukup pada setiap sumber limbah (rumah)
limbah cair dari kamar mandi, dapur dan cuci langsung dibuang ke badan air
II - 5
LAPORAN AKHIR
dan sisanya (efluen limbah cair) masuk ke lingkungan (meresap ke tanah atau
on site sehingga efluen dari sistem on site aman untuk dibuang ke lingkungan
atau badan air. Selain itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap grey water yang
pada kondisi daerah yang tidak adanya lahan untuk IPAL sebagai tempat
unit pre treatment atau pengolahan pendahuluan (untuk tinja) sebelum dialirkan
badan air. Beberapa contoh pengolahan secara on site adalah cubluk, tangki
septik dengan sumur resapan, shallow sewer dengan tangki septik dan sumur
resapan serta imhoff tank, yang masing-masing akan dijelaskan dalam uraian
berikut.
a. Sistem Cubluk
II - 6
LAPORAN AKHIR
Dinding sumur resapan/cubluk dari pasangan bata atau buis beton yang
pemanfaatan isi cubluk misalnya untuk pupuk. Bagian yang penting dari
cubluk adalah:
II - 7
LAPORAN AKHIR
Persyaratan Ketentuan
jamban umum berupa suatu bak yang kedap air terdiri dari satu ruangan
effluen berupa bidang resapan atau anaerobic inflow filter. Contoh tangki
II - 8
LAPORAN AKHIR
Persyaratan Ketentuan
Kedalaman muka air tanah Lebih dari 1,5 meter, bila kurang dari 1,5
meter menggunakan resapan yang
ditinggikan.
Luas bidang resapan (kerikil) Tergantung daya resap tanah dan jumlah
buangan tinja (jiwa). Sebaiknya tersedia mobil
lumpur tinja dalam jumlah tertentu yang
mampu melayani tangki septik yang ada di
wilayah tersebut maksimum 3 tahun sekali.
Kemudian dimasukkan ke Instalasi
Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dsb.
Jarak sumur terdekat Minimal 10 m dari resapan penampungan
tinja.
Sumber : Petunjuk Teknis Infrastruktur Sanitasi Tahun 2002, SNI 03-2398-2002
II - 9
LAPORAN AKHIR
yang tersedia lahan untuk jaringan perpipaan dan toilet individual. Shallow
sewer umumnya dipakai bila jarak antar rumah relatif jauh sehingga
2.4.
komunal;
tanah;
II - 10
LAPORAN AKHIR
tidak mempunyai tangki septik secara mandiri, sarana sanitasi lain adalah
dengan sarana MCK umum yang dilengkapi dengan sarana IPAL berupa
Sarana MCK umum yang dilengkapi IPAL ini cocok untuk penggunaan
air besar (tinja) pada satu tempat secara bersama-sama. Untuk kapasitas
yang besar, hasil samping pengolahan air limbah yang berupa biogas
Sistem off site dalam pengolahan air limbah domestik berfungsi sebagai sistem
II - 11
LAPORAN AKHIR
pengolahan yang terpusat pada satu sistem pengolahan (IPAL), baik secara
limbah cair secara menyeluruh dalam suatu kawasan, dimana dalam pemilihan
sistem ini tentunya peran pemerintah dan atau peran pihak ketiga (swasta)
mutlak diperlukan. Prasarana dan sarana sistem off site terdiri dari sistem
perpipaan air limbah (sewerage) dan IPAL, dimana pemilihan desain perpipaan
dan teknologi IPAL sangat tergantung pada kondisi lapangan yang ada.
sistem off site dapat dilakukan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
site.
baik dari limbah permukiman dan atau dari non permukiman (komesil).
Dalam pemilihan berbagai sarana sanitasi diatas (on site dan off site)
satu wilayah pelayanan dapat diterapkan lebih dari satu jenis sarana sanitasi.
II - 12
LAPORAN AKHIR
lebih luas, maka dapat menggunakan sarana sanitasi komunal dengan sarana
penyaluran air limbah secara terpusat (sistem sewerage), dimana sistem ini
merupakan sarana sanitasi dengan konsep off site system yang mempunyai
wilayah pelayanan yang lebih luas dari pada sarana sanitasi tangki septik
Sarana sanitasi secara off site ini tentunya memerlukan biaya investasi dan
perhitungan dan perencanaan yang cukup matang dalam pemilihan sistem ini.
Gambar 2.6. Ilustrasi Sarana Sanitasi Off Site Dilengkapi dengan Perpipaan Shallow
Sewer dan IPAL Terpusat
Sistem Terpisah
pengumpulan dan penyaluran air limbah dan air hujan dimana air
limbah dan air hujan dialirkan ke dalam dua saluran yang berbeda.
II - 13
LAPORAN AKHIR
Harus dibuat dua saluran yang berbeda, yaitu untuk air limbah
Sistem Tercampur
dapat diterapkan pada daerah yang padat dan sangat terbatas untuk
disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak
jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil
dari tahun ke tahun. Sistem ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
hujan dan air limbah langsung dijadikan satu baik pada musim
II - 14
LAPORAN AKHIR
ekonomis;
cermat.
II - 15
LAPORAN AKHIR
Sistem pengaliran air limbah dengan sistem off site baik dengan sistem
terpisah. Pada sistem pembuangan air secara tercampur, air hujan yang
rumah. Sedangkan pada sistem pembuangan terpisah, air hujan dari atap
salurannya, yaitu:
besar dan tidak menimbulkan resiko bagi kesehatan dan saluran ini
II - 17
LAPORAN AKHIR
yang menentukan,
Kemiringan > 2%
Sangat efektif
kompleks
II - 18
LAPORAN AKHIR
dan diameter pipa lebih kecil (Gambar 2.10.). Small Bore Sewer
menerima limbah cair yang bebas benda padat (dari septic tank atau
mengandung solid.
berikut:
yang menentukan,
II - 19
LAPORAN AKHIR
awal, karena sistem ini sebagai jaringan pipa air limbah yang
Kemiringan > 2%
II - 20
LAPORAN AKHIR
padatan
Pipa persil
Pipa servis
Pipa lateral
Pengolahan limbah
5. Bahan pipa dapat dibuat dari bahan tanah liat, PVC, dan lain-lain
Kemiringan > 2%
II - 21
LAPORAN AKHIR
Conventional Sewerage
Tidak Teratur
Teratur
Saluran air limbah dapat direncanakan dengan aliran penuh atau tidak
tujuan menjaga padatan dalam air limbah. Dimensi saluran air limbah
II - 22
LAPORAN AKHIR
dalam keadaan saluran penuh, mulai dari saluran yang biasanya tidak
penuh dimana radius hidroliknya tentu saja berbeda dari keadaan saluran
penuh, kecepatan aktual akan berbeda dari 0,6 m/det, umumnya akan
lebih kecil.Kapasitas aliran penuh dari pipa bulat dapat dihitung langsung
II - 23
LAPORAN AKHIR
II - 24
LAPORAN AKHIR
a. Kapasitas Pengaliran
diperhatikan:
b. Kecepatan Aliran
sampai sedang berkisar pada 2 1/2 fps (feet per second) pada kondisi
“half-full”, dan ketika pipa berisi 1/4 atau 1/5 dari total kapasitas,
II - 25
LAPORAN AKHIR
dihindari karena:
m/sec) atau 2,5 fps (0,75 m/sec). Nilai slope untuk kecepatan 2 fps
Tabel 2.4. Slope untuk Full-Pipe dengan kecepatan 2 fps (0,6 m/det)
c. Kekasaran Pipa
Kecepatan aliran dalam pipa dipengaruhi oleh kekasaran pipa yang
II - 26
LAPORAN AKHIR
II - 27
LAPORAN AKHIR
e. Kemiringan Saluran
II - 28
LAPORAN AKHIR
saluran.
kondisi limbah cair yang akan diolah. Karakteristik dan aspek hidrolis dari
domestik mempunyai unsur dominan yaitu zat organik yang dapat dan
(black water) mempunyai beban organik yang lebih besar dari pada
limbah dari cuci, mandi dan dapur (grey water). Untuk itu pemilihan
sistem teknologi pengolahan black water dan grey water yang akan
tersedia di dalam air limbah maupun kondisi lingkungannya. Dalam hal ini
II - 29
LAPORAN AKHIR
aerator;
Pengolahan Aerobik
II - 30
LAPORAN AKHIR
baik
II - 31
LAPORAN AKHIR
Activated Sludge
Extended Aeration
Oxidation Ditch
Trickling Filter
Aerobic Pond
Gambar 2.16.
Extended Aeration
Keterangan gambar :
II - 32
LAPORAN AKHIR
II - 33
LAPORAN AKHIR
II - 34
LAPORAN AKHIR
Pengolahan Anaerobik
II - 35
LAPORAN AKHIR
anaerobik.
energy cost
lain:
anaerobik yang high rate ± 15 hari. Namun saat ini telah banyak
Perlu menjaga agar dalam reaktor tidak ada oksigen terlarut dan
pH harus dalam range 6.6 -7.6, serta alkalinitas yang cukup agar
hidup.
II - 36
LAPORAN AKHIR
Septic Tank
II - 37
LAPORAN AKHIR
yang digunakan untuk mengolah lumpur tinja yang berasal dari suatu
Limbah tinja (black water) yang dihasilkan oleh aktifitas masyarakat harus
II - 38
LAPORAN AKHIR
dibuang ke tangki septik yang pada waktu tertentu lumpur tinja tersebut
mengingat kadar air dalam lumpur tersebut masih cukup tinggi dan
tersebut;
Terletak pada daerah yang relatif dekat dengan bahan penerima air;
yang cukup;
II - 39
LAPORAN AKHIR
diantaranya :
Imhoff Tank
Tangki imhoff adalah unit pengolah primer yang dipakai pada sistem
netral, dan zona lumpur. Tangki itu terdiri dari dua ruangan dimana
terjadi pada imhoff tank mirip dengan yang terjadi pada septic tank,
II - 40
LAPORAN AKHIR
yang lebih rumit, sehingga untuk konstruksi yang kecil (kurang dari 4
tangki septik.
1. Zona sedimentasi:
2. pH = 7 – 8.
mengambang.
bulan.
II - 41
LAPORAN AKHIR
Gambar imhoff tank dan outletnya terdapat dalam Gambar 2.26. dan
II - 42
LAPORAN AKHIR
Kolam Anaerob
Ada dua proses pada kolam anaerob ini, yaitu proses fisika berupa
II - 43
LAPORAN AKHIR
polutan organik menjadi gas CH4 dan CO2 inilah yang dijadikan
pH influen = 8 – 9
Kolam Fakultatif
Kolam fakultatif, yaitu jenis kolam yang menerima air limbah dengan
II - 44
LAPORAN AKHIR
Kedalaman airnya antara 1,2 - 2,5 m dan terbagi atas dua lapisan,
II - 45
LAPORAN AKHIR
pH = 7 – 8
Kolam Maturasi
sangat luas. Di kolam ini pun terjadi simbiosis antara bakteri dan
II - 46
LAPORAN AKHIR
sebelumnya).
Bak pengering lumpur adalah bak yang terdiri dari lapisan berpori
alami atau buatan, yang menerima lumpur stabil dari underflow unit
2.31
II - 47
LAPORAN AKHIR
jenuh air dengan kedalaman air kurang dari 0.6 m yang mendukung
tumbuhan dan bakteri yang efektif (Metcalf & Eddy, 1995). Prinsip
berikut :
bakteri (biofilter).
II - 48
LAPORAN AKHIR
aerobik.
II - 49