Anda di halaman 1dari 43

Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan

Kecamatan Genteng

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Limbah


Air limbah domestik adalah limbah cair yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian,
dan kotoran manusia. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112
tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Tangga yang dimaksud dengan air
limbah rumah tangga adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan apartemen dan
asrama. Pada air limbah rumah tangga nonseptic tank biasanya mengandung partikel-partikel
koloid yang dapat mengakibatkan adanya kekeruhan. Kandungan zat-zat kimia yang
terkandung dalam air limbah rumah tangga sangat tergantung pada sabun, deterjen, dan
pengharum baju. Seiring dengan tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
terjadinya peningkatan pemakaian air dalam rumah tangga yang menyebabkan peningkatan
jumlah limbah cair.
Air limbah domestik yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari permukiman penduduk. Secara umum air limbah rumah tangga
dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu :
a) Grey Water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci, dan kamar mandi, Grey
Water sering disebut dengan istilah sullage. Campuran faeces dan urine disebut
sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut
sebagai black water. Mikroba pathogen banyak terdapat pada excetra. Excetra ini
merupakan cara trasnport utama bagi penyakit bawaan.
b) Black Water, Tinja (faeces) berpotensi mengandung mikroba pathogen dan air
seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor, serta mikroorganisme

2.2 Produksi Air Limbah Domestik


Penentuan debit air limbah domestik dapat juga diperoleh dari besarnya pemakaian
air bersih dengan memperhitungkan faktor kehilangan air (Metcalf and Eddy, 1991), dimana
besarnya debit air limbah sama dengan 70% dari konsumsi air bersih pemakai. Kebutuhan
air bersih dapat dilihat berdasarkan kategori kota seperti pada Tabel 2.1 berikut.

KELOMPOK 3A 1
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Daerah Perkotaan

Kebutuhan Air
Kategori Ukuran Kota Jumlah Penduduk
(lt/orang/hari)
I Kota Metropolitan >1.000.000 190
500.000-
II Kota Besar 170
1.000.000
III Kota Sedang 100.000-500.000 150
IV Kota Kecil 20.000-100.000 130
V Kota Kecamatan < 20.000 100
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum

2.3 Sistem Pengelolaan Limbah


Bahan pertimbangan dalam pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik
didasarkan pada faktor-faktor kepadatan penduduk, sumber air yang ada, kedalaman muka air
tanah dan kemampuan biaya.
1. Sistem Setempat (On Site System)
Sistem sanitasi setempat (on-site sanitation) merupakan sistem pengelolaan air
limbah yang dilakukan secara individu melalui pengolahan dan pembuangan air
limbah domestik setempat. (Perda Kab Karanganyar No 10 Tahun 2012)
Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
(Dinas Pekerjaan Umum 1989), antara lain:
a. Kepadatan penduduk < 200 jiwa/ha
b. Kepadatan penduduk 200-500 jiwa/ha masih mungkin dengan
syarat penduduk tidak menggunakan air tanah
c. Tersedia truk tinja untuk penyedotan
Keuntungan sistem setempat adalah sebaga berikut :
a. Biaya pembuatan murah
b. Biasanya dibuat oleh pribadi
c. Teknologi dan pembangunannya sederhana
d. Sistem yang terpisah bagi tiap-tiap rumah dapat privacy yang aman

KELOMPOK 3A 2
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

dan bebas
e. Operasi dan pemeliharaannya mudah dan umumnya merupakan
tanggung jawab pribadi masing-masing, kecuali yang tidak terpisah atau
dalam kelompok/ blok.
Kerugian sistem setempat adalah sebagai berikut :
a. Tidak cocok bagi daerah dengan kepadatan penduduk tinggi sehingga
lahan yang tersedia sangat sempit, dan muka air tanah tinggi, kecuali
jika daya resap tanah yang rendah
b. Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaannya (terutama untuk
sistem tangki septik).
c. Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia (black water)
d. Resiko mencemari air tanah (sumur dangkal) bila pemeliharaannya
tidak dilakukan dengan baik.
2. Sistem Pengelolaan Limbah Terpusat (Off Site System)
Sistem terpusat (Off Site System) merupakan sistem pembuangan air rumah
tangga (mandi, cuci, dapur dan limbah kotoran) disalurkan keluar dari lokasi
pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air limbah dan
selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan
sebelum dibuang ke badan air penerima (Ayu Fajarwati:2000)
Kelebihan sistem pengelolaan limbah terpusat adalah:
a. Memberikan pelayanan yang lebih nyaman
b. Menampung semua air limbah domestik, sehingga pencemaran air (hujan)
di saluran drainase (pematusan untuk air hujan), badan-badan air
permukaan dan air tanah dapat dihindarkan
c. Cocok untuk daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi sampai
menengah.
d. Masa terpakainya lama.
Kekurangan sistem pengelolaan limbah terpusat adalah:
a. Biaya pembangunan mahal
b. Memerlukan tenaga-tenaga terampil dan atau terdidik untuk
menangani operasi dan pemeliharaan.

KELOMPOK 3A 3
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

c. Keuntungan hanya bisa dicapai sepenuhnya setelah selesai seluruhnya


dan digunakan oleh seluruh penduduk di daerah tersebut.

2.4 Sistem Penyaluran Air Limbah


Sistem penyaluran air limbah dapat dilakukan secara terpisah, tercampur, maupun
kombinasi antara saluran air limbah dengan saluran air hujan (Masduki:2000)
1. Sistem terpisah
Sistem ini dikenal dengan full sewerage, dimana air buangan dan air hujan dialirkan
secara terpisah melalui saluran yang berbeda. Sistem ini digunakan dengan
pertimbangan antara lain:
1) Periode musim hujan dan kemarau lama
2) Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air limbah domestik.
3) Air limbah umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air
hujan harus secepatnya dibuang ke badan air penerima.
4) Fluktuasi debit (air limbah domestik dan limpasan air hujan) pada musim
kemarau dan musim hujan relatif besar
5) Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat
berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi
yang reatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan
pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk
jaringan masing-masing sistem saluran.
Beberapa alternatif dari sistem penyaluran air limbah secara terpisah adalah
sebagai berikut:
a) Sistem Penyaluran Konvensional
Sistem penyaluran konvensional (conventional sewerage) merupakan
suatu jaringan perpipaan yang membawa air limbah ke suatu tempat berupa
bangunan pengolahan atau tempat pembuangan akhir seperti badan air
penerima. Sistem ini terdiri dari jaringan persil, pipa servis, pipa lateral, dan
pipa induk yang melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup
luas.

KELOMPOK 3A 4
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

Syarat untuk penerapan sistem konvensional antara lain:


- Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor
- Diameter pipa minimal 100 mm, karena membawa padatan.
- Aliran dalam pipa harus seragam.
- Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi
(0,6m/detik). Aliran dalam saluran harus memiliki tinggi renang
agar dapat mengalirkan padatan.
- Kecepatan maksimum pada penyaluran konvensional 3m/detik

Gambar 2.1
Layout Pipa Sistem Penyaluran Konvensional (International Source Book
On Environmentally Sound Technologies for Wastewater and Stormwater
Management, 2007)

b) Sistem Shallow Sewerage (Sistem Riol Dangkal)


Shallow sewerage disebut juga sebagai simplified sewerage atau
condominial sewerage (Mara:1996). Perbedaan dengan sistem konvensional
adalah sistem ini mengangkut air limbah dalam skala kecil dan pipa terpasang
dengan kemiringan yang lebih landai. Shallow sewer sangat tergantung pada
pembilasan air limbah untuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan
dengan cara konvensional yang mengandalkan self cleansing.

KELOMPOK 3A 5
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

Gambar 2.2
Layout Pipa Sistem Penyaluran Shallow Sewerage (International Source
Book On Environmentally Sound Technologies for Wastewater and
Stormwater Management, 2007)

Biaya pembuatan shallow sewerage lebih murah dibandingkan dengan


penyaluran secara konvensional dan bahkan mungkin lebih murah daripada
sistem sanitasi setempat karena penggalian yang dangkal, pipa yang digunakan
berdiameter kecil dan unit pengawasan yang sederhana dalam tempat manhole
yang tidak besar (International Source Book On Environmentally Sound
Technologies for Wastewater and Stormwater Management, 2007).
c) Sistem Riol Ukuran Kecil
Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) dirancang hanya
untuk menerima bagian-bagian cair dari limbah kamar mandi, cuci, dapur, dan
limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat.
Saluran ini tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis ini lebih
murah dibandingkan dengan sistem konvensional.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini yaitu (Dinas
Pekerjaan Umum, 1993) :
- Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan
cairan, tangki ini biasanya berupa tangki septik.

KELOMPOK 3A 6
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

- Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan


- Aliran yang terjadi dapat bervariasi.
- Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memnuhi kecepatan self
cleansing karena tidak harus membawa padatan
- Kecepatan maksimum 3 m/detik untuk mencegah displacement akibat
erosi atau kejutan.
2. Sistem Penyaluran Tercampur
Pada sistem ini, air limbah disalurkan bersama dengan limpasan air hujan
dalam satu saluran tertutup. Dasar pertimbangan diterapkan sistem ini antara lain:
1) Debit air hujan dan air limbah secara umum relatif kecil sehingga dapat
disatukan
2) Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil
Kelebihan sistem ini adalah hanya memerlukan satu jaringan sistem
penyaluran air limbah sehingga operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis.
Konsentrasi pencemar dalam limbah akan berkurang karena adanya pengenceran
dari air hujan. Sedangkan kelamahannya adalah memerlukan perhitungan debit air
hujan dan air limbah yang cermat untuk perencanaan jaringan perpipaan. Karena
saluran tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar serta luas
lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan air limbah.
3. Sistem Kombinasi
Sistem ini dikenal dengan istilah “interceptor” dimana air limbah dan air hujan
disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka
maupun saluran tertutup tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi pengolahan
antara air limbah dan air hujan dipisahkan melalui bangunan regulator.
Air limbah dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi
pembuangan akhir, sedangkan air h1ujan langsung dialirkan ke badan air
penerima. Pada musim kemarau air limbah akan masuk seuruhnya ke pipa induk
dan tidak akan mencemari badan air, sistem ini diterapkan pada:
1) Daerah yang dilalui sungai yang airnya dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu, misalnya sebagai bahan baku penyediaan air bersih
sehingga penting untuk dilindungi dari pencemaran.

KELOMPOK 3A 7
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

2) Daerah yang untuk program jangka panjang direncanakan akan diterapkan


sistem saluran secara konvensional. Karena itu pada tahap awal
dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk semantara dapat
dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.
Sistem penyaluran air limbah dipengaruhi oleh letak dan topografi daerah yang
dilayani. Menurut Soeparman (2002), berdasarkan sistem pengalirannya
penyauran air limbah dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Sistem gravitasi, sistem ini digunakan bila badan air berada di bawah
elevasi daerah penyerapan dan memberikan energi potensial yang tinggi
terhadap daerah pelayanan terjauh
2) Sistem pemompaan, sistem pemompaan digunakan apabia elevasi badan
air di atas elevasi daerah pelayanan
3) Sistem kombinasi, sistem kombinasi digunakan apabila air limbah dari
pelayanan dialirkan ke bangunan pengolahan dengan bantuan pompa/
reservoir.

2.5 Perpipaan
Sistem jaringan perpipaan diperlukan untuk mengumpulkan air limbah dari tiap rumah
dan banguanan di daerah pelayanan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terpusat.
(Sumber : Dirjen Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum)
a. Pengaliran Limbah Cair Melalui Perpipaan
Sistem perpipaan pada air limbah berfungsi untuk membawa air limbah dari
satu tempat ke tempat lain agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan
sekitarnya. Prinsip pengaliran air limbah pada umumnya adalah gravitasi
tanpa tekanan, sehingga pola aliran adalah seperti pola aliran pada saluran terbuka.
b. Jaringan Pipa Air Limbah
Jaringan pipa air limbah terdiri dari:
1) Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam
rumah dan langsung menerima air buangan dari instalasi plumbing
bangunan. Pipa persil berdiameter (3-4) inch dengan kemiringan pipa 2%.

KELOMPOK 3A 8
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

Teknis penyambungannya dengan pipa servis, membentuk sudut 45o dan


apabila perbandingan antara debit dari persil dengan debit dari saluran
pengumpul sangat kecil maka penyambungannya tegak lurus.
2) Pipa Service
Pipa service adalah jaringan pipa awal dari sistem perpipaan air limbah
terpusat yang mengalirkan air limbah dari bak inspeksi ke pipa lateral. Lubang
inspeksi adalah lubang kontrol yang menerima satu atau beberapa sambungan
dan menyalurkan ke pipa service. Bak inspeksi merupakan bok awal sewerage
system. Diameter pipa servis sekitar (6-8) inchi, kemiringan pipa (0,5-1)
%. Lebar galian pemasangan pipa servis minimal 0,45 m dengan kedalaman
benam awal 0,6 m. sebaiknya pipa ini disambungkan ke pipa lateral di setiap
manhole.
3) Pipa Lateral
Pipa lateral adalah bagian dari jaringan perpipaan pipa air limbah sistem
terpusat yang menerima air limbah dari pipa-pipa service di sepanjang daerah
perumahan/ sumber air limbah. Pipa lateral merupakan pipa awal public sewer.
Pipa ini sering disebut juga pipa tersier. Diameter awal pipa lateral minimal 8
inchi dengan kemiringan pipa sebesar (0,5-1)%.
4) Pipa Cabang
Pipa cabang adalah bagian dari jaringan perpipaan air limbah sistem
terpusat yang menerima air limbah dari pipa-pipa lateral. Pipa ini sering disebut
juga pipa sekunder. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang
mengalir pada masing-masing pipa. Kemiringan pipa sekitar (0,2-1)%.
5) Pipa Induk
Pipa induk adalah bagian dari jaringan perpipaan pipa air limbah sistem
terpusat yang menerima air limbah dari pipa cabang dan mengalirkannya ke
lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah. Kemiringan pipa sekitar (0,2-1) %.

KELOMPOK 3A 9
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

Gambar 2.3
Sistem Jaringan Perpipaan Air Limbah ( Joy, Irman, 2013)

c. Pemilihan Bahan Pipa


Pemilihan bahan pipa harus dipertimbangkan mengingat air limbah banyak
mengandung bahan yang mengganggu kekuatan pipa. Demikian pula selama
pengangkutan dan pemasangannya diperlukan kemudahan serta kekuatan fisik
yang memadai.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pipa adalah sebagai berikut:
1) Umur ekonomis
2) Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
3) Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisika)
4) Koefisiensi kekasaran (hidrolik)
5) Kemudahan transport dan handling
6) Kekuatan struktur
7) Biaya suplai, tranpor dan pemasangan
8) Ketersediaan di lapangan
9) Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
10) Kekedapan dinding
11) Kemudahan pemasangan sambungan
Pipa yang dapat dipakai untuk pemasangan air limbah adalah Vitrified Clay
(VC), Asbestos Cement (AC), Reinforced Concrete (RC), Stell, Cast Iron, High

KELOMPOK 3A 10
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

Density Poly Ethylene (HDPE), Unplasticised Polyvinylchloride (uPVC) dan Glass


Reinforced Plastic (GRP). Berikut adalah tabel perbandingan bahan saluran
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bahan saluran.

Tabel 2.2 Perbandingan Bahan Saluran


Korosif
Diameter Panjang Jenis
Bahan Standar dan Kekuatan
(inch) (m) Sambungan
Erosi
1. Reinforced Tidak
12-144 1,2-7,4 ASTMC 76 Kuat Bell spigot
Concrete Tahan
Mudah Mortar,
2. Tanah Liat 4-48 1-2 ASTMC 700 Tahan
Pecah rubber gasket
Tidak Colar,rubber
3. Pipa Asbes 4-42 2,5 AWWAC 400 Kuat
Tahan Ring
Bellspigot,
Tidak Sangat
4. Cast Iron 2-48 6,1 AWWAC 100 Flanged
Tahan Kuat
Mechanical
Tidak Bellspigot,
5. Pipa Baja 8-252 1,2-4,6 AWWAC 200 Kuat
Tahan Socket
Flexible,
6. PVC 4-15 3,2 ASTMD 302 Tahan Cukup
Rubber,
Gasket
Rubbergasket
7. HDPE 6-36 6,3 ASTMD 3212 Tahan Kuat
,tightbell,
Sumber : Metcalf & Eddy, 1991 coupler

KELOMPOK 3A 11
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

2.6 Penentuan Daerah Pelayanan


Pembagian daerah pelayanan/blok pelayanan pada perencanaan sistem
penyaluran air buangan dimaksudkan agar dapat melayani penduduk seefektif
mungkin dan mempermudah dalam jaringan dan perhitungan dimensi pipa. Hal
ini yang diperhatikan dalam penentuan blok pelayanan adalah sebagai berikut :
a. Kepadatan penduduk
b. Tata guna lahan dimasa sekarang dan masa mendatang
c. Jalur jalan dan sungai
d. Batas jiwa

2.7 Penentuan Proyeksi Penduduk


Proyeksi penduduk yang ada sangat diperlukan untuk kepentingan dan
perencanaan serta evaluasi penyediaan air bersih. Kebutuhan akan air bersih
semakin lama semakin meningkat sesuai dengan semakin berkembangnya jumlah
penduduk di masa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu
proyeksi penduduk. Walaupun proyeksi bersifat ramalan dimana keberadaannya
dan ketelitiannya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa perkembangan
dan metode.
Dalam proyeksi penduduk ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:
1. Jumlah populasi penduduk dalam satu area
Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat
penurunan, maka proyeksi penduduk akan semakin teliti.
2. Kecepatan pertambahan penduduk
Bila angka kecepatan pertambahan penduduk pada masa lampau
semakin besar, maka proyeksi penduduk akan berkurang
ketelitiannya.
3. Kurun waktu proyeksi
Semakin panjang kurun waktu proyeksi, maka proyeksi penduduk
akan berkurang ketelitiannya. (Fair, 1996)

KELOMPOK 3A 12
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

a. Metode Rata-Rata Arimatik


Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk
yang selalu naik dengan konstan dan dalam kurun waktu yang pendek
(Mangkoedihardjo,1985)
Rumus yang digunakan:
Pn = Po + r (dn)……………………….. (1)
Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada akhir periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun
dn = Kurun waktu proyeksi
b. Metode Berganda (Geometrik)
Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan
penduduk secara otomatos berganda dengan pertambahan penduduk
awal. Metode ini memperhatikan suatu saat terjadi perkembangan
menurun kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati
maksimum (Mangkoedihardjo,1985).
Rumus yang digunakan:
Pn = Po (1 + r)dn ................ (2)
Dimana: Pn = Jumlah penduduk pada akhir periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun
dn = Kurun waktu proyeksi
c. Metode Selisih Kuadrat Minimum (least Square)
Metode ini dipergunakan untuk garis liniear yang berarti bahwa data
perkembangan penduduk masa lampau menggambarkan kecendrungan
garis linear meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah.
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara sumbu
Y(jumlah penduduk) dengan sumbu (X) (tahun) dengan cara menarik
garis liniear antara data data tersebut, dan meminimkan jumlah pangkat

KELOMPOK 3A 13
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

dua dari masing-masing penyimpangan Jarak Data-data dengan garis


yang dibuat (Mangkoedihardjo,1985).
Rumus yang digunakan
Pn = a + bN ....................... (3)
Dimana: Pn = Jumlah penduduk pada akhir periode
N = Selisih tahun proyeksi
Nilai a dan b dicari berdasarkan rumus:
[ ∑𝑦 ( ∑𝑥 2 )]+ [ ( ∑𝑥 )( ∑ 𝑥.𝑦 ) ]
𝑎= [ 𝑛 ( ∑𝑥 2 )]+ ( ∑𝑦 )2
................... (4)
𝑛 ( ∑𝑥.𝑦 ) −( ∑𝑥 )( ∑𝑦 )
𝑏= ............................ (5)
𝑛 ( ∑𝑥 2 )− ( ∑𝑥 )2

Dimana: n = jumlah data


Dalam penggunaan metode perhitungan yang akan digunakan dipilih
berdasarkan harga koefisien korelasi yang paling mendekati 1. Sesuai atau
tidaknya analisa yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan nilai
koefisien korelasi yang berkisar antara 0 sampai 1. Persamaan koefisien
korelasinya adalah sebagai berikut:
𝑛 ( ∑𝑥.𝑦 )–( ∑𝑥 )( ∑𝑦 )
𝑟= {[ 𝑛 ( ∑𝑦 2 )− ( ∑𝑦)2 ][ 𝑛 (∑𝑥 2 )− ( ∑𝑥 )2 ]}0,5
….......................(6)

Dimana: n = jumlah data

2.8 Proyeksi Jumlah Fasilitas


Jumlah dan jenis fasilitas yang ada pada area pelayanan menentukan
besarnya kebutuhan air untuk non domestik. Untuk memperkirakan besarnya
kebutuhan air non domestik pada waktu mendatang dilakukan proyeksi fasilitas,
meskipun ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan air non domestik,
antara lain:
 Jenis fasilitas itu sendiri.
 Perkembangan sosial ekonomi.
 Perluasan fasilitas yang sudah ada.

KELOMPOK 3A 14
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Proyeksi fasilitas dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan jumlah


penduduk, yaitu sebagai berikut:

 Pn   Fn ......................................................... (7)
 Po  Fo
Dimana: Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun mula-mula
Fn = Jumlah fasilitas tahun n
Fo = Jumlah fasilitas tahun mula-mula
Proyeksi fasilitas umum dan fasilitas sosial digunakan untuk menentukan
kebutuhan air non domestik. Proyeksi dilakukan dengan mengacu kepada
karakteristik wilayah perencanaan, RUTR yang telah ditetapkan dan standar
penduduk pendukung untuk setiap fasilitas umum dan fasilitas sosial yang telah
ditetapkan oleh Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
a. Fasilitas Pendidikan
Secara umum fasilitas pendidikan telah mencukupi kebutuhan dan
penyebarannya cukup merata karena semua desa telah memiliki SD.
Penambahan SD tidak diprioritaskan karena pemenuhan kebutuhan akan
SD diperkirakan masih dapat ditampung dengan meningkatkan jumlah
ruang di SD yang sudah ada. Jumlah fasilitas TK, SLTP dan SMU harus
ditingkatkan. Dengan peningkatan jumlah penduduk maka diperkirakan
pada 10 tahun mendatang akan dibangun sebuah perguruan tinggi skala
kecil karena wilayah ini tidak dijadikan sebagai pusat pendidikan
b. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan sudah cukup menyebar dan memenuhi
kebutuhan. Penambahan fasilitas perlu dilakukan akibat tuntutan
pertambahan jumlah penduduk. Fasilitas yang perlu dikembangkan
adalah mesjid yang menjadi pusat orientasi penduduk kota. Jumlah
penganut agama Kristen yang cukup banyak menuntut diperlukan adanya
pembangunan gereja pada lima tahun pertama. Fasilitas pura dan vihara

KELOMPOK 3A 15
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

tidak menjadi sasaran pembangunan karena jumlah penganut agama


Hindu dan Budha tidak terlalu banyak
c. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas ini dikembangkan dengan pertimbangan utama tingkat
pelayanan yang maksimal dengan mendekati daerah perumahan
penduduk. Fasilitas yang ada belum mencukupi terutama balai
pengobatan dan apotek. Rumah sakit perlu dibangun karena jumlah
penduduk telah melebihi 150000 jiwa
d. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Kegiatan perdagangan tumbuh di sekitar jalan utama sehingga
menyebabkan kemacetan. Kondisi ini menyebabkan perlu dibentuk pusat
bisnis baru. Kebijaksanaan pemerintah tentang kota X sebagai kota satelit
menuntut harus dapat menjadi pusat perdagangan regional. Dengan
dijadikannya Kecamatan X sebagai pusat perdagangan dan industri maka
akan meningkatkan kegiatan ekonomi sehingga jumlah fasilitas dagang
dan jasa akan meningkat pula.
e. Fasilitas Umum dan Rekreasi
Fasilitas umum seperti kantor pos hanya terdiri dari satu unit dengan
wilayah pelayanan meliputi seluruh Kecamatan X. Kondisi ini tidak
mampu memenuhi kebutuhan penduduk, oleh karena itu diperlukan
penambahan unit ini terutama di daerah dengan kepadatan penduduk
yang cukup tinggi selain ibukota kecamatan. Kecamatan X merupakan
tempat singgah dari jalur wisata yang berada di daerah X Selatan. Hal ini
merupakan potensi yang baik untuk meningkatkan sarana yang
berhubungan dengan pariwisata dan rekreasi seperti hotel dan restoran.
Untuk memenuhi kebutuhan hiburan maka perlu dibangun sebuah
bioskop lokal.
f. Fasilitas Olahraga
Kondisi eksisting belum mencukupi kebutuhan karena sarana yang

KELOMPOK 3A 16
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

ada tidak dapat menampung aktivitas penduduk. Direncanakan akan


dibangun sebuah GOR
g. Kegiatan Industri
Pola pengembangan kegiatan industri didasarkan kepada fungsi
Kecamatan X sebagai kota satelit dan pusat kegiatan industri terutama
industri tekstil. Hal ini menyebabkan akan terjadi peningkatan kegiatan
industri baik besar, sedang maupun kecil/rumah tangga. Peningkatan ini
diiringi pula dengan peningkatan jumlah tenaga kerja

2.9 Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan dasar domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik,
yang dapat diketahui dari data penduduk yang ada. Kebutuhan domestik ini antara
lain : mandi, minum, memasak dan lainnya. Kecenderungan meningkatnya
kebutuhan air dasar ditentukan oleh kebiasaan dan pola hidup serta taraf hidup
yang didukung oleh perkembangan sosial ekonomi. Jenis pelayanan air
memberikan pengaruh terhadap konsumsi air, yang dikenal dua katagori fasilitas
penyediaan air minum, yaitu :
1. Fasilitas perpipaan, yang meliputi :
a. Sambungan rumah
Kran disediakan sampai dalam rumah atau bangunan. Umumnya
sambungan rumah yang digunakan untuk melayani penduduk
diasumsikan 80% dari jumlah penduduk total.
Standar kebutuhan air untuk sambungan rumah dibedakan
menjadi :
- Kota dengan penduduk < 1 juta sebesar 250 lt/orang/hari
- Kota dengan penduduk = 1 juta sebesar 150 lt/orang/hari
- Pedesaan sebesar 100 lt/orang/hari
Besarnya QSR dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
QSR (lt/detik) = % daerah teralayani x Jumlah penduduk x 80% x Keb. Air Sambungan Rumah

KELOMPOK 3A 17
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

b. Sambungan halaman
Kran disediakan hanya sampai halaman rumah saja
c. Sambungan kran umum
Yang dipakai bersama oleh sekelompok rumah / bangunan.
Umumnya sambungan kran umum yang digunakan untuk melayani
penduduk diasumsikan 20% dari jumlah penduduk. Standar
kebutuhan airnya adalah sebesar 30 lt/orang/hari.
Besarnya QKU dapat dihitung dengan rumus :
QKU (lt/detik) = % daerah terlayani x Jumlah penduduk x 20% x Keb. Air Kran Umum
2. Fasilitas non perpipaan, yang meliputi :
Sumur umum, mobil air, dan mata air. Pelayanan per orang
tergantung kategori kota, menurut Pelita V (P.U.Cipta Karya) adalah
sebagai berikut :

Tabel 2.3 Kebutuhan Air Domestik Standar Berdasarkan Kategori Kota

Rata-Rata Kebutuhan
Jumlah Penduduk
No Kategori Kota Air
(Jiwa)
(liter/orang/hari)

1 Metropolitan >1.000.000 120


2 Besar 500.000 -1.000.000 100
3 Sedang 100.000 - 500.000 90
4 Kecil 20.000 - 100.000 60
5 IKK 3.000 – 20.000 45
6 Kota Sub IKK < 3.000 30
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum

KELOMPOK 3A 18
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Oleh karena itu, besarnya Q Dom dapat dihitung dengan rumus :


Q Dom = QSR + QKU
Dimana :
Q Dom = Debit Kebutuhan Air Domestik (lt/detik)
QSR = Debit Sambungan Rumah (lt/detik)
QKU = Debit Kran Umum (lt/detik)

2.10 Kebutuhan Air Non Domestik


Debit air buangan non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari
bangunan komersial, bangunan industri, bangunan umum/institusi, dan bangunan
pemerintahan. Debit air buangan non domestik tergantung dari pemakaian air dan
jumlah penghuni bangunan-bangunan tersebut. Kecuali air buangan yang berasal
dari bangunan industri, semua air buangan yang berasal dari non domestik
dilayani sistem penyaluran air buangan, dengan alasan karakteristik air
buangannya mempunyai kesamaan dengan air buangan domestik.
Dalam perhitungan debit puncak, debit air buangan yang berasal dari
bangunan non domestik diekivalenkan dengan jumlah penduduk yang dilayani
pada daerah domestik.
Kebutuhan air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestic yang berupa fasilitas-fasilitas :
a. Perkantoran (pemerintah dan swasta)
b. Tempat ibadah (masjid, gereja, dll)
c. Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi)
d. Kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dll)
e. Komersial (toko, hotel, dll)
f. Umum/bisnis
g. Industri

KELOMPOK 3A 19
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Tabel 2.4 Jumlah Populasi terhadap Fasilitas


No. Jenis Fasilitas Non Domestik Jumlah Populasi
1. TK 20 – 30 MURID
2. SD 100 – 150 MURID
3. SLTP 150 – 200 MURID
4. SMU 150 – 200 MURID
5. PERGURUAN TINGGI 300 – 500 MAHASISWA
6. RUMAH SAKIT 50 – 100 BED
7. INDUSTRI 200 – 250 PEGAWAI
8. PERKANTORAN 20 – 50 PEGAWAI
9. STASIUN 300 – 500 ORANG
10. TERMINAL 200 – 300 ORANG
11. PASAR 1 – 1,5 HA
12. HOTEL 30 – 50 BED
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum

KELOMPOK 3A 20
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Tabel 2.5 Kebutuhan Air Non Domestik Berdasarkan Kategori


JENIS FASILITAS RATA-RATA
NO. KATEGORI KOTA
NON DOMESTIK KEBUTUHAN AIR
1. SEKOLAH 10 LITER/MURID/HARI
2. RUMAH SAKIT 200 LITER/BED/HARI
3. PUSKESMAS 1 M3/HARI
4. MASJID 2 M3/HARI
5. PERKANTORAN 10 LITER/PEGAWAI/HARI
6. PASAR 12 M3//HA/HARI
7. METROPOLITAN, HOTEL 90 LITER/BED/HARI
KOTA BESAR, KOTA
8. RUMAH MAKAN 100 LITER/ORANG/HARI
SEDANG, KOTA
9. TOKO 10 LITER/ORANG/HARI
KECIL, IKK
STASIUN
10. 10 LITER/ORANG/HARI
BIOSKOP
11. INDUSTRI 10 LITER/ORANG/HARI
12. TERMINAL 10 LITER/ORANG/HARI
KOMPLEKS
13. 60 LITER/ORANG/HARI
MILITER
14. GEREJA 0,5 M3/HARI
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum

Oleh karena itu, Q Non Dom besarnya dapat dihitung dengan rumus :
Q Non Dom (lt/detik) = Σ (Jumlah Fasilitas x Jumlah Populasi x Rata-Rata Keb. Air)
Untuk memprediksikan kebutuhan air non domestik perlu diketahui rencana
pengembangan kota dan aktifitasnya. Hal ini perlu sebab, jika saat perencanaan
hal-hal seperti pengembangan kota masa depan tidak dipikirkan atau dijadikan
bahan pertimbangan, maka saat pemekaran kota terjadi, air tidak akan sampai
pada daerah-daerah yang baru muncul akobat urbanisasi.

KELOMPOK 3A 21
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Namun bila tidak diketahui atau tidak terjadi pengembangan kota dan
aktifitasnya, maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk dan
konsumen non domestik dapat diperhitungkan mengikuti perkembangan
kebutuhan air dasar konsumen domestik.

2.11 Total Kebutuhan Air Bersih


Pada umumnya masyarakat Indonesia melakukan aktivitas penggunaan air
pada pagi dan sore hari dengan konsumsi lebih banyak daripada waktu-waktu
lainnya.Dari keseluruhan aktivitas dan konsumsi sehari itu dapat diketahui
pemakaian rata-rata air.Dengan memasukkan besarnya faktor kehilangan air ke
dalam kebutuhan dasar, maka selanjutnya dapat disebut sebagai fluktuasi
kebutuhan air.
Dalam perhitungan, kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan air hari
maksimum dan kebutuhan air jam maksimum dengan referensi kebutuhan air rata-
rata.
1. Kebutuhan air rata-rata harian (Qrh)
Adalah banyaknya air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
domestik, non domestik dan ditambah dengan kehilangan air, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qrh = Qdomestik + Qnon domestik + ………...... (8)
Dimana :
Qkebocoran Qrh = Kebutuhan air rata-rata harian.
Qdomestik = Kebutuhan air domestik.
Qnon domestik = Kebutuhan air non domestik.
Qkebocoran = Kehilangan air karena kebocoran.
= 15 % . (Qdomestik + Qnon domestik)
2. Kebutuhan air hari maksimum (Qhm)
Adalah banyaknya air yang diperlukan terbesar pada suatu hari
dalam satu tahun dan berdasarkan pada Qrh. Untuk menghitung Qhm
diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan air maksimum, yang dapat

KELOMPOK 3A 22
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

dituliskan dalam rumus sebagai berikut :


Q
(9)hm = fhm x Qrh ............................................. (9)
Dimana : Qhm = Kebutuhan air hari maksimum.
fhm = Faktor harian maksimum (115 % - 120 %).
= Untuk perencanaan ini diambil fhm 120 %.
3. Kebutuhan air jam maksimum
Adalah banyaknya kebutuhan air terbesar pada saat jam tertentu
dalam satu hari. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Qjm = fjm x Qrh


..................................................(10)
Dimana : Qjm = Kebutuhan air jam maksimum.
fjm = Faktor jam maksimum ( 175 % - 210 % ).
= Untuk perencanaan ini diambil fjm 200 %.
4. Kebutuhan pemadam kebakaran
Kebutuhan untuk kebakaran menggunakan rumus sebagai berikut :
...... .............. ...............................(11)
Qkebakaran = 15% x Qhm

Dimana : Qkebakaran= Kebutuhan air untuk kebakaran


5. Kebutuhan air bersih total
Kebutuhan air bersih total dapat dicari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Qtotal = Q…...........................
kebakaran + Qjm
..........................................(12)
...................................................................................
Dimana : Qtotal = Kebutuhan air bersih total
2.12 Debit Air Buangan
Dalam menentukan besarnya debit air buangan, ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, antara lain:
a. Sumber air buangan
b. Besarnya pemakaian air bersih

KELOMPOK 3A 23
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

c. Curah hujan
d. Daya resap
e. Keadaan air tanah
f. Jenis bahan saluran, cara-cara penyabungan dan banyaknya bahan
pelengkap lainnya
Besarnya kebutuhan air domestik dapat dihitung berdasarkan pemakaian
dari tiap orang dalam sehari. Sedangkan besarnya kebutuhan air untuk kebutuhan
non domestik dihitung berdasarkan pemakaian per unit, per bed, per orang sesuai
dengan jenis layanan dalam satu hari.
Dari perkiraan besarnya penggunaan ai bersih untuk rumah tangga,
bangunan umum institusional dan sebagainya tidak semuanya akan mengalir
sebagai air buangan yang akan mencapai sistem penyaluran air buangan.
Kehilangan ini dapat terjadi karena evaporasi, penggunaan lain untuk menyiram
tanaman, kegiatan mencuci mobil yang biasanya masuk ke saluran drainase dan
lain sebagainya. Diperkirakan besarnya kehilangan air tersebut 20-30%. Sehingga
besarnya air buangan yang mencapai saluran adalah 70-80%. Disini dalam
perhitungan dipergunakan 70% dari penggunaan air bersih.
Hal-hal yang harus diperhitungkan adalah sebagai berikut:
a. Debit air buangan rata-rata harian
Dari hasil perkiraan besarnya debit penggunaan air bersih untuk
rumah tangga, bangunan umum, institusional dan sebgainya, tidak
keseluruhannya akan mengalir sebagai air buangan. Kehilangan ini
terjadi karena adanya evaporasi, penyiraman tanaman, minuma, yang
besarnya diperkirakan sebesar 15%-40%. Dengan kata lain, debit air
buangan rata-rata harian merupakan jumlah dari debit air buangan
domestic (yang dihasilkan oleh manusia) dan debit air buangan non
domestic (yang dihasilkan oleh bangunan umum, institusional, dan lain
sebagainya).
Untuk mencari besarnya debit air limbah domestik dapat digunakan

KELOMPOK 3A 24
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

rumus:
Qd = (60%-85%) x q d ………….........................…..............…… (13)
Sedangkan untuk mencari besarnya debit air limbah non domestik
digunakan rumus:
Qnd = (60%-85%) x q nd ……………....................................……(14)
Sehingga besarnya debit air limbah rata-rata per harinya adalah:
Qave = Qd + Qnd ……………........................................................……(15)
Dimana: Qd = debit air limbah domestik (L/det)
Qnd = debit air buangan non domestik (L/det)
Qave = debit rata-rata air limbah per hari (L/det)
qd = kebutuhan air bersih domestik
q nd = kebutuhan air bersih non domestik
b. Debit Infiltrasi air tanah dan air hujan
Jika digunakan sistem terpisah, harus diperhitungkan pula debit air
yang masuk ke dalam jalur perpipaan, yaitu infiltrasi air tanah dan air
hujan. Infiltrasi ini tidak dapat dihindarkan karena hal tersebut
disebabkan oleh :
a) Pekerjaan sambungan pipa yang kurang sempurna
b) Jenis material saluran dan perlengkapan yang di gunakan
c) Kondisi air tanah dan fluktuasi muka tanah
d) Celah celah yang terdapat pada permukaan saluran (manhole)
dari bangunan pelengkap saluran
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Qave inf = ( Finf x Luas Area ) / 86400 ........................ (16)
Dimana: Qave inf = debit rata-rata infiltrasi (L/det)
Finf = faktor infiltrasi (dari grafik average
infiltration allowance)
Luas Area =luas area pelayanan (Ha)

KELOMPOK 3A 25
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Gambar 2.4 Grafik Average Infiltration Allowance

Dari debit rata-rata infiltrasi, didapatkan Q peak infiltration dengan


persamaan berikut:
Qpeak inf = fpeak inf x Qave inf .............................(17)
Dimana: Qpeak inf = debit puncak infiltrasi (L/det)
f peak inf = faktor peak infiltrasi (dari grafik peak
infiltration allowance)

Gambar 2.5 Grafik Peak Infiltration Allowance

KELOMPOK 3A 26
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

c. Fluktuasi Air Buangan


Fluktuasi air buangan tergantung pada fluktuasi pemakaian air bersih.
Pada waktu pemakaian air bersih memuncak, besarnya debit air limbah pun
akan meningkat. Hal yang sama akan berlaku apabila pemakaian air bersih
berada dalam debit minimum.
Fluktuas air buangan yang perlu diperhitungkan,yaitu:
a) Debit air buangan rata-rata (Qr)
Debit air buangan rata-rata adalah debit air buangan yang berasal
dari rumah tangga, bangunan umum, bangunan komersial, dan bangunan
industri. Dari berbagai sarana di atas, tidak semua air yang diperlukan
untuk kegiatan sehari-hari terbuang ke saluran pengumpul, hal ini
disebabkan beragamnya kegiatan. Berkurangnya jumlah air yang
terbuang sebagai air buangan disebabkan kegiatan-kegiatan seperti
mencuci kendaraan, mengepel lantai, menyiram tanaman, dan lain-lain.
(Moduto, 2000)
Qr = Qbd + Qbnd ...............................................(18)
Dimana: Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
Qbd = debit air limbah domestik (L/det)
Qbnd = debit air limbah non domestik (L/det)
b) Debit air buangan puncak atau debit hari maksimum (Qpeak)
Debit hari maksimum adalah debit air buangan pada keadaan
pemakaian air maksimum. Besar debit hari maksimum merupakan
perkalian faktor peak kali debit air buangan rata-rata. Harga faktor peak
merupakan rasio debit maksimum dan minimum terhadap debit rata-rata.
Harga faktor peak bervariasi tergantung jumlah penduduk kota yang
dilayani. (Moduto, 2000)
Qpeak = fpeak x Qr …………………………………..(19)
Dimana: Qpeak = debit air limbah puncak (L/det)
Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
fpeak = faktor puncak

KELOMPOK 3A 27
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

.Gambar 2.6 Grafik Peak Factor

c) Debit air limbah minimum (Qmin)


Debit minimum adalah debit air buangan pada saat minimum. Debit
minimum ini berguna dalam penentuan kedalaman minimum, untuk
menentukan apakah saluran harus digelontor atau tidak. (Moduto, 2000)
Qmin = 1/5 x (P/1000)1,2 x Qr …............................... (20)
Dimana: Qmin = debit air limbah minimum (L/det)
Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
P = penduduk
d) Debit air limbah total (Qtot)
Qtot = Qinf + Qpeak ……………………………………(21)
Dimana: Qtot = debit air limbah n total (L/det)
Qinf = debit infiltasi (L/det)
Qpeak = debit air limbah puncak (L/det)
Perhitungan fluktuasi aliran ini penting dan berpengaruh cukup besar
pada sistem penyaluran air limbah. Diantaranya adalah:
 Kemungkinan terjadinya pengendapan dalam saluran bila kecepatan
alirannya terlalu lambat.
 Akibat pengendapan tersebut menyebabkan terjadinya proses
pembusukan air buangan.
 Diperlukan penggelontoran bila kecepatan minimum tidak dapat lagi
dicapai, sehingga air buangan akan mengendap.

KELOMPOK 3A 28
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

d. Kecepatan Pengaliran
Kecepatan pengaliran dalam sistem penyaluran air buangan harus berada
dalam batasan-batasan kecepatan tertentu, sebagai berikut:
 Kecepatan Minimum
Kecepatan ini didasarkan pada kemampuan pengaliran untuk
memberikan daya pembilasan sendiri saluran tersebut terhadap endapan-
endapan. Kecepatan minimum yang biasa digunakan dalam perencanaan
penyaluran air buangan adalah 0,5 m/dt. Disamping itu juga terdapat
kecepatan minimum menurut kebutuhannya, misalnya untuk mencegah
terjadinya endapan organik maka digunakan kecepatan minimum 0,3
m/dt. Sedangkan untuk mencegah pengendapan partikel mineral seperti
pasir dan kerikil digunakan kecepatan minimum 0,75 m/dt. Untuk
saluran air buangan yang tertekan dimana pembersihan adalah sulit
dilaksanakan digunakan kecepatan minimum yang digunakan adalah 1,0
m/dt. Salah satu contoh saluran air buangan yang tertekan adalah
Inverted Syphon.
 Kecepatan Maksimum
Kecepatan ini didasarkan pada kemampuan saluran terhadap adanya
kemungkinan gerusan-gerusan yang terjadi oleh aliran yang mengandung
partikel kasar. Agar tidak terjadi penggerusan, maka kecepatan
maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 2,5-3,0 m/dt. Meskipun
harus diingat pula bahwa penggerusan bisa disebabkan karena proses
alam.
d. Kedalaman Air dalam saluran
Kedalaman air (tinggi renang) minimum saluran adalah 50mm pada saat
Qminumum. Tinggi renang minimum 50 mm merupakan hasil dair penelitian
yang memperhitungkan bahwa pada kedalaman tersebut bahan buangan padat
terendam seluruhnya sehingga dalam jarak beberapa meter semuanya dapat
hancur dengan segera.
f. Kemiringan saluran penanaman pipa

KELOMPOK 3A 29
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Untuk kondisi medan yang relative datar, dibutuhkan penanaman jaringan


pipa dengan kemiringan minimal yang dapat memberikan kecepatan
pengaliran dengan daya pembilasan sendiri dengan kekerasan Manning, n =
0,013 dan n = 0,015. Berikut adalah tabel Slope minimum berdasarkan
diameter pipa :

Tabel 2.6 Slope Minimum Berdasarkan Diameter Pipa


Diameter Pipa Diameter Pipa
n = 0,013 n = 0,015
(mm) (inch)
200 8 0,0033 0,0044
250 10 0,0025 0,0033
300 12 0,0019 0,0026
375 15 0,0014 0,0019
450 18 0,0011 0,0015
525 21 0,0009 0,0012
600 24 0,0008 0,0010
675 27 0,0007 0,0009
750 30 0,0006 0,0008
900 36 0,0004 0,0006
Sumber : Metcalf and Eddy,1981

2.13 Pembebanan Pipa


Pipa cabang atau anak pipa induk merupakan pipa yang melewati atau menampung
air buangan di setiap daerah yang dilewati jaringannya. Dalam pembuatannya, pipa
cabang mengikuti jalan raya dan mengikuti kontur agar alirannya dipengaruhi oleh
gravitasi sehingga tidak membutuhkan pompa dalam pengalirannya menuju IPAL.
Pipa cabang ini tersambung langsung pada selokan-selokan yang ada di permukaan,
pembebanan yang dimaksud adalah suatu daerah apabila dulayani oleh suatu jalur pipa
cabang, maka pembebanannya 100% dan apabila suatu daerah dilayani oleh dua jalur
pipa atau bahkan lebih dari dua cabang pipa mka pembebanannya tidak lagi 100% namun

KELOMPOK 3A 30
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

membagi sesuai dengan jumlah jalur pipa yang terlayani dan perlu diperhatikan dalam
pembagian tersebut karena pembagiannya harus berdasarkan asumsi luas wilayah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat jaringan perpipaan
a. Mengikuti jalan.
b. Berbentuk seperti duri pada ikan (pipa utama dan cabang).
c. Pipa utama tidak melayani air buangan hanya menampung dari pipa cabang.
d. Jika melayani 100% maka nilai total yang keluar sama dengan debit air
buangan.
e. Jika tidak melayani 100% maka nilai debit sesuai dengan persen
pembebanan.
f. Sistem dibuat secara gravitasi, jika tidak bisa maka digunakan sistem
pemompaan.
Rumus perhitungan pembebanan pipa, yaitu
 Debit average pembebanan = Q average hitung x % pembebanan …........(22)
 Debit peak pembebanan = Q peak hitung x % pembebanan ................(23)
 Debit minimum pembebanan = Q minimum hitung x % pembebanan .. .....(24)

2.14 Elevasi dan Slope Tanah


2.14.1 Elevasi
Sebelum menentukan slope tanah dilakukan perhitungan elevassi
tanah terlebih dahulu. Dimana penetuan elevasi muka tanah dihitung
berdasarkan interpolasi kontur. Rumus interpolasi yaitu :
𝑑𝑢
𝑡𝑡+𝑡𝑟
𝑡𝑟 + ( ) …...............................(25)
𝑑𝑡

𝑑𝑢
𝑡𝑡−𝑡𝑟
𝑡𝑡 − ( ) …................................(26)
𝑑𝑡

Apabila mengukur elevasi titik yang dicari-cari elevasi terendah


𝑡𝑡+𝑡𝑟 du
maka menggunakan rumus : tr+( ) apabila mengukur elevasi titik
𝑑𝑡

yang di cari dari elevasi tertinggi maka menggunakan


𝑡𝑡−𝑡𝑟 du
ti+( ) …...............................(27)
𝑑𝑡

Di mana : tt = Kontur tertinggi

KELOMPOK 3A 31
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

tr = Kontur terendah
dt = jarak antara 2 kontur
du = jarak titik yang dicari-cari dari kontur tertinggi
atau terendah
2.14.2 Slope Tanah
Data perencanaan sistem penyaluran air buangan diperlukan data
slope muka tanah yang dihitung berdasarkan hasil perhitungan elevasi
tanah, slope dihitung menggunakan rumus
𝛥𝐻
S= …...............................(28)
𝐿

Di mana:
ΔH = Beda tinggi yang dapat dari perhitungan elevasi
interpolasi tertinggi dikurangi interpolasi terendah
(H2-H1)
S = Slope muka tanah
L = Panjang Saluran (m)

2.15 Diameter Air Buangan


Perhitungan dimensi sistem penyaluran air limbah didasarkan pada kebutuhan
sampai pada akhir periode desain yang direncanakan. Batasan-batasan yang dijadikan
pedoman dalam merencanakan diameter saluran air limbah :
a. VMAKS dalam pipa tidak melebihi 2,5 m/dt.
b. VMIN dalam pipa tidak kurang dari 0,3 m/dt (pada saat debit minimum).
c. Tinggi renang minimum 50 mm (pada saat QMIN).
d. Tinggi renang pada saat QMAKS antara 60% sampai 80% dari diameter pipa.
e. Nilai d/D ditentukan berdasarkan pada grafik perbandingan QMIN/QFULL atau
juga dapat digunakan nilai d/D antara 0,6-0,8

KELOMPOK 3A 32
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

.Gambar 2.7 Hydraulics Elements for Circular Sewers

Perhitungan ini berdasarkan pada rumus Manning


2 1
1
Q  .R 3 .S 2 . A
n
Persamaan yang akan digunakan antara lain :

 Penduduk 
0, 2

QMIN  0,2.QAVE . 
 1000 
Persamaan Slope medan :
H
S
L
Persamaan Luas penampang :
1
A . .D 2
4
Persamaan kecepatan penuh :
1 2
1 2
VFULL  .S .0,397.D 3
n
1
.D 3 .S 2 .
0,312 8
Q
n

KELOMPOK 3A 33
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Sedangkan untuk QMIN dengan n = 0,015 :


 D  D 
P    .     . . 
 2  180 
D
d
 2
2 4
D D 
   d
2 2 

 D 2  . .D 2 
2 4
D  D 
AMIN         d     d 
 8 2.360  2  2 

2.16 Penanaman Pipa


Kedalaman penanaman pipa air buangan tergantung dari fungsi pipa itu sendiri.
Jenis pipa menurut fungsinya adalah pipa persil, servis, lateral, dan induk. Kedalaman
awal pemasangan pipa:
• Pipa Persil → (0.45-1.00) meter dari permukaan tanah.
• Pipa Servis → (0.88-1.20) meter dari permukaan tanah.
• Pipa awal lateral → (0.88-1.20) meter dari permukaan tanah.
Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan tidak lebih
dari 7 meter jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa.

2.17 Profil Hidrolis


Adanya bangunan-bangunan penunjang pada sistem penyaluran air limbah sangat
penting untuk melancarkan pengaliran dalam saluran, ataupun dalam hal pemeriksaan
saluran. Bangunan pelengkap tersebut antara lain :
1. Manhole
Merupakan lubang untuk memeriksa, memlihara dan memperbaiki saluran.
Manhole dilengkapi dengan tutup dari beton dan cast iron galvanized, beserta
anak tangga untuk menuruninya. Pada penempatannya harus diperhatikan fungsi
dan beberapa hal antara lain :
a. Tempat dimana terjadi perubahan saluran

KELOMPOK 3A 34
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

b. Tempat terjadinya perubahan slope saluran


c. Tempat belokan pipa
d. Untuk saluran lurus, diletakkan pada jarak tertentu tergantung pada diameter
pipa.
Tabel 2.7 Jarak Antar Manhole
Jarak antar
Diameter (mm)
Manhole (m)
D < 500 100 – 150
500 < D < 1000 150 – 175
1000 < D < 2000 175 - 200

Konstruksi Manhole dapat terbuat dari beton. Lubang Manhole harus dapat
dimasuki orang yang akan memeriksa saluran tersebut. Diameter minimumnya adalah 60
cm. Macam-macam manhole :
a. Manhole lurus
b. Manhole Belokan
c. Manhole Pertigaan saluran
d. Manhole Perempatan Saluran
e. Drop Manhole

KELOMPOK 3A 35
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Gambar 2.8 Bentuk Manhole


2. Bangunan Terjunan
Bangunan terjunan atau drop manhole digunakan bila perbedaan tinggi
antara dua saluran lebih dari 0,5 m dan pada saluran yang slopenya memotong
slope medan.
3. Bangunan Peggelontor
Bila pada tempat tertentu terdapat kecepatan minimum dan tinggi renang
dalam saluran tidak terpenuhi akan dapat menimbulkan pengendapan, sehingga
perlu dilakukan penggelontoran untuk mengatasinya. Bangunan penggelontor
direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu untuk melakukan
penggelontoran sebagaimana diperlukan. Air yang digunakan untuk
menggelontor bersumber dari air sungai atau air hujan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam perencanaan bangunan ini adalah :
a. Penggelontoran tidak boleh merusak saluran yang sudah ada (erosi, pengikisan,
penggerusan terhadap dinding saluran).
b. Tidak boleh mengotori saluran.
c. Air yang digunakan harus mencukupi kuantitasnya dan tidak boleh berpasir atau
berlumpur.
d. Air penggelontor adalah air tawar dan netral.
Metode yang digunakan pada proses penggelontoran adalah :
e. Secara Kontinyu
Penggelontoran secara kontinyu merupakan penggelontoran yang dilakukan secara
terus-menerus. Air yang digunakan biasanya air sungai dan langsung digelontorkan
ke saluran tanpa adanya ruang khusus.
f. Secara Periodik
Penggelontoran yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu secara periodik.
4. Pompa
Mengingat jarak yang cukup jauh ke tempat pengolahan maka memerlukan
perbedaan tinggi yang cukup besar. Untuk memperoleh perbedaan tinggi seperti
yang diharapkan salah satu alternatif cara adalah menanamkan pipa yang lebih
dalam dari penanaman sebelumnya, yang akan memperbesar biaya pemasangan.

KELOMPOK 3A 36
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

Untuk itu, dibangunlah suatu pusat pemompaan dimana pada tempat tersebut, air
limbah yang sudah berada didalam pipa ditampung kembali ke dalam bak untuk
selanjutnya dipompa lagi kepermukaan tanah. Untuk mengangkat air limbah ini
diperlukan pompa penghisap sesuai dengan ketinggian air limbah yang akan
dinaikkan.
5. Terminal Clean Out
Bangunan ini diletakkan, dipasang pada ujung awal saluran air buangan.
Tujuan penggunaan bangunan terminal clean out adalah untuk menyisipkan alat
penerangan ke dalam saluran air buangan saat pemeriksaan.
6. Building Sewer
Building sewer atau disebut juga house connection adalah cabang antara
saluran air buangan dengan saluran rumah-rumah penduduk. Sebaiknya,
sambungan rumah dibuat pada saat pemasangan saluran air buangan dilakukan,
sehingga akan mengurangi ataumenghindarkan adanya kemungkinan-
kemungkinan akibat yang kurang baik terhadap pekerja atau kerusakan pada
saluran.
7. Ventilasi Udara
Ventilasi udara pada jaringan air buangan untuk:
a. Mencegah bertahannya udara dan gas hasil reaksi dalam air buangan
yang membahayakan dan dapat menimbulkan korosi.
b. Mencegah terbentuknya H2SO4 yang dapat menimbulkan karat.
c. Mencegah timbulnya bau gas akibat pembusukan.
d. Mencegah timbulnya tekanan diatas atau dibawah atmosfer, sehingga
dapat mengakibatkan terbentuknya pengaliran pada plumbing fixture
8. Sumur Pengumpul
Sumur pengumpul berfungsi untuk menaikkan muka air buangan pada
saluran yang rendah ke saluran yang lebih tinggi. Dalam perencanaan kapasitas
sumur pengumpul adalah dapat menampung 10-20 menit.

KELOMPOK 3A 37
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

KELOMPOK 3A 38
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

KELOMPOK 3A 39
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

KELOMPOK 3A 40
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

KELOMPOK 3A 41
Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan
Kecamatan Genteng

KELOMPOK 3A 42
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Genteng

KELOMPOK 3A 43

Anda mungkin juga menyukai