Anda di halaman 1dari 43

Sistem Pengumpulan

Air Buangan
MODUL 2
Sistem Pengelolaan Air Buangan
1. Sistem Off – Site (Sanitasi Terpusat) :
Conventional Sewerage,
Shallow Sewers dan
Small bore sewer dengan pengolahan
2. Sistem On –Site (Sanitasi Setempat) :
Cubluk,
Aquaprivy, dan
Septic Tank
3. Gabungan Off-Site dan On-Site :
Tanki Septic dengan perpipaan.
Gabungan sistem ini membutuhkan tempat penyaluran,
pembuangan dan pengolahan lumpur tinja.
Sebutkan ciri khas dari masing-masing sistem yang membedakan
sistem tersebut dari sistem yang lain?
Keuntungan dan Kerugian Sistem Sanitasi Setempat (On
Site )

Keuntungan :
 Biaya konstruksi relatif rendah
 Teknologi yang digunakan cukup sederhana
 Operasi dan pemeliharaan umumnya merupakan tanggung jawab pribadi
 Dapat menggunakan bahan / material setempat
 Tidak berbau dan cukup higienis jika pemeliharaannya baik
 Hasil dekomposisi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

Kerugian :
 Tidak cocok diterapkan di semua daerah (tidak cocok untuk daerah dengan
kepadatannya tinggi, muka air tanah tinggi dan permeabilitas tanah rendah)
 Memerlukan lahan yang luas
 Sistem ini tidak diperuntukkan bagi limbah dapur, mandi dan cuci karena
volumenya kecil, sehingga limbah cair dari dapur dan cuci akan tetap
mencemari saluran drainase dan badan­-badan air yang lain.
Mengapa sistem sanitasi setempat tidak cocok untuk daerah berkepadatan
tinggi, muka air tanah tinggi dan permeabilitas tanah rendah?
Keuntungan dan Kerugian Menggunakan
Sistem Sanitasi Terpusat (Off Site )
Keuntungan :
 Memberikan pelayan lebih aman, nyaman dan menyeluruh.
 Menampung semua air buangan rumah tangga sehingga pencemaran terhadap saluran
drainase dan badan air lainnya serta air tanah dapat dihindari.
 Cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk menengah sampai
tinggi.
 Tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat dengan periode perencanaan tertentu.
 Tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luas, sebab jaringan pipa ditanam dalam tanah.

Kerugian :
 Bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik, akan dapat mencemari air tanah dan
sumur dangkal.
 Pelayanan terbatas.
 Biaya investasi pembangunan jaringan sangat tinggi
 Memerlukan teknologi yang memadai untuk membangun dan memelihara sistem
 lnstalasi lebih rumit sehingga memerlukan perencanaan yang tepat.
 Keuntungan baru bisa dicapai sepenuhnya setelah sistem dapat dimanfaatkan / digunakan
oleh seluruh penduduk di daerah pelayanan.
 Sistem jaringan pipa memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka panjang.

Mengapa perencanaan perlu buat untuk jangka panjang?


Convensional Sewerage (1)
Conventional sewerage cocok
diterapkan bila:
 Mayoritas rumah tangga
yang sudah memiliki
sambungan air bersih.
 Teknologi sanitasi setempat
tidak layak.
 Ada daerah pemukiman
baru yang mampu
membiayai sewerage dan
IPAL.
Convensional Sewerage (2)
Keuntungan :
 Dapat diterapkan baik untuk bangunan yang sudah memiliki
tanki septik atau pun belum.
 Sangat efektif bila dikembangkan sebagai sistem kota
keseluruhan karena IPAL yang dibangun hanya satu atau
beberapa tergantung topografi kota.
 Dapat diterapkan untuk kepadatan sedang sampai tinggi.

Kerugian :
 Biaya sangat mahal.
 Perlu mempersiapkan suprastruktur dan infrastruktur
kelembagaan yang secara khusus menangani pembuangan
air limbah tersebut.
 Perlu penyiapan kondisi masyarakat.
Small Bore Sewer (1)
 Sesuai untuk daerah yang mayoritas menggunakan tanki septik.
SBS akan menampung semua air buangan kecuali lumpur (tinja)
dari tanki septik.
 SBS didesain untuk mengalirkan bagian cair buangan rumah
tangga.
 Pasir, lemak dan benda padat lain yang dapat mengganggu
saluran dapat dipisahkan dari aliran pada tangki interseptor yang
dipasang diujung setiap sambungan yang menuju saluran.
 Padatan yang terakumulasi pada tangki interseptor diangkat
secara periodik.
 SBS cocok untuk daerah yang datar dan mempunyai taraf muka
air tinggi.
 Aliran yang masuk SBS adalah aliran rata-rata. Aliran maksimum
dianggap sama dengan aliran rata-ratanya sedangkan
kecepatan minimum tidak memiliki batas.
Kelebihan :
Small Bore Sewer (2)
1. Mengurangi kebutuhan air, saluran tidak perlu mengalirkan benda padat sehingga
tidak perlu penggelontoran.
2. Mengurangi biaya penggalian, saluran tidak didesain agar dapat membersihkan
sendiri (self cleaning). Saluran dibangun mengikuti topografi alam, sehingga tidak
memerlukan biaya penggalian yang besar.
3. Mengurangi biaya pipa, aliran puncaknya lebih rendah dibandingkan sewerage
konvensional karena ada tangki interseptor sebagai penampung sementara air
buangan.
4. Mengurangi biaya operasi dan pemeliharaan rutin, untuk mengangkat padatan
dari tangki interseptor dan menggelontor saluran dilakukan oleh personel terlatih
dengan alat yang sederhana.
5. Mengurangi kebutuhan pengolahan ; screening, grit removal dan primary
sedimentation atau kolam anaerobik tidak dibutuhkan pada pengolahan air buangan
karena telah dilakukan proses pengolahan dalam tangki interseptor.
Kekurangan :
6. Cakupan pelayanan sangat terbatas, sehingga tidak dapat dikembangkan untuk
sistem wilayah Kota.
7. Setiap rumah harus memiliki tanki septik
8. Bila dikembangkan untuk sistem perkotaan secara keseluruhan akan mengakibatkan
biaya mahal dan tidak efektif karena harus banyak IPAL yang dibangun.
Komponen Small Bore
Sewer

1. Sambungan rumah, dibuat pada inlet tangki interseptor dengan ukuran minimum 50 mm.
Semua buangan kecuali sampah memasuki sistem melalui bagian ini.
2. Tangki lnterseptor (interceptor Tank), didesain untuk menampung aliran selama 24 jam
untuk memisahkan endapan dari cairannya. Volumenya dapat menyimpan padatan yang
secara periodik akan diambil.
3. Saluran, berupa pipa berdiameter kecil (diameter minimum 50 -100 mm) yang ditanam
dengan kedalaman yang cukup untuk mengumpulkan air buangan dari sambungan dengan
sistem gravitasi dan dibuat sesuai dengan bentang alam.
4. Pembuang dan manhole, sebagai jalan masuk dan pemeliharaan saluran serta untuk
menggelontor selama pembersihan saluran.
5. Vent, untuk memelihara kondisi aliran yang bebas
6. Sistem pemompaan (jika diperlukan) untuk mengangkat effluen dari tangki interseptor ke
saluran untuk mengatasi perbedaan elevasi diperlukan bagi sistem saluran dengan area
yang luas.
7. Lahan pengelolaan buangan untuk pipa dan jaringan pengumpul serta lahan untuk
menampung buangan padat hasil olahan dari tangki interseptor.
Shallow Sewer (1)
 Shallow sewer adalah sewerage kecil yang dipasang dangkal
dengan kemiringan yang lebih landai dibandingkan sewerage
konvensional.
 Shallow sewer sangat tergantung pada pembilasan air
buangan untuk mengangkut buangan padat jika
dibandingkan dengan cara konvensional yang mengandalkan
kecepatan untuk membersihkan sendiri (self cleansing
velocity)
 Lebih cocok sebagai sewerage sekunder di daerah kampung
dengan kepadatan penduduk tinggi dan jalan lingkungannya
kecil dimana tidak dilewati kendaraan berat dan sebagian
besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan
jamban pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai.
 Sistem ini cocok ditempatkan pada daerah dengan
kemiringan 1% da lebih murah dari sewerage konvensional.
Shallow Sewer (2)
Keuntungan :
 Dengan kemiringan yang kecil, sistem ini dapat berjalan dan
kompleksitas sistem pelayanan relatif kecil dibandingkan sistem
conventional sewerage.
 Setiap rumah yang dilayani tidak harus memiliki tanki septik mengingat
jenis buangan yang diperuntukkan adalah limbah padat dan cair.
 Dapat diterapkan untuk kepadatan peduduk sedang sampai tinggi.

Kerugian :
 Cakupan pelayanan sangat terbatas, sehingga tidak dapat
dikembangkan untuk sistem wilayah kota.
 Bila dikembangkan untuk sistem perkotaan secara keseluruhan akan
mengakibatkan biaya mahal dan tidak efektif karena harus banyak
instalasi pengolahan yang dibangun.
 Tidak ada reduksi beban organik seperti halnya pada Small Bore
Sewerage, sehingga beban instalasi pengolahan air limbah cukup
tinggi.
Tanki Septik dan Bidang Resapan
 Tanki septik paling banyak digunakan untuk pengolahan air buangan
rumah tangga dan cocok untuk sistem on site sanitation, walaupun
kualitas bakteriologinya masih jelek.
 Tanki septik yang sudah umum di Indonesia adalah toilet tuang siram
atau istilah lain kakus leher angsa. Sistem ini mempunyai unit air
perapat (water seal) yang dipasang di bawah pelat jongkok atau
tumpuan tempat duduk sehingga dapat mencegah gangguan lalat dan
masuknya bau ke toilet.
 Air buangan dapur dan kamar mandi sebaiknya tidak dimasukkan ke
dalam tanki septik kecuali bila tanki tersebut direncanakan mampu
menampung debit air buangan yang besar.
 Tanki septik paling banyak digunakan penduduk sebagai penampung
sementara air buangan toilet karena biayanya yang relatif murah.
 Tanki septik harus diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak
mencemari sumber air tanah.
 Pemeliharaan yang teratur merupakan suatu masalah terutama untuk
rumah-rumah yang dibangun sendiri-sendiri.
Cubluk (sumur penampung)
 Jamban cubluk atau kakus cemplung (pit latrine)
merupakan sarana sanitasi sederhana yang umum
digunakan di desa-desa.
 Terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. sumur pengumpul tinja (cubluk)
2. pelat jongkok berikut pondasinya,
3. bangunan pelindung (konstruksi bagian atas)
 Beberapa jenis cubluk yang umum digunakan yaitu:
1. Jamban cubluk konvensional
2. Jamban cubluk yang diperbaiki dan berventilasi (JCDV)
3. Jamban Cubluk Ganda Yang Diperbaiki dan Berventilasi
(JCGDV)
4. Jamban Cubluk Lubang Banyak Yang Diperbaiki dan
Berventilasi
Jamban cubluk konvensional

 Jamban berlubang
tradisional dengan
bentuk yang sangat
sederhana tanpa
ventilasi.
 Biasanya berbau dan
lalat serta nyamuk
dapat berkembang
biak dengan cepat.
Jamban cubluk
yang diperbaiki dan
berventilasi (JCDV)
• Jamban cubluk dengan
lubang tunggal, yang
direncanakan utuk
penggunaan paling
sedikit 2 tahun.
• Umumnya sesuai
digunakan pada daerah
yang air tanah dalamnya
dan ukuran lubang tidak
terbatas.
Jamban Cubluk Ganda
Yang Diperbaiki dan
Berventilasi (JCGDV)
 Jamban dengan struktur
permanen mempunyai 2
lubang yang dapat digunakan
bergantian.
 Jamban ini tepat digunakan di
derah perkotaan, dimana
masyarakat- sanggup
membiayai dan tanpa harus
memindahkannya setiap
tahun.
Jamban Cubluk Lubang Banyak Yang
Diperbaiki dan Berventilasi
• Jamban lebih dari satu lubang yang lebih tepat digunakan
di tempat-tempat umum
• Bau yang timbul dari dalam cubluk akan keluar akibat
adanya aliran udara di ujung pipa ventilasi yang dapat
terbuat dari PVC .
• Pemberian ventilasi ini juga memberikan peranan penting
dalam mengurangi perkembangbiakan nyamuk dan lalat.
Syarat Pembangunan JCDV dan JCGDV
1. Jarak antara cubluk dengan sumur terdekat minimal l0 m.
2. Kedalaman cubluk tergantung dari kedalaman muka air
tanah. Yang perlu diperhatikan adalah jarak antara dasar
cubluk dengan muka tanah minimal 2 m. Bila jarak dasar
cubluk dengan muka air tanah < 2 m, maka dasar cubluk
hendaknya dilapisi dengan tanah liat.
3. Tempatkan cubluk sedekat mungkin dengan jamban.
Jarak paling jauh 15 m, hal ini untuk menghemat
penggunaan Pipa.
4. Bak kontrol untuk pengaturan pengaliran kotoran ke
cubluk letaknya harus merupakan garis lurus dengan
tempat jongkok dan lubang kotoran.
Aquaprivy (Toilet Rendam)
 Sistem ini menjaga adanya adanya lapisan air preparat untuk

mencegah gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet. Untuk keperluan

ini tanki harus dibuat rapat air dan perlu tambahan air yang cukup ke

dalam tanki melalui pipa rendam untuk menggantikan air yang hilang.

 Proses yang terjadi di aquaprivy sama dengan yang terjadi dalam tanki

septik, dimana kotoran yang masuk ke dalam tanki akan diuraikan oleh

mikroorganisme secara anaerob. Lumpur yang terakumulasi

terendapkan dan harus diambil setelah tanki terisi dua per tiganya.
 Ada tiga jenis toilet rendam :
1. Toilet rendam sederhana
2. Toilet rendam air limbah
3. Toilet rendam dengan perpipaan
Toilet rendam
konvensional
• Toilet rendam konvensional
terdiri atas sebuah pelat
jongkok yang diletakkan tepat
di atas tanki septik dan tanki
resapan yang berdekatan,
tempat menerima effluen dari
tanki septik.
• Pelat jongkok dilengkapi
dengan pipa rendam dan ujung
bawah pipa terletak di bawah
muka air yang berada di dalam
tanki, sehingga akan
didapatkan air perapat
sederhana yang terletak antara
pelat jongkok dan isi tanki.
Toilet Rendam Air
Limbah
 
 Toilet rendam air limbah dibuat untuk
menanggulangi kesulitan dalam
menjaga lapisan air perapat.
Modifikasi terhadap toilet rendam
jenis 1 adalah dapat mengalirkan
semua limbah rumah tangga ke
dalam tanki, sehingga lapisan air
perapat dan air limbah dapat dibuang
secara baik.
 Jenis 2 dan 3 merupakan modifikasi
dari jenis 1 dan direncanakan dapat
menerima buangan limbah rumah
tangga yang lain, karena jenis 1 tidak
digunakan untuk menampung
buangan limbah lain selain buangan
dari toiletnya sendiri.
Faktor Pemilihan Sistem PALD
 Faktor pemilihan sistem mengarah pada teknologi
yang tepat dalam pengelolaan air buangan
(berdasarkan Petunjuk Teknis Ditjen Cipta Karya
melalui Program UNDP INS/84/505), yaitu :
1. Kepadatan penduduk
2. Suplai air bersih
3. Permeabilitas Tanah
4. Kedalaman Air Tanah
5. Kemiringan Tanah
6. Kecocokan dan Tepat Guna (Kemampuan membiayai
dan pemilihan teknologi)
Kepadatan Penduduk
 Kepadatan sangat tinggi > 300 jiwa/ha
 Kepadatan tinggi 150 - 300 jiwa/ha
 Kepadatan sedang 60 - 150 jiwa/ha
 Kepadatan rendah < 60 jiwa/ha

Pelayanan Air Bersih


• Tinggi > 60 %
• Sedang 30 - 60 %
• Rendah < 30 %
Rekapitulasi Penerapan Sistem Pengelolaan Air
Buangan Berdasarkan Kepadatan Penduduk dan
Pelayanan Air Bersih

Kepadatan
(Jiwa/Ha)
Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sekali
< 60 60-150 150-300 > 300
Tingkat
Suplai air Bersih
On Site Kakus
Rendah < 30% On Site Pribadi On Site BersamaOn Site Komunal
Umum
Off Site dgn Off Site dgn
Sedang (30-60)% On Site Pribadi On Site Barsama Peningkatan Air Peningkatan Air
Bersih Bersih

Tinggi > 60 % On Site Pribadi OffSite Off Site Off Site


Kedalaman Air Tanah
 Untuk penggunaan sistem on-site, pada daerah yang muka air tanah
yang tinggi kemungkinan akan terjadi pencemaran terhadap air
tanah.
 Jika kedalaman air tanah lebih dari 1.5 meter dari permukaan pada
musim hujan, disain sistem cubluk cukup memadai tanpa
mengakibatkan pencemaran tanah.
 Air tanah tidak akan tercemari jika jarak sumur penampungan
(leaching pit) dengan sumur gali cukup memadai yaitu lebih dari 10
meter.

Kemiringan Tanah
Sistem sewerage konvensional akan sangat mahal
jika kemiringan tanah kurang dari 2%. Hal ini
disebabkan karena akan memerlukan pemompaan
pada jalur perpipaan.
Permeabilitas Tanah
 Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi
penerapan sistem setempat (cubluk maupun septic
tank dengan bidang resapan).
 Pada daerah yang memiliki permeabilitas yang
sangat kecil, bidang resapan dapat dibuat dengan
cara meninggikan lahan bidang resapan tersebut.
 Permeabilitas dapat diperkirakan dengan
memperhatikan jenis tanahnya atau dengan
mengetahui angka infiltrasinya atau melakukan tes
perkolasi.
 Adapun kapasitas peresapan beberapa jenis tanah
adalah sebagai berikut .
- Tanah berlempung : 15 1iter/m2/hari
- Tanah bergeluh : 20 1iter/m2/hari
- Tanah berpasir : 25 1iter/m2/hari
Sistem Pengumpulan Air Buangan
• Sistem tercampur (combined system)
• Sistem terpisah (separate system)
• Sistem kombinasi (pseudo separate system)
atau sistem interceptor
Sistem Tercampur
(combined system)
 Air kotor dan air hujan
disalurkan melalui satu
saluran yang sama.
 Saluran harus tertutup.
 Dasar Pemilihan Sistem
debit masing-masing buangan realtif kecil, sehingga dapat disatukan.
kuantitas air buangan dan air hujan tidak jauh berbeda
fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
 Keuntungan :
Hanya diperlukan satu sistem penyaluran air, sehingga dalam
pemilihannya lebih ekonomis
Terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi
air buangan menurun
 Kerugian :
Diperlukan areal yang luas untuk penempatan instalasi tambahan
untuk penanggulangan di saat­-saat tertentu.
Sistem Terpisah
(separate system)
 Air kotor dan air hujan dilayani
oleh sistem saluran masing-
masing secara terpisah.
 Dasar Pemilihan Sistem :
Periode musim hujan dan kemarau
yang terlalu lama
Kuantitas yang jauh berbeda
antara air buangan dan air hujan
Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan tidak perlu dan harus
secepatnya dibuang ke sungai : yang terdapat pada daerah yang ditinjau.
 Keuntungan :
sistem saluran mempunyai dimensi yang kecil, sehingga memudahkan pembuatannya dan
operasinya
Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat
Pada instalasi pengolahan air buangan tidak ada tambahan beban kapasitas karena
penambahan beban air hujan
Pada sistem ini, untuk saluran air buangan bisa direncanakan pembilasan sendiri, baik pada
musim kemarau maupun pada musim hujan.
 Kerugian :
Harus membuat dua sistem saluran, sehingga memerlukan tempat yang luas dan biaya yang
cukup besar.
Sistem Kombinasi (pseudo separate system / interceptor
system)

 saluran interceptor hanya menerima sanitary sewage di


saat tidak ada hujan.
 Bila hujan, air (air buangan & air hujan) diatur dengan
perlengkapan khusus agar tidak masuk ke dalam saluran
interceptor, melainkan melimpah ke badan air penerima.
 Jika hujan tidak meliputi seluruh sistem, maka di dalam
saluran interceptor masih ada aliran sanitary sewage dari
saluran yang berasal dari daerah yang tidak ada hujan.
 Air hujan di sini berfungsi sebagai pengencer dan
penggelontor, sedangkan kedua saluran air hujan dan air
buangan tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem
perpipaan interceptor.
Faktor Penentuan Pemilihan Sistem Pengumpulan
 Perbedaan yang besar antara kuantitas
air buangan yang akan disalurkan melalui
jaringan penyalur air buangan dan
kuantitas curah hujan pada daerah
pelayanan.
 Umumnya di dalam kota dilalui sungai-
sungai, dimana air hujan secepatnya
dibuang ke dalam sungai-sungai tersebut.
 Periode musim hujan dan musim
kemarau yang lama dan fluktuasi air
hujan yang tidak tetap.
Pola Penyaluran / Jaringan Air Buangan
 Pola Perpendicular, yaitu jaringan penyaluran sir buangan dengan
prinsip memakai jalur yang terpendek menuju bangunan pengolahan
(lihat gambar 18.a ).
 Pola Intercepter, yaitu pola yang pemakaiannya dikarenakan faktor
curah hujan yang sangat besar. Pola ini dapat digunakan untuk sistem
tercampur dan sistem terpisah (lihat gambar .18.b ).
 Pola Zona, yaitu pola yang umumnya digunakan untuk sistem
tercampur, dimana daerah pelayanan dibagi dalam beberapa zona
pengumpul yang parelel disesuaikan dengan dearah kontur medan,
kemudian dibagian hilir disatukan masuk ke BPAB atau langsung di
buang ke badan air (lihat gambar 18.c).
 Pola Fan, yaitu pengumpulan aliran ke arah dalam dapat melalui lebih
dari 2 cabang saluran, yang kemudian menyatu dalam pipa utama
menuju satu outfall atau BPAB (lihat gambar .18.d )
 Pola Radial, yaitu pengumpulan aliran dilakukan ke segala arah luar
dimulai dari daerah tertinggi. Jalur yang ditempuh pendek-pendek
sehingga diperlukan banyak BPAB (lihat gambar.l8.e ).
Faktor-faktor Pengaliran Air Buangan
 luas penampang saluran (A)
 kemiringan saluran (s)
 kekasaran saluran (n)
 kondisi pengaliran (penuh, setengah penuh,
steady / unsteady)
 ada atau tidaknya belokan atau rintangan
lain
 karakteristik aliran, specific grafity dan
viscositas dari cairan
Jenis Pengaliran
1. Pengaliran bertekanan (prinsip saluran tertutup),
yaitu pengaliran yang terjadi di dalam pipa akibat adanya
pemompaan (tekanan hydroulic) di dalam saluran tertutup,
karena muka air tidak berhubungan secara bebas dengan
tekanan atmosfir (Untuk daerah yang mempunyai kemiringan
teratur)
Diterapkan pada siphon dan pada stasiun pompa yang berguna
untuk menaikkan kembali head tekanan, akibat dari kehilangan
energi, dengan waktu tidak boleh lebih dari 10 menit.
2. Pengaliran tanpa tekanan (prinsip saluran terbuka)
pengaliran bersifat terbuka dalam saluran tertutup, yaitu
pengaliran secara grafitasi, karena permukaan air buangan pada
saluran berhubungan dengan udara bebas. (Untuk daerah-
daerah yang berbukit-bukit)
Syarat Pengaliran
 Pengaliran diusahakan bersifat grafitasi kecuali untuk
keadaan yang tidak memungkinkan, maka dapat
digunakan pengaliran dengan tekanan
 Saluran diusahakan dapat memberikan kondisi pengaliran
unsteady, kadang-kadang non uniform
 Kecepatan pengaliran harus cukup besar, sehingga waktu
pengaliran ke BPAB relatif singkat (18 jam, untuk daerah
tropis) dan mampu mencapai kecepatan self cleaning dan
tidak menimbulkan kerusakan pada dinding saluran
 Pengaliran dapat mensirkulasikan udara / gas-gas
sehingga tidak terakumulasi di dalam saluran.
 Aliran harus mampu membawa material yang terdapat
pada saluran, meskipun dalam keadaan minimum sampai
ke BPAB
Dasar Perhitungan Hidrolis
1. Persamaan Kontinuitas
 Q =A1* v1 - A2* v2

2. Persamaan Energi (persamaan Bernauli)

3. Persamaan Momentum
M = m * v
Persamaan Aliran
 De Chezy
v = C ( R. S )0,5 (Persamaan Bazin)

(Persamaan Kutter)

 Manning
V = 1/n . R2/3 . S1/2

 Darcy Weisbach
 Prandtl – Colebrook
 Crimp Burge dan Hazen William

Anda mungkin juga menyukai