Anda di halaman 1dari 11

ISSN 2087-2062

Jurnal Sistem Informasi dan Telematika


(Telekomunikasi, Multimedia, dan Informasi)
Volume 9, Nomor 2, Oktober 2018
NO JUDUL PENELITIAN / NAMA PENULIS HALAMAN
1. DETEKSI OBJEK MENGGUNAKAN HISTOGRAM OF ORIENTED GRADIENT 99-105
(HOG) UNTUK MODEL SMART ROOM
Robby Yuli Endra , Ahmad Cucus, Freddy Nur Affandi, M. Bintang Syahputra
2. PEMANFAATAN MODEL ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING (EAP) 106-113
UNTUK PROTOTYPE E-DOCUMENT KEPEGAWAIAN (DOSEN) PADA BAGIAN
SUMBER DAYA MANUSIA DI INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS
DARMAJAYA
Halimah, Bobby Bachry
3 PENERAPAN FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) METODE SUGENO UNTUK 114-120
MENENTUKAN KANDIDAT DOSEN TERBAIK DI UNIVERSITAS MEGOW PAK
TULANG BAWANG
Darsin
4 ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DAN PEMETAAN ZONA EMISI 121-126
MENGGUNAKAN GIS (GEOSPASIAL INFORMATION SYSTEM) DI KABUPATEN
PRINGSEWU, LAMPUNG
Ida Ayu Putu Anggie Sinthiya, Danang Kusnadi
5 PROTOTYPE SISTEM PENDETEKSI DAN PERINGATAN DINI BENCANA ALAM 127-136
DI INDONESIA BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT)
Budi Usmanto, Bernadhita H.S.U
6 SISTEM KEAMANAN GEDUNG BERBASIS SMS GATEWAY DAN MEDIA SOSIAL 137-142
DENGAN MIKROKONTROLLER ATMEGA328
Oktafianto, Ponidi
7 PURWARUPA SISTEM PENGAIRAN SAWAH OTOMATIS DENGAN 143-151
ARDUINO BERBASIS ARTIFICIAL INTELEGENT
Pamuji Setiawan, Elisabet Yunaeti Anggraeni
8 PENENTUAN PENERIMA KINERJA DOSEN AWARD MELALUI 152-161
METODE TSUKAMOTO DENGAN KONSEP LOGIKA FUZZY
Erlangga, Yanuarius Yanu Dharmawan
9 AUTOMATIC COUNTING MENGGUNAKAN METODE HAVERSINE UNTUK 162-177
MENGHITUNG JUMLAH PENUMPANG BUS
Yuthsi Aprilinda ,Emy Sugandasari, Freddy Nur Afandi, Fenty Ariani
10 IMPLEMENTASI RUMAH LISTRIK BERBASIS SOLAR CELL 178-185
Taqwan Thamrin, Erlangga, Wiwin Susanty

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Bandar Lampung
Lampung ISSN
JIST Volume 9 Nomor 2 Halaman
Oktober 2018 2087 - 2062
Jurnal Manajemen Sistem Informasi dan Telematika
(Telekomunikasi, Multimedia & Informatika)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Bandar Lampung

PENANGGUNG JAWAB
Rektor Universitas Bandar Lampung

Ketua Tim Redaksi:


Ahmad Cucus,S.Kom,M.Kom

Wakil Ketua Tim Redaksi:


Marzuki,S.Kom,M.Kom

TIM PENYUNTING :

PENYUNTING AHLI (MITRA BESTARI)


Mustofa Usman, Ph.D (Universitas Lampung)
Wamiliana, Ph.D (Universitas Lampung)
Dr.Iing Lukman,M.Sc. (Universitas Malahayati)

Penyunting Pelaksana:
Robby Yuli Endra S.Kom., M.Kom
Yuthsi Aprilinda, S.Kom, M.Kom
Fenty Ariani, S.Kom.,M.Kom

Pelaksana Teknis:
Wingky Kesuma, S.Kom
Elva Riana Siregar, S.Kom

Alamat Penerbit/Redaksi:

Pusat Studi Teknologi Informasi - Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Bandar Lampung
Gedung Business Center lt.2
Jl.Zainal Abidin Pagar Alam no.26 Bandar Lampung
Telp.0721-774626
Email: explore@ubl.ac.id
PENGANTAR REDAKSI

Jurnal explore adalah jurnal yang diprakrasai oleh program studi Informatika, Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Bandar Lampung, yang di kelola dan diterbitkan oleh Fakultas Ilmu
Komputer / Pusat Sudi Teknologi Informasi.

Pada Edisi ini, explore menyajikan artikel/naskah dalam bidang teknologi informasi
khususnya dalam pengembangan aplikasi, pengembangan machine learning dan pengetahuan
lain dalma bidang rekayasa perangkat lunak, redaksi mengucapkan terima kasih dan selamat
kepada penulis makalah ilmiah yang makalahnya kami terima dan di terbitkan dalam edisi
ini, makalah ilmah yang ada dalam jurnal ini memberikan kontribusi penting pada
pengembangan ilmu dan teknologi.

Selain itu, sejumlah pakar yang terlibat dalam jurnal ini telah memberikan kontribusi yang
sangat berharga dalam menilai makalah yang dimuat, oleh sebab itu, redaksi menyampaikan
banyak terima kasih.

Pada kesempatan ini redaksi kembali mengundang dan memberikan kesempatan kepada para
peneliti, di bidang pengembangan perangkat lunak untuk mempublikasikan hasil
penelitiannya dalam jurnal ini.

Akhirnya redaksi berharap semoga makalah dalam jurnal ini bermanfat bagi para pembaca
khususnya bagi perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perekaan perangkat lunak
dan teknologi pada umumnya.

REDAKSI
Explore – Jurnal Sistem Informasi dan Telematika
ISSN 2087-2062

ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DAN PEMETAAN


ZONA EMISI MENGGUNAKAN GIS (GEOSPASIAL INFORMATION
SYSTEM) DI KABUPATEN PRINGSEWU, LAMPUNG
Ida Ayu Putu Anggie Sinthiya1, Danang Kusnadi2
STMIK Pringsewu
Jl. Wismarini No 08 Pringsewu
e-mail: idaayuanggie@gmail.com , mzdkoesnadi@gmail.com

ABSTRAK
Emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi perhatian seluruh dunia, baik itu dalam proses pengurangan ataupun
pencegahan. Emisi gas rumah kaca (GRK) dapat dihasilkan dari beberapa aktifitas seperti pertanian, peternakan,
transportasi dan yang tidak kalah penting dan menjadi perhatian dunia yaitu akibat dari pembakaran hutan.
Kabupaten Pringsewu merupakan hasil pemekaran, sehingga potensi emisi gas rumah kaca (GRK) yang
dihasilkan relatif lebih besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya, kabupaten Pringsewu merupakan
lumbung padi di provinsi lampung. sehingga perlu dilakukan analisis emisi gas rumah kaca (GRK) pada sektor
pertanian dan peternakan. Penelitian ini bertujuan menganilisis emisi gas rumah kaca (GRK) dan pemetaannya
menggunakan GIS. Beban emisi gas rumah kaca (GRK) di Kabupaten Pringsewu dari sektor pertanian sebesar
79,49 Gg Ton CO2 –Eq/Tahun, dan sektor peternakan sebesar 23,99 Gg Ton CO2 –Eq/Tahun. Total beban emisi
gas rumah kaca (GRK) kabupaten Pringsewu adalah sebesar 103,49 Gg Ton CO 2 –Eq/Tahun.

Kata Kunci : Gas Rumah Kaca, Anilisis Emisi.

bantuan dari negara lain. Pernyataan tersebut


dikemukakan oleh Presiden RI pada pertemuan
1. PENDAHULUAN
G-20 di Pittsburgh USA pada 25 September
Selama 200 tahun terakhir, konsentrasi gas 2009, dimana pernyataan tersebut merupakan
di udara naik sepertiga dari sebelumnya. Ini pernyataan Non-Binding Commitment karena
mengakibatkan, suhu udara juga meningkat Indonesia bukan merupakan negara annex 1.
hingga 0,5 sampai 1 derajat Celcius. Jika
2. LANDASAN TEORI
konsentrasi ini tidak segera diatasi, maka abad
ke-21, kenaikannya diperkirakan mencapai 2-6 Istilah Gas Rumah Kaca mengemuka seiring
derajat Celcius. dengan isu pemanasan global dan perubahan
Pengundulan dan pembakaran hutan yang iklim yang dampaknya telah dirasakan di
berlangsung beberapa tahun terakhir terutama berbagai wilayah di Indonesia.Namun,
yang berkonsentrasi di pulau sumatera, pemahaman terhadap apa itu gas rumah kaca,
memberi sumbangan yang besar pada masih belum banyak dipahami secara tepat oleh
peningkatan konsentrasi gas-gas itu di masyarakat luas. Bahkan, ada yang memaknai
atmosfer. Saat ini dampaknya sudah dirasakan gas rumahkacasebagai gas yang dihasilkan oleh
hampir sepanjang tahun, misalnya polusi udara. gedung-gedung tinggi berkaca di kota-kota
Dampak yang lebih mencemaskan dari besar. Istilah gas rumah kaca disampaikan para
meningkatnya suhu udara adalah peningkatan ahli dalam 78 menggambarkan fungsi atmosfer
permukaan laut, yang pada akhirnya akan bumi.
menggenangi kawasan yang berada di dataran
rendah. Atmosfer bumi digambarkan sebagaimana
Saat ini Pemerintah Indonesia telah kaca pada bangunan rumah kaca yang sering
menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca kita jumpai dalam praktek budidaya tanaman.
sebesar 26% dari kondisi Business as Usual Atmosfer bumi melewatkan cahaya matahari
yang dicapai pada tahun 2020 tanpa bantuan hingga mencapai bumi dan menghangatkan
negara lain dan sebesar 41% bila memperoleh permukaan bumi sehingga memungkinkan

121
Explore – Jurnal Sistem Informasi dan Telematika
ISSN 2087-2062

bumi untuk ditinggali makhluk hidup. Tanpa sekitar 0.0383% volume atmosfer. Sedangkan
atmosfer, bumi akan dingin. Hal ini terjadi CH4 dan N2O masing-masing 1745 ppb (part
karena adanya keberadaan gas-gas di atmosfer per billion) dan 314 ppb atau sekitar 0.000175%
yang mampu menyerap dan memancarkan dan 0.0000314% volume atmosfer.
kembali radiasi infra merah. Kemampuan potensi pemanasan global atau
Global Warming Potential (GWP) gas rumah
Gas-gas di atmosfer yang bersifat seperti rumah
kaca dapat dilihat pada Tabel 1-1, dimana CO2
kaca disebut “Gas Rumah Kaca” Terminologi paling kecil.
Gas Rumah Kaca diartikan sebagai gas yang
terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun Adanya peningkatan suhu global ini akan
dari kegiatan manusia (Antropogenik) , yang mempengaruhi proses fisik dan kimia yang ada
menyerap dan memancarkan kembali radiasi baik di bumi maupun atmosfer dan pada
infra merah. Sebagian radiasi dari matahari akhirnya berdampak pada perubahan iklim.
dalam bentuk gelombang pendek ini diterima Jadi perubahan iklim merupakan perubahan
permukaan bumi dan dipancarkan kembali ke yang terjadi pada sistem iklim global akibat
atmosfer dalam bentuk radiasi gelombang langsung atau tidak langsung dari aktivitas
panjang (radiasi infra merah). Radiasi manusia yang mengubah komposisi atmosfer
gelombang panjang yang dipancarkan matahari secara global dan variabilitas iklim yang
yang kemudian oleh GRK (yang ada pada teramati pada kurun waktu yang dapat
lapisan atmosfer bawah dekat dengan dibandingkan.
permukaan bumi)akan diserap dan
Perubahan yang terjadi akibat fenomena ini
menimbulkan efek panas yang dikenal dengan
“efek rumah kaca”. diantaranya kenaikan tinggi muka air laut,
perubahan pola angin, meningkatnya badai
Kegiatan – kegiatan manusia (anthropogenic) atmosferik, perubahan pola hujan dan siklus
telah meningkatkan konsentrasi GRK yang hidrologi dan lain-lain dan akhirnya
sebelumnya secara alami telah ada. Bahkan berdampak pada ekosistem hutan, daratan, dan
kegiatan manusia telah menimbulkan jenis- ekosistem alam lainnya. Menurut Asian
jenis gas baru di dalam lapisan atas atmosfer. Development Bank (ADB) (2009), dampak dari
Chlorofluorocarbon (CFC) dan beberapa jenis perubahan iklim di Asia Tenggara apabila tidak
gas refrigerant lainnya, merupakan unsur-unsur ada upaya yang sungguh- sungguh untuk
baru atmosferik yang dikeluarkan oleh aktivitas menurunkan emisi GRK dapat menimbulkan
manusia. Golongan ini bahkan mempunyai kerugian setara dengan 6,7 persen dari PDB
potensi pemanasan bumi yang sangat besar, per tahun sejak tahun 2020.
dibandingkan pemanasan karbondioksida.
3. METODE PENELITIAN
Jenis/tipe GRK yang keberadaanya di atmosfer
berpotensi menyebabkan perubahan iklim Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei –
global adalah CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, September 2018, lokasi penelitian di
SF6, dan tambahan gas-gas yaitu NF3, SF5, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Yang terbagi
CF3, C4F9OC2H5, dalam beberapa titik atau zona yang dapat
CHF2OCF2OC2F4OCHF2, digunakan untuk menggambarkan zona
CHF2OCF2OCHF2, dan senyawa- wilayah.
senyawa halocarbon yang tidak termasuk 3.1 Jenis Penelitian
Protokol Montreal, yaitu CF3I, CH2Br2, Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dan kuantitatif. Metodologi kuantitatif
CHCl3, CH3Cl, CH2Cl2. Dari semua jenis
berdasarkan data sekunder yang digunakan
gas tersebut, GRK utama ialah CO2, CH4, dan
sebagai masukan untuk perhitungan emisi gas
N2O. Dari ketiga jenis gas ini, yang paling rumah kaca (GRK) dan untuk melihat prospek
banyak kandungannya di atmosfer ialah CO2 pengembangan sektor transportasi di masa
sedangkan yang lainnya sangat sedikit sekali. depan. Metodologi kualitatif dilakukan melalui
studi literatur untuk melihat permasalahan serta
Pada saat ini, konsentrasi CO2 di atmosfer
kebijakan sektor transportasi saat ini. Studi
ialah sekitar 383 ppm (part per million) atau literatur ini merupakan bahan dalam pembuatan

122
Explore – Jurnal Sistem Informasi dan Telematika
ISSN 2087-2062

rekomendasi untuk pengembangan sector Limbah ini akan menimbulkan polusi bila tidak
transportasi yang mempunyai emisi GRK lebih dikelola dengan baik, tetapi bila dikelola
rendah. Tahapan kajian ini dibagi menjadi dengan benar akan memberikan manfaat bagi
enam tahapan seperti ditunjukkan pada. lingkungan.
a. Alat dan Bahan Penelitian Selain limbah utama dari industri peternakan
Obyek penelitian ini adalah bangunan adalah kotoran ternak atau feces, urin (air
perkantoran di komplek perkantoran kabupaten kencing), sisa-sisa rumput dan sisa-sisa
pringsewu lampung. Alat yang digunakan konsentrat, ada juga limbah detergen, vaksin,
dalam penelitian ini antara lain lux meter, obat-obatan dan bahan kimia (limbah B3), telur
camera digital, thermometer, alat tulis, laptop, busuk dan bangkai ternak. Khusus untuk
questioner penelitian dan kendaraan bermotor limbah yang berbahaya ini perlu dilakukan
untuk mobilisasi. penanganan khusus.
b. Populasi dan Sampel Penelitian Pada sektor peternakan data sekunder yang
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan dibutuhkan adalah populasi ternak di
obyek maupun subyek dengan ciriciri yang Kabupaten Pringsewu, data tersebut didapatkan
sama (Singarimbun dkk, 1989). Populasi dalam dari Dinas Peternakan Kabupaten Pringsewu.
penelitian ini adalah bangunan perkantoran. Sedangkan untuk data berat rata-rata ternak
Sampel adalah sebagian individu yang dan sistem pengelolaan kotoran atau feses
diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan
Sampel yang baik adalah yang mewakili kepada responden. Dari hasil kuesioner tersebut
populasi atau yang representatif artinya yang didapatkan bahwa sistem pengelolaan dari
menggambarkan keadaan populasi atau ternak sapi 100% dikelola dengan cara
mencerminkan populasi secara maksimal. ditumpuk pada lokasi tertentu dan nanti dipakai
c. Teknik Pengumpulan Data untuk pemupukkan tanaman. Sistem
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah pengelolaan Kotoran kambing 100% dikelola
data sekunder yang dikumpulkan dari lembaga dengan cara ditumpuk pada lokasi tertentu dan
pemerintah yang terkait, antara lain: nanti dipakai untuk pemupukkan tanaman..
a. Kementerian ESDM, Kementerian Kotoran Unggas atau ayam sebesar 40%
Perhubungan, Pertamina, dan BPS. Data yang dikelola dengan cara penadahan atau dikelola
dikumpulkan meliputi: dengan baik, sedangkan 60% tanpa penadahan
b. Data historis penggunaan energi di sektor atau dibiarkan begitu saja menumpuk pada
transportasi; kandang tersebut.
c. Kebijakan dan peraturan perundang- Beban emisi GRK (gas rumah kaca) pada sektor
undangan yang terkait dengan sektor pertanian dihitung dengan menggunakan data
transportasi; sekunder seperti jenis tanah, luas lahan, jenis
d. Data kondisi sektor transportasi saat ini, padi, dan luas area panen serta yang tidak kalah
seperti: moda transportasi, jumlah kendaraan penting adalah jenis pupuk yang dipakai pada
bermotor, statistik transportasi darat, laut dan budidaya padi. Data pertanian didapatkan dari
udara, dan penggunaan bahan bakar; Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu. Untuk
e. Data perekonomian secara makro yang data primer yang berkaitan tentang lama
terkait dengan sektortransportasi. budidaya, varietas padi dan kebutuhan air
Data lain yang penting adalah data sebelum dan selama budidaya menggunakan
koefisien emisi GRK yang sistem wawancara langsung kepada petani.
dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Dari hasil wawancara dan quesioner bidang
Climate Change (IPCC). Saat ini IPCC pertanian didapatkan bahwa untuk sawah
Guideline yang digunakan sebagai pegangan irigasi penggunaan air selama proses budidaya
untuk perhitungan koefisien emisi adalah IPCC yakni dilakukan penggenangan secara terus
Guidelines for National Greenhouse Gas menerus. Air irigasi diambil secara langsung
Inventories. tahun 2006. dari proses irigasi atau melalui proses pengairan
dari proses pengeboran melalui mesin atau
4. HASIL DAN PEMBAHASAN lainnya, sehinggga kebutuhan air pada sektor
4.1 Data dan Faktor Emisi pertanian tetap terpenuhi dengan baik. Dalam
Limbah utama dari industri peternakan adalah prosesnya, pengairan sawah pada setiap
kotoran ternak atau feces, urin (air kencing), kecamatan berbeda-beda sumber air yang
sisa-sisa rumput dan sisa-sisa konsentrat.

123
Explore – Jurnal Sistem Informasi dan Telematika
ISSN 2087-2062

digunakan tergantung pada topografi wilayah nantinya digunakan untuk pemetaan. Beban
dan musim yang ada. emisi dinyatakan dalam suatu jenis gas (Gg
CH4, Gg N2O, Gg CO2, per tahun) yang
4.2 Perhitungan Beban Emisi GRK Kab dikonversi ke dalam CO2- Ekuivalen dengan
Pringsewu menggunakan nilai global warming potential
Beban emisi GRK pada sektor peternakan dan (GWP), yaitu 25 untuk CH4, dan 298 untuk
pertanian dihitung pada setiap kecamatan yang N2O.

Tabel 1 Beban Emisi GRK (gas rumah kaca) di Kabupaten Pringsewu

Kecamatan Total Emisi GRK Total Emisi GRK Total Emisi GRK
sektor pertanian Ton sektor pertanian Ton sektor pertanian Ton
CO2/tahun sektor CO2/tahun CO2/tahun
Peternakan
Pringsewu 0.85 23.89 36,18
Pagelaran 531.12 225.12 756,24
Pagelaran Utara 121.56 67.45 189,01
Gading Rejo 1.67 232.98 234,65
Sukoharjo 5912.34 342.45 6254,79
Adiluwih 547.12 106.67 653,79
Banyumas 189.12 459.12 648,24
Pardasuka 78.24 906.34 984,58
Ambarawa 567.78 35.33 591,67
Total 7949,8 2399,35 10349,15
Total gg CO2/Tahun 79,498 23,9935 103,4915

Dari hasi pengukuran data diatas dapat diamati terjadi karena banyak anggota masyarakat yang
secara jelas bahwa beban emisi GRK (gas juga bergerak pada sektor peternakan, baik
rumah kaca) pada sektor pertanian di peternakan Sapi, Kambing ataupun Unggas.
Kabupaten Pringsewu adalah 23,9935 ton Dan juga pada pengelolaan feses atau limbah
CO2eq. Kecamatan dengan penyumbang juga sangat berpengaruh pada penyumbang
jumlah beban emisi GRK (gas rumah kaca) beban emisi gas rumah kaca yang ada.
terbanyak yakni pada kecamatan Pardasuka Beban emisi gas rumah kaca pada sektor
yakni 906.34 ton CO2/Tahun, hal ini terlihat peternakan paling rendah disumbangkan oleh
begitu masih banyaknya lahan pertanian yang Kecamatan Pringsewu yakni 0.85 ton
masih dimanfaatkan atau belum beralih fungsi CO2/Tahun, hal ini terjadi karena kecamatan
menjadi daerah pemukiman masyarakat dan Pringsewu merupakan wilayah Ibukota
juga dipengaruhi oleh proses pengelolaan pada Kecamatan yang berada ditengah kota,
saat budidaya berlangsung. sehingga sektor peternakan mulai tersisih hal
Sedangkan untuk beban emisi GRK (gas rumah ini terjadi karena ketersediaan lahan yang
kaca) paling kecil pada sektor pertanian yaitu berkurang dan juga sangat dipengaruhi oleh
terletak pada Kecamatan Pringsewu 23.89 ton lingkungan yang ada. Kesan yang timbul pada
CO2/Tahun, hal ini terjadi karena pengaruh alih sektor peternakan adalah bau yang tidak sedap
fungsi lahan yang terjadi. Lahan pertanian dari limbah peternakan sehingga masyarakat
beralih fungsi menjadi tempat permukiman perkotaan mengurangi disekitar rumahnya
bagi masyarakat. dijadikan tempat budidaya atau peternakan baik
Beban emisi GRK (gas rumah kaca) pada sektor Sapi, kambing ataupun Unggas.
peternakan di kabupaten Pringsewu dapat Dari kedua sektor yang telah dibahas, total
dilihat pada Tabel O4. Dari tabel 04 tersebut beban emisi GRK (gas rumah kaca) terbesar di
didapatkan bahwa pada sektor peternakan di kabupaten Pringsewu dihasilkan oleh
kabupaten Pringsewu menyumbang 79,498 ton Kecamatan Sukoharjo dan terbesar kedua
CO2eq. Kecamatan dengan penyumbang beban dihasilkan pada Kecamatan Pardasuka.
emisi paling banyak yaitu pada kecamatan
Sukoharjo yakni 5912.34 ton CO2/Tahun hal ini 4.3 Pemetaan Beban Emisi GRK

124
Explore – Jurnal Sistem Informasi dan Telematika
ISSN 2087-2062

Pemetaan beban emisi GRK (gas rumah kaca) karena pardasuka merupakan lumbung padi
terbesar di kabupaten Pringsewu menggunakan bagi kabupaten Pringsewu, hal ini berbeda
GIS (Geospasial Information System). sekali dengan Kecamatan Pringsewu yang
Berdasarkan hasil pemetaan, sektor pertanian merupakan pusat pemerintahan dan pusat
pada kecamatan Pardasuka menyumbang perdagangan potensi pertanian relatif lebih
banyak emisi gas rumah kaca, hal ini terjadi sedikit dibandingkan dengan kecamatan lain.

Gambar 1 Pemetaan Beban Emisi pada sektor peternakan

yaitu 6254,79 ton CO2 / tahun, sedangkan untuk


kecamatan penyumbang beban emisi gas rumah
5. KESIMPULAN kaca terendah adalah kecamatan Pringsewu
Berdasarkan wilayah peternakan dengan ternak 36,18 ton CO2 / tahun.
Sapi, kambing dan Unggas dari seluruh
kecamatan menyumbang beban emisi gas DAFTAR PUSTAKA
rumah kaca sebesar 7949,8 ton CO2eq,
sedangkan untuk wilayah pertanian dari seluruh [1] ADB (2003) Policy Guidelines for Reducing
kecamatan menyumbang beban emisi gas Vehicle Emissions in Asia, Asian Development
Bank, Manila.
rumah kaca sebesar 2399,35 ton CO2eq.
[2] Bank Dunia (2009) Adaptasi terhadap
Pemetaan beban emisi gas rumah kaca pada Perubahan Iklim, Policy Brief, Jakarta.
sektor pertanian menunjukkan bahwa [3] Bappeda DIY (2012) Rencana Aksi Daerah
kecamatan yang menyumbang emisi gas rumah (RAD) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Badan
kaca terbesar adalah kecamatan Pardasuka Perencanaan Pembangunan Daerah, Provinsi
yaitu sebesar 906.34 ton CO2 / tahun. Pada Daerah Istimewa Yogyakarta.
sektor peternakan , kecamatan yang [4] Bappenas (2010) Indonesia Climate Change
menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar Sectoral Roadmap (ICCSR), National Development
adalah kecamatan Sukoharjo yaitu sebesar Planning Agency, Jakarta.
5912.34 ton CO2 / tahun. Sedangkan pada [5] BPS (2011) Statistik Indonesia 2011, Badan
Pusat Statistik, Jakarta.
perhitungan total antara beban emisi gas rumah
[6] CDIEMR (2011) Handbook of Energy and
kaca pada sektor pertanian dan peternakan, Economic Statistics of Indonesia 2011, Center for
kecamatan yang menyumbang beban gas Data and Information on Energy and Mineral
rumah kaca terbesar yaitu kecamatan Sukoharjo

125
Explore – Jurnal Sistem Informasi dan Telematika
ISSN 2087-2062

Resources, Ministry of Energy and Mineral [10] IEA (2008) Energy Technology
Resources, Jakarta. Perspectives: Scenario and Strategy to 2050,
[7] Ditjenbun (2009) Kebijakan Pengembangan International Energy Agency, Paris.
Bahan Bakar Nabati di Indonesia, Direktorat [11] IPCC (1996) Revised 1996 IPCC
Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Guidelines for National Greenhouse Gas
[8] Hartono (2008) Lokomotif dan Kereta Rel Inventories: Reference Manual.
Diesel Indonesia, PT Ilalang Sakti Komunikasi, [12] IPCC (2006) 2006 IPCC Guidelines for
Depok. National Greenhouse Gas Inventories, IGES, Japan.
[9] Honda (2012) The 1.3L i-DSI VTEC Cylinder
Cut-off System Engine, http://world.honda.com,
diakses 10-12-2012.

126

Anda mungkin juga menyukai