Anda di halaman 1dari 24

TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH

KECAMATAN SAIL
2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air yang dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari tidak secara keseluruhan
habis digunakan, namun 70-80% menjadi air limbah. Sumber utama pencemar badan
air di daerah perkotaan dan diperkirakan 50-75% merupakan air limbah domestik.
hal ini dikarenakan jumlah penduduk semakin meningkat dan berbanding lurus
dengan kemajuan suatu kota. Akibat peningkatan jumlah penduduk yang tinggi maka
volume limbah doestik yang dihasilkan juga besar (Wulandari,2014).
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari, rumah tangga,
industri maupun tempat lainnya atau air yang telah mengalami penurunan kualitas
dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Air
limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahan dan pembuangan air limbah yang tidak memadai dapat
menyebabkan karusakan lingkungan (Dalangkade, 2012).
Di Indonesia masih belum memiliki sistem penyaluran dan pengolahan air
limbah secara merata, terutama dikota-kota besarnya. Mesalah pencemaran
lingkungan khususnya pencemaran air dikota besar Di Indonesia telah menunjukkan
gejala yang cukup serius. Sistem Penyaluran Air Limbah yang digunakan masih
banyak dengan sistem terbuka. Berdasarkan Permen PU 16/PRT/M/2008 Tentang
Kebijakan dan Starategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Pemukiman, sudah seharusnya kota-kota besar di Indonesia sudah memiliki sistem
pengolahan air buangan tersendiri khususnya untuk limbah domestik. Namun yang
terjadi dikota-kota besar seperti Pekanbaru belum menerapkan sepenuhnya peraturan
yang berlaku dan berimbah pada kualitas lingkungan yang buruk khususnya disektor
senitasi (Sugiharto,2008).
Permasalahan dalam mengatasi limbah domestik di Kecamatan Sail antara
lain adalah sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat (on-site system)
masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan, baik dari segi mutu bahan
ataupun tingkat kebocoran, masih rendahnya skala prioritas penangan limbah
domestik, terutama air bekas cuci dari dapur, masih menyatu dengan saluran/drainase
air hujan. Penyaluran limbah di Kecamatan Sail masih menggunakan drainase.
Dengan kondisi seperti ini memiliki banyak kelemahan, antara lain adalah mudah
meluap ke permukaan tanah apabila tercampur dengan air hujan dengan debit yang
tinggi, dan menimbulkan bau yang tidak sedap (Wulandari,2014).
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Oleh karena itu, di Kecamatan Sail diperlukan sistem penanganan air limbah
yang tepat agar air limbah yang dihasilkan tersebut dapat terkumpul, disalurkan,dan
dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan dan
lingkungan sekitar, berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kesehatan
Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik (Veenstra dalam
Supradata, 2005).
Sebagai Realisasi untuk sistem pembuangan air limbah di daerah pemukiman
Kecamatan Sail sebaiknya direncanakan menggunakan sistem tertutup yang jauh
lebih efisien, pembuatan sistem pembuangan air limbah yang direncanakan harus
dapat menampung dan mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat
mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang
sangat diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari. Sehingga, kualitas dan kuantitas
air tanah pada daerah pemukiman Kecamatan Sail dapat digunakan untuk keperluan
hidup sehari-hari sesuai dengan standar kesehatan dan baku mutu kualitas air.
Maka dari itu di Kecamatan Sail Kota Pekanbaru perlu dilakukan perhitungan
terhadap debit total air buangan hingga 20 tahun mendatang sebagai referensi dasar
dari perencanaan sistem penyaluranair limbah dan agar dapat tercipta lingkungan
yang berkualitas, sehingga membangun masyarakat yang cerdas dan juga sehat.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan tugas besar ini adalah untuk
memperkirakan kebutuhan air di perkotaan berdasarkan jumlah penduduk yang
diproyeksikan 20 tahun mendatang dan selanjutnya akan dirancang suatu sistem
penyaluran air limbah yang sesuai dengan ketentuan dan kriteria yang berlaku di
Kecamatan Sail.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Tugas Besar Sistem Penyaluran Air Limbah (TB SPAL)
ini adalah membuat sebuah laporan Sistem Penyaluran Air Limbah untuk Kecamatan
Sail dengan periode 20 tahun, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Debit total air buangan 20 tahun mendatang yang meliputi debit air
buangan domestik dan non domestik serta fluktuasi pengaliran
2. Analisa data-data yang berhubungan dengan kondisi wilayah perencanaan,
aspek fisik kota, penduduk dan tenaga kerja , social, pertanian, industri
geologi, tata guna lahan, dan perhubungan.
3. Perencanaan saluran air buangan, pemilihan bentu dan jenis pipa,
perhitungan pembebanan saluran, perhitungan dimensi pipa air buangan,
serta penanaman pipa.
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

4. Perencanaan bangunan pelengkap, meliputi manhole, drop manhole,


ventilasi udara, pompa, rencanan bangunan manhole, bangunan siphon,
dan elevasi saluran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Sumber Air Limbah


Menurut Metcalf dan Eddy (2003), yang dimaksud dengan air buangan
(wastewater) adalah kombinasi dari cairan dan sampah-sampah (air yang berasal dari
daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri) bersama-sama dengan
air tanah air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
Menurut Ehlers dan Steel (1999), limbah merupakan cairan yang dibawa oleh
saluran air buangan. Secara umum dapat dikemukakan air buangan adalah cairan
buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan
kehidupan manusia serta kelestarian lingkungan.
Sumber-sumber air limbah tersebut dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Air limbah rumah tangga (domestic wasted water), air limbah dari
pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri atas ekskreta
(tinja dan urin), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana sebagian
besar bahan organik.
b. Air limbah kota praja (municipal wastes water), air limbah ini umumnya
berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, sekolah, tempat-tempat ibadah,
dan tempat-tempat umum lainnya seperti hotel, restorant, dan lain-lain.
c. Air limbah industri (industrial wastes water), air limbah yang berasal dari
berbagai jenis industri akibata proses produksi ini pada umumnya lebih sulit
dalam pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas.
Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya yaitu
(0,1%) dari zat padat. Zat padat yang ada tersebut terbagi atas 70% zat organic
(terutama protein, karbohidrat, dan lemak) serta kira-kira 30% anorganik terutama
pasir, garam, dan logam.
Sedangkan karakteristik air limbah diperlukan untuk menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga efektifitas dan efesiensinya dapat tercapai.
Karakteristik atau sifat-sifat air limbah terbagi menjadi tiga golongan yaitu :
a. Sifat Fisik
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat
fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting meliputi kandungan
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

zat padat, kejernihan, bau, warna, dan temperature. Bau pada air limbah dapat
menunjukkan apakah air limbah tersebut masih baru atau telah busuk.
b. Sifat Kimia
Pada umumnya bahan kimia yang penting pada air limbah yang ada dalam air
limbah diklarifikasikan sebagai bahan organic dan anorganik. Kandungan
bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui
berbagai cara. Bahan organic terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam air
limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap. Selain itu akan
lebih berbahaya jika bahan tersebut merupakan bahan beracun. Adapun bahan
kimia yang penting pada air limbah pada umumnya dapat diklasifikasikan
sebagai bahan organic anorganik, zat beracun, logam berat dan gas.
c. Pemeriksaan biologis pada air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri
pathogen yang berada didalamnya. Keterangan biologis ini diperlukan untuk
mengukur kualitas air terutama bagi air yang diperginakan sebagai air minum
dan untuk keprluan kolam renang. Selain itu untuk menaksir tingkat
kekotoran air limbahsebelum dibuang kebadan air. Kehidupan mikrobiologis
atara lain adalah : bakteri, jamur, gangga, protozoa, virus, dan lain sebagainya.
Bakteri tersebut meliputi bakteri yang membantu proses perombakan zat
organic maupun bakteri pathogen yang menjadi sumber kuman penyakit bagi
manusia.
Pengolahan sangat penting untuk air limbah yang akan dibuang
kelingkungan oleh sebab itu pengolahan air limbah yang kurang baik akan
dapat berakibat negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dampak
yang dihasilkan antara lain (Wardhana,1995) :
a. Akibat Terhadap Lingkungan
Air limbah antara lain mempunyai sifat fisik,kimia, da bakteriologis yang
dapat menadi sumber pengotor, sehingga jika tidak diolah dengan baik akan
mencemari air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya, disamping
sering menimbulkan bau yang tidak sedap serta pemandangan yang tidak
menyenangkan.
b. Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar oleh air buangan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat
menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva
nyamuk atau serangga lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit,
terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.
c. Akibat Terhadap Sosial Ekonmi
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Lingkungan hidup manusia bukan hanya kesehatan fisik saja tetapi juga
kesehatan mental dan social. Keadaan lingkungan yang buruk menyebabkan
perasaan yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan. Akibatnya kesehatan
manusia menjadi terganggu dan kurang produktif sedangkan perkembangan
masyarakat tergantung dari tenaga kerja yang produktif. Jika dalam
masyarakat selalu terjadi penyakit akibat pengaruh buruk lingkungan, maka
hal ini akan mempengaruhi kemampuan kerja dan keadaan social
ekonominya.
2.2 Jaringan Sistem Penyaluran Air Limbah
Kriteria yang dipergunakan pada perencanaan jaringan penyaluran air limbah
domestik untuk daerah yang akan direncanakan, didasarkan dan disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi daerahnya, yang merupakan batasan serta parameter dalam
perencanaan teknis cara pengaliran air limbah domestik dan perhitungan lainnya.
Sistem penyaluran air limbah dapat dilakukan secra terpisah, tercampur maupun
kombinsi antara saluran air limbah dengan saluran air hujan (Masduki,2009). Ada
beberapa sistem penyaluran air buangan, yaitu :
a. Sistem Saluran Terpisah (full sewerage)
Sistem penyaluran terpisah (full sewerage) merupakan sesuatu sistem dimana
dilakukan pemisahan menyalurkan air limbah dan air hujan, yaitu dengan
mengalirkannya kedalam dua saluran yang berbeda. Air hujan dapat
disalurkan melalui saluran terbuka menuju kebadan air penerima (sungai),
sedangkan air limbah dapat disalurkan melalui saluran tertutup munuju ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem ini banyak digunakan pada
daerah yang mempunyai range curah hujan yang cukup tinggi. Keuntungan
sistem ini adalah unit pengolahan air limbah relatif kecil dan dimensi saluran
tidak begitu besar. Sedangkan kerugiannya adalah harus dibuat dua saluran
yang berbeda, yaitu untuk air limbah dan air hujan. Sistem ini digunakan
dengan pertimbangan antara lain :
 Periode musim hujan dan kemarau panjang;
 Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu,
sedangkan air hujan harus secepatnya dibuang kebadan penerima;
 Saluran air buangan dalam jaringan roil tertutup, sedangkan air hujan
dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch);
 Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan
domestik;
 Fluktuasi debit (air buangan domestic dan limpasan air hujan) pada
musim kemarau dan musim hujan relative besar.
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi


yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan
pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk
jaringan masing-masing sistem saluran.
b. Sistem Tercampur (combined system)
Menurut Sugiharto,1987 Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem
sistem pengumpulan air buangan yang tercampur dengan air limpasan hujan.
Dimana air limbah dan air hujan disalurkan dalam satu saluran yang sama dan
merupakan saluran tertutup. Sistem ini dapat diterapkan pada daerah yang
memiliki frekuensi curah hujan rendah dan digunakan apabila daerah
pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun
saluran yang terpisah dengan saluran air hujan, debit masing-masing air
buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air buangan
dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan
yang relatif kecil dari tahun ke tahun.
c. Sistem Kombinasi
Pada sitem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah
interceptor, dimana dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-
sama sampai tempat tertentu baik dalam saluran terbuka atau tertutup, tetapi
sebelum mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan
dengan bangunan regulator. Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk
untuk disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung
dialirkan kebadan air penerima. Pada musim kemarau air buangan seluruhnya
akan masuk ke pipa induk dan tidak akan mencemari badan air penerima
(Hardjosuprapto,2000)
Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam SPAB, antara lain :
1) Daerah pelayana;
2) Kuantitas air buangan;
3) Infiltrasi/inflow
4) Fluktuasi pengaliran;
5) Sistem riol dangkal (shallow sewer system;
6) Sistem riol dengan pembebanan pipa relative dangkal;
7) Luas dan unit pelayanan system riol maksimum sekitar 4 unit luas
daerah pelayanan retikulasi;
8) Satu unit daerah retikulasi sama dengan 800 jumlah rumah dengan
ukuran riol 255mm, jadi empat kali lipat 800 sambungan trumah yang
masuk ke BPAB;
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

9) Luas maksimum daerah pelayanan shallow sama dengan empat kali


25 Ha adalah 100 Ha dengan kepadatan rata-rata 160 jiwa/Ha.
2.3 Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah
Prinsip penyaluran air limbah adalah membuat suatu sistem penyaluran yang
mengalirkan air limbah dari sumber ke Bangunan Pengolahan Air Limbah (BPAL)
melalui jarak yang paling pendek agar waktu penyaluran yang dibutuhkan lebih
singkat (Mubiarti,2000)
Untuk menentukan teknologi yang akan digunakan, terlebih dahulu harus
dilakukan analisis terhadap kondisi umum, batasan-batasan yang ada, dan potensi
yang dimiliki oleh daerah pelayanan. Masalah yang ditimbulkan dari keadaan ini
adalah pengaturan penyediaan energi potensial untuk mengalirkan air limbah secara
gravotasi. Meskipun sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan pompa, namn hal
itu akan menyebabkan biaya investasi menjadi sangat mahal. Oleh karena itu
teknologi yang akan diterapkan harus efesien dalam pengguanaan enrgi potensial
secara gravitasi (Mubiarti,2000)
2.3.1 Deaerah Pelayanan
Daerah pelayanan merupakan daerah rencana ang diusahakan mencakup
keseluruhan kota dengan pendekatan bertahap dan efektifitas serta efisien. Daerah
rencana merupakan daerah target dimana air limbah akan disalurkan, ditampung dan
diolah menuju bangunan instalasi pengolahan air limbah domestik. Daerah pelayanan
yang ditentukan dalam perencanaan ini adlaha wilayah skypie dengan berdasarkan
pertimbangan yang ada :
1. Daerah yang kekurangan suplai air bersih
2. Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi
3. Daerah yang telah menerima pelayanan air bersih tetapi belum maksimal
4. Daerah yang berpontensi berkembang menjadi inti pusat kota kedua
5. Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses distribusi
6. Aspek ekonomi

2.3.2 Kuantitas dan Fluktuasi Air Limbah


Standar kebutuhan air yang digunakan untuk kebutuhan air domestic adalah
150L/org/hr. Setelah diketehaui kebutuhan air bersih ditentukan faktor air buangan,
yaitu persentase air buangan rumah tangga ditetapkan 80%. Faktor air uangan
fasilitas kota ditetapkan 75-90% yang besarnya tergantung dari fungsi masing-masing
fasilitas kota. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kuantitas air buangan dan
menjadi pertimbangan dalam perhitungan yaitu (Siregar,2005) :
1. Sumber air buangan
2. Besarnya pemakaian air bersih
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

3. Besarnya curah hujan

Pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air perlu doperhatikan dalam


merencanakan instalasi pengolahan air limbah. Umumnya pemakaian maksimum air
terjadi pagi dan sore hari, dan saat minimum umumnya terjadi pada larut malam.
Besarnya fluktuasi aliran air limbah yang mask ke pipa bergantung pada jumlah
populasi disuatu kawasan. Besarnya fluktuasi terhadap aliran rata-rata adalah sebagai
berikut :
1. Untuk pelayanan <10.000 jiwa max / Q rata = 4 s/d 3,5 dan Qmin / Qrata
= 0,2 s/d 0,35
2. Untuk pelayanan antara 10.000 jiwa s/d 100.000 jiwa Qmax / Qrta = 3,5
s/d 2 dan Qmin / Qrata = 0,35 s/d 0,55
3. Untuk pelayanan > 100.000 jiwa Qmax / Qrata = 2,0 s/d 1,5 dan Qmin /
Qrata= 0,55 s/d 0,6.
Rata-rata pemakaian air adalah sebesar 20ltr/kapita/hr dan air limbah yang
masuk ke jaringan perpipaan adalah 80% dari konsumsi air tersebut atau kira-kira 100
ltr/kapita/hr. kecepatan aliran maksimum tergantung jenis pipa yang digunakan dan
pada umumnya berkiasr antara 2-4 m/det. Kecepatan aliran minimum diharapkan
dapat menghindari terjadinya pengendapan dalam pipa sehingga kecepatan aliran
minimum harus lebih besar dari 0,6m/det (Siregar,2005).

2.3.3 Jenis Saluran


2.3.3.1 Saluran Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas.
Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah
untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapata mengurangi kenyamanan.
Bentuk saluran yang dipakai yaitu (Soedjono,2001) :
a) Saluran terbuka dengan fluktuasi aliran kecil
b) Saluran terbuka dengan fluktuasi besar
Bentuk saluran air limbah yang dipakai untuk saluran terbuka, dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 2.1 Bentuk Saluran Air Limbah Terbuka


TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

2.3.3.2 Saluran Tertutup


Saluran tertutup adalah saluran yang alirannya tidak oleh tekanan udara secara
langsung kecuali tekanan hydraulic. Pipa merupakan sarana pendistribusian fluida
yang murah, memiliki berbagai ukuran dan bentuk penampang. Bentuk penampang
pipa dapat berupa lingkaran maupun kotak. Sedangkan material pipa bermacama-
macam pula, yaitu : baja, plastic, PVC, tembaga, kuningan, dan lain sebagainya
(Qasim,1985).
Bentuk saluran yang dipakai untuk saluran tertutup, dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 2.2 Bentuk Saluran Air Limbah Tertutup


2.3.4 Jenis dan Bentuk Pipa
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pipa secara menyeluruh
adalah (Soedjono,2001) :
a) Umur ekonomis
b) Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan dilapangan
c) Koefisiensi kekasaran (hidrolik)
d) Resistensi terhadap korosi (kimia) dan abrasi (fisika)
e) Kemudahan transport dan handling
f) Kekuatan struktur
g) Biaya suplai, transport dan pemasangan
h) Ketersediaan dilapangan
i) Ketahanan terhadap disolusi dalam air
j) Kekedapan dinding
k) Kemudahan pemasangan sambungan

Jenis-jenis pipa yang ada pada jaringan perpipaan air limbah (Metcalf &
Eddy,1979);
1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak didalam rumah dan
langsung menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan.
Memiliki diameter 3 inc – 4 inc, kemiringan pipa 2%. Teknis
penyambungannya dengan pipa servis, membentuk sudut 45o dan apabila
perbandingan antara debit dari persil dengan debit dengan saluran
pengumpulan kecil sekali maka penyambungnya tegak lurus.
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil
yang kemudian akan meyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral.
Diameter pipa servis sekitar6-8inc, kemiringan pipa 0,5-1%. Lebar galian
pemasangan pipa servis minimal 0,45m dengan kedalaman awal 0,6m.
Sebaiknya pipa ini disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis
untuk dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan disekitar daerah
pelayanan. Diameter awal pipa lateral minimal 8 inc, dengan kemiringan
pipa sebesar 0,5-1%.
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-
pipa lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir
pada masing-masing pipa. Kemiringan ppa sekita 0,2-1%.
5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yangmenerima aliran air buangan dari pipa-
pipa cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air
buangan. Kemiringan pipanya sekitar 0,2-1%.

Keterangan;
R = Rumah 3. Pipa Lateral
1. Pipa Persil 4. Pipa Cabang
2. Pipa Servis 5. Pipa Induk

Gambar 2.3 Istilah Jaringan Perpipaan Air Limbah

Material pipa yang biasa dipakai untuk penyaluran air limbah (Okum dan
Pogis ,1975 dalam Soeparman dan Suparmin,2002) adalah :
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

1. Pipa Beton (concrete pipe)


Pipa jenis ini sering digunakan untuk saluran limbah cair ukuran kecil dan
sedang (diameter 600mm). Penangananya mudah tetapi umumnya tidak
tahan terhadap asam.
2. Pipa Asbes Semen (asbestos cement pipe)
pipa asbes semen tahan terhadap korosi akibat asam, tahan terhadap
kondisi limbah yang sangat septik dan pada tahan yang alkalis.
3. Pipa Besi COR (cast iron pipe)
Keuntungan pipa ini adalah umur pengguanaan yang cukup lama, kuat
menahan beban, dan karakteristik aliran yang baik. Hanya saja secara
ekonomis tidak menguntungkan karena mahal, sulit untuk penggunaan
secara khusus (misalnya untuk saluran yang melewati rawa)
4. Pipa Tanah Liat (vetrified clay pipe)
Keuntungan pipa jenis ini adalah tahan korosi akibat produksi H2S limbah
cair. Sedangkan kelemahannya pipa ini mudah pecah dan umumnya
dicetak dalam ukuran pendek.
5. PVC (polyvinyl chloride)
Pipa ini banyak digunakan karena mempunyai banyak keuntungan antara
lain; mudah dalam penyambungan, ringan, tahan korosi, tahan asam,
fleksibel, dan karakteristik aliran sangat baik.

Tabel 2.1 Jenis-jenis Pipa

Jenis Pipa Gambar Fungsi

 Pembuatan
Sifon
Pipa Beton  Menyambung
sambungan
rumah
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

 Untuk
Sambungan
Pipa Asbes Rumah
Semen  Saluran
gravitasi

Cast Iron Pipe  Dipasang pada


pondasi sulit

 Untuk pipa
Pipa Tanah pengaliran
Liat gravitasi

 Sambungan
rumah

 Sambungan
rumah dan pipa
cabang
PVC  Persilangan di
bawah air dan
daerah rawa
(PE)
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

2.3.5 Dimensi Pipa


Sebelum mengetahui dimensi pipa yang dibutuhkan untuk mengalirkan air
limbah, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kuantitas air buangan, yaitu:
a. Sumber air buangan
b. Besarnya pemakaian air minimum
c. Besarnya curah hujan
Berdasarkan faktor tersebut air buangan dalam setiap sektor pelayanan menentukan:

1. Debit Rata – rata


Debit rata-rata air buangan yang berasal dari rumah tangga, fasilitas umum,
fasilitas komersil dalam sebuah kota. Dari semua fasilitas tersebut, tidak semua
terbuang menjadi air buangan dan terkumpul di saluran. Hal ini disebabkan karena
beragamnya aktivitas yang dilakukan manusia. Menurut literatur, faktor timbulan air
buangan berkisar antara 50%-80%. Untuk menghitung debit rata-rata digunakan
persamaan berikut:
Qr = Fab x Qam
Keterangan:
Qr =Debit rata – rata air buangan (L/detik)
Fab =Faktor timbulan air buangan
Qam =Besarnya kebutuhan rata-rata air minum (L/det) 2

2. Debit Rata – rata Non Domestik


Debit rata-rata non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari fasilitas
umum, institusional, industri dan pemerintahan. Besarnya debit air buangan non
domestik tergantung dari pemakaian air dan jumlah penghuni fasilitas-fasilitas
tersebut.
Qnd = Fab x Qam(nd)
Keterangan:
Qnd =Debit rata-rata air buangan non domestik (L/detik).
Fab =Faktor timbulan air buangan.
Qam(nd) =Besarnya kebutuhan rata-rata air minum non domestik.
3. Debit Infiltrasi
Dalam suatu sistem penyaluran air buangan, terdapat kemungkinan terjadinya
pertambahan jumlah air yang masuk ke saluran yang berasal dari infiltrasi air tanah
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

dan resapan air hujan. Dalam kondisi ideal, air yang masuk maupun keluar dari
sistem penyaluran tidak dibenarkan, tetapi infiltrasi tidak dapat dihindarkan
sepenuhnya karena hal berikut:
 Jenis-jenis bahan saluran dan bahan sambungan yang digunakan.
 Pengerjaaan sambungan pipa yang kurang sempurna.
 Kondisi tanah dan air tanah.
Persamaan yang dipakai untuk menghitung debit infiltrasi yaitu:
Qinf = Cr.P.Qr + L.qinf
Keterangan:
Qinf =Debit infiltrasi (L/detik)
Qr =Debit rata-rata air buangan (L/detik)
qinf =Debit inflow (L/detik)
Cr =Koef.infiltrasi rata-rata daerah persil = 0.2-0.3
P =Populasi
L =Panjang lajur pipa lateral (km).
4. Debit Puncak
Debit puncak didapat dari hasil perkalian antara faktor puncak dengan debit rata-
rata. Untuk menghitung faktor puncak dari beberapa literatur diketahui sebagai
berikut:
 Persamaan Babbit Fp = 5/P0.2
 Persamaan Harmon Fp = 14/(4+p0.5)
 Persamaan Fair & Geyer Fp = (18+(P)0.5)/(4+P)0.5)
 Persamaan Melbourne & Metropolitan Board Of Works (MMBW)
Fp = (2.25+(15x106)/P1.414)1/6
Keterangan:
Fp =Faktor puncak.
P =Jumlah Penduduk.

Untuk mencapai debit puncak, persamaan yang digunakan adalah:

Qpeak = Fp x Qmd + Cr.P.Qr + L/.qinf


Keterangan:
P = Jumlah Populasi yang dilayani ( jiwa).
Qmd = Debit maksimal = 1.15 Qr (L/detik)
Qr =Debit rata-rata (L/detik)
L =Panjang pipa (m).
Cr =Koefisien infiltrasi daerah persil = 0.2
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

qinf =Debit Infiltrasi

Setelah diperoleh debit aliran puncak setiap sektor pelayanan dikali dengan
suatu faktor sehingga diperoleh debit saat penuh. Baru dilakukan dimensi pipa.
Dalam dimensi dilakukan perhitungan kemiringan tanah dengan persamaan:
St = (E1-E2)/L
Keterangan:
St = slope tanah
E1 = elevasi tanah hulu (m)
E2 = elevasi tanah hilir (m)
L = jarak (m)

Setelah kemiringan tanah diketahui, akan didapatkan kemiringan saluran.


Kemiringan saluran awal bisa diperkirakan dengan menganggap pipa induk sebagai
satu pipa yang panjang. Kedalaman penanaman pipa di awal dan di akhir ditentukan.
Setelah itu dihitung kemiringannya dengan persamaan diatas. Untuk menentukan
kecepatan aliran digunakan Nomogram Manning, dengan menggunakan nilai
kemiringan yang telah didapat. Jika kecepatan aliran tidak memenuhi syarat maka
perhitungan dimulai lagi dengan cara menetapkan kecepatan yang memenuhi syarat
pengaliran terlebih dahulu. Di dalam metode ini digunakan istilah kecepatan penuh
sebagai media perhitungan.
Perhitungan dimensi pipa secara detail dilakukan setelah didapat kecepatan
aliran yang memenuhi syarat. Persamaan yang di gunakan untuk mendapatkan
dimensi pipa adalah sebagai berikut :

V = 1/n x R2/3 x S1/2


Keterangan:
V = Kecepatan aliran (m/det)
Q = Debit aliran (m3/det)
n = Koefisien kekasaran
A = Luas penampang basah aliran
R = Jari-jari hidrolis aliran (m2)
S = Kemiringan saluran
D = Diameter pipa (m)

Tabel 2.2 Nilai Kekasaran Pipa


Material Pipa Kondisi
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Good Fair Deteriorated

DIP 0,011 0,013 0,015

HDPE 0,010 0,011 0,013

PVC 0,010 0,011 0,013

RCP 0,013 0,015 0,018

VCP 0,013 0,015 0,017

Sumber: Davis, 2010


Jika kecepatan aliran air limbah diinginkan untuk memenuhi persyaratan
kecepatan swa bersih, maka persamaan lain yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
D = 1.23 (Qpb) 0.4
Keterangan:
D = Diameter Pipa (m)
Qpb =Debit puncak musim basah (m3/detik)
2.4 Bangunan Pelengkap Sistem Penyaluran
Beberapa bangunan pelengkap yang dipergunakan dalam sistem perpipaan air
limbah diantaranya di bawah ini adalah sebagai berikut (PPAL PU,2003) :
1. Manhole
Pada sistem drainase diperlukan adanya jalur yang dapat digunakan untuk
mengakses, menguji, memeriksa dan membersihkan air limbah. Dalam sistem saluran
limbah, akses tersebut dapat dilakukan melalui manhole. Manhole adalah lubang
yang digunakan sebagai jalur masuk ke saluran air buangan untuk memeriksa,
memelihara atau mamperbaiki saluran dari kotoran/limbah yang terbawa alirannya,
serta dari berbagai gangguan teknis/fisik lingkunga, misalnya keretakan pipa karena
faktor usia, dan lain sabagainya. Manhole juga digunakan untuk mempertemukan
beberapa cabang saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda.
Kondisi yang memerlukanatau mengharuskan pemasangan manhole diantaranya
adalah :
a. Perubahan arah, baik vertikal maupun horizontal;
b. Ujung saluran pipa/kepala saluran;
c. Perubahan gradien;
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

d. Perubahan dimensi/ukuran pipa;


e. Persimpangan utama dengan saluran lain;
f. Jarak 90m (kalau dimensi salurannya tidak terlalu besar) dan jarak 200m
(kalau dimensi salurannya besar).
Pada saluran lurus, manhole dapat dipasang setiap jarak tertentu, sesuatu
dengan ukuran diameternya.berikut adalah tabel 2.3 perletakan manhole menurut
diamater saluran.
Tabel 2.3 Jarak antar Manhole
Diameter (mm) Jarak antara manhole (m)
< 200 50 – 100
200 – 500 100- 125
500 – 1000 125 – 150
>1000 150 – 200
Sumber : Materi Training Proyek PLP Sektor Air Limbah,DPU 1986
Salah satu syarat utama menhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah melaukakan
pekerjanya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman manhole. Berikut
adalah Tabel 2.4 Ukuran diameter manhole menurut kedalaman :

Tabel 2.4 Diameter manhole menurut kedalaman


Kedalaman (m) Diameter (m)
< 0,8 0,75
0,8 – 2,5 1 – 1,2
>2,5 1,2 -1,8
Sumber :Materi Training Proyek PLP Sektor Air Limbah,DPU 1986
a) Lokasi Manhole
1. Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter
saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang peralatan.
2. Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan
perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal.
3. Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan (intersection)
dengan pipa atau bangunan lain.
Berikut adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran
Tabel 2.5 Jarak Manhole Menurut Diameter
Diameter (mm) Jarak Antara Manhole (m)
<200 50 - 100
200 – 500 100 – 125
500 – 1000 125 – 150
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

>1000 150 – 200


Sumber : Materi Training Proyek PLP Sektor Air Limbah,DPU 1986
b) Klasifikasi Manhole
1. Manhole dangkal : kedalaman (0,75- 0,9)m, dengan cover kedap
2. Manhole normal : kedalaman 1,5m, dengan cover berat
3. Manhole dalam : kedalaman diatas 1,5m, dengan cover berat.
Khusus Manhole dalam dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan kedalaman,
ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan lain-lain sesuai dengan
kebutuhan.
c) Bentuk dan Dimensi Manhole
Terdapat beberapa bentuk Manhole yang dapat digunakan untuk daerah
pelayanan dengan kondisi tertentu :
1. Bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, digunakan apabila
 Beban yang diterima kecil.
 Kedalaman kecil (75-90 cm)
 Pada bangunan siphon, dimana 60 cm x 75 cm x 75 cm x 75 cm tidak
memerlukan tangga karena pengoperasiannya cukup dari permukaan
tanah.
2. Bentuk bulat, digunakan apabila
 Beban yang diterima besar, baik vertikal maupun horizontal
 Kedalaman besar
 Dimensinya berdasarkan kedalaman
d) Manhole khusus
1. Juncition chamber
2. Drop manhole
3. Flushing manhole
4. Pumping manhole
2. Drop Manhole
Drop Manhole berfungsi sama dengan manhole tetapi pemakaiannya berbeda.
Drop Manhole dipakai untuk pertemuan saluran yang mempunyai perbedaan
ketinggian relatif besar 60-90cm. Tujuan pemasangan drop manhole adalah untuk
mencegah semburan (splashing) air limbah yang dapat merusak.
3. Clean Out
Clean Out adalah bangunan yang berfungsi sebagai berikut :
a. Lubang tempat penyisipan alat pembersih kedalam saluran
b. Pipa tempat penggelontoran saluran, yaitu dengan memasukkan air dari ujung
bagian atas terminal clean out.
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Bangunan ini terdiri dari pipa dengan diameter tertentu yang sesuai dengan
diameter saluran, dan disambungkan vertikal dengan menggunakan Y connection dan
Bend kemudian bagian atasnya ditutup dengan frame yang terbuat dari tuang.
4. Bangunan penggelontor
Bangunan Penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran
dalam saluran, mencegah pembusukan kotoran dalam saluran, dan menjaga kedalam
air pada saluran. Air untuk keperluan penggelontoran dapat berasal dari PAM,
penggelontor, yaitu jernih, tidak mengandung partikel padat atau kotoran dan tidak
bersifat asam atau basa. Pada waktu penggelontoran harus diperhitungkan kecepatan
gelombang aliran penggelontoran yang aman terhadap pipa ehingga dapat dicegah
pukulan air yang besar terhadap pipa atau terjadinya “water hammer”
5. Transition dan Junction
Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untukmenyambung
saluran bila terjadi perubahan diameter dan kemiringan. Sedangkan Junction adalah
bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambungkan satu atau lebih saluran
pada satu titik emu dengan saluran induk. Pada pipa transition dan junction terjadi
kehilangan energi yang cukup besar, karena itu dalam perencanaan perlu
diperhatikan:
a. Pembuatan dinding harus selicin mungkin;
b. Pada junction diusahakan kecepatan aliran seragam dan peubahan arah aliran
tidak terlalu tajam;
c. Harus ada manhole untuk pemeriksaan.
6. Syphon
Syphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan vertikal miring.
Misalnya, bila saluran harus melintas sungai, jalan kereta api, jalan rayarendah,
saluran irigasi, lembah, dan sebagainya. Dimana elevasi dasarnya lebih rendah dari
elevasi dasar saluran riol. Kriteria perencanaan :
 Dimeter minimum 15 cm namun untuk memeberikan kecepatan yang lebih
tinggi diameter bisa lebih kecil (minimal 10 cm) namun untuk menghindari
penyambutan syphon harus dilengapi pipa penguras (drain)
 Pipa harus terisi penuh
 Kecepatan pengaliran harus konstan agar mampu meghanyutkan kotoran atau
buangan padat, kecepatan desain biasanya lebih besar (0,6-0,9)m/detik.
 Dibuat tidakterlalu tajam agar mudah dalam hal pemeliharaan
 Perencanaan harus memeprtimbangkan debit minumum, rata-rata, dan
maksimum
 Pada awal dan akhir syphon harus membuat sumur pemeriksaan agar mudah
mudah untuk pembersihan.
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

7. Tikungan / Bend
Dalam pembuatan tikungan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu :
 Dinding saluran harus selicin mungkin
 Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan saluran.
 Untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging, perlu dibuat manhole
 Untuk meminimalis kehilangan energi akibat belokan,maka perlu dihindari
radius lekung belokan yang sangat pendek. Batas bentuk radius lekung dari
pusat adalah lebih besar 3 kali dari diameter saluran.
 Dihindari adanya perubahan penampang milintang saluran.
8. Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyediaan air buangan yang berfungsi :
 Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-gas
yang korosif;
 Untukmecegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada saluran;
 Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik dalam
saluran.
2.5 Aspek Hidrolika
1. Jenis Pengaliran
Terdapat dua jenis pengaliran didalam sistempenyaluran air limbah, yaitu
pengaliran bertekanan (under pressure flow) dan aliran tidak bertekanan. Aliran
bertekanan disebabkan oleh luar,seperti tekanan hidrolik atau pemompaan, sedangkan
aliran tidak bertekanan dilakukan dengan secara gravitasi. Dalam aliranlimbah
kondisi bertekanan hanya dijumpai pada instalasi pemompaan dan syphon, sedangkan
dalam perpipaan disyaratkan yang tidak bertekanan (Hardjosuprapto,2000).
Kondisi aliran pada sistem penyaluran air limbah dibedakan atas aliran tunak
(steady); yaitu debit tetap konstan oleh waktudan aliran tidak tunak (unsteady), bila
debit berubah dengan waktu. Walaupun aliran dalam riol umumnya tidak tunak,
analisa hidrolis alirannya disederhanakan dengan asumsi keadaan aliran tunak. Tetapi
dalam desain stasiun pompa, aliran dalam pipanya jelas aliran tidak tunak, khusus
dalam hal ini tidakboleh diabaikan. Aliran saluran terbuka, tunak, merupakan aliran
dalam pipa riol. Aliran seragam bila kecepatan dan kedalamannya teta sama dari titik
ke titik sepanjang pipa. Sebaliknya, aliran tidak seragam bila kecepatan dan
kedalamannya berubah. Aliran dalam pipa riol sering tidak seragam, namun selalu
diasumsikan seragam. Perhitungan rinci dalam pipa riol aliran tidakseragam, biasanya
hanya dilakukan untuk transisi mayor, outfalls, dan mungkin pipa utama dalam
stasiun pompa (Hardjosuprapto,2000).
2. Kedalaman Air dalam Pipa
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Kedalam aliran air sangat berpengaru dalam kelancaran aliran, oleh arena itu harus
ditetapkan kedalaman minimum yang harus dipenuhi dalam penyaluran air limbah.
Kedalaman air limbah ini disamakan dengan kedalaman berenangnya tinja. Di
Indonesia kedalaman berenang ditetapkan 5 cm pada pipa halus dan 7,5cm pada pipa
kasar. Jika kedalaman minimum kurang dari kedalaman berenang maka saluran
tersebut harus digelontor. Kedalaman aliran air limbah dalam saluran tidak boleh
terlalu kecil, karena dapat mengakibatkan materi air limbah yang berbentuk padat
akan tertahan, sehingga akan menyumbat aliran. Untuk menghindari hal ini, maka :
a. Pada pipa cabang dan pipa induk, kedalaman aliran diawal saluran
diperhitungkan sebesar 60% dari diameter pipa atau d/D =0,6.
b. Pada saat debit puncak, diakhir saluran d/D maks = 0,8
c. Kedalaman 7,5-10 cm untuk pipa beton, > 5 cm untuk pipa yang lebih halus
(PVC, fiberglass, dll). Kedalaman berenang adalah kedalaman yang dianggap
masih membawa partikel berenang mengikuti aliran pada saat kecepatan
minimum.
d. Pada saat debit minimum tidak tercapai kedalaman berenang maka saluran
harus diglontor.
3. Kecepatan Pengaliran
a. Kecepatan yang diajukan
Kriteria pengaliran dalam desain jalur pipa adalah dengan “Kecepatan Swa -
Bersih”(self cleaning velocity), yaitu pada waktu debit maksimum, Qpb dan
kecepatannya vpb ditetapkan antara 0.60-0.75 m/det atau lebih (menurut WHO, pada
daerah beriklim panas, dianjurkan vpb ≥ 0.90 m/det). Penetapan kecepatan vpb itu
harus dicek sewaktu kedalaman air mencapai kedalaman berenang, db
(swimmingdepth), dimana kecepatan alirannya vb, harus masih dapat menghanyutkan
pasir dankricak (grit), sehingga pasir dan kricak tidak mengendap. Dianjurkan vb>
0.30 m/det. Jika setelah ditetapkan pada Qpb, kecepatan vpb, misal 0.60 m/det, tetapi
setelah dicek ternyata kecepatan vbnya <0.30 m/det, maka penetapan vpb= 0.60
m/det itu harus diperbesar, misal vpbdiubah menjadi = 0.75 m/det, dan seterusnya,
sedemikian rupa sehingga setelah dicek lagi pada kedalaman db, harga vb sedikit >
0.30 m/det, misal 0.35 m/det. Sebaliknya, jika setelah dicek pada kedalaman db→ vb
>> 0.30 m/det, penetapan vpbdi atas dapat diperkecil (Hardjosuprapto, 2000)

1. Kecepatan pengaliran maksimum


2. Untuk aliran yang mengandung pasir, kecepatan maksimum 2.0 – 2.4
m/dtk.
3. Untuk aliran yang tidak mengandung pasir, kecepatan maksimum
3.0 m/dtk. Batas kecepatan pengaliran di atas ditetapkan
berdasarkan pertimbangan.
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

4. Saluran harus dapat mengantarkan air limbah secepatnya menuju


instalasi pengolahan air limbah.
5. Pada kecepatan tersebut penggerusan terhadap pipa belum terjadi,
sehinggaketahanan pipa dapat dijaga.

4. Kecepatan pengaliran minimum


Kecepatan pengaliran minimum yang diijinkan adalah sebesar 60 cm/dtk,
dan diharapkan pada kecepatan ini aliran mampu untuk “membersihkan diri
sendiri”. Pertimbangan lain adalah untuk mencegah aliran limbah terlalu lama
dalam pipa, sehingga dapat terjadi pengendapan dan penguraian air limbah yang
akan menaikkan konsentrasi sulfur. Konsentrasi sulfur yang tinggi merupakan
media yang baik untuk berkembang biaknya bakteri dan dapat mengubah sulfur
menjadi sulfida. Sulfida akan membentuk hidrogen sulfida, yang jika
konsentrasinya tinggi melampaui kejenuhan dalam larutan, akan keluar dari
larutandan membentuk gas H2S yang sangat berbau dan berbahaya bagi kesehatan.
Jika gas ini, dalam pipa mengalami oksidasi, maka akan terbentuk asam sulfat
yang sangat korosif terhadap pipa.

5. Kecepatan penuh
Kecepatan penuh adalah kecepatan dalam keadaan pipa penuh tetapi
tanpatekanan.Dalam penyaluran tidak boleh terjadi aliran penuh, sehingga istilah
kecepatan penuhanya untuk media perhitungan. Perhitungan kecepatan penuh (Vf) ini
berguna untuk menentukan diameter pipa, kemiringan lajur pipa, dan kedalaman air
pipa. Persaman untuk kecepatan penuh adalah (Masduki, 2000):

vf = 1,364 . D0,5

Keterangan :
Vf = Kecepatan penuh (m/dt)
D = Diameter pipa (m)

6. Kemiringan saluran air limbah


Untuk mendapatkan kecepatan yang dapat membersihkan sendiri kemiringan
saluran harus dihitung berdasarkan kontrol sulfida dan kontrol endapan.

7. Kontrol Sulfida
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Kontrol sulfida dilakukan untuk mendapatkan kemiringan saluran yang


dapat mengikis lendir yang timbul akibat adanya bakteri sulfida yang menempel di
dinding saluran (Supeno, 1987).

Formula yang digunakan dalam perhitungan kemiringan saluran (slope) adalah:

3.𝐸𝐵𝑂𝐷.𝑃 2
S=[ ]
𝑍(𝑄𝑃)1/3 .𝑏

EBOD = BOD efektif (mg/l): dirumuskan sebagai BOD (5,20) = 1,07T-20

B = Lebar saluran bagian atas pada debit total


Z = Indeks Pameroy, menunjukkan besarnya aliran yang terjad
Z = 10.000 : banyak lender
Z = 7.500 : cukup (biasa dipakai dalam perencanaan)
Z = 5.000 : bersih sekali
Qp = Debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)
8. Kontrol Endapan
Kontrol endapan dilakukan untuk mendapatkan kemiringan yang memberikan
kecepatan pembersihan sendiri, yang dapat membersihkan endapan dari dasar saluran
(Supeno, 1987). Berdasarkan kontrol endapan diformulasikan sebagai berikut :

𝜏
S = 0,1094 [ 𝑅𝑚 3 ]12/16
( ) (𝑄𝑟 )( )
𝑅𝑓 8

Keterangan :

S = Kemiringan saluran (/m)


3 = Gaya geser kritis ( 0,33 <τ< 0,38 kg/m2)
TUGAS BESAR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SAIL
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai