Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR B

Tentang

“PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SECARA FISIK DAN KIMIA AIR LIMBAH CAIR”

Disusun

Oleh :

Nama : Meppriyanto Matasik


Nim : 7113355116024

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dan berkat
Rahmat serta Karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “pengambilan sampel air limbah dan pengukuran debit air limbah cair”.Kami menyadari
sepenuhnya akan masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan dan pembuatan tugas ini, oleh
karena itu kritik dan saran selalu penulis harapkan, sehingga menjadi perhatian demi
penyempurnaan. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Manado, 10 Juni 2019

Penyusun

Meppriyanto Matasik

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………….i

Daftar Isi…………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang……………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………1
C. Tujuan………………………………………………………………………..1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Air Limbah………………………………………………………2
B. Pemantauan Kualitas Air…………………………………………………….4
C. Tujuan Analisa Kimia………………………………………………………..5
D. Limbah Rumah Sakit………………………………………………………...5
E. Karakteristik Limbah………………………………………………………...7
F. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Limbah Cair……………………………….11
G. Pemeriksaan Kualitas Kmia Air Limbah Cair………………………………18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….21
B. Saran ………………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam kehidupan
ini. Sumber daya air secara garis besar meliputi air permukaan dan air tanah. Air
permukaan akan lebih mudah tercemar dibandingkan dengan air tanah, karena air
permukaan lebih mudah terkontaminasi dengan sumber-sumber pencemaran. Dengan
semakin meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai bidang dan adanya
pertambahan penduduk dari tahun ke tahun, maka kebutuhan air sesuai dengan
penggunaannya pun juga semakin meningkat. Pembangunan yang semakin meningkat
diikuti dengan peningkatan pencemaran lingkungan yang berasal dari buangan limbah
industri, rumah tangga dan kegiatan pertanian, yang mengandung bahan-bahan/zat yang
dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan
peningkatannya relatif tinggi. Menurut Janie dan Rahayu (1993) dalam Winarsih (2002),
pencemaran lingkungan dapat menyebabkan berbagai dampak pada lingkungan perairan,
yang menyebabkan tercemarnya suatu badan air misalnya limbah industri pengolahan
pangan. Komponen limbah cair industri pangan sebagian besar adalah bahan organik antara
lain karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral serta sisa- sisa bahan kimia yang
digunkan dalam proses pengolahan dan pembersihan.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana cara pemeriksaan kualitas fisik dan kimia air limbah?
C. Tujuan
 Untuk mengetahui cara pemeriksaan kualitas fisik dn kimia air limbah.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Air Limbah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa
dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga
(domestik) maupun industri (industri).

Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber, sbb :

Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah merupakan :

a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang berasal
dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat
umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup.

b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi,
komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.

c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta
buangan lainnya (kotoran umum).

d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

e. Semua air/szat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin
baik.

2
a. Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan,
perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi,
dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar
berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci
otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan,
ditambah dengan rembesan air tanah ( infiltration ).

b. Limbah cair industri

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha yang
berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk
dibuang. ( Asmadi,2012 )

c. Sumber Air Limbah

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :

a. Rumah tangga

Contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya
b. Perkotaan

Contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat
ibadah.
c. Industri

Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.

Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga
memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya limbah industri lebih sulit
pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain
yang bersifat toksik. ( Chandra,2006)

3
B. Pemantauan Kualitas Air

Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan
menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai
berikut :

a. Golongan A , yaitu air yag dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

c. Golongan C , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

d. Golongan D , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut:
1. enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh
yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui
perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.

2. Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab


akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan
kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.

3. Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu
tempat secara umum.

4
Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan badan air penerima limbah
industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan

2. Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas limbah industri, dan
menentukan beban pencemaran menurut

Kep.No.51/MEN-LH/10/1995

3. Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan

4. Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut terhadap
komponen lingkungan lainnya. ( Effendi,2003)

C. Tujuan Analisa Kimia

Tujuan analisa ilmiah adalah untuk memastikan komposisi konsentrasi dan keadaan subjek
dengan suatu pandangan untuk menentukan unsur-unsur pokok yang menciptakan kesulitan-
kesulitan dalam memilih jenis dan tingkat pembenahan. Saluran-saluran dari tempat pembenahan
limbah dianalisa untuk memastikan kegunaan metode pembenahan dan untuk menilai hasil
potensial dari pembuangannya kedalam sarana-sarana penampung air atau dengan melalui tanah
pertanian atau tanah-tanah lain. ( Mahida,1993 )

D. Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair.

5
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan ( berupa karton, kaleng, botol ), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur ( sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan,
sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu
baik fisik, kimia dan biologi.

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis
rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (
laboratorium, klinik dan lain-lain ). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang
bersifat pathogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan
organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada
umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.
Pengolalaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan perangkat
lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang
mengatur pengolahan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.

Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan Departemen


Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dana untuk pembangunan ini instalasi
pengolalaan limbah rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari sumber bantuan
dana dan lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah
dilengkapi dengan fasilitas pengolalaan limbah, meskipun perlu untuk disempurakan. Namun
disadari bahwa pengolalaan rumah sakit masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama di
lingkungan masyarakat rumah sakit.

Kualitas limbah ( efluen ) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus
memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
KEP-58/MEN-LH/12/1995 atau peraturan daerah setempat. (Asmadi, 2012 )

6
E. karakteristik Limbah

Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus diketahui yaitu :

 Sifat Fisik

Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi dan total
padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan temperature. Sifat
fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara visual tapi untuk mengetahui secara pasti maka
digunakan analis laboratorium.

a. Padatan

Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam dua golongan
besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid
dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut
maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun sifat inorganic tergantung dari mana sumber
limbah. Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan yang dapat terendap karena
mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan
mengendap sendiri karena beratnya.

b. Kekeruhan

Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel koloidal yang terdiri
dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat dalam
limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan.

Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya.

7
c. Bau

Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah mengeluarkan
gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak bagi penciuman
disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein
yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indicator
bahwa terjadi proses alamiah. Dengan adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan tingkat
bahaya yang ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.

d. Temperatur

Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu.
Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperature alami. Suhu
berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan
berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan
pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah.

e. Warna

Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami), humus,
plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan, dan dengan
menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian juga warna dapat disebabkan zat-zat
terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah
meskipun warna tidak menimbulkan sifat racun.

 Sifat Kimia

Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-logam berat yang
terkandung dalam air limbah.

8
a. BOD

Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat organis denga oksigen
dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan
selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen
bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan ( mengoksidasikan ) semua zat-zat organic yang terlarut
maupun sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organic yang lebih sederhana. Nilai ini hanya
merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi
secara alami. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengannya
habis pula terkonsumsi oksigen.

b. COD

Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen
dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran
ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah
bahan-bahan yang tidak dipecah secra biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam limbah
pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk
mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD. COD adalah sejumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaiman pada BOD. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.

c. Methan

Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah.
Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan
mudah terbakar. Methan juga ditemukan pada rawa-rawa dan sawah.

9
d. Keasaman air

Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya
konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah
menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk
keperluan biota teetentu. Limbah air dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang
mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik pembuatan kawat atau seng.

e. Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,garam-garam hidrokisda,


magnesium dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat tersebut mengakibatkan kesadahan
dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.

f. Lemak dan minyak

kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah
bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah
ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput.

g. Oksigen terlarut

Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah
oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan
ikan dan biota dalam perairan. Semakin banyak ganggang dalam air semakin tinggi kandungan
oksigennya.

h. Logam-logam berat dan beracun

Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter pada cadmium, air raksa,
lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat adalah arsen, selenium,
cobalt, mangan, dan aluminium.

10
F. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Limbah Cair.
Pada kesempatan kali ini informasi kesling mencoba berbagi informasi tentang cara
pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair. Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-
sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak
pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah tercemar, sebagai
contoh, meskipun daerah pegunungan atau hutan terpencil dengan udara yang bersih dan
bebas dari polusi, air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2, O2 dan
N2, serta bahan-bahan tersuspensi lainnya seperti debu dan partikel-partikel lain yang
terbawa atmosfer. Air marupakan kebutuhan mutlak bagi manusia karena tanpa air
berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena peran yang sangat penting
tersebut air dapat berdampak buruk bagi kehidupan apabila air tersebut tidak sesuai lagi
dari keadaan normalnya.

1. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan

Air berpengaruh terhadap kesehatan manusia baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air yang
dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya air yang
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri, untuk irigasi, perikanan dan lain-
lain, sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh
adalah pengotoran badan-badan air dengan zat-zat kimia yang dapat menurunkan kadar oksigen
terlarut, zat-zat kimia tidak beracun yang sukar diuraikan secara alamiah dan menyebabkan
masalah khusus seperti estetika, bau, kekeruhan karena adanya zat-zat tersuspensi.

Pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena air
berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sarang insektisida
penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah
terlampaui. Umumnya peran air dalam terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :

- Air sebagai penyebar mikroba patogen

- Air sebagai sarang insektisida penyebar penyakit

11
- Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi

- Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.

2. Syarat dan Parameter Kualitas Fisik Air

a. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)

TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam an organik dan gas terlarut bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik, selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung dari
spesies kimia penyebab masalah tersebut. Syarat TDS yang diperbolehkan dalam air bersih adalah
1500 mg/L.

b. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat an organik maupun
yang bersifat organik, syarat kekeruhan pada air bersih adalah 25 NTU.

c. Rasa

Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar, air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran
berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti rasa logam/amis, rasa pahit, asin dan
sebagainya. Syarat kesehatannya tidak berasa.

d. Bau

Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak disukai oleh masyarakat, bau air dapat
memberikan petunjuk akan kualitas air, syarat air bersih dari sisi bau adalah tidak berbau.

e. Warna

Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari
berbagai zat kimia maupun mikroorganisme. Warna air dapat disebabkan adanya tanin dan asam
humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urine, syarat
keberadaan warna pada air bersih adalah 50 TCU.

12
 Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Kualitas Fisik Air dan Limbah Cair
a. Alat untuk pemeriksaan Bau dan Rasa Air

1) botol contoh dengan tutup asah dari gelas

2) penangas air yang dapat diatur suhunya;

3) erlenmeyer 500 mL yang bertutup asah;

4) gelas ukur 25, 50, 100 dan 200 mL;

5) pipet ukur 10 mL;

6) termometer yang berskala (0-100)°C.

b. Bahan Untuk Pemeriksaan Bau dan Rasa Air

Bahan pengencer yang digunakan adalah air suling atau air demineralisasi yang tidak berbau.

c. Alat Untuk Pemeriksaan Warna Air

1) Tabung nessler 50 mL

2) Neraca analitik

3) Labu ukur 100 mL

d. Bahan Untuk Pemeriksaan Warna Air

1) Air suling

2) Larutan induk warna 500 unit Pt-Co

3) Larutan 1,246 g kalium kloro platina, K2PtCl6 yang ekivalen dengan 500 mg logam platina, dan
1,0 g kobal klorida, CoCl2.6H2O yang ekivalen dengan 250 g logam kobal

4) Larutan baku dengan unit warna 5,10,15,20,25,30,35,40,45,50,60,70. Ambil secara kuantitatif


larutan induk 500 unit PT-Co, masing-masing sebanyak 0,5 mL, 1,0 mL, 1,5 mL, 2,0 mL, 2,5 mL,
3,0 mL, 3,5ml, 4,0mL, 4,5mL, 5,0 mL, 6,0mL dan 7,0 mL kemudian diencerkan dengan air suling
menjadi 50 mL di dalam tabung nessler.

13
 Cara Kerja Pemeriksaan Kualitas Fisik Air dan Limbah Cair
a. Cara Kerja Pemeriksaan Bau dan Rasa Air

1) Uji Pendahuluan

a) ukur benda uji sebanyak 200 mL, 50 mL, 12 mL,. 2,8 ml dan masukkan masing-masing ke dalam
erlenmeyer 500 mL;

b) tambahkan air suling ke dalam erlenmeyer tersebut masing-masing sebanyak : 0 mL, 150 mL, 188
mL dan 197,2 mL sehingga total volume campuran menjadi 200 mL;

c) tutup erlenmeyer dan masukkan ke dalam penangas air;

d) masukkan juga erlenmeyer berisi 200 mL air suling atau air demineralisasi ke dalam penangas air
tersebut sebagai pembanding;

e) panaskan penangas air sampai mencapai suhu 600 C;

f) setelah suhu air dalam penangas mencapai 600C, angkat erlenmeyer tersebut dari penangas air

g) goyang-goyangkan erlenmeyer dan buka tutupnya serta cium baunya satu persatu, mulai dari yang
paling encer dan diselang-seling dengan air pengencer;

h) apabila tercium bau, catat volume benda uji yang mulai dapat tercium baunya;

i) apabila tidak tercium bau sama sekali, artinya contoh memang tidak berbau, catat hasilnya.

2) Uji Penentuan

a) ulangi langkah pada butir (b) sampai butir (j) seperti tersebut di atas dengan pengenceran sesuai
ketentuan tabel dibawah ini.

14
Tabel. Pengenceran Untuk Beberapa Angka

Volume Awal yang dicatat pertama Volume benda uji yang akan di
kali (mL) encerkan menjadi 200 (mL)

200 200, 140, 100, 70, 50

50 50, 35, 25, 17, 12

12 12, 8,3 5,7, 4,0, 2,8

2,8 2,8, 2,0, 1,4, 1,0

b) catat pada pengenceran berapa bau mulai tercium;

c) tentukan angka bau seperti tercantum pada tabel dibawah ini atau hitung dengan menggunakan
rumus dibawah ini.

Tabel. Angka Bau yang Sesuai dengan Variasi Pengenceran

Volume benda uji yang encerkan Volume benda uji yang akan di
encerkan menjadi 200 (mL)

200 1

140 1,4

100 2

70 3

15
50 4

35 6

25 8

17 12

12 17

8,3 24

5,7 35

4,0 50

2,8 70

2,0 100

1,4 140

1,0 200

Rumus Menghitung Angka Bau

Angka Bau = A+B/A

Keterangan :

A : Volume benda dalam mL untuk membuat 200 mL campuran yang masih tercium baunya

B : Volume air pengencer untuk membuat 200 mL campuran.

16
b. Cara Kerja Pemeriksaan Warna Air

1) Penetapan Sampel Uji

a) Masukkan sampel ke dalam tabung nessler 50 mL

b) Tempatkan tabung nessler ditempatkan pada alas yang berwarna putih

c) Bandingkan warna sampel secara visual dengan larutan baku di mulai dari larutan baku yang

paling encer

d) Tetapkan warna sampel sesuai dengan skala warna larutan baku yang paling mendekati atau berada
diantara dua skala larutan baku

e) Apabila warna lebih dari 70 unit Pt-Co, dilakukan pengenceran langsung pada tabung nessler.

2) Perhitungan

Warna Sampel (unit PtCo) = A x 50/B

A : adalah perkiraan unit warna sampel yang diencerkan

B : adalah mL contoh yang diencerkan

Unit Warna Pembulatan Contoh Pembulatan

(Satuan unit PtCo)

1 – 50 2,5 5;7;5,..........47,5

51- 100 5 50,55,.............95

101-250 10 100; 110;.........210

251-500 20 250;270;........480

17
G. Pemeriksaan Kualitas Air Limbah Secara Kimia
Chemical Oxygen Demand

 Pengertian COD

Chemical oxygen demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan
agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini
bahan buangan oeganik akan dioksidasi oleh kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta
sejumlah ion chrom. Kalium bichromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (
oxidizing agent ).

Oksidasi terhadap bahan buangan organic akan mengikuti reaksi berikut ini :

CaHbOc + Cr2O7 2- + H+ CO2 + H2O + Cr3+

Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat ( Ag2SO4) untuk
mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur klorida yang
dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan
tersebut. Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat sesuai
dengan reaksi berikut ini :

6Cl- + Cr2O7 2- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O

Apabila dalam larutan air lingkungan terdapat klorida, maka oksigen yang diperlukan pada reaksi
tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan
buangan organik tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat adalah untuk
mengikat ion klor menjadi merkuri klorida mengikuti reaksi berikut ini :

18
Hg2+ + 2Cl- HgCl2

Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi
adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen
yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah
kalium bichromat yang dipakai pada reaksi tersebut diatas. Makin banyak kalium bichromat yang
dipakai pada reaksi oksidasi berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air
lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa
jauh tingkat pencemaran lingkungan dapat ditentukan.

(wardhana,1995)

Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat
dari pada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut
uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen uang dibutuhkan oleh bahan
oksidan,misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di
dalam air.

Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada uji BOD
karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi
dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji COD karena sukar
dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. Sembilan puluh enam
persen hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD
selama 5 hari. Adanya senyawa khlor selain mengganggu uji BOD juga dapat mengganggu uji
COD karena khlor dapar bereaksi dengan kalium dikhromat. Cara pencegahannya adalah dengan
menambahkan merkuri sulfat yang akan membentuk senyawa kompleks dengan khlor. Untuk
mencegah reaksi dikhromat dengan khlor, jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira
sepuluh kali jumlah khlor di dalam contoh. ( Fardiaz,1992)

19
 Keuntungan tes COD

Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa

BOD5 memerlukan 5 hari. Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L, tidak dibutuhkan
pengenceran sampel sedang pada umunya analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran.

Ketelitian dan ketepatan ( reproducibility ) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi darites
BOD.

Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD,tidak menjadi soal
pada tes COD.

 Kekurangan tes COD

Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang
menirukan oksidasi biologis ( yang sebenarnya terjadi di alam ), sehingga merupakan suatu
pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka tes COD tidak dapat membedakan antara za-zat
yang sebenarnya tidak teroksidasi ( inert ) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. (
Alearts,1984 )

 Spektrofotometri

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah
spektrum, instrumen yang digunakan ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak
sebuah spektrometer dan fotometer. Sebuah spektrometer optis adalah sebuah instrument yang
mempunyai sistem optis yang dapat menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet yang
masuk, dan dengan mana dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengambilan sampel air limbah di lakukan untuk melihat bagaimana kualitas limbah yang
terkandung dalam air tersebut baik itu secara fisik maupun kimia. Dan tahapan dalam
pemeriksaan air tersebut baik itu secara fisik atau kimia

B. Saran
Semoga kiranya makalah ini dapat berguna bagi pembaca baik pemeriksaan sampel air limbah
secara fisik dan kimia

21
DAFTAR PUSTAKA

 http://informasikesling.blogspot.com/2016/05/cara-pemeriksaan-kualitas-fisik-air-
dan.html
 https://slideplayer.info/slide/2810180/
 https://www.researchgate.net/publication/328100595_Liquid_Waste_Content_Bas
ed_on_Chemical_Parameters_at_Animal_Slaughterhouse's_Inlet_and_Outlet/fullte
xt/5bb76e6b299bf1049b6fee72/328100595_Liquid_Waste_Content_Based_on_Ch
emical_Parameters_at_Animal_Slaughterhouse's_Inlet_and_Outlet.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai