Limbah cair yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) nantinya akan dialirkan ke
perairan dan berpotensi mencemari lingkungan karena dapat mengurangi biota dan
mikroorganisme perairan serta dapat menyebabkan keracunan. Oleh karena itu limbah cair ini
perlu diolah sebelum dialirkan ke perairan. Limbah yang akan dialirkan tersebut harus
memenuhi standar baku mutu limbah kelapa sawit CPO yang telah ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan hidup pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-
51/Menlh/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Nama Anggota :
Baku Mutu
No. Parameter Lingkungan Satuan
Limbah
1. BOD mg/l 250
2. COD mg/l 500
3. TSS mg/l 300
4. Nitrogen Total mg/l 20
5. Minyak dan Lemak mg/l 30
6. pH - 6,0 - 9,0
Untuk membuat limbah PKS sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair maka diperlukan
proses desinfeksi. Dalam proses desinfeksi air limbah terdapat berbagai metode yang dapat
digunakan yaitu menggunakan senyawa klor, ozon, atau sinar UV. Berikut adalah perban-
dingan dari metode-metode desinfeksi air limbah (Metcalf & Eddy, 2004) :
1. Klorin
Keunggulan:
1. Teknologinya sudah dikenal luas dan merupakan desinfektan yang efektif
2. Memiliki sisa klor yang dapat dipantau dan diatur kadarnya (sisa klor dapat
dijaga pada perpipaan yang panjang)
3. Dapat mengoksidasi sulfida
4. Unit klorinasi dapat digunakan untuk keperluan lainnya seperti pengendalian
bau maupun desinfeksi pada sistem pengolahan air bersih
5. Relatif murah
6. Tersedia dalam bentuk kalsium dan sodium hipoklorit (sebagai alternatif dari
penggunaan gas klor)
Nama Anggota :
Kekurangan:
Menggunakan zat kimia yang dapat membahayakan operator dan masyarakat
sekitar sehinga perlu standard safety yang tinggi
Memerlukan waktu kontak yang relatif lebih lama dibandingkan dengan
desinfektan lainnya
Perlu adanya deklorinasi untuk menurunkan toksisitas efluen terolah
Berpotensi untuk terbentuknya trihalometan dan DBP (disinfectant by products)
Adanya pembentukan VOC (volatile organic compounds) di tangki kontak
Dapat mengoksidasi besi, magnesium, zat organik, maupun anorganik sehingga
desinfektan terkonsumsi
Meningkatkan level TDS pada efluen
Meningkatkan kandungan klorida
Menyebabkan air limbah menjadi asam jika alkalinitas tidak memadai
2. Klorin Dioksida
Keunggulan:
Efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan klorin untuk menonaktifkan
kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
Kemampuan membunuh mikroorganisme tidak terpengaruh pH
Mengoksidasi sulfida
Memiliki sisa desinfektan
Kekurangan:
Tidak stabil, harus diproduksi di tempat
Dapat mengoksidasi besi, magnesium, zat organik, maupun anorganik sehingga
desinfektan terkonsumsi
Berpotensi untuk terbentuknya DBP
Terdekomposisi oleh sinar matahari
Dapat mengakibatkan terbentuknya bau
Nama Anggota :
3. Ozon
Keunggulan:
Efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan klorin untuk menonaktifkan
kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
Kemampuan membunuh mikroorganisme tidak terpengaruh pH
Memiliki waktu kontak yang relatif lebih singakt dibandingkan dengan klorin
Mengoksidasi sulfida
Area yang diperlukan lebih sedikit
Dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut
Kekurangan:
Keberhasilan proses desinfeksi tidak dapat dipantau secara langsung
Tidak memiliki sisa desinfektan
Pada dosis rendah akan kurang efektif untuk inaktivasi beberapa jenis virus,
spora, dan kista
Berpotensi membentuk DBP
Dapat mengoksidasi besi, magnesium, zat organik, maupun anorganik sehingga
desinfektan terkonsumsi
Relatif mahal dan memiliki kebutuhan energi yang tinggi
Sangat korosif dan toksik sehingga perlu standard safety yang tinggi
Perlu kecermatan yang tinggi dalam operasional dan perawatan sistem
Memiliki keterbatasan untuk penggunaan tambahan dan semakin terbatas
apabila di instalasi telah terdapat unit pembentukan high-purity oxygen
Nama Anggota :
4. Ultra Violet
Keunggulan:
Efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan klorin untuk menonaktifkan
kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
Tidak meninggalkan residu yang bersifat toksik maupun meningkatkan level
TDS efluen
Tidak ada pembentukan DBP
Memerlukan lahan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan klorinasi
Menguntungkan dari segi safety karena tidak ada penggunaan bahan kimia
Efektif menghilangkan senyawa organik persisten seperti NDMA (N-
nitrosodimethylamine)
Kekurangan:
Keberhasilan proses desinfeksi tidak dapat dipantau secara langsung
Tidak memiliki sisa desinfektan
Pada dosis rendah akan kurang efektif untuk inaktivasi beberapa jenis virus,
spora, dan kista
Relatif mahal dan memiliki kebutuhan energi yang tinggi
Desain profil hidrolis sangat penting pada sistem UV
Membutuhkan lampu UV yang banyak jika sistem low-pressure low-intensity
digunakan
Memiliki keterbatasan untuk penggunaan tambahan
Klorin Ozon
Kelebihan -Teknologinya sudah dikenal luas -Efektif dan lebih efektif jika
dan merupakan desinfektan yang dibandingkan dengan klorin untuk
efektif menonaktifkan kebanyakan virus,
-Memiliki sisa klor yang dapat spora, kista, dan ookista
Nama Anggota :
Kekurangan -Menggunakan zat kimia yang dapat -Keberhasilan proses desinfeksi tidak
membahayakan operator dan dapat dipantau secara langsung
masyarakat sekitar sehinga perlu -Tidak memiliki sisa desinfektan
standard safety yang tinggi -Pada dosis rendah akan kurang efektif
-Memerlukan waktu kontak yang untuk inaktivasi beberapa jenis virus,
relatif lebih lama dibandingkan spora, dan kista
dengan desinfektan lainnya -Berpotensi membentuk DBP
-Perlu adanya deklorinasi
untuk -Dapat mengoksidasi besi, magnesium,
menurunkan toksisitas efluen terolah zat organik, maupun anorganik
-Berpotensi untuk terbentuknya sehingga desinfektan terkonsumsi
trihalometan dan DBP (disinfectant -Relatif mahal dan memiliki kebutuhan
by products) energi yang tinggi
-Adanya pembentukan VOC (volatile -Sangat korosif dan toksik sehingga
organic compounds) di tangki kontak perlu standard safety yang tinggi
-Dapat mengoksidasi
besi, -Perlu kecermatan yang tinggi dalam
magnesium, zat organik, maupun operasional dan perawatan sistem
Nama Anggota :