Anda di halaman 1dari 27

PELINGKUPAN

07/04/2021
Pelingkupan (Scoping)
Pelingkupan adalah pembidangan atau pemilahan dan
pembatasan bidang tertentu atau lapangan tertentu
dari suatu obyek kajian. Karena keterbatasan
sumberdaya seperti waktu, dana, tenaga, teknik, dan
metode telaahan, maka dalam praktiknya pelaksana
studi ANDAL tidak mungkin melakukan kajian terhadap
seluruh komponen lingkungan, sehingga kajian
.
diutamakan pada komponen lingkungan penting yang
akan mengalami perubahan sebagai dampak kegiatan
suatu proyek.
Dengan kata lain, pelingkupan adalah
pemusatan pandangan sebagai proses untuk
menemukan atau menetapkan dampak
penting atau sering disebut sebagai masalah
utama (main issue) dari suatu proyek
terhadap lingkungannya
07/04/2021
Kegunaan/Tujuan Pelingkupan

1. Mendapatkan arah studi, karena holistiknya


lingkungan hidup (Abiotic, Biotic, Culture),
untuk memperoleh arahan komponen
lingkungan pokok.
2. Mendapatkan informasi tentang proyek secara
jelas.
3. Mendapatkan komponen pokok dan dampak
terhadap komponen sosial-ekonomi dan budaya
secara jelas.
4. Menghilangkan kemungkinan saling tumpang
tindih dalam mengkaji/membahas komponen
lingkungan.
5. Efisiensi terhadap pemanfaatan waktu, tenaga,
dan dana, serta efektif dalam penyelenggaraan
studi ANDAL.
07/04/2021
Pelaksanaan Pelingkupan
Pelingkupan umumnya dilaksanakan melalui diskusi
untuk mencari kesepakatan akan masalah penting
yang akan di-ANDAL berkaitan dengan waktu,
biaya, dan wilayah dampak.

Pelingkupan sebaiknya melibatkan:


◼ Pemrakarsa/pemilik proyek

◼ Instansi terkait

◼ Tim ahli Amdal

◼ LSM/masyarakat.

07/04/2021
POSISI PELINGKUPAN DALAM
DOKUMEN KERANGKA ACUAN (KA)

Hasil pelingkupan menjadi dasar bagi penyusunan dokumen


Kerangka Acuan (KA) atau Term of Reference (TOR).
Sistematika penulisan dokumen KA sebagaimana dapat dilihat
pada Pedoman Penyusunan Dokumen KA pada slide di bawah juga
mengindikasikan tentang hal ini.
Dari sistematika penulisan/penyusunan yang ada terlihat bahwa
pelingkupan menjadi muatan kunci bagi dokumen KA, termasuk
juga menjadi dasar bagi pembuatan metode studi yang akan
dilakukan.
Di slide-slide berikut nanti akan dipaparkan tentang muatan
pelingkupan beserta penjelasannya serta (contoh) ringkasan
metode studi yang akan digunakan dalam pelaksanaan studi
lapangan/studi Andal.
07/04/2021
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN KERANGKA
ACUAN (KA) (Menurut Lampiran I Permen LH 16/2012)
A. Tujuan dan Fungsi KA
B. Muatan Dokumen KA:
1. Pendahuluan
2. Pelingkupan
3. Metode studi:
a. Metode pengumpulan dan analisis data yang akan
digunakan
b. Metode prakiraan dampak penting yang akan
digunakan
c. Metode evaluasi secara holistik terhadap dampak
lingkungan
4. Daftar pustaka
5. Lampiran
07/04/2021
Macam Pelingkupan
Pelingkupan sosial (social scoping); adalah pemilahan dan
pembatasan bidang sosial yang merupakan suatu kegiatan
yang amat dini dalam proses ANDAL dalam usaha
mengidentifikasi komponen atau bagian lingkungan mana
yang diutamakan, yang menyangkut kepentingan umum
maupun kelompok masyarakat yang akan menerima
dampak suatu kegiatan.
Pelingkupan ekologis (ecological scoping); adalah pemilahan dan
pembatasan bidang ekologi, yang merupakan suatu usaha mencari
kemungkinan untuk mempelajari dan menduga pengaruh suatu
rencana kegiatan pada komponen lingkungan yang ditentukan

Pelingkupan kebijaksanaan dan perencanaan


(policy/planning scoping); adalah proses dari pelingkupan
untuk menetapkan secara cepat pilihan dari suatu
pembangunan proyek, menganalisis masalah-masalah yang
akan timbul sejak awal, dan juga akan menghasilkan saran-
saran strategi di dalam menjalankan atau membatalkan
07/04/2021 suatu proyek.
07/04/2021
07/04/2021
MUATAN DI DALAM PELINGKUPAN (Lampiran I Permen LH
No. 16/2012, Sedikit Dimodifikasi )

1. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan (RG) dengan fokus


kepada komponen-komponen kegiatan yang berpotensi
menyebabkan dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan,
termasuk alternatifnya (jika ada).

2. Deskripsi rona lingkungan hidup awal (environmental setting) atau


sering disingkat RLA; yang berisi uraian mengenai rona lingkungan
hidup secara umum di lokasi RG yang mencakup:

a. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features


lingkungan yang ada di sekitar lokasi RG serta kondisi
lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:
1) komponen geo-fisik-kimia, seperti sumber daya geologi,
tanah, air permukaan, air bawah tanah, udara, kebisingan,
dan lain sebagainya;
2) komponen biologi, seperti vegetasi/flora, fauna, tipe
ekosistem, keberadaan spesies langka dan/atau endemik
serta habitatnya, dan lain sebagainya;
3) komponen sosio-ekonomi-budaya, seperti tingkat
pendapatan, demografi, mata pencaharian, budaya setempat,
situs arkeologi, situs budaya dan lain sebagainya;
4) komponen kesehatan masyarakat, seperti perubahan tingkat
kesehatan masyarakat.
b. Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi RG beserta
dampak yang ditimbulkannya (untuk memperoleh gambaran utuh
tentang kegiatan-kegiatan lain yang sudah ada di sekitar lokasi RG,
yang memanfaatan sumberdaya alam dan mempengaruhi
lingkungan setempat).
3. Hasil pelibatan masyarakat (melalui pengumuman dan konsultasi
publik dalam rangka merumuskan input bagi pelingkupan).
4. Dampak penting hipotetik; yang dihasilkan melalui proses:
a. Identifikasi dampak potensial, untuk menghasilkan daftar dampak
potensial (belum ada penentuan dampak penting/tidak).
Esensi dari proses identifikasi dampak potensial ini adalah
menduga semua dampak yang berpotensi terjadi jika rencana
usaha dan/atau kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah
ini menghasilkan daftar ‘dampak potensial’.
Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer,
sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul
sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada
tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin
akan timbul tanpa memperhatikan penting tidaknya dampak.
Proses identifikasi dampak potensial dilakukan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara
nasional dan/atau internasional di berbagai literatur.
Prosedur identifikasi dampak potensial yang dilakukan biasanya
meliputi:
1) Proses konsultasi dan diskusi yang melibatkan pemrakarsa, para
pakar (konsultan penyusun AMDAL) serta instansi pemerintah
yang berwenang perihal:
a) peraturan perundangan yang berlaku tentang KA dan ANDAL
b) deskripsi RG yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan, dsb.
Pada tahap ini sudah dapat dilakukan identifikasi dampak
dengan menggunakan metode identifikasi dampak (Lihat Materi
Penunjang Matkul Pelingkupan - Identifikasi Dampak, pada
softfile yang terpisah), penelaahan pustaka, analisis isi dan
brainstorming.
2) Pengamatan terhadap kondisi wilayah sekitar dengan metode
pengamatan lapangan. Pengamatan ini dilakukan oleh pakar,
sedang pemrakarsa perlu terlibat secara aktif. Pada tahap ini
dapat diperoleh masukan tentang dampak penting menurut
sudut pandang masyarakat.
3) Berdasarkan hasil kerja dari Langkah 1) dan 2), selanjutnya
dapat disusun daftar dampak potensial .

07/04/2021
b. Evaluasi dampak potensial, untuk menyaring dampak yang
perlu kajian lebih lanjut sehingga dapat diperoleh daftar
kesimpulan dampak penting hipotetik (DPH).
Evaluasi dampak potensial esensinya adalah memisahkan
dampak yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan
dugaan (hipotesa) dampak, dari dampak yang tidak lagi perlu
dikaji. Dalam proses ini, harus dijelaskan dasar penentuan
bagaimana suatu dampak potensial dapat disimpulkan
menjadi dampak penting hipotetik (DPH) atau tidak.
Salah satu kriteria penapisan untuk menentukan apakah
suatu dampak potensial dapat menjadi DPH atau tidak adalah
dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah berencana
untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang
mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu,
pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan,
panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah
dan/atau standar internasional, dan lain sebagainya.
Selain itu, metode yang sering digunakan untuk
mengevaluasi derajat kepentingan dari dampak potensial
sehingga bisa digolongkan ke dalam DPH adalah metode
rapat dan metode telaah pustaka dengan pedoman
penentuan dampak penting [Keputusan Kepala Bapedal No.
056 Tahun 1994 – yang melibatkan 7 kriteria dampak
penting: jumlah manusia terkena dampak (1), luas
persebaran dampak (2), lama dampak berlangsung (3),
intensitas dampak (4), sifat kumulatif dampak (5),
banyaknya komponen lingkungan lain terkena dampak (6),
dan berbalik/tidaknya dampak (7)], sebagai acuan.
Langkah (b) ini pada akhirnya menghasilkan daftar
kesimpulan ‘dampak penting hipotetik (DPH)’.

07/04/2021
Pada bagian ini, penyusun dokumen Amdal diharapkan
menyampaikan keluaran berupa uraian proses evaluasi
dampak potensial menjadi DPH.
Setelah itu seluruh DPH yang telah dirumuskan
ditabulasikan dalam bentuk daftar kesimpulan DPH akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji dalam
ANDAL sesuai hasil pelingkupan.
Dampak potensial yang tidak dikaji lebih lanjut, juga harus
dijelaskan alasan-alasannya dengan dasar argumentasi
yang kuat.
(Lihat tabel terkait di bawah).
5. Batas wilayah studi dan batas waktu kajian. Batas wilayah
studi dibentuk dari empat unsur yang berhubungan dengan
dampak lingkungan suatu rencana kegiatan [masing-
masing ditunjukkan melalui gambar-bambar peta di bawah,
yang merupakan contoh kasus Rencana Pembangunan
07/04/2021
Toko Progo Yogyakarta (ketika belum terbangun dan
beroperasi seperti sekarang)], yaitu:
a. Batas proyek; yakni ruang di mana seluruh komponen
rencana kegiatan akan dilakukan, termasuk komponen
kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan
pasca operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau
kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan
hidup di sekitarnya.
b. Batas ekologis; yaitu ruang terjadinya sebaran dampak
lingkungan dari RG yang akan dikaji, mengikuti media
lingkungan masing-masing (seperti air dan udara), di
mana proses alami yang berlangsung dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Batas ekologis akan mengarahkan penentuan
lokasi pengumpulan data rona lingkungan awal dan
analisis persebaran dampak.
07/04/2021
c. Batas sosial; yaitu ruang di sekitar RG yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung
norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem
dan struktur sosial), sesuai dengan proses dan dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu RG. Batas ini
pada dasarnya merupakan ruang di mana masyarakat, yang
terkena dampak lingkungan seperti limbah, emisi atau
kerusakan lingkungan, tinggal atau melakukan kegiatan.
d. Batas administratif; yaitu wilayah administratif terkecil yang
relevan (seperti desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten,
provinsi) yang wilayahnya tercakup oleh tiga unsur batas di
atas. Dengan menumpangsusunkan ( overlay) batas
administratif wilayah pemerintahan dengan tiga peta batas
seperti tersebut di atas, maka akan terlihat desa/keluruhan,
kecamatan, kabupaten dan/atau provinsi mana saja yang
masuk dalam batas proyek, batas ekologis dan batas sosial.
Akhirnya, masing-masing batas diplotkan pada peta yang
kemudian ditumpangsusunkan satu-sama lain (overlay),
sehingga dapat ditarik garis luar gabungan keempat batas
tersebut. Garis luar gabungan itu yang disebut sebagai ’batas
wilayah studi’. (Pada gambar peta di bawah batas wilayah
studi kebetulan berimpit dengan batas administratif).

Kemudian, di samping batas wilayah studi, batas waktu kajian


harus teridentifikasi secara jelas pula, yang akan digunakan
dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak dalam
kajian Andal. Setiap dampak penting hipotetik yang dikaji
memiliki batas waktu kajian tersendiri. Penentuan batas
waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa
adanya RG atau dengan adanya RG.
07/04/2021
Tabel Contoh Hasil Identifikasi Dampak Potensial (Dampak Potensial)
dan Hasil Evaluasi Dampak Potensial (Dampak Penting Hipotetik) pada Contoh
Kasus Rencana Pembukaan Lapangan Minyak di Daratan Seluas 50 Ha

No. Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik

1. Sedimentasi sungai
2. Kadar minyak perairan sungai Kadar minyak perairan sungai
3. Kadar Pb udara ambien Kadar Pb udara ambien

4. Kesuburan tanah
5. Erosi
6. Populasi perikanan (sungai) Populasi perikanan (sungai)
7. Populasi satwa liar yang dilindungi
8. Kerapatan vegetasi hutan Kerapatan vegetasi hutan
9. Kesempatan kerja Kesempatan kerja
10. Pendapatan penduduk Pendapatan penduduk
11. Kesehatan masyarakat
12. Aksesibilitas daerah
07/04/2021 Aksesibilitas daerah

Anda mungkin juga menyukai