07/04/2021
Pelingkupan (Scoping)
Pelingkupan adalah pembidangan atau pemilahan dan
pembatasan bidang tertentu atau lapangan tertentu
dari suatu obyek kajian. Karena keterbatasan
sumberdaya seperti waktu, dana, tenaga, teknik, dan
metode telaahan, maka dalam praktiknya pelaksana
studi ANDAL tidak mungkin melakukan kajian terhadap
seluruh komponen lingkungan, sehingga kajian
.
diutamakan pada komponen lingkungan penting yang
akan mengalami perubahan sebagai dampak kegiatan
suatu proyek.
Dengan kata lain, pelingkupan adalah
pemusatan pandangan sebagai proses untuk
menemukan atau menetapkan dampak
penting atau sering disebut sebagai masalah
utama (main issue) dari suatu proyek
terhadap lingkungannya
07/04/2021
Kegunaan/Tujuan Pelingkupan
◼ Instansi terkait
◼ LSM/masyarakat.
07/04/2021
POSISI PELINGKUPAN DALAM
DOKUMEN KERANGKA ACUAN (KA)
07/04/2021
b. Evaluasi dampak potensial, untuk menyaring dampak yang
perlu kajian lebih lanjut sehingga dapat diperoleh daftar
kesimpulan dampak penting hipotetik (DPH).
Evaluasi dampak potensial esensinya adalah memisahkan
dampak yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan
dugaan (hipotesa) dampak, dari dampak yang tidak lagi perlu
dikaji. Dalam proses ini, harus dijelaskan dasar penentuan
bagaimana suatu dampak potensial dapat disimpulkan
menjadi dampak penting hipotetik (DPH) atau tidak.
Salah satu kriteria penapisan untuk menentukan apakah
suatu dampak potensial dapat menjadi DPH atau tidak adalah
dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah berencana
untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang
mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu,
pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan,
panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah
dan/atau standar internasional, dan lain sebagainya.
Selain itu, metode yang sering digunakan untuk
mengevaluasi derajat kepentingan dari dampak potensial
sehingga bisa digolongkan ke dalam DPH adalah metode
rapat dan metode telaah pustaka dengan pedoman
penentuan dampak penting [Keputusan Kepala Bapedal No.
056 Tahun 1994 – yang melibatkan 7 kriteria dampak
penting: jumlah manusia terkena dampak (1), luas
persebaran dampak (2), lama dampak berlangsung (3),
intensitas dampak (4), sifat kumulatif dampak (5),
banyaknya komponen lingkungan lain terkena dampak (6),
dan berbalik/tidaknya dampak (7)], sebagai acuan.
Langkah (b) ini pada akhirnya menghasilkan daftar
kesimpulan ‘dampak penting hipotetik (DPH)’.
07/04/2021
Pada bagian ini, penyusun dokumen Amdal diharapkan
menyampaikan keluaran berupa uraian proses evaluasi
dampak potensial menjadi DPH.
Setelah itu seluruh DPH yang telah dirumuskan
ditabulasikan dalam bentuk daftar kesimpulan DPH akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji dalam
ANDAL sesuai hasil pelingkupan.
Dampak potensial yang tidak dikaji lebih lanjut, juga harus
dijelaskan alasan-alasannya dengan dasar argumentasi
yang kuat.
(Lihat tabel terkait di bawah).
5. Batas wilayah studi dan batas waktu kajian. Batas wilayah
studi dibentuk dari empat unsur yang berhubungan dengan
dampak lingkungan suatu rencana kegiatan [masing-
masing ditunjukkan melalui gambar-bambar peta di bawah,
yang merupakan contoh kasus Rencana Pembangunan
07/04/2021
Toko Progo Yogyakarta (ketika belum terbangun dan
beroperasi seperti sekarang)], yaitu:
a. Batas proyek; yakni ruang di mana seluruh komponen
rencana kegiatan akan dilakukan, termasuk komponen
kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan
pasca operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau
kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan
hidup di sekitarnya.
b. Batas ekologis; yaitu ruang terjadinya sebaran dampak
lingkungan dari RG yang akan dikaji, mengikuti media
lingkungan masing-masing (seperti air dan udara), di
mana proses alami yang berlangsung dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Batas ekologis akan mengarahkan penentuan
lokasi pengumpulan data rona lingkungan awal dan
analisis persebaran dampak.
07/04/2021
c. Batas sosial; yaitu ruang di sekitar RG yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung
norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem
dan struktur sosial), sesuai dengan proses dan dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu RG. Batas ini
pada dasarnya merupakan ruang di mana masyarakat, yang
terkena dampak lingkungan seperti limbah, emisi atau
kerusakan lingkungan, tinggal atau melakukan kegiatan.
d. Batas administratif; yaitu wilayah administratif terkecil yang
relevan (seperti desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten,
provinsi) yang wilayahnya tercakup oleh tiga unsur batas di
atas. Dengan menumpangsusunkan ( overlay) batas
administratif wilayah pemerintahan dengan tiga peta batas
seperti tersebut di atas, maka akan terlihat desa/keluruhan,
kecamatan, kabupaten dan/atau provinsi mana saja yang
masuk dalam batas proyek, batas ekologis dan batas sosial.
Akhirnya, masing-masing batas diplotkan pada peta yang
kemudian ditumpangsusunkan satu-sama lain (overlay),
sehingga dapat ditarik garis luar gabungan keempat batas
tersebut. Garis luar gabungan itu yang disebut sebagai ’batas
wilayah studi’. (Pada gambar peta di bawah batas wilayah
studi kebetulan berimpit dengan batas administratif).
1. Sedimentasi sungai
2. Kadar minyak perairan sungai Kadar minyak perairan sungai
3. Kadar Pb udara ambien Kadar Pb udara ambien
4. Kesuburan tanah
5. Erosi
6. Populasi perikanan (sungai) Populasi perikanan (sungai)
7. Populasi satwa liar yang dilindungi
8. Kerapatan vegetasi hutan Kerapatan vegetasi hutan
9. Kesempatan kerja Kesempatan kerja
10. Pendapatan penduduk Pendapatan penduduk
11. Kesehatan masyarakat
12. Aksesibilitas daerah
07/04/2021 Aksesibilitas daerah