Anda di halaman 1dari 404

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

(ANDAL)

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KELAS B
PROVINSI SULAWESI UTARA, KELURAHAN KLEAK,
KECAMATAN MALALAYANG, KOTA MANADO
PROVINSI SULAWESI UTARA

DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA


JL. 17 AGUSTUS TELING ATAS,
WANEA KOTA MANADO, SULAWESI MEI 2019
UTARA INDONESIA
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
(ANDAL)

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KELAS B
PROVINSI SULAWESI UTARA,
KELURAHAN KLEAK, KECAMATAN MALALAYANG,
KOTA MANADO
PROVINSI SULAWESI UTARA

MEI 2019

DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA


JL. 17 AGUSTUS TELING ATAS, WANEA,
KOTA MANADO
SULAWESI UTARA
INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU
NOMOR: 205/1".88/ 16 /ILING/DPMPTSP/ Iy /2019

TENTANG

IZIN LINGKUNGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KELAS B PROVINSI SULAWESI UTARA


I
KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANANTERPADU
/ SATU PINTU, '.

Menimbang: a. bahwa berdasarkan PasaI 36 ayat (1) Undang-Undang Npmor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hid~~, setial? ~s~a
d~/atau Kegiatan yang wajib AmdaI atau UKL-UPL wajib merniliki izm
lingkungan; ,
b. bahwa izin lingkungan diterbitkan oleh Bupati/Walikota. untuk Keputusan
Kel~yakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi Uri-UPL diterbitkan oleh
Bupati/Walikota sebagaimana yang dimaksud dalarn pasal 47 butir (c)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tabun 2012 tentang Izin Lingkungan;
c. bdhwa berdasarkan Keputusan Walikota \ Manado nomor:
~b4/KEP/D.ll/LH/2019 tanggal 16 April Tentang Kelayakan Lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerab Kelas B di Kelurahan IKleak, Kecamatan
MaIaIayang Kota Manado oleh Dinas Kesehatan Provinsi ~ulawesi Utara.

Scanned by CamScanner
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 32 Tabun 2009 Tentang Perlindungan dan
~/ Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
' Tabun 2009 Nomor 140, Tambaban Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
f\ 2. Peraturan I
Pemerintab Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan
. 3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 08
Tabun 2013 Tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan; i
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RepubJik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2018 ten tang Pedou{an Penetapan Jenis
Rencana usaha dan/atau kegiatan yang ...w..ajib memiliki
Upaya Pengelolaan_Lingkungan Hidup_4an Upaya/Pemantauan
Lingkungan Hidup dan Surat Pemyataan~Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup; \ .-
5. Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 14 Tabun 2018 Penetapan
Jenis Usaba dan/ atau kegiatan yang wajib memiliki Upaya Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
7. Peraturan Daerab Kota Manado Nomor 7 Tahun 2017 ten tang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Manado
8. Peraturan Walikota Manado Nomor 4 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Perizinan dan Non Perizinan pada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Manado sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Walikota Manado No 7 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Walikota No 4 Tahun 2017 Tentang
penyelenggaraan Perizinan dan Non Perizinan pada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Manado;

Scanned by CamScanner
9. Keputusan Walikota Manado Nomor 33jKepjD.21jPEMDAL_PTSPj2017
Tentang Pembentukan Tim Teknis Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal
Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Manado.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU TENTANG IZIN LINGKUNGAN
KESATU Memberikan Izin Lingkungan kepada:
a. Nama : RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KELAS B
PROVINSI SULAWESI UTARA
b. Nama Penan~,~};)'Em&-~Mse.ph
Jawab
r .~ l
Us .
.."
/'i :1"11
" I t
" DO
.... . .-R
dan j atau giatan~-=~
Jf
,~ -. ,,_
"'"""
e. Nama K ataiC'
d an """':il
u KegmF
l
d. Lo asi Kegiatan' \
~-RUmah-SakieUmuiii.Dae~KelaS
. _
: Jl. Bethesda No. 77,~Kel. Kleak,
I B

ee. Malalayang

KEDUA Rene
\ / (
kegiatair-ipembarigunan
\\
d~(.pengoperaslan
\l.~~ta Man~1°'
umah Sakit Umum
II). \ '
Daerah (RSUD) kelas \B:Piovin'si Sulawesi' Utara, dengah as bangunan utama
all rurnah s~t (10 hintai)±:3rha~(29~695m21~e'
I
pelay an kapasitas tempat
tidur s banyak 376 '¥\'(Tetripat Tidtii-)i \ I /
KETIGA Mem~Uhi pe(syaratan segagaiman~ t;reantum d~ okumen UKLjUPL,
I' " rr I ' I' hid
mem e ro leh l Zm/pe rlm d unga n
I , ., / I ~ \ \
d an-rpen g el o l aan
I
1 up yang
mg ngan
dipe J.{Jn s-erta'
persytJataA lain yarlg ditetapkafl(jle6 Men ri, Gubernur atau
Bup tijWalikota-se-su~ debgan /k~wen'ahgrumya beraas kan kepentingan
per dung~-dan-pengelola~Jinglfung~ r-hidup~ ~)
KEEMPAT P e "egang • Iz' ku ngarr Waj"rkrr:.------~-......-, 7.
irruTm-' g
a. MetiJ~nhhi persyaratan standar, standar dan D~~ m tu lingkungan
'dari-Zata\1~kerusakan lingkungan sesuai dengan~// liiro L' kungan dan
. dan~-un, dan- ..7
.,1 /A ~
( /
lpera t_ ura n\ '-- gan~-
pe,run
I I '\ ~ '- \ (. _~ ! - ' VI
b .. M~n~~p"aik~ lap_?raI?-',:p_~l\~~~aan,:;persy~a~ IClfl ewajiban
yang dimuat dalam lzin LmgkUpganlselama 6 (enam) bdlan sek i.
Jn~aju~-"permoh~nb ~penibdbru:; iziii~~il~dire canakan untuk
elakukan ,';perubahan terhcid.ap deskripsl- tencana saha danj atau
k iatarthta. I " " ro'" J t ~"~ ~ .~ ~
KELlMA ApabilaJ ~megang'IZin~ingkungari tid~Jntaati keten an dan peraturan di
atas, m" . dapat dilrenakan---saIiksi admini ~,tif dari/ atau dapat
membatalkan . 1ingkung~}!li. ~
KEENAM Pemegang lzin Lingkungan wajib'" emberikan akses kepada pejabat pengawas
lingkungan hidup untuk melakukan pengawasan.
KETUJUH Izin Lingkungan ini berlaku selama usaha Clanj atau kegiatan berlangsung
sepanjang tidak ada perubahan atas usaha Clanj atau kegiatan dimaksud.
KEDELAPAN: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

2019

INAS

Tembusan :
1. Walikota Manado (sebagai laporan].
2, Wakil Walikota Manado (sebagai laporan].
-I 3. Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado. M1U~~§.ROT NSULU, SE, M.Si.
PEMBINA
NIP. 19731218200012 1001
PEMERINTAH KOTA MANADO
KOMISI PENILAI AMDAL
Jl. Sungai Barito, Cereme, Kelurahan Singkil Dua, Kecamatan Singkil, Kota Manado

RISALAH SIDANG KOMISI AMDAL KOTA MANADO


SARAN / MASUK AN / TANGGAP AN

JENIS DOKUMEN : ANDAL RKL-RPL


JENIS KEGIATAN : Pembangunan dan Pengoperasian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kelas
B Provinsi Sulawesi Utara oleh Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara
LOKASI PROYEK
a. Kelurahan : Kleak
b. Kecamatan : Malalayang
c. Kota : Manado
d. Provinsi : Sulawesi Utara
WAKTU PRESENTASI : Senin, 17 Desember 2018 (08.30 Wita – selesai)
TEMPAT RAPAT : Swiss-Belhotel Maleosan Manado

No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal


1. Zetly Tamod (Tim Teknis):
- Perhatikan batasan untuk “kelas B”. - Batasan untuk pembangunan RSUD ini ANDAL
dijelaskan pada fasilitas yang akan dibangun 1-2 s.d. 1-4
seperti pada Tabel 1.1. dan Tabel 1.2.
- Terkait lahan bermasalah: apakah dikaji? - Lahan yang bermasalah sudah diselesaikan
secara musyawarah antara pihak Dinkes dengan
penghuni rumah dinas
- Bangunan bermasalah diperhatikan. - Bangunan UPTD/Labkesda tersebut tidak ANDAL
termasuk di dalam perencanaan pembangunan 1-1
RSUD Kelas B Sulawesi Utara. Sertifikat
bangunan UPTD tersebut akan terpisah dari
Sertifikat bangunan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara.
- Perhatikan kesesuaian dokumen AMDAL. - Kesesuaian lokasi kegiatan dengan RTRW Kota Lampiran A3
Waspadai permasalahan hukum. Manado berdasarkan rekomendasi dari Dinas
PUPR Kota Manado
- Waspadai banjir. Limpasan air hujan. - Pemrakarsa berencana akan melakukan daur ANDAL
ulang air limpasan untuk mencegah banjir. 1-51
- Peta pengelolaan dan parameter berbeda. - Peta RKL-RPL sudah diperbaiki RKL-RPL
48,49,77,78
- Bab 4: ringkasan pelingkupan. Penulisan - Sudah ditambahkan ANDAL
lebih detail. 1-71
- Usulan masyarakat: perbaiki sistem - Sistem drainase akan diperbaiki RKL-RPL
drainase. 18
- Situs cagar budaya: pengelolaan dan - Pengelolaan dan pemantauan cagar budaya RKL-RPL
pemantauan. Cantumkan dalam dokumen. disajikan di dalam RKL-RPL 44 dan 74
- “desa Kleak”? - Sudah diperbaiki pada Peta 2-6 ANDAL 2-21
- II-58: lengkapi kegiatan sekitar dengan - Sudah diperbaiki pada Peta 2.7 ANDAL 2-63
gambar
- II-21: perbaiki peta yang masih tertulis - Peta sudah diperbaiki pada Peta 2-6 ANDAL 2-21
“desa”
- II-41: cagar budaya yang dimaksud - Pengelolaan dan pemantauan cagar budaya RKL-RPL
dikelola dan dipantau seperti apa> Bab disajikan di dalam RKL-RPL 44 dan 74
dibahas.
- Perjelas batasan kajian dokumen terkait - Batasan untuk pembangunan RSUD ini ANDAL
perencanaan pemrakarsa.Bangunan dijelaskan pada fasilitas yang akan dibangun 1-2 s.d. 1-4
bermasalah; lahan bermasalah. seperti pada Tabel 1.1. dan Tabel 1.2.
Lahan yang bermasalah sudah diselesaikan
secara musyawarah antara pihak Dinkes dengan
penghuni rumah dinas
Bangunan UPTD/Labkesda tersebut tidak ANDAL
termasuk di dalam perencanaan pembangunan 1-1
1
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
RSUD Kelas B Sulawesi Utara. Sertifikat
bangunan UPTD tersebut akan terpisah dari
Sertifikat bangunan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara.
- Banjir dikaji dimana? - Kajian air limpasan (Banjir) dikaji pada Bab 3 ANDAL 3-35 s.d.
3-38
- RKL-RPL: ada perbedaan lokasi dan - Sudah diperbaiki pada RKL-RPL
parameter dalam peta pengelolaan dan
pemantauan
- I-71-71: perlu diuraikan seperti - Rekomendasi material galian akan mengikuti ANDAL 1-12
Kerangka Acuan. Kegiatan penimbunan instansi terkait
dan pemadatan tanah. Rekomendasi?
- IV-9: uraian daya dukung dan daya - Uraian daya dukung dan daya tampung ANDAL
tampung sesuai fakta? dijelaskan pada bab IV 4-8 dan 4-9
- Meminta rekomendasi Dinas Pariwisata - Pemrakarsa akan berkoordinasi dengan Dinas RKL-RPL
terkait situs di lokasi tapak sehingga Pariwisata terkait situs di lokasi tapak proyek 44 dan 74
direkomendasikan layak.
- Dokumen belum dapat disetujui jika tata - Kesesuaian lokasi kegiatan dengan RTRW Kota Lampiran A3
ruang belum rampung/sesuai. Manado berdasarkan rekomendasi dari Dinas
PUPR Kota Manado
2. Marietje Kereh (Tim Teknis):
- laporan sudah baik, tapi masih ada yang
perlu ditambah/ubah.
- Latar belakang sudah tidak perlu. - Sudah diperbaiki ANDAL 1-1
- Ringkasan penting dampak hipotetik: - Sudah diperbaiki ANDAL 1-1
dibuat bertahap/ dibuat sendiri- sendiri.
- RKL: bukan dampak penting hipotetik - Sudah diperbaiki pada RKl-RPL RKL-RPL
yang dikelola. Tapi dampak penting sesuai Hal 3
arahan ANDAL. Sesuai Permen.
- Metodologi prakiraan dampak: “metode - Metodologi prakiraan dampak sudah dipilah ANDAL Bab 3
formal dan informal”. Sebaiknya dipilah. berdasarkan sumber dampak/kegiatan
- Perhatikan kualitas udara. - Kualitas udara sudah disajikan di dalam Rona ANDAL 2-4
Lingkugan Hidup Awal
- Pada bab I (pendahuluan) sesuai permen - Sistematika sudah diperbaiki sesuai dengan Dokumen
LH No. 16 tahun 2012 hanya terdiri; PermenLH Nomor 16 tahun 2012 ANDAL
ringkasan deskripsi rencana usaha/atau
kegiatan dampak penting hipotetik batas
wilayah studi dan batas waktu kajian.
- Latar belakang dan identitas pemrakarsa - Latar belakang dan identitas pemrakarsa sudah ANDAL
penyusun (hal I-1 s/d I.3) ada di KA. dihapus 1-1
- I.71 dan I.72, I.75-I.76: ringkasan dph dan - Ringkasan DPH dan batas waktu kajian sudah ANDAL
batas waktu kajian dari masing-masing diperbaiki per tahapan kegiatan pada Tabel 1.28 1-92 dan 1-95
dph seharusnya dibuat pertahap dan dan Tabel 1.30
sumber dampak kegiatan contoh; Tahap
konstruksi (pada kegiatan mobilisasi alat
dan bahan)>sumber dampak mobilisasi
alat dan bahan > kualitas udara dan
kebisingan dan seterusnya, demikian juga
prakiraan dampak (bab III) karena semua
ini ada kaitan dengan rkl/rpl.
- I-72 Tabel 1.27 judul DPH yang perlu - Judul tabel sudah diperbaiki (Tabel 1.29) ANDAL 1-93
dikelola dan pantau/ bukan hanya yang
perlu dikelola.
- Peta batas wilayah studi seharusnya - Peta Batas Wilayah Studi sudah diperbaiki pada ANDAL 1-96
berada di bab I bukan di bab II Peta 1.4
- III.1 – 10: metode prakiraan dampak - Metode Prakiraan Dampak sudah diperbaiki Bab 3 ANDAL
sebaiknya dibuat pertahapan (kontruksi pertahapan kegiatan
dst) dan pertahap kegiatan. Contoh; tahap
konstruksi; Kegiatan mobilisasi alat dan
bahan meliputi... dan terlihat dalam
laporan lampiran lingkungan komponen
kegiatan (terbalik) seharusnya komponen
baru komponen lingkungan.

2
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
RKL dan RPL
- Pada hal 3 tertulis dampak penting - Judul sudah diperbaiki RKL-RPL
hipotetik yang dikelola seharusnya hal 3
dampak penting yang dikelola (hasil
arahan pengelolaan pada ANDAL.
- RKL dan RPL Seharusnya dibuat lagi - RKL-RPL sudah dibuat per tahapan kegiatan Dokumen RKL-
pertahap dampak kegiatan jelas RPL
pengelolaan dan pemantauannya agar
tidak membingungkan pemrakarsa.
- Pelaksanaan pada tahap konstruksi - Sudah diperbaiki pada dokumen RKL-RPL Dokumen RKL-
seharusnya bukan hanya kontraktor RPL
pelaksana tapi ditambah dengan
pemrakarsa, karena yang membuat
laporan pengelolaan dan pemantauan
adalah pemrakarsa.
3. Veronika Kumurur (Tim Teknis):
- Kajian jumlah kendaraan kebutuhan - Sudah ditambahkan pada ANDAL Bab 2 ANDAL
parkir? Harap dicantumkan di 2-58 s.d. 2-62
dokumen.
- Waspadai kemacetan lalu lintas. - Sudah diakomodir di dalam RKL-RPL RKL-RPL hal 35
dan 36
- Perhatikan kaidah peta. - Peta-peta sudah mengikuti kaidah kartografi
- Digitasi peta. - Beberapa peta sudah dilakukan digitasi seperti
pada Peta I-2
- Peta I.1: Perbaiki dan disesuaikan - Peta 1.1. sudah diperbaiki ANDAL 1-6
dengan kaidah peta, batas-batas
wilayah terlihat jelas
- Peta I.2: perbaiki> buat saja peta site - Peta 1.2. sudah diperbaiki dengan mengacu pada ANDAL 1-7
plan/ blok plan. rekomendasi RTRW Dinas PUPR Kota Manado
- Gambar 1.3 hal I-38 : perhitungan - Sudah ditambahkan pada ANDAL Bab 2 ANDAL
parkir Îkebutuhan parkir berdasarkan 2-58 s.d. 2-61
jumlah kamar belum ada perhitungan
sehingga perlu diketahui apakah ruang
parkir yang tersedia sudah cukup.
- Peta II.1: barangkali tidak usah di - Peta 2.1. sudah diperbaiki ANDAL 2-11
warnai peta tersebut> ubah batas
wilayah saja fungsinya tidak terlihat
- Peta II.5: Peta topografi> cukup garis- - Peta 2.5. sudah diperbaiki ANDAL 2-19
garis kontras saja supaya terlihat jelas
- Peta II.6: perbaiki peta > digambar - Peta 2.6. sudah diperbaiki ANDAL 2-21
kembali atau digit lagi supaya terlihat
jelas apa yang dimaksud dalam
kegiatan.
- Peta II.1: perbaiki peta-peta sesuai - Peta-Peta sudah diperbaiki sesuai dengan kaidah ANDAL
dengan kaidah peta Peta 1-6,1-7, 2-11, 2-
19, 2-21, 2-14
ANDAL 2-14
- Peta II.2: apakah pakai garis pink? - Peta 2-2 sudah diperbaiki ANDAL 2-14

- Kaji helipad > kebisingan, dll. - Helipad akan dikelola dan dipantau dalam RKL- RKL-RPL
RPL Hal 45 dan 74
- Perhitungan luas lahan parkir. - Sudah ditambahkan pada ANDAL Bab 2 ANDAL
- Jumlah kendaraan yang dibutuhkan - Jumlah kendaraan sudah disajikan pada ANDAL 2-58 s.d. 2-62
oleh RS tersebut Bab 2
4. Fabian Manoppo (Tim Teknis):
- Lalu lintas: ANDALALIN. - ANDAL LALIN sudah dilaksanakan
- Tiket counter/gate: sebaiknya posisi - Ticket counter/gate akan diletakkan di dalam RKL-RPL
jangan di dekat jalan. Waspadai lokasi kegiatan hal 35
antrean mobil masuk.
- Sediakan rekomendasi pelaksanaan - Rekomendasi ANDAL LALIN sudah diterbitkan RKL-RPL
proyek. Hal-35
- Sediakan sprayer pad untuk lumpur - Sprayer pad akan disediakan di lokasi kegiatan RKL-RPL
yang melekat di ban kendaraan.Jangan hal 7,9 dan 14
mengotori jalan.

3
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
- Site plan: gambarkan jalur evakuasi. - Jalur evakuasi akan dibuat dan dipasang pada RKL-RPL
tempat-tempat yang mudah dilihat oleh Pasien, Hal 47
Pengunjung dan Pekerja Rumah Sakit
- Data-data yang ditanyakan saat KAK: - Data-data tersebut sudah diperbaiki di dalam ANDAL
gempa; potensi lingkungan; air larian; Rona Lingkungan Hidup Awal Bab 2
longsor; air tanah; tsunami.
- Keamanan struktur: jangan terjadi - Keamanan sudah dikaji di dalam dokumen ANDAL
kasus RSJ ANDAL 1-27 s.d. 1-31
- Lalu lintas perlu ada AMDAL sendiri. - ANDAL LALIN sudah disusun terpisah dari
(Sudah disampaikan OK) kajian AMDAL.
- Tiket (gate) jangan di depan, harus di - Ticket counter/gate akan diletakkan di dalam RKL-RPL
dalam. lokasi kegiatan hal 35
- Penggunaan water sprayer pada - Water sprayer akan disediakan di lokasi kegiatan RKL-RPL
kendaraan proyek masuk-keluar untuk hal 7
mencegah lumpur yang melekat pada
ban mengotori badan jalan
- Lokasi/denah jalur evaluasi - Jalur evakuasi akan dibuat dan dipasang pada RKL-RPL
tempat-tempat yang mudah dilihat oleh Pasien, Hal 47
Pengunjung dan Pekerja Rumah Sakit
5. Herling Tangkuman (Tim Teknis):
- Pemakaian air menggunakan PDAM - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara akan ANDAL
maupun air permukaan. PDAM sumber berkoordinasi dengan PDAM Kota Manado 1-49
mana? terkait suplai air PDAM
- Data lab air permukaan: berbahaya! - Hal ini akan menjadi perhatian bagi pemrakarsa
- Sistem IPAL: kapasitas disesuaikan - Kapasitas IPAL sudah disesuaikan dengan
dengan kapasitas yang ada di RS. Rumah Sakit
sebaiknya kapasitas besar.
- Autoklaf: menggunakan jenis apa? - Autoklaf yang digunakan akan mengikuti ANDAL
ketentuan sesuai dengan Peraturan Menteri 1-58 s.d. 1-59
Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2015 Tata
Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Penggunaan air PDAM? Yang mana? - Dinkes Prov Sulawesi Utara akan berkoordinasi ANDAL 1-49
Apa di Paal Dua atau Pineleng? dengan PDAM Kota Manado terkait pemakaian
- Autoklaf yang bagaimana yang air
digunakan? - Autoklaf yang digunakan akan mengikuti ANDAL 1-58 s.d.
ketentuan sesuai dengan Peraturan Menteri 1-59
Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2015 Tata
Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
6. Liny Tambajong (Ka. Bapelitbangda Kota
Manado):
- perhatikan kemacetan lalu lintas. - Pengelolaan terhadap kemacetan lalu lintas RKL-RPL
sudah disajikan di dalam RKL-RPL hal 35 dan 36
- RS, hotel, dan rumah singgah. - Batasan studi AMDAL hanya pembangunan ANDAL 1-2
RSUD dan fasilitas pendukungnya. Rencana
pembangunan hotel dan rumah singgah
merupakan perencanaan ke depan oleh pihak
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Namun,
rencana pembangunan tersebut tidak termasuk di
dalam Studi AMDAL ini.
- Tempat parkir bersusun (ruang parkir - Tempat parker akan menggunakan smart parking ANDAL 1-35
hidrolik) direkomendasikan. system
- “peta”/”citra satelit”, bisa diperoleh - Peta/citra satelit sudah diperbaiki dengan data ANDAL 1-7
dari Big Data Bapelitbangda Kota terbaru
Manado.
7. Rony Suwandhi (Tim Teknis):
- pembuatan marka jalan, zebra cross, - Sudah ditambahkan di dalam RKL-RPL RKL-RPL
keluar masuk kendaraan di rumah sakit, hal 35
diperhatikan.
- Tempat parkir vertikal disarankan. - Tempat parkir akan disediakan dengan metode RKL-RPL
smart parking system hal 35

4
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
- VC rasio sudah melewati nilai 1. - Pemrakarsa akan melaksanakan rekomendasi RKL-RPL
Sebaiknya tidak melebihi nilai 1. ANDAL LALIN untuk mengurangi V/C ratio hal 35
yang sudah melewati 1
- Perlu memperhatikan rekomendasi - Pemrakarsa akan melaksanakan rekomendasi RKL-RPL
Andalalin yang sudah dikeluarkan ANDAL LALIN hal 35
dengan beberapa catatan: (1)
ketersediaan fasilitas parkir (2) rambu
dan marka (3) celukan lalu lintas (4)
jalan keluar-masuk
- Perlu penanganan/tindakan manajemen - Manajemen dan rekayasa lalu lintas disajikan RKL-RPL
dan rekayasa lalu lintas v/c rasio yang secara terpisah di dalam Dokumen ANDAL hal 3
telah melebihi 1 (satu) LALIN
8. Victor Sompie (Tim Teknis)::
- Kawasan peruntukan perumahan: tidak - Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5
diperbolehkan untuk dibangun berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata
RS kelas B. Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
poin 2 b menyatakan bahwa “Pasal 82 ayat 2
huruf a, ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan peruntukan perumahan meliputi: a.
diperbolehkan melakukan kegiatan
pengembangan perumahan, perdagangan dan
jasa skala lokal, kegiatan pelayanan masyarakat”
- Kawasan RTH: tidak boleh ada - Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5
bangunan kantor. berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata
Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
poin 2 b menyatakan bahwa “Pasal 81 ayat 7
huruf a, meliputi: a Zona Ruang Terbuka Hijau
yang merupakan RTH Kawasan perlindungan
setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH
pengamanan sumber air baku/mata air, dan
rekreasi, serta dilarang untuk kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi ruang
terbuka hijau
- Lampirkan dokumen perizinan yang - Surat Keterangan Kesesuaian Tata Ruang Lampiran A3
diperlukan. Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
terlampir pada Lampiran A3.
- Dinyatakan sesuai, tapi jika dibangun - Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5
di atas RTH, jadi tidak sesuai. berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata
Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
poin 2 b menyatakan bahwa “Pasal 81 ayat 7
huruf a, meliputi: a Zona Ruang Terbuka Hijau
yang merupakan RTH Kawasan perlindungan
setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH
pengamanan sumber air baku/mata air, dan
rekreasi, serta dilarang untuk kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi ruang
terbuka hijau
- Lokasi rencana pembangunan Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5
meliputi 2 kawasan dengan 3 berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata
peruntukan. Yaitu Kawasan Lindung Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
RTH, Kawasan Budidaya Pelayanan D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
Umum, dan kawasan budidaya
perumahan. Oleh karena itu yang dapat
dibangun untuk RS hanya di kawasan
pelayanan umum sedangkan untuk
RTH tetap dipertahankan sebagai RTH
dan tidak ada pembangunan. Demikian
juga untuk di kawasan perumahan,
jangan untuk kegiatan RS, sebaiknya
untuk perumahan dokter/pegawai RS.

5
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
- Izin-izin agar dipenuhi seperti IMB Hal ini akan menjadi perhatian bagi pemrakarsa
yang didahului oleh TABG,
kemudian setelah bangunan selesai,
SLF.
9. Maxi Solang (Dinas PUPR Kota Manado):
- Revisi: jangan menyentuh kawasan - Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5
RTH berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata
Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
poin 2 b menyatakan bahwa “Pasal 81 ayat 7
huruf a, meliputi: a Zona Ruang Terbuka Hijau
yang merupakan RTH Kawasan perlindungan
setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH
pengamanan sumber air baku/mata air, dan
rekreasi, serta dilarang untuk kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi ruang
terbuka hijau
- Adanya peningkatan limpasan air. - Kajian peningkatan limpasan air sudah disajikan ANDAL 3-35 s.d.
pada Bab 3 ANDAL 3-37
- Overlay diperbaiki. Sesuaikan dengan - Peta sudah diperbaiki dengan merujuk kepada ANDAL 1-7
pola ruang PUPR Kota Manado. lampiran Surat Keterangan Kesesuaian Tata
Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
- Perhitungan 20% RTH - RTH berdasarkan DED RSUD adalah 44,54 % ANDAL 1-3
- Zero Delta Q, limpasan ke saluran kota - Kajian peningkatan limpasan air sudah disajikan ANDAL 3-35 s.d.
di hitung lagi pada Bab 3 ANDAL 3-37
- RTH dan Perumahan, desain harus - Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5
menyesuaikan dengan peruntukan berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata
tersebut. Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
10. Montecarlo Biasa (Polresta Manado):
- Pihak kejaksaan pernah melakukan - Kegiatan Labkesda/UPTD bukan merupakan ANDAL 1-1
penyelidikan. Apakah kegiatan kegiatan di dalam RSUD ini. Sertifikat
dilanjutkan? kepemilikan lahan untuk labkesda/UPTD akan
terpisah dari kepemilikan lahan RSUD Provinsi
Sulawesi Utara dalam hal ini Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Utara. Sehingga, pihak Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tidak
mempunyai tanggung jawab untuk melanjutkan
kegiatan Labkesda/UPTD tersebut.
- Berkoordinasi dengan pihak kejaksaan. - Instansi yang terkait dengan Labkesda/UPTD ANDAL 1-1
akan berkoordinasi dengan pihak kejaksaan
- Arus lalu lintas cukup padat. Harap - Pemrakarsa akan menjalankan rekomendasi RKL-RPL
diperhatikan. ANDAL LALIN untuk mencgah kemacetan hal 35
pada ruas Jalan Bethesda.
- Agar untuk pengaturan arus lalu lintas - Pemrakarsa akan menjalankan rekomendasi RKL-RPL
ke lokasi di perhatikan. Jangan sampai ANDAL LALIN untuk mencgah kemacetan hal 35
macet. pada ruas Jalan Bethesda.
- Kalau boleh dibangun untuk jembatan - Hal ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi
penyeberangan agar pejalan kaki dari pemrakarsa
RSU ke seberang jalan bisa gunakan.
- Untuk kasus pembongkaran rumah - Hal ini akan menjadi perhatian bagi pemrakarsa
dinas sebelum ada izin AMDAL
maupun izin lainnya, harus
diselesaikan dengan baik agar tidak
muncul kasus hukum yang baru.
- Lakukan kebijakan dalam - Hal ini akan menjadi perhatian bagi pemrakarsa
pembangunan RSU Daerah Prov. Sulut
ini dengan baik agar tidak salah
kebijakan yang dapat menimbulkan
kerugian nagara.
11. Julike Tacalao (Bagian Hukum Setda. Kota
Manado):

6
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
- Saran-masukan yang diberikan oleh - Saran masukan sudah ditambahkan ke dalam
KPA, wajib ditambahkan ke dokumen AMDAL
dokumen AMDAL.
- Pengoperasian helipad: apakah RS - Pengoperasian Helipad ditujukan untuk ANDAL 1-56
lain sudah tersedia juga? mengevakuasi pasien dari luar daerah. Pasien
Berhubung “sarana transfer pasien ke rujukan dari RS lain akan dievakuasi melalui
RS lain” jalur darat (Ambulance).
- Pengelolaan limbah RS - Pengelolaan limbah RS sudah disajikan di dalam ANDAL 1-57 s.d.
diperhatikan, dicantumkan ke dokumen 1-66
dalam dokumen.
- Analisis kesesuaian lokasi dengan - Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5 dan
RTRW Kota Manado dicantumkan berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata Lampiran A3
dalam dokumen ANDAL RKL-RPL Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
- Pengoperasian Helipad untuk evakuasi - Pengoperasian Helipad ditujukan untuk ANDAL 1-56
pasien dari luar daerah atau dari RS mengevakuasi pasien dari luar daerah. Pasien
yang lain maupun evakuasi/rujuk ke rujukan dari RS lain akan dievakuasi melalui
luar RSUD menuju RS lain, apakah RS jalur darat (Ambulance).
yang lain juga sudah memiliki fasilitas
Helipad? Cantumkan penjelasan dalam
dokumen.
- Pengelolaan limbah-limbah medis - Pengelolaan limbah RS sudah disajikan di dalam ANDAL 1-57 s.d.
dari RSUD, prosesnya harus dokumen 1-66
dicantumkan dalam dokumen.
- Keterlibatan masyarakat sekitar - Keterlibatan masyarakat sudah disajikan di
maupun pemberian izin dalam dokumen KA ANDAL
masyarakat,harus jelas dan
dicantumkan dalam dokumen
- Persyaratan keandalan bangunan dan - Sudah ditambahkan di dalam dokumen ANDAL 1-14
prasarana dalam pembangunan RSUD
harus sesuai dengan Permenkes 56
Tahun 2014 tentang klasifikasi dan
perizinan rumah sakit, cantumkan
dalam dokumen.
- Semua masukan dan saran di akomodir - Semua masukan dan saran di akomodir dalam
dalam dokumen, sehingga dokumen dokumen ANDAL dan RKL-RPl. Surat
ANDAL RKL-RPL dapat pernyataan sudah dilampirkan pada Lampiran
dipertanggung jawabkan ke depan RKL-RPL
dengan membuat surat pernyataan.
12. M. Genohong (Lurah Kleak):
- Lalu lintas yang dibahas hanya jalur - Lalu lintas di dalam dokumen sudah ANDAL 1-15
masuk. menampilkan sirkulasi lalu lintas masuk dan
keluar
- Hindari konflik sosial. - Akan menjadi perhatian bagi pemrakarsa RKL-RPL hal 11
- Cagar budaya: kalau bisa, berikan - Akan menjadi bahan pertimbangan bagi dan 39
akses jalan. Sebagai sarana pemrakarsa
refreshing bagi pengunjung RS.
- Perhatikan: cagar budaya tolong di - Akan menjadi perhatian bagi pemrakarsa
perhatikan
- Lalu lintas yang jalur keluar tolong - Pemrakarsa akan melaksanakan rekomendasi RKL-RPL
diperhatikan ANDAL LALIN untuk jalur keluar Hal 35 dan 36
- Drainase tolong diperhatikan untuk - Pemrakarsa akan memperbaiki saluran drainase RKL-RPL
menghindari banjir eksisting agar tidak terjadi banjir Hal 18
13. Goinpeace Tumbel (Ka. LPM Kleak):
- Lakukan pertemuan dengan tim LPM - Hal ini akan menjadi perhatian bagi pemrakarsa
- LPM dan tokoh Masyarakat tidak - Pemrakarsa akan mengikuti peraturan yang
menolak pembangunan. Dengan catatan berlaku dalam melaksanakan pembangunan.
wajib mengikuti peraturan.
- Penulisan dokumen AMDAL wajib - Pemrakarsa akan mengikuti peraturan
sesuai aturan perundang-undangan. perundang-undangan yang berlaku dalam
melaksanakan pembangunan
- Apakah masyarakat dilibatkan dalam - Masyarakat dilibatkan dalam proses AMDAL
proses AMDAL? dan Izin Lingkungan sesuai dengan PermenLH
Nomor 17 Tahun 2012.

7
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
- LPM siap mengelola perparkiran.
- Bentuk tim khusus untuk memantau
regulasi yang tumpang tindih.
- Sesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan
- Dapat dilanjutkan
14 Theodorus Pontoh (Wakil Sek. LPM Kleak):
- Cagar budaya/situs yang ada dilokasi - Pemrakarsa akan berkoordinasi dengan Dinas RKL-RPL
RS agar di tata (tidak dibongkar) Pariwisata terkait keberadaaan bangunan cagar Hal 44
karena hal ini perlu dibahas dengan budaya
Dinas Pariwisata dan Budaya (tokoh-
tokoh adat)
- Akses jalan keluar depan gereja St. - Akses jalan kelular tersebut akan dipantau RKL-RPL
Joseph kecil, sementara lahan untuk didalam pelaksanaan kegiatan. Titik pemantauan Hal 78
pelebaran jalan menurut kami tidak ada sudah ditambahkan pada Peta RPL
15 David Toreh (LPM Kleak):
- Pelebaran jalan di belakang RS dan di
samping gereja St. Joseph 10 m di jalan
itu jalur transportasi umum.
- Jam kerja saat pekerjaan konstruksi - Pemrakarsa akan membatasi jam kerja RKL-RPL
harus di sepakati yaitu jam 17.00. konstruksi sesuai kesepakatan dengan Hal
Pengalaman saat pekerjaan di perwakilan masyarakat di Kelurahan Kleak 7,8,14,15,16,17,19
UNSRAT, sampai tengah malam, dan 41
sangat mengganggu masyarakat sekitar.
- Benteng Belanda yang ada di lokasi di - Pemrakarsa akan berkoordinasi dengan Dinas RKL-RPL
pagari agar menjadi situs budaya. Pariwisata terkait keberadaaan bangunan cagar hal 45
budaya
- Harus ada komitmen dengan - Komitmen tersebut sudah disajikan di dalam RKL-RPL
memberi kesempatan kerja bagi RKL-RPL hal 3
masyarakat sekitar.
16 Ruth Papente (Kepala Lingkungan I, Kel.
Kleak):
- Koordinasi dengan semua pihak terkait - Pemrakarsa akan berkoordinasi dengan instansi RKL-RPL
kiranya dapat dilaksanakan dengan baik terkait dalam pelaksanaan pembangunan hal 8
dan tidak terlalu lama agar
pembangunan segera dapat
dilaksanakan
- Kiranya dapat melibatkan warga - Pelibatan warga sekitar untuk pembangunan RKL-RPL
sekitar untuk pembangunan dan RSUD Prov Sulawesi Utara sudah diakomodir di hal 3
pengoperasian Rumah Sakit Umum dalam dokumen RKL-RPL.
Daerah Prov. Sulut
- Khusus untuk bangunan/tempat parkir - Hal ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi
di luar tembok RS kiranya dapat pemrakarsa
melibatkan pemerintah dan warga
setempat
17 Sutoyo (LSM Merah Putih):
- Sesuaikan peraturan perundangan- - Pemrakarsa akan mengikuti rekomendasi ANDAL 1-5 dan
undangan RTRW berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata Lampiran A3
Ruang Wilayah Kota Manado Nomor
D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
- Gedung-gedung yang mangkrak dan - Bangunan UPTD/Labkesda tersebut tidak ANDAL 1-1
jangan terjadi hal-hal permasalahan termasuk di dalam perencanaan pembangunan
yang tidak diinginkan RSUD Kelas B Sulawesi Utara. Sertifikat
bangunan UPTD tersebut akan terpisah dari
Sertifikat bangunan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara.
18 NN 01:
- Mohon memperhatikan tentang - Perekrutan tenaga kerja lokal sudah diakomodir RKL-RPL
penggunaan tenaga kerja lokal yang ada di dalam RKL-RPL hal 3
di Kota Manado
- Sesuaikan dengan Perda No. 6 Tahun - Pemrakarsa akan merujuk kepada Perda No. 6 RKL-RPL
2016 tentang penempatan dan Tahun 2016 tentang penempatan dan hal 4,23 dan 28
pendayagunaan Tenaga Kerja di Kota pendayagunaan Tenaga Kerja di Kota Manado
Manado dalam hal perekrutan tenaga kerja

8
No. Saran / Masukan / Tanggapan Jawaban Pemrakarsa / Konsultan Hal
19 NN 02:
- TPS LB3 lokasinya harus tersendiri dan - TPS LB 3 akan dibangun terpisah mengikuti ANDAL 1-59
bangunannya harus sesuai dengan Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015
ketentuan yang ada (Permen LHK No.
56 Tahun 2015)
- Untuk pengelolaan LB3 dengan - Pengelolaan LB 3 dengan autoklaf akan ANDAL
menggunakan autoklaf harus memperhatikan spesifikasi dan ketentuan yang 1-58 s.d. 1-59
memperhatikan spesifikasi dan harus tercantum di dalam PermenLHK Nomor 56
sesuai dengan ketentuan KLHK Tahun 2015 tentang Tata Cara Dan Persyaratan
Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
20 NN 03:
- Tolong diperhatikan arus kendaraan - Hal ini sudah diakomodir di dalam RKL-RPL RKL-RPL
yang memuat meterial agar jangan hal 7
sampai menimbulkan polusi debu
- Drainase yang ada di depan - Pemrakarsa akan memperbaiki saluran drainase RKL-RPL
eksisting hal 18
- Limbah - Pemrakarsa akan mengelola semua limbah sesuai RKL-RPL
dengan ketentuan perundang-undangan Hal 36 dan 37

9
KAT A PENGANTAR

Saat ini, Provinsi Sulawesi Utara belum memiliki Rumah Sakit (RS) rujukan Provinsi sehingga rujukan
pelayanan kesehatan dari Rumah Sakit Kabupaten/Kota atau Rumah Sakit rujukan regional langsung
dirujuk kepada RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Prof. Dr. RD Kandou sebagai RS rujukan nasiona!.
Agar pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara efektif dan efisien melalui jenjang rujukan yang
optimal, Pemerintah Sulawesi Utara perlu mengatur adanya rujukan regional di wilayah Provinsi. Adapun
Rumah sakit rujukan regional tersebut harus memiliki kemampuan pelayanan sebagai RS kelas B.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara sebagai Pemrakarsa kegiatan berencana akan membangun
Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B dengan luas bangunan utama pelayanan rumah sa kit (10 lantai) ±3
2
ha (29.695 m ) dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 376 TT (Tempat Tidur). Secara administratif,
lokasi rencana kegiatan berada di Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado. Kondisi
eksisting lokasi rencana kegiatan merupakan RSJ (Rumah Sakit Jiwa) Ratumbuysang yang sudah
beroperasi sejak jaman Belanda.

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012
Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL), rencana pembangunan RSUD Kelas BProvinsi Sulawesi Utara dengan luas
bangunan + 2
3 ha atau >10.000 m (1 ha) termasuk jenis kegiatan wajib memiliki AMDAL. Dokumen
AMDAL Rencana Pembangunan dan Pengoperasian RSUD Kelas Bini terdiri atas Kerangka Acuan (KA),
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) -
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

Sistematika penyusunan ANDAL ini mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Akhir kata, Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan membantu
penyusunan dokumen ANDAL ini.

Manado, November 2018

ANDAL RSUD Sulawesi Utara i Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...........................................................................................I
DAFTAR ISI.......................................................................................................II
DAFTAR TABEL .............................................................................................
IV DAFTAR GAMBAR........................................................................................
XII DAFTAR
PETA...............................................................................................XV DAFTAR
LAMPIRAN .....................................................................................XV
DAFTAR SINGKATAN
..................................................................................XVI

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1-1


1.1 RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN ......... 1-1
1.1.1 Lokasi, Tapak dan Tata Letak ................................................................ 1-1
1.1.2 Rencana Penggunaan Lahan ................................................................. 1-2
1.1.3 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah................................................................ 1-5
1.1.4 Kesesuaian dengan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru ....................... 1-5
1.2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN SEBAGAI SUMBER
DAMPAK............................................................................................................ 1-9
1.2.1 Tahap Pra Konstruksi ............................................................................. 1-9
1.2.2 Tahap Konstruksi.................................................................................... 1-9
1.2.3 Tahap Operasi ...................................................................................... 1-39
1.3 JADWAL KEGIATAN ...................................................................................... 1-66
1.4 ALTERNATIF KAJIAN .................................................................................... 1-66
1.5 RINGKASAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK YANG DIKAJI ..................... 1-68
1.6 IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL ........................................................... 1-68
1.7 EVALUASI DAMPAK POTENSIAL ................................................................. 1-70
1.8 RINGKASAN BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS KAJIAN .................... 1-93
1.8.1 Batas Wilayah Studi ............................................................................. 1-93
1.8.2 Batas Waktu Kajian .............................................................................. 1-94

BAB 2. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL........................ 2-


1
2.1 GEO-FISIK KIMIA .............................................................................................. 2-1
2.1.1 Klimatologi dan Meteorologi ................................................................... 2-1
2.1.2 Kualitas Udara dan kebisingan ............................................................... 2-4
2.1.3 Kualitas Air Permukaan .......................................................................... 2-6
2.1.4 Kualitas Air Bersih .................................................................................. 2-7
2.1.5 Kualitas Air Laut ..................................................................................... 2-8
2.1.6 Hidrologi ................................................................................................. 2-9
2.1.7 Geologi ................................................................................................. 2-12
2.1.8 Bencana Alam ...................................................................................... 2-15
2.1.9 Morfologi Bentuk Lahan dan Topografi ................................................ 2-16
ANDAL RSUD Sulawesi Utara iiiiii Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
2.2 BIOLOGI .......................................................................................................... 2-20
2.2.1 Keragaman Flora Darat ........................................................................ 2-20

ANDAL RSUD Sulawesi Utara iiiii Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
iiii
2.2.2 Keragaman Fauna Darat ...................................................................... 2-24
2.3 SOSIAL ............................................................................................................ 2-32
2.3.1 Demografi ............................................................................................. 2-32
2.3.2 Sosio-Ekonomi ..................................................................................... 2-35
2.3.3 Sosio-Budaya ....................................................................................... 2-36
2.3.4 Pendidikan ............................................................................................ 2-36
2.3.5 Kelembagaan Masyarakat .................................................................... 2-37
2.3.6 Persepsi Masyarakat ............................................................................ 2-38
2.4 KESEHATAN MASYARAKAT ........................................................................ 2-47
2.4.1 Derajat Kesehatan Masyarakat ............................................................ 2-47
2.5 TRANSPORTASI ............................................................................................. 2-53
2.6 KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN....................................................................................................... 2-61

BAB 3. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING ................................................ 3-1


3.1 METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING.................................................... 3-1
3.2 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PADA TAHAP KONSTRUKSI................... 3-3
3.2.1 Rekrutmen Tenaga Kerja Konsruksi....................................................... 3-3
3.2.2 Mobilisasi dan demobilisasi alat dan material ........................................ 3-7
3.2.3 Pembongkaran RSJ ............................................................................. 3-18
3.2.4 Penimbunan dan Pemadatan Tanah .................................................... 3-22
3.2.5 Pembangunan RSUD dan Fasilitas Penunjang.................................... 3-33
3.2.6 Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi .................................................... 3-39
3.3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PADA TAHAP OPERASI ........................ 3-42
3.3.1 Penerimaan Tenaga Kerja Operasi ...................................................... 3-42
3.3.2 Aktivitas Rumah Sakit........................................................................... 3-46
3.3.3 Pengelolaan Limbah ............................................................................. 3-59

BAB 4. EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK


LINGKUNGAN ..................................................................................... 4-1
4.1 TELAAH TERHADAP DAMPAK PENTING ...................................................... 4-1
4.1.1 Keterkaitan dan Interaksi Antar DPH/Dampak Penting .......................... 4-4
4.1.2 Komponen Kegiatan Penyebab Timbulnya Dampak .............................. 4-5
4.1.3 Analisis Daerah Terdampak ................................................................... 4-5
4.2 PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK ............................................................... 4-6
4.2.1 Telaah Terhadap Dasar Pengelolaan..................................................... 4-6
4.2.2 Rekomendasi Kelayakan Lingkungan .................................................... 4-7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 5-1

ANDAL RSUD Sulawesi Utara ivi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
viv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rincian Penggunaan Lahan RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .................................. 1-2

Tabel 1.2 Rincian Penggunaan Lantai RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .................................. 1-3

Tabel 1.3 Analisis Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan RSUD Provinsi
Sulawesi Utara dengan RTRW Kota Manado .......................................................... 1-5

Tabel 1.4 Prakiraan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi. ........................................ 1-10

Tabel 1.5 Rencana Penggunaan Peralatan/Mesin Tahap Kontruksi...................................... 1-10

Tabel 1.6 Estimasi Rencana Penggunaan Bahan Material Tahap Kontruksi. ........................ 1-11

Tabel 1.7 Prakiraan Kebutuhan Air, Limbah Cair dan Limbah Padat Pada Tahap
Konstruksi. .............................................................................................................. 1-13

Tabel 1.8 Klasifikasi Resiko Seismik dengan Parameter Response Percepatan Pada
Periode Pendek....................................................................................................... 1-30

Tabel 1.9 Klasifikasi Resiko Seismik dengan Parameter Response Percepatan Pada
Periode 1 Detik........................................................................................................ 1-30

Tabel 1.10 Faktor Modifikasi Response, Kuat-Lebih Sistem, dan Pembesaran Defleksi
untuk Sistem Penahan Gempa. .............................................................................. 1-30

Tabel 1.11 Jumlah APAR dan Hidrant di setiap lantai kegiatan Rumah Sakit. ........................ 1-33

Tabel 1.12 Fasiltas Area Parkir................................................................................................. 1-35

Tabel 1.13 Gedung parkir dengan smart parking system ......................................................... 1-35

Tabel 1.14 Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kegiatan Operasional RSUD Sulawesi
Utara Tahun 2018. .................................................................................................. 1-40

Tabel 1.15 Pelayanan di RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ........................................................ 1-42

Tabel 1.16 Neraca Air Tahap Operasi. ..................................................................................... 1-50

Tabel 1.17 Pengaruh pH terhadap oksidasi besi dengan udara............................................... 1-53

Tabel 1.18 Sumber dan Karakteristik Limbah Padat Rumah Sakit........................................... 1-58

Tabel 1.19 Metode Sterilisasi Untuk Limbah Padat Medis. ...................................................... 1-59

Tabel 1.20 Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit Menurut PermenLH No. 5 Tahun 2014. ....... 1-60

Tabel 1.21 Sumber dan Jenis Limbah Cair RSUD Sulawesi Utara .......................................... 1-61

Tabel 1.22 Perkiraan timbulan limbah rumah sakit. ............................................................... 1-65

Tabel 1.23 Densitas limbah yang dihasilkan dari rumah sakit. ............................................. 1-65

Tabel 1.24 Volume limbah infeksius dan non infeksius yang dihasilkan dari operasional
rumah sakit.............................................................................................................. 1-66

Tabel 1.25 Jadwal pelaksanaan proyek Pembangunan RSUD ................................................ 1-67

ANDAL RSUD Sulawesi Utara vvv Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.26 Matriks Identifikasi Dampak Potensial. ................................................................... 1-69

Tabel 1.27 Matriks Evaluasi Dampak Potensial........................................................................ 1-71

Tabel 1.28 Dampak Penting Hipotetik. ..................................................................................... 1-92

Tabel 1.29 Dampak tidak penting hipotetik yang perlu dikelola dan dipantau.......................... 1-93

Tabel 1.30 Batas waktu kajian dari masing-masing dampak penting hipotetik. ....................... 1-94

Tabel 2.1 Titik pengambilan sampel kualitas udara ambien. .................................................... 2-4

Tabel 2.2 Kualitas udara ambien di wilayah studi..................................................................... 2-4

Tabel 2.3 Tingkat kebisingan di wilayah studi........................................................................... 2-5

Tabel 2.4 Hasil analisis kualitas air permukaan........................................................................ 2-6

Tabel 2.5 Hasil analisis kualitas air bersih ................................................................................ 2-7

Tabel 2.6 Hasil analisis kualitas air laut. ................................................................................... 2-8

Tabel 2.7 Karakteristik morfologi sungai di wilayah tapak proyek. ......................................... 2-10

Tabel 2.8 Titik koordinat plot pengamatan/kuadran flora........................................................ 2-20

Tabel 2.9 Daftar sebaran jenis-jenis flora strata semai/pancang pada plot pengamatan di
kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang..................................................................... 2-22

Tabel 2.10 Daftar sebaran jenis-jenis flora strata tiang pada plot pengamatan di kawasan
RTH-RSJ Ratumbuysang. ...................................................................................... 2-23

Tabel 2.11 Daftar sebaran jenis-jenis flora strata pohon pada plot pengamatan di kawasan
RTH-RSUD Ratumbuysang. ................................................................................... 2-23

Tabel 2.12 Indeks Nilai Penting (INP) jenis-jenis flora di dalam kawasan RTH-RSUD
Ratumbuysang – Manado. ...................................................................................... 2-25

Tabel 2.13 Daftar jenis burung yang teridentifikasi dalam kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang.
....................................................................................................... 2-26

Tabel 2.14 Skala kualitas kemerataan. ..................................................................................... 2-29

Tabel 2.15 Daftar jenis herpetofauna yang teridentifikasi dalam kawasan RTH-RSJ
Ratumbuysang. ....................................................................................................... 2-30

Tabel 2.16 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi. ............................ 2-32

Tabel 2.17 Jumlah Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk Per Rumah Tangga di
Wilayah Studi. ......................................................................................................... 2-32

Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di wilayah Studi............ 2-32

Tabel 2.19 Penduduk Menurut Kelompok Umur di Wilayah Studi............................................ 2-33

Tabel 2.20 Penduduk Produktif, Non Produktif dan Prosentase Beban Tanggungan di
Kelurahan Kleak, Kelurahan Sario Tumpaan, dan Wilayah Studi. ......................... 2-33

ANDAL RSUD Sulawesi Utara viv Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
ivi
Tabel 2.21 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan
Utama Di Kota Manado, Kelurahan Kleak, Kelurahan Sario Tumpaan, dan
Wilayah Studi. ......................................................................................................... 2-34

Tabel 2.22 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Studi. .............................. 2-35

Tabel 2.23 Sarana Perekonomian di Wilayah Studi. ................................................................ 2-35

Tabel 2.24 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Wilayah Studi. ..................................... 2-36

Tabel 2.25 Sarana Ibadah Menurut Agama di Wilayah Studi. .................................................. 2-36

Tabel 2.26 Jumlah Sekolah TK di Kecamatan Malalayang dan Sario...................................... 2-37

Tabel 2.27 Jumlah Sekolah SD di Kecamatan Malalayang dan Sario. .................................... 2-37

Tabel 2.28 Jumlah Sekolah SMP di Kecamatan Malalayang dan Sario................................... 2-37

Tabel 2.29 Jumlah Sekolah SMU di Malalayang dan Sario...................................................... 2-37

Tabel 2.30 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. ........................................... 2-38

Tabel 2.31 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur. ....................................... 2-38

Tabel 2.32 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................................... 2-38

Tabel 2.33 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menetap di Wilayah Studi. ........ 2-39

Tabel 2.34 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal .............................. 2-39

Tabel 2.35 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan. ................................................. 2-40

Tabel 2.36 Tingkat Pendapatan Masyarakat di Wilayah Studi. ................................................ 2-40

Tabel 2.37 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama dan Keyanikan yang dianut. ......... 2-41

Tabel 2.38 Persepsi Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan RSUD


Sulawesi Utara. ....................................................................................................... 2-42

Tabel 2.39 Harapan Responden Terhadap Rencana Pembangunan RSUD. .......................... 2-43

Tabel 2.40 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembongkaran


Bangunan Eksisting. ............................................................................................... 2-45

Tabel 2.41 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Mobilisasi Peralatan


dan Material Konstruksi. ......................................................................................... 2-45

Tabel 2.42 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Konstruksi Bangunan


RSUD. ..................................................................................................................... 2-45

Tabel 2.43 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Operasional RSUD........ 2-46

Tabel 2.44 Sikap Masyarakat jika yang Dikhawatirkan Timbul akibat Kegiatan RSUD
Provinsi Sulawesi Utara. ......................................................................................... 2-46

Tabel 2.45 Sikap Responden Terhadap Rencana Perekrutan Tenaga Kerja Untuk
Kegiatan RSUD....................................................................................................... 2-47

ANDAL RSUD Sulawesi Utara viiv Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
iivii
Tabel 2.46 Peluang Usaha yang akan Dikembangkan Responden Jika RSUD Provinsi
Sulawesi Utara Beroperasi. .................................................................................... 2-47

Tabel 2.47 Keluhan Kesehatan 3 Bulan Terakhir Pada Masyarakat di Wilayah Studi Tahun
2018. ....................................................................................................................... 2-48

Tabel 2.48 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sario Tahun 2017. ..................................... 2-49

Tabel 2.49 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pembantu Kelurahan Kleak Tahun


2017. ....................................................................................................................... 2-49

Tabel 2.50 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sario Tahun 2017................................ 2-50

Tabel 2.51 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahu Tahun 2017................................ 2-50

Tabel 2.52 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sario
Tahun 2017. ............................................................................................................ 2-51

Tabel 2.53 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu
Tahun 2017. ............................................................................................................ 2-51

Tabel 2.54 Jumlah Rumah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Sario dan Puskesmas
Bahu Tahun 2018.................................................................................................... 2-52

Tabel 2.55 Cakupan Sumber Air Minum di Wilayah Studi Tahun 2018. .................................. 2-52

Tabel 2.56 Cakupan Sumber Air untuk MCK di Wilayah Studi Tahun 2018. ........................... 2-52

Tabel 2.57 Cakupan Sumber Air untuk MCK di Wilayah Studi Tahun 2018. ........................... 2-53

Tabel 2.58 Ringkasan Kondisi Geometrik Ruas Jalan Bhetesda ............................................. 2-53

Tabel 2.59 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan Polda Arah
Meninggalkan Polda. .............................................................................................. 2-54

Tabel 2.60 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan Polda Arah Menuju
Polda. ...................................................................................................................... 2-54

Tabel 2.61 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan SPBU Arah
Meninggalkan Polda. .............................................................................................. 2-55

Tabel 2.62 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan SPBU Arah Menuju
Polda. ...................................................................................................................... 2-55

Tabel 2.63 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda. ............................................................... 2-55

Tabel 2.64 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU. .............................................................. 2-56

Tabel 2.65 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda. .................................................................... 2-57

Tabel 2.66 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU. ................................................................... 2-57

Tabel 2.67 Kebutuhan SRP Rumah Sakit................................................................................. 2-59

Tabel 2.68 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir ............................................................................ 2-60

Tabel 2.69 Luas Rencana Lahan Parkir RSUD Provinsi Sulawesi Utara ................................. 2-60

Tabel 2.70 Analisis Kecukupan Lahan Parkir ........................................................................... 2-61

ANDAL RSUD Sulawesi Utara viii Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
viiiv
Tabel 3.1 Kriteria penentuan sifat penting dampak. ................................................................. 3-2

Tabel 3.2 Skala dan Tingkat Dampak Kesempatan Kerja. ....................................................... 3-3

Tabel 3.3 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan
Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi. ............... 3-4

Tabel 3.4 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Pendapatan Masyarakat


akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi. ................................ 3-6

Tabel 3.5 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi............................................ 3-7

Tabel 3.6 Faktor kelipatan (multiplier) ukuran partikulat untuk jalan beraspal. ........................ 3-8

Tabel 3.7 Prakiraan besaran emisi partikulat pada kegiatan mobilisasi peralatan dan
bahan. ....................................................................................................................... 3-8

Tabel 3.8 Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi peralatan dan material
terhadap penurunan kualitas udara ambien. ............................................................ 3-9

Tabel 3.9 Penentuan sifat penting dampak peningkatan kebisingan dari kegiatan dampak
kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan. .............................................................. 3-11

Tabel 3.10 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Kegiatan Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material Tahap Konstruksi. .......... 3-13

Tabel 3.11 Penentuan sifat penting dampak peningkatan prevalensi penyakit dari kegiatan
mobilisasi dan demobilisasi alat & material. ........................................................... 3-14

Tabel 3.12 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan Mobilisasi
dan Demobilisasi Alat dan Material......................................................................... 3-15

Tabel 3.13 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material........................................................ 3-15

Tabel 3.14 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material........................................................ 3-15

Tabel 3.15 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material........................................................ 3-16

Tabel 3.16 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan Mobilisasi
dan Demobilisasi Alat dan Material......................................................................... 3-16

Tabel 3.17 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan Mobilisasi
dan Demobilisasi Alat dan Material......................................................................... 3-16

Tabel 3.18 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan Mobilisasi
dan Demobilisasi Alat dan Material......................................................................... 3-17

Tabel 3.19 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan Mobilisasi
dan Demobilisasi Alat dan Material......................................................................... 3-17

Tabel 3.20 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
kegiatan mobilisasi peralatan dan material............................................................. 3-17

Tabel 3.21 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang ................................................ 3-19

ANDAL RSUD Sulawesi Utara ixi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
xix
Tabel 3.22 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-20

Tabel 3.23 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-20

Tabel 3.24 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-20

Tabel 3.25 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-20

Tabel 3.26 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-21

Tabel 3.27 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-21

Tabel 3.28 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-21

Tabel 3.29 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang. ....................................................................... 3-21

Tabel 3.30 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
kegiatan pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang .................................. 3-22

Tabel 3.31 Klasifikasi stabilitas atmosfer. ................................................................................. 3-24

Tabel 3.32 Konstanta untuk rumus σy dan σz fungsi kestabilan atmosfer. .............................. 3-24

Tabel 3.33 Prakiraan konsentrasi TSP untuk kegiatan pematangan dan penyiapan lahan. .... 3-25

Tabel 3.34 Prakiraan konsentrasi TSP untuk kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah. .. 3-26

Tabel 3.35 Penentuan sifat penting dampak kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah
terhadap penurunan kualitas udara ambient. ......................................................... 3-26

Tabel 3.36 Penentuan sifat penting dampak peningkatan kebisingan dari kegiatan
penimbunan dan pemadatan tanah. ....................................................................... 3-28

Tabel 3.37 Penentuan sifat penting dampak peningkatan prevalensi penyakit dari kegiatan
penimbunan dan pemadatan tanah. ....................................................................... 3-30

Tabel 3.38 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah. ..................................................................... 3-31

Tabel 3.39 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah. ..................................................................... 3-31

Tabel 3.40 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah. ..................................................................... 3-31

Tabel 3.41 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah. ..................................................................... 3-31

Tabel 3.42 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan Penimbunan
dan Pemadatan Tanah. .......................................................................................... 3-32

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xxx Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 3.43 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan Penimbunan
dan Pemadatan Tanah. .......................................................................................... 3-32

Tabel 3.44 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah. ..................................................................... 3-32

Tabel 3.45 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah. ..................................................................... 3-32

Tabel 3.46 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah ......................................................... 3-33

Tabel 3.47 Tingkat kebisingan peralatan konstruksi di tapak proyek. ...................................... 3-34

Tabel 3.48 Penentuan sifat penting dampak peningkatan kebisingan dari kegiatan
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang. ....................................................... 3-35

Tabel 3.49 Perhitungan air limpasan sebelum dan saat konstruksi berlangsung. ................... 3-36

Tabel 3.50 Penentuan sifat penting dampak peningkatan aliran limpasan permukaan dari
kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang. ........................................ 3-37

Tabel 3.51 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Pembangunan RSUD dan Fasilitas Penunjang. ..................................................... 3-38

Tabel 3.52 Prakiraaan sifat penting Dampak Kesempatan Kerja dan Berusaha Akibat
Pelepasan Tenaga Kerja. ....................................................................................... 3-39

Tabel 3.53 Prakiraaan sifat penting Dampak Pendapatan Masyarakat Akibat Pelepasan
Tenaga Kerja........................................................................................................... 3-40

Tabel 3.54 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi....................................................................... 3-41

Tabel 3.55 Skala dan Tingkat Dampak Kesempatan Kerja. ..................................................... 3-43

Tabel 3.56 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan
Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi................... 3-43

Tabel 3.57 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Pendapatan Masyarakat dari
Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi.............................................. 3-44

Tabel 3.58 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi.............................................. 3-46

Tabel 3.59 Penentuan sifat penting dampak kegiatan aktivitas rumah sakit terhadap
kualitas air permukaan. ........................................................................................... 3-47

Tabel 3.60 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan
Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi................... 3-48

Tabel 3.61 Penentuan Kriteria Dampak Peningkatan Pendapatan Masyarakat dari


Aktivitas RSUD........................................................................................................ 3-49

Tabel 3.62 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Aktivitas Rumah Sakit. ............................................................................................ 3-51

Tabel 3.63 Penentuan sifat penting dampak peningkatan prevalensi penyakit dari kegiatan
aktivitas rumah sakit................................................................................................ 3-52

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xix Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
ixi
Tabel 3.64 Penentuan sifat penting dampak peningkatan pelayanan kesehatan dari
aktivitas rumah sakit................................................................................................ 3-54

Tabel 3.65 Penentuan sifat penting dampak timbulan sampah dari kegiatan aktivitas
rumah sakit.............................................................................................................. 3-55

Tabel 3.66 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Tanpa Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-56

Tabel 3.67 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Tanpa Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-56

Tabel 3.68 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Dengan Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-56

Tabel 3.69 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Dengan Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-57

Tabel 3.70 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Tanpa Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-57

Tabel 3.71 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Tanpa Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-57

Tabel 3.72 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Dengan Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-58

Tabel 3.73 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Dengan Kegiatan Operasi
RSUD Provinsi Sulawesi Utara. .............................................................................. 3-58

Tabel 3.74 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
aktivitas rumah sakit................................................................................................ 3-58

Tabel 3.75 Penentuan sifat penting dampak penurunan sanitasi lingkungan dari kegiatan
pengelolaan limbah. ................................................................................................ 3-60

Tabel 4.1 Rangkuman hasil prakiraan dan evaluasi dampak penting hipotetik (DPH)............. 4-2

Tabel 4.2 Karakteristik dampak penting hipotetik Rencana Kegiatan. ..................................... 4-4

Tabel 4.3 Luas dan radius penyebaran dari masing-masing dampak ...................................... 4-6

Tabel 4.4 Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan di dalam penilaian kelayakan
lingkungan hidup. ...................................................................................................... 4-7

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xiix Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
iixii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang ................................................................ 1-2

Gambar 1.2 Necara Air Tahap Konstruksi. ................................................................................. 1-13

Gambar 1.3 Siteplan RSUD Provinsi Sulawesi Utara................................................................. 1-15

Gambar 1.4 Gambar perspektif RSUD Sulawesi Utara dengan konsep roof garden pada
dak di atas lantai 3 dan lantai 4. ............................................................................. 1-16

Gambar 1.5 Denah Lantai 1 RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ................................................... 1-17

Gambar 1.6 Denah Lantai 2 RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ................................................... 1-18

Gambar 1.7 Denah Lantai 3 RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ................................................... 1-19

Gambar 1.8 Denah Lantai 4 RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ................................................... 1-20

Gambar 1.9 Denah Lantai 5 RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ................................................... 1-21

Gambar 1.10 Denah Lantai 6 s.d. 8 RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ......................................... 1-22

Gambar 1.11 Denah Lantai 9 s.d. 10 RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ....................................... 1-23

Gambar 1.12 Denah Lantai Mesin LIft RSUD Provinsi Sulawesi Utara....................................... 1-24

Gambar 1.13 Denah Lantai Helipad RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ......................................... 1-25

Gambar 1.14 Ilustrasi Pondasi Bored Pile. ................................................................................... 1-27

Gambar 1.15 Tatanan Tektonik di Asia Tenggara. ....................................................................... 1-28

Gambar 1.16 Tatanan Tektonik di Sulawesi Utara. ...................................................................... 1-28

Gambar 1.17 Desain Spektra Daerah Manado (Percepatan Konstan 150% g). .......................... 1-29

Gambar 1.18 Desain Spektra Daerah Manado (Percepatan Konstan 60%). ............................... 1-29

Gambar 1.19 Gedung Kantor Lantai 1. ......................................................................................... 1-34

Gambar 1.20 Gedung Kantor Lantai 2. ......................................................................................... 1-34

Gambar 1.21 Denah Ruang Jenazah. .......................................................................................... 1-36

Gambar 1.22 Desain WTP. ........................................................................................................... 1-37

Gambar 1.23 Desain STP. ............................................................................................................ 1-38

Gambar 1.24 Alur Sirkulasi Pasien RSUD Sulawesi Utara. ........................................................ 1-45

Gambar 1.25 Alur Sirkulasi Pasien Rawat Jalan RSUD Sulawesi Utara...................................... 1-46

Gambar 1.26 Alur Sirkulasi Pasien Instalasi Gawat Darurat RSUD Sulawesi Utara.................... 1-47

Gambar 1.27 Alur Kegiatan Rawat Inap RSUD Sulawesi Utara................................................... 1-48

Gambar 1.28 Alur Kegiatan Pada Ruang Perawatan Intensif RSUD Sulawesi Utara .................. 1-49

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xiii Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
xiiix
Gambar 1.29 Bagan Alir Neraca Air Tahap Operasional (dalam m3/hari) .................................... 1-51

Gambar 1.30 Diagram Alir Pengolahan Air RSUD Provinsi Sulawesi Utara. ............................... 1-52

Gambar 1.31 Rencana Pengelolaan Limbah B3 di RSUD Sulawesi Utara .................................. 1-60

Gambar 1.32 Diagram Proses Air Limbah .................................................................................... 1-63

Gambar 1.33 Diagram Proses Biofilter ......................................................................................... 1-63

Gambar 1.34 Diagram Alir Pengelolaan Limbah Rumah Sakit..................................................... 1-66

Gambar 1.35 Bagan Alir Proses Pelingkupan. ............................................................................. 1-91

Gambar 2.1 Curah hujan rata-rata bulanan tahun 2013-2017...................................................... 2-1

Gambar 2.2 Hari hujan rata-rata bulanan tahun 2013-2017. ........................................................ 2-2

Gambar 2.3 Windrose arah dan kecepatan angin pada musim kemarau (a) dan musim
hujan (b) selama tahun 2006-2015. .......................................................................... 2-2

Gambar 2.4 Rata-rata suhu udara bulanan pada periode 2006-2015......................................... 2-3

Gambar 2.5 Rata-rata kelembaban udara bulanan pada periode 2006-2015. ............................ 2-3

Gambar 2.6 Grafik perbandingan antara curah hujan (2013-2017) dan aliran limpasan di
wilayah tapak proyek. ............................................................................................. 2-10

Gambar 2.7 Kondisi habitat dalam kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang - Manado. .................. 2-20

Gambar 2.8 Beberapa jenis burung yang ditemukan dalam kawasan RTH- RSJ Ratumbuysang
........................................................................................................ 2-28

Gambar 2.9 Perbandingan indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan jenis


burung antar titik pengamatan di RTH-RSJ Ratumbuysang................................... 2-29

Gambar 2.10 Perbandingan nilai Indeks Dominansi Jenis burung antar titik pengamatan di
kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang. ....................................................................... 2-30

Gambar 2.11 Jenis-jenis herpetofauna yang ditemukan dalam kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang
........................................................................................................ 2-31

Gambar 2.12 Cagar Budaya yang ada di dekitar lokasi kegiatan................................................. 2-41

Gambar 2.13 Persepsi Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara ....................................................................................................................... 2-42

Gambar 2.14 Harapan Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara. ...................................................................................................................... 2-43

Gambar 2.15 Persentase Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Digunakan Masyarakat Untuk
Berobat di Wilayah Studi Tahun 2018 .................................................................... 2-48

Gambar 2.16 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda. ............................................................... 2-56

Gambar 2.17 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU. .............................................................. 2-56

Gambar 3.1 Prediksi tingkat kebisingan akibat kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan
material. .................................................................................................................. 3-10

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xiv Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
xivx
Gambar 3.2 Modifikasi perhitungan sumber titik menjadi sumber area...................................... 3-23

Gambar 3.3 Ilustrasi tapak proyek. ............................................................................................. 3-25

Gambar 3.4 Prakiraan tingkat kebisingan dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah. .. 3-28

Gambar 3.5 Prediksi tingkat kebisingan dari kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjang. .............................................................................................................. 3-34

Gambar 4.1 Bagan alir evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan. ........................... 4-3

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xvx Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
vxv
DAFTAR PETA
Peta 1.1 Peta Lokasi Kegiatan RSUD. .................................................................................... 1-6

Peta 1.2 Peta tumpang susun antara rencana kegiatan pembangunan RSUD dengan
RTRW Kota Manado. ................................................................................................ 1-7

Peta 1.3 Peta tumpang susun antara rencana kegiatan pembangunan RSUD dengan
Peta PIPPIB revisi XIV. ............................................................................................. 1-8

Peta 1.4 Peta Batas Wilayah Studi. ...................................................................................... 1-96

Peta 2.1 Peta tumpangsusun lokasi studi dengan Peta DAS. .............................................. 2-11

Peta 2.2 Peta Geologi Lembar Manado (AC. Effendi dan SS. Bawono, 1997) dalam
Peodjoprajitno, 2009. .............................................................................................. 2-14

Peta 2.3 Peta tumpang susun lokasi studi terhadap kerawanan bencana alam
berdasarkan Peta Rawan Bencana RTRW Kota Manado tahun 2009 – 2029. ..... 2-17

Peta 2.4 Peta tumpang susun lokasi studi terhadap kerawanan bencana alam
berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah............................................. 2-18

Peta 2.5 Peta topografi lokasi studi. ...................................................................................... 2-19

Peta 2.6 Lokasi pengamatan flora dan fauna di kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang –
Manado. .................................................................................................................. 2-21

Peta 2.7 Peta kegiatan sekitar............................................................................................... 2-63

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kesepakatan KA ANDAL

Lampiran 2 Hasil Analisis Laboratorium

Lampiran 3 Kesesuaian Tata Ruang

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xvi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
xvix
DAFTAR SINGKATAN
ABC : Airway, Breathing, Circulation

ACLS : Advance Cardiac Life Support

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan Hidup

ATLS : Advance Trauma Life Support

B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun

BMKG : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

BOD : Biologycal Oxygen Demand

BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

BPS : Biro Pusat Statistik

COD : Chemical Oxygen Demand

DAS : Daerah Aliran Sungai

DPH : Dampak Penting Hipotetik

DTPH : Dampak Tidak Penting Hipotetik

GELS : General Emergency Life Support

ICU : Intensive Care Unit

IGD : Instalasi Gawat Darurat

IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah

IPSRS : Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Labkesda : Laboratorium Kesehatan Daerah

MCK : Mandi Cuci Kakus

MKJI : Manual Kapasitas Jalan Indonesia

OK : Operatie Kamer

CSSD : Central Sterile Supply Departement

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PIPIB : Peta Indikatif Penundaan Izin Baru

PNS : Pegawai Negeri Sipil

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xvii Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
xviix
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

RO : Reverse Osmosis

RSJ : Rumah Sakit jiwa

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

SS : Suspended Solid

STP : Sewage Treatment Plant

TPA : Tempat Pembuangan Akhir

TPS : Tempat Penyimpanan Sementara

UD : Undivided

UPTD : Unit Pelaksanan Teknis Daerah

V/C Ratio : Volume/Capacity Ratio

VIP : Very Important Person

WTP : Water Treatment Plant

ANDAL RSUD Sulawesi Utara xvii Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
ixvi
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU


KEGIATAN

1.1.1 Lokasi, Tapak dan Tata Letak


Lokasi rencana kegiatan pembangunan RSUD Kelas B Provinsi Sulawesi Utara berada di Jalan Raya
Bethesda, Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado dimana kondisi eksisting adalah
bangunan RSJ Ratumbuysang (Gambar 1.1). Bangunan RSJ Ratumbuysang akan dibongkar secara
bertahap. Pemindahan fasilitas RSJ Ratumbuysang, pasien dan staf RSJ juga akan dilakukan secara
bertahap sesuai dengan perkembangan pembangunan RSJ di Desa Kalasey, Kabupaten Minahasa.
Luas lahan yang akan digunakan untuk pembangunan RSUD ini adalah 38.800 m2 dengan bukti
sertifikat (Tanda Bukti Hak) Pakai Nomor A 1380531 atas nama Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara. Di atas lahan tersebut telah berdiri bangunan UPTD/Labkesda seluas 768 m2.. Bangunan
UPTD/Labkesda tersebut tidak termasuk di dalam perencanaan pembangunan RSUD Kelas B
Sulawesi Utara. Sehingga, pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tidak mempunyai
tanggung jawab untuk melanjutkan kegiatan Labkesda/UPTD tersebut. Instansi yang terkait dengan
Labkesda/UPTD akan berkoordinasi dengan pihak kejaksaan. Sertifikat bangunan UPTD/Labkesda
tersebut akan terpisah dari Sertifikat bangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara. Sehingga, luas lahan
untuk pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara Kelas B adalah 38.032 m2. Selanjutnya, lahan
seluas 38.032 m2 tersebut akan mengalami perubahan status kepemilikan dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Utara kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Adapun batas-batas lokasi
rencana kegiatan sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Jalan Bethesda, pemukiman penduduk Lingkungan 1


Kelurahan Sario Tumpaan.

2) Sebelah Timur : Jalan Bethesda 1, Pemukiman Penduduk Lingkungan


Lingkungan 1 Kelurahan Kleak.

3) Sebelah Selatan : Jalan Teluk Banten, Pemukiman Penduduk Lingkungan


Lingkungan 2 Kelurahan Kleak.

4) Sebelah Barat : Pemukiman penduduk Lingkungan 1 Kelurahan Kleak.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-1 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 1.1 Lokasi Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang

1.1.2 Rencana Penggunaan Lahan


Secara umum penggunaan lahan pada rencana kegiatan pembangunan RSUD Kelas B terdiri dari 11
lantai untuk pelayanan rumah sakit, dua lantai untuk fasilitas helipad, fasilitas parkir, RTH serta IPAL.
Batasan studi AMDAL ini hanya pembangunan RSUD dan fasilitas pendukungnya. Rencana
pembangunan hotel dan rumah singgah merupakan perencanaan ke depan oleh pihak Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara. Namun, rencana pembangunan tersebut tidak termasuk di dalam Studi
AMDAL ini. Rencana alokasi penggunaan lahan RSUD disajikan pada Tabel 1.1. Adapun rincian
penggunaan lantai disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.1 Rincian Penggunaan Lahan RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

No Bangunan Luas (m²) (%)


A Bangunan Utama
1 Gedung Utama (Lantai 1) 7.308 19,22
2 Area Pengembangan Instalasi Kedokteran Nuklir 333 0,88
3 Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Rumah Duka 380 1,00
4 IPSRS 252 0,66
5 Gudang Sentral 275 0,72
6 Power House 71 0,19
7 TPS Limbah Medis, Limbah B3 dan Limbah Domestik Padat 42 0,11
8 Kantor 1.179 3,10
Luas A 9.840 25,87
B Sarana Penunjang
1 Area Parkir Dokter dan Ambulance 308 0,81
2 Area Smart Parking System 2.630 6,92
3 Parkir Direktur dan Direksi 856 2,25

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No Bangunan Luas (m²) (%)
4 Parkir Instalasi Jenazah 231 0,61
5 IPAL dan Sanitasi 210 0,55
6 Water Treatment Plan 200 0,53
7 Sirkulasi Jalan 6.817 17,92
Luas B 11.252 29,59
C RTH 16.940 44,54
Grand Total (A + B + C + D) 38.032 100,00
Sumber: DED RSUD, 2018.

Tabel 1.2 Rincian Penggunaan Lantai RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Jumlah Jumlah
No Bangunan Penggunaan Kamar/ Tempat Luas (m²)
Ruangan Tidur
1 Lantai 1 - Ruang IGD (Instalasi Gawat 9 7.308
Darurat)
- Laboratorium
- Ruang Radiologi
- Laundry
- Area Gizi
- Farmasi dan Pendaftaran
- Area Komersial
- Ruang Staff
- Sirkulasi lift, ramp dan Shaft
- Area Ruang Tunggu
2 Lantai 2 - Ruang ICU (Intensive Care Unit) 10 5.556
- Poliklinik
- Poliklinik Jantung
- Area Tumbuh Kembang Anak
- Poliklinik Paru
- Area Farmasi dan Pendaftaran
- Radiologi
- Ruang Staff
- Sirkulasi Lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu, Ruang Edukasi
3 Lantai 3 - Ruang OK (Operatie Kamer) 5 - 3.279
- Area CSSD
- Ruang Bersalin
- Area Ruang Tunggu OK (Operatie
Kamer)
- Farmasi dan Pendaftaran
- Koridor kotor OK (Operatie
Kamer)
- Ruang Staff
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu, Ruang Edukasi
4 Lantai 4 - Area Hemodialisa (tidur) 61 3.000
- Area Hemodialisa (isolasi) 6 6
- Farmasi dan Pendaftaran
- Area konsultasi ginjal
- Ruang staff
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu
5 Lantai 5 - Ruang Rawat Inap Anak VIP 1 1 1.696
- Ruang Rawat Inap Anak Kelas 1 4 8
- Ruang Rawat Inap Anak Kelas 2 3 9
- Ruang Rawat Inap Anak Kelas 3
- Ruang Rawat Inap Anak Isolasi 5 30

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-3 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Jumlah Jumlah
No Bangunan Penggunaan Kamar/ Tempat Luas (m²)
Ruangan Tidur
- Ruang Staff 2 2
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu
- Ruang Medic Preparation
6 Lantai 6 - Ruang Rawat Inap VIP 1 1 1.696
- Ruang Rawat Inap Kelas 1 4 8
- Ruang Rawat Inap Kelas 2 3 9
- Ruang Rawat Inap Kelas 3
- Ruang Rawat Inap Isolasi 5 30
- Ruang Staff 2 2
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu
- Ruang Medic Preparation
7 Lantai 7 - Ruang Rawat Inap VIP 1 1 1.696
- Ruang Rawat Inap Kelas 1 4 8
- Ruang Rawat Inap Kelas 2 3 9
- Ruang Rawat Inap Kelas 3
- Ruang Rawat Inap Isolasi 5 30
- Ruang Staff 2 2
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu
- Ruang Medic Preparation
8 Lantai 8 - Ruang Rawat Inap VIP 1 1 1.696
- Ruang Rawat Inap Kelas 1 4 8
- Ruang Rawat Inap Kelas 2 3 9
- Ruang Rawat Inap Kelas 3
- Ruang Rawat Inap Isolasi 5 30
- Ruang Staff 2 2
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu
- Ruang Medic Preparation
9 Lantai 9 - Ruang Rawat Inap SVIP 2 2 1.696
- Ruang Rawat Inap Kelas 1 4 8
- Ruang Rawat Inap Kelas 2 3 9
- Ruang Rawat Inap Kelas 3
- Ruang Rawat Inap Isolasi 4 24
- Ruang Staff 2 2
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu
- Ruang Medic Preparation
10 Lantai 10 - Ruang Rawat Inap SVIP 2 2 1.696
- Ruang Rawat Inap Kelas 1 4 8
- Ruang Rawat Inap Kelas 2 3 9
- Ruang Rawat Inap Kelas 3
- Ruang Rawat Inap Isolasi 4 24
- Ruang Staff 2 2
- Sirkulasi lift, ramp dan shaft
- Ruang Tunggu
- Ruang Medic Preparation
11 Lantai 11 (Lantai Atap) Helipad 376
Jumlah 376 29.695
Sumber : DED RSUD Provinsi Sulawesi Utara, 2018

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-4 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
1.1.3 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Lokasi rencana kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara berada di Jalan Bethesda,
Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado (Peta 1.1). Berdasarkan Surat Keterangan
Kesesuaian Tata Ruang Wilayah Kota Manado Nomor D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari
2019, rincian kesesuaian lahan lokasi rencana kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara
dengan RTRW Kota Manado disajikan pada Tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Analisis Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan RSUD


Provinsi Sulawesi Utara dengan RTRW Kota Manado

No Keterangan
1 Informasi dari pemohon dan hasil survei lapangan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kota manado yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2018, lokasi lahan yang
dimohonkan dalam Peta Pola Ruang Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 1 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado tahun 2014-2034 berada di kawasan
budidaya peruntukan pelayanan umum, perumahan dan kawasan lindung Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Kota.
2. Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Manado tahun 2014-2034 menyatakan :
a) Pasal 82 ayat 12 huruf b, angka 3, ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukkan
pelayanan umum meliputi : b. ketentuan zonasi untuk kawasan kesehatan, meliputi : 3.
Pengembangan sarana kesehatan disesuaikan dengan skala pelayanan;
b) Pasal 50 ayat huruf b, Kawasan Pelayanan Umum meliputi: b. fasilitas kesehatan; ayat 3
Pemantapan dan pengembangan fasilitas kesehatan rumah sakit tipe A, dan B di
Kecamatan Malalayang, Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Wanea,
Kecamatan Bunaken dan pembangunan rumah sakit berskala internasional dan pratama di
Kecamatan Mapanget, Kecamatan Wenang dan Kecamatan Tuminting
c) Pasal 82 ayat 2 huruf a, ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perumahan
meliputi: a. diperbolehkan melakukan kegiatan pengembangan perumahan, perdagangan dan
jasa skala lokal, kegiatan pelayanan masyarakat;
d) Pasal 81 ayat 7 huruf a, meliputi: a Zona Ruang Terbuka Hijau yang merupakan RTH
Kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH pengamanan sumber
air baku/mata air, dan rekreasi, serta dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan
terganggunya fungsi ruang terbuka hijau

Memperhatikan angka 2 di atas, maka lahan yang dimohonkan dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Tipe B berada pada Kawasan Budidaya Peruntukan
Pelayanan Umum, dan rencana bangunan Rumah Sakit diluar kawasan dimaksud wajib
mengikuti ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.1.4 Kesesuaian dengan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru


Hasil tumpangsusun antara peta lokasi rencana kegiatan dengan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru
(PIPIB) Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan dan Areal Penggunaan Lain Revisi XIV menunjukkan bahwa lokasi rencana pembangunan
RSUD
berada di luar area yang termasuk dalam wilayah PIPIB Revisi XIV tersebut (Peta 2.3).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-5 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Rencana Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan RSUD Kelas B Kola
KaURAHAN Manado, Sulawesi Utara
SARlO

-
K EC.SARIO
Lokasl Area Pembangunan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-6 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
,,-<•>-, ·.. 't·==:j· .... ...._..
sa ... JCOOI'PIat GCS WGS •••

• 01'11.81 \YOS "'"


UNI Ot"-"

LAgenda
I..oka" At •• RSUD
Ba~sOe ..
Batas K_malln
I j Batas Kabupat....

'.

\
\

_
·a.:.t~ ...dIt'iBPS 2018
• BI....,-.p ESRI

Kfl.URAHAN
MALAI.AYANG I

0Il0li
SULAV,ESI
UTAAA
Manodo
K£lURAHAN a
KAftOMBASAN
t<ELURAHAH U .....R.
MA\AUVANG A
IllMUR

KEC.WANEA No PtO)''' .... t~7


o.,... D. ytt:

~"'. IA

\

KaURAHA"
0"1\1 KOTA
c:~
Hatfield
Peta 1.1 Peta Lokasi Kegiatan RSUD.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-7 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
PETA LOKASI PERUNTUKAN RUANG KOlA MANADO

BERDASARKAN SURAT PERMOHONAN DARI :


RSUD RATUMBUYSANG
KETERANGAN
PERUNTUI<KAN
r TN8
• Tllik_KoordInat_Survei_RS
P...... 8""",,*, a.uu
e.g., Budeye - TRANSPORTASI_LN

~ ....
~Llndung
",

hm~F'Ma1
hml*l'"
Rn4
Bu

Stl·~ P""_'_'
l1li11:11. p......... &.H ..
~ P •• y.nan Umurn
Penclldbn
lIwIu.crI A p~
C ~ ..
:ttE1t T1"A
HlftUm
CJ Holding :zon.
L 1kIngII

URAIAN:
- lokasl berada
pada Kawass" Budidaya Peruntukan Pelayanan
Umum. Perumahan dan Kawasan lin dung peruntukkan RTH
di Kecamatan Malalayang

- ...

DIAGRAM LOKASI

*
_= -
o 0.

i C : :::== -
02 5 0. 05 0 .t

~ a. t S

SKALA 1:5.000

Sumber:
- Pet8 Poia Ruang Perda Kota Manado No.1 Tahun 2014
tentang RTRW Kota Manado Tahun 2014-2034
• Survellokasl tanggal 18 Oesember 2018 '
Peta 1.2 Peta tumpang susun antara rencana kegiatan pembangunan RSUD dengan RTRW Kota Manado.
124°'5'O"E 12'04S'o"E
. :
,Rencana Penyusunan AMDAL
Keqiatan Pembangunan RSUD Kelas B
Kota Manado, Sulawesi Utara

,
KEC.SARIO

Overlay Batas Lokasl Proyek dan PIPIB XIV

KECKALAWAT

;,;,
~
I
I ~ : : ~ --------------------------_j
\ I$ um be t:
~ • eala~Admintslra!li dati:BPS 2016
I . PIPIB REV XIV dali KlHK •
\( • Bas.l'nllp eSAI
,~------------~
Ilnd.
,
i\
KEC.MANDOLANG

,
MINAHASA

\
- ,

*
KEC.TOMBARIRI Vetil: Ot
~ / sactlo: 1:65,000
f /
Ukuron: A3

KAB, TOMOHON
Tanggat 11113/2018
H atfield
KEC,TOMOHON
UTARA
He Proytlt!SMl93"7 agamb.r: YH CIip.rill •• : '" oa_uJUI' APO

Peta 1.3 Peta tumpang susun antara rencana kegiatan pembangunan RSUD dengan Peta PIPPIB revisi XIV.
1.2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN SEBAGAI
SUMBER DAMPAK

1.2.1 Tahap Pra Konstruksi


1.2.1.1 Sosialisasi Rencana Kegiatan
Sesuai dengan peraturan yang berlaku, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara berencana
melakukan sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat sekitar sebelum kegiatan konstruksi
dilakukan. Sosialisasi kegiatan meliputi sosialisasi rencana pembongkaran RSJ, pemindahan pasien
RSJ, relokasi penghuni rumah dinas RSJ Ratumbuysang, serta kegiatan konstruksi bangunan RSUD
dan bangunan penunjang lainnya. Sosialisasi rencana kegiatan tidak hanya ditujukan kepada para
masyarakat di sekitar lokasi kegiatan namun juga melibatkan pemangku kebijakan terkait, termasuk
para warga yang tinggal di rumah dinas RSJ Ratumbuysang serta para pegawai RSJ Ratumbuysang.

1.2.1.2 Pemindahan Pasien dan fasilitas RSJ


Pemindahan pasien dan fasilitas RSJ akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan
pembangunan RSJ baru di Desa Kalasey, Kabupaten Minahasa. Proses pemindahan akan
memerlukan kendaraan-kendaraan kecil dan kendaraan besar. Oleh sebab itu, pihak Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara akan bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota Manado
terkait rencana mobilisasi kendaraan pada saat dilakukan pemindahan Pasien dan fasilitas RSJ.

1.2.1.3 Relokasi Penghuni Rumah Dinas RSJ Ratumbuysang


Relokasi penghuni rumah dinas RSJ Ratumbuysang akan dilakukan secara bertahap sebelum
kegiatan konstruksi RSUD dimulai. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara akan berdiskusi dengan
para penghuni rumah dinas RSJ Ratumbuysang terkait kesepakatan relokasi hunian bagi para
penghuni rumah dinas RSJ sesuai ketentuan dan standar yang berlaku.

1.2.2 Tahap Konstruksi


1.2.2.1 Rekruitmen Tenaga Kerja
Pada Tahap Konstruksi, salah satu langkah awal yang akan dilakukan adalah rekruitmen tenaga
kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan ini meliputi tenaga kerja bidang manajemen
konstruksi, teknik sipil dan arsitektur, teknik elektro dan mesin untuk pekerjaan MEP (mekanikal,
elektrikal dan plumbing), administrasi dan tenaga kerja lapangan. Tenaga kerja lapangan terdiri atas
mandor dan pekerja kasar harian. Proses rekruitmen tenaga kerja konstruksi akan menjadi tanggung
jawab dan wewenang kontraktor pelaksana. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja konstruksi,
maka pihak perusahaan kontraktor memberikan kesempatan utama kepada masyarakat sekitar yang
memiliki keahlian yang sesuai dan memenuhi syarat kualifikasi yang dibutuhkan.

Kebutuhan maksimum tenaga kerja konstruksi untuk kegiatan ini diprakirakan sebanyak 305 orang.
Jumlah tenaga kerja tersebut akan disediakan secara bertahap sesuai tahapan rencana dalam
kegiatan konstruksi. Latar belakang tingkat pendidikan tenaga kerja yang diperlukan beragam, yakni
meliputi strata sarjana (S1), diploma atau ahli madya (D3), SLTA/sederajat, SLTP/sederajat, dan
SD/sederajat. Estimasi rincian jumlah tenaga kerja beserta kualifikasi yang dibutuhkan disajikan pada
Tabel 1.4.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-9 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.4 Prakiraan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi.

No Posisi/Keahlian Jumlah Pendidikan Minimal Jenis Pekerjaan

1. Project manager 1 S1/S2 Pimpinan Proyek

2. Site manager 1 S1 Perencanaan Sipil

3. Site engineer 1 S1 Perencanaan Sipil

4. Supervisor 1 S1/D3 Konstruksi Sipil

5. Surveyor 2 D3 Perencanaan Sipil

6. Mekanik 1 D3/SMK Mekanikal Elektrikal

7. Drafter 1 D3 Perencanaan Sipil

8. QA & QC 1 S1/D3 Perencanaan Sipil

9. Quantity surveyor 1 S1 Perencanaan Sipil

10. Security 4 SLTA/SLTP Keamanan

11. Gudang / logistik 1 SLTA Logistik

13. Tukang kayu 60 SLTA/SLTP/SD Struktur

14. Tukang besi 45 SLTA/SLTP/SD Struktur

15. Tukang cor 25 SLTA/SLTP/SD Struktur

15. Tukang keramik 40 SLTP/SD Arsitektural

16. Tukang partisi 20 SLTA/SLTP/SD Arsitektural

17. Tukang plafond 25 SLTA/SLTP/SD Arsitektural

18. Tukang fasad 30 SLTA/SLTP Arsitektural

19. Tukang mekanikal 25 SLTA/SLTP/SD MEP

20. Tukang elektrikal 20 SMK MEP

Total 305 - -
Sumber: Hasil Estimasi Konsultan, 2018.

1.2.2.2 Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material


Secara umum, jenis peralatan yang digunakan pada Tahap Konstruksi antara lain adalah
excavator/backhoe, dump truck, concrete mixer, kompresor, mesin pemotong, mesin las, mesin bor,
mesin serut, scafolding, molen tangan, dan peralatan safety (helm, sepatu boot dan sepatu safety,
kacamata safety, sabuk pengaman/full body hardness, dan lain-lain). Peralatan tersebut akan
digunakan dalam kegiatan pematangan lahan sampai dengan kegiatan pembangunan fisik serta
sarana dan prasarana. Rencana penggunaan peralatan/mesin Tahap Konstruksi disajikan pada
Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Rencana Penggunaan Peralatan/Mesin Tahap Kontruksi.

No Nama Alat Jumlah

1 Concrete pump 1 unit

2 Excavator 1 unit

3 Machine booring 2 unit

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-10 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No Nama Alat Jumlah

4 Bar cutter dan bar bander 2 set

5 Kompresor 1 unit

6 Mobile crane 1 unit

7 Travo las 2 unit

8 Vibrator 6 set

9 Scaffolding 830 set

10 Genset portable 1 unit

11 Dump truck 2 unit

12 Jack hammer 1 unit


Sumber: Hasil Estimasi Konsultan, 2018.

Material konstruksi yang akan digunakan secara umum akan didatangkan dari daerah sekitar Kota
Manado dengan menggunakan truk. Material yang akan digunakan disesuaikan dengan standar untuk
bangunan gedung rumah sakit sehingga kualitas bangunan pada nantinya menjadi lebih kokoh dan
awet. Mobilisasi pengangkutan material dan alat-alat berat akan dilakukan di luar jam sibuk agar tidak
menimbulkan kemacetan di ruas jalan lingkungan Kelurahan Kleak. Mobilisasi tersebut juga dilakukan
tidak pada jam-jam istirahat warga dan jam masuk-keluar sekolah untuk menjaga keamanan dan
ketertiban. Estimasi rencana penggunaan bahan material tahap konstruksi disajikan pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6 Estimasi Rencana Penggunaan Bahan Material Tahap Kontruksi.

No Jenis Bahan/ Pekerjaan Jumlah Satuan Ritasi

1 Bata atau hebel 50.651 m3 8.442

2 Semen 17.647 ton 882

3 Pasir 66.137 m3 11.023

4 Besi ringan D<12 169.014 batang 1.127

5 Batu pecah 9.869 m3 1.645

6 Arsitektural + MEP 8.442 m3 1.407

7 Beton readymix 48.625 m3 8.104

8 Baja struktur D>12 45.023 batang 450

9 Kayu dan atap 151.616 m3 25.269

Perkiraan total pengangkutan 58.349

Parkir dan sirkulasi jalan 2.576

Total 60.925
Sumber: Hasil Estimasi Konsultan, 2018.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel di atas, estimasi ritasi penggunaan bahan material sekitar
60.925 ritasi dengan periode pekerjaan konsruksi selama 330 hari kerja (15 bulan). Ritasi per hari
diperkirakan mencapai 185 rit atau 23 rit per jam (asumsi 8 jam kerja). Rencana mobilisasi peralatan
dan material diperkirakan akan berasal dari jalan Ring Road dan melewati Jalan LIngkungan di dalam
Kelurahan Kleak.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-11 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
1.2.2.3 Pembongkaran RSJ
Kegiatan pembongkaran RSJ akan dilakukan secara bertahap. Puing-puing bangunan yang masih
bernilai jual seperti besi, baja dan beton akan diserahkan kepada pihak ketiga melalui mekanisme jual
beli. Sisa-sisa puing bangunan yang tidak dapat dijual akan diangkut dan ditempatkan di TPA yang
direkomendasikan oleh Dinas Kebersihan Kota Manado. Bangunan RSJ yang baru akan berada di
Desa Kalasey, Kabupaten Minahasa dimana proses penyusunan AMDAL dan Izin Lingkungan untuk
RSJ baru tersebut sudah selesai dilakukan. Proses pengangkutan puing-puing bangunan akan
dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Perhubungan Kota Manado.

1.2.2.4 Penimbunan dan Pemadatan Tanah


Pekerjaan penimbunan dan pemadatan tanah dilakukan pada lokasi rencana kegiatan pembangunan
RSUD dengan penambahan elevasi permukaan tanah sebesar 1 meter. Volume material timbunan
diperkirakan sebesar 30.000 m3. Alat-alat berat yang digunakan antara lain Excavator, Bulldozer,
Compactor, Dump Truck. Persyaratan material timbunan akan mengikuti rekomendasi dari instansi
terkait sebelum dilakukan kegiatan penimbunan tanah. Kelayakan dari setiap bagian pondasi untuk
penempatan material timbunan dan semua material yang digunakan dalam konstruksi timbunan
adalah sesuai dengan spesifikasi teknik.

Uji timbunan (trial embankment) akan dilakukan untuk menentukan efektifitas dari beberapa metode
pemadatan dari material yang tersedia untuk pekerjaan timbunan. Sasaran hasil dari uji timbunan
adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas dari metode pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan
ukuran dari alat pemadat, jumlah lintasan untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan, efek getaran
terhadap kadar air dan aspek lain dari pemadatan. Pekerjaan ini termasuk
penempatan/penghamparan dari material dari borrow area, galian dan stockpile dengan perbedaan
kadar air dan dalam lajur terpisah untuk pemadatan dengan peralatan pemadat, kecepatan, frekuensi
dan jumlah lintasan yang berbeda.

1.2.2.5 Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp Pekerja Konstruksi


Basecamp atau barak kerja dibangun sebagai tempat tinggal sementara bagi para pekerja yang
menetap di lokasi proyek selama kegiatan konstruksi berlangsung. Hal tersebut diasumsikan sebagian
pekerja tidak pulang ke rumah setiap hari karena terdapat beberapa pekerjaan yang dikerjakan pada
malam hari. Pembangunan barak kerja dilakukan di dalam lokasi proyek dan di luar rencana lokasi
bangunan utama agar tidak mengganggu pekerjaan utama. Barak kerja ini dibuat tidak permanen
agar mudah dibongkar pada saat konstruksi berakhir. Dalam barak kerja ini juga terdapat kantor
proyek yang berfungsi sebagai pusat pekerjaan administrasi dan teknis. Kantor dalam barak kerja ini
akan dilengkapi dengan fasilitas seperti komputer, meja rapat, sarana telepon, file, dan lain-lain. Untuk
memudahkan dalam mencari bahan material maka diperlukan gudang untuk penempatan bahan
material dan alat- alat kerja yang digunakan selama masa konstruksi agar terlindung dari pengaruh
hujan, cuaca dan keamanan.

Selain itu juga, akan disediakan direksi keet sebagai tempat untuk menyimpan berbagai peralatan
pendukung, suku cadang, komponen mesin, dan lain-lain. Ukuran direksi keet disesuaikan dengan
kebutuhan dan ditempat pada posisi yang tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan konstruksi.
Apabila kegiatan telah selesai maka bangunan direksi keet tersebut akan dibongkar dan dibersihkan.
Peralatan yang rusak umumnya akan diperbaiki di dekat lokasi direksi keet tersebut agar
mempermudah dalam pengambilan dan penyimpanannya. Oleh karena itu, pada lokasi tersebut
sering ditemukan sisa-sisa

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-12 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
bahan yang dipakai untuk pebaikan seperti oli bekas, potongan kabel, potongan kawat las, dan lain
sebagainya.

Selain sarana di atas, pada barak kerja juga akan disediakan air bersih dan listrik yang digunakan
baik untuk memenuhi kegiatan para pekerja maupun untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
konstruksi itu sendiri. Kebutuhan air tersebut dapat bersumber dari instalasi PDAM dan air tanah
dalam. Jumlah air yang dibutuhkan pada tahap konstruksi diprakirakan sebesar ±23,94 m3 per hari.
Prakiraan kebutuhan air, timbulan limbah cair dan padat pada tahap konstruksi disajikan pada Tabel
1.7.

Tabel 1.7 Prakiraan Kebutuhan Air, Limbah Cair dan Limbah Padat Pada Tahap
Konstruksi.

Jumlah
No Uraian Jumlah Standar (m3/hari) (m3/hari)
1 Kebutuhan Air
Domestik pekerja 305 orang 0,05a) 15.25
c) 3 2
Kegiatan konstruksi - 0,03m /m hari 3,69
Cuci ban truk dan penyiraman
5 5
jaland)
Total 23,94
2 Limbah cair domestik
Domestik pekerja 305 orang 80% penggunaan air 12,2
Total 12,2
3 Limbah padat (sampah)
Domestik pekerja 305 orang 0,0025 b) 1,30
e)
Sampah konstruksi 0,038 4,67
Sumber : Perhitungan Konsultan, 2018
Keterangan :
a
) SNI 03 – 7056 – 2005
b) KepMen Kimpraswil No. 534/Kpts/M/2001
c) Luas Bangunan dan Gedung Parkir : 40.573 m2; Masa konstruksi 15 bulan (330 hari kerja)
Kebutuhan Air Konstruksi : (40.573 m2 x 0,03 m3/m2)/ 330 hari kerja = 3,69 m3/hari
d) Cuci ban truk : Diperkirakan 5 m3/hari
e) Asumsi US EPA : (40.573 m2 x 0,038 m3/m2)/ 330 hari kerja = 4,67 m3/hari

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-13 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Penyedotan
15,25 Domestik 12,2 Septic Tank oleh pihak
Tenaga Portable**) ketiga yang
memiliki izin

23,94
PDAM
2,5 Penyiraman Meresap Kedalam

8,69
Konstruksi Cuci Ban Sediment trap
2,5
3,69
Konstruksi Fisik
Bangunan

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2018

Gambar 1.2 Necara Air Tahap Konstruksi.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-14 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
1.2.2.6 Pembangunan RSUD dan Fasilitas Penunjang
Kegiatan ini bersifat utama dalam tahap konstruksi karena berupa membentuk bangunan yang
diinginkan sesuai gambar rencana yang sudah dimiliki (Gambar 1.3 s/d Gambar 1.12). Kegiatan ini
terdiri atas persiapan lahan, pekerjaan struktur bawah, pekerjaan struktur atas, serta pekerjaan
mekanikal, elektrikal, dan plumbing. Konsep pembangunan fisik gedung akan menerapkan konsep
roof garden sebagai healing environment untuk perawatan.Persyaratan keandalan bangunan dan
prasarana dalam pembangunan RSUD akan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.
LUAS : 36.282 M2
• •
SIRKULASI AMBULANCE GEOUNG UTAMA

• • KANTOR

SIRKULASI KENDARAAN IPSRS

INSlALAS! PEMULASARAN
PENGUNJUNG JENAZAH & RUMAH OUKA

WATER TREATMENT PLAN


SIRKULASI KENDARAAN
• POWER HOUSE
PEGAWAI, DOKTER,
DAN DIREKTUR INSTALASI PENGOLAHAN
AIR LlMBAH DAN SANrTASI
AREA PENGEMBANGAN INSlALAS!
• KEOOKTERAN NUKUR
IN / OUT AREA SMART PARKING
SYSTEM & UPTO

.PARKIR
-.._-.
PARKIR
PARKIR
DOKTER + AMBULAN
DIREKTUR + DIREKSI
: 19 MOBIL
: 13 MOBIL
-- - • •

- PARKIR
PARKIR
PEGAWAI RUMAH SAKIT
PENGUJUNG
: 14 MOBIL
:240 MOTOR -- - •

_ ._
-- -
r'"
• .•... .
N O,,", .. f .
. " ............
.II. IIEll'UOA

..
~~ • - I

Gambar 1.3 Siteplan RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-15 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 1.4 Gambar perspektif RSUD Sulawesi Utara dengan konsep roof garden pada dak di atas lantai 3 dan lantai 4.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-16 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
LUAS LANTAI : 7.308 M2
AREA IGD
AREA LABORATORIUM
AREA RADIOLOGI
AREA LAUNDRY
AREA Gill
AREA FARMASI, PENDAFTARAN
AREA KOMERSIAL
AREA STAF /OFFICE
SIRKULASI LIFT, RAMP, SHAT (Menerus)
RUANG TUNGGU
AREA TOILET, JANITOR, STORAGE

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-17 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
... -
-e-

~
.:;.

I
0
I.

0
I.
(I)
I.

~
a.
0
Ia_
M
I
0
'" 0
.. ~
I• I
(I)
A.
I

(i
,~ ..... ~~ NOU r....~~--;:;;;;-
'""t .. - ...... .,.- ."--
•• --- • "':"rr.'

Gambar 1.5 Denah Lantai 1 RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-18 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
AREA ICU LUAS LANTAI: 5,556 M2
I( 1-=- I' II
AREA POLlKLINIK -.w ~~
AREA POLlKLINIK JANTUNG e - ~
- -
.... ... l·ot.
l::- ~!:J
.~

--= .!!.
AREA TUMBUH KEMBANG ANAK U!'! es,

--~
l,
e •
..~. _I::~ '"
A
'1'!>
....I.·~ ~~~
AREA POLlKLINIK PARU .iiio ·... 0:. ~ ..... I -"- -"'_

!
Q

AREA FARMASI, PENDAFTARAN l:I-=";- ,.. ....- j ...... .~


~
i~
AREA MESIN RADIOLOGI
0
•.
~ .t:_:a... .'.."..~... ' -....
-"'- ..-
-:~
..... \ ~

AREA STAF jOFFICE ~-i-~ I~II


-
0 .~.tti
I I..!. 1-.... .."'. I.·.·r·;.:·.
.....
L
~
SIRKULASI LIFT, RAMP, SHAT (Menerus)

RUANG TUNGGU
0
~
"9:
~
~
loS /- -
~~~I CI CI

...
'" to
.,;;,
..
~. =
0

i2' 1 " ~I~V-


AREA TOILET, JANITOR, STORAGE
~~~
'-;::1!¢ ::'L~,!\~
r~{~ - \
-_ -
~.. 'I ..~r
.: J,!!~~-g~L... .~

!
~ '.;: ...

. ...
0

!
-
I ,

-
gJ ~ <il Q 0 0 e @
... I
..n.- ...... L'"
J
, ~ J
Lt ....... t
......
0

-
'~~. A t::.:'~
0
._
• .oL..

I·...I.~
s
f-..
.....
f ....j_.
=s= ,
l'~ ·c-
I ~-_,
_, .... r-'
0 ..... I ....
I:;'~ .... -.
I
r- I...... ~
l-
f-
-Qr-
.1
0

-
.... ~l.rL.J
....
~,
i~
--
o L.
..... ."'-
Ht-,4:;, a D
n
-=-
" ..
: !. .P •• 1»
'lL
q.
' ,. I" I t. I
o 0

Gambar 1.6 Denah Lantai 2 RSUD Provinsi Sulawesi Utara.


AREA OK AREA LUAS LANTAI : 3.729 M2
CSSD AREA
BERSALIN
RUANG TUNGGU OK
0~-------T========================~----~
KORIDOR KOTOR, OK 0r---------~~-------------------------------------~
AREA FARMASI, PENDAFTARAN
0~----~-----------------~====~~~
AREA MESIN RADIOLOGI
AREA STAF jOFFICE
SIRKULASI LIFT, RAMP, SHAT (Menerus)
RUANG TUNGGU
AREA TOILET, JANITOR, STORAGE

o
L
-
,. •• !
I
o
I.
1M r. tIL

! I. M I.

0 o o o 0 o 0

Gambar 1.7 Denah Lantai 3 RSUD Provinsi Sulawesi Utara.


AREA HEMODIALISA (TIDUR)
LUAS LANTAI: 3,000 M2

AREA HEMODIALISA ISOlASI . ..J---_

RUANG KONSUlTASI GINJAl


AREA STAF jOFFICE
SIRKUlASI LIFT, RAMP, SHAT (Menerus)
RUANG TUNGGU
AREA TOilET, JANITOR, STORAGE, SERVIS

.m. .a..

o r-------t-------------_j~--------------~------~

Gambar 1.8 Denah Lantai 4 RSUD Provinsi Sulawesi Utara.


AREA RANAP ANAK VIP LUAS LANTAI: 1,696 M2
AREA RANAP ANAK KELAS 1
AREA RANAP ANAK KELAS 2
AREA RANAP ANAK KELAS 3
AREA RANAP ANAK ISOLASI
AREA STAF jOFFICE
SIRKULASI LIFT, RAMP, SHAT (Menerus)
RUANG TUNGGU
AREA TOILET, JANITOR, STORAGE, SERVIS

...
! I. f.
z· fa ilL
c.
' !.
.. ,. I I. I
o 0 o 0

Gambar 1.9 Denah Lantai 5 RSUD Provinsi Sulawesi Utara.



LUAS LANTAI: 1,696 M2
AREA RANAP VIP
AREA RANAP KElAS 1 K ' ,


AREA RANAP KElAS 2
AREA RANAP KElAS 3
AREA RANAP ISOLASI
AREA TINDAKAN &
MEDIC PREPARATION ._
AREA STAF /OFFICE
...-. - _
...
• SIRKULASI Lin,
RUANG GUDANG
RAMP, SHAT (Menerus)

AREA TOILET, JANITOR, STORAGE, SERVIS


I ,

...,....
H

p , ,

3 6 1 , I 10 11

Gambar 1.10 Denah Lantai 6 s.d. 8 RSUD Provinsi Sulawesi Utara.


AREA RANAP SVIP
LUAS LANTAI : 1,696 M2
AREA RANAP I(ELAS 1
AREA RANAP I(HAS 2
AREA RANAP I(ELAS 3
« • •
_
-.-
. -- .............

AREA RANAP ISOLASI .-


-,..,. r-40-----'1,
..._._
AREA TINDAKAN , J •

_...
'..._.. . .-.4
...-

._- -
AREA STAF/OFFICE

MEDIC PREPARATION .-
._ -.

SIRI(ULASllIFT, RAMP, SHAT (Menerus) •

._
I • III'Ql .......

.._.... _ .
RUANG GUDANG ~

AREA TOIlU, JANITOR, STORAGE, SERVIS .. ._ - .- . .............. ,- .. --


_ .,..

.- .- . .. ....
~.-,
,

..

-
o •

-- ...
- ._- ...~- ._ .... .....-.
....
- ~

-
r· •

_ _-
• • • • • • • • •
• •
1 )
• s • • • "
Gambar 1.11 Denah Lantai 9 s.d. 10 RSUD Provinsi Sulawesi Utara.
Gambar 1.12 Denah Lantai Mesin LIft RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-24 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 1.13 Denah Lantai Helipad RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-25 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Persiapan Lahan

Lahan RSJ yang sudah dibongkar seluruhnya kemudian dilakukan pengukuran dan pemberian tanda
sehingga memudahkan ketika dilakukan penggalian ataupun pembuatan pondasi. Pemasangan pagar
pengaman juga akan dilakukan guna menjaga keamanaan bagi pekerja maupun masyarakat sekitar
dari kondisi ataupun hal-hal yang berbahaya. Pagar pengaman dapat terbuat dari bahan seng yang
dipasang mengelilingi areal proyek dan setinggi 2 m untuk di luar bangunan. Sedangkan untuk
pemasangan pengaman di area dalam bangunan akan menggunakan railing berjaring pengaman
yang dapat menahan/menampung benda-benda yang dikhawatirkan dapat jatuh menimpa orang yang
melintas maupun properti lainnya seperti kendaraan dan lain-lain. Lokasi proyek/pembangunan harus
bersih dari hal-hal yang dapat menggangu pelaksanaan pembangunan baik hal teknis maupun non
teknis, hal ini bertujuan agar semua dapat berjalan secara efisien, efektif, dan optimal namun tidak
mengganggu keadaan lingkungan sekitar.

Pekerjaan Struktur Bawah

Untuk bangunan yang mendukung beban berat seperti gedung bertingkat harus dilakukan kegiatan
penyelidikan tanah guna mengetahui daya dukung tanah dimana akan didirikan bangunan. Selain itu
juga dilakukan boring test sampai kedalaman tertentu untuk mengetahui sifat mekanis tanah
sehinggga perencanaan pondasi dapat dilakukan secara akurat.

Pekerjaan struktur bawah yang dimaksud adalah pembuatan pondasi bangunan, struktur pondasi
diperhitungkan mampu menjamin kinerja bangunan sesuai fungsinya dan dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin dan gempa.
Struktur pondasi juga harus menjamin bangunan terbebas dari settlement (penurunan) baik
keseluruhan maupun parsial agar tidak terjadi retak arsitektur maupun kegagalan struktur. Struktur
pondasi yang akan digunakan dalam rencana kegiatan ini akan menggunakan sistem pondasi dalam
(deep foundation).

Pelaksanaan pemasangan tiang pancang akan dilakukan dengan alat pemancang yang sesuai
dengan jenis tanah sehingga dapat menembus pada kedalaman yang telah ditentukan. Alat pancang
yang digunakan berupa bore pile (Gambar 1.14). Pemilihan bore pile dikarenakan alat tersebut tidak
menimbulkan kebisingan dan getaran yang besar.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


26
Gambar 1.14 Ilustrasi Pondasi Bored Pile.

Wilayah Sulawesi Utara merupakan daerah rawan gempa bumi tektonik karena dikelilingi oleh 2 (dua)
lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik, 1 (satu) lempeng sedang, yaitu Lempeng
Filipina, 3 (tiga) lempeng kecil, yaitu lempeng Halmahera, lempeng Laut Maluku dan lempeng
Sangihe, serta 6 (enam) buah patahan aktif (sesar), yaitu sesar Gorontalo, sesar Bolaang
Mongondow, sesar Amurang, sesar Manado, sesar Palu-Pulau Koro dan sesar Sorong. Hal ini
menunjukkan bahwa wilayah Sulawesi Utara memiliki sistem gaya-gaya tektonik yang rumit dan
kompleks dalam proses mencari kesetimbangan gaya-gaya tektonik yang baru.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


27
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2015).

Gambar 1.15 Tatanan Tektonik di Asia Tenggara.

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2015).

Gambar 1.16 Tatanan Tektonik di Sulawesi Utara.

Dalam upaya mencari kesetimbangan baru tersebut, masing-masing lempeng saling bergerak dengan
kemungkinan akan terjadi gesekan maupun tabrakan antar lempeng, di mana dalam fenomena alam
ini timbul energi yang selanjutnya energi ini dilepaskan sehingga terjadi gempa bumi.

Kerentanan bahaya alami gempa bumi ini di Sulawesi Utara dibuktikan dengan tingginya frekuensi
terjadinya peristiwa gempa bumi yang dirasakan, bernilai ekstrim dan bersifat merusak, dengan
magnitude sama atau lebih besar dari 4 Skala Richter dengan intensitas I hingga VIII Skala MMI
(Modified Mercalli Intensity).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


28
Menggunakan tabel Desain Spektra Indonesia (2011) dari situs BMKG, Nilai respons spektra di sekitar
Sulawesi Utara dapat ditentukan. Daerah Sulawesi Utara memiliki nilai response spektra sebesar 1-
1.5(150%) dan 0.4-0.45(60%),

Gambar 1.17 Desain Spektra Daerah Manado (Percepatan Konstan 150% g).

Gambar 1.18 Desain Spektra Daerah Manado (Percepatan Konstan 60%).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


29
Setelah mendapatkan Ss dan nilai S1 masing-masing sebesar 1-1.5 dan 0.4-0.45, kemudian didapat
nilai Sds=0.816 dan Sd1=0.5. menggunakan nilai Sds dan Sd1, klasifikasi resiko seismik dapat
ditentukan.

Tabel 1.8 Klasifikasi Resiko Seismik dengan Parameter Response Percepatan


Pada Periode Pendek.

Tabel 1.9 Klasifikasi Resiko Seismik dengan Parameter Response Percepatan


Pada Periode 1 Detik.

Dengan menggunakan kedua tabel diatas, Klasifikasi Resiko Seismik di daerah Manado termasuk
kategori desain D. Menggunakan kategori desain tersebut, Koefisien Modifikasi Response dapat
ditentukan menggunakan tabel berikut.

Tabel 1.10 Faktor Modifikasi Response, Kuat-Lebih Sistem, dan Pembesaran


Defleksi untuk Sistem Penahan Gempa.

Dari tabel diatas, bangunan harus didesain dengan beban gempa kategori Desain Seismik D,
dengan
Sistem Rangka Beton Pemikul Momen Khusus dengan Faktor Reduksi sebesar 8.

Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan kolom, balok, plat lantai, dan dinding. Bahan yang digunakan dalam
pekerjaan struktur atas dapat berupa pabrikasi (precast) atau cor di tempat. Untuk bangunan dengan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


30
struktur beton bertulang, maka struktur atas yang utama adalah core atau shear wall, balok, lantai dan
kolom. Core atau shear wall berfungsi untuk menambah kekakuan struktur terutama dalam melawan
gaya horisontal. Untuk gedung bertingkat digunakan shear wall yang terdapat di beberapa tempat,
dan berupa dinding beton bertulang yang dicor menyatu dengan kolom dan balok. Konstruksi dinding
rumah sakit akan mengacu pada KepMenKes Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit. Dinding ruang radiologi akan menggunakan brickwall bata ringan
dengan ketebalan 12 cm yang tersusun padat tanpa celah atau rongga. Kemudian, dilapisi dengan
lapisan timbal dan ditutup oleh gypsum sebagai interior ruangan.

Pemasangan kolom pada umumnya dilakukan pengecoran ditempat dimana kolom diletakkan terpusat
di atas pile. Kolom berfungsi untuk memikul seluruh beban yang bekerja pada konstruksi. Pada saat
pelaksanaan pengecoran kolom, perlu diperhatikan vertikalitas dan axisnya terhadap kolom diatas
dan dibawahnya. Kolom dibentuk dari pembesian kolom yang di cor dengan beton ready mix
yang dituangkan melalui selang besar ke dalam formework dari mobil pengangkut ready mix
apabila campuran beton didatangkan dari luar proyek. Ukuran dimensi dan kekuatan kolom harus
disesuaikan dengan beban yang bekerja pada kolom. Untuk membuat kekakuan yang optimal maka
kolom harus dirancang menerus dari bawah ke atas. Sehingga balok seminimal mungkin menerima
beban yang terpusat di antara dua tumpuannya. Pada bangunan, balok lantai biasanya terbuat dari
beton bertulang dan di cor langsung di tempat. Pada saat pemasangan kolom, setelah balok dan
lantai mencapai kekuatan penuh maka konstruksi akan ditahan dengan menggunakan scaffolding.
Fungsi lain scaffolding adalah untuk naik turunnya pekerja jika pemasangannya dipadukan dengan
tangga.

Pekerjaan Mekanikal, Elektrikal, Plumbing

Pekerjaan ini terdiri dari pemasangan sistem transportasi vertikal, pembuatan instalasi listrik dan
penangkal petir, pembangunan sarana pemadam kebakaran, pemasangan sarana air bersih, dan
pembuatan sistem tata air (plumbing).

1) Sistem transportasi vertikal.

Bangunan rumah sakit akan menggunakan ramp dan lift tahan api sebagai sarana transportasi
vertikal. Ramp akan dibangun dari mulai lantai 1 hingga lantai 4. Lift yang dipasang berupa lift tahan
api dengan ukuran sesuai dimensi ruang lift dan peralatan lainnya berupa rell dan bandul pemberat.
Lift akan disediakan dari mulai lantai 5 hingga lantai 10. Tangga darurat menggunakan sistem manual
dan mempunyai fungsi sebagai alat transportasi vertikal yang hanya ditujukan untuk menurunkan
penghuni ke luar bangunan secepatnya dalam keadaan darurat. Desain tangga akan memperhatikan
aspek- aspek, antara lain ketinggian anak tangga dan jumlahnya (kelipatannya). Lebar tangga
memiliki ukuran
140 cm, tinggi tangga dan lebar anak tangga sebesar 30 cm x 90 cm.

2) Pemadam kebakaran.

Untuk mencegah/menghindari bahaya kebakaran, pada bangunan gedung ini akan dibuat sistem
untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran. Sistem yang akan digunakan untuk
mencegah dan mengendalikan kebakaran adalah sistem fire hydrant dan fire extinguisher. Sistem
tanggap darurat kebakaran yang ada di lokasi kegiatan akan dilengkapi dengan buku panduan
penanganan bahaya kebakaran untuk rumah sakit. Koordinasi akan dilakukan secara intensif dalam
hal penanganan bahaya kebakaran yang mungkin terjadi. Simulasi evakuasi pada saat kebakaran
akan dilakukan secara bersama-sama antara pengelola rumah sakit. Hal ini akan dilakukan setiap
tahun sebagai bagian dari pencegahan bahaya kebakaran dan peningkatan kewaspadaan para
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
31
petugas yang ada.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


32
Selain itu akan dilengkapi juga dengan fire alarm. Fire alarm disini adalah sistem deteksi awal
terjadinya kebakaran yang akan memberikan indikasi secara audio maupun visual, dari mana
kebakaran itu berasal, sehingga dapat diambil tindakan pengamanan sedini mungkin untuk
memadamkan kebakaran.

Sistem fire hydrant

Hydrant yang akan disediakan terdiri atas hydrant pilar (outdoor) dan hydrant box (indoor dan outdoor)

 Menggunakan wet riser system, yaitu pipa tegak yang berisikan air bertekanan.

 Pompa sistem pemadam kebakaran terdiri atas :

o Dua pompa kebakaran yang menggunakan motor diesel.

o Satu pompa jockey yang berfungsi untuk menstabilkan tekanan di dalam pompa.

o Serta masing-masing satu pressure tank dan primming tank.

 Hidrant pilar yang akan disediakan berjumlah lima unit, dimana masing-masing akan
dilengkapi dengan satu box hydrant (74x18x125 cm) lengkap dengan hose sepanjang 100 m
dan nozzle berdiameter 6 cm serta gate valve dengan diameter 10 cm.

Hydrant box indoor akan disediakan di setiap lantai gedung dengan ukuran 78x18x125 cm,
lengkap dengan hose sepanjang 30 m dan nozzle berdiameter 4 cm serta valve dengan
diameter 6,5 cm. Sarana pemadam lain yang akan disediakan adalah pemadam sistem
sprinkler. Air yang digunakan untuk sarana pemadam kebakaran berasal dari air PDAM yang
ditampung menggunakan Water Treatment Plant (WTP) sebelum didistribusikan
menggunakan pompa. Terdapat tiga unit pompa berbagai tipe, yakni satu unit pompa
pemadam elektrik (EHP), satu unit pompa diesel (DHP), dan satu unit pompa jockey (JP).

Sistem fire sprinkler


 Menggunakan wet riser sistem, yaitu pipa tegak yang berisikan air bertekanan.
 Klasifikasi sistem kebakaran ditetapkan sebagai bahaya kebakaran ringan.
 Aliran pada setiap cabang akan memberi indikasi pada flow switch, indikasi tersebut dikirim
pada panel alarm zone lantai dan segera membunyikan alarm.
 Sistem tersebut dilengkapi dengan sarana penyambung untuk Dinas Pemadam Kebakaran
setempat yaitu berupa Fire Brigade Connection yang terletak di luar bangunan.
Sistem fire extinguisher
Fire extinguisher merupakan alat pemadam api ringan (APAR) dan fire gas. Alat ini digunakan ketika
timbulnya api masih dalam skala kecil dan diprediksi masih dapat dikendalikan maupun dipadamkan
tanpa bantuan hydrant, bereaksinya fire sprinkler, maupun datangnya petugas pemadam kebakaran.
Jumlah titik APAR akan dikoordinasikan dengan BPBD Kota Manado.
 Jenis-jenis APAR meliputi :

o APAR type A, Clean Agent 3,5 Kg dengan komposisi 2A, 2B-5B, 1C.

o APAR type B, Gas CO2 6,8 Kg dengan komposisi 2B, 1C.

o APAR type C, Gas CO2 10 Kg dengan komposisi 2B, 1C.

o APAR type D, Clean Agent 10 Kg dengan komposisi 2A, 2B-5B, 1C.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


33
 APAR disediakan pada tempat-tempat yang strategis dan disesuaikan dengan peraturan
dan/atau ketentuan yang ada.

o Setiap 200 m2 ruang terbuka disediakan satu unit APAR type A dengan jarak antara
setiap unit maksimum 20 m.

o Untuk ruang yang dilengkapi dengan pembagi/pembatas ruangan (devider) disediakan


satu unit APAR tipe A tanpa memperhatikan luasan ruang.

o Untuk daerah/ruang mekanikal & elektrikal berskala kecil disediakan 1 unit APAR type A
dan satu unit APAR tipe B.

o Untuk daerah/ruang mekanikal & elektrikal berskala besar disediakan 1 unit APAR type A,
1 unit APAR type C dan 1 unit APAR type D.

o APAR ditempatkan menempel dinding dan pada ketinggian 120 cm dari lantai.

Tabel 1.11 Jumlah APAR dan Hidrant di setiap lantai kegiatan Rumah Sakit.

Lantai *) Hydrant APAR


Lantai 1 19 5
Lantai 2 19 5
Lantai 3 19 5
Lantai 4 19 5
Lantai 5 19 5
Lantai 6 19 5
Lantai 7 19 5
Lantai 8 19 5
Lantai 9 19 5
Lantai 10 19 5
Total 190 50
Sumber : Hasil estimasi konsultan, 2018.

Gedung Kantor

Gedung kantor akan dibangun sebanyak dua lantai dengan luas lantai 1 yaitu 1.179 m2 dan lantai 2
yaitu 673 m2. Fasilitas yang terdapat di lantai 1 melilputi Area privat (ruang direktur dan kepala
bagian), Area semi privat (ruang staff), Area publik (ruang tunggu), Area semi publik (ruang rapat dan
ruang tamu), area servis (pantry dan ruang kontrol), toilet dan musholla. Fasilitas yang terdapat di
lantai 2 meliputi area pubilk (ruang tunggu), area semi publik (ruang seminar dan ruang rapat), toilet
dan musholla.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


34
Gambar 1.19 Gedung Kantor Lantai 1.

Gambar 1.20 Gedung Kantor Lantai 2.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


35
Fasiltas Area Parkir dan Gedung Parkir

Fasilitas area parkir yang disediakan yaitu area parkir dokter dan Ambulance, area parkir direktur dan
direksi, area parkir instalasi jenazah serta area smart parking system. Area smart parking system
didesain dengan system multi level dengan sistem mekanis. Melalui sistem tersebut, pengguna dapat
langsung mengakses (memarkirkan dan mengambil) kendaraannya secara otomatis dengan sistem
informasi yang sudah disediakan oleh pengelola parkir. Rincian luas lahan parkir disajikan pada
Tabel 1.12 dan rincian lahan untuk gedung parkir dengan smart parking system disajikan pada
Tabel 1.13.

Tabel 1.12 Fasiltas Area Parkir

No Area Parkir Luas (m2)


1 Dokter dan Ambulance 350
2 Gedung Parkir dengan Smart Parking System 2.630
3 Direktur dan Direksi 856
4 Parkir Instalasi Jenazah 231
Sumber: DED RSUD Provinsi Sulawesi Utara, 2018

Tabel 1.13 Gedung parkir dengan smart parking system

No Bangunan Jumlah Lantai Luas per lantai (m²) Luas Total (m2)
1 Gedung Parkir 1 4 276 1.104
2 Gedung Parkir 2 4 276 1.104
3 Gedung Parkir 3 4 276 1.104
4 Gedung Parkir 4 4 1.802 7.208
Luas Total Gedung Parkir 10.520
Sumber: DED RSUD Provinsi Sulawesi Utara, 2018.

Instalasi Pemulasaraan Jenazah dan Rumah Duka

Instalasi pemulasaraan jenazah dan rumah duka dikhususkan bagi jenazah dan keluarganya.
Pemulasaraan jenazah adalah upaya untuk perawatan pasien setelah dinyatakan meninggal oleh
dokter. Luas lahan intalasi pemulasaraan jenazah dan rumah duka sekitar 210 m2.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


36
Gambar 1.21 Denah Ruang Jenazah.

Water Treatment Plant (WTP)

Pemasangan Water Treatment Plant RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan menggunakan sistem RO
(Reverse Osmosis). Tujuan Pemasangan Water Treatment RO tersebut adalah untuk pencucian
peralatan Operasi/Bedah menggunakan Air RO dengan Kadar TDS (Total Dissolved Solid) yang
sangat rendah yang dicampur dengan Air Kondensasi/Kondensat, untuk mereduksi /mengurangi
Korosi pada peralatan bedah tersebut. Kapasitas WTP yang akan dibangun adalah 240 m3 dengan
dilengkapi instalasi water recycling berkapasitas 200 m3. Luas lahan dari WTP adalah 200 m2.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


37
Gambar 1.22 Desain WTP.

Sewage Treatment Plant (STP)

STP yang akan digunakan adalah STP tipe Biofilter yang terdiri dari 4 Tangki. Kapasitas masing-
masing tangki 97 m3 dengan dimensi Panjang 19,7 meter dan lebar 2,5 meter (Luas 49,25 m2/tangki).
Luasan total tangki STP adalah 197 m2. Dengan luas lahan STP sebesar 210 m2 masih dapat
menampung keempat tangki STP tersebut. Kapasitas total STP tipe biofilter dengan 4 Tangki adalah
388 m3. Desain STP disajikan pada gambar berikut..

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


38
Gambar 1.23 Desain STP.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-38 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
TPS Limbah Medis, Limbah B3 dan Limbah Domestik

TPS limbah medis, limbah B3 dan limbah domestik akan dibuat terpisah. Lokasi TPS linbah medis,
limbah B3 dan limbah domestic berdekatan dengan lokasi STP. Luas masing-masing TPS linbah
medis, limbah B3 dan limbah domestik masing-masing adalah ±14 m2. TPS Limbah B3 akan dibangun
mengikuti Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit)

IPSRS merupakan bangunan berupa workshop yang diperuntukkan bagi karyawan rumah sakit. Luas
lahan IPSRS adalah 252 m2.

1.2.2.7 Pengelolaan Limbah Konstruksi


Pengelolaan limbah konstruksi selama berlangsungnya kegiatan konstruksi akan dihasilkan limbah
baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat umumnya dihasilkan dari sisa-sisa
pekerjaan konstruksi sedangkan limbah cair berasal dari kegiatan konstruksi dan aktivitas pekerja.
Limbah padat sisa konstruksi diolah dengan cara dikumpulkan pada lokasi tertentu, untuk kemudian
diangkut oleh truk sampah menuju TPA bekerja sama dengan pihak ketiga.

Potensi limbah cair yang berasal dari aktivitas domestik pekerja (WC/toilet) diperkirakan sebesar 12,2
m3/hari. Limbah tersebut akan dialirkan ke septik tank dan selanjutnya penanganan melalui
pengurasan secara berkala bekerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki izin. Sedangkan limbah
cair dari konstruksi (5 m3/hari) akan dialirkan melewati drainase menuju kolam pengendapan
(sedimen trap) menuju kolam pengendapan sebelum mengalir ke badan air penerima.

Limbah B3 yang akan dihasilkan antara lain berupa oli bekas, kaleng oli, kaleng cat dan sebagainya.
Limbah B3 tersebut akan dikumpulkan/ditampung terlebih dahulu dalam wadah khusus yang diberi
label dan simbol, kemudian diletakkan pada tempat penyimpanan khusus B3 (TPS B3). Untuk
pengelolaan limbah B3 akan bekerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai izin dari Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Prakiraan timbulan limbah B3 pada tahap konstruksi yang
dihasilkan yaitu menggunakan asumsi 2% dari sampah konstruksi yaitu: Timbulan Limbah B3 = 2% x
4,67 m3/hari = 0,09 m3/hari (Sumber: Enri Damanhuri & Tri Padmi, 2010).

1.2.2.8 Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi


Proses pelepasan tenaga kerja konstruksi akan dilakukan sesuai dengan kesepakatan pada saat
perekrutan tenaga kerja. Semua tenaga kerja konstruksi akan dilepas sesuai dengan prosedur yang
dimilliki oleh kontraktor pelaksana sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

1.2.3 Tahap Operasi


1.2.3.1 Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Pasal 34 menyatakan bahwa kepala rumah sakit harus seorang
tenaga medis yang mempunyai dan keahlian di bidang perumahsakitan. Adapun pejabat struktural
kesehatan rumah sakit yang diatur dalam Permenkes No.971/MENKES/PER/Xl/2009 tentang Standar
Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan meliputi:

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-39 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
1. Direktur.

2. Wakil Direktur Pelayanan Medis, Administrasi Umum, Keuangan, Sumber Daya Manusia,
Pendidikan.

3. Kepala Bidang dan/atau Kepala Bagian.

4. Kepala Seksi dan/atau Kepala Sub bagian.

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan di RSUD Sulawesi Utara, kebutuhan Sumber Daya
Manusia (SDM) menurut Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, Rumah Sakit Umum Kelas B harus memiliki SDM yang terdiri atas (1) tenaga medis, (2) tenaga
kefarmasian, (3) tenaga keperawatan, (4) tenaga kesehatan lain, serta (4) tenaga non kesehatan.
Berikut ini adalah Tabel 1.14 yang menyajikan data Sumber Daya Manusia (SOM) yang dibutuhkan
untuk operasional RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 1.14 Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kegiatan Operasional RSUD Sulawesi
Utara Tahun 2018.

No. Kualifikasi Jumlah


A. Pelayanan Medik Dasar
1 Dokter Umum (20) 12
2 Dokter Gigi (20) 3
B. Pelayanan Medik Spesialis Dasar (@ 20)
1 Penyakit Dalam 3
2 Kesehatan Anak 3
3 Bedah 3
4 Obstetri dan Ginekologi 3
C. Pelayanan Medik Spesialis Penunjang
1 Anestesiologi 2
2 Radiologi 2
3 Patologi Klinik 2
4 Patologi Anatomi 2
5 Rehabilitasi Klinik 2
D. Pelayanan Medik Spesialis Lain
1 Mata (20) 1
2 Telinga Hidung Tenggorokan (20 1
3 Syaraf (20) 1
4 Jantung dan Pembuluh Darah (20) 1
5 Kulit dan Kelamin (20) 1
6 Kedokteran Jiwa (20) 1
7 Paru(20) 1
8 Orthopedi (20) 1
9 Urologi (20) 1
10 Bedah Syaraf (20) 1
11 Bedah Plastik (20) 1
12 Kedokteran Forensik 1

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-40 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kualifikasi Jumlah
E. Pelayanan Medik Subspesialis (@ 20)
1 Bedah 1
2 Penyakit Dalam 1
3 Kesehatan Anak 1
4 Obstetri dan Ginekologi 1
F. Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut (@20)
1 Bedah Mulut 1
2 Konservasi I endodonsi 1
3 Orthodonti 1
G. Pelayanan Kefarmasian
1 Kepala instalasi farmasi RS 1
2 Apoteker bertugas di rawat jalan 4
3 Apoteker bertugas di rawat inap 4
4 Apoteker di instalasi gawat darurat 1
5 Apoteker di ruang ICU 1
6 Apoteker sebagai koordinator 1
penerimaan dan distribusi farmasi
7 Apoteker sebagai koordinator 1
produksi farmasi
H. Tenaga Kesehatan dan Petugas Lainnya
1 Keperawatan (Perawat dan Bidan) 400
2 Radiografer 4
3 Fisikawan Medik 1
4 Keteknisan Medis 1
5 Rekam Medik 4
6 Petugas Pengelola Limbah 2
7 Petugas Kamar Jenazah 4
I. Tenaga Penunjang
1 S2 Perumahsakitan/ Manajemen 1
2 Sarjana Ekonomi/ Akuntansi 1
3 Sarjana Hukum 1
4 Sarjana Administrasi 1
5 Akademi Komputer 3
6 D3 Umum/SLTA/STM 30
Jumlah 522
Sumber : Studi Kelayakan RSUD Kelas B Provinsi Sulawesi Utara.

1.2.3.2 Aktivitas Rumah Sakit

Pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit umum mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya 4 (empat) pelayanan
medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-41 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan
apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.

Pelayanan di RSUD Provinsi Sulawesi Utara wajib memenuhi seluruh komponen pelayanan yang
diatur dalam Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah Sakit mencakup (1)
pelayanan medik umum; (2) pelayanan gawat darurat; (3) pelayanan medik spesialis dasar; (4)
pelayanan spesialis penunjang medik; (5) pelayanan medik subspesialis; (6) pelayanan kefarmasian;
(7) pelayanan keperawatan dan kebidanan, serta (8) pelayanan penunjang klinik. Kapasitas tempat
tidur di RSUD Sulawesi Utara sebanyak 417 TT. Data informasi mengenai pelayanan RSUD Provinsi
Sulawesi Utara ditampilkan dalam Tabel 1.15 berikut ini.

Tabel 1.15 Pelayanan di RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

No. Jenis Pelayanan


Pelayanan Medik Umum
1 Pelayanan Medik Dasar
2 Pelayanan Medik Gigi & Mulut
3 Pelayanan KIA/KB
Pelayanan Gawat Darurat
1 24 jam / 7 hari seminggu
Pelayanan Medik Spesialis Dasar
1 Penyakit Dalam
2 Kesehatan Anak
3 Bedah
4 Obstetri & Ginekologi
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik
1 Anestesiologi
2 Radiologi
3 Patologi Klinik
4 Patologi Anatomi
5 Rehabilitasi Klinik
Pelayanan Medik Spesialis Lain
1 Mata
2 Telinga Hidung Tenggorokan
3 Syaraf
4 Jantung dan Pembuluh Darah
5 Kulit dan Kelamin
6 Kedokteran Jiwa
7 Paru
8 Orthopedi
9 Urologi
10 Bedah Syaraf
11 Bedah Plastik
12 Kedokteran Forensik

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-42 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Jenis Pelayanan
Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut
1 Bedah Mulut
2 Konservasi I endodonsi
3 Orthodonti
Pelayanan Medik Subspesialis
1 Bedah
2 Penyakit Dalam
3 Kesehatan Anak
4 Obstetri dan Ginekologi
Pelayanan Kefarmasian
1 Pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan dan habis pakai
2 Farmasi klinik
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan
1 Asuhan keperawatan generalis dan spesialis
2 Asuhan kebidanan
Pelayanan Penunjang Klinik
1 Pelayanan bank darah
2 Perawatan intensif
3 Gizi
4 Sterilisasi instrumen
5 Rekam medik
Pelayanan Penunjang Non Klinik
1 Laundry/Linen
2 Jasa boga/dapur
3 Teknik dan pemeliharaan fasilitas
4 Pengelolaan limbah
5 Gudang
6 Ambulan
7 Sistem informasi dan Komunikasi
8 Pemulasaran jenazah
9 Sistem penanggulangan kebakaran
10 Pengelolaan gas medik
11 Pengelolaan air bersih
Pelayanan Rawat Inap
1 Jumlah tempat tidur
2 Jumlah tempat tidur kelas III
3 Jumlah tempat tidur perawatan intensif
Sumber : Studi Kelayakan RSUD Kelas B Provinsi Sulawesi Utara

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-43 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Alur Sirkulasi Pasien di RSUD Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:

a) Pasien masuk rumah sakit melakukan pendaftaran/admisi pada instalasi rawat jalan (poliklinik)
atau pada instalasi gawat darurat apabila pasien dalam kondisi gawat darurat yang
membutuhkan pertolongan medis segera/cito.

b) Pasien yang mendaftar pada instalasi rawat jalan akan diberikan pelayanan medis pada klinik-
klinik tertentu sesuai dengan penyakit/kondisi pasien.

 Pasien dengan diagnosa penyakit ringan setelah diberikan pelayanan medis selanjutnya
dapat langsung pulang.

 Pasien dengan kondisi harus didiagnosa lebih mendetail akan dirujuk ke instalasi radiologi
dan atau laboratorium. Setelah mendapatkan hasil foto radiologi dan atau hasil analisis
laboratorium, pasien mendaftar kembali ke instalasi rawat jalan.

 Selanjutnya apabila harus dirawat inap akan dikirim ke ruang rawat inap. Selanjutnya akan
didiagnosa lebih mendetail ke instalasi radiologi dan atau laboratorium. Kemudian jika pasien
harus ditindak bedah, maka pasien akan dijadwalkan ke ruang bedah. Pasca bedah, untuk
pasien yang kondisinya belum stabil akan dikirim ke ruang Perawatan Intensif, pasien yang
kondisinya stabil akan dikirim ke ruang rawat inap. Setelah pasien sehat, maka pasien dapat
pulang. Pasien yang meninggal akan dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah.

 Pasien kebidanan dan penyakit kandungan tingkat lanjut akan dirujuk ke instalasi kebidanan
dan penyakit kandungan. Apabila harus ditindak bedah, maka pasien akan dikirim ke ruang
bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang kondisinya belum stabil akan dikirim ke ruang
Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya stabil akan dikirim ke ruang rawat inap kebidanan.
Selanjutnya pasien meninggal akan dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah. Setelah pasien
sehat, maka pasien dapat pulang.

c) Pasien melalui instalasi gawat darurat akan diberikan pelayanan medis sesuai dengan kondisi
kegawatdaruratan pasien.

 Pasien dengan tingkat kegawatdaruratan ringan setelah diberikan pelayanan medis dapat
langsung pulang.

 Pasien dengan kondisi harus didiagnosa lebih mendetail akan dirujuk ke instalasi radiologi
dan atau laboratorium. Selanjutnya apabila harus ditindak bedah, maka pasien akan dikirim ke
ruang bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang kondisinya belum stabil akan dikirim ke ruang
Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya stabil akan dikirim ke ruang rawat inap. Pasien
yang telah pulih kembali kesehatannya dapat pulang. Sementara pasien meninggal akan
dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-44 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
PASIEN SAKIT MASUK

PENDAFTAR AN / ADMINISTR ASI


DAERA H PELAYANAN PASIEN

INSTALASI RAWAT JALAN

INST ALASI LAB ORATORIUM

INSTALASI RADI OLOGI

INSTALASI
GAWAT
DARURAT

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-45 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
DAERA H PELAYANAN KRITIS INSTALASI
INSTALASI BEDAH KEB IDANAN DAN
KANDUNGAN

INSTALASI PERAWATAN INTENS IF


DAERA H PELAYANAN UMUM

INSTALASI RAWAT INAP

PULANG
INSTALASI RAWAT
SEHAT
INAP KEBI DANAN
KELUAR

INSTALASI PEMULASAN J ENAZ


AH

Gambar 1.24 Alur Sirkulasi Pasien RSUD Sulawesi Utara.

Pelayanan Rawat Jalan

RSUD memiliki fasilitas pada area pelayanan medik dan keperawatan antara lain rawat jalan, instalasi
gawat darurat, rawat inap, ICU, dll. Ruang Rawat Jalan berfungsi sebagai tempat konsultasi,
penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang
disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak
memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan
diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut di
dalam tahap pengobatan penyakit.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-46 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
 Pasi en Da ta ng ta npa Ruj
ukan
 Pasi en da tang deng an Ruj
ukan

Pendafta ra n
 Pasi en Ba ru / Lama
 Rekam Medik
 Kas ir
Penunjang M edi k:
 Laboratorium
 Ra diologi, dll
Ruang Peri ksa
Pol ikli nik
Dirujuk ke Klinik
Spesiali s La in

Pendafta ra n Ra wat Rua ng Tinda kan Rehabilitas i Medik Apotik


Ina p

Dirawat di Instala si
Ra wa t Ina Pulang
p

Gambar 1.25 Alur Sirkulasi Pasien Rawat Jalan RSUD Sulawesi Utara.

Pelayanan Ruang Gawat Darurat

Pelayanan di Ruang Gawat Darurat RSUD Sulawesi Utara memberikan pelayanan 24 jam secara
terus menerus 7 hari dalam seminggu. Instalasi Gawat Darurat mengacu pada standar Rumah Sakit
Kelas B setara dengan unit pelayanan gawat darurat Bintang III. Standar tersebut diantaranya
memiliki empa dokter spesialis t besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter
spesialis anak, dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter umum
siaga di tempat (on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik untuk pelayanan GELS (General
Emergency Life Support) dan atau ATLS (Advance Trauma Life Support) + ACLS (Advance Cardiac
Life Support) dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi Kasus dengan masalah ABC (Airway,
Breathing, Circulation) untuk terapi definitif serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan
komunikasi yang siaga 24 jam.
Pasi en

Tria ge Visua l
POLI 24
Ja m Fa lse Emergency True Emerg ency

Tria ge

Emerg ency/Da rurat Urgent/Ga wa t Da rurat


(Perlu pertolonga n segera ) (Ada a nca ma n kematian )

Resusitasi
Ti ndakan
Stabilitas

Rua ng
Rua ng Observa si Rua ng Ra wat OK
Intens if

PULANG Ra wa t Ina p

Gambar 1.26 Alur Sirkulasi Pasien Instalasi Gawat Darurat RSUD Sulawesi Utara.

Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan Ruang Rawat Inap RSUD Sulawesi Utara meliputi kegiatan asuhan dan pelayanan
keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien, rekam medis, pelayanan kebutuhan
keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, dapur kecil/pantry, konsultasi medis).
Kamar
mayat Dokter Pera wat Loundry

Rua ng ga nti (Loker)

Rua ng Dokter Rua ng Perawat

Rua ng Konsultasi Pos Pera wa


t

Ruang Rawat Inap

Pasien
Rua ng Linen
Bersih

Guda ng Bersih

Rua ng Linen
Kotor

Spoolhoek &
Guda ng Kotor

Pulang Rua ng Tung gu Rua ng Adminis trasi &


Sehat Pengantar Pendafta ra n

INSTALASI RAWAT INAP

Ins tala
si Ga wa Ins tala Ins tala si
Ins tala si ICU
t Da si Ra wa t ja
rurat Bedah lan

Pasi en & Pasi en & Pasi en & Pasi en &


Pengantar Pengantar Pengantar Pengantar

Gambar 1.27 Alur Kegiatan Rawat Inap RSUD Sulawesi Utara.

Pelayanan Ruang Intensif

Ruang intensif merupakan ruang untuk perawatan pasien yang dalam keadaan belum stabil sehingga
memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan tindakan segera. Ruang perawatan intensif
merupakan unit pelayanan khusus di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif
dan berkesinambungan selama 24 jam.
Pera wat 1. Loker Dokter Loundry/
CSSD
Ins tala
si Ga wa 2. Rua ng 3. Rua ng 6. Guda ng 7. Guda ng
t Da Pera wat Dokter Alat Medik Bersih
rurat

Ins tala
si Ga wa
t Da
rurat 4. Da erah rawat Pasien Instala si IC U 8. Guda ng
5. Senra l Monitoring / Nurse Stasion Kotor

Ins tala
si Ga wa
t Da
rurat

Ins tala
si Ga wa Ins tala si Rua ng Pulang
t Da Ra wa t Ina Jenaz ah Sehat
rurat p

Gambar 1.28 Alur Kegiatan Pada Ruang Perawatan Intensif RSUD Sulawesi Utara

Kebutuhan Air

RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan menggunakan air dari PDAM Kota Manado sebagai sumber air
utama untuk memenuhi kebutuhan air pada saat operasional rumah sakit. Apabila kebutuhan tersebut
tidak mencukupi, RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan mengunakan air tanah dalam untuk menutupi
kekurangan air sampai tercukupi. Titik pengeboran akan ditentukan lebih lanjut oleh kontraktor
pelaksana Secara umum, perkiraan jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk rumah sakit
berdasarkan pada jumlah tempat tidur yaitu minimal air bersih 500 liter per tempat tidur per hari.
Besarnya kebutuhan air dari PDAM dan air tanah tergantung persediaan dari PDAM Kota Manado
pada saat operasional rumah sakit. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara akan berkoordinasi
dengan PDAM Kota Manado terkait suplai air PDAM.

RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan menyediakan kebutuhan air untuk penggunaan umum bagi
pasien, pengunjung atau karyawan rumah sakit yang membutuhkan air bersih untuk aktivitas mandi,
cuci, kakus (MCK) sesuai dengan persyaratan kualiitas air bersih menurut Permenkes
No:416/MEN.KES/PER/IX/1990.

Selain untuk kebutuhan umum, RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan menyediakan kebutuhan air
untuk penggunaan khusus seperti unit-unit pelayanan yang memerlukan mutu air secara khusus
antara lain: laboratorium, farmasi, CSSD, unit perawatan, bedah, laundry dan peralatan mekanis/alat-
alat kesehatan. Perhitungan neraca air disajikan pada Tabel 1.16. Bagan alir neraca air tahap
operasi disajikan pada Gambar 1.29.
Tabel 1.16 Neraca Air Tahap Operasi.

Penggunaan air Prakiraan debit air limbah

Penggunaan Air Debit air


Jumlah Asumsi Penggunaan air Asumsi
3 limbah
(orang) (m / orang/hari) (m3/hari) limbah
(m3/hari)

Pasien Rawat Inap


dengan fasilitas
376 0,5 188,0 150,4
laundry, tindakan
medis dan MCK
Penunggu pasien
376 0,1 37,6 30,1
rawat inap
Pasien Hemodialisa 134 0,04 5,4 4,3
Pasien Rawat Jalan
376 0,01 3,8 3,0
dan pendampingnya 80%
Dokter 56 6,7 5,4
Perawat 376 45,1 36,1
0,12
Karyawan Non Medis,
farmasi, tenaga 66 7,9 6,3
kesehatan lain
Kamar Jenazah 4 0,02 0,1 0,1
Pengunjung 376 0,005 1,9 1,5
Asumsi berdasarkan jumlah debit air limbah yang
Penghijauan dan dihasilkan dari pengunjung, Pasien rawat jalan
14,15
kebersihan gedung dan pengunjung serta debit air hujan sebesar
10,15 m3/hari
Total 296,5 232,7
Sumber: hasil Perhitungan konsultan, 2018.
Keterangan Warna Menunjukkan Referensi :
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
Noerbambang, S.M. dan Morimura , T, 1993
Asumsi 20 liter untuk dialiser, 20 liter untuk desinfektan
Asumsi jumlah poliknik yang akan dikunjungi adalah 20 poli dengan asumsi pasien sebanyak 20 orang/poli
Gambar 1.29 Bagan Alir Neraca Air Tahap Operasional (dalam m3/hari)

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-51 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
 Pengolahan Air

Pengolahan air tergantung pada karakteristik air tanah dan kualitas air yang diharapkan. Kualitas air
yang akan digunakan RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan mengacu Permenkes
No:416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Pengelolaan
tambahan terhadap air minum dan air bersih yang telah memenuhi standar diatas akan dilakukan
untuk memenuhi penyediaan kebutuhan air khusus seperti CSSD, Hemodialisa, Gizi, dan
Laboratorium.

Gambar 1.30 Diagram Alir Pengolahan Air RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

 Pengolahan Air Tanah

Air tanah sering mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe
dan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa
saat kontak dengan udara. Baik besi maupun mangan, di dalam air biasanya terlarut dalam bentuk
senyawa atau garam bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk kolloid atau dalam
keadaan bergabung dengan senyawa organik. Oleh karena itu, cara pengolahannya harus
disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Beberapa cara
yang akan dilakukan RSUD Provinsi Sulawesi Utara untuk menghilangkan zat besi dan mangan
dalam air salah satu diantarannya yakni dengan cara oksidasi atau koagulasi.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-52 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Oksidasi

Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan cara oksidasi
dengan udara atau aerasi dan oksidasi dengan khlorine (khlorinasi). Pada proses oksidasi dengan
udara (aerasi), adanya kandungan alkalinity, (HCO3) yang cukup besar dalam air, untuk mengoksidasi
setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,14 mg/l oksigen dan setiap 1 mg/l mangan dibutuhkan 0,29 mg/l.
Pada pH rendah, kecepatan reaksi oksidasi besi dengan oksigen (udara) relatif lambat, sehingga
pada prakteknya untuk mempercepat reaksi dilakukan dengan cara menaikkan pH air yang akan
diolah. Pengaruh pH terhadap oksidasi besi dengan udara (aerasi) dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 1.17 Pengaruh pH terhadap oksidasi besi dengan udara.

Air Baku Konsentrasi Fe setelah aerasi

pH Air Fe (ppm) 15 menit 30 menit 60 menit

5,0 10,0 9,0 - 7,5

5,5 10,0 5,5 4,6 4,0

5,95 10,0 5,0 4,0 3,5

6,15 10,0 4,4 3,5 2,5

6,5 10,0 2,8 1,8 0,3

6,65 10,0 0,7 0,2 0,1

6,8 10,0 0,2 0,1 < 0,1

7,0 10,0 0,1 < 0,1 < 0,1

7,45 10,0 0,1 < 0,1 < 0,1

8,05 10,0 < 0,1 < 0,1 < 0,1


Sumber: Direktorat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Selain oksidasi dengan udara (aerasi), dapat juga dilakukan dengan Khlorine yang merupakan bahan
oksidator yang kuat sehingga meskipun pada kondisi pH rendah dan oksigen terlarut sedikit, dapat
mengoksidasi dengan cepat. Untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,64 mg/l khlorine
dan setiap 1 mg/l mangan dibutuhkan 1,29 mg/l khlorine. Tetapi pada prakteknya, pemakaian khlorine
ini lebih besar dari kebutuhan karena adanya reaksi-reaksi lainnya. Disamping itu apabila kandungan
besi dalam air baku jumlahnya besar, maka jumlah khlorine yang diperlukan dan endapan yang terjadi
juga besar sehingga beban flokulator, bak pengendap dan filter menjadi besar pula.

Berdasarkan sifatnya, pada tekanan atmosfir khlorine adalah berupa gas. Untuk mengefisienkannya,
khlorine disimpan dalam bentuk cair dalam suatu tabung silinder bertekanan 5 sampai 10 atmosfir.
Pada saat melakukan khlorinasi, khlorine dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan ke dalam air
yang jumlahnya diatur melalui flowmeter atau dosimeter yang disebut khlorinator. Pemakaian kaporit
atau kalsium hipokhlorit untuk mengoksidasi atau menghilangkan besi dan mangan relatif sangat
mudah karena kaporit berupa serbuk atau tablet yang mudah larut dalam air.

Koagulasi

Proses menghilangkan besi dan mangan dengan koagulasi dapat dilakukan dengan dua macam cara
yaitu dengan penambahan bahan koagulan dan dengan cara elektrik. Pada Proses Koagulasi dengan
penambahan bahan koagulan. Zat besi dan mangan banyak terdapat dalam air tanah dan pada

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-53 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
umumnya berada dalam bentuk senyawa valensi 2 atau dalam bentuk ion Fe2+ dan Mn2+. Lain
halnya jika besi dan mangan tersebut berada dalam air dalam bentuk senyawa organik dan kolloid,
misalnya bersenyawa dengan zat warna organik atau asam humus (humic acid), maka keadaan yang
demikian susah dihilangkan baik dengan cara aerasi, penambahan khlorine maupun dengan
penambahan kalium permangganat. Adanya partikel-partikel halus Fe(OH)3.n H2O air juga sukar
mengendap dan menyebabkan air menjadi keruh. Untuk menghilangkan zat besi dan mangan seperti
pada kasus tersebut di atas, perlu dilakukan koagulasi dengan membubuhkan bahan koagulan,
misalnya aluminium sulfat, Al2(SO4).nH2O dalam air yang mengandung kolloid. Dengan pembubuhan
koagulan tersebut, kolloid dalam air menjadi bergabung dan membentuk gumpalan (flock) kemudian
mengendap. Setelah kolloid senyawa besi dan mangan mengendap, kemudian air disaring dengan
saringan pasir cepat atau saringan pasir lambat.

Sedangkan pada proses koagulasi dengan cara elektrik, dimasukkan elektroda dari lempengan logam
aluminium (Al) yang dialiri dengan listrik arus searah ke dalam air baku. Dengan adanya arus listrik
tersebut, maka elektroda logam Al tersebut sedikit demi sedikit akan larut ke dalam air membentuk ion
Al3+, yang oleh reaksi hidrolisa air akan membentuk Al(OH)3 merupakan koagulan yang sangat
efektif. Dengan terbentuknya Al(OH)3.nH2O dan besi organik serta partikel-pertikel kolloid lain yang
bermuatan negatif akan tertarik oleh ion Al3+ sehingga menggumpal menjadi partikel yang besar,
mengendap dan dapat dipisahkan. Cara ini sangat efektif, tetapi makin besar skalanya maka
kebutuhan listriknya makin besar pula.

 Pengolahan Air Untuk Kegunaan Khusus

RSUD Provinsi Sulawesi Utara memerlukan mutu air lebih dari mutu untuk keperluan sehari-hari. Air
tanah atau PAM cukup untuk kebutuhan air pada umumnya, tetapi untuk keperluan khusus perlu
dilakukan pengolahan tambahan. Unit-unit pelayanan yang memerlukan mutu air secara khusus
antara lain : laboratorium, farmasi, CSSD, unit perawatan, bedah, laundry dan peralatan mekanis
tertentu. Air dari PDAM biasanya dilakukan beberapa pengolahan sebelum sampai kepada
konsumen. Setelah sampai rumah sakit, diperlukan pengolahan tambahan sesuai dengan kriteria dan
kegunaan yang telah diuraikan diatas dan Pengolahan ini dilakukan untuk membuang kontaminan.

Saringan karbon

Karbon aktif biasa digunakan untuk menghilangkan bau dan kadang untuk dechlorinasi. Proses yang
berlangsung adalah adsorbsi dan absorbsi chlorin atau bahan-bahan yang menyebabkan bau dan
rasa. Kapasitas absorbsi bervariasi tergantung pada jenis karbon aktif. Rumah sakit atau laboratorium
biomedis, saringan arang aktif digunakan untuk mengolah air baku destilasi dan deionisasi untuk
menghilangkan bahan organik dan atau chlorin. Bakteri yang terkandung dalam air yang tersaring bisa
tumbuh pada saringan. Dengan demikian, kandungan bakteri ini golongan pyrogen maka pyrogenitas
air meningkat. Kandungan bakteri dan pyrogen ini mungkin juga bisa meningkat selama pengolahan
ion exchange. Secara berkala sesuai dengan petunjuk pabrik, saringan perlu di “backwash”, diaduk
dan diperbaiki lapisan karbonnya. Saringan karbon hendaknya dicuci dengan steam secara berkala
untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Frekuensi pencucian dapat ditentukan melalui uji bakteri.
Setelah pemakaian beberapa lama kapasitas saringan menurun maka saringan perlu diganti atau
diaktifkan kembali.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-54 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Reverse osmosis

Osmosis terjadi bila larutan encer dipisahkan dari larutan kental dengan membran semi-permeable.
Membran akan membiarkan bahan kimia tertentu untuk melewatinya dan secara bersamaam
mengeluarkan yang lain. Bila larutan garam dipisahkan dari air murni, molekul air murni akan berdifusi
ke dalam air garam melalui membran.

Reverse osmosis terjadi bila tekanan dikenakan pada lauratan garam memaksa molekul air garam
berdifusi ke dalam air murni. Fraksi air terus menerus dibuang dari air garam untuk menghindarkan
penumpukan kontaminan. Ukuran porous membran cukup kecil (0,02 – 0,05 u) yang mampu
mengeluarkan hampir semua bakteri dan virus. Namun tidak boleh dianggap serta merta steril karena
kemungkinan terdapat kerusakan membran. Sekali sisi produk membran terkontaminasi maka bakteri
akan berkembang biak dalam produk akhir. Hilangnya pyrogen dengan membran belum dapat
dipastikan. Tetapi bisa diperkirakan hilang karena mereka berukuran antara 0,05 sampai 1,0 u.

 Sistem Distribusi Air dalam Bangunan Rumah Sakit

Air dalam rumah sakit akan didistribusikan secara horizontal dan vertikal. Kran akan dipasang pada
tiap dasar sambungan vertikal atau sambungan horizontal sehingga saluran bisa ditutup bila sedang
diadakan perbaikan.

Sambungan Langsung dari Sumber

Sambungan langsung dari penampungan air tanah hasil pengolahan akan didistribusikan ke
bangunan rumah sakit yang mempunyai ketinggian 2-3 tingkat. Tekanan air dari pipa induk digunakan
sebagai sumber tekanan untuk mendistribusikan air ke bangunan tersebut, bila tekanan tidak
memadai maka perlu tekanan tambahan (booster).

Sistem Reservoir

Air dipompa ke reservoir dan didistribusikan secara gravitasi. Distribusi sistem gravitasi bisa untuk
semua gedung atau hanya lantai atas yang tidak terjangkau oleh tekanan air dari saluran induk.
Reservoir dipasang menjadi satu dengan gedung atau terpisah. Tangki akan tertutup rapat kedap air,
anti serangga, tahan terhadap korosi dan terhadap tekanan. Dipasang pipa ventilasi yang dilengkapi
dengan penutup dari anyaman untuk mencegah pengotoran dan masuknya serangga. Demikian pula
pada pipa tumpahan. Pipa penguras akan dijadikan satu dengan pipa tumpahan, dipasang pada
dasar tangki sehingga bisa dikuras habis. Pipa masuk ke dalam tangki harus disediakan “air gap” atau
pipa inlet dipasang kira-kira 10 cm diatas pipa tumpahan. Air ini juga bisa dipakai untuk pemadam
kebakaran, outlet untuk keperluan air bersih dipasang agak ke atas dari dasar reservoir sehingga
reservoir akan tetap tersedia air untuk keperluan pemadam kebakaran. Tinggi tangki ditetapkan
berdasarkan tekanan minimum yang diperlukan pada outlet tertinggi/terjauh. Kadang-kadang perlu
dipasang penahan tekanan untuk mencegah tekanan berlebihan pada jaringan distribusi di lantai
bagian bawah. Ukuran tangki reservoir tergantung pada jumlah yang ingin ditandon untuk keperluan
sehari-hari dan pemadam kebakaran, siklus pemompaan, lamanya kebutuhan puncak dalam gedung
dan kecepatan suplai air ke dalam gedung selama penggunaan puncak.

 Pengawasan Kualitas Air di Rumah Sakit

RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan melakukan pengawasan kualitas air di rumah sakit dengan
memantau dan melindungi secara terus menerus terhadap penyediaan air bersih agar tetap aman dan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-55 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
meningkatkan kualitas air untuk mencegah tercemarnya air bersih yang dapat mengganggu/
membahayakan kesehatan pasien, pengunjung atau karyawan rumah sakit. Pengawasan ini akan
dilakukan pada semua sarana penyediaan air bersih yang ada di rumah sakit beserta jaringan
distribusinya baik yang berasal dari PDAM maupun air yang dikelola oleh rumah sakit dari air tanah.
Kegiatan pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut:

 Inspeksi Sanitasi; Inspeksi ini untuk menilai keadaan suatu sarana penyediaan air bersih guna
mengetahui berapa besar kemungkinan sarana tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya yang
mengakibatkan kesehatan masyarakat menurun. Inspeksi sanitasi dapat memberikan
informasi sedini mungkin pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan manusia
atau makhluk lainnya yang dekat dengan sumber;

 Pengambilan sampel; sampel diambil dari sistem penyediaan air bersih guna mengetahui
apakah air aman bagi konsumen di rumah sakit dan sampel ini harus dapat mewakili air dari
sistem secara keseluruhan;

Pemeriksaan Sampel; sampel air setelah diambil segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
bakteriologik air dan pemeriksaan kimia air dengan parameter meliputi bau, rasa, warna, kekeruhan,
suhu air, kejernihan, pH dan sisa klor sesuai dengan Permenkes No:416/MEN.KES/PER/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

1.2.3.3 Pengoperasian Helipad


RSUD Sulawesi Utara akan dilengkapi dengan landasan helikopter atau helipad. Helipad yang terletak
di lantai 11 ini akan digunakan untuk mengevakuasi pasien dari luar daerah. Pasien rujukan dari RS
lain akan dievakuasi melalui jalur darat (Ambulance). Helipad ini akan dioperasionalkan setelah
mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan.

Dalam operasional helipad, RSUD Sulawesi Utara akan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara No: KP 40 TAHUN 2015 tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard Casr – Part 139) Volume II
Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliports) antara lain:

a) Penyelenggara heliport wajib mempekerjakan personil heliport yang memiliki kemampuan dan
kualifikasi sesuai dengan bidangnya.

b) Personil heliport wajib memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan
dan/atau pelatihan yang telah mendapatkan akreditasi dan lisensi dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.

c) Personil dalam pengoperasian heliport antara lain yaitu Petugas Pelayanan Pendaratan
Helikopter (Helikopter Landing Officer/HLO), Personil PKP-PK, Personil Pencatatan dan &
Pelaporan dan Radio Operator Penerbangan.

Penyelenggara heliport wajib menyediakan personil yang sudah mendapatkan pelatihan yang
dipersiapkan untuk melakukan pencatatan setiap perubahan fasilitas, personil, kondisi obstacle,
struktur organisasi dan lainnya terkait dengan pengoperasian heliport. Selain itu petugas tersebut juga
haurs melakukan pemantauan dan pemuktahiran terhadap heliport manual dan melaporkan setiap
terjadi perubahan kepada Direktur Jenderal Perhubungan sebagaimana yang telah ditetapkan pada
CASR 139.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-56 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
1.2.3.4 Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitas
Kegiatan pemeliharaan bangunan dan fasilitas RSUD Sulawesi Utara untuk mempertahankan dan
memelihara fungsi bangunan sehingga dapat menunjang kegiatan operasional rumah sakit. Kegiatan
pemeliharaan bangunan dan fasilitas RSUD meliputi berbagai aspek yang bisa dikategorikan dalam
empat kegiatan, yaitu :

a) Pemeliharaan rutin yaitu pemeliharaan yang dilaksanakan dengan interval waktu tertentu untuk
mempertahankan gedung pada kondisi yang diinginkan/sesuai.

b) Rectification (perbaikan bangunan yang baru saja selesai) melalui pemeliharaan remedial yaitu
pemeliharaan perbaikan yang dapat diakibatkan oleh kegagalan teknis yang bisa terjadi pada
tahap kontruksi maupun pada tahap pengoperasian bangunan.

c) Replacement (penggantian bagian yang berharga dari suatu bangunan)

d) Retrofitting (melengkapi bangunan sesuai kemajuan teknologi)

Selain bangunan dan fasiltas RSUD, kegiatan pemeliharaan dilakukan pada mechanical dan electrical
antara lain:

a) Sistem elektronik

 Fire alarm

 Sound system

 Telephone, Security System, CCTV, MATV, Access System, dll.

b) Sistem plumbing

 Fire Fighting System

 Air bersih dan air kotor

c) Sistem tata udara gedung dan ventilasi mekanikal

 AC system (Chiller, AHU, FCU, dll)

 Pressure Fan, Blower, dll

d) Sistem listrik

 Sistem Pembangkit (Genset)

 UPS

 Panel, dll

Sistem transportasi vertikal seperti lift

1.2.3.5 Pengelolaan Limbah

Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit bila ditinjau dari segi fisik ada dua jenis yaitu
limbah padat medis dan limbah padat non medis (limbah domestik dan limbah padat B3).
Penanganan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-57 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
kedua jenis limbah ini berbeda. Pewadahan antara limbah medis dan limbah non medis direncanakan
menggunakan wadah dengan warna yang berbeda. Untuk menentukan metode pengelolaan yang
tepat perlu dilakukan identifikasi jenis limbah yang dihasilkan dari masing-masing sumber.
Identifikasi karakteristik limbah tersaji pada Tabel 1.18 dibawah ini.

Tabel 1.18 Sumber dan Karakteristik Limbah Padat Rumah Sakit

No. Sumber Jenis Limbah Yang Dihasilkan Kategori LImbah


1 Instalasi gawat  Sampah kering dan basah berupa kapas,  Medis
darurat perban, kasa, kemasan obat, sisa infus,
bekas jarum suntik/spuit, kertas-kertas.
 Kertas, plastik  Domestik (Non Medis)
2 Apotik  Botol obat plastik/kaca, bekas bungkus /  Medis
kemasan obat, obat sisa / kadaluarsa
 Kertas, plastik, dus  Domestik (Non Medis)
3 Ruang perawatan  Sampah kering dan basah berupa kapas,  Medis
perban, kasa, kemasan obat, sisa infus,
bekas jarum suntik/spuit, kertas-kertas.
 Kertas, plastik, bungkus makanan, sisa  Domestik (Non Medis)
makanan
4 Ruang operasi  Sampah kering dan basah berupa kapas,  Medis
perban, kasa, kemasan obat, sisa infus,
bekas jarum suntik/spuit, kertas-kertas,
jaringan tubuh sisa operasi.
 Kertas, plastik  Domestik (Non Medis)
5 Instalasi gizi  Bersifat kering dan basah.  Domestik (Non Medis)
 Berupa sisa kemasan bahan makanan,
sisa-sisa makanan dan bumbu masakan.
6 Laundry  Bersifat kering.  Domestik (Non Medis)
 Berupa sisa bungkus / kemasan plastik
bahan pencuci.
7 Kantor/administrasi  Berupa sampah kering seperti sampah  Domestik (Non Medis)
kertas, plastik, sisa makanan karyawan
8 Poliklinik  Berupa sampah kering dan basah berupa  Medis
kapas, jaringan tubuh, kertas, perban, alat
suntik, tabung infus, kasa,kateter,sarung
tangan, masker
9 Laboratorium  Berupa sampah kering dan basah berupa  Medis
kapas, jarum suntik, jaringan tubuh, kaca
slide, botol bekas kimia

Limbah Padat Medis

Berdasarkan Kepmenkes Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 menjelaskan bahwa limbah medis padat


adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah,
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat medis tersebut akan dikumpulkan di TPS
limbah medis dan disterilkan dengan mesin autoclave dengan suhu 121 OC. Setelah limbah padat
medis disterilkan, limbah akan diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin dari KLHK. Air buangan
dari autoclave akan dialirkan menuju STP rumah sakit untuk diolah lebih lanjut. Autoclave yang
digunakan akan mengikuti ketentuan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 56

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-58 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2015 Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Tabel 1.19 Metode Sterilisasi Untuk Limbah Padat Medis.

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak

Sterilisasi dengan panas


1210C 30 menit
 Sterilisasi basah dalam autoclave

Limbah Padat Domestik

Limbah padat domestik limbah non infeksius yang berupa limbah organik (sisa-sisa makanan dan
bumbu masakan) dan non-organik (kertas, plastik pembungkus makanan dan dus). Untuk
penanganan limbah padat ini pihak pengelola menyediakan tempat sampah di setiap sudut ruangan
dan kamar rawat inap. Limbah padat yang terkumpul selanjutnya dipilah sebelum ditempatkan di TPS
LImbah Padat. Kemudian, pemrakarsa akan melakukan kerjasama dengan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Manado untuk melakukan pengangkutan sampah setiap hari dari TPS untuk
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Limbah B3 Padat

Limbah padat B3 yang akan dihasilkan dari operasional RSUD berasal dari lampu bekas, sisa tinta
printer, cartridge bekas, baterai remote AC dan audio visual, sisa-sisa bahan aerosol, sisa-sisa oli
bekas dan sludge IPAL. Pengelolaan limbah B3 padat merujuk kepada PP No 101 Tahun 2014.
Sesuai dengan peraturan tersebut, pemegang izin wajib:

1. Memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam izin
pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3.

2. Melakukan penyimpanan limbah B3 paling lama:

a. 90 (sembilan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar
50 kg per hari atau lebih.

b. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg per hari untuk limbah B3 kategori 1.

c. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg per hari untuk limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan
sumber spesifik umum.

d. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 kategori 2
dari sumber spesifik khusus

3. Menyusun dan menyampaikan laporan penyimpanan limbah B3

Pencatatan limbah B3 yang dihasilkan dari operasional RSUD Sulawesi Utara mengacu pada PP No.
101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 dan PermenLHK No. 56 Tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Kesehatan.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-59 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 1.31 Rencana Pengelolaan Limbah B3 di RSUD Sulawesi Utara

Limbah Cair

Air limbah yang berasal dari kegiatan operasional RSUD Sulawesi Utara bersifat infeksius yang
mengandung kuman-kuman penyebab penyakit (patogen) dan bahan-bahan kimia berbahaya. Oleh
sebab itu, diperlukan penanganan khusus untuk menjaga kesehatan lingkungan rumah sakit dan
lingkungan sekitarnya. Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan teknologi
yang tepat sehingga hasilnya sesuai dengan baku mutu air limbah yang dipersyaratkan dalam
peraturan. Hasil pengolahan air limbah pada IPAL harus memenuhi persyaratan pada PermenLH
No.5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk kegiatan pelayanan kesehatan.

Tabel 1.20 Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit Menurut PermenLH No. 5 Tahun
2014.

No. Parameter Satuan Baku Mutu Lingkungan

1 Suhu 0
C 30*

2 Zat Padatan Terlarut mg/L 2.000

3 Zat Padat Tersuspensi mg/L 200

4 pH mg/L 6-9

5 BOD mg/L 30*

6 COD mg/L 80

7 TSS mg/L 30

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-60 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Parameter Satuan Baku Mutu Lingkungan

8 Miyak dan Lemak mg/L 10

9 MBAS mg/L 10

10 NH3N-bebas mg/L 0,1*

11 Total Coliform (MPN/100 ml) 5.000

12 PO4 mg/L 2*

Sumber air limbah dari kegiatan operasional RSUD dari berbagai tempat dan jenis pelayanan yang
ada di rumah sakit, tabel dibawah ini merupakan gambaran sumber dan jenis air limbah yang akan
masuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Tabel 1.21 Sumber dan Jenis Limbah Cair RSUD Sulawesi Utara

No. Sumber Air Limbah Jenis Air Limbah Kategori Limbah


1 Instalasi Gawat Darurat  Limbah kencing dan tinja  Domestik (Non Medis)
yang masuk ke toilet
 Air bekas dari toilet yang  Domestik (Non Medis)
masuk ke floor
drain/clean out menuju
IPAL
 Domestik (Non Medis)
 Air bekas dari ruang
shower yang masuk ke
floor drain menuju IPAL
 Domestik (Non Medis)
 Air sisa pencucian dari
wastafel menuju IPAL
2 Toilet umum di tiap lantai  Limbah kencing dan tinja  Domestik (Non Medis)
yang masuk ke toilet
menuju IPAL
 Air bekas dari toilet yang  Domestik (Non Medis)
masuk ke floor
drain/clean out, menuju
IPAL.
 Air sisa pencucian dari  Domestik (Non Medis)
wastafel menuju IPAL
3 Laundry  Air bekas pencucian yang  Domestik (Non Medis)
masuk ke floor
drain/clean out menuju
IPAL
4 Ruang perawatan (rawat inap)  Limbah kencing dan tinja  Domestik (Non Medis)
yang masuk ke WC
menuju IPAL
 Air bekas dari toilet yang  Domestik (Non Medis)
masuk ke floor
drain/clean out menuju
IPAL  Domestik (Non Medis)
 Air sisa pencucian dari
wastafel menuju IPAL
5 Ruang operasi  Darah sisa operasi  Medis
menuju IPAL
 Sisa air dari pencucian  Medis
alat medis menuju IPAL.
 Limbah kencing dan tinja  Domestik (Non Medis)
yang masuk ke toilet
menuju IPAL.
 Domestik (Non Medis)

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-61 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Sumber Air Limbah Jenis Air Limbah Kategori Limbah
 Air bekas dari toilet yang
masuk ke floor
drain/clean out menuju
IPAL  Medis
 Air sisa pencucian dari
wastafel menuju IPAL
6 Instalasi gizi  Air sisa pencucian bahan  Domestik (Non Medis)
makanan menuju IPAL
 Air sisa pencucian alat  Domestik (Non Medis)
makan dan masak
menuju IPAL.
7 Ruang Administrasi Rumah  Limbah kencing dan tinja  Domestik (Non Medis)
Sakit yang masuk ke WC
menuju IPAL
 Air bekas dari toilet yang  Domestik (Non Medis)
masuk ke floor
drain/clean out menuju
IPAL  Domestik (Non Medis)
 Air sisa pencucian dari
wastafel menuju IPAL
8 Poliklinik  Air sisa pencucian dari  Medis
wastafel menuju IPAL
 Air sisa pencucian alat  Medis
medis menuju IPAL
 Darah pasien menuju  Medis
IPAL
9 Perawatan Intensif  Limbah kencing dan tinja  Domestik (Non Medis)
yang masuk ke WC
menuju IPAL  Domestik (Non Medis)
 Air bekas dari toilet yang
masuk ke floor
drain/clean out menuju
IPAL  Medis
 Air sisa pencucian dari
wastafel menuju IPAL
10 Rehabilitasi Medik/Fisioterapi  Limbah kencing dan tinja  Domestik (Non Medis)
yang masuk ke WC
menuju IPAL
 Air bekas dari toilet yang  Domestik (Non Medis)
masuk ke floor
drain/clean out menuju
IPAL
 Medis
 Air sisa pencucian dari
wastafel menuju IPAL
11 Ruang Jenazah  Air bekas membersihkan  Medis
jenazah

Limbah Medis dan Limbah Cair Domestik

Sistem pengolahan air limbah yang digunakan oleh RSUD Sulawesi Utara ini direncanakan
menggunakan Sistem Biologis dengan menggabungkan sistem anaerobik dan sistem aerobik yang
dilengkapi dengan proses untuk penurunkan kandungan bahan kimia dari bahan-bahan medis atau
kegiatan hemodialisa. Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang banyak digunakan adalah
IPAL dengan proses biofilter anaerob aerob. Pengolahan air limbah dengan proses Biofilter Anaerob-
Aerob ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain hasilnya baik, operasionalnya dan
perawatannya mudah, biaya operasinoal dan perawatan rendah, serta tahan terhadap fluktuasi debit
dan konsentrasi.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-62 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengumpul atau bak ekualisasi, selanjutnya dari bak
ekualisasi air limbah dipompa ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir
dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak
pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, pengurai lumpur
(sludge digestion) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya
dialirkan ke reaktor biofilter anaerob. Di dalam reaktor biofilter anaerob tersebut diisi dengan media
dari bahan plastik tipe sarang tawon. Reaktor biofilter anaerob terdiri dari dua buah ruangan.
Penguraian zat-zat organik yangada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif
aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro- organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai
pada bak pengendap.

Gambar 1.32 Diagram Proses Air Limbah

Gambar 1.33 Diagram Proses Biofilter

Air limpasan dari reaktor biofilter anaerob dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Di dalam reaktor biofilter
aerob ini diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diberikan aerasi atau
dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah
akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-63 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik,
deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih
besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Air limpasan dari bak aeras
dialirkan ke bak pengendap akhir dan sebagian air limbah dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak biokontrol dan
selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor khlor untuk proses disinfeksi. Di dalam bak kontaktor khlor ini
air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikro-organisme patogen. Air olahan
(efluent), yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau
saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat
organik (BOD,COD), juga dapat mereduksi amonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan
lainnya.

Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi penghilangan senyawa phospor menjadi lebih
besar apabila dibandingkan dengan proses anaerob atau proses aerob saja. Selama berada pada
kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar
sebagai akibat hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk
menyerap BOD (senyawa organik) di dalam air limbah. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa
phospor terlarut akan diserap oleh bakteria/mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat
dengan menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). Dengan
demikian kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik.
Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar.

Kegiatan operasional RSUD Sulawesi Utara untuk air limbah yang dihasilkan akan diolah
menggunakan IPAL sistem biofilter. Seluruh air limbah yang berasal dari beberapa proses kegiatan
rumah sakit dialirkan melalui saluran pembuang ke bak pengumpul kecuali yang mengandung logam
berat dan pelarut kimia. Air limbah yang berasal dari dapur dialirkan ke bak pemisah lemak (grease
trap) dan selanjutnya dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari kegiatan laundry
dialirkan ke bak pengolahan awal untuk menghilangkan busa, selanjutnya dialirkan ke bak
pengumpul. Air limbah yang berasal dari limbah domestik non toilet dialirkan ke bak screen atau bak
kontrol dan selanjutnya dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah toilet dialirkan ke tangki septik,
selanjutnya air limpasannya (overflow) dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari
laboratorium dialirkan ke proses pengolahan awal dengan cara pengendapan kimia dan air olahannya
dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari ruang operasi dialirkan langsung ke bak
pengumpul.

Aliran air limbah dari sumber ke bak pengumpul dilakukan secara gravitasi sedangkan dari bak
penumpun ke sistem IPAL dilakukan dengan sistem pemompaan. Dari bak pengumpul, air limbah
dipompa ke bak pemisah lemak atau minyak.Selanjutnya limpasan dari bak pemisak lemak dialirkan
ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di
dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL.

Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak
pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge
digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob (biofilter Anaerob). Di
dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang
tawon. Di dalam reaktor Biofilter Anaerob, penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah
dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-64 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
metan dan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-65 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
karbon dioksida tanpa pemberian udara. Air limpasan dari reaktor biofilter anerob dialirkan ke reaktor
biofilter aerob.

Didalam reaktor biofilter aerob diisi dengan media sambil dihembus dengan udara. Setelah beberapa
hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro- organisme. Mikro-
organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap
awal. Dari reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasannya
dialirkan ke bak khlorinator untuk proses disinfeksi. Sebagian air di dalam bak pengendap akhir
disirkulasikan kembali ke bak pengendapan awal.Untuk sludge yang berasal dari pengendapan akhir
akan diserahkan
ke pihak ketiga yang telah memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Limbah B3 Cair

Limbah B3 Cair yang akan dihasilkan dari operasional RSUD berasal dari sisa tinta printer, sisa-sisa
oli bekas dan sludge IPAL. Sedangkan untuk air cucian rontgen dan reagen laboratorium akan
ditampung menggunakan botol/tempat penampungan tertutup lainnya dan selanjutnya akan
diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pengelolaan limbah B3 padat merujuk kepada PP No 101 Tahun 2014.

Perkiraan Timbulan Limbah Rumah Sakit

Berdasarkan Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (2011), timbulan limbah Rumah
Sakit di Indonesia sekitar 0,14 kg/tempat tidur/hari. Prakiraan timbulan limbah rumah sakit disajikan
pada Tabel 1.22 berikut.

Tabel 1.22 Perkiraan timbulan limbah rumah sakit.

Prakiraan timbulan sampah


Jumlah
Penggunaan Standar Timbulan Timbulan
(tempat tidur)
(kg/tempat tidur/hari) (kg/hari)
Pasien Rawat Inap 417 0,14 58,38
Sumber : Perhitungan konsultan dengan mengacu pada Standar Timbulan Limbah Rumah Sakit berdasarkan Ditjen
Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (2011)

Komposisi limbah rumah sakit ini antara lain terdiri atas 80% limbah non infeksius dan 20 % limbah
infeksius (15% limbah patologi & infeksius, 1% limbah benda tajam, 3% limbah kimia & farmasi dan
1% tabung & termometer pecah). Limbah non infeksius merupakan limbah yang berasal dari sampah
sisa makanan pengunjung rumah sakit, sampah aktivitas kantor, aktivitas kantin dan aktivitas dapur.
Sementara itu, limbah infeksius adalah limbah yang berupa benda tajam, jaringan tubuh, kultur
laboratorium, alat kesehatan, perban dan lainnya yang berhubungan dengan pasien isolasi penyakit
menular serta berkaitan dengan tindakan perawatan, bedah, dan invasif. Densitas limbah baik yang
berisfat infeksius maupun non infeksius disajikan pada Tabel 1.23 berikut.

Tabel 1.23 Densitas limbah yang dihasilkan dari rumah sakit.

Jenis limbah Densitas (kg/m3)


Non-infeksius 151
Infeksius 262
Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (2011)

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-66 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Volume timbulan limbah rumah sakit selanjutnya dihitungkan dengan mempertimbangkan dari
perkiraan timbulan limbah yaitu 58,38 kg/hari. Hasil perhitungan volume limbah pada kegiatan
operasional rumah sakit disajikan pada Tabel 1.24 berikut.

Tabel 1.24 Volume limbah infeksius dan non infeksius yang dihasilkan dari
operasional rumah sakit

Jumlah Densitas Volume


Jenis Limbah
(kg/hari) (kg/m3) (m3/hari)
Limbah Infeksius (20% dari Limbah Rumah Sakit) 12,31 262 0,05
LImbah Non Infeksius (80% dari limbah Rumah Sakit) 46,07 151 0,30
Jumlah 58,38 0,35
Sumber: Hasil perhitungan konsultan, 2018

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-67 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
MEDIS TPS LIMBAH MEDIS AUTOCLAVE

Limbah Padat dari


Mesin Autoclave

Mesin Autoclave
Limbah Cair dari
DIANGKUT OLEH
B3 PIHAK KETIGA
PADAT TPS LIMBAH B3
YANG BERIZIN
DARI KLHK

DIANGKUT OLEH
DOMESTIK TPS LIMBAH PADAT DINAS
KEBERSIHAN
RUMAH SAKIT KOTA MANADO

MEDIS

STP
RUMAH SAKIT

CAIR DOMESTIK Saluran


Drainase
Eksisting

DIANGKUT OLEH PIHAK KETIGA


B3 TPS LIMBAH B3
YANG BERIZIN DARI KLHK

Gambar 1.34 Diagram Alir Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.

1.3 JADWAL KEGIATAN


Jadwal pelaksanaan proyek Pembangunan RSUD disampaikan pada Tabel 1.25. Konstruksi
pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara direncanakan selama 18 bulan.

1.4 ALTERNATIF KAJIAN


Tidak ada alternatif kajian di dalam rencana kegiatan pemnbangunan RSUD ini baik dari spesifikasi
teknik, sarana usaha dan/atau kegiatan, tata letakbangunan, waktu, durasi operasi, dan/atau bentuk
alternatif lainnya.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-68 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.25 Jadwal pelaksanaan proyek Pembangunan RSUD

2018 2019 2020


Jumlah Hari
Kegiatan 2021 ..dst
Desember April Agustus Desember Januari Mei Desember Kerja
September
Tahap Prakonstruksi
Sosialisasi Rencana Kegiatan 66
Pemindahan Pasien dan fasilitas RSJ 132
Relokasi Penghuni Rumah Dinas RSJ
132
Ratumbuysang
Tahap Konstruksi
Rekruitmen tenaga kerja 66
Mobilisasi dan demobilisasi alat dan
330
material
Pembongkaran RSJ 66
Penimbunan dan Pemadatan Tanah
Pembangunan dan pengoperasian
330
basecamp
Pembangunan RSUD dan fasilitas
396
penunjang
Tahap Operasi
Penerimaan tenaga kerja operasi 25 tahun
Aktivitas Rumah Sakit 25 tahun
Pengoperasian Helipad 25 tahun
Pemeliharaan bangunan dan fasilitas 25 tahun
Pengelolaan limbah 25 tahun

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-67 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
1.5 RINGKASAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK YANG DIKAJI
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan
mengidentifikasi Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang terkait dengan rencana kegiatan. Deskripsi
rencana usaha dan/atau kegiatan berfokus kepada komponen-komponen kegiatan yang berpotensi
menyebabkan dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan, termasuk alternatifnya (jika
terdapat alternatif-alternatif terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan) dan pengelolaan lingkungan
hidup yang sudah disiapkan/direncanakan sejak awal sebagai bagian dari rencana kegiatan
(terintegrasi dalam desain rencana usaha dan/atau kegiatan). Dalam kajian ini dokumen yang
dijadikan acuan untuk deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan adalah dokumen studi pra-
kelayakan (pre-feasibility study). Pelingkupan dilakukan melalui tiga tahap yaitu: Identifikasi Dampak
Potensial, Evaluasi Dampak Potensial dan Penentuan DPH.

1.6 IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL


Identifikasi dampak potensial dimaksudkan untuk mengidentifikasi seluruh dampak lingkungan hidup
(primer dan dampak turunannya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana
kegiatan. Pada tahap pelingkupan hanya menginventarisasi dampak potensial yang mungkin timbul
tanpa memperhatikan besar kecilnya dampak dan penting atau tidaknya dampak. Sumber informasi
untuk mengidentifikasi dampak potensial adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi rencana kegiatan;

2. Gambaran rona lingkungan hidup awal;

3. Kunjungan/pengamatan lapangan (observasi) di sekitar proyek; dan

4. Rapat konsultasi publik dengan wakil masyarakat dan para pemangku kepentingan
(stakeholder) di sekitar lokasi sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat
dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan.

Metode yang digunakan adalah metode matriks sederhana. Metode matriks sederhana digunakan
untuk melihat interaksi antara komponen kegiatan sebagai sumber dampak dengan komponen
lingkungan penerima dampak. Hasil dari metode matriks adalah identifikasi kegiatan yang
teridentifikasi sebagai sumber dampak dan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak. Hasil
identifikasi dampak potensial secara sederhana dituangkan dalam Tabel 1.26 berikut.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-68 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.26 Matriks Identifikasi Dampak Potensial.

KOMPONEN LINGKUNGAN
TRANSPORTASI
NO. KOMPONEN KEGIATAN GEO-FISIK-KIMIA BIOLOGI SOSIAL KESEHATAN MASYARAKAT KETERANGAN
DARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1
A TAHAP PRAKONSTRUKSI x = Ada potensi dampak
1 Sosialisasi Rencana Kegiatan X Geo-Fisik Kimia:
2 Pemindahan Pasien RSJ Ratumbuysang X 1 = Kualitas Udara Ambien
2 = Kebisingan
3 Relokasi Penghuni Rumah Dinas RSJ Ratumbuysang X 3 = Getaran
4 = Kualitas Air Permukaan
B TAHAP KONSTRUKSI
5 = Air LImpasan
1 Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi X X X 6 = Potensi Longsor
7 = Ketersediaan Air
2 Mobilisasi dan demobilisasi alat dan material X X X X X 8 = Timbulan sampah
3 Pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang X X X X X X X X 9 = Sedimentasi

4 Penimbunan dan Pemadatan Tanah X X X X X Biologi :


5 Pembangunan dan pengoperasian basecamp X X X 1 = Flora dan Fauna Darat

6 Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang X X X X X X X Sosial Ekonomi Budaya:


1 = Kesempatan Kerja dan
7 Pengelolaan limbah konstruksi Berusaha
8 Pelepasan tenaga kerja konstruksi X X X 2 = Pendapatan Masyarakat
3 = Persepsi dan Sikap
C TAHAP OPERASIONAL Masyarakat
1 Penerimaan Tenaga Kerja Operasi X X X 4 = Keberadaan Bangunan
Cagar Budaya (Benteng
2 Aktivitas Rumah Sakit X X X X X X X X X Belanda)
3 Pengoperasian Helipad X
Kesehatan Masyarakat:
4 Pemeliharaan bangunan dan fasilitas X X X 1 = Prevalensi Penyakit
2 = Sanitasi Lingkungan
3 = Pelayanan Kesehatan
4 = Keamanan dan keselamatan
pasien/masyarakat
5 Pengelolaan limbah X X
Transportasi Darat :
1 = Peningkatan Kepadatan
Lalu Lintas

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-69 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
1.7 EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
Evaluasi dampak potensial dilakukan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak potensial yang
dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar DPH untuk ditelaah secara
mendalam dalam dokumen ANDAL.

Penapisan DPH untuk kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan empat (4) kriteria sebagai berikut:

1. Beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi;

2. Komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari


masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya
(nilai ekologis);

3. Adanya kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut; dan

4. Adanya aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut.

Jika salah satu pertanyaan dijawab dengan ‘ya’, maka dampak potensial tersebut dikategorikan
sebagai DPH yang harus dikaji dalam dokumen ANDAL. Apabila jawaban dari keempat pertanyaan
tersebut ‘tidak’, maka dampak potensial tersebut dikategorikan sebagai Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH). Hasil evaluasi dampak potensial menjadi DPH dicantumkan pada Tabel 1.27.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-70 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.27 Matriks Evaluasi Dampak Potensial.

Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
1. TAHAP PRAKONSTRUKSI
A.1 Sosialisasi Rencana 1. Sosialisasi dengan instansi terkait Sosial Persepsi dan sikap Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang saat ini DTPH, namun dikelola - -
Kegiatan 2. Sosialisasi dengan tokoh masyarakat beroperasi di lokasi rencana kegiatan dan dipantau
masyarakat sekitar pembangunan RSUD, sehingga pembangunan
1 Tidak
RSUD tidak akan menambah beban karena
kegiatannya hampir sama dengan kegiatan yang
sebelumnya beroperasi
Di lokasi rencana kegiatan sudah berdiri Rumah
Sakit Jiwa Ratumbuysang. Dengan adanya
rencana pembangunan RSUD, maka rumah sakit
jiwa tersebut akan direlokasi di Desa Kalasey,
2 Kabupaten Minahasa Utara. Rencana kegiatan Tidak
pembangunan RSUD tidak akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap nilai sosial
ekonomi masyarakat, karena sebelumnya di lokasi
kegiatan sudah beroperasi rumah sakit jiwa.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
rencana pembangunan RSUD Propinsi karena
3 Tidak
kegiatannya hampir mirip dengan kegiatan
eksisting sebelumnya.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang akan dilakukan
A.2 Pemindahan Pasien RSJ Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Masyaraat Keamanan dan Berdasarkan observasi lapangan, tidak ditemukan Tidak DPH, namun
Ratumbuysang Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara keselamatan pasien/ adanya dampak terganggunya keamanan dan perlu dikelola dan
dan Dinas Perhubungan Kota masyarakat keselamatan pasien dan/atau masyarakat dari dipantau dalam RKL-
Manado 1 aktivitas pemindahan pasien RJJ Ratumbuysang. Tidak RPL
Sehingga, tidak ada beban dampak lingkungan
akibat dari pemindahan pasien RSJ
Ratumbuysang.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Dampak Tidak
terganggunya keamanan dan keselamatan pasien
dan/atau masyarakat akibat dari pemindahan
2
pasien RSJ Ratumbuysang tidak memegang
peranan penting dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat dengan Tidak
3 adanya aktivitas pemindahan pasien RSJ
Ratumbuysang.
Dalam proses pemindahan pasien, RS telah Tidak
mempunyai prosedur penanganan pasien jiwa.
Apabila prosedur tersebut dijalankan dan di awasi ,
dapat mengurangi potensi terjadinya gangguan
4
keselamatan/keamanan pada petugas
medis/paramedis dan/atau masyarakat sekitar RS.
Sehingga, tidak ada aturan atau kebijakan yang
akan dilanggar.
A.3 Relokasi Penghuni Rumah 1. Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan sikap Rumah dinas diperuntukkan bagi karyawan yang Tidak DPH, namun Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
Dinas RSJ Ratumbuysang sekitar lokasi kegiatan sebelum masyarakat berdinas di RSJ. Penghuni rumah dinas sebagian perlu dikelola dan Kleak dan Lingkungan 2
dilakukannya pembongkaran besar adalah karyawan RSJ, tetapi terdapat dipantau Kelurahan Sario
2. Dinas Kesehatan Provinsi beberapa yang bukan karyawan RSJ (menempati Tumpaan
1 rumah orang tuanya yang sudah pensiun). Tidak
Sulawesi Utara telah
Dokumen yang dimiliki oleh penghuni adalah surat
mengeluarkan surat
izin penghunian. Dinas Kesehatan Provinsi
pemberitahuan pengosongan Sulawesi Utara telah mengeluarkan surat
lahan pada tanggal 24 Agustus pemberitahuan pengosongan lahan pada tanggal

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-71 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
2018 dengan batas akhir 24 Agustus 2018 dengan batas akhir pengosongan
pengosongan adalah minggu adalah minggu ketiga bulan September.
ketiga bulan September Berdasarkan hasil FGD dengan penghuni rumah
3. Pihak RSUD sudah dinas umumnya sudah mengetahui rencana
pengosongan. Penghuni umumnya sudah bersedia
mengkoordinasikan dengan
pindah, penghuni hanya meminta kelonggaran
SKPD terkait untuk masalah waktu dan kompensasi untuk proses pemindahan
relokasi dan pembongkaran tersebut. Pihak sudah mengajukan untuk
rumah dinas; pemberian kompensasi kepada yang berhak
4. Pihak RSUD sudah mengajukan menerima kompensasi
pada Pemprov SULUT untuk Berdasarkan hasil FGD penghuni rumah dinas
kompensasi karyawan yang sudah bersedia untuk mengosongkan rumah dinas
tinggal di rumah dinas pada dan masyarakat tidak akan terkena dampak,
APBD-P karena lokasi rumah dinas berada di dalam
Kawasan areal RSJ Ratumbuysang. Kegiatan ini
2 Tidak
tidak akan memberikan dampak terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar karean lokasi
rumah dinas ada di alam lokasi kegiatan dan
hanya terdapat 25 KK yang menghuni rumah dinas
tersebut
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
rencana relokasi penghuni rumah dinas RSJ
Ratumbuysang, karena relokasi tersebut akan
3 Tidak
mengikuti ketentuan yang berlaku. Pihak pengelola
sudah menyiapkan upaya-upaya pengelolaan
terkait relokasi rumah dinas RSJ Ratumbuysang
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
2. TAHAP KONSTRUKSI
B.1 Penerimaan tenaga kerja Sosialisasi dengan stakeholder Sosial Kesempatan Kerja dan Berdasarkan data sekunder, Angkatan kerja yang DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
konstruksi terkait (kontraktor pelaksana, Dinas Berusaha 1 belum mendapat pekerjaan di wilayah studi Ya Kleak dan Lingkungan 2
ketenagakerjaan dan tokoh sebesar 538 jiwa Kelurahan Sario
masyarakat setempat) atas Tumpaan
Proses penerimaan tenaga kerja dapat
informasi ketenagakerjaan
2 mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat Tidak
yang ada di wilayah studi.
Ada kekhawatiran masyarakat terkait proses
3 perekrutan tenaga kerja tidak memberikan prioritas Ya
bagi angkatan kerja yang ada di wilayah studi
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.2 Penerimaan tenaga kerja Sosialisasi dengan stakeholder Sosial Pendapatan Masyarakat Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
1 Ya
konstruksi terkait (kontraktor pelaksana, Dinas wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kleak dan Lingkungan 2
ketenagakerjaan dan tokoh Kelurahan Sario
Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
masyarakat setempat) atas Tumpaan
berpengaruh terhadap terhadap adanya
informasi ketenagakerjaan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
sekitar sehingga angkatan kerja yang terserap
2 Ya
akan mempunyai pendapatan. Pendapatan yang
dimiliki akan berpengaruh terhadap kegiatan sosial
ekonomi masyarakat khususnya angkatan kerja
yang diterima bekerja
Ada kekhawatiran masyarakat terkait rencana
kegiatan penerimaan tenaga kerja tidak
3 Ya
memberikan prioritas bagi angkatan kerja yang
ada di wilayah studi
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-72 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
B.3 Penerimaan tenaga kerja Sosialisasi dengan stakeholder Sosial Persepsi dan Sikap Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
1 Ya
konstruksi terkait (kontraktor pelaksana, Dinas Masyarakat wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kleak dan Lingkungan 2
ketenagakerjaan dan tokoh Kelurahan Sario
Proses penerimaan tenaga kerja dapat
masyarakat setempat) atas 2 Ya Tumpaan
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat
informasi ketenagakerjaan
Ada kekhawatiran masyarakat terkait proses
3 perekrutan tenaga kerja tidak memberikan prioritas Ya
bagi masyarakat yang ada di wilayah studi.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.4 Mobilisasi dan demobilisasi Geo-Fisik-Kimia Kualitas Udara Ambien Berdasarkan survei awal/observasi lapang, DPH Perumahan penduduk di 330 hari
alat dan material aktifitas kendaraan bermotor yang melewati jalan sepanjang Jalan
lingkungan Kelurahan Kleak masih tergolong Lingkungan di Kelurahan
1 Tidak
rendah. Dengan demikian beban lingkungan Kleak
terhadap kualitas udara relatif rendah ( < 10 meter
dari Jalan Lingkungan Kelurahan Kleak).
Kondisi jalan lingkungan Kelurahan Kleak sangat
berdekatan dengan area permukiman penduduk.
2 Sebaran dampak dari emisi kendaraan dari Ya
mobilisasi alat dan material diperkirakan akan
mencapai ke pemukiman penduduk.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan Tidak
dari kegiatan mobilisasi alat dan material selama
Tahap Konstruksi.
Kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi alat dan
material berpotensi melampaui baku mutu
4 lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah No.41 Tidak
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
B.5 Mobilisasi dan demobilisasi Waktu mobilisasi alat dan material Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Berdasarkan survei awal/observasi lapang, DPH Perumahan penduduk di 330 hari
alat dan material konstruksi dilakukan pada waktu kebisingan di area rencana proyek masih relatif sepanjang Jalan
siang hari (jam kerja) sehingga tidak rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih Lingkungan di Kelurahan
mengganggu istirahat warga sekitar 1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak Kleak
yang berdekatan dengan lokasi melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
kegiatan lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
rendah.
Kegiatan mobilisasi dan demobilsasi alat dan
material akan menggunakan jalan umum terdekat
menuju tapak proyek, yaitu Jalan Bethesda.
Intensitas mobilisasi alat dan material diperkirakan
berlangsung selama ±3 bulan, dengan paparan
kebisingan dari kendaraan seperti dump truck dan
concrete miixer truck yang melewati jalan
diperkirakan mencapai 85-88 dBA pada jarak 15
2 meter dari sumber kebisingan (Dampak Bising, Ya
KLH, 2009). Potensi dampak kebisingan cukup
signifikan karena lokasi jalan akses mobilisasi
berdekatan dengan area pemukiman yang berada
di pinggir jalan, yaitu sekitar 10-15 meter dari area
tapak proyek. Oleh karena itu kebisingan yang
ditimbulkan berpotensi mengganggu pemukiman
penduduk terdekat jalur mobilisasi dan
demobilisasi alat dan material.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
3 masyarakat yang menyatakan kekhawatiran Tidak
terhadap dampak kebisingan yang ditimbulkan dari

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-73 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
kegiatan mobilisasi alat dan material selama
Tahap Konstruksi.
Peningkatan kebisingan akibat kegiatan mobilisasi
alat dan material berpotensi melampaui baku mutu
lingkungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan
4 Ya
Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan untuk area pemukiman sebesa 55+3
dB(A).
B.6 Mobilisasi dan demobilisasi Sosial Persepsi dan Sikap Berdasarkan observasi lapangan, kondisi jalan DPH Perumahan penduduk di 330 hari
alat dan material Masyarakat lingkungan yang akan digunakan untuk mobilisasi sepanjang Jalan
1 dan demobilisasi alat dan material kondisinya Ya Lingkungan di Kelurahan
sudah mulai padat dan kondisi jalan lingkungan Kleak
yang sempit
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan
2 material akan berpengaruh terhadap kehidupan Ya
sosial ekonomi masyarakat di wilayah studi.
Ada kekhawatiran masyarakat terkait kegiatan
mobilisasi dan demobilisasi akan menimbulkan
3 gangguan lalu lintas dan menimbulkan kebisingan Ya
yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat di wilayah studi.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.7 Mobilisasi dan demobilisasi Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan data sekunder, ISPA merupakan DPH Perumahan penduduk di 330 hari
alat dan material Masyarakat penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat sepanjang Jalan
1 sekitar, apabila tidak ada pengelolaan bangkitan Ya Lingkungan di Kelurahan
debu dari kegiatan mobilisasi kendaraan proyek Kleak
dapat meningkatkan insiden ISPA.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
bangkitan debu adalah gangguan pada saluran
pernafasan. Penyakit ini bersifat akut, dapat
2 diderita siapa saja (anak-anak/dewasa) dan dapat Tidak
sembuh dengan sendirinya tanpa melalui
pengobatan sehingga tidak akan signifikan
mengganggu aktifitas masyarakat.
Tidak adanya kekhawatiran masyarakat mengenai
3 efek kesehatan akibat dari bangkitan debu dari Tidak
mobilisasi kendaraan proyek.
Kegiatan ini dapat menimbulkan debu bangkitan ke
udara ambien, hal ini dapat berpotensi
menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang
4 Ya
diakibatkan dari debu jika konsentrasinya melebihi
baku mutu udara ambien dalam PP No. 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
B.8 Mobilisasi dan demobilisasi Melaksanakan Rekomendasi dari Transportasi Darat Bertambahnya Volume Berdasarkan data sekunder lalu lintas yang DPH Jalan Lingkungan di 330 hari
alat dan material Andalalin dan melakukan rekayasa Kendaraan didapat dari google street, tingkat kepadatan pada Kelurahan Kleak
1 Ya
lalu lintas ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada
2 Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado
Berdasarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-74 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
Berdasarkan berita yang beredar, kecederungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tidak
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
B.9 Pembongkaran Rumah 1. Sosialisasi dengan instansi dan Geo-Fisik-Kimia Kualitas Udara Ambien Berdasarkan survei awal/observasi lapang, Tidak DPH, namun
Sakit Jiwa Ratumbuysang tokoh masyarakat dalam rangka aktifitas kendaraan bermotor yang melewati jalan perlu dikelola dan
pembongkaran bangunan lama lingkungan Kelurahan Kleak masih tergolong dipantau
1 Tidak
2. Pemasangan pagar pembatas, rendah. Dengan demikian beban lingkungan
terhadap kualitas udara relatif rendah ( < 10 meter
penggunaan APD, dan
dari Jalan Lingkungan Kelurahan Kleak).
pemasangan tanda dilarang
masuk bagi yang tidak Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
berkepentingan) penurunan kualitas udara dari kegiatan
2 Tidak
Pembongkaran tidak menjadi perhatian yang
3. Pembongkaran dilakukan secara
khusus oleh perwakilan masyarakat.
bertahap sehingga kadar debu
dapat diminimalisir Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 Tidak
terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan pembongkaran RSJ Ratumbuysang.
Pemrakarsa berencana akan memasang pagar
pembatas di sekeliling lokasi kegiatan.
Pemasangan pagar pembatas ini untuk mencegah
debu-debu material dari aktivitas pembongkaran
ke rumah-rumah penduduk. Berdasarkan hal
4 Tidak
tersebut, Kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi
alat dan material tidak berpotensi melampaui baku
mutu lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara).
B.10 Pembongkaran Rumah 1. Sosialisasi dengan instansi dan Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Pada saat survei awal/observasi lapang, Tidak DPH, namun
Sakit Jiwa Ratumbuysang tokoh masyarakat dalam rangka kebisingan di area rencana proyek masih relatif perlu dikelola dan
pembongkaran bangunan lama rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih dipantau
2. Pemasangan pagar pembatas, 1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
penggunaan APD, dan
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
pemasangan tanda dilarang
rendah.
3. masuk bagi yang tidak
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
berkepentingan
peningkatan kebisingan dari kegiatan
4. Pembongkaran dilakukan pada 2 Tidak
Pembongkaran tidak menjadi perhatian yang
jam kerja yaitu pukul 08.00- khusus oleh perwakilan masyarakat.
17.00 WITA, sehingga tidak
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
mengganggu istirahat
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
masyarakat 3 Tidak
terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan pembongkaran RSJ Ratumbuysang.
Pemrakarsa berencana akan memasang pagar
pembatas di sekeliling lokasi kegiatan.
Pemasangan pagar pembatas ini untuk mencegah
debu-debu material dari aktivitas pembongkaran
ke rumah-rumah penduduk. Berdasarkan hal
4 Tidak
tersebut, Kualitas udara akibat pembongkaran RSJ
Ratumbuysang tidak berpotensi melampaui baku
mutu lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara).
B.11 Pembongkaran Rumah Geo-Fisik-Kimia Getaran Berdasarkan observasi lapangan, dampak getaran Tidak DPH
Sakit Jiwa Ratumbuysang 1 tidak signifkan karena kegiatan konstruksi belum Tidak
berjalan.

2 Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak


getaran dari pembongkaran RSJt tidak menjadi

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-75 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
perhatian bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
lokasi kegiatan.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait Tidak
3 dampak getaran yang akan terjadi pada saat
pembongkaran RSJ Ratumbuysang
Tidak ada peraturan yang akan dilanggar dari Tidak
4
kegiatan pembongkaran RSJ
B.12 Pembongkaran Rumah Membuat sediment trap (kolam Geo-Fisik-Kimia Kualitas Air Permukaan Berdasarkan observasi lapangan, kualitas air Tidak DPH, namun
Sakit Jiwa Ratumbuysang pengendapan) untuk mencegah permukaan di sekitar lokasi kegiatan masih dalam Perlu dikelola dan
1 Tidak
sedimen masuk ke dalam badan air kondisi baik. Hal ini ditandai dengan kondisi air dipantau daam RKL-
penerima yang tidak berbau. RPL
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
kualitas air permukaan yang akan timbul dari
2 pembongkaran RSJ Ratumbuysang tidak menjadi
perhatian bagi masyarakat yang berada di sekitar
lokasi kegiatan.
Tidak ada kekhawatiran dari masyarakat terhadap Tidak
3 dampak kualitas air permukaan dari kegiatan
pembongkaran RSJ Ratumbuysang
Sisa-sisa material hasil pembongkaran akan Tidak
ditempatkan di tempat penampungan sementara
puing-puing bangunan dan akan dijual kepada
pihak ketiga atau dibuang ke lokasi pembuangan
yang telah ditunjuk oleh Dinas Kebersihan Kota
4
Manado. Hal ini akan mencegah terbawanya sisa-
sisa material hasil pembongkaran yang terbawa
oleh limpasan air pada saat hujan tiba. Sehingga,
tidak ada baku mutu yang akan dilanggar dari
aktivitas tersebut.
B.13 Pembongkaran Rumah 1. Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
Sakit Jiwa Ratumbuysang sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Kleak dan Lingkungan 2
dilakukannya pembongkaran tersebut Kelurahan Sario
2. Dinas Kesehatan Provinsi Tumpaan
Kegiatan pembongkaran bangunan eksisting akan
Sulawesi Utara telah memberikan dampak berupa peningkatan
mengeluarkan surat kebisingan dan polusi udara khususnya debu.
pemberitahuan pengosongan 2 Peningkatan kebisingan dan polusi udara Ya
lahan pada tanggal 24 Agustus (khususnya debu) akan berpengaruh terhadap
2018 dengan batas akhir kondisi sosial masyarakat, karena pemukiman
pengosongan adalah minggu sangat dekat dengan lokasi kegiatan
ketiga bulan September Berdasarkan hasil konsultasi publik, ada
3. Pihak RSUD sudah kekhawatiran masyarakat terhadap dampak
mengkoordinasikan dengan 3 kualitas udara ataupun kebisingan yang Ya
SKPD terkait untuk masalah ditimbulkan dari kegiatan pembongkaran RSJ
Ratumbuysang.
relokasi dan pembongkaran
rumah dinas;
4. Pihak RSUD sudah mengajukan
pada Pemprov SULUT untuk Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
kompensasi karyawan yang yang dilakukan
tinggal di rumah dinas pada
APBD-P

B.14 Pembongkaran Rumah - Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan data sekunder, ISPA merupakan Tidak Tidak DPH
Sakit Jiwa Ratumbuysang Masyarakat penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat
1 sekitar. Namun demikian, lokasi pembongkaran
bangunan RS Jiwa Ratumbuysang berada di
tengah lahan RSJ. Selain itu, ketinggian bangunan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-76 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
hanya 1-2 lantai sehingga dampak terhadap
masyarakat sekitar tidak signifikan.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan dari Tidak
bangkitan debu adalah gangguan pada saluran
pernafasan. Penyakit ini bersifat akut, dapat
2 diderita siapa saja (anak-anak/dewasa) dan dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa melalui
pengobatan sehingga tidak akan signifikan
mengganggu aktifitas masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Tidak adanya Tidak
kekhawatiran masyarakat mengenai efek
3
kesehatan akibat dari pembongkaran bangunan
RS Jiwa Ratumbuysang.
Kegiatan ini dapat menimbulkan debu bangkitan ke Tidak
udara ambien. Namun demikian, sebaran debu
dari kegiatan pembongkaran RSJ Ratumbuysang
4 tidak signifkan sehingga konsentrasi debu di
pemukiman penduduk masih dibawah baku mutu
udara ambien dalam PP No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
B.15 Pembongkaran Rumah 1. Pelaksanaan pembongkaran Kesehatan Sanitasi Lingkungan Penyakit saluran pencernaan (Gastroenteritis) Tidak DPH, akan
Sakit Jiwa Ratumbuysang sesuai dengan SOP Masyarakat termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yang tetapi tetap dikelola
pembongkaran Rumah Sakit diderita oleh masyarakat sekitar. Namun demikian, dan dipantau dalam
(pemilahan sampah infeksius dan masyarakat sekitar sudah menggunakan air dari RKL-RPL
1 Tidak
non infeksius) PDAM dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal ini dapat mengurangi potensi terpaparnya
2. Menggunakan APD yang
kuman patogen akibat air limpasan dari kegiatan
memadai pembongkaran RSJ.
3. Sampah puing dibuang pada
Penyakit saluran pencernaan (Gastroenteritis) Tidak
lokasi yang telah ditentukan dan
merupakan penyakit akut yang dapat sembuh
diangkut oleh Dinas Kebersihan
2 dengan mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep
Kota Manado dokter/dengan resep dokter sehingga tidak akan
signifikan mengganggu aktifitas masyarakat.
Dalam konsultasi publik, ada masukan dari Tidak
masyarakat terkait dengan penutupan saluran air
yang ada di rumah sakit. Hal ini dapat
mengakibatkan terganggunya aliran limpasan air
3 hujan sehingga menyebabkan banjir pada
masyarakat sekitar RS. Namun dalam rencana
pembangunan RSUD, saluran tersebut akan tetap
dipertahankan/dialih ke jalur yang berada
disamping RS menuju ke sungai.
Pembongkaran RS Jiwa Ratumbuysang meliputi Tidak
area infeksius dan non-infeksius. Potensi
penyebaran kuman patogen dari air limpasan yang
4
masuk ke saluran air dapat dikurangi dengan
pengelolaan yang baik, sehingga tidak terjadi
pencemaran pada saluran air.
B.16 Pembongkaran Rumah Melaksanakan rekomendasi dan Transportasi Darat Bertambahnya Volume Berdasarkan data sekunder lalu lintas yang DPH Jalan Lingkungan 66 Hari
Sakit Jiwa Ratumbuysang arahan dari Dinas Perhubungan Kendaraan didapat dari google street, tingkat kepadatan pada Kelurahan Kleak
1 Ya
Kota Manado ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada
2 Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-77 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
Berdasarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda
Berdasarkan berita yang beredar, kecederungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tidak
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
B.17 Penimbunan dan Geo-Fisik-Kimia Kualitas Udara Ambien Berdasarkan survei awal/observasi lapang, tidak DPH Masyarakat Lingkungan 1 30 hari
pemadatan tanah ada aktivitas penimbunan dan pemadatan lahan di Kelurahan Kleak
1 Tidak
sekitar lokasi kegiatan. Sehingga, beban
komponen lingkungan tidak signifkan.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
penurunan kualitas udara dari kegiatan
2 penimbunan dan pemadatan lahan tidak menjadi Tidak
perhatian yang khusus oleh perwakilan
masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 Tidak
terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah.
Luas lahan yang akan dilakukan penimbunan dan
pemadatan lahan lebih dari 3 Ha. Potensi debu
yang dihasilkan diperkirakan melampaui baku
4 Ya
mutu lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara).
B.18 Penimbunan dan Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Pada saat survei awal/observasi lapang, DPH Masyarakat Lingkungan 1 30 hari
pemadatan tanah kebisingan di area rencana proyek masih relatif Kelurahan Kleak
rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih
1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
rendah.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
peningkatan kebisingan dari kegiatan penimbunan
2 Tidak
dan pemadatan tanah tidak menjadi perhatian
yang khusus oleh perwakilan masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 Tidak
terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah.
Luas lahan yang akan dilakukan penimbunan dan
pemadatan lahan lebih dari 3 Ha. Alat-alat yang
digunakan seperti excavator, bulldozer, compactor
4 dan dump truk akan berpotensi menghasilkan Ya
bising yang diperkiakan melampaui baku mutu
lingkungan sesuai KepMen LH Nomor 48 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
B.19 Penimbunan dan 1. Memasang turap yang Geo-Fisik-Kimia Sedimentasi Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada isu Tidak DPH, akan - -
berdekatan dengan drainase 1 Tidak
pemadatan tanah sedimentasi di lokasi rencana kegiatan. tetapi tetap dikelola
agar tanah galian tidak terbawa dan dipantau dalam
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
oleh air limpasan ke dalam RKL-RPL
sedimentasi bukan merupakan dampak yang
drainase tersebut menjadi perhatian bagi masyarakat khususnya
2. Memasang sediment trap 2
masyarakat yang tinggal berdekatan dengan
sebelum menuju drainase Lokasi RSUD yaitu masyarakat di lingkungan 1
Kelurahan Kleak.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-78 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada Tidak
3 kekhawatiran dari masyarakat tentang dampak
sedimentasi pada saat pembangunan RSUD.
Tidak Ada peraturan yang akan dilanggar dari Tidak
4
dampak sedimentasi.
B.20 Penimbunan dan Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan data sekunder, ISPA merupakan DPH Masyarakat Lingkungan 1 30 hari
pemadatan tanah Masyarakat penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat Kelurahan Kleak
1 sekitar, apabila tidak ada pengelolaan bangkitan Ya
debu dari kegiatan penimbunan dan pemadatan
tanah dapat meningkatkan insiden ISPA.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
bangkitan debu adalah gangguan pada saluran
pernafasan. Penyakit ini bersifat akut, dapat
2 diderita siapa saja (anak-anak/dewasa) dan dapat Tidak
sembuh dengan sendirinya tanpa melalui
pengobatan sehingga tidak akan signifikan
mengganggu aktifitas masyarakat.
Tidak adanya kekhawatiran masyarakat mengenai
3 efek kesehatan dari bangkitan debu dari kegiatan Tidak
penimbunan dan pemadatan tanah.
Kegiatan ini dapat menimbulkan debu bangkitan ke
udara ambien, hal ini dapat berpotensi
menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang
4 Ya
diakibatkan dari debu jika konsentrasinya melebihi
baku mutu udara ambien dalam PP No. 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
B.21 Penimbunan dan Transportasi Darat Bertambahnya Volume Berdasarkan data sekunder lalu lintas yang DPH Masyarakat Lingkungan 1 30 hari
pemadatan tanah Kendaraan didapat dari google street, tingkat kepadatan pada Kelurahan Kleak
1 Ya
ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada
2 Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado
Berdasarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda
Berdasarkan berita yang beredar, kecenderungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tidak
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
B.22 Pembangunan dan Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum Tidak DPH
pengoperasian basecamp sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak
dilakukannya kegiatan konstruksi tersebut
Kegiatan pembangunan dan pengoperasian Tidak
basecamp, dilakukan di dalam Kawasan areal
rencana pembangunan RSUD dan lokasinya jauh
2
dari pemukiman penduduk, sehingga tidak
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di wilayah studi
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait Tidak
3 kegiatan pembangunan dan pengoperasian
basecamp
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan Tidak
4
yang dilakukan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-79 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
B.23 Pembangunan dan Sosialisasi dengan masyarakat Kesehatan Prevalensi Penyakit Penyakit saluran pencernaan (Gastroenteritis) Tidak Tidak DPH
pengoperasian basecamp sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yang
dilakukannya kegiatan konstruksi diderita oleh masyarakat sekitar. Pembangunan
dan pengoperasian basecamp untuk pekerja
1 konstruksi tidak akan berdampak pada kesehatan
masyarakat karena lokasi basecamp ada di dalam
area RS, sehingga limbah cair/padat domestik
yang dihasilkan pekerja konstruksi sudah termasuk
dalam pengelolaan RSUD.
Penyakit saluran pencernaan (Gastroenteritis) Tidak
merupakan penyakit akut yang dapat sembuh
2 dengan mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep
dokter/dengan resep dokter sehingga tidak akan
signifikan mengganggu aktifitas masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak adanya Tidak
kekhawatiran masyarakat mengenai efek
3
kesehatan akibat dari pembangunan dan
pengoperasian basecamp pekerja konstruksi.
Pembangunan dan pengoperasian basecamp Tidak
pekerja konstruksi diprakirakan tidak akan
melanggar aturan atau kebijakan . Potensi
4 penyebaran kuman patogen dari air limpasan yang
masuk ke saluran air dapat dikurangi dengan
pengelolaan yang baik, sehingga tidak terjadi
pencemaran pada saluran air.
B.24 Pembangunan dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Kesehatan Sanitasi Lingkungan Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi Tidak Tidak DPH
pengoperasian basecamp sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat sanitasi lingkungan masih baik (tidak ada ceceran
dilakukannya kegiatan konstruksi 1 sampah padat di sekitar lokasi kegiatan).
2. Disediakannya TPS di area lokasi Sehingga, beban dampak dari penurunan sanitasi
lingkungan tidak signifikan.
kegiatan
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
penurunan sanitasi lingkungan dari pembangunan
2 dan pengoperasian basecamp bukan merupakan
dampak yang memegang peranan penting di
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari..
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Tidak ada Tidak
kekhawatiran masyarakat tentang sanitasi
3 basecamp tenaga kerja konstruksi pada saat
pembangunan dan pembangunan basecamp
pekerja konstruksi.
Pembangunan dan pengoperasian basecamp Tidak
pekerja konstruksi tentunya akan menghasilkan
limbah domestik tiap harinya. Kontraktor pelaksana
4 pembangunan RSUD akan memastikan
pengelolaan limbah domestik sesuai dengan
sistem manajemen lingkungan yang mereka akan
terapkan pada proyek ini.
B.25 Pembangunan RSUD dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Pada saat survei awal/observasi lapang, DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum kebisingan di area rencana proyek masih relatif Lingkungan 1 Kelurahan
dilakukannya kegiatan konstruksi rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih Kleak
2. Pemancangan dengan bore pile, 1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
sehingga mampu meredam
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
kebisingan dan getaran
rendah.
Kegiatan konstruksi bangunan utama RSUD dan
2 fasilitas penunjang diperkirakan menimbulkan Ya
dampak kebisingan dari aktivitas alat-alat berat

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-80 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
seperti backhoe, bulldozer, mobile crane, pile
driver dan dump truck) dan kegiatan pembuatan
tiang pancang. Tingkat kebisingan peralatan
konstruksi di tapak proyek untuk tipe kontruksi
rumah sakit berkisar 84-89 dB(A) yang meliputi
kegiatan ground clearing, exacavation, foundation,
erection dan finishing (Dampak Bising, KLH, 2009).
Kegiatan tersebut akan dilakukan dari pagi sampai
sore hari yang diperkirakan berlangsung selama
±6 bulan, sehingga pada saat itu intensitas
kebisingan relatif meningkat dan berpotensi
mencapai lokasi pemukiman terdekat dengan area
tapak proyek.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 terhadap dampak kebisingan yang ditimbulkan dari Tidak
kegiatan pembangunan RSUD selama Tahap
Konstruksi.
Peningkatan kebisingan akibat kegiatan
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang
berpotensi melampaui baku mutu lingkungan
4 Ya
sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.48
Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
untuk area pemukiman sebesa 55+3 dB(A).
B.26 Pembangunan RSUD dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Geo-Fisik-Kimia Getaran Berdasarkan observasi lapangan, dampak getaran Tidak DPH, namun
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum 1 tidak signifkan karena kegiatan konstruksi belum Tidak perlu dikelola dan
dilakukannya kegiatan konstruksi berjalan. dipatau di dalam RKL-
2. Pemancangan dengan bore pile, Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak RPL
Tidak
sehingga mampu meredam getaran dari pembangunan rumah sakit tidak
2
kebisingan dan getaran menjadi perhatian bagi masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi kegiatan.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait Tidak
3 dampak getaran yang akan terjadi pada saat
pembongkaran RSJ Ratumbuysang
Berdasarkan rencana kegiatan, Pemrakarsa akan Tidak
menggunakan bore pile untuk pemasangan
pondasi. Bore pile adalah mesin untuk
pemasangan pondasi dengan sistem hidrolik
4
sehingga tidak menimbulkan suara bising dan
getaran. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka
tidak ada peraturan yang akan dilanggar dari
kegiatan pembongkaran RSJ
B.27 Pembangunan RSUD dan Rencana pembuatan saluran Geo-Fisik-Kimia Air Limpasan Berdasarkan hasil konsultasi publik, salah seoang DPH Saluran Drainase di lokasi 396 hari
asilitas penunjang drainase yang memadai (konsultan dari perwakilan masyarakat Lingkungan 1 kegiatan yang
perencana/arsitek) 1 Kelurahan Kleak menyatakan bahwa ada titik Ya bersinggungan dengan
drainase yang sering terjadi banjir saat hujan ruas Jalan Bethesda
turun.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak air
limpasan merupakan dampak yang menjadi
2 perhatian bagi masyarakat khususnya masyarakat Ya
yang tinggal berdekatan dengan Lokasi RSUD
yaitu masyarakat di lingkungan 1 Kelurahan Kleak.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, ada
kekhawatiran dari masyarakat tentang potensi
3 Ya
banjir (limpasan air) jika RSUD ini sudah
terbangun.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-81 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
Ada peraturan yang akan dilanggar dari dampak
4 Ya
air limpasan jika tidak terkelola demgan baik.
B.28 Pembangunan RSUD dan Perlu dilakukan kajian tanah, dan Geo-Fisik-Kimia Potensi Longsor Berdasarkan data rona lingkungan hidup awal, Tidak DPH - -
1 Tidak
fasilitas penunjang kajian keandalan bangunan potensi longsor di lokasi kegiatan sangat kecil.
(perhitungan kekuatan bangunan) Berdasarkan hasil konsultasi publik,potensi longsor
2 tidak menjadi perhatian yang khusus dari Tidak
perwakilan masyarakat yang hadir.
Tidak ada kekhawatiran akan adanya potensi Tidak
3 longsor dari pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjangnya.
Tidak ada baku mutu atau peraturan yang akan Tidak
4 dilanggar dari dampak potensi longsor pada saat
pembangunan RSUD dan fasilitas penujangnya.
B.29 Pembangunan RSUD dan Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Lingkungan 1 Kelurahan
dilakukannya kegiatan konstruksi tersebut Kleak
Kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjangnya, akan meningkatkan kebisingan dan
peningkatan partikel debu di wilayah studi. Partikel
debu dan kebisingan akan memberikan dampak
2 Ya
terhadap kenyamanan dan kesehatan masyarakat
di wilayah studi. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial dan ekonomi di wilayah
studi
Ada kekhawatiran masyarakat terkait kegiatan
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjangnya
akan menyebabkan peningkatan kebisingan dan
3 Ya
partikel debu. Peningkatan kebisingan dan partikel
debu dikhawatirkan dapat mengganggu
kenyamanan masyarakat di wilayah studi.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.30 Pembangunan RSUD dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Kesehatan Keamanan dan Berdasarkan hasil observasi lapangan, tidak Tidak Tidak DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat keselamatan pasien/ ditemukan adanya dampak Terganggunya Lingkungan 1 Kelurahan
dilakukannya kegiatan konstruksi masyarakat keamanan dan keselamatan pasien dan/atau Kleak
2. Pemindahan pasien dilakukan 1 masyarakat dari aktivitas pembangunan RSUD
dan fasiltas penunjang. Sehingga, Tidak ada
dengan bekerjasama dengan
beban dampak lingkungan dari aktivitas
Dinas perhubungan Kota Manado
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang.
dengan menggunakan kendaraan
yang layak pakai Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
terganggunya keamanan dan keselamatan pasien
dan/atau masyarakat dari aktivitas pembangunan
2
RSUD dan fasiltas penunjang bukan merupakan
dampak yang memegang peranan penting di
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Tidak ada Tidak
kekhawatiran masyarakat tentang keamanan dan
3 keselamatan masyarakat sekitar terkait dengan
rencana pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjangnya.
Dalam proses pembangunan RSUD dan fasilitas Tidak
penunjangnya, RSUD telah mempunyai
proseduryang dijalankan dan di awasi, maka
4
dapat mengurangi potensi terjadinya gangguan
keselamatan/keamanan pada petugas
medis/paramedis dan/atau masyarakat sekitar RS.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-82 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
B.31 Pembangunan RSUD dan Berkoordinasi dengan Dinas Sosial Budaya Keberadaan Bangunan Berdasarkan hasil observasi lapangan dan Tidak Tidak DPH, namun
fasilitas penunjang Pariwisata dan Kebudayaan Kota Cagar Budaya (Benteng konsultasi publik, keberadaan bangunan cagar perlu dikelola dan
Manado dalam hal rekomendasi Belanda) budaya (Benteng Belanda) berada di dalam RTH dipatau di dalam RKL-
1
situs cagar budaya (Ruang Terbuka Hijau). Keberadaannya tidak RPL
mengganggu aktivitas warga di sekitar lokasi
kegiatan.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, keberadaan Tidak
bangunan cagar budaya (Benteng Belanda) bukan
2
merupakan komponen yang memegang peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada Tidak
kekhawatiran masyarakat yang timbul akibat dari
3
keberdaan bangunan cagar budaya (Benteng
Belanda).
Tidak ada peraturan perundang-undangan yang Tidak
4 dilanggar dari keberadaan bangunan cagar budaya
tersebut
B.32 Pelepasan tenaga kerja Sosialisasi dengan pekerja Sosial Kesempatan Kerja dan Angka pengangguran di wilayah studi sebesar 538 DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
1 Ya
konstruksi konstruksi sebelum masa kerja Berusaha jiwa Kelurahan Kleak
proyek berakhir Kegiatan pemutusan hubungan kerja tersebut akan
memperketat kompetisi dalam memperebutkan
2 Ya
kesempatan kerja sehingga dapat mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi masyarakat diwilayah studi
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
3 kegiatan tersebut, karena sudah ada perjanjian Tidak
kontrak kerja pada saat awal mulai bekerja.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.33 Pelepasan tenaga kerja Sosialisasi dengan pekerja Sosial Pendapatan Masyarakat Angka pengangguran diwilayah studi sebesar 538 DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
1 Ya
konstruksi konstruksi sebelum masa kerja jiwa Kelurahan Kleak
proyek berakhir Hilangnya pendapatan akan memberikan
2 pengaruh sosial ekonomi khususnya karyawan Ya
yang terkena pemutusan hubungan kerja
Tidak ada kekhawatiran masyarakat khususnya
karyawan yang tekena pemutusan hubungan kerja
3 Tidak
, karena sudah mendapatkan informasi di awal
pada saat penerimaan tenaga kerja
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.34 Pelepasan tenaga kerja Sosialisasi dengan pekerja Sosial Persepsi dan Sikap Angka pengangguran diwilayah studi sebesar 538 DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
1 Ya
konstruksi konstruksi sebelum masa kerja Masyarakat jiwa Kelurahan Kleak
proyek berakhir Kegiatan pemutusan hubungan kerja akan
2 mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat Ya
keseluruhan di masyarakat setempat
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
kegiatan tersebut, karena yang mengalami
3 Tidak
pemutusan hubungan kerja hanya karyawan
perusahaan
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-83 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
3. TAHAP OPERASI
C.1 Penerimaan Tenaga Kerja Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Kesempatan Kerja dan Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Pemukiman Penduduk di 25 Tahun
1 Ya
Operasi sekitar lokasi kegiatan pada saat Berusaha wilayah studi sebesar 538 jiwa Kelurahan Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Proses penerimaan tenaga kerja dapat
2 Ya
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat
Ada kekhawatiran masyarakat terkait proses
3 perekrutan tenaga kerja tidak memberikan prioritas Ya
bagi angkatan kerja di wilayah studi
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
C.2 Penerimaan Tenaga Kerja Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Pendapatan Masyarakat Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Pemukiman Penduduk di 25 Tahun
1 Ya
Operasi sekitar lokasi kegiatan pada saat wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kelurahan Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan
berusaha bagi masyarakat sekitar sehingga yang
2 terserap akan mempunyai pendapatan. Ya
Pendapatan yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
khususnya pekerja
Ada kekhawatiran masyarakat terkait rencana
kegiatan penerimaan tenaga kerja tidak
3 Ya
memberikan prioritas bagi masyarakat yang ada di
wilayah studi
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja
C.3 Penerimaan Tenaga Kerja Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Pemukiman Penduduk di 25 Tahun
1 Ya
Operasi sekitar lokasi kegiatan pada saat Masyarakat wilayah studi sebesar 538 jiwa Kelurahan Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan
berusaha bagi masyarakat sekitar sehingga yang
2 terserap akan mempunyai pendapatan. Ya
Pendapatan yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
khususnya pekerja
Ada kekhawatiran masyarakat terkait rencana
kegiatan penerimaan tenaga kerja tidak
3 Ya
memberikan prioritas bagi masyarakat yang ada di
wilayah studi
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja
C.4 Aktivitas Rumah Sakit 1. Penggunaan dan optimasliasi Geo-Fisik-Kimia Kualitas Air Permukaan Berdasarkan observasi lapangan, kualitas air DPH 50 meter dari outlet 25 tahun
IPAL pada Rumah Sakit permukaan di sekitar lokasi kegiatan masih dalam saluran IPAL Rumah
1 Tidak
2. Pengecekan hasil pengolah kondisi baik. Hal ini ditandai dengan kondisi air di Sakit
limbah pada IPAL setiap 1 bulan saluran drainase yang tidak berbau.
sekali Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Ya
kualitas air permukaan yang akan timbul dari
aktivitas rumah sakit menjadi perhatian bagi
2
masyarakat yang berada di sekitar lokasi
kegiatan.Warga berharap pengelolaan limbah
rumah sakit agar dilaksanakan dengan baik.
Ada kekhawatiran dari masyarakat terhadap Ya
3 dampak kualitas air permukaan dari kegiatan
operasional rumah sakit.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-84 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
Limbah cair dari aktivitas rumah sakit akan dikelola Tidak
terlebih dahulu dengan IPAL tipe anaerob-aerob.
Hasil olahan air limbah rumah sakit ini diharapkan
4
sudah memenuhi baku mutu PP 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air.
C.5 Aktivitas Rumah Sakit Melakukan kajian hidrogeologi untuk Geo-Fisik-Kimia Ketersediaan Air tanah Berdasarkan observasi lapangan, mayoritas Tidak DPH
melihat ketersediaan airtanah penggunaan air di masyarakat berdasarkan
1 Tidak
distribusi air PDAM.Sehingga, ketersediaan air
tanah tidak akan terganggu.
Berdasarkan data rona lingkungan hidup awal, Tidak
mayoritas masyarakat menggunakan air PDAM
sebagai kebutuhan sehari-hari. Sehingga
2
ketersediaan air tanah bukan merupakan
komponen yang memegang peranan penting bagi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat akan adanya Tidak
3 dampak ketersediaan air tanah dari aktivitas rumah
sakit.
Tidak ada baku mutu atau peraturan yang Tidak
4
dilanggar.
C.6 Aktivitas Rumah Sakit Menyediakan TPS terpisah dan Geo-Fisik-Kimia Timbulan sampah Berdasarkan observasi lingkungan, tidak terdapat DPH Lokasi studi dan saluran 25 Tahun
tertutup (Organik; An-Organik; B3; ceceran sampah yang menumpuk di sepanjang drainase internal
Infeksius dan Non-Infeksius) 1 jalan lingkungan maupun jalan utama Kelurahan Ya
Kleak. Namun, sampah banyak terdapat di
beberapa titik saluran drainase.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
timbulan sampah menjadi perhatian oleh
perwakilan masyarakat lingkungan 1 Kelurahan
2 Ya
Kleak. Sampah seringkali menyumbat saluran
drainase yang berada pada ruas jalan internal RSJ
Ratumbuysang sehingga mengakibatkan banjir.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, ada
kekhawatiran masyarakat yang timbul mengenai
3 Ya
timbulan sampah terutama sampah medis apabila
kegiatan RSUD beroperasi,
Timbulan sampah yang tidak terkelola dengan baik
akan berpotensi melanggar peraturan yang ada
4 Ya
salah satunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah.
C.7 Aktivitas Rumah Sakit Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Kesempatan Kerja dan Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
1 Ya
sekitar lokasi kegiatan pada saat Berusaha wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Aktivitas rumah sakit, akan memunculkan peluang
usaha -usaha baru yang mendukung aktivitas
rumah sakit, seperti usaha penyediaan penginapan
2 bagi penunggu pasien yang dirawat, dll. Usaha- Ya
usaha baru tersebut akan memberikan multiplier
effect, yang berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat di wilayah studi
Ada kekhawatiran masyarakat terkait aktivitas
rumah sakit akan membuat lingkungan menjadi
3 Ya
kumuh akibatnya banyaknya pelaku usaha di
sekitar rumah sakit.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidalk
yang dilakukan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-85 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
C.8 Aktivitas Rumah Sakit Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Pendapatan Masyarakat Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
sekitar lokasi kegiatan pada saat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional tersebut
dengan informasi lowongan Aktivitas rumah sakit akan mendorong tumbuhnya
pekerjaan yang tersedia usaha-usaha baru yang mendukung kegiatan
rumah sakit. Usaha-usaha baru yang muncul akan
menyebabkan adanya penerimaan tenaga kerja
2 Ya
tidak langsung. Karyawan dan pelaku usaha baru
akan mempunyai pendapatan, sehingga akan
berpengaruh terhadap kegiatan sosial ekonomi
masyarakat
Ada kekhawatiran masyarakat terkait aktivitas
rumah sakit akan membuat lingkungan menjadi
3 Ya
kumuh akibatnya banyaknya pelaku usaha di
sekitar rumah sakit
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja
C.9 Aktivitas Rumah Sakit Selalu melakukan sosialisasi Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
dengan masyarakat sekitar lokasi Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Kleak
kegiatan selama kegiatan tersebut
operasional Rumah Sakit Aktivitas rumah sakit, akan memunculkan peluang
berlangsung usaha -usaha baru yang mendukung aktivitas
rumah sakit, seperti usaha penyediaan penginapan
2 bagi penunggu pasien yang dirawat, dll. Usaha- Ya
usaha baru tersebut akan memberikan multiplier
effect, yang berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat di wilayah studi
Ada kekhawatiran masyarakat terkait aktivitas
rumah sakit akan membuat lingkungan menjadi
kumuh akibatnya banyaknya pelaku usaha di
3 sekitar rumah sakit dan akan meningkatkan Ya
kebisingan dari kendaraan ambulans yang dapat
mengganggu kenyamanan masyarakat di wilayah
studi
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
C.10 Aktivitas Rumah Sakit Penempatan TPS tertutup dan Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan observasi lapangan, tidak ditemukan Tidak DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
terpisah (Organik; An-Organik; B3; Masyarakat adanya dampak prevalensi penyakit dari kegiatan Kleak
Infeksius dan Non-Infeksius) 1 eksisting (RSJ). Sehinggga tidak ada penambahan
beban dampak lingkungan pada dampak
prevalensi penyakit.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
prevalensi penyakit dari aktivitas rumah sakit
2 bukan merupakan dampak yang memegang
peranan penting di dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat akan aktifitas
rumah sakit. Dalam konsultasi publik, masyarakat
sangat mendukung dibangunnya RS, namun
3 Tidak
demikian masyarakat meminta pengelolaan limbah
dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi
penularan penyakit pada masyarakat.
Pengoperasian rumah sakit berpotensi sebagai
4 tempat penularan penyakit. Adanya interaksi Ya
antara pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung
dapat mengakibatkan infeksi nosokomial. RSUD

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-86 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
akan membuat aturan untuk mencegah infeksi
nosokomial sesuai dengan Permenkes No.66
Tahun 2016
C.11 Aktivitas Rumah Sakit SOP pelayanan kesehatan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan observasi lapangan, beban dari DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
Masyarakat dampak pelayanan kesehatan dari aktivitas rumah Kleak
1 sakit tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena Tidak
kondisi eksisting RSJ hanya fokus melayani pasien
gangguan jiwa. .
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dalam tahap
operasi RS, dibutuhkan pelayanan kesehatan yang
baik untuk meningkatkan kepuasan
pasien/pengguna rumah sakit. Jika hal ini
dilakukan, akan timbul persepsi positif dari
masyarakat yang akan meningkatkan image
2 Ya
RSUD. Dalam konsultasi publik, masyarakat
sangat mendukung dibangunnya RS, karena bisa
meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan
kesehatan. Masyarakat juga mengharapkan agar
keberadaan RSUD ini bisa menjangkau semua
lapisan masyarakat.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat akan
3 Tidak
pelayanan kesehatan di RSUD.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit mengacu
pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan melalui Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS). RSUD masih tahap awal untuk melakukan
4 Tidak
pelayanan RS tipe B di Provinsi Sulawesi Utara.
Setelah berjalan kegiatan operasional RS,
diharapkan RSUD melakukan persiapan dalam
melakukan akreditasi sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh KARS.
C.12 Aktivitas Rumah Sakit Penyediaan lahan parkir yang Transportasi Darat Bertambahnya Volume Berdasarkan data sekunder lalu lintas yang DPH Ruas Jalan Bethesda 25 Tahun
memadai dan mengikuti saran dan Kendaraan didapat dari google street, tingkat kepadatan pada
1 Ya
rekomendasi Andalalin ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada
2 Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado
Berdsarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda
Berdasarkan berita yang beredar, kecederungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tdk
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
C.13 Pengoperasian Helipad - Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum Tidak DPH namun
Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak perlu dikelola dan
tersebut. dipantau
Kegiatan pengoperasian helipad akan dilakukan
selama RSUD beroperasi namun pada kondisi
darurat. Sehingga, tergolong impulsive noise atau
2 Tidak
kebisingan sesaat pada satu waktu tertentu
sehingga kebisingan yang dirasakan di pemukiman
penduduk di sekitar lokasi kegiatan tidak signifikan.

3 Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait Ya


pengoperasian helipad akan menyebabkan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-87 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
peningkatan kebisingan yang tinggi dan dapat
mengganggu kenyamanan masyarakat di wilayah
studi.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
C.14 Pengoperasian Helipad Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Pada saat survei awal/observasi lapang, Tidak DPH namun
kebisingan di area rencana proyek masih relatif perlu dikelola dan
rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih dipantau
1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
rendah.
Kegiatan pengoperasian helipad akan dilakukan
selama RSUD beroperasi namun pada kondisi
darurat. Sehingga, tergolong impulsive noise atau
2 Tidak
kebisingan sesaat pada satu waktu tertentu
sehingga kebisingan yang dirasakan di pemukiman
penduduk di sekitar lokasi kegiatan tidak signifikan.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 terhadap dampak kebisingan yang ditimbulkan dari Tidak
kegiatan pengoperasian helipad selama Tahap
Operasi.
Peningkatan kebisingan akibat kegiatan
pengoperasian helipad selama Tahap Operasi
diperkirakan tidak akan melebihi baku mutu
4 lingkungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Tidak
Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan untuk area pemukiman yaitu sebesar
55+3 dB(A).
C.15 Pemeliharaan bangunan SOP Pelayanan Kesehatan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan observasi lapangan, beban dari Tidak Tidak DPH namun
dan fasilitas Masyarakat dampak pelayanan kesehatan dari pemeliharaan perlu dikelola dan
1 bangunan dan fasilitas tidak signifikan. Hal ini dipantau di dalam
disebabkan karena kondisi eksisting RSJ hanya RKL-RPL
fokus melayani pasien gangguan jiwa..
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
pelayanan kesehatan dari pemeliharaan bangunan
2 dan fasilitas bukan merupakan dampak yang
memegang peranan penting di dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait dengan Tidak
3
pemeliharaan bangunan dan fasilitas RS.
Dalam proses pemeliharaan bangunan dan Tidak
fasilitas RS, kegiatan pelayanan rumah sakit tetap
berjalan sebagaimana mestinya, sehingga tidak
mengganggu pelayanan. Upaya yang dilakukan
4
RSUD untuk pemeliharaan bangunan dan fasilitas
RS dengan melakukan pengaturan waktu
pemeliharaan (dilakukan pada saat tidak terpakai)
dan isolasi lokasi dengan penghalang.
C.16 Pemeliharaan bangunan Pengecekan sarana pemadam Kesehatan Keamanan dan Berdasarkan hasil observasi lapangan dan Tidak Tidak DPH namun
dan fasilitas kebakaran dan jalur evakuasi sesuai Masyarakat keselamatan pasien/ konsultasi publik, tidak ditemukan adanya dampak perlu dikelola dan
SOP K3 di dalam gedung masyarakat terganggunya keamanan dan keselamatan pasien dipantau di dalam
1 dan/atau masyarakat dari aktivitas pemeliharaan RKL-RPL
bangunan dan fasilitas. Sehingga, Tidak ada
beban dampak lingkungan dari aktivitas
pemeliharaan bangunan dan fasilitas penunjang.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-88 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
Dalam tahap operasi RS, dibutuhkan pemeliharaan Tidak
bangunan dan fasilitas RS untuk meningkatkan
keamanan dan kenyamanan pasien, tenaga
kesehatan dan pengunjung RS. Jika hal ini
dilakukan, akan timbul persepsi positif dari
2 masyarakat yang akan meningkatkan image
RSUD. Berdasarkan hasil konsultasi publik,
dampak keamanan dan keselamatan pasien
dan/atau masyarakat bukan merupakan dampak
yang memegang peranan penting di dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait dengan Tidak
3
pemeliharaan bangunan dan fasilitas RS.
Adanya potensi kebakaran di area gedung RSUD Tidak
dapat terjadi karena adanya korsleting listrik atau
human error. RSUD selaku pemrakarsa telah
merencanakan dan mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bahaya kebakaran dengan melakukan
pemeriksaan rutin pada sistem proteksi kebakaran
4 untuk meminimalkan dampak kebakaran. Instalasi
sistem proteksi kebakaran yang dipasang
mengacu pada Permen PU no 29 tahun 2006
maupun kewajiban untuk melakukan penanganan
proteksi aktif dan pasif gedung sesuai dengan
Permen PU No. 26 Tahun 2008 dan Permen PU
No. 20 Tahun 2009.
C.17 Pengelolaan limbah 1. Penggunaan IPAL sesuai dengan Kesehatan Sanitasi Lingkungan Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi DPH Lokasi studi dan 25 Tahun
SOP dan pengurusan izin Masyarakat sanitasi lingkungan masih baik (tidak ada ceceran pemukiman penduduk
pembuangan limbah cair 1 sampah padat di sekitar lokasi kegiatan). Tidak terutama di Lingkungan 1
2. Penggunaan Incenerator sesuai Sehingga, beban dampak dari penurunan sanitasi Kelurahan Kleak
lingkungan tidak signifikan.
dengan SOP dan pengurusan izin
penggunaan incenarator Dalam mengelola limbah rumah sakit, dibutuhkan
3. Optimalisasi TPS (Organik; An- suatu prosedur yang mengacu pada peraturan dan
Organik; B3; Infeksius dan Non- pengawasan yang ketat. Jika hal ini dilakukan,
dapat mencegah persepsi negatif dari
Infeksius) sesuai SOP 2 Ya
masyarakat.Berdasarkan hasil konsultasi publik,
masyarakat sangat mengharapkan agar pihak
RSUD memperhatikan aspek sanitasi lingkungan
dari aktivitas pengelolaan limbah.
Dalam konsultasi publik, ada kekhawatiran
masyarakat mengenai limbah rumah sakit baik
limbah cair/padat. Masyarakat mengharapkan
3 pengelolaan limbah terutama limbah Ya
medis/infeksius supaya dikelola dengan baik, tidak
mencemari lingkungan supaya tidak berdampak
pada masyarakat sekitar RS.
RSUD telah merencanakan bebarapa alternatif
untuk mengelola limbah rumah sakit, untuk limbah
cair RSUD telah mempunyai Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) yang akan ditambah
4 kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan. Tidak
Sedangkan untuk limbah medis padat akan
dikelola dengan fasilitas autoclave sebelum
diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin dari
KLHK..

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-89 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Sejak Awal Kesimpulan Batas waktu
No. Berpotensi Lingkungan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Sebagai Bagian dari Rencana (DPH/Tidak DPH) kajian
Menimbulkan Dampak Dampak
Kegiatan
Lingkungan
C.18 Pengelolaan limbah 1. Penggunaan IPAL sesuai dengan Kesehatan Keamanan dan Berdasarkan hasil observasi lapangan dan Tidak Tidak DPH Lokasi studi dan 25 Tahun
SOP dan pengurusan izin Masyarakat keselamatan pasien/ konsultasi publik, tidak ditemukan adanya dampak pemukiman penduduk
pembuangan limbah cair masyarakat keamanan dan keselamatan pasien dan/atau terutama di Lingkungan 1
1
2. Penggunaan Incenerator sesuai masyarakat dari aktivitas pengelolaan limbah. Kelurahan Kleak
Sehingga, Tidak ada beban dampak lingkungan
dengan SOP dan pengurusan izin
dari aktivitas pengelolaan limbah..
penggunaan incenarator
3. Dilengkapi dengan SOP K3 di Dalam mengelola limbah rumah sakit, dibutuhkan Tidak
dibutuhkan suatu prosedur yang mengacu pada
dalam gedung (SOP pengecekan
peraturan dan pengawasan yang ketat. Jika hal ini
alat dan sarana pemadam
dilakukan, dapat mencegah persepsi negatif dari
kebakaran) masyarakat. Berdasarkan hasil konsultasi publik,
2
aspek keamanan dan keselamatan pasien
dan/atau masyarakat pada saat pengeloaan
limbah bukan merupakan komponen yang
memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Dalam konsultasi publik, tidak ada kekhawatiran Tidak
masyarakat terkait aspek keamanan keamanan
3
dan keselamatan pasien dan/atau masyarakat
pada saat aktivitas pengelolaan limbah.
RSUD telah merencanakan beberapa alternatif Tidak
untuk mengelola limbah rumah sakit, untuk limbah
cair RSUD telah mempunyai Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) yang akan ditambah
4 kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan untuk limbah medis padat akan diolah
terlebihi dahulu dengan autoclave sebelum
diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin dari
KLHK.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-90 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-91 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
DAMPAK POTENSIAL
Rencana Komponen fisik kimia
Kegiatan 1) Kualitas Udara DAMPAK PENTING HIPOTETIK
 Pra 2) Kebisingan
Konstruksi 3) Getaran Komponen Fisik Kimia
 Konstruksi 4) Kualitas Air Permukaan 1) Kualitas Udara
 Operasi 5) Air Limpasan 2) Kebisingan
6) Potensi Longsor 3) Kualitas Air Permukaan
7) Ketersediaan Air 4) Air Limpasan
8) Timbulan sampah
Rona
Lingkungan
Komponen fisik kimia Komponen Sosekbud
Hidup Awal
Identifikasi 9) Flora dan Fauna Darat 5) Kesempatan Kerja dan Berusaha
 Fisika- Evaluasi
Dampak 6) Pendapatan masyarakat
Kimia Dampak
Potensial Komponen Sosekbud 7) Persepsi dan sikap masyarakat
 Biologi Potensial
10) Kesempatan Kerja dan Berusaha
 Sosekbud
11) Pendapatan masyarakat
12) Persepsi dan sikap masyarakat Komponen Kesling dan Kesmas
8) Prevalensi Penyakit
Saran Komponen Kesehatan Masyarakat 9) Sanitasi Lingkungan
pendapat 13) Prevalensi Penyakit  Studi 10) Pelayanan Kesehatan
tanggapan Matrik 14) Sanitasi Lingkungan literatur 11) Timbulan sampah

Kegiatan Lain
Di Sekitar Tenaga Ahli
Lokasi Komponen ruang dan transportasi  Proffesional
Kegiatan 17) Bertambahnya Volume Kendaraan judgement 12
 Konsultasi
publik
17

Gambar 1.35 Bagan Alir Proses Pelingkupan.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-91 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Intera Pelayanan Kesehatan  Survey
Sede
ksi Keamanan dan keselamatan lapangan Komponen Transportasi Darat
pasien/masyarakat  Diskusi 12) Bertambahnya Volume
Berdasarkan uraian hasil evaluasi dampak potensial diatas, diperoleh 12 jenis dampak penting
hipotetik dari 17 dampak potensial yang diprakirakan terjadi akibat rencana kegiatan pembangunan
Rumah Sakit. Dampak penting hipotetik tersebut akan dikaji lebih lanjut secara cermat dan mendalam
pada bagian “Prakiraan Dampak Penting” di dalam dokumen ANDAL untuk menentukan besaran dan
sifat kepentingan dampak. Adapun jenis-jenis dampak lingkungan hasil proses pelingkupan adalah
sebagai berikut (Tabel 1.28).

Tabel 1.28 Dampak Penting Hipotetik.

No Sumber Dampak Dampak Penting Hipotetik


Tahap Konstruksi
Kesempatan Kerja dan Berusaha
1. Rekruitmen tenaga kerja Pendapatan Masyarakat
Persepsi dan Sikap Masyarakat
Kualitas Udara Ambien
Kebisingan
Mobilisasi dan demobilisasi
2. Persepsi dan Sikap Masyarakat
alat dan material
Prevalensi Penyakit
Bertambahnya Volume Kendaraan
Persepsi dan Sikap Masyarakat
3 Pembongkaran RSJ
Bertambahnya Volume Kendaraan
Kualitas Udara Ambien
Penimbunan dan Pemadatan Kebisingan
4.
Tanah Prevalensi Penyakit
Bertambahnya Volume Kendaraan
Kebisingan
Pembangunan RSUD dan
5. Air Limpasan (Banjir)
fasilitas penunjang
Persepsi dan Sikap Masyarakat
Kesempatan Kerja dan Berusaha
Pelepasan Tenaga Kerja
6. Pendapatan Masyarakat
Konstruksi
Persepsi dan Sikap Masyarakat
Tahap Operasi
Kesempatan Kerja dan Berusaha
Penerimaan Tenaga Kerja
1. Pendapatan masyarakat
Operasi
Persepsi dan Sikap Masyarakat
Kualitas Air Permukaan
Kesempatan Kerja dan Berusaha
Pendapatan masyarakat
Persepsi dan Sikap Masyarakat
2. Aktivitas Rumah Sakit
Prevalensi Penyakit
Pelayanan Kesehatan
Timbulan Sampah
Bertambahnya Volume Kendaraan
3. Pengelolaan Limbah Sanitasi Lingkungan

Selain dampak penting hipotetik (DPH), terdapat dampak tidak penting hipotetik yang tetap dikelola
dan dipantau yaitu:

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-92 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.29 Dampak tidak penting hipotetik yang perlu dikelola dan dipantau.

Sumber Dampak Dampak Lain Yang Dikelola dan Dipantau


PRAKONSTRUKSI
Relokasi Penghuni Rumah Dinas RSJ Ratumbuysang Persepsi dan sikap masyarakat
Sosialisasi Rencana Kegiatan Persepsi dan sikap masyarakat
Pemindahan Pasien dan fasilitas RSJ Keselamatan dan kesehatan pasien RSJ
KONSTRUKSI
Pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang Kualitas udara ambien
Kebisingan
Sanitasi Lingkungan
Kualitas air permukaan
Penimbunan dan pemadatan tanah Sedimentasi
Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang Getaran
Keberadaan Bangunan Cagar Budaya (Benteng
Belanda)
OPERASI
Pengoperasian Helipad Kebisingan
Persepsi dan sikap masyarakat
Pemelliharaan Bangunan dan fasilitas Pelayanan Kesehatan
Keamanan dan keselamatan pasien/masyarakat

1.8 RINGKASAN BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS KAJIAN

1.8.1 Batas Wilayah Studi


Penentuan batas wilayah studi disesuaikan dengan karakteristik aktivitas dan besaran dampak
kegiatan yang diprakirakan timbul serta jangkauan atau penyebarannya. Batas wilayah studi
ditentukan berdasarkan pertimbangan luas sebaran daerah dampak yang terpengaruh oleh kegiatan
proyek dan jenis dampak penting yang mungkin timbul. Batas wilayah studi ini merupakan batas
terluar dari hasil tumpang susun (overlay) batas proyek, ekologis, sosial dan administrasi (Peta 1.4).
Selanjutnya penentuan batas wilayah studi untuk kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara diuraikan sebagai berikut.

1.8.1.1 Batas Proyek


Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan dilakukan, termasuk
komponen kegiatan Tahap Pra-Konstruksi, Konstruksi dan Pasca Operasi yang meliputi tapak proyek
dan di dalamnya termasuk fasilitas pendukungnya. Batas proyek RSUD Sulawesi Utara ini adalah ±
3,88 Ha (38.800 m2).

1.8.1.2 Batas Ekologis


Batas ekologi yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dikaji mengikuti media lingkungan masing-masing (seperti air dan
udara). Sebaran debu dan kebisingan diperkirakan akan menyebar pada radius ± 250 meter dari
lokasi studi. Sementara itu, kualitas air permukaan pada badan air penerima diperkirakan akan
terganggu dari

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-93 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
aktivitas operasi. Sebaran dampak kualitas air permukaan mengikuti arah aliran drainase di dalam
dan di sekitar lokasi kegiatan.

1.8.1.3 Batas Sosial


Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah
mapan (termasuk sistem dan struktur sosial) sesuai proses dan dinamika sosial suatu kelompok
masyarakat. Pemukiman penduduk yang diperkirakan terkena dampak berada di Kelurahan Kleak
(Lingkungan 1, 2 dan 3) serta Kelurahan Sario Tumpaan (Lingkungan 2).

1.8.1.4 Batas Administratif


Batas administrasi wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti desa, kelurahan, kecamatan,
kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas diatas. Dengan menumpangsusunkan
(overlay) batas administratif wilayah pemerintahan dengan tiga peta batas seperti tersebut di atas,
maka akan terlihat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan/atau provinsi mana saja yang masuk
dalam batas proyek, batas ekologis dan batas sosial. Batas adminstrasi dari kegiatan ini adalah
Kelurahan Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan (Lingkungan 2).

1.8.2 Batas Waktu Kajian


Berdasarkan hasil identifikasi DPH yang akan digunakan dalam kajian ANDAL dan juga batas wilayah
studi, maka disusun batas waktu kajian untuk mengkaji setiap Dampak Penting yang diprakirakan
timbul. Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Dalam studi ini batas waktu kajian disesuaikan dengan
rentang waktu kemungkinan dampak terjadi pada tiap tahapan kegiatan. Prakiraan dampak setiap
DPH akan dianalisis pada waktu kajian sesuai dengan informasi sebagai berikut.

Tabel 1.30 Batas waktu kajian dari masing-masing dampak penting hipotetik.

No Sumber Dampak Dampak Penting Hipotetik Batas Waktu Kajian


Tahap Konstruksi
1. Rekruitmen tenaga kerja Kesempatan Kerja dan Berusaha 66 hari
Pendapatan Masyarakat 66 hari
Persepsi dan Sikap Masyarakat 66 hari
2. Mobilisasi dan Kualitas Udara Ambien 330 hari
demobilisasi alat dan Kebisingan 330 hari
material
Persepsi dan Sikap Masyarakat 330 hari
Prevalensi Penyakit 330 hari
Bertambahnya Volume Kendaraan 330 hari
3 Pembongkaran RSJ Persepsi dan Sikap Masyarakat 66 hari
Bertambahnya Volume Kendaraan 66 hari
4. Penimbunan dan Kualitas Udara Ambien 30 hari
Pemadatan Tanah
Kebisingan 30 hari
Prevalensi Penyakit 30 hari
Bertambahnya Volume Kendaraan 30 hari
5. Kebisingan 396 hari

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-94 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No Sumber Dampak Dampak Penting Hipotetik Batas Waktu Kajian
Pembangunan RSUD Air Limpasan (Banjir) 396 hari
dan fasilitas penunjang Persepsi dan Sikap Masyarakat 396 hari
6. Pelepasan Tenaga Kerja Kesempatan Kerja dan Berusaha 1 bulan
Konstruksi Pendapatan Masyarakat 1 bulan
Persepsi dan Sikap Masyarakat 1 bulan
Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kesempatan Kerja dan Berusaha 66 hari
Kerja Operasi
Pendapatan masyarakat 66 hari
Persepsi dan Sikap Masyarakat 66 hari
2. Aktivitas Rumah Sakit Kualitas Air Permukaan 25 tahun
Kesempatan Kerja dan Berusaha 25 tahun
Pendapatan masyarakat 25 tahun
Persepsi dan Sikap Masyarakat 25 tahun
Prevalensi Penyakit 25 tahun
Pelayanan Kesehatan 25 tahun
Timbulan Sampah 25 tahun
Bertambahnya Volume Kendaraan 25 tahun
3. Pengelolaan Limbah Sanitasi Lingkungan 25 tahun

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-95 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
124°50'O"E

Rencana Penyusunan AMDAL Kegiatan


Pembangunan RSUD Kelas B Kota
Manado, Sulawesi Utara

Batas Wilayah Study


- = ===
7 5 150 300Meiers

Sistem Koordinat: GCS WGS 1984


Datum: WGS 1984
s Unit: Degree

Legenda
-- Jalan
...rv-- Sungai
(} 8atas Proyek
~ 8atas Ekologi Kualitas Air Permukaan
c:::J 8atas Ekologi Kualitas Udara dan Kebisingan

a
8atas Sosial Ekonomi
8atas Wilayah Studi
8atas Kelurahan
o 8atas Kecamatan
C~ 8atas Kabupaten

Sumber:
- Batas Adminislrasi dari BPS, 2016
- Peta Rupabumi Indonesia Kota Manado, skala 1 : 50.000

\
\
\
\
\
\
\
\
\
\
\
KEl!URAHAN
MALALAYANG
Z I T'iMUR Versi: 01 No Proyek:SMl9347
KEC.wANEA Skala: 1:6,000 Digambar: YH
~ KELURA~~
Ukuran: A3 Diperiksa: IA
f'

c:
MALALAYANG I
Tanggal: 11712019 Disetujui: APD
KELURAHAN
KAROMBASAN
UTARA

Hatfield
H:lProject\Active_ProjecIISMI9347\LayoullPela Balas Wilayah SludLmxd

Peta 1.4 Peta Batas Wilayah Studi.


ANDAL RSUD Sulawesi Utara 1-96 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
BAB 2. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1 GEO-FISIK KIMIA

2.1.1 Klimatologi dan Meteorologi


Kondisi iklim di tapak proyek pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara diperoleh dari data
klimatologi di Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, Kota Manado dengan koordinat 124°53’54” BT
dan 1°29’54” LS (±8 km dari tapak proyek) selama periode pengukuran lima tahun (2013-2017).

Berdasarkan data pengukuran selama 5 tahun, pola curah hujan di sekitar tapak proyek
(Gambar 2.1) mengikuti pola monsunal dengan curah hujan bulanan terendah (134,4 mm) terjadi
pada bulan Oktober dengan puncak hujan rata-rata terjadi pada bulan Januari (532,4 mm). Pola hari
hujan (Gambar 2.2) di tapak proyek mengikuti pola curah hujan bulanan yakni dengan hari hujan
tertinggi terjadi pada bulan Januari (29 hari) dan hari hujan terendah pada bulan September dan
Oktober (14 hari).

Pola hujan monsun pada musim kemarau dipengaruhi oleh pergerakan arah angin dengan angin
dominan bergerak dari Utara dan Barat pada kecepatan angin rata-rata 4,8 m/detik. Sementara itu,
pada musim hujan, arah angin bertiup dari Barat pada kecepatan angin rata-rata sebesar 3,75
m/detik. Kecepatan angin maksimum di tapak proyek adalah 7,1 m/detik dengan frekuensi 7,7%,
sedangkan kecepatan angin rata-rata sepanjang 5 tahun adalah 4,3 m/detik (Gambar 2.3).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-1 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
600.0
532.4

500.0
440.8

400.0 359.4
338.8
319.4
mm

300.0 267.6

197.6 193.6
200.0 174.8 180.8
138.4 134.4

100.0

0.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Sumber: BMKG (2017)

Gambar 2.1 Curah hujan rata-rata bulanan tahun 2013-2017.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
35

30 29
27
26
24 25 25
25
20
20 19
days 17
15
14
15 14

10

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Sumber: BMKG (2017)

Gambar 2.2 Hari hujan rata-rata bulanan tahun 2013-2017.

(a) (b)

Sumber: BMKG (2017)

Gambar 2.3 Windrose arah dan kecepatan angin pada musim kemarau (a) dan
musim hujan (b) selama tahun 2006-2015.

Rata-rata suhu udara di stasiun meteorologi terdekat dengan tapak proyek menunjukkan bahwa suhu
udara minimum dan maksimum selama periode 5 tahun terjadi pada bulan September dengan suhu
udara minimum 22,4°C dan suhu udara maksimum adalah 32,8°C. Rata-rata suhu udara pada periode
sepuluh tahun tahun adalah 26,6°C dengan (Gambar 2.4). Berbanding terbalik dengan pola suhu
udara bulanan di sekitar tapak proyek, kelembaban udara di tapak proyek bervariasi antara 72,0% (di
bulan
Agustus) dan 88,6% (di bulan Januari). Kelembaban udara bulanan di tapak proyek ditunjukkan pada
Gambar 2.5.

32.8 32.8
34.0 32.1 31.7 32.0 32.4
31.3 31.7 31.6 31.1
32.0 30.3 30.2
30.0
26.6 26.8 27.0 27.3 27.2 27.3
28.0 26.4 26.3
25.8 25.7 26.2
26.0
24.0
mm

22.0 23.2 23.1


22.6 22.2 22.5 22.9 23.0 22.9 22.4 22.4 22.4 22.5
20.0
18.0
16.0
14.0
12.0
10.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Sumber: BMKG (2017)

Gambar 2.4 Rata-rata suhu udara bulanan pada periode 2006-2015.

100.0
95.0
88.6 88.4 88.3
90.0 87.2
85.6 85.5 85.1 84.6
85.0
80.0 77.6
76.2
73.6
75.0
%

72.0

70.0
65.0
60.0
55.0
50.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Sumber: BMKG (2017)

Gambar 2.5 Rata-rata kelembaban udara bulanan pada periode 2006-2015.

Berdasarkan klasifikasi iklim koppen, dengan suhu udara, kelembaban dan curah hujan, iklim di tapak
proyek diklasifikasikan sebagai Af (iklim hutan hujan tropis) dengan curah hujan bulanan terkering
lebih dari 60 mm dan suhu udara di atas 18°C dan kelembaban yang tinggi.
2.1.2 Kualitas Udara dan kebisingan
2.1.2.1 Kualitas Udara
Gambaran kondisi kualitas udara ambien sebagai data awal di wilayah studi diperoleh dengan
pengukuran secara langsung di lapangan. Pengukuran dilakukan pada tanggal 6-10 Oktober 2018 di
empat (4) lokasi pengukuran dalam wilayah studi seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Titik pengambilan sampel kualitas udara ambien.

Kode Koordinat
Kelurahan Kecamatan Keterangan
Lokasi Bujur Timur Lintang Selatan
Gedung Fakultas
U1 Kleak Malalayang 1°27' 39,200" N 124°49' 46,400" E Kesehatan
Masyarakat
U2 Sario Tumpaan Malalayang 1°27' 56,800" N 124°49' 57,000" E Perumahan
Kleak Malalayang RSJ
U3 1°27' 46,700" N 124°49' 52,800" E
Ratumbuysang
U4 Kleak Malalayang 1°27' 40,200" N 124°49' 54,300" E Perumahan
Sumber: Data primer, 2018.
Keterangan: U=Titik pengukuran kualitas udara ambien.

Udara ambien memiliki kualitas yang mudah berubah dan ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor meteorologi, demografi, cuaca dan sumber emisi. Faktor meteorologi,
demografi dan cuaca merupakan faktor alam yang sulit dikendalikan atau bahkan tidak mungkin
diubah kondisinya. Sedangkan untuk sumber emisi merupakan faktor buatan manusia yang dapat
diubah dan dikendalikan.

Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas udara ambien dari 4 lokasi kemudian dibandingkan
dengan nilai baku mutu yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Berdasarkan data yang tertera pada
Tabel 2.2, terlihat bahwa konsentrasi seluruh parameter kualitas udara ambien masih memenuhi nilai
baku mutu yang berlaku, baik dari parameter gas (CO, SO2, O3 dan NO2) maupun partikulat (TSP,
PM10 dan PM2,5).

Tabel 2.2 Kualitas udara ambien di wilayah studi.

Lokasi Sampling
No. Parameter Unit Baku Mutu
U1 U2 U3 U4
A. Fisika
1 Temperatur udara o
C - 26,8-33,6 26,7-30,5 26,4-33,1 27,8-33,5
%
2 Kelembapan udara 60,8-66,6 64,2-68,6 59,6-68,6 60,6-66,2
3 Tekanan udara % - 752,7 750,8 750,7 750,6
4 Kecepatan angin meter/detik - 0,8-2,6 0,6-0,7 0,3-1,3 0,5-1,3
B. Gas
1 Karbon Monoksida, CO µg/Nm3 30.000/1 jam <5.000 <5.000 <5.000 <5.000
2 Sulfur Dioksida, SO2 3 900/1 jam <20 <20 <20 <20
µg/Nm
3 Oksidan, O3 3 235/1 jam <10 <10 <10 <10
µg/Nm
4 Nitrogen Dioksida, NO2 3 400/1 jam <20 <20 <20 <20
µg/Nm
Lokasi Sampling
No. Parameter Unit Baku Mutu
U1 U2 U3 U4
C. Partikulat
5 Debu, TSP µg/Nm3 230/24 jam 18 19 11 <10
6 PM10 3 150/24 jam <10 12 <10 <10
µg/Nm
PM2,5 3
7 µg/Nm 65/24 jam <10 <10 <10 <10
Sumber: Data primer, 2018.
Keterangan: Baku mutu PPRI No. 41 Tahun 1999 Lampiran Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) Nasional.

Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa nilai kadar masing-masing parameter gas masih di bawah nilai baku
mutu yang ditetapkan, bahkan seluruh parameter gas di semua lokasi pengukuran, konsentrasi yang
terukur di bawah nilai limit deteksi alat. Untuk partikulat, semua parameternya juga masih memenuhi
nilai baku mutu walaupun memiliki konsentrasi yang relatif bervariasi, yaitu TSP menunjukkan kisaran
<10-19 µg/Nm3, (BM = 230 µg/Nm3), PM10 berkisar <10-12 µg/Nm3 (BM=150 µg/Nm3) dan PM2,5
seluruhnya berada di bawah limit deteksi alat, yaitu <10 µg/Nm3 (BM= 65 µg/Nm3).

Selain itu, berdasarkan hasil survei di lapangan, diperoleh informasi bahwa lokasi titik reseptor sensitif
terdekat terhadap penurunan kualitas udara yang berdekatan dengan tapak proyek berjarak ±10
meter dari tapak proyek yang terletak di Kelurahan Kleak.

2.1.2.2 Kebisingan
Lokasi pengukuran tingkat kebisingan adalah sebanyak 4 lokasi yang ditentukan berdasarkan
keberadaan reseptor sensitif seperti permukiman, tempat peribadatan dan fasilitas pendidikan yang
diprakirakan akan terkena dampak kebisingan yang berada di sekitar area tapak proyek (Tabel 2.1).
Pengukuran kebisingan dilakukan di lokasi yang sama dengan pengukuran kualitas udara ambien
dengan menggunakan integrated sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5 yaitu
Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik dan dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu
pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) yang dibagi dalam interval waktu malam yaitu
pukul
22.00-06.00 (LM) dan interval waktu siang yaitu pukul 06.00-22.00 (LS) sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

Tabel 2.3 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan (LSM) di 4 titik pengukuran masih memenuhi baku
tingkat kebisingan untuk area permukiman berdasarkan KepmenLH No. 48/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan (55+3 dB(A)). Secara umum, tingkat kebisingan tertinggi yang terukur adalah 50,2
dB(A) di titik N-4 yang berlokasi di Kelurahan Kleak dengan jarak 55 meter dari tapak proyek.
Sedangkan tingkat kebisingan terendah terukur di titik N-1 yang terletak di Kelurahan Kleak yaitu
sebesar 47,9 dB(A).

Tabel 2.3 Tingkat kebisingan di wilayah studi.

Baku Lokasi Sampling


Parameter Unit
Mutu* N-1 N-2 N-3 N-4
Kebisingan siang (LS) - 48,0 49,4 50,7 50,7
Kebisingan malam (LM) dB(A) - 42,5 43,1 42,1 43,7
Kebisingan siang-malam (LSM) 55+3 47,9 49,0 49,8 50,2
Sumber: Data primer (2018).
Keterangan: *Baku mutu sesuai dengan KepmenLH No. 48/1996 peruntukkan area permukiman.
2.1.3 Kualitas Air Permukaan
Pengambilan sampel air permukaan dilakukan di drainase lingkungan Kelurahan Sario Tumpaan
(SUW-01) serta drainase pada ruas jalan Bethesda (SUW-02) pada Bulan Oktober 2018. Parameter
dan standar mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Kelas I. Tujuan analisis kualitas air sungai ini untuk memberikan
informasi rona awal kualitas air sungai yang terletak di sekitar lokasi proyek ataupun lokasi wilayah
studi.

Berdasarkan hasil analisis kualitas air sungai (Tabel 2.4), secara umum seluruh parameter fisika,
anion, nutrien, logam terlarut dan organik seluruhnya memenuhi baku mutu sesuai Peraturan
Pemerintah No.
82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I). Namun
demikian, terdeteksi nilai total coliform, fecal coli, Sulfida (H2S), fosfat, COD dan yang melebihi baku
mutu semua lokasi sampling air sungai. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi dari aktivitas domestik
(MCK) dari penduduk yang tinggal berdekatan dengan drainase tersebut.

Tabel 2.4 Hasil analisis kualitas air permukaan.

Hasil Baku Mutu*


PARAMETER Satuan
SUW-01 SUW-02
Fisika
1 Residu Terlarut (TDS) mg/L 413 372 1.000
2 Residu Tersuspensi (TSS) mg/L 21 <1 50
3 Temperatur o
C 30 30 Deviasi 3
Anion & Nutrien
1 pH - 7,06 7,27 6-9
2 Klorida, Cl mg/L 36,5 46,2 -
3 Fluorida, F mg/L 0,2 0,22 0,5
4 Sulfat mg/L 31 34 n/a
5 Sulfida, H2S mg/L 0,24 0,22 0,002
6 Amoniak (N-NH3) mg/L 3 18 n/a
7 Nitrat, NO3-N mg/L < 0,005 0,025 10
8 Nitrit, NO2-N mg/L 0,008 0,009 0,06
9 Total Fosfat, T-PO4 sebagai P mg/L 1,08 2,27 0,2
10 Sianida, CN mg/L < 0,005 < 0,005 0,02
Mikrobiologi
1 Fecal Coliform MPN/100 mL >160000 >160000 1.000
2 Total Coliform MPN/100 mL >160000 >160000 5.000
Logam Terlarut
1 Kromium Hexavalent, Cr6+ mg/L < 0,005 < 0,005 0,05
2 Arsen, As mg/L < 0,005 < 0,005 0,05
3 Boron, B mg/L 0,052 0,046 1
4 Barium, Ba mg/L 0,032 0,035 n/a
5 Kadmium, Cd mg/L 0,0001 0,0001 0,01
6 Kobalt, Co mg/L < 0,001 < 0,001 0,2
7 Tembaga, Cu mg/L < 0,005 < 0,005 0,02
8 Besi, Fe mg/L 0,05 0,14 n/a
9 Mangan, Mn mg/L 0,338 0,54 n/a
Hasil Baku Mutu*
PARAMETER Satuan
SUW-01 SUW-02
10 Timbal, Pb mg/L < 0,001 < 0,001 0,03
11 Selenium, Se mg/L < 0,005 < 0,005 0,01
12 Seng, Zn mg/L < 0,005 < 0,005 0,05
13 Raksa, Hg mg/L < 0,00005 < 0,00005 0,001
Organik
1 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) mg/L 31 33 10
2 Surfaktan mg/L 0,03 0,07 0,2
Sumber: Data Primer, 2018.
Keterangan: *Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
Kelas I. **Nilai batas minimum.

2.1.4 Kualitas Air Bersih


Pengambilan sampel air bersih dilakukan di salah satu perumahan warga Kelurahan Kleak
Lingkungan
1 pada Bulan Oktober 2018. Parameter dan standar kualitas Air Sungai mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian. Tujuan analisis kualitas air bersih ini untuk memberikan
informasi rona awal kualitas air bersih yang terletak di sekitar lokasi proyek ataupun lokasi wilayah
studi.

Berdasarkan hasil analisis kualitas air bersih (Tabel 2.5), secara umum seluruh parameter fisika,
anion, nutrien, logam terlarut dan organik seluruhnya memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang.
Namun demikian, terdeteksi nilai total coliform dan fecal coli yang melebihi baku mutu semua lokasi
sampling air bersih.

Tabel 2.5 Hasil analisis kualitas air bersih

PARAMETER Satuan Hasil Baku Mutu*


Fisika
1 Temperatur o
C 30 Deviasi 3
2 TSS mg/L <1 n/a
3 Warna TCU <5 50
4 Kekeruhan NTU < 0,5 25
5 Bau - Tidak berbau tidak berbau
6 Rasa - Tidak berasa tidak berasa
Kimia dan nutrien
1 pH - 6,97 6.5 – 8,5
2 Klorida mg/L 26,4 n/a
3 Fluorida, F mg/L 0,17 1,5
4 Sulfat mg/L 9 400
5 Sulfida mg/L < 0,002 n/a
6 Nitrat, NO3-N mg/L 2,74 10
7 Nitrit, NO2-N mg/L 0,017 1
8 Total Fosfat (PO4) mg/L 0,44 n/a
PARAMETER Satuan Hasil Baku Mutu*
9 Sianida, CN mg/L < 0,005 0,1
Mikrobiologi
1 Fecal Coliform CFU/100ml >1600 n/a
2 Total Coliform CFU/100ml >1600 50
Logam Berat
1 Kesadahan (CaCO3) mg/L 38 500
6+
2 Kromium Hexavalent, Cr mg/L < 0,005 0,05
3 Arsen, As mg/L < 0,005 0,05
4 Boron, B mg/L < 0,009 n/a
5 Barium, Ba mg/L < 0,086 n/a
6 Kadmium, Cd mg/L 0,0001 0,005
7 Kobalt, Co mg/L < 0,001 0,005
8 Tembaga, Cu mg/L < 0,005 0,005
9 Besi mg/L 0,1 1
10 Mangan mg/L < 0,005 0,5
11 Timbal, Pb mg/L 0,003 0,05
12 Selenium, Se mg/L < 0,005 0,01
13 Seng, Zn mg/L 0,006 15
14 Raksa, Hg mg/L < 0,00005 0,001
Organik
1 DO mg/L 7,3 n/a
2 Surfaktan mg/L < 0,01 0,05
3 Zat Organik (KmnO4) mg/L < 1 10
4 Pestisida Total mg/L < 0,00001 0,1
Sumber: Data Primer, 2018.
Keterangan: * Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang

2.1.5 Kualitas Air Laut


Pengambilan sampel air laut dilakukan di muara Pantai Bahu pada Bulan Oktober 2018. Parameter
dan standar kualitas air laut mengacu pada KepMenLH No. 51 Tahun 2004 Lampiran III (Untuk Biota
Laut). Tujuan analisis kualitas air ini untuk memberikan informasi rona awal kualitas air laut yang
terletak di sekitar lokasi proyek ataupun lokasi wilayah studi.

Berdasarkan hasil analisis kualitas air laut (Tabel 2.6), secara umum seluruh parameter fisika, anion,
nutrien, logam terlarut dan organik seluruhnya memenuhi baku mutu KepMenLH No. 51 Tahun 2004
Lampiran III (Untuk Biota Laut). Namun demikian, terdeteksi nilai total coliform dan nitrat yang
melebihi baku mutu.

Tabel 2.6 Hasil analisis kualitas air laut.

PARAMETER Satuan Hasil Baku Mutu*


Fisika
1 Salinitas ‰ 30 <5
2 TSS mg/L <1 20
3 Kekeruhan NTU 1 <5
4 Kecerahan m 7,2 >5
PARAMETER Satuan Hasil Baku Mutu*
5 Benda terapung - negatif negatif
6 Lapisan Minyak negatif negatif
Tidak
7 Bau - tidak berbau
berbau
8 Temperatur o
C 29 <2
Kimia
1 pH - 7,9 7 – 8,5
2 Sulfida < 0,002 0,002
Nutrien
1 Amoniak 0,17 0,3
2 Nitrat 0,165 0,008
3 Total Fosfat < 0,005 0,015
4 Sianida (Total) < 0,005 0,5
Mikrobiologi
1 Total Coliform CFU/100ml >1600 1000
Logam Berat
1 Kromium Hexavalent, Cr6+ mg/L < 0,005 0,005
2 Arsen, As mg/L < 0,0005 0,012
3 Kadmium, Cd mg/L < 0,0001 0,001
4 Tembaga, Cu < 0,005 0,008
5 Nikel, Ni < 0,001 0,05
6 Timbal, Pb mg/L < 0,001 0,008
7 Seng, Zn mg/L < 0,005 0,05
8 Raksa, Hg mg/L < 0,00005 0,001
Organik
1 BOD <2 20
2 DO 6,53 >5
3 Minyak lemak <1 1
4 Surfaktan < 0,01 1
5 Total Fenol < 0,001 0,002
6 PAH < 0,001 0,003
7 Total Pestisida < 0,00001 0,00001
8 Tributil Tin < 0,00001 0,00001
9 PCB < 0,00001 0,00001
Sumber: Data Primer, 2018.
Keterangan: * KepMenLH No. 51 Tahun 2004 Lampiran III (Untuk Biota Laut).

2.1.6 Hidrologi
Rencana lokasi pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara berada di DAS yakni DAS Gayam, DAS
Sario dengan ketinggian rata-rata 15 - 25 mdpl, lokasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara melintasi anak-
anak sungai dengan karakteristik morfologi masing-masing sungai dijelaskan dalam Tabel 2.7 di
bawah ini.
Tabel 2.7 Karakteristik morfologi sungai di wilayah tapak proyek.

Total Lebar Segmen (m)


Panjang
Nama Panjang Nama
sungai Luas Keliling
Daerah aliran sungai di sungai
utama (Km2) (Km) Tengah Hilir
sungai dalam utama
(km)
DAS (km)
Sario 19.41 14,01 Sario 27,67 32,2 6,73 8,42
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2017.

Berdasarkan data morfologi DAS, maka dapat diprediksi tingkat kerentanan banjir dengan
menggunakan indikator kerapatan aliran (Drainage Density/Dd) di sekitar wilayah proyek dengan nilai
kerapatan aliran pada Sungai Sario adalah 0,7 km/km2. Nilai tersebut menunjukkan bahwa wilayah
alur sungai di sekitar tapak proyek melewati batuan dengan resistensi yang lebih lunak sehingga
angkutan sedimen yang terangkut akan lebih besar. Rata-rata nilai circularity pada Sungai Sario di
wilayah tapak proyek adalah 0,33 sehingga puncak banjir akan cepat terjadi begitu juga dengan
penurunannya.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BMKG Kayuwatu Manado, dapat diprediksi debit
limpasan yang terjadi di lokasi sekitar proyek tapak proyek dengan menggunakan metode FJ Mock.
Hasil yang diperoleh adalah rata-rata debit limpasan pada tahun 2006-2015 sebesar 2,82 l/det,
dengan debit puncak limpasan terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 9,62 l/det. Fluktuasi
perubahan debit limpasan sangat bergantung pada persentase dan jenis tutupan lahan. Jenis
tutupan lahan yang ada di sekitar dan di dalam lokasi proyek tapak proyek dominan terdiri dari
bangunan eksisting dengan luasan yang sama yakni 37.141 m2. Dengan demikian, estimasi
fluktuasi debit limpasan rata-rata
bulanan selama tahun 2006 hingga 2015, dapat dilihat pada Gambar 2.6.
50.00 600
45.00 532 359 175 181 268 319 198 138 194 134 339 441

40.00 500

35.00

Curah hujan (mm)


400
30.00
Debit (L/s)

25.00 300
20.00
15.00 200
9.62
10.00 6.67
100
5.00 2.35 2.96 3.50 2.68
2.07 1.33 0.90 1.66
0.12 0.00
0.00 0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2018.

Gambar 2.6 Grafik perbandingan antara curah hujan (2013-2017) dan aliran limpasan
di wilayah tapak proyek.
124°50'O"E 124°50'40"E

Rencana Penyusunan AMDAL


Kegiatan Pembangunan RSUD Kelas B
Kota Manado, Sulawesi Utara

Daerah Aliran Sungai

.°(:.15==::1°.3 °.6
_ Kilometers

Sistem Koordinat: GCS WGS 1984


Datum: WGS 1984
s Unit: Degree

Legenda
-- Jalan
..,... Sungai

• Batas Proyek
o Batas Kecamatan
CJ Batas Kabupaten
Batas DAS
_ MALALAYANG
_ RANOPASU
SARlO
TONDANO

z
b
N

\
i'-.
r-
Sumber:

( (
- Batas Administrasi dari BPS, 2016
- Batas Daerah Aliran Sungai dari KLHK

/
V
Index

~
, ~
'v
/\~
\ PROVo

1
SULAWESI
~ )
UTARA
f )

t ) D:Areayang Digetak<;n J
/
r

I I \
'\
Versi: 01
Skala: 1:15,000
No Proyek:SMl9347
Digambar: YH

J
)
Ukuran: A3 Diperiksa: IA

c:
)
Disetujui: APD

Tanggal: 1 110120 19

~ Hatfield
H:\ProjectlActive_ProjecIISMI9347ILayoul\Pela DAS.mxd

Peta 2.1 Peta tumpangsusun lokasi studi dengan Peta DAS.


ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-11 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
2.1.7 Geologi
Menurut AC. Effendi dan SS. Bawono (1977), dalam Poedjoprajitno 2009, sebagai penanggung jawab
Peta Geologi Lembar Manado (Peta 2.2) menyusun stratigrafi daerah ini mulai dari yang berusia
Tersier sampai Kuarter. Batuan Tersier tersusun atas breksi, batupasir, batugamping, batuan gunung
api dan batuan sedimen (Ts). Sementara itu, runtunan batuan Kuarter ditempati secara berturut-turut
oleh Batuan Gunung Api Tua (Qtv), Batuan Gunung Api, Muda (Qv), Batugamping Terumbu Koral
(Ql), Endapan Danau dan Sungai (Qs), dan terakhir adalah Aluvium (Qal).

Dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Qal (Aluvium) : zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah dibentuk oleh endapan
alluvium (Qal) berupa lanau pasiran dan endapan pantai, bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan
lumpur. Satuan ini pada umumnya menempati pesisir pantai seperti di Nanasi, Boyongpante,
Sidate dan Tawaang. Di daerah sepanjang pantai utara Bolaang Mongondow seperti Boroko,
Bolangitang, Biontong, Batulintik, Lolak dan Lolan umumnya berupa alluvium dan endapan
pantai. Di Kota Manado zona ini terdapat di Pantai Tumumpa dan di pantai bagian utara
Manado yang berhubungan dengan pantai di Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara).

2) Qs (Endapan Danau dan Sungai) : Pada zona derajat kekuatan geologi teknik rendah
dibentuk dari endapan sungai (Qs) terdapat di daerah sepanjang sungai (DAS) Tondano dari
Kairagi sampai ke muara, daerah pesisir Likupang dan pesisir Tanawangko-Tumpaan.

3) Ql (Batu gamping Terumbu Koral) : Batu gamping terumbu koral, kebanyakan terdapat di
antara daerah pasang naik dan pasang surut. Di barat Amurang dan di Pulau Siladen, batuan
ini telah sedikit terangkat.

4) Qv (Batuan Gunungapi Muda): Lava, Bom, Lapili dan Abu; membentuk gunung api strato
muda, antara lain, G. Soputan, G. Mahawu, G. Lokon, G. Klabat, G. Tangkoko; Lava yang
dikeluarkan oleh G. Soputan dan G. Lokon terutama berkomposisi basal, sedangkan G.
Mahawu dan G. Tangkoko berkomposisi andesit. Satuan ini paling banyak terdapat di daerah
Minahasa dan Bitung.

5) Qtv (Tufa Tondano): Klastika kasar gunung api, yang terutama berkomposisi andesit,
tersusun dari komponen menyudut hingga menyudut tanggung, tercirikan oleh banyak
pecahan batu apung; batu apung lapili, breksi, ignimbrite sangat padat, berstruktur aliran.
Satuan ini membentuk punggungan yang menggelombang rendah, tersebar paling banyak di
daerah Manado, sekitar jalur jalan Tanahwangko – Amurang, daerah sekitar G. Lolombulan di
Kecamatan Tenga dan Sinonsayang.

6) Ts (Breksi, Batupasir, Batugamping, Batuan Gunungapi dan Batuan Sedimen):

(Breksi dan Batupasir) : Terutama breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir


halus hingga kasar (grewak), batulanau dan batulempung berwarna kelabu kecoklatan. Breksi
berkomposisi andesit piroksen.

(Batugamping) : Batugamping terumbu, batugamping pasiran dan batugamping lempungan.


Satuan ini berupa lensa di dalam batuan gunungapu.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-12 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
(Batuan Gunungapi) : Lava, aglomerat dan breksi. Lava, kelabu dan hijau, bersifat andesit,
basal dan diabas; kebanyakan terpecahkan amigdaloid. Aglomerat dan breksi, tersusun
daripada pecahan andesit, sebagian terkersikkan dan mengandung pirit. Breksinya
mengandung sisipan batu pasir hijau tua, rijang, batupasir kwarsa dan batu gamping. Satuan
ini mempunyai hubungan jarijemari dengan batuan sedimen Formasi Tinombo (Tts). Di
daerah Bolaang Mongondow, satuan ini menyusun Pegunungan Buludawa dan juga terdapat
di daerah Bintauna.

(Batuan Sedimen) : Batupasir kasar, grewak, batugamping napalan an batugamping.


Batupasir tersusun terutama dari butiran andesit dan setempat bersifat gampingan.

Terdapat juga sesar mendatar yang memanjang dari baratlaut ke tenggara yang berada di
timurlaut daerah kajian, yang mana keberadaan patahan ini perlu juga menjadikan suatu
perhatian akan potensi bencana geologi yang mungkin akan terjadi.

Daerah studi berada daerah yang mempunyai litologi/batuan berupa batuan volkanik tua
(Volkanik Tondano) yang terdiri dari klastika kasar gunung api, yang terutama berkomposisi
andesit, tersusun dari komponen menyudut hingga menyudut tanggung, tercirikan oleh
banyak pecahan batu apung; batu apung lapili, breksi, ignimbrite sangat padat, berstruktur
aliran, batuan ini berumur Pliosen.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-13 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Rencana Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan RSUD Kelas B Kota
Manado, Sulawesi Utara

Peta Geologi

.... -===~ ........ -~


0.25 0.5 1

Sistem Koordinat: GCS WGS 1984


Datum: WGS 1984
S Unit: Degree

Legenda
--.rv- Sungai
~ Batas Proyek
a Batas Wilayah Studi
-- Garis Kontur ci= 10m
- - - -: Batas Kelurahan
+ .:-=. Batas Kecamatan
C Batas Kabupaten
Jenis Geologi
Alluvium (Oal)
Batuan Gunung Api Muda (Ov)
_ Tufa Tondano (Otv)

Sumber:
- Batas Administrasi dari BPS, 2016
- OEM SRTM 30 meter
- Peta Geologi dari Oirektorat Geologi Indonesia ESOM
No Proyek:SMl9347
Digambar: YH
Diperiksa: IA

c :~
Disetujui: APD

1 1/13/201 8

Hatfield
H:IProjectlAct",e_ProjectISMI93471LayoutIPeGtaeologi.mxd

Peta 2.2 Peta Geologi Lembar Manado (AC. Effendi dan SS. Bawono, 1997) dalam Peodjoprajitno, 2009.
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-14 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
2.1.8 Bencana Alam
Analisis lokasi studi terhadap kerawanan bencana alam berdasarkan tumpang susun terhadap Peta
Rawan Bencana RTRW Kota Manado tahun 2009 – 2029 (Peta 2.3). Berdasarkan hasil tumpang
susun tersebut dapat diperoeh informasi sebagai berikut:

a. Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan aktif, yaitu:
Sesar Amurang - Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang
termasuk dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan sesar Manado – Kema. Berdasarkan
informasi tersebut, lokasi studi termasuk ke dalam kawasan rawan bencana gempa bumi.

b. Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai dengan elevasi rendah
dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang tersebar diseluruh wilayah provinsi.
Berdasarkan hasil tumpang susun, lokasi studi termasuk ke dalam kawasan rawan gelombang
tsunami dengan ketinggian gelombang 5- 10 meter. Tetapi perlu di perhatikan juga tinggi
gelombang tsunami bisa saja lebih dari 10 meter apabila kekuatan gempa yang terjadi
mempunyai kekuatan di atas VI skala MMI dan pusat gempa berada pada lautan dengan
kedalaman yang dangkal.

c. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yang meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu:

1. Gunung Soputan di Minahasa Selatan;

2. Gunung Lokon, dengan ketinggian kurang lebih 1.580 m dpl dan Gunung Mahawu, dengan
ketinggian kurang lebih 1.311 m dpl di Tomohon;

Berdasarkan hasil tumpang susun, lokasi studi tidak termasuk dalam kawasan rawan letusan
Gunung berapi (Gunung Lokon).

Untuk analisis lokasi studi terhadap Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah dilakukan berdasarkan
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Sulawesi Utara yang di keluarkan oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumberdaya
mineral. Berdasarkan hasil tumpang susun lokasi studi dengan Peta Zona Kerentanan Gerakan
Tanah Provinsi Sulawesi Utara (Peta 2.4), Daerah Kota Manado berada pada umumnya
berada zona kerentanan gerakan tanah rendah, menengah dan sebagian kecil berada pada zona
kerentanan gerakan tanah tinggi. Melihat kondisi topografi yang berada pada daerah studi yang
memperlihatkan bentuk topografi yang relatif landai kemungkinan terjadinya gerakan tanah sangat
kecil sekali. Sedangkan keberadaan bukit yang berada di sekitar lokasi studi yang mempunyai
ketinggian yang tidak terlalu tinggi dengan ketinggian 30 m dan juga masih banyaknya vegetasi yang
menutupinya kemungkinan terjadinya longsoran akan sangat kecil sekali kecuali kondisi bukit sudah
mengalami gangguan.

d. Bahaya Likuifaksi, berdasarkan informasi dari hasil penelitian LIPI daerah-daerah di Indonesia
yang berpotensi terjadinya likuifaksi yaitu daerah yang berada di sekitar pesisir antara lain
Banda Aceh, Padang, Benkulu, (Bantul) Yogjakarta (Sumber berita seperti di bawah)

(Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrin Tohari, peneliti bidang Geoteknik LIPI, ada
beberapa wilayah yang juga memiliki potensi mengalami likuifaksi. "Ada beberapa wilayah di
kota Banda Aceh (yang) tinggi potensi likuifaksinya. Di kota Padang juga ada yang potensinya
sangat tinggi sampai sangat rendah," papar Adrin pada kumparan SAINS, Selasa (2/10). Ia

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-15 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
menambahkan bahwa semakin mendekati pantai maka potensi terjadinya fenomena itu
semakin tinggi. Selain itu, Adrin juga menyebut Bengkulu, Bantul, dan juga Cilacap sebagai
daerah yang harus waspada ancaman likuifaksi).

2.1.9 Morfologi Bentuk Lahan dan Topografi


Menurut Poedjoprajitno dan Lumbanbatu (2004) dalam Poedjoprajitno 2009, memisahkan enam
satuan utama geomorfologi Semenanjung Manado, sedangkan satuan geomorfologi yang terdapat
pada daerah penelitian hanya melibatkan empat satuan utama yaitu: satuan geomorfologi yang
berasal dari bentukan struktur (structural origin), aktifitas gunung api (volcanic origin), dan proses dari
laut (marine origin). Sedangkan kelompok sebarannya tidak terllu besar berasal dari bentukan sungai
(fluvial origin). Sebaran hasil kegiatan proses geomorfologi ini berdasarkan persentase luas wilayah
penelitian adalah sebagai berikut: Satuan geomorfologi struktur menempati 25 % dari luas daerah
penelitian, Satuan Geomorfologi Gunungapi menempati 50 %, Satuan Geomorfologi Pantai
menempati 15 %, sedangkan Satuan Geomorfologi Dataran Sunga yang berasal dari proses erosi
sungai menempati 10 %, dari luas daerah penelitian. Peta topografi lokasi studi disajikan pada (Peta
2.5).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-16 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Rencana Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan RSUD Kelas B Kota
Manado, Sulawesi Utara

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-17 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Peta Rawan Bencana

, ,, W~E
N
0_lIIII
o5
c· = 2 KIn

Sistem Koordlnat: GCS WGS 1984


Datum: was 1984
s Un~: Degree

Jalan
• Banjir
Longsor
Gempa Bumi
--- Sesar/Patahan

SUmbar:
- Batas Administrasi dari BPS, 2016
- PIPIB REV XIV dari KLHK
- Basemap ESRI
- Peta Rawan Bencana dari RTRW Kota Manado

No Proyek:SMl9347
Digambar: YH
Ukuran: A3 Dlperiksa: IA

c :~
Disetujul: APD

Tanggal: 1 1113120 18

Hatfield
H IPrqect\Act"e_PJOje<:tISMI9J471Layout\PReoI8wan Bencana mxd

Peta 2.3 Peta tumpang susun lokasi studi terhadap kerawanan bencana alam berdasarkan Peta Rawan Bencana RTRW Kota Manado tahun 2009 – 2029.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-18 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Rencana Penyusunan AMDAL
Kegiatan Pembangunan RSUD Kelas B
Kota Manado, Sulawesi Utara

Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah

_.0[::,5== 2 Ken

Sistem Koordinat: GCS WGS 1984


Datum: WGS 1984
S Unit: Degree

Legenda
-Jalan
~Sungai
t:} Batas Proyek
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

::=: Batas Kecamatan


-I Batas Kabupaten

+ +
Sumber:
- Batas Administrasi dari BPS, 2016
.- ........~. ...I' .... nI'l - PIPIB REV XIV dari KLHK
- Basemap ESRI
- Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah dari Badan Geologi,
Kementrian ESDM
No Proyek:SMl9347
Digambar: YH
Diperiksa: IA

c:~
Disetujui: APD

Hatfield
H:IProjectlActive_Project\SMI93471Layout\Peta Kerentanan Gerakan Tanan.mxd

Peta 2.4 Peta tumpang susun lokasi studi terhadap kerawanan bencana alam berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah.
124°49'30"E 124°50'O"E 124°50'30"E

1· ~'"
KEL. SARlO Rencana Penyusunan AMDAL Kegiatan
UTARA Pembangunan RSUD Kelas B Kota
Manado, Sulawesi Utara
KEL. TELING
ATAS
Peta Topografi
KEL. SARlO
\
\
/-.1
/ .... - = ==~ . .........
0 .1 0. 2
K

0.4

KEC.SARIO
/ Sistem Koordinat: GCS WGS 1984
Datum: WGS 1984
/ S Unit: Degree
/ KEL.
I SARlO KOTA
Legenda
BARU
I ~ Sungai
I s
on
N t(} Batas Proyek
J
Kontur ci= 2,5 m
I
/ -- Kontur Indeks
--..l.. -- Kontur Bantu
L-_l Batas Kelurahan
KEL. WANEA Batas Kecamatan
Batas Kabupaten

I
I
/

/:(y
KEL. RANOTANA
KEL. BAHU

KEL.PAKOWA

<3
3 /
/
/
/

f KEL. KLEAK

/
KEC.MALALAYANG
<,
<, - OEM SRTM 30 meter
<,
<, - Basemap ESRI
....,
Index
I cr· J .~
I
I \~

I
PROVo
SULAWESI
g l} ~
n

1 .
UTARA I;

1984

c :~
Versi: 01
Skala: 1:10,000
\
) Ukuran: A3
~Ey
MALA~YANGI
,g..
J-I Tanggal: 1 /7/2019

/
\
Hatfield
92.Sm

.,p'" > 95m

.<$i'"
-,
i m r YH Diperiksa:
No Proyek:SMl9347
g b : IA Disetujui:
D
a a APD

H :\Proje ellAe,ve _ProjeetlS MI9347\Layout\Peta Topog rafi_ v2.mxd

Peta 2.5 Peta topografi lokasi studi.


2.2 BIOLOGI

2.2.1 Keragaman Flora Darat


Pengambilan data flora dilakukan di 14 plot pengamatan/kuadran berukuran 20 x 20 m2 dengan
mempertimbangkan luas RTH yang kurang dari 1.000 m2. Tercatat sebanyak total 21 jenis flora dari
14 suku berdasarkan hasil inventarisasi di kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang. Titik koordinat plot
pengamatan/kuadran pengambilan data flora ditunjukan pada Tabel 2.8 berikut.

Tabel 2.8 Titik koordinat plot pengamatan/kuadran flora.

No Kuadran/plot Latitude Longitude


1 1°27' 44,297" N 124°49' 48,584" E
2 1°27' 44,297" N 124°49' 49,231" E
3 1°27' 44,296" N 124°49' 49,878" E
4 1°27' 43,646" N 124°49' 48,584" E
5 1°27' 43,646" N 124°49' 49,230" E
6 1°27' 43,645" N 124°49' 49,877" E
7 1°27' 42,995" N 124°49' 48,583" E
8 1°27' 42,995" N 124°49' 49,230" E
9 1°27' 42,994" N 124°49' 49,877" E
10 1°27' 42,993" N 124°49' 50,524" E
11 1°27' 42,344" N 124°49' 48,582" E
12 1°27' 42,343" N 124°49' 49,229" E
13 1°27' 42,343" N 124°49' 49,876" E
14 1°27' 41,692" N 124°49' 49,229" E

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

Gambar 2.7 Kondisi habitat dalam kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang - Manado.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-20 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
124 °5 'onE

Kerangka Acuan AMDAL


RSUD Kelas B
Kota Manado, Sulawesi Utara
I
I
J KELURAHAN
f SARlO Lokasi Titik Pengamatan Flora dan Fauna Darat
KEC.SARIO /
KELURAHAN J

SARlO
TUMPAAN
+ + W-¢-N E .O. _.2i:0==::i40 .. BOMeter.;
Sistem Koordinat: GCS WGS 1984
Datum: WGS 1984
s Unit: Degree

Legenda
Titik Pengamatan Burung
• Titik Kuadran Flora
-- Jalan
...rv- Sungai
KELURAHAN <:} Batas Proyek
RANOTANA
o Petak Pengamatan Flora (20 x 20 meter)
tt} Ruang Terbuka Hijau
Batas Desa
o Batas Kecamatan
CJ Batas Kabupaten
Z
lo
'<t

~ 1 1---

Sumber:
KELURAHAN
- Batas Administrasi dari BPS, 2016
BAHU -Analisis Rencana Sampling Flora Fauna, 2018

Indeks

D:Area yang Dipetakan

~
Versi: 01
Skala: 1:2,000
Ukuran: A3

/ Tanggal: 1

c: 110120 19
No Proyek:SM19347
Digambar: YH Diperiksa IA Disetujui: APD

Hatfield
Peta 2.6 Lokasi pengamatan flora dan fauna di kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang – Manado.
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-21 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tumbuhan Strata Semai dan Pancang

Pada strata semai dan pancang tercatat sebanyak total 20 jenis flora terdiri 12 suku. Terdapat dua
suku yang mendominasi yaitu Euphorbiaceae dan Leguminosae. Jenis-jenis flora dari suku
Euphorbiaceae yang mendominasi hampir disemua plot pengamatan yaitu Akalipa (Acalypha caturus)
dan Mahang (Macaranga spp.), sedangkan jenis-jenis flora dari suku Leguminosae yang
mendominasi diantaranya Sengon (Albizia chinensis), Lamtoro (Leucaena leucocephala), Angsana
(Pterocarpus indicus) dan Asam Jawa (Tamarindus indica).

Tabel 2.9 Daftar sebaran jenis-jenis flora strata semai/pancang pada plot
pengamatan di kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang.

STRATA SEMAI/PANCANG
NAMA LOKAL NAMA ILMIAH SUKU LOKASI DITEMUKAN
Akalipa Acalypha caturus Euphorbiaceae P-01, P-12, P-13, P-14
P-01, P-04, P-05, P-10, P-11, P-12, P-
Alangium Alangium chinenses Cornaceae
13, P-14
Sengon Albizia chinensis Leguminosae P-02, P-03, P-06
Sirsak Annona muricata Annonaceae P-04
Sukun Artocarpus altilis Moraceae P-01
Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae P-05, P-06, P-09, P-12
Belimbing Averrhoa carambola Oxalidaceae P-09
Eboni Diospyros celebica Ebenaceae P-01
Beringin Ficus spp. Moraceae P-07, P-08, P-12, P-13, P-14
P-01, P-02, P-03, P-05, P-06, P-07, P-
Lamtoro Leucaena leucocephala Leguminosae
08, P-09, P-10, P-12, P-13
P-01, P-03, P-04, P-05, P-06, P-07, P-
Mahang Macaranga spp. Euphorbiaceae
08, P-09, P-11, P-12, P-13, P-14
Mangga Mangifera indica Anacardiaceae P-03
Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae P-08,
Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae P-05,
Pachira Pachira aquatica Malvaceae P-01
Angsana Pterocarpus indicus Leguminosae P-05, P-09
Mahoni Swietenia macrophylla Meliaceae P-05, P-10
Asam Jawa Tamarindus indica Leguminosae P-09
Keterangan: P-01 sampai dengan P-014 (Plot Pengamatan/Kuadran).

Tumbuhan Strata Tiang

Pada strata tiang tercatat sebanyak total 10 jenis flora terdiri 7 suku. Sama seperti tumbuhan strata
semai/pancang, suku Euphorbiaceae dan Leguminosae juga mendominasi pada strata tiang. Jenis
flora dari suku Euphorbiaceae yang mendominasi pada strata tiang yaitu Mahang (Macaranga spp.)
dan jenis-jenis flora yang mendominasi dari suku Leguminosae yaitu Sengon (Albizia chinensis),
Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Angsana (Pterocarpus indicus).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-22 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 2.10 Daftar sebaran jenis-jenis flora strata tiang pada plot pengamatan di
kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang.

STRATA TIANG
NAMA LOKAL NAMA ILMIAH SUKU LOKASI DITEMUKAN
Alangium Alangium chinenses Cornaceae P-01, P-07, P-13
Sengon Albizia chinensis Leguminosae P-02, P-03, P-14
Sukun Artocarpus altilis Moraceae P-06
Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae P-06
Eboni Diospyros celebica Ebenaceae P-13
P-01, P-02, P-03, P-04, P-05, P-06, P-
Lamtoro Leucaena leucocephala Leguminosae 07, P-08, P-09, P-10, P-11, P-12, P-13,
P-14
P-03, P-06, P-07, P-08, P-09, P-11, P-
Mahang Macaranga sp Euphrobiaceae
13, P-14
Pachira Pachira aquatica Malvaceae P-01
Angsana Pterocarpus indicus Leguminosae P-13
Kiacret Spathodea campanulata Bignoniaceae P-09
Keterangan: P-01 sampai dengan P-014 (Plot Pengamatan/Kuadran)

Tumbuhan Strata Pohon

Pada strata pohon, suku yang mendominasi yaitu Leguminosae, Meliaceae dan Moraceae. Tercatat
sebanyak delapan jenis tumbuhan yang terdiri dari enam suku yang ditemukan dalam plot
pengamatan. Jenis-jenis yang mendominasi untuk strata pohon diantaranya yaitu Lamtoro (Leucaena
leucocephala), Mimba (Azadirachta indica) dan Nangka (Artocarpus heterophyllus).

Tabel 2.11 Daftar sebaran jenis-jenis flora strata pohon pada plot pengamatan di
kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang.

STRATA POHON
NAMA LOKAL NAMA ILMIAH SUKU LOKASI DITEMUKAN
Alangium Alangium chinenses Cornaceae P-11
Sengon Albizia chinensis Leguminosae P-02, P-03
Nangka Artocarpus heterophylus Moraceae P-01, P-03, P-04
Mimba Azadirachta indica Meliaceae P-01, P-08, P-13
P-01, P-02, P-03, P-05, P-06, P-07, P-08,
Lamtoro Leucaena leucocephala Leguminosae
P-11, P-12, P-13, P-14
Mahang Macaranga spp. Euphrobiaceae P-01, P-03,
Pachira Pachira aquatica Malvaceae P-04, P-07
Angsana Pterocarpus indicus Leguminosae P-03

Indeks Nilai Penting Flora di Kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang

Berdasarkan hasil pendataan flora pada 14 plot pengamatan, jenis Lamtoro (Leucaena leucocephala)
mendominasi disemua strata tegakan (semai/pancang, tiang dan pohon) dengan jumlah individu
paling banyak. Jenis Mahang (Macaranga spp.) mendominasi pada strata semai/pancang dan tiang.
Jenis Alangium (Alangium chinenses), Sengon (Albizia chinensis) dan Akalipa (Acalypha caturus)
merupakan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-23 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
tiga jenis yang dominan hanya pada strata semai/pancang. Indeks Nilai Penting (INP) jenis-jenis yang
terdapat dalam kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang disajikan pada Tabel 2.12.

Status Konservasi Flora

Berdasarkan hasil pendataan flora di 14 plot pengamatan, tidak ada satu jenis flora yang masuk
dalam kategori dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang perubahan atas peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 jenis tumbuhan dan
satwa yang dilindungi. Tiga jenis flora, yaitu Angsana (Pterocarpus indicus), Eboni (Diospyros
celebica) dan Mahoni (Swietenia macrophylla) masuk kedalam daftar merah/red list IUCN
(International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dengan status rentan
(Vulnerable/VU). Empat jenis lainnya yaitu Mimba (Azadirachta indica), Rambutan (Nephelium
lappaceum), Kiacret (Spathodea campanulata) dan Asam Jawa (Tamarindus indica) masuk dalam
daftar merah IUCN dengan status resiko rendah (Least Concern/LC). Satu jenis flora diketahui
berstatus kekurangan data (Data Deficient/DD) yaitu Mangga (Mangifera indica). Berdasarkan hasil
pendataan juga tidak ditemukan jenis-jenis yang terdaftar dalam CITES (Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), peraturan yang mengatur perdagangan
tumbuhan dan satwa secara internasional.

2.2.2 Keragaman Fauna Darat


Pengambilan data fauna dilakukan untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis, status konservasi
dan peranannya dalam ekosistem, terutama jenis-jenis mamalia, burung, reptil dan amfibi di kawasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) areal rencana pembangunan RSJ Prof. Dr. V.L Ratumbuysang (RTH-
RSJ Ratumbuysang) - Manado. Survei fauna dilaksanakan pada empat titik lokasi pengamatan.
Analisis dilakukan dengan menghitung nilai Indeks Kekayaan Jenis Margalef (d), Indeks Kemerataan
Jenis (E), Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dan Indeks Dominansi (D).

2.2.2.1 Burung (Avifauna)


Tercatat sebanyak 16 jenis burung yang teridentifikasi di kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang. Rincian
temuan jenis-jenis burung dalam lokasi studi ditunjukan pada tabel di bawah ini (Tabel 2.13).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-24 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 2.12 Indeks Nilai Penting (INP) jenis-jenis flora di dalam kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang – Manado.

PANCANG/
NAMA LOKAL NAMA ILMIAH SUKU JUMLAH POHON TIANG KR (%) FR (%) DR (%) INP
SEMAI
Lamtoro Leucaena leucocephala Leguminosae 159 58 53 48 0,46 0,18 0,60 1,24
Mimba Azadirachta indica Meliaceae 7 6 1 - 0,02 0,05 0,07 0,14
Mahang Macaranga spp. Euphrobiaceae 50 4 15 35 0,14 0,14 0,10 0,39
Alangium Alangium chinenses Cornaceae 20 1 2 17 0,06 0,10 0,03 0,19
Pachira Pachira aquatica Malvaceae 7 4 1 2 0,02 0,04 0,03 0,09
Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 11 3 1 7 0,03 0,08 0,02 0,13
Eboni Diospyros celebica Ebenaceae 2 - 1 1 0,01 0,03 0,00 0,03
Sengon Albizia chinensis Leguminosae 43 4 7 27 0,12 0,06 0,08 0,27
Angsana Pterocarpus indicus Leguminosae 5 1 1 3 0,01 0,05 0,02 0,08
Sirsak Annona muricata Annonaceae 1 - - 1 0,00 0,01 0,00 0,02
Sukun Artocarpus altilis Moraceae 2 - 1 1 0,01 0,03 0,00 0,04
Mangga Mangifera indica Anacardiaceae 2 - - 2 0,01 0,03 0,00 0,04
Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae 1 - - 1 0,00 0,01 0,00 0,02
Beringin Ficus spp. Moraceae 8 - 1 7 0,02 0,06 0,02 0,10
Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae 2 - - 2 0,01 0,01 0,00 0,02
Kiacret Spathodea campanulata Bignoniaceae 1 -- 1 - 0,00 0,01 0,00 0,02
Asam Jawa Tamarindus indica Leguminosae 1 - - 1 0,00 0,01 0,00 0,02
Belimbing Averrhoa carambola Oxalidaceae 1 - - 1 0,00 0,01 0,00 0,02
Mahoni Swietenia macrophylla Meliaceae 1 - - 1 0,00 0,01 0,00 0,02
Akalipa Acalypha caturus Euphrobiaceae 19 - - 19 0,06 0,05 0,01 0,12
Pinang ekor tupai Wodyetia bifurcata Arecaceace 2 - - 2 0,01 0,01 0,00 0,02

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-25 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 2.13 Daftar jenis burung yang teridentifikasi dalam kawasan RTH-RSUD
Ratumbuysang.

Status Konservasi
Jenis Nama Lokal Suku IUCN
CITES Endemisitas RI
Redlist
Artamus leucorhyn Kekep babi Artamidae - - - -
Bubulcus ibis Kuntul kerbau Ardeidae LC - - -
Butorides striata Kokokan laut Ardeidae LC - - -
Chalcites minutillus Kedasi gould Cuculidae LC - - -
Cinnyris jugularis Burung-madu sriganti Nectariniidae LC - - -
Collocalia esculenta Walet sapi Apodidae LC - - -
Dicaeum celebicum Cabai panggul-kelabu Dicaeidae LC - - -
Elanus caeruleus Elang tikus Accipitridae LC - - Dilindungi
Falco moluccensis Alap-alap sapi Falconidae LC App2 - Dilindungi
Geopelia striata Perkutut Jawa Columbidae LC - - -
Gerygone sulphurea Remetuk laut Acanthizidae LC - - -
Hypotaenidia torquata Mandar-padi zebra Rallidae LC - - -
Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang Pycnonotidae LC - - -
Streptopelia chinensis Tekukur biasa Columbidae - - - -
Todiramphus chloris Cekakak sungai Alcedinidae LC - - -
Zosterops atrifrons Kacamata dahi-hitam Zosteropidae LC - - -
Sumber: Data Primer 2018.
Keterangan: IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red List Database
(https://www.iucnredlist.org) - LC = Least Concern; App2 = CITES Appendix II (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Flora and Fauna); RI = Dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI No. P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang perubahan atas peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.20/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Berdasarkan daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources). Terdapat satu jenis burung berdasarkan lampiran CITES (Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) masuk dalam CITES lampiran II yaitu Alap-
alap sapi (Falco moluccensis). Sebanyak dua jenis burung dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018
tentang perubahan atas peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/
MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 jenis tumbuhan dan satwa yang dilindung yaitu Alap-alap sapi
(Falco moluccensis) dan Elang tikus (Elanus caeruleus).

Titik Pengamatan 01

Tercatat sebanyak tiga jenis burung yang mendominasi pada titik pengamatan 01 yaitu Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster) sebanyak 57 individu, Mandar-padi zebra (Hypotaenidia torquata) sebanyak
27 individu dan Walet sapi (Collocalia esculenta) sebanyak 24 individu. Total keseluruhan individu
semua jenis burung yang terdata selama pengamatan di titik pengamatan 01 sebanyak 158 individu
dengan total jenis burung sebanyak 12 jenis.

Hasil analisis data burung diperoleh nilai indeks keanekaragaman jenis burung (H’) sebesar 1,981.
Indeks kekayaan jenis (d) sebesar 2,173, indeks kemerataan jenis (E) sebesar 0,797 dan indeks
dominansi jenis (D) sebesar 0,196.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-26 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Titik Pengamatan 02

Titik pengamatan 02 didominasi oleh Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sebanyak 42 individu,
Mandar-padi zebra (Hypotaenidia torquata) sebanyak 15 individu dan dan Walet sapi (Collocalia
esculenta) sebanyak 15 individu. Total jenis burung yang teridentifikasi selama pengamatan yaitu
sebanyak 12 jenis dengan jumlah total individu sebanyak 102 individu.

Nilai indeks keanekaragaman jenis burung (H’) pada titik pengamatan 02 yaitu sebesar 1,879. Indeks
kekayaan jenis (d) sebesar 2,378, indeks kemerataan jenis (E) sebesar 0,756 dan indeks dominansi
jenis (D) sebesar 0,226.

Titik Pengamatan 03

Jenis-jenis burung yang paling dominan di titik pengamatan 03 diantaranya yaitu Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster) terdiri dari 23 individu, Kacamata dahi-hitam (Zosterops atrifrons) sebanyak
18 individu dan Walet sapi (Collocalia esculenta) sebanyak 16 individu. Total jenis burung yang
terdata pada titik pengamatan 03 adalah sebanyak 10 jenis dengan total jumlah individu sebanyak 93
individu.

Hasil analisis indeks keanekaragaman mendapatkan nilai (H’) sebesar 2,056 dan nilai indeks
kekayaan jenis (d) sebesar 1,986. Nilai indeks kemerataan (E) pada titik pengamatan 03 yaitu sebesar
0,893 dan nilai indeks dominansi (D) sebesar 0,153.

Titik Pengamatan 04

Total jenis burung yang ditemukan pada titik pengamatan 04 adalah sebanyak 10 jenis dengan jumlah
total individu sebanyak 52 individu. Jenis-jenis dominan yang ditemukan selama pengamatan yaitu
Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sebanyak 15 individu dan Mandar-padi zebra (Hypotaenidia
torquata) sebanyak 10 individu.

Nilai indeks keanekaragaman (H’) jenis burung pada titik pengamatan 04 didapat nilai sebesar 2,009
dan nilai indeks kekayaan jenis (d) sebesar 2,278, sedangkan nilai indeks kemerataan dan dominansi
jenis burung masing-masing dengan nilai (E) sebesar 0,872 serta nilai (D) sebesar 0,166.

Cekakak sungai (Todiramphus chloris) Mandar-padi zebra (Hypotaenidia torquata)

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-27 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis) Perkutut Jawa (Geopelia striata)
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2018
Gambar 2.8 Beberapa jenis burung yang ditemukan dalam
kawasan RTH- RSJ Ratumbuysang

Keanekaragaman jenis burung

Keragaman jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga kemerataan
(evenness) dari kelimpahan individu setiap jenis (Odum 1971). Konsep ukuran keanekaragaman jenis
dibedakan atas tiga ukuran yang dikenal secara umum yaitu kekayaan jenis (species richness),
heterogenitas (heterogenity), dan kemerataan (evenness) (Magurran, 1988).

Tingkat keanekaragaman (indeks Shannon-Wiener) jenis burung tertinggi terdapat pada titik
pengamatan 03 dengan nilai (H’) yaitu sebesar 2,056. Keanekaragaman jenis burung paling rendah
terdapat pada titik pengamatan 02 dengan nilai (H’) yaitu sebesar 1,879. Menurut Margalef (1972)
dalam Magurran (1988) menyatakan bahwa tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi ditunjukkan
dengan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener lebih dari 3,5; digolongkan sedang dengan
nilai Indeks 1,5 - 3,5 dan tergolong rendah dengan nilai Indeks kurang dari 1,5. Berdasarkan kriteria
rentang nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis burung di lokasi studi
digolongkan kedalam tingkat sedang.

Menurut Clarke & Warwick (1994), indeks Pielou yang semakin mendekati satu menunjukkan tiap
jenis memiliki kesamaan peluang yang sama dalam nilai keragaman yang ditunjukkan indeks
Shannon- Weiner. Semakin tinggi nilai Shannon-Weiner mengindikasikan semakin tinggi pula jumlah
jenis dan kelimpahan relatifnya (Taylor & Gaines, 1999).

Kekayaan jenis burung

Kekayaan jenis sering disebut juga sebagai keanekaragaman alfa. Kenekaragaman alfa merupakan
keanekaragaman jenis yang berada dalam suatu komunitas atau habitat (Henderson, 2003).
Berdasarkan hasil analisis data, nilai indeks kekayaan jenis burung (species richness) tertinggi
terdapat pada titik pengamatan 02 dengan nilai (d) yaitu sebesar 2,378. Kekayaan jenis paling rendah
terdapat pada titik pengamatan 03 dengan nilai (d) yaitu sebesar 1,986. Menurut Bennett (1999),
kekayaan jenis akan menurun disebabkan oleh kebakaran, erupsi vulkanik atau gempa bumi.
Berdasarkan analisis, terdapat korelasi yang jelas antara kekayaan jenis dengan waktu pengamatan
dan luasan areal yang disurvei. Hal utama yang berkaitan dengan estimasi kekayaan jenis adalah
seberapa besar usaha yang dilakukan dalam melakukan sampling (Gaston, 1996 dalam Magurran,
2004).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-28 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Kemerataan jenis burung

Komponen utama kedua dari keanekaragaman adalah kesama-rataan atau equitibilitas dalam
pembagian individu yang merata diantara jenis (Odum, 1993). Nilai indeks kemerataan jenis dapat
menggambarkan kestabilan atau kemerataan persebaran satwa pada suatu lokasi atau habitat. Skala
nilai yang terdapat pada indeks ini yaitu nilai indeks kemerataan berkisar antara 0-1. Semakin kecil
nilai E atau mendekati nol, maka semakin tidak merata penyebaran organisme dalam komunitas
tersebut yang didominasi oleh jenis tertentu dan sebaliknya semakin besar nilai E atau mendekati
satu, maka organisme dalam komunitas akan menyebar secara merata (Krebs, 1989). Sebaran fauna
seimbang atau merata apabila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang berkisar antara 0,6 -
0,8 (Odum,
1963). Kondisi suatu komunitas dapat ditentukan berdasarkan rentang nilai indeks
kemerataan/keseragaman menggunakan skala kualitas 1-5 (Soerjani, 1992) yang disajikan pada
Tabel 2.14 berikut.

Tabel 2.14 Skala kualitas kemerataan.

Skala Kualitas Nilai E


Buruk 0 - 0,20
Kurang 0,21 - 0,40
Sedang 0,41 - 0,60
Cukup 0,61 - 0,80
Baik 0,81 - 1,00
Analisis data terhadap kemerataan jenis burung tertinggi terdapat pada titik pengamatan 03 dengan
nilai (E) yaitu sebesar 0,893. Kemerataan jenis paling rendah terdapat pada titik pengamatan 02
dengan nilai (E) yaitu sebesar 0,756. Hal ini dapat disimpulkan bahwa komunitas burung pada
kawasan
RTH-RSJ Ratumbuysang memiliki rentang nilai tingkat kemerataan yang cukup.

Indeks Keanekaragaman Jenis (H') Indeks Kemerataan (E) Indeks Kekayaan (d)
2.378

2.278
2.173

2.056

2.009
1.986
1.981

1.879

0.893

0.872
0.797

0.756

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-29 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
TITIK TITIK TITIK TITIK
PENGAMATAN 0 PENGAMATAN 0 PENGAMATAN 0 PENGAMATAN 0
1 2 3 4

Gambar 2.9 Perbandingan indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan jenis


burung antar titik pengamatan di RTH-RSJ Ratumbuysang.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-30 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Dominansi jenis burung

Nilai indeks dominansi (D) jenis burung yang diperoleh pada beberapa titik pengamatan diantaranya
titik pengamatan 01 sebesar 0,196; titik pengamatan 02 sebesar 0,226; titik pengamatan 03 sebesar
0,153 dan titik pengamatan 04 sebesar 0,166. Nilai indeks dominansi untuk seluruh jalur pengamatan
berkisar antara 0,153 - 0,226. Nilai indeks dominansi tertinggi berada pada titik pengamatan 02
dengan nilai (D) sebesar 0,226 dan nilai indeks dominansi paling rendah terdapat pada titik
pengamatan 03 dengan nilai (D) sebesar 0,153. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat
diketahui bahwa dominansi jenis burung di kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang memiliki nilai indeks
dominansi mendekati satu (1) atau dengan kata lain terdapat jenis atau genus burung tertentu yang
secara signifikan jumlahnya mendominasi pada wilayah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Odum,
1971) yang menyatakan bahwa nilai indeks dominansi mendekati satu (1) apabila komunitas
didominasi oleh genus atau jenis tertentu dan jika nilai indeks dominansi mendekati nol (0) maka tidak
ada genus atau jenis yang mendominasi.

Indeks Dominansi
0.226
0.196
0.166
0.153

TITIK TITIK TITIK TITIK


PENGAMATAN 01 PENGAMATAN 02 PENGAMATAN 03 PENGAMATAN 04

Gambar 2.10 Perbandingan nilai Indeks Dominansi Jenis burung antar titik
pengamatan di kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang.

2.2.2.2 Herpetofauna (Amfibi dan Reptil)


Tercatat hanya tiga jenis herpetofauna dari dua suku yaitu Bufonidae dan Scincidae. Rincian temuan
jenis-jenis herpetofauna yang teridentifikasi dalam lokasi studi ditunjukkan pada tabel di bawah ini
(Tabel 2.15).

Tabel 2.15 Daftar jenis herpetofauna yang teridentifikasi dalam kawasan RTH-RSJ
Ratumbuysang.

IUCN Status Konservasi


Jenis Nama Lokal Suku
Redlist CITES Endemisitas RI
AMFIBI
Duttaphrynus melanostictus Kodok buduk Bufonidae LC - - -
REPTIL
Emoia caeruleocauda - Scincidae LC - - -
Lamprolepis smaragdina - Scincidae - - - -
Sumber: Data Primer 2018
Keterangan: IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red List Database
(https://www.iucnredlist.org) - LC = Least Concern; CITES Appendix II (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Flora and Fauna); RI = Dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No.
P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang perubahan atas peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Dua jenis herpetofauna yang ditemukan dalam kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang masuk dalam
daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dengan
status resiko rendah (Least Concern) yaitu Kodok buduk (Duttaphrynus melanostictus) dan Emoia
caeruleocauda.

Emoia caeruleocauda Kodok buduk (Duttaprhynus melanostictus)


Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

Gambar 2.11 Jenis-jenis herpetofauna yang ditemukan dalam kawasan


RTH-RSJ Ratumbuysang

Tidak ada satupun jenis herpetofauna masuk dalam daftar lampiran II CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) dan dilindungi berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018
tentang perubahan atas peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/
MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Terbatasnya jumlah jenis herpetofauna disebabkan kawasan RTH-RSJ Ratumbuysang sebagian


besar merupakan habitat Non Alami yang telah terganggu, selain itu kawasan ini berdekatan
dengan permukiman manusia serta kondisi permukaan tanahnya lebih cenderung kering. Menurut
Iskandar (1998) kebanyakan jenis herpetofauna terutama amfibi hidup di kawasan berhutan karena
membutuhkan kelembaban yang cukup untuk melindungi tubuh dari kekeringan.
2.3 SOSIAL

2.3.1 Demografi
2.3.1.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Kleak berjumlah 4.739 jiwa dan Kelurahan Sario Tumpaan berjumlah
3.666 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk Kelurahan Kleak mencapai 8.573 jiwa/km2, dan Kelurahan
Sario Tumpaan mencapai 10.688 jiwa/km2. Jumlah dan kepadatan penduduk wilayah studi disajikan
pada Tabel 2.16.

Tabel 2.16 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi.

Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


No Kelurahan Luas (km2) (jiwa) (jiwa/km2)
2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 Kleak 0,604 4.954 5.178 4.739 8.202 8.573 7.846
2 Sario Tumpaan 0,343 *) 3.666 4.315 *) 10.688 12.580
Wilayah Studi 0,947 4.954 8.844 9.054 8.202 9.339 9.561
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka, 2016,2017, 2018 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2016, 2017, 2018.

Tabel 2.17 Jumlah Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk Per Rumah Tangga di
Wilayah Studi.

Rata-rata penduduk per rumah


Rumah Tangga (KK)
(jiwa)
No Kelurahan

2015 2016 2017 2015 2016 2017


1 Kleak 1.472 1.538 1.386 3,37 3,37 3,42
2 Sario Tumpaan *) 1.000 1.020 *) 3,67 4,23
Wilayah Studi 1.472 2.538 2.406 3,37 3,48 3,76
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka, 2016,2017, 2018 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2016, 2017, 2018.

2.3.1.2 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Sex ratio di Kelurahan Kleak adalah 102 dan Kelurahan Sario Tumpaan adalah 92. Sex ratio di
wilayah studi adalah 97,85 hal ini menunjukkan penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan penduduk berjenis kelamin laki-laki (Tabel 2.18).

Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di wilayah
Studi.

Penduduk (jiwa)
No Kelurahan Sex Ratio
Laki-Laki Perempuan Total
1 Kleak 2.616 2.562 5.178 102
2 Sario Tumpaan 1.758 1.908 3.666 92
Wilayah Studi 4.374 4.470 8.844 97,85
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka, 2016,2017, 2018 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2016, 2017, 2018.
2.3.1.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Adapun untuk sebaran penduduk berdasarkan jumlah dan komposisi penduduk menurut kelompok
umur maka masyarakat wilayah studi didominasi dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) dari
penduduk keseluruhan. Penduduk usia 20-24 tahun merupakan kelompok umur terbesar
dibandingkan kelompok usia lainnya di wilayah studi. Penduduk usia 70-74 tahun merupakan
kelompok umur terendah dibandingkan kelompok umur lainnya di wilayah studi. Untuk lebih jelasnya
disajikan pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19 Penduduk Menurut Kelompok Umur di Wilayah Studi.

Kelurahan Sario
Kelompok Kota Manado*) Kelurahan Kleak**) Wilayah Studi
No Tumpaan**)
Umur
(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa)
1 0-4 34.669 419 297 716
2 5-9 32.977 399 282 681
3 10-14 33.600 407 288 695
4 15-19 38.887 471 333 804
5 20-24 45.258 548 389 937
6 25-29 38.735 469 332 801
7 30-34 32.580 394 279 673
8 35-39 30.531 369 262 631
9 40-44 30.520 369 261 630
10 45-49 29.764 360 255 615
11 50-54 24.664 298 211 509
12 55-59 20.403 247 175 422
13 60-64 14.860 180 127 307
14 65-69 9.352 113 80 193
15 70-74 5.352 65 46 111
16 75+ 5.754 70 49 119
TOTAL 427.906 5.178 3.666 8.844
Sumber : *) Kota Manado Dalam Angka 2017 dan **) Olahan Dari Kota Manado Dalam Angka 2017, Kecamatan Malalayang
Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017

Tabel 2.20 Penduduk Produktif, Non Produktif dan Prosentase Beban Tanggungan
di Kelurahan Kleak, Kelurahan Sario Tumpaan, dan Wilayah Studi.

Kelompok Usia Beban Tanggungan (DR-%)


Kelurahan b) a) b)
0- 14 15-64 >65 DR Young DR old DR Tot
Kleak**) 1.225 3.705 248 33,06 6,69 39,75
Sario Tumpaan **) 867 2.624 175 33,04 6,67 39,71
Wilayah Studi 2.092 6.329 423 33,05 6,68 39,73
Sumber : **) Olahan Dari Kota Manado Dalam Angka 2017, Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario
Dalam Angka 2017

Data pada Tabel 2.20, menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia produktif di wilayah studi lebih
besar bila dibandingkan dengan penduduk usia non produktif dengan tingkat dependency ratio
sebesar
39,73%. Nilai ini memberi makna bahwa setiap 100 orang usia produktif akan menanggung penduduk
non produktif sebanyak 40 orang dengan demikian nilai DR di wilayah ini tergolong dalam kategori
sedang.
Data pada Tabel 2.20, menunjukkan pula bahwa penduduk usia kerja/produktif di wilayah studi, masih
dibebani ketergantungan penduduk muda yang proporsinya lebih besar dibandingkan tanggung jawab
terhadap penduduk tua.

2.3.1.4 Angkatan Kerja


Masalah penduduk sangat berkaitan erat dengan masalah tenaga kerja. Salah satu contoh adalah
tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan tenaga
kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup
akan menimbulkan pengangguran dan setengah pengangguran.

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang memerlukan lapangan kerja. Tidak semua penduduk
usia kerja tergolong ke dalam angkatan kerja. Ibu-ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa yang
usianya 15 tahun ke atas tidak tergolong angkatan kerja. Angkatan kerja dibedakan atas angkatan
kerja yang bekerja dan angkatan kerja yang menganggur. Proporsi penduduk yang termasuk
angkatan kerja dikenal sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

Tabel 2.21 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis


Kegiatan Utama Di Kota Manado, Kelurahan Kleak, Kelurahan Sario
Tumpaan, dan Wilayah Studi.

Kota Kelurahan Kelurahan Sario Wilayah


No. Jenis Kegiatan Utama Satuan
Manado*) Kleak**) Tumpaan**) Studi
1 Angkatan Kerja 193.134
Jiwa 2.206 1.562 3.768
(59,53%)
 Bekerja 165.561
Jiwa 1.891 1.339 3.230
(85,72%)
 Menganggur 27.573
Jiwa 315 223 538
(14,28%)
2 Bukan Angkatan Kerja 131.294
Jiwa 1.499 1.062 2.561
(40,47%)
 Mengurus rumah 36.578
Jiwa 418 296 714
tangga (27,86%)
 Sekolah 72.837
Jiwa 831 589 1.420
(55,48%)
 Lainnya 21.879
Jiwa 250 177 427
(16,66%)
2016 2017
3 Tingkat Pengangguran
% 14,28 9,35
Terbuka
4 Tingkat Partisipasi
% 59,53 59,03
Angkatan Kerja
5 Tingkat Kesempatan
% 85,72 90,65
Kerja
Sumber : *) Kota Manado Dalam Angka 2017 dan **) Olahan Dari Kota Manado Dalam Angka 2017, Kecamatan Malalayang
Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017

Berdasarkan Tabel 2.21 Angkatan kerja yang belum bekerja di Kelurahan Kleak sebesar 315 jiwa dan
di Kelurahan Sario Tumpaan sebesar 223 jiwa. Jumlah angkatan kerja yang menganggur di wilayah
studi sebesar 538 jiwa. Kesempatan kerja di wilayah studi adalah sebesar 85,72% (2016) dan
mengalami peningkatan menjadi 90,65% (2017).
2.3.2 Sosio-Ekonomi
2.3.2.1 Mata Pencaharian Masyarakat
Mata pencaharian masyarakat di wilayah studi didominasi jenis mata pencaharian sebagai karyawan
swasta kemudian diikuti sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Data selengkapnya akan disajikan pada
Tabel 2.22.

Tabel 2.22 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Studi.

Kelurahan Kleak Kelurahan Sario Wilayah Studi


No Mata Pencaharian
(jiwa) Tumpaan (jiwa) (jiwa)
1 PNS 580 191 771
2 TNI 8 67 75
3 Polri 25 263 288
4 Guru/Dosen 165 0 165
5 Petani 2 0 2
6 Peternak 2 0 2
7 Pedagang / Wiraswasta 100 114 214
8 Buruh / Tukang 112 0 112
9 Pengrajin 0 10 10
10 Pengacara/notaris 5 0 5
11 Karyawanperusahaan 128 154 282
12 Nelayan 1 70 71
13 Perawat/Bidan 14 0 14
14 Karyawan swasta 737 159 896
15 Sopir/tukang ojek 51 41 92
16 Pensiunan 0 145 145
17 Pedagang (tibo-tibo) 0 25 25
18 Buruh petukangan 0 20 20
19 Jasa 0 386 386
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017.

2.3.2.2 Sarana Perekonomian


Sarana perekonomian yang terdapat di wilayah studi, sudah berkembang dengan baik. Sarana
perekonomian yang ada di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23 Sarana Perekonomian di Wilayah Studi.

Kelurahan Sario
Kelurahan Kleak Wilayah Studi
Tumpaan
No. Sarana Perekonomian
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
(unit)
1 Toko 7 7 7 25 38 9 32 45 16
2 Warung/kios 55 55 20 - 22 15 55 77 35
3 Rumah makan/restoran 30 30 - 16 18 30 46 48 30
4 Bank 3 3 - - - 1 3 3 1
5 Koperasi 3 3 - - 1 1 3 4 1
6 Perusahaan 3 3 2 - 1 1 4 4 3
- JUMLAH 101 101 29 31 80 57 132 181 86
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka, 2016,2017, 2018 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2016, 2017, 2018.

Sarana perekonomian yang ada di wilayah studi Tahun 2015 sebanyak 132 unit dan mengalami
peningkatan pada Tahun 2016 menjadi 181 unit, namun Tahun 2017 mengalami penurunan menjadi
86 unit.

2.3.3 Sosio-Budaya
2.3.3.1 Etnis dan Agama
Suku atau etnis yang dominan di wilayah studi adalah Suku Minahasa. Saat ini di wilayah studi sudah
mulai banyak pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Penduduk di wilayah studi, memeluk agama Islam, Kristen Katholik, Hindu, Budha, dan Protestan.
Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut disajikan pada Tabel 2.24.

Tabel 2.24 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Wilayah Studi.

No. Kelurahan Islam Kristen Katholik Hindu Budha Lainnya


1. Kleak 669 3.762 740 4 9 -
2. Sario Tumpaan 205 2.600 206 5 5 -
Wilayah Studi 874 6.362 946 9 14 -
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017

Kerukunan antar umat beragama terjalin dengan baik dan saling menghormati antara satu pemeluk
agama dengan pemeluk agama lainnya.

Pembangunan dibidang spiritual cukup baik hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya sarana
peribadatan masing-masing agama. Di wilayah studi terdapat sebanyak 2 unit masjid dan 5 gereja.

Tabel 2.25 Sarana Ibadah Menurut Agama di Wilayah Studi.

No. Kelurahan Mesjid/Mushola Gereja Pura Wihara


1. Kleak 1 3 - -
2. Sario Tumpaan 1 2 - -
Wilayah Studi 2 5 - -
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017

2.3.4 Pendidikan
Aspek kependudukan khususnya kualitas SDM memiliki peran yang sangat penting dalam
progresifitas suatau daerah. Hal ini terkait erat dengan keberhasilan pembangunan di bidang
pendidikan. SDM yang berkualitas merupakan modal utama bangsa dalam menjalankan
pembangunan. Salah satu faktor penunjang terbentuknya SDM yang berkualitas adalah tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap motivasi dan cara berpikir dalam
meningkatkan produktivitas baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diasumsikan SDM orang yang bersangkutan akan
semakin berkualitas. Sarana pendidikan di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.26 s.d. Tabel 2.29.
Tabel 2.26 Jumlah Sekolah TK di Kecamatan Malalayang dan Sario.

Sekolah Guru Kelas


No. Kecamatan
Unit Jiwa Unit
1 Malalayang 33 80 45
2 Sario 7 *) *)
Total 40 80 45
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017.
*) Tidak tersedia data dalam BPS Kecamatan Sario Dalam Angka 2017.

Tabel 2.27 Jumlah Sekolah SD di Kecamatan Malalayang dan Sario.

Sekolah Guru Kelas


No. Kecamatan
Unit Jiwa Unit
1 Malalayang 25 295 150
2 Sario 14 *) *)
Total 39 295 150
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017
*) Tidak tersedia data dalam BPS Kecamatan Sario Dalam Angka 2017

Tabel 2.28 Jumlah Sekolah SMP di Kecamatan Malalayang dan Sario.

Sekolah Guru Kelas


No. Kecamatan
Unit Jiwa Unit
1 Malalayang 10 177 76
2 Sario 6 *) *)
Total 16 177 76
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017
*) Tidak tersedia data dalam BPS Kecamatan Sario Dalam Angka 2017

Tabel 2.29 Jumlah Sekolah SMU di Malalayang dan Sario.

Sekolah Guru Kelas


No. Kecamatan
Unit Jiwa Unit
1 Malalayang 8 184 68
2 Sario 6 *) *)
Total 14 184 68
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017
*) Tidak tersedia data dalam BPS Kecamatan Sario Dalam Angka 2017.

Sarana pendidikan di wilayah studi sudah cukup memadai karena sudah tersedia sekolah TK hingga
tingkat SMU. Khusus di Kecamatan Sario terdapat 2 perguruan tinggi.

2.3.5 Kelembagaan Masyarakat


Kelembagaan formal di kelurahan-kelurahan wilayah studi telah terbentuk sejak lama lengkap dengan
lembaga-lembaga formal lainnya antara lain LPM dan PKK. Kelembagaan informal juga terbentuk
sejak lama yang sangat berperan dalam membantu lajunya pemerintahan formal. Selain tokoh formal
terdapat pula tokoh informal yang dituakan biasanya merupakan panutan masyarakat yang
pengaruhnya cukup besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Tokoh informal ini terbentuk
dengan sendirinya tanpa adanya penunjukkan atau pemilihan khusus dan biasanya muncul
berdasarkan pengakuan masyarakat yang tumbuh secara perlahan.

2.3.6 Persepsi Masyarakat


2.3.6.1 Hasil Pengumpulan Data Primer
A. Karakteristik Umum Responden

Responden yang diwawancara sebesar 57,80% berjenis kelamin laki-laki dan 42,20% responden
berjenis kelamin perempuan. Jumlah responden sebanyak 83 jiwa.
Tabel 2.30 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1 Laki-laki 48 57,80
2 Perempuan 35 42,20
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada Tabel 2.31.

Tabel 2.31 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur.

No. Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)


1 15-24 2 2,40
2 25-44 26 31,30
3 45-64 44 53,00
4 >65 11 13,30
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Tabel 2.31 menunjukkan sebagian besar responden yang diwawancara didominasi penduduk usia
produktif yang masih dibawah usia 65 tahun (86,70% responden atau sebanyak 72 responden).

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 2.32.

Tabel 2.32 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1 Tidak tamat SD 2 2,40
2 Tamat SD 3 3,60
3 Tamat SMP 8 9,60
4 Tamat SMA 40 48,20
5 Diploma 4 4,80
6 Strata 1 26 31,30
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018
Tingkat pendidikan responden bervariasi, dari yang tidak tamat sekolah dasar (SD) hingga yang
berpendidikan strata satu dari perguruan tinggi. Responden dengan latar belakang pendidikan yang
menamatkan tingkat sekolah menengah atas (SMA) (48,20% responden) yang terbesar dibandingkan
dengan responden dengan tingkat pendidikan lainnya. Tingkat pendidikan di wilayah studi sudah
cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan responden, dimana 31,30% responden atau
26 orang telah menamatkan tingkat pendidikan perguruan tinggi (strata 1)

Karakteristik responden berdasarkan lamanya menetap di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.33.

Tabel 2.33 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menetap di Wilayah


Studi.

No. Lama Menetap Frekuensi Persentase (%)


1 1-5 tahun 8 9,60
2 5-10 tahun 3 3,60
3 10 tahun 72 86,70
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 2.33. terlihat sebagian besar responden sudah lama menetap di wilayah studi
(>10 tahun).

Karakteristik responden berdasarkan status tempat disajikan pada Tabel 2.34.

Tabel 2.34 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal

No. Status Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%)


1 Hak Milik 65 78,30
2 Numpang 11 13,30
3 Sewa 7 8,40
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Status responden bervariasi, dari yang status sewa hingga yang berstatus hak milik. Responden
dengan tempat tinggal status hak milik yang terbesar dibandingkan dengan responden yang
mempunyai tempat tinggal dengan status numpang dan sewa.

B. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

Karakteristik sosial ekonomi responden berdasarkan jenis mata pencaharian dan tingkat pendapatan.
Pekerjaan pokok responden adalah sebagai berikut:

 Pedagang/wiraswasta;

 Pegawai negeri sipil (PNS);

 TNI/Polri;

 Ibu Rumah Tangga;

 Karyawan swasta;
 Jasa;

 Lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, terlihat bahwa jenis pekerjaan responden
umumnya di bidang perdagangan/wiraswasta (34,90% responden). Responden yang bekerja
dibidang jasa sebesar 19,30%. Secara lengkap sebaran jenis pekerjaan responden disajikan pada
Tabel 2.35.

Tabel 2.35 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


1 Pedagang/wiraswasta 29 34,90
2 PNS 15 18,10
3 TNI Polri 1 1,20
4 Jasa 16 19,30
5 Karyawan swasta 14 16,90
6 Ibu rumah tangga 7 8,40
7 Lainnya 1 1,20
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Tingkat pendapatan masyarakat di wilayah studi berdasarkan hasil wawancara di dapatkan, rata-rata
penghasilan penduduk perbulan di wilayah studi sebesar Rp 3.807.228,916/ bulan. Upah Minimum
Kota Manado sebesar Rp 2.824.286 / bulan, sehingga rata-rata pendapatan penduduk di wilayah studi
telah melampaui upah minimum Kota Manado (Tabel 2.36). Hal ini menunjukkan tingkat
kesejahteraan penduduk yang bermukim di wilayah studi sudah sangat baik.

Tabel 2.36 Tingkat Pendapatan Masyarakat di Wilayah Studi.

Wilayah Studi
Pendapatan Frekuensi
fi.xi
(fi)
1.000.000 6 6.000.000
1.500.000 5 7.500.000
2.500.000 12 30.000.000
3.500.000 13 45.500.000
4.500.000 16 72.000.000
5.000.000 31 155.000.000
TOTAL 83 316.000.000
Rata-rata 3.807.228,916
Sumber : Analisa Data Primer, 2018
C. Karakteristik Sosial Budaya
Karakteristik responden berdasarkan agama dan keyakinan yang dianut disajikan pada Tabel 2.37.

Tabel 2.37 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama dan Keyanikan yang


dianut.

No. Agama Frekuensi Persentase (%)


1 Islam 5 6,00
2 Kristen 62 74,70
3 Katolik 16 19,30
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Masyarakat di wilayah studi adalah masyarakat yang terbuka dan mudah menerima masyarakat
pendatang. Hal ini tercermin dari hasil wawancara dimana 91,60% menyatakan menerima kehadiran
pendatang dan hanya 8,40% yang menyatakan sebaliknya. Hal ini didukung dengan proses sosial di
wilayah studi yang tidak pernah timbul konflik sosial antara penduduk yang telah bermukim lama
dengan pendatang baru.

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat terkait apakah di wilayah studi terdapat cagar budaya.
Sebanyak 78,30% responden menyatakan tidak terdapat dan 21,70% responden menyatakan
terdapat cagar budaya. Rendahnya pengetahuan responden terkait cagar budaya yang ada di wilayah
studi, karena cagar budaya yang ada di wilayah studi berupa:

 Benteng Peninggalan Belanda;

 Hutan Kota;

 Terowongan Chot;

 Dll.

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

Gambar 2.12 Cagar Budaya yang ada di dekitar lokasi kegiatan.


D. Persepsi Masyarakat
Sebagian besar responden (67,50%) sudah pernah mendengar dan mengetahui rencana kegiatan
pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara dan 32,50% responden yang belum mengetahui hal
tersebut.

Sumber informasi mengenai rencana kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara
sebanyak
32,90% responden menyatakan berasal dari teman/tetangga,18,30% responden menyatakan berasal
dari aparat kelurahan, 14,60% responden menyatakan sumber informasi lainnya, 3,70% responden
lihat langsung pengumuman di lokasi proyek, dan 30,50% responden tidak memberikan pendapat
terkait hal tersebut.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner menunjukkan bahwa 18,10% responden menyatakan setuju
terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,70% responden menyatakan setuju dan hanya 1,20%
responden yang menyatakan tidak setuju. Persepsi responden yang ada di wilayah studi terkait
rencana pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara sangat baik karena dukungan masyarakat
mendekati
100%. Persepsi responden terhadap rencana kegiatan disajikan pada Tabel 2.38.

Tabel 2.38 Persepsi Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan RSUD


Sulawesi Utara.

Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana


No. Frekuensi Persentase (%)
Kegiatan
1 Setuju 67 80,70
2 Setuju dengan catatan 15 18,10
3 Tidak Setuju 1 1,20
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

PERSEPSI MASYARAKAT TERKAIT RENCANA


1.20%
KEGIATAN
18,10%

Setuju
Setuju dengan catatan
Tidak Setuju

81,10%

Gambar 2.13 Persepsi Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan RSUD Provinsi


Sulawesi Utara
Responden memberikan dukungan yang besar terhadap rencana pembangunan RSUD Provinsi
Sulawesi Utara, karena mempunyai harapan terkait rencana kegiatan. Harapan masyarakat yang
dikemukakan pada saat pengumpulan data primer, adalah:

 Kemudahan mendapatkan akses pelayanan kesehatan;

 Peningkatan kualitas kesehatan;

 Kesempatan kerja;

 Peluang berusaha;

 Lainnya.

59.00%

31.30%

4.80% 2.40% 2.40%

Gambar 2.14 Harapan Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan RSUD Provinsi


Sulawesi Utara.

Secara lengkap harapan responden terhadap rencana pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara
disajikan pada Tabel 2.39.

Tabel 2.39 Harapan Responden Terhadap Rencana Pembangunan RSUD.

No. Harapan Responden Frekuensi Persentase (%)


1 Kemudahan mendapatkan akses kesehatan 49 59,00
2 Peningkatan kualitas kesehatan 26 31,30
3 Kesempatan kerja 4 4,80
4 Adanya peluang berusaha 2 2,40
5 Lainnya 2 2,40
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018
Pada tanggal 6 Oktober 2018 telah dilaksanakan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dengan
masyarakat yang tinggal di perumahan dinas RSJ Ratumbuysang. Adapun hasil diskusi kelompok
terfokus (FGD)

 Jumlah rumah dinas di lokasi kegiatan yang masih terhuni saat ini adalah 25 unit rumah dinas;

 Terdapat 30 KK penghuni rumah dinas RSJ (terdapat rumah yang dihuni lebih dari satu KK);

 Penghuni rumah dinas sebagian besar adalah karyawan RSJ, tetapi terdapat beberapa yang
bukan karyawan RSJ (menempati rumah orang tuanya yang sudah pensiun);

 Rumah dinas RSJ mulai ditempati mulai dari tahun 1981;

 Dokumen yang dimiliki oleh penghuni adalah surat izin penghunian;

 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara telah mengeluarkan surat pemberitahuan


pengosongan lahan pada tanggal 24 Agustus 2018 dengan batas akhir pengosongan adalah
minggu ke-tiga bulan September;

 Sebagian besar karyawan sudah memiliki rumah di tempat lain dan barang-barang sudah
dipindahkan ke rumah lain namun rumah-rumah dinas tersebut masih ditempati karena dekat
dengan lokasi kerja mereka;

 Harapan karyawan yang menempati rumah dinas adalah mendapatkan kompensasi untuk
proses pemindahan rumah dan tambahan waktu untuk proses pindah (± 1 bulan).

Pihak pengelola RSJ Ratumbusang telah melakukan upaya pengelolaan terkait pengosongan rumah
dinas. Upaya pengelolaan yang telah dilakukan, yaitu:

 Pihak Pengelola RSJ sudah mengkoordinasikan dengan SKPD terkait untuk masalah relokasi
dan pembongkaran rumah dinas;

 Pihak pengelola RSJ Ratumbuysang sudah mengirimkan surat kepada penghuni rumah dinas;

 Pihak Pengelola RSJ Ratumbuysang sudah mengajukan pada Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara terkait proses pengosongan dan kompensasi kepada karyawan rumah sakit jiwa yang
tinggal di rumah dinas pada APBD-P;

 Pihak pengelola RSJ telah mengidentifikasi orang-orang yang berhak mendapatkan


kompensasi.

Masyarakat di wilayah studi mempunyai kekhawatiran terkait rencana pembongkaran bangunan


eksisting. Kekhawatiran masyarakat yang terbesar adalah terkait penyebaran debu hal ini dinyatakan
oleh 43,40% responden. Kekhawatiran masyarakat terhadap rencana kegiatan pembongkaran
bangunan eksisting disajikan pada Tabel 2.40.
Tabel 2.40 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembongkaran
Bangunan Eksisting.

Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana kegiatan


No. Frekuensi Persentase (%)
pembongkaran bangunan eksisting
1 Penyebaran debu 36 43,40
2 Kebisingan 24 28,90
3 Rusaknya saluran drainase 8 9,60
4 Lainnya 15 18,10
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Masyarakat di wilayah studi mempunyai kekhawatiran terkait kegiatan mobilisasi peralatan dan
material konstruksi selama kegiatan konstruksi berlangsung. Kekhawatiran masyarakat yang terbesar
adalah terkait peningkatan kebisingan hal ini dinyatakan oleh 32,50% responden. Kekhawatiran
masyarakat terhadap rencana kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi disajikan pada
Tabel 2.41.

Tabel 2.41 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Mobilisasi


Peralatan dan Material Konstruksi.

Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana kegiatan


No. Frekuensi Persentase (%)
mobilisasi peralatan dan material konstruksi
1 Kebisingan 27 32,50
2 Kemacetan lalu lintas 23 27,70
3 Polusi udara 20 24,10
4 Kecelakaan lalu lintas 1 1,20
5 Lainnya 12 14,50
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Masyarakat di wilayah studi mempunyai kekhawatiran terkait kegiatan konstruksi bangunan RSUD
berlangsung. Kekhawatiran masyarakat yang terbesar adalah terkait kebisingan dan polusi udara.
Kekhawatiran masyarakat terhadap rencana kegiatan konstruksi bangunan RSUD disajikan pada
Tabel 2.42.

Tabel 2.42 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Konstruksi


Bangunan RSUD.

Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana kegiatan


No. Frekuensi Persentase (%)
Pembangunan/Konstruksi Bangunan RSUD
1 Kebisingan 31 37,80
2 Polusi udara 31 37,80
3 Getaran 6 7,30
4 Genangan air 4 4,90
5 Lainnya 10 12,20
Total 82*) 100
Sumber: Analisa Data Primer, 2018
*) satu responden tidak memberikan pendapat

Masyarakat di wilayah studi mempunyai kekhawatiran terkait kegiatan operasional RSUD Provinsi
Sulawesi Utara. Kekhawatiran masyarakat yang terbesar adalah terkait limbah medis dan kemacetan
lalu lintas. Kekhawatiran masyarakat terhadap operasional RSUD Provinsi Sulawesi Utara disajikan
pada Tabel 2.43.

Tabel 2.43 Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Operasional


RSUD.

Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana kegiatan


No. Frekuensi Persentase (%)
Operasional RSUD
1 Peningkatan limbah medis 46 55,40
2 Kemacetan lalu lintas 20 24,10
3 Kebisingan 6 7,20
4 Polusi udara 4 4,80
5 Penurunan kualitas air permukaan 3 3,60
6 Lingkungan jadi kumuh karena adanya PKL 2 2,40
7 Lainnya 2 2,40
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Sikap masyarakat jika yang dikhawatirkan timbul akibat adanya kegiatan, sebanyak 66,30%
responden menyatakan akan menyampaikan keluhan kepada pihak aparat kelurahan. Sikap
masyarakat jika yang dikhawatirkan timbul sebagai akibat dari kegiatan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara disajikan pada Tabel 2.44.

Tabel 2.44 Sikap Masyarakat jika yang Dikhawatirkan Timbul akibat Kegiatan RSUD
Provinsi Sulawesi Utara.

No. Sikap Masyarakat Frekuensi Persentase (%)


1 Melakukan protes kepada pihak pengelola 18 21,70
RSUD
2 Menyampaikan keluhan kepada pihak aparat 55 66,30
kelurahan
3 Tidak melakukan protes 10 12,00
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, 62,70% responden menyatakan bahwa di wilayah
studi tingkat pengangguran masih cukup tinggi dan 37,30% responden menyatakan sebaliknya.

Sebanyak 50,60 % responden menyatakan mengharapkan dapat ikut menjadi tenaga kerja pada
rencana kegiatan dan 49,40% responden yang tidak mengharapkan ikut kerja karena telah memiliki
pekerjaan dan usaha, usia lanjut, dll.

Sebanyak 15,70% responden menyatakan sangat tidak setuju dan akan melakukan protes jika
realisasi proyek lebih banyak merekrut tenaga kerja dari luar dibandingkan tenaga kerja lokal, 22,90%
responden menyatakan tidak setuju namun tidak akan melakukan protes, dan 61,40% responden
menyatakan setuju dan tidak ada masalah. Berdasarkan hasil wawancara tersebut agar pihak
pemrakarsa memperhatikan harapan masyarakat terkait proses perekrutan tenaga kerja. Sikap
masyarakat terkait penggunaan tenaga kerja terhadap rencana kegiatan RSUD disajikan pada
Tabel 2.45.
Tabel 2.45 Sikap Responden Terhadap Rencana Perekrutan Tenaga Kerja Untuk
Kegiatan RSUD.

No. Sikap Masyarakat Frekuensi Persentase (%)


1 Setuju saja / Tidak masalah 51 61,40
2 Sangat tidak setuju dan akan melakukan protes 13 15,70
3 Tidak setuju dan tidak akan melakukan protes 19 22,90
Total 83*) 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

Peluang usaha yang akan dikembangkan oleh masyarakat jika kegiatan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara beroperasi, disajikan pada Tabel 2.46.

Tabel 2.46 Peluang Usaha yang akan Dikembangkan Responden Jika RSUD
Provinsi Sulawesi Utara Beroperasi.

No. Peluang Usaha yang Akan dikembangkan Frekuensi Persentase (%)


1 Membuka toko/kios 9 10,80
2 Membuka apotik 5 6,00
3 Warung makanan 45 54,20
4 Penginapan/kost 8 9,60
5 Lainnya 16 19,30
Total 83 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2018

2.4 KESEHATAN MASYARAKAT

2.4.1 Derajat Kesehatan Masyarakat


2.4.1.1 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita
Berdasarkan data dari Puskesmas Sario tahun 2017 bahwa tidak ada kasus kematian bayi, balita dan
ibu di wilayah kerja Puskesmas Sario dari 398 kelahiran hidup. Begitu juga di wilayah kerja
Puskesmas, tidak ada kasus kematian bayi, balita dan ibu pada tahun 2017 dari 441 kelahiran hidup
(Profil Puskesmas Tahun 2017).

2.4.1.2 Angka Kesakitan


Berdasarkan data primer penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kleak dan Kelurahan Sario tahun
2018, masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut paling sering mengalami keluhan naiknya tekanan
darah dan influenza. Sedangkan ketika mereka mengalami gangguan kesehatan, kecenderungan
berobat ke praktek dokter umum dan puskesmas yang berada di dekat dengan tempat tinggalnya.
Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 2.47 di bawah ini.
Tabel 2.47 Keluhan Kesehatan 3 Bulan Terakhir Pada Masyarakat di Wilayah Studi
Tahun 2018.

No. Penyakit Jumlah Kasus Persentase


1 Influenza 27 32,5
2 Darah tinggi 13 15,7
3 Demam berdarah 2 2,4
4 Diare 1 1,2
5 Lain- Lain 2 3,6
6 Tidak mengalami gangguan 37 44,6
kesehatan
Jumlah 83 100
Sumber: Data primer penelitian, tahun 2018

Dari tabel diatas didapat bahwa keluhan masyarakat yang tinggal di wilayah studi pada 3 bulan
terakhir paling banyak mengeluh influenza sebanyak 32,5%, darah tinggi 15,7%, demam berdarah
2,4%, diare
1,2% dan lainnya 3,6%. Sedangkan sebagian lagi masyarakat tidak mempunyai keluhan kesehatan
pada 3 bulan terakhir sebanyak 44,6%.

Dari data primer penelitian tahun 2018 didapat bahwa masyarakat yang tinggal di wilayah studi paling
banyak berobat ke praktek dokter umum sebanyak 46%, puskesmas atau balai pengobatan 34% dan
rumah sakit 20%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.15 di bawah ini.

20%
34%
Rumah Sakit
Dokter Umum
Puskesmas/ Balai Pengobatan

46%

Gambar 2.15 Persentase Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Digunakan Masyarakat


Untuk Berobat di Wilayah Studi Tahun 2018

10 Penyakit Terbanyak

Data dari Puskesmas Sario Tahun 2018 menunjukan bahwa hipertensi, ISPA dan dermatitis
merupakan 3 (tiga) penyakit yang paling menonjol di wilayah kerja Puskesmas Sario. Untuk lebih
detail dapat dilihat pada Tabel 2.48 di bawah ini.
Tabel 2.48 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sario Tahun 2017.

No. Penyakit Jumlah Kasus Persentase


1 Hipertensi 1132 28,81
2 ISPA 1073 27,31
3 Dermatitis 536 13,64
4 CC/Farimgitis/Rhinitis 501 12,75
5 Diabetes Militus 220 5,60
6 Cought 140 3,56
7 Gouth Artritis 140 3,56
8 Myalgia 126 3,21
9 Gastritis 61 1,55
10 Lain- Lain 0 0
Jumah 3929 100
Sumber: Profil Puskesmas Sario Tahun 2017

Dari Tabel 2.48 diatas menunjukan bahwa 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Sario tahun 2017
adalah Hipertensi sebesar 28,81% selanjutnya ISPA 27,31%, Dermatitis 13,64%, Common Cold
12,75%, Diabetes Melitus 5,60%, Cought dan Gouth Artritis 3,56%, Myalgia 3,21% dan Gastritis 1,55%.

Tabel 2.49 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pembantu Kelurahan Kleak


Tahun 2017.

No. Penyakit Jumlah Kasus Persentase


1 Hipertensi 55 35,71
2 ISPA 27 17,53
3 Dermatitis 17 11,04
4 CC/Farimgitis/Rhinitis 11 7,14
5 Gastritis 11 7,14
6 Kandiasis 9 5,84
7 Asam urat 8 5,19
8 Demam 8 5,19
9 GE 5 3,25
10 Chepalgya 3 1,95
Jumah 154 100
Sumber: Data Puskesmas Pembantu Kelurahan Bahu tahun 2017

Dari Tabel 2.49 diatas menunjukan bahwa 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pembantu di
Kelurahan Kleak adalah hipertensi sebesar 35,71% selanjutnya ISPA 17,53%, Dermatitis 11,04%,
Common Cold dan Gastritis 7,14%, Kandidiasis 5,84%, Asam Urat dan Demam 5,19%,
Gastroenteritis
3,25% dan Chepalgya 1,95%.

Sedangkan berdasarkan data yang bersumber dari laporan bulanan kesakitan (KB 1), dari 5.664
kasus yang dilaporkan, ada 20 penyakit terbanyak yang diderita pada pelayanan di Puskesmas
Bahu Kecamatan Malayang pada tahun 2016 yaitu Hipertensi Essensial, Gastritis, NIDDM, Gangguan
refleksi dan Akomodasi, Katarak, IDDM, Diare non infeksi, Hipertensi Heart Disease (HHD), Hipertensi
lain, Gagal jantung, Otiritis Media, TBc paru BTA (plus), Vertigo, TBC paru BTA (negatif), Skabies,
Schizophrenia, TB Relaps, Konjungtivitis, penyakit jantung iskemik, Angina Pektoris.
Status Gizi

Berdasarkan data dari Puskesmas Bahu tahun 2017, dari hasil 1.212 balita yang ditimbang terdapat 6
balita yang di bawah garis merah (BGM), sedangkan sisanya balita dengan berat badan naik
sebanyak
1.206 balita.

2.4.1.3 Tenaga Kesehatan


Jenis tenaga kesehatan dan jumlahnya di wilayah studi yang mencakup 2 wilayah yaitu wilayah kerja
Puskesmas Sario dan Puskesmas Bahu tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.50 dibawah ini.

Tabel 2.50 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sario Tahun 2017

No. Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Dokter 7
2 Perawat 12
3 Bidan 4
4 Kesehatan Lingkungan 2
5 Farmasi 2
6 Perawat Gigi 4
7 Dokter Gigi 1
8 Gizi 2
9 Pekarya 1
Jumlah 33
Sumber: Data dari Puskesmas Sario Tahun 2017

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sario
sebanyak 33 orang, perawat merupakan jenis tenaga kesehatan terbanyak yaitu sebanyak 12 orang,
kemudian Dokter Umum 7 orang, Bidan 4 orang, Kesehatan Lingkungan dan Farmasi 2 orang,
sedangkan tenaga kesehatan yang paling sedikit adalah Dokter Gigi dan Pekarya sebanyak 1 orang.

Tabel 2.51 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahu Tahun 2017.

No. Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Dokter Spesialis 1
2 Dokter Umum 8
3 Dokter gigi 1
4 Bidan 11
5 Perawat 14
6 Perawat Gigi 4
7 Apoteker 1
8 Kesehatan masyarakat 1
9 Kesehatan Lingkungan 2
10 Nutrisionis 1
11 Okupasi terapis 2
12 Analisis kesehatan 2
Jumlah 48
Sumber: Profil Puskesmas Bahu Tahun 2017
Dari Tabel 2.51 diatas menunjukan bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Bahu sebanyak 48 orang, perawat merupakan jenis tenaga kesehatan terbanyak yaitu sebanyak 14
orang, kemudian Bidan 11 orang, Dokter Umum 8 orang, Perawat Gigi 4 orang, Kesehatan
Lingkungan 2 orang, Okupasi Terapis 2 orang, Analisis Kesehatan 2 orang, sedangkan tenaga
kesehatan yang paling sedikit adalah Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Apoteker, Kesehatan Masyarakat,
Nutrisionis sebanyak 1 orang.

2.4.1.4 Fasilitas Kesehatan


Jenis fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sario dan Puskesmas Bahu tahun
2017 dapat dilihat pada Tabel 2.52 dibawah ini.

Tabel 2.52 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sario Tahun 2017.

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah fasilitas


1 Puskesmas 1
2 Puskesmas Pembantu 3
3 Posyandu 17
Total 21
Sumber: Data dari Puskesmas Sario tahun 2017

Dari tabel diatas menunjukan bahwa terdapat 21 fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Sario tahun 2017 yaitu Puskesmas 1 buah, Puskesmas Pembantu 3 buah dan
Posyandu sebanyak 17 buah.

Tabel 2.53 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bahu Tahun 2017.

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah fasilitas


1 Puskesmas 1
2 Puskesmas Pembantu 2
3 Posyandu 16
Total 19
Sumber: Profil Puskesmas Bahu tahun 2018

Dari Tabel 2.53 diatas menunjukan bahwa terdapat 19 fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Bahu tahun 2017 yaitu Puskesmas 1 buah, Puskesmas Pembantu 2 buah
dan Posyandu sebanyak 16 buah.

2.4.1.5 Sanitasi Lingkungan


Sanitasi lingkungan di semua desa wilayah studi telah melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Sanitasi lingkungan ini untuk status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
rumah sehat, penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pengeloaan sampah dan lainnya. Berikut
ini adalah gambaran sanitasi lingkungan yang dilakukan di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 2.54
dibawah ini.
Tabel 2.54 Jumlah Rumah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Sario dan Puskesmas
Bahu Tahun 2018.

Belum
Jumlah Memenuhi
No. Kelurahan % Memenuhi %
Rumah Syarat
Syarat
1 Sario 579 528 91,00 51 9,00
2 Kleak 1.152 1.044 90,53 108 9,47
Sumber: Profil Puskesmas Bahu dan Puskesmas Sario Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 579 rumah yang dipantau di Kelurahan Sario, sebanyak 91%
yang telah memenuhi syarat sebagai rumah sehat dan 9% belum memenuhi syarat rumah sehat.
Sedangkan di Kelurahan Kleak dari 1.152 rumah yang dipantau sebanyak 90,53% telah memenuhi
syarat sebagai rumah sehat dan 9,47% belum memenuhi syarat sebagai rumah sehat.

Sumber Air Minum dan Air Bersih

Sumber air minum di wilayah studi didapat dari sumur gali, sumur bor, dan PDAM. Air ini digunakan
juga untuk kebutuhan sehari-hari seperti seperti mandi, cuci, kakus termasuk juga untuk masak.
Berikut ini gambaran sumber air minum dan kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat yang tinggal di
wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 2.55 dibawah ini.

Tabel 2.55 Cakupan Sumber Air Minum di Wilayah Studi Tahun 2018.

Jumlah Responden
No. Sumber Air Minum
Ʃ %
1 Sumur gali 19 22,9
2 Sumur bor 8 9,6
3 PDAM 7 8,4
4 Air Galon 49 59
Jumlah 83 100
Sumber: Data primer penelitian, tahun 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 83 responden, sumber air minum untuk masyarakat yang
tinggal di wilayah studi diperoleh dari air galon sebesar 59%, sumur gali 22,9%, sumur bor 9,6% dan
PDAM 8,4%.

Tabel 2.56 Cakupan Sumber Air untuk MCK di Wilayah Studi Tahun 2018.

Jumlah Responden
No. Sumber Air Minum
Ʃ %
1 Sumur gali 41 49,4
2 Sumur bor 13 15,7
3 PDAM 28 33,7
4 Lainnya 1 1,2
Jumlah 83 100
Sumber: Data primer penelitian, tahun 2018
Dari Tabel 2.56 diatas dapat dilihat bahwa dari 83 responden, sumber air untuk kebutuhan mandi cuci
kakus/MCK pada masyarakat yang tinggal di wilayah studi diperoleh dari air sumur gali sebesar
49,4%, PDAM 33,7%, sumur bor 15,7% dan lainnya 1,2%.

Kebiasaan Buang Air Besar (BAB)

Masyarakat yang tinggal di wilayah studi semuanya sudah memiliki jamban di dalam rumahnya. Jenis
jamban yang biasa digunakan untuk Buang Air Besar (BAB) adalah leher angsa. Berdasarkan hasil
survei yang dilakukan pada masyarakat di wilayah studi, hampir keseluruhan responden mempunyai
septic tank untuk menampung pembuangan dari jamban, hanya ada 1 responden yang tidak
mempunyai septic tank dan dialirkan menuju ke saluran umum.

Pembuangan Sampah Rumah Tangga

Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga seperti sisa makanan, kertas, plastik, dll di buang ke
tempat sampah sementara sebelum diangkut menuju ke tempat pembuangan akhir. Tempat
pembuangan sampah sementara pada masyarakat di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 2.57 di
bawah ini.

Tabel 2.57 Cakupan Sumber Air untuk MCK di Wilayah Studi Tahun 2018.

Jumlah Responden
No. Sumber Air Minum
Ʃ %
1 Tempat Sampah Umum 48 57,8
2 Lubang galian 1 1,2
3 Tong Sampah Pribadi 29 34,9
4 Lainnya 5 6,0
Jumlah 83 100
Sumber: Data primer penelitian, tahun 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 83 responden, tempat pembuangan sampah rumah tangga
pada masyarakat yang tinggal di wilayah studi dibuang ke tempat sampah umum/TPU sebanyak
57,8%, tempat sampah pribadi 34,9%, lubang galian 1,2% dan lainnya seperti dibuang ke saluran
umum, dibakar sebanyak 6%.

2.5 TRANSPORTASI
Geometri

Ruas Jalan Bethesda merupakan ruas yang akan terkena dampak, adapun type Jl. Bethesda , 2 arah
2 lajur tanpa median (2/2 UD), ruas jalan ini memiliki lebar jalan cukup lebar sekitar ± 10 M, adapun
ringkasan geometrik jalan dapat dilihat pada Tabel 2.58 di bawah ini.

Tabel 2.58 Ringkasan Kondisi Geometrik Ruas Jalan Bhetesda

No Variabel Ukuran
1. Tipe Ruas Jalan Dua Lajur Terbagi 2/2 UD (dua
arah)
2. Lebar Efektif Ruas Jalan 10 Meter
3. Lebar Lajur Jalan 5 Meter
No Variabel Ukuran
4. Bahu Jalan 1,5 Meter
5. Hambatan Samping Tinggi
6. Jumlah Penduduk 2016 427.906 Penduduk
BPS
Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

Volume
Tabel 2.59 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan Polda Arah
Meninggalkan Polda.

Senin Selasa
Waktu Total Total
SM MP 2As 3As 4as SM MP 2As 3As 4as
07.00-
790 494 14 1 0 1299 805 629 12 1 0 1447
08.00
08.00-
855 552 28 3 0 1438 809 609 29 4 0 1451
09.00
11.00-
813 662 40 4 0 1519 873 721 25 6 0 1625
12.00
12.00-
754 683 35 3 0 1475 711 689 37 4 0 1441
13.00
16.00-
703 565 20 1 0 1289 801 661 37 3 0 1502
17.00
17.00-
896 628 28 0 0 1552 916 763 38 3 0 1720
18.00
Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

Tabel 2.60 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan Polda Arah
Menuju Polda.

Senin Selasa
Waktu Total Total
SM MP 2As 3As 4as SM MP 2As 3As 4as
07.00-
601 511 15 5 0 1132 662 556 12 0 0 1230
08.00
08.00-
587 517 22 1 0 1127 628 598 24 2 0 1252
09.00
11.00-
612 641 31 3 1 1288 592 580 22 3 0 1197
12.00
12.00-
620 600 10 0 0 1230 645 724 29 5 0 1403
13.00
16.00-
689 577 17 2 0 1285 643 484 21 1 0 1149
17.00
17.00-
676 644 6 0 0 1326 776 590 25 7 0 1398
18.00
Hasil Pengamatan Lapangan, 2018
Tabel 2.61 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan SPBU Arah
Meninggalkan Polda.
Senin Selasa
Waktu Total Total
SM MP 2As 3As 4as SM MP 2As 3As 4as
07.00-
867 589 27 2 0 1485 1067 788 22 2 0 1879
08.00
08.00-
916 613 38 4 0 1571 858 676 40 1 0 1575
09.00
11.00-
787 737 22 1 0 1547 632 530 47 6 0 1215
12.00
12.00-
768 720 19 5 0 1512 627 555 18 4 0 1204
13.00
16.00-
688 631 28 0 0 1347 733 594 36 3 0 1366
17.00
17.00-
803 613 34 1 0 1451 808 688 35 3 0 1534
18.00
Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

Tabel 2.62 Tabulasi Kendaraan Jalan Bethesda Titik Pengamatan SPBU Arah
Menuju Polda.
Senin Selasa
Waktu Total Total
SM MP 2As 3As 4as SM MP 2As 3As 4as
07.00-
628 492 18 3 0 1141 744 625 11 1 0 1381
08.00
08.00-
583 547 24 1 0 1155 567 496 26 3 0 1092
09.00
11.00-
594 576 14 3 0 1187 375 517 22 4 0 918
12.00
12.00-
583 564 15 0 0 1162 402 399 15 6 0 822
13.00
16.00-
521 508 19 2 1 1051 420 394 19 1 0 834
17.00
17.00-
576 442 11 0 0 1029 477 438 25 4 0 944
18.00
Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

Setelah mendapatkan jumlah kendaraan satuan Jam, maka dilakukan konversi kepada Satuan Mobil
Penumpang (SMP) agar dapat dianalisa V/C rationya, adapun SMP-nya dapat dilihat pada Tabel 2.63
berikut ini.

Tabel 2.63 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda.

Meninggkalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 828,3 966,9 776,9 835,2
08.00-09.00 932,1 973,4 779,7 881
11.00-12.00 1041,2 1109,2 927,5 847,7
12.00-13.00 1031,1 1023,8 860 824,3
16.00-17.00 871,7 1030,3 876 767,9
17.00-18.00 1020 1179,5 821,6 940,9
Hasil Analisa Konsultan, 2018
Tabel 2.64 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU.

Meninggkalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 971,2 1244,2 769,3 937,3
08.00-09.00 1031 1067,2 810,5 758,5
11.00-12.00 1079,7 839,2 834,9 699,4
12.00-13.00 1057,5 827,4 815,2 586,8
16.00-17.00 939,8 930,4 742,2 586,3
17.00-18.00 976,5 1053,2 685,6 664,8
Hasil Analisa Konsultan, 2018

1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Senin Selasa Senin Selasa
Meninggkalkan Polda Menuju Polda
07.00-08.00 828.3 966.9 776.9 835.2
08.00-09.00 932.1 973.4 779.7 881
11.00-12.00 1041.2 1109.2 927.5 847.7
12.00-13.00 1031.1 1023.8 860 824.3
16.00-17.00 871.7 1094.3 876 806.9
17.00-18.00 1020 1179.5 821.6 940.9

Gambar 2.16 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda.

1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Senin Selasa Senin Selasa
Meninggkalkan Polda Menuju Polda
07.00-08.00 971.2 1244.2 769.3 937.3
08.00-09.00 1031 1067.2 810.5 758.5
11.00-12.00 1079.7 839.2 834.9 699.4
12.00-13.00 1057.5 827.4 815.2 586.8
16.00-17.00 939.8 930.4 742.2 586.3
17.00-18.00 976.5 1053.2 685.6 664.8

Gambar 2.17 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU.


Kapasitas

Kapasitas jalan merupakan hasil analisa menggunakan MKJI 1996, dengan menggunakan data hasil
survey geometrik. Dengan demikian kapasitas jalan perkotaan pada ruas jalan tersebut, adalah:

C = Kapasitas (smp/ jam)


Co = Kapasitas Dasar (smp/ jam)
FCw = Faktor Penyesuaian lebar jalan
FCsp = Faktor Penyesuaian pemisah arah (hanya jalan tak terbagi)
FCsf = Faktor Penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
FCcs = Faktor Penyesuaian Jumlah Penduduk

Ruas Jalan
Variabel
Bethesda
Co 2900
FCw 1,29
FCsp 1
FCsf 0,84
FCcs 0,9
C/ Jam/Ruas 2828,196
C/ Jam/Arah 1414,098

V/C Ratio

V/C rasio merupakan indikator dari pelayanan jalan, V/C rasio ini di dapat dari perbandingan arus
kendaraan pada ruas jalan yang di pantau dengan kapasitas jalan, dengan demikian dapat dilihat V/C
rasio dari ruas jalan tersebut, dapat di lihat pada Tabel 2.65 di bawah ini.

Tabel 2.65 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,59 0,68 0,55 0,59
08.00-09.00 0,66 0,69 0,55 0,62
11.00-12.00 0,74 0,78 0,66 0,60
12.00-13.00 0,73 0,72 0,61 0,58
16.00-17.00 0,62 0,77 0,62 0,57
17.00-18.00 0,72 0,83 0,58 0,67
Sumber: Hasil Analisa Konsultan

Tabel 2.66 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,69 0,88 0,54 0,66
08.00-09.00 0,73 0,75 0,57 0,54
11.00-12.00 0,76 0,59 0,59 0,49
12.00-13.00 0,75 0,59 0,58 0,41
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
16.00-17.00 0,66 0,66 0,52 0,41
17.00-18.00 0,69 0,74 0,48 0,47
Sumber: Hasil Analisa Konsultan

Pada ruas Jalan Bethesda, di beberapa waktu, V/C ratio sudah melebih batas yang sudah ditetapkan
yaitu 0.75, kecenderungan pelayanan ruas Jalan Bethesda akan semakin tinggi ketika waktu semakin
sore.

Analisa Ketersediaan Ruang Parkir

Kebutuhan ruang parkir menggunakan beberapa rujukan/pendekatan, yaitu dari Pedoman Teknis
Bangunan Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, dan Pedoman Parkir
yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Asumsi komposisi kendaraan yang parkir adalah
roda dua (50%), roda empat (45%) dan Truk (5%). Ukuran ruang parkir Roda Dua yaitu 1,5 m2, Roda
Empat sebesar 15 m2 dan Truk sebesar 42,5 m2. Dengan jumlah tempat tidur 376 TT, maka
perhitungan ketersediaan ruang parkir berdasarkan kedua pedoman tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B

Pada pedoman ini, perhitungan ruang parkir menggunakan data jumlah tempat tidur. Output luas
lahan parkir berdasarkan Jumlah Satuan Ruang Parkir (SRP) dan luas lahan parkir.

a) Luas lahan yang dibutuhkan berdasarkan Jumlah Satuan Ruang Parkir (SRP)

Luas lahan berdasarkan SRP minimal adalah 1,5 dikali jumlah tempat tidur. Sementara itu, luas lahan
berdasarkan SRP maksimal adalah 2 dikali jumlah tempat tidur. Dengan komposisi kendaraan yang
masuk ke RSUD sebagaimana sudah ditetapkan di atas (376 TT), maka luas lahan yang dibutuhkan
adalah :

Luas Lahan Parkir berdasarkan SRP Minimal

Minimal : 1,5 x Jumlah tempat tidur = 1,5 x 376 = 564 SRP


Roda Dua : 50% x 564 SRP = 282 SRP x 1,5 m2 = 423 m2
Roda Empat : 45% x 564 SRP = 254 SRP x 15 m2 = 3.810 m2
Truk : 5% x 564 SRP = 28 SRP x 42,5 m = 1.190 m2
2

Total = 5.423 m2

Luas Lahan Parkir berdasarkan SRP Maksimal

Maksimal : 2,0 x Jumlah tempat tidur = 2,0 x 376 = 752 SRP


Roda Dua : 50% x 752 SRP = 376 SRP x 1,5 m2 = 564 m2
Roda Empat : 45% x 752 SRP = 338 SRP x 15 m2 = 5.070 m2
Truk : 5% x 752 SRP = 38 SRP x 42,5 m2 = 1.615 m2
Total = 7.249 m2
b) Luas lahan parkir yang dibutuhkan berdasarkan Luasan

Luas lahan berdasarkan Luasan minimal adalah 37,5 m2 dikali jumlah tempat tidur. Sementara itu,
luas lahan berdasarkan luasan maksimal adalah 50 m2 dikali jumlah tempat tidur. Dengan
komposisi kendaraan yang masuk ke RSUD sebagaimana sudah ditetapkan di atas (376 TT), maka
luas lahan yang dibutuhkan adalah :

Luasan Parkir Minimal : 37,5 m2 x Tempat Tidur = 37,5 m2 x 376 = 14.100 m2

Luasan Parkir Maksimal : 50,0 m2 x Tempat Tidur = 50,0 m2 x 376 = 19.800 m2

2) Pedoman Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir

Pada pedoman ini, perhitungan ruang parkir menggunakan dua metode yaitu metode permodelan dan
metode faktor pengali. Output luas lahan parkir berdasarkan kedua metode tersebut adalah sebagai
berikut :

Pemodelan

Penentuan SRP yang dibutuhkan adalah dengan menggunakan permodelan. Pedoman yang
digunakan untuk pemodelan SRP adalah merujuk pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.67 Kebutuhan SRP Rumah Sakit

Jumlah Tempat Tidur 50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Kebutuhan SRP 97 100 104 111 118 132 146 160 230
Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1998)

Dari tabel di atas, dengan menggunakan regeresi, maka dperoleh persamaan y = 0,1402x + 89,895
dimana x adalah jumlah tempat tidur dan y adalah kebutuhan SRP. Sehingga, perhitungan kebutuhan
SRP rumah sakit adalah :

y = 0,1402x + 89,895 = (0,1402 x 376) + 89,895


= 52,7152 + 89,895
= 142.61 ≈ 143 SRP
Roda Dua : 50% x 143 SRP = 72 SRP x 1,5 m2 = 108 m2
Roda Empat : 45% x 143 SRP = 64 SRP x 15 m2 = 960 m2
Truk : 5% x 143 SRP = 7 SRP x 42,5 m2 = 297,5 m2
Total = 1.365,5 m2

Faktor Pengali

Sedangkan untuk menentukan kebutuhan parkir menggunakan faktor pengali, maka dapat dihitung
berdasarkan tabel di bawah ini.
Tabel 2.68 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir

Berdasarkan tabel tersebut, perhitungan kebutuhan ruang parkir minimal dan maksimal adalah :

Minimal : 0,2 x Jumlah tempat tidur = 0,2 x 376 = 75 SRP

Maksimal : 1,3 x Jumlah tempat tidur = 1,3 x 376= 489 SRP

Dengan komposisi kendaraan yang masuk ke RSUD sebagaimana sudah ditetapkan di atas, maka
luas lahan yang dibutuhkan adalah :

Lahan Parkir Minimal

Jumlah 75 SRP
Roda Dua : 50% x 75 SRP = 38 SRP x 1,5 m2 = 57 m2
Roda Empat : 45% x 75 SRP = 34 SRP x 15 m2 = 510 m
2

Truk : 5% x 75 SRP = 3 SRP x 42,5 m2 = 127,5 m2


Total = 694,5 m2

Lahan Parkir Maksimal

Jumlah 489 SRP


Roda Dua : 50% x 489 SRP = 244 SRP x 1,5 m2 = 366 m2
Roda Empat : 45% x 489 SRP = 220 SRP x 15 m2 = 3.300 m2
Truk : 5% x 489 SRP = 25 SRP x 42,5 m2 = 1.062,5 m2
Total = 4.728,5 m2

Berdasarkan metode pemodelan dan metode faktor pengali, maka hasil perhitungannya adalah 143
SRP dengan luas lahan parkir sebesar 1.365,5 m2. Sedangkan, berdasarkan faktor pengali, ukuran
lahan parkir minimal adalah 694,5 m2 dan maksimal adalah 4.728,5 m2.

Dari dua pendekatan tersebut, maka perhitungan luas lahan parkir berdasarkan kedua pendekatan
dengan luas rencana lahan parkir RSUD Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut :

Tabel 2.69 Luas Rencana Lahan Parkir RSUD Provinsi Sulawesi Utara
Bangunan Luas (m²)
Area Parkir Dokter dan Ambulance 350
Parkir Direktur dan Direksi 856
Parkir Instalasi Jenazah 231
Bangunan Luas (m²)
Gedung Parkir 1 (4 lantai) 1.104
Gedung Parkir 2 (4 lantai) 1.104
Gedung Parkir 3 (4 lantai) 1.104
Gedung Parkir 4(4 lantai) 7.208
Total 11.957
Sumber : DED Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Utara (2018)

Tabel 2.70 Analisis Kecukupan Lahan Parkir

Pedoman Kementerian Kesehatan


Metode Perhitungan Luas Lahan Parkir (m2) Luas Rencana Lahan Parkir (m2) Analisis
SRP Min 5.423 11.957 Memenuhi
SRP Mak 7.249 11.957 Memenuhi
Tidak
Luasan Min 14.100 11.957
Memenuhi
Tidak
Luasan Mak 18.800 11.957
Memenuhi
Pedoman Kemenetrian Perhubungan
Perhitungan Perhitungan Luas Lahan Parkir (m2) Luas Rencana Lahan Parkir (m2) Analisa
Pemodelan 1.365,5 11.957 Memenuhi
Faktor Pengali
694,5 11.957 Memenuhi
Min
Faktor Pengali
4.728,5 11.957 Memenuhi
Maks
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan (2019)

2.6 KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA


DAN/ATAU KEGIATAN
Rencana kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara, baik secara langsung maupun tidak
langsung akan saling mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan lain yang ada di
sekitarnya. Keterkaitan rencana kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dengan kegiatan lain di sekitar pada dasarnya dapat diuraikan
berdasarkan empat kriteria, yaitu :

1. Kegiatan sejenis;

2. Kegiatan yang berdampak sama;

3. Kegiatan yang akan mempengaruhi kegiatan RSUD Provinsi Sulawesi Utara; dan

4. Kegiatan yang akan dipengaruhi oleh RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan RSUD Provinsi Sulawesi Utara di Jalan Bethesda,
Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, antara lain adalah:

Sebelah Utara : Jalan Bethesda, Laboratorium Kesehatan Daerah, pemukiman


penduduk LIngkungan 2 Kelurahan Sario Tumpaan
Sebelah Timur : Jalan Bethesda 1, Pemukiman Penduduk Lingkungan LIngkungan
1 Kelurahan Kleak, Hotel Yuta

Sebelah Selatan : Jalan Teluk Banten, Pemukiman Penduduk Lingkungan


LIngkungan 2 Kelurahan Kleak, Universitas Sam Ratulangi

Sebelah Barat : Pemukiman penduduk Lingkungan 1 Kelurahan Kleak.

Kegiatan-kegiatan lain di sekitar rencana pembangunan secara kumulatif akan menimbulkan dampak
lingkungan seperti peningkatan kepadatan lalu lintas, penurunan kualitas air permukaan dan
peningkatan limbah.
124°49'20"E 124 °49'40"E 124°50'O"E

Rencana Penyusunan AMDAL Kegiatan


Pembangunan RSUD Kelas B Kota
Manado, Sulawesi Utara
Kegiatan Lain di Sekitar RSUD Manado

KELURAHAN
SARlO
-
KELURAHAN
SARlO
KOTABARU s
_ •• IIi::==:::j_ •••••
75 150

Sistem Koordinat: GCS WGS 1984


Datum: WGS 1984
Unit: Degree
_ Meters

Legenda
-_ Jalan
.,,
Sungai
• Batas Proyek
Kegiatan Lain
-$- Jalan Bethesda
() Jalan Teluk Banten
r:zJ Hotel Yuta
III] Laboratorium Kesehatan Daerah

o Batas Kecamatan
CJ Batas Kabupaten

Sumber:
- Batas Administrasi dari BPS, 2016
- Peta Rupabumi Indonesia Kota Manado, skala 1 : 50.000

\
\
"-
\
\
\

\
\

\
KEtuRAHAN
MALALAYANG No Proyek:SMl9347
Z I TIMUR
b KEC.wANEA Digambar: YH
N I_
f- KELURAHAN Diperiksa: IA
s-

c:
MALALAYtNG I 1/10/2019 Disetujui: APD
KELURAHAN

!
KAROMBASAN
UTARA

I Hatfield
H:lProjectlActive_ProjectISMI9347ILayoutlPeta Kegiatan Lain.mxd

Peta 2.7 Peta kegiatan sekitar.


ANDAL RSUD Sulawesi Utara 2-63 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
BAB 3. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1 METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


Prakiraan dampak penting dilakukan terhadap masing-masing Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang
telah diidentifikasi dalam dokumen Kerangka Acuan (KA). Prakiraaan dampak penting lingkungan
hidup mencakup prakiraan besaran dampak dan sifat penting dampak. Berdasarkan PerMenLH No.
16 tahun
2012 terdapat dua opsi dalam memprakirakan dampak, yaitu:

 Prakiraan dampak hanya membandingkan perubahan kondisi rona dengan adanya kegiatan
dan rona tanpa adanya kegiatan. Pada opsi ini, perubahan rona secara alamiah tidak
diperhitungkan; dan

 Membandingkan kondisi tanpa kegiatan dengan adanya kegiatan, namun juga


memperhitungkan perubahan rona secara alamiah, sehingga untuk opsi ini wajib ada pula
analisis/perhitungan perubahan rona secara alamiah.

Prakiraan dampak penting dalam kajian ini akan dilakukan dengan pendekatan pertama yaitu
membandingkan perubahan kondisi rona dengan adanya kegiatan dan rona tanpa adanya kegiatan
(with and without project). Skenario prakiraan dampak adalah skenario kondisi terburuk (worst-case
scenario). Apabila dihadapkan pada keterbatasan data dan informasi, maka prakiraan dampak
dilakukan dengan pendekatan sebelum dan setelah adanya kegiatan, dengan tanpa
mempertimbangkan perubahan rona lingkungan hidup secara alamiah (before and after project).

Prakiraan besaran dampak akan dilakukan terhadap setiap komponen lingkungan berdasarkan hasil
pelingkupan tergolong sebagai dampak penting hipotetik. Satuan dari besaran dampak adalah sesuai
dengan satuan dari parameter lingkungan yang ditinjau. Nilai parameter lingkungan hidup tanpa
proyek diasumsikan sama dengan kondisi rona lingkungan hidup awal. Besarnya perubahan
lingkungan hidup yang dianalisis mencakup keseluruhan komponen lingkungan hidup, yaitu
komponen fisika-kimia, biologi dan sosial, ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat.
Sebelum menentukan besaran dampak (magnitude), hubungan antara komponen lingkungan hidup
dan kegiatan pembangunan perlu dianalisis secara mendalam.

Sehubungan dengan itu ada dua jenis metode prakiraan besaran dampak yang akan digunakan, yaitu
metoda formal dan metoda non-formal:

Metode Formal

Metode formal merupakan penerapan formula dan perhitungan matematis yang baku, digunakan
dalam memprakirakan besaran dampak penting pada parameter lingkungan, kemudian hasil
perhitungan matematis tersebut dibandingkan dengan nilai ambang batas atau baku mutu lingkungan
hidup yang relevan. Metode formal akan digunakan bila tersedia cukup data kuantitatif yang
diperlukan. Bila persyaratan data kuantitatif tersebut tidak terpenuhi maka prakiraan dampak akan
dilakukan dengan metode yang bersifat non-formal.

Metode Non Formal

Metode non-formal ditekankan terhadap prakiraan dampak yang tidak dapat atau sulit digambarkan
secara matematis, sehingga prakiraan dampak tidak dapat dilakukan dengan metode formal. Dua
jenis metode non-formal yang digunakan, yaitu: prakiraan dampak secara analogi dan penilaian
para ahli
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-1 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
(professional judgement). Metode analogi, dampak lingkungan hidup yang timbul diprakirakan dengan
mempelajari aktivitas sejenis di daerah lain dan/atau berlangsung pada waktu yang lampau. Penilaian
para ahli dalam menentukan prakiraan dampak didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman
peneliti dibidangnya. Teknik ini digunakan apabila data dan informasi terbatas, serta fenomena yang
diprakirakan terjadi kurang dipahami.

Prakiraan sifat penting dampak didasarkan pada tujuh (7) Kriteria Dampak Penting sebagaimana
tercantum pada penjelasan pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan Hidup dan Pasal 22 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan tujuh kriteria
dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak, maka tim penyusun akan melakukan telaahan
berdasarkan kajian pustaka terkait sifat dampak dengan merujuk pada tujuh kriteria penting yang telah
disiapkan. Panduan untuk menentukan dampak penting dan tidak penting menggunakan tujuh kriteria
ditampilkan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Kriteria penentuan sifat penting dampak.

Faktor Penentu Sifat Penting Dampak


No.
Dampak Penting Tidak Penting (tp) Penting (p)
1 Besarnya jumlah Jumlah penduduk yang menerima Jumlah penduduk yang menerima
penduduk yang akan dampak positif penting ≥ penduduk dampak positif penting ≤ jumlah
terkena dampak rencana yang terkena dampak negatif penduduk yang terkena dampak
usaha dan/ atau kegiatan penting negatif penting
2 Luas wilayah penyebaran Luas wilayah penyebaran dampak Luas wilayah penyebaran dampak
dampak lebih kecil dibandingkan dengan lebih besar dibandingkan dengan luas
luas wilayah rencana kegiatan wilayah rencana kegiatan
3 Intensitas dampak Ringan, populasi terkena dampak Sedang sampai berat, populasi
tidak terpengaruh terkena dampak terpengaruh
Lamanya dampak <1 tahapan kegiatan >1 tahapan kegiatan
berlangsung
4 Banyaknya komponen Hanya merupakan dampak primer Menimbulkan dampak sekunder dan
lingkungan hidup lain dampak lanjutan lainnya
yang terkena dampak
5 Sifat Kumulatif dampak Tidak kumulatif Kumulatif tidak dapat diasimilasi oleh
lingkungan
6 Berbalik atau tak Dampaknya dapat dipulihkan Dampaknya tidak dapat dipulihkan
berbaliknya dampak (berbalik) (tidak berbalik)
7 Kriteria lain sesuai Tidak terdapat kriteria lain sesuai Terdapat kriteria lain sesuai dengan
dengan perkembangan dengan perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan
ilmu pengetahuan dan pengetahuan dan teknologi teknologi (IPTEK)
teknologi (IPTEK) (IPTEK)
Sumber: UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2009.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
3.2 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PADA TAHAP
KONSTRUKSI

3.2.1 Rekrutmen Tenaga Kerja Konsruksi


3.2.1.1 Kesempatan Kerja dan Berusaha

Besaran Dampak

Kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi secara langsung memberikan dampak
peningkatan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat khususnya angkatan kerja yang ada
wilayah studi. Kegiatan konstruksi pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara ini akan
membutuhkan tenaga kerja langsung sekitar 305 jiwa. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebesar
305 jiwa, jika angkatan kerja di wilayah studi diberi prioritas sebesar 30%, maka akan terbuka
kesempatan kerja sebesar 92 orang untuk angkatan kerja di wilayah studi.

Adanya kegiatan konstruksi dengan penyerapan tenaga kerja di wilayah studi akan menyebabkan
bertambahnya kesempatan kerja. Kesempatan kerja akan mengalami perubahan setelah terbukanya
kesempatan kerja untuk tenaga kerja konstruksi pembangunan RSUD. Kesempatan kerja di wilayah
studi setelah adanya kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi adalah sebesar 88,16%.
Berdasarkan data rona lingkungan hidup awal di wilayah studi terdapat 3.768 jiwa angkatan kerja.
Angkatan kerja yang belum bekerja di wilayah studi adalah sebesar 538 jiwa. Prakiraan besaran
dampak kesempatan kerja dengan menggunakan formula, sebagai berikut:
𝑳𝑶 𝒊𝒏 ⁄ 𝑳𝑶 𝒏
𝑳�� = …………………………………(5)
𝑳𝑶�� ⁄𝑼

92⁄ 305
𝑳�� =305⁄𝟓𝟑𝟖 …………………………………(5)

𝑳�� = �,
𝟓𝟑

Dimana:
LO = adalah tingkat kesempatan kerja
LOin = adalah jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut pada kegiatan i
LOn= adalah jumlah total tenaga kerja yang direkrut
UL = adalah jumlah penduduk yang menganggur di wilayah studi.

Berdasarkan uraian diatas, maka besaran tingkat kesempatan kerja sebesar 0,53%. Berdasarkan
tabel skala dan tingkat dampak kesempatan kerja (Tabel 3.2), dengan perubahan kesempatan kerja
sebesar
0,53%, berarti kegiatan cukup memberikan terhadap angkatan kerja yang ada di wilayah studi.

Tabel 3.2 Skala dan Tingkat Dampak Kesempatan Kerja.

No. Skala Kesempatan Kerja Keterangan


1 LO= 1 Berdampak signifikan terhadap kesempatan kerja
2 LO=0 atau LO <1 Cukup memberikan dampak terhadap kesempatan kerja
3 LO>1 atau LO=2 Kurang memberikan dampak
Sumber: Wahyudin, 2012

Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi sebesar 305 jiwa diprakirakan akan berpengaruh
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-3 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
terhadap peluang berusaha di wilayah studi. Upah minimum Kota Manado adalah sebesar Rp Rp

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-4 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
2.824.286 sehingga dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 305 orang, maka uang yang
beredar di wilayah studi setiap bulan selama kegiatan berlangsung adalah sebesar Rp 861.407.230-
/bulan.

Pendapatan karyawan/tenaga kerja umumnya digunakan untuk keperluan konsumsi pangan dan
nonpangan. Pengeluaran karyawan untuk konsumsi pangan adalah sebesar 57,5% dan konsumsi
nonpangan sebesar 42,5% (Siregar, G dan Herwanto, W, 2015). Pengeluaran untuk konsumsi pangan
oleh tenaga konstruksi akan dilakukan di wilayah terdekat dimana tenaga kerja berdomisili, maka
berdasarkan uraian tersebut maka pendapatan tenaga kerja yang bekerja di kegiatan ini 57,5% akan
dibelanjakan di wilayah studi.

Peredaran uang sebesar Rp 861.407.230-/bulan cukup besar dan jika 57,5% dari total uang tersebut
digunakan untuk berbelanja di wilayah studi, maka uang yang beredar sebesar Rp 495.309.157,25,-
/bulan. Jumlah tersebut cukup besar dan dapat menggerakkan perekonomian lokal di Kelurahan
Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan.

Kelurahan Kleak dan Sario Tumpaan sudah memiliki sarana usaha baik skala besar maupun kecil,
sehingga adanya kegiatan penerimaan tenaga kerja akan memberikan pengaruh langsung terhadap
usaha yang sudah ada, khususnya usaha dibidang rumah makan dan minuman, karena akan ada
uang yang beredar sebanyak Rp 495.309.157,25,-/bulan yang akan dibelanjakan oleh tenaga kerja
konstruksi untuk keperluan makanan dan minuman.

Berdasarkan kondisi rona lingkungan hidup di wilayah studi terdapat 86 unit sarana perekonomian
(2017). Di wilayah studi terdapat 35 unit kios dan 30 unit rumah makan. Kegiatan akan terkena
dampak berupa peningkatan omset penjualan untuk kebutuhan tenaga kerja konstruksi.

Umumnya kegiatan konstruksi akan mendorong tumbuhnya usaha penyediaan makanan dan
minuman bagi tenaga kerja konstruksi. Kegiatan konstruksi dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 305
orang akan mendorong tumbuhnya rumah makan/minuman sebanyak 6 unit dengan asumsi setiap
rumah makan hanya mampu melayani 50 tenaga kerja.

Berdasarkan uraian tersebut dampak terciptanya peluang berusaha dikategorikan sebagai dampak
besar.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusaha dapat
dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan
Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja di
yang akan terkena dampak wilayah studi sebesar 92 jiwa, sehingga total
rencana usaha dan/atau manusia yang terkena dampak 368 jiwa (tenaga
kegiatan kerja beserta anggota keluarganya) dan akan
mendorong tumbuhnya 6 unit usaha baru.
2 Luas wilayah persebaran +P Persebaran dampak tidak hanya di Kelurahan
dampak Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-5 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
menyebar ke seluruh Kecamatan Malalayang
bahkan hingga ke keluar wilayah kecamatan.
3 Intensitas dan lamanya +TP Intensitas dampak besar, namun berlangsung
dampak berlangsung dalam jangka waktu relative singkat selama
tahap konstruksi.
4 Banyaknya komponen +P Ada komponen lain yang akan terpengaruh, yaitu
lingkungan lain terkena perubahan persepsi masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan +TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)
Berdasarkan uraian di atas maka peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha dikategorikan
sebagai dampak positif penting (+P).

3.2.1.2 Pendapatan Masyarakat

Besaran dampak

Kegiatan konstruksi pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara ini akan membutuhkan tenaga
kerja langsung sekitar 305 jiwa. Penerimaan tenaga kerja sebesar 305 jiwa merupakan jumlah yang
cukup besar dan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.

Tingkat pendapatan masyarakat di wilayah studi berdasarkan hasil wawancara diperoleh rata-rata
tingkat pendapatan penduduk perbulan di wilayah studi sebesar Rp 3.807.228,916/ bulan. Upah
Minimum Kota Manado sebesar Rp 2.824.286 / bulan, sehingga rata-rata pendapatan penduduk di
wilayah studi telah melampaui upah minimum Kota Manado. Hal ini menunjukkan tingkat
kesejahteraan penduduk yang bermukim di wilayah studi sudah sangat baik. Tingkat pendapatan rata-
rata penduduk di wilayah studi saat ini yang sudah sangat baik karena 34,80% responden telah
mempunyai tingkat pendapatan di atas upah minimum Kota Manado.

Masyarakat yang diprakirakan mengalami peningkatan pendapatan dilihat dari hasil survei responden
adalah masyarakat yang memiliki pendapatan Rp 1.000.000 s/d Rp 2.500.000 (39,76%). Setelah
masyarakat bekerja sebagai tenaga kerja konstruksi, maka akan mengalami peningkatan pendapatan.
Pendapatan tenaga kerja konstruksi yang bekerja diasumsikan sesuai dengan upah minimum Kota
Manado adalah Rp.2.824.286/bulan. Pendapatan masyarakat yang setelah adanya kegiatan
penerimaan tenaga kerja konstruksi sebesar Rp 2.071.233,91/bulan, mengalami peningkatan dari
sebelumnya Rp 1.318.181,82/bulan, sehingga mengalami peningkatan pendapatan adalah sebesar
57,13%.

Berdasarkan uraian di atas, terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dari kegiatan penerimaan
tenaga kerja konstruksi dengan kategori dampak besar.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting, maka penentuan kriteria penting dampak peningkatan
pendapatan masyarakat akibat kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi, adalah sebagai berikut:

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-6 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 3.4 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Pendapatan
Masyarakat akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap
Konstruksi.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja di wilayah
yang akan terkena dampak studi sebesar 92 jiwa, sehingga total manusia yang
rencana usaha dan/atau terkena dampak 368 jiwa (tenaga kerja beserta
kegiatan anggota keluarganya).
2 Luas wilayah persebaran +P Persebaran dampak tidak hanya di Kelurahan Kleak
dampak dan Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan menyebar
ke seluruh Kecamatan Malalayang bahkan hingga ke
keluar wilayah kecamatan.
3 Intensitas dan lamanya +TP Intensitas dampak besar, namun berlangsung dalam
dampak berlangsung jangka waktu relatif singkat selama tahap konstruksi.
4 Banyaknya komponen +P Ada komponen lingkungan lain yang akan
lingkungan lain terkena terpengaruh.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kegiatan penerimaan tenaga kerja
konstruksi dapat menimbulkan dampak yang tergolong positif penting (+P) terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat.

3.2.1.3 Persepsi dan Sikap Masyarakat

Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat adalah
kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi.

Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,10% responden
menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,70% responden menyatakan
setuju dan hanya 1,20% responden yang menyatakan tidak setuju. Persepsi dan sikap responden
yang ada di wilayah studi terkait rencana pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara sangat baik
karena dukungan masyarakat mendekati 100%.

Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi menyebabkan terbukanya kesempatan kerja bagi
penduduk lokal sebagai tenaga konstruksi serta adanya peluang usaha yang baru seperti warung
makan/minum, penginapan, toko/kios dan lain sebagainya. Terbukanya kesempatan kerja dan
peluang berusaha akan dapat mempertahankan persepsi dan sikap positif masyarakat. Hal ini sejalan
dengan harapan masyarakat agar kegiatan dapat memberikan dampak positif berupa kesempatan
kerja. Persepsi dan sikap masyarakat akibat adanya penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi,
termasuk kategori dampak penting dengan magnitudo besar, karena penerimaan tenaga kerja akan
semakin memperkuat dukungan masyarakat atau persepsi dan sikap positif masyarakat terhadap
rencana kegiatan.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-7 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Sifat penting dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak persepsi dan sikap masyarakat dari penerimaan
tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat
akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk yang +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja di
akan terkena dampak rencana wilayah studi sebesar 92 jiwa, sehingga total
usaha dan/atau kegiatan manusia yang terkena dampak 368 jiwa (tenaga
kerja beserta anggota keluarganya).
2 Luas wilayah persebaran dampak +P Persebaran dampak tidak terbatas di Kelurahan
Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya
3 Intensitas dan lamanya dampak +TP Intensitas dampak besar namun berlangsung
berlangsung dalam jangka waktu relatif singkat
4 Banyaknya komponen lingkungan +TP Tidak ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lain terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan +TP Tidak ada teknologi yang dapat digunakan terkait
perkembangan ilmu pengetahuan persepsi dan sikap masyarakat
dan teknologi
Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat dari kegiatan penerimaan
tenaga kerja tahap konstruksi ini tergolong positif penting (+P).

3.2.2 Mobilisasi dan demobilisasi alat dan material


3.2.2.1 Kualitas Udara Ambien
Besaran Dampak

Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan pada Tahap Konstruksi berpotensi menimbulkan dampak
penurunan kualitas udara ambien akibat peningkatan kadar partikulat yang berasal dari
pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material untuk kebutuhan konstruksi sipil.
Prakiraan besaran

bangkitan konsentrasi partikulat (TSP dan PM10) dihitung berdasarkan nilai faktor emisi untuk jalan
beraspal dengan menggunakan persamaan empiris berikut (US-EPA-AP-42, 2002):

Dimana: E = Faktor emisi partikulat

k = kelipatan ukuran partikulat (Tabel 3.6)

sL = Kadar debu pada permukaan jalan (g/m2); dan

W = Berat rata-rata kendaraan di jalan dalam satuan ton.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-8 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 3.6 Faktor kelipatan (multiplier) ukuran partikulat untuk jalan beraspal.

Faktor kelipatan ukuran Partikel kb


a
Ukuran Partikulat
g/VKT g/VMT lb/VMT

PM10 0,62 1,00 0,0022

PM30d 3,23 5,24 0,011

Keterangan:
a
Mengacu pada udara partikulat (PM-x) dengan diameter aerodinamis sama dengan atau kurang dari
x mikrometer (µm).
b
Unit yang ditampilkan adalah gram per kendaraan kilometer perjalanan (g/VKT), gram per kendaraan
mil perjalanan (g/VMT), dan pon per kendaraan mil perjalanan (lb/VMT).
c
Faktor K didasarkan pada rata-rata PM2,5 dan rasio PM10.
d
PM30 sering digunakan sebagai pengganti untuk TSP (partikulat tersuspensi).

Hasil perhitungan faktor emisi partikulat (E) di atas, kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
Gauss untuk sumber garis terbatas sebagai berikut:
2
 1  H 
   p2 1

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-9 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
2q 2 
1
2
 p dp
C  x,0,0;H    e 
p1 2e
 z 2

2  z u  
 
Dimana: C = Konsentrasi akhir udara ambien dalam satuan µg/m3

q = Laju emisi polutan (gram/detik)

u = Rata-rata kecepatan angin (m/detik) `

z = Koefisien dispersi vertikal (meter)

Apabila kegiatan mobilisasi alat dan bahan diasumsikan rata-rata sebanyak 2 ritasi/jam dengan
panjang lintasan 3 km dan rata-rata berat kendaraan adalah 8 ton serta kecepatan angin rata-
rata adalah
2,54 m/detik, maka diperoleh peningkatan konsentrasi partikulat (TSP, PM10 dan PM2,5) seperti tertera
pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Prakiraan besaran emisi partikulat pada kegiatan mobilisasi peralatan
dan bahan.

Jarak Reseptor (m) Baku


Parameter Unit
Mutu
10 25 50 100 250 500 1000

TSP/debu 140 111,02 80,04 49,44 16,90 7,36 3,43 230


µg/m3
PM10 26,87 21,31 15,36 7,46 2,91 0,84 0,39 150

Keterangan: * PPRI No. 41/1999.

Dengan jarak pemukiman jalur mobilisasi adalah 10 meter, maka peningkatan kadar TSP dan PM10
diperkirakan akan memenuhi baku mutu berdasarkan PP No. 41/1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-10 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan mobilisasi
peralatan dan material terhadap penurunan kualitas udara ambien dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.8 Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi peralatan dan
material terhadap penurunan kualitas udara ambien.

Faktor Penentu Sifat Penting


No Keterangan
Dampak Penting Dampak
1 Besarnya jumlah -TP Dengan jarak pemukiman dan jalur mobilisasi 10 meter,
penduduk yang akan diperkirakan tidak terdapat penduduk yang akan terkena
terkena dampak dampak peningkatan kadar debu dan PM10.
rencana usaha dan/ atau
kegiatan
2 Luas wilayah -TP Luas sebaran partikulat khususnya untuk parameter TSP
persebaran dampak dan PM10 diperkirakan tidak berdampak signifikan terhadap
peningkatan kadar debu dan PM10 di udara ambien selama
kegiatan mobilkisasi peralatan dan material.
3 Lamanya dampak -TP Kegiatan berlangsung ± 30 hari pada Tahap konstruksi dan
berlangsung penurunan kualitas udara ambien tidak akan berlangsung
lama karena bangkitan partikulat hanya terjadi ketika
kendaraan pengangkut melintas.
Intensitas dampak -TP Intensitas dampak partikulat adalah sebagai berikut:
- TSP/debu = 3,43– 140 µg/m3 (dibawah baku mutu
sebesar 230 µg/m3)
- PM10 = 0,39– 26,87 µg/m3 ((dibawah baku mutu sebesar
150 µg/m3)
4 Banyaknya komponen -P Komponen lain yang terkena dampak adalah prevalensi
lingkungan lain yang penyakit dan persepsi masyarakat.
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak bersifat kumulatif, karena emisi partikulat
akan turun ke tanah karena gravitasi atau karena
aglomerasi akibat kelembaban maupun hujan.
6 Berbalik atau tidak -TP Mengingat emisi partikulat akan terdeposisi ke udara
berbaliknya dampak ambien, maka dampak akan berbalik. Konsentrasi partikulat
akan kembali ke kondisi semula ketika kendaraan
pengangkut telah lewat menjauh.
7 Kriteria lain sesuai -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi peralatan dan material terhadap penurunan
kualitas udara ambien masuk ke dalam kategori dampak (negatif) penting (-P).

3.2.2.2 Kebisingan

Besaran Dampak

Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material akan menggunakan jalan umum terdekat
menuju tapak proyek, yaitu Jalan Bethesda yang meliputi pengangkutan alat dan bahan untuk
kebutuhan konstruksi seperti semen, pasir, peralatan berat, dll. Kegiatan tersebut berpotensi
meningkatkan kebisingan yang diakibatkan oleh mobilisasi kendaraan pengangkut (transport truck) di
sepanjang jalan yang dilewati dengan ritasi per hari diperkirakan mencapai 23 rit per jam (asumsi 8
jam kerja).
Apabila tingkat kebisingan dari 1 (satu) unit dump truck diperkirakan 105 dB(A) dengan asumsi
kendaraan pengangkut tidak berjalan beriringan, maka besaran dampak kebisingan dihitung dengan
menggunakan rumus line source (KLH, 2009) sebagai berikut:

𝐿𝑝 = 𝐿� − 20 log(�� ) − 5 (1)

Dimana: Lp = Tingkat kebisingan line source (sound pressure level)


Lw = Tingkat kebisingan dari sumber bising (sound power level)
r = Jarak dari sumber bising (dalam meter)

Besaran dampak dihitung berdasarkan tingkat kebisingan pada pusat sumber bising dengan
menggunakan rumus (1) di atas. Tingkat kebisingan dihitung untuk setiap jarak dari sumber
kebisingan. Hasil prakiraan besaran dampak kebisingan ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Prediksi tingkat kebisingan akibat kegiatan mobilisasi dan demobilisasi
alat dan material.

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan Gambar 3.1, peningkatan kebisingan akibat kegiatan
mobilisasi dan demobilisasi alat dan material memenuhi baku tingkat kebisingan (58 dBA) pada jarak
±125 meter dari jalan utama. Dengan mempertimbangkan radius lebar jalan adalah 10 meter, maka
tingkat kebisingan pada pemukiman disepanjang jalur mobilisasi yang berjarak ±10 meter diprediksi
sebesar 73,9 dB(A) atau setara dengan 128% dari baku tingkat kebisingan untuk area pemukiman
(58 dB(A)) sesuai Kep MenLH No:KEP-48/MENLH/11/996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Namun
demikian, jenis dampak kebisingan yang ditimbulkan bersifat sesaat dan akan turun seiring dengan
menjauhnya sumber kebisingan (mobil pengangkut).

Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan mobilisasi
alat dan bahan terhadap peningkatan kebisingan dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3.9 Penentuan sifat penting dampak peningkatan kebisingan dari kegiatan
dampak kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan.

Kriteria Penentuan Sifat


No Sifat Penting Penting Keterangan
Dampak Dampak
1 Besarnya jumlah -P Reseptor terkena dampak adalah penduduk di sekitar lokasi proyek
penduduk yang yang berdekatan dengan jalur mobilisasi dan demobilisasi alat dan
akan terkena material (dekat ruas jalur Bethesda) dengan radius <10 meter.
dampak rencana
usaha dan/ atau
kegiatan
2 Luas wilayah -P Wilayah persebaran dampak adalah sepanjang jalur mobilisasi dan
persebaran dampak demobilisasi yang dilewati di wilayah studi, yaitu jalan Bethesda yang
terletah di Kelurahan Kleak. Oleh karena wilayah persebarannya
berdekatan dengan pemukiman di pinggir jalan, maka dikategorikan
“penting”.
3 Lamanya dampak -TP Dampak akan berlangsung selama Tahap Konstruksi apabila
berlangsung kendaraan pengangkut melintas yaitu berkisar ±5 bulan.
Intensitas dampak -P Jenis kebisingan bersifat sesaat dan akan turun seiring dengan
menjauhnya sumber kebisingan, namun intensitas kebisingan
melewati baku mutu untuk area permukiman pada radius ±100 meter.
4 Banyaknya -P Jika tidak dikelola dengan baik, dampak turunan yang berpotensi
komponen terkena dampak adalah kesehatan masyarakat (sekunder) yang
lingkungan lain yang berdampak lanjutan lagi ke persepsi masyarakat (dampak tersier).
terkena dampak
5 Sifat kumulatif -TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kebisingan pada kegiatan ini
dampak bersifat sesaat dan akan turun seiring dengan menjauhnya sumber
kebisingan (mobil pengangkut).
6 Berbalik atau tidak -TP Dampak dapat dipulihkan (berbalik).
berbaliknya dampak
7 Kriteria lain sesuai -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
dengan pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap peningkatan
kebisingan pada Tahap Konstruksi dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3.2.2.3 Persepsi dan Sikap Masyarakat

Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat dari
positif menjadi negatif adalah kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material konstruksi. Ritasi
per hari diperkirakan mencapai 185 rit atau 23 rit per jam (asumsi 8 jam kerja). Volume ritasi
kendaraan yang cukup tinggi akan menimbulkan dampak khususnya ketika melintasi jalan-jalan
lingkungan di sekitar areal tapak pembangunan RSUD. Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan
material konstruksi akan menyebabkan timbulnya pencemaran udara dan kerusakan jalan. Kegiatan
mobilisasi dan demobilisasi alat dan material konstruksi akan menyebabkan meningkatnya gas-gas
polutan di udara yang bersumber dari emisi gas buang kendaraan pengangkut. Selain polutan yang
bersumber
dari emisi gas buang kegiatan tersebut dapat meningkatkan dispersi debu yang berasal dari debu
jalanan yang terbang terkena hempasan ban kendaraan pengangkut khususnya pada musim
kemarau. Debu juga berasal dari ceceran material konstruksi yang diangkut. Ceceran material pada
musim hujan akan menjadi lumpur yang melapisi jalan yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas khususnya bagi pengendara kendaraan roda dua. Kebisingan juga dapat timbul
dari kegiatan tersebut. Kegiatan berlangsung selama 330 hari dengan intensitas tinggi.

Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,10% responden
menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,70% responden menyatakan
setuju dan hanya 1,20% responden yang menyatakan tidak setuju.

Masyarakat di wilayah studi mempunyai kekhawatiran terkait kegiatan mobilisasi selama kegiatan
konstruksi berlangsung. Adapun kekhawatiran terkait kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan
material, yaitu:

1. Kebisingan (32,50%).

2. Kemacetan lalu lintas (27,70%).

3. Polusi udara (24,10%).

4. Kecelakaan lalu Lintas (1,20%).

5. Lainnya (kerusakan jalan) (14,50%).

Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material konstruksi berpotensi menyebabkan timbulnya
peningkatan kebisingan, kemacetan lalu lintas, polusi udara, kecelakaan lalu lintas dan lainnya
(kerusakan jalan, dll). sehingga akan menyebabkan terjadinya peningkatan persepsi dan sikap negatif
masyarakat. Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material konstruksi dengan jumlah ritasi 23
rit/jam, merupakan jumlah yang sangat besar. Volume ritasi yang besar pada saat pelaksanaan
kegiatan berpotensi menimbulkan dampak-dampak yang dikhawatirkan oleh masyarakat terjadi.
Perubahan persepsi dan sikap masyarakat jika yang dikhawatirkan oleh masyarakat timbul akibat
kegiatan adalah besar. Berdasarkan uraian tersebut kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan
material konstruksi akan menyebabkan terjadinya perubahan persepsi dan sikap masyarakat, dengan
magnitudo besar, karena pemukiman sangat dekat dan kondisi jalan lingkungan sudah mulai padat
oleh kendaraan yang lalu lalang.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak persepsi dan sikap masyarakat dari mobilisasi dan
demobilisasi alat dan material dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat
akibat Kegiatan Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material Tahap
Konstruksi.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk yang -P Diprakirakan akan berpengaruh terhadap masyarakat
akan terkena dampak rencana yang ada di wilayah studi sebesar 8.844 jiwa,
usaha dan/atau kegiatan khususnya penduduk yang bermukim di sekitar rute
jalan masuk menuju ke lokasi
2 Luas wilayah persebaran -P Persebaran dampak sangat luas di sepanjang rute-
dampak rute yang dilalui oleh kendaraan pengangkut alat dan
material.
3 Intensitas dan lamanya dampak -P Intensitas dampak sebesar 23 rit/jam dan
berlangsung berlangsung selama 330 hari
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lingkungan lain terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik -TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)

Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat dari mobilisasi dan
demobilisasi alat dan material konstruksi ini tergolong negatif penting (-P).

3.2.2.4 Prevalensi Penyakit

Besaran Dampak

Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi dapat menimbulkan
debu bangkitan ke udara akibat dari lalu lintas kendaraan. Tingginya konsentrasi debu ke udara terjadi
pada saat kendaraan melintas dan akan menurun saat tidak ada kendaraan yang melintas. Kegiatan
ini akan melewati daerah pemukiman penduduk yang berada di pinggir jalan yang akan dilalui oleh
kendaraan proyek. Jarak yang dekat dan adanya peningkatan debu bangkitan ke udara diprakirakan
dapat berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal di jalur mobilisasi dan demobilisasi
kendaraan proyek.

Konsentrasi debu yang dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan menurut PPRI No. 41/1999
adalah >150 µg/m3, sedangan jika mengacu pada WHO Air Quality Guidelines gangguan kesehatan
dapat terjadi apabila melebihi PM10>50 µ/m3 terutama gangguan pada saluran pernafasan misalnya
ISPA. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI, ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksa-
nya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). Sedangkan ISPA akibat polusi adalah ISPA yang
disebabkan oleh faktor risiko udara seperti asap rokok, asap pembakaran rumah tangga, gas buang
sarana transportasi dan industri, kebakaran hutan dan lainnya. Selain faktor faktor tersebut di atas,
kuman pathogen dan juga virus dapat menyebabkan ISPA. Namun demikian, polusi udara (debu)
bukan penyebab tunggal terhadap kejadian ISPA. Faktor lainnya yang dapat berpengaruh adalah
status gizi, kebiasaan merokok di dalam ruangan, pengelolaan sampah dengan cara dibakar serta
ventilasi ruangan.
Kasus ISPA merupakan kasus penyakit terbanyak ke dua setelah hipertensi di lokasi studi.
Masyarakat yang tinggal di pinggir jalan jalur mobilisasi merupakan kelompok yag rentan terhadap
ISPA terutama balita dan lansia. Dampak dari kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material
pada tahap konstruksi ini diperkirakan akan terjadi penambahan jumlah kasus ISPA pada kelompok
rentan sebesar
14,5 kasus per 100 penduduk-tahun. Namun demikian, potensi terjadinya ISPA yang disebabkan oleh
konsentrasi debu dari kegiatan ini pada tahap konstruksi ini tergolong kedalam besaran dampak kecil
terhadap kesehatan masyarakat.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak dari kegiatan
mobilisasi dan demobilisasi alat dan material terhadap peningkatan prevalensi penyakit dapat
diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.11 Penentuan sifat penting dampak peningkatan prevalensi penyakit dari
kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat & material.

Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -P Masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan yang dilintasi
yang akan terkena dampak kendaraan pengangkut akan terkena dampak kesehatan
rencana usaha dan/atau akibat dari kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat &
kegiatan material di Kelurahan Sario dan Kleak
2 Luas wilayah persebaran -P Wilayah sebaran dampak kesehatan ini adalah
dampak pemukiman yang berada di sepanjang jalan yang dilintasi
kendaraan pengangkut di wilayah studi
3 Intensitas dampak -TP Intensitas dampak kecil.
Lama nya dampak -TP Efek kesehatan yang ditimbulkan dari kegiatan ini bersifat
berlangsung akut.
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang terdampak akibat dari
lingkungan lain yang kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat & material
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak kesehatan akibat debu tidak berdampak
kumulatif
6 Berbalik atau tidak -TP Jika kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat & material
berbaliknya dampak selesai dilakukan, maka bangkitan debu ke udara akan
semakin kecil berdampak pada kesehatan masyarakat.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak, akibat dari kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat &
material pada Tahap Konstruksi terhadap peningkatan prevalensi penyakit masuk kategori dampak
negatif penting (-P).
3.2.2.5 Bertambahnya Volume Kendaraan

Prakiraan Besaran Dampak

Besaran bangkitan dalam tahap kontruksi, berdasarkan jumlah kendaraan 23 kendaraan dalam satu
jam, sehingga besaran bangkitannya dikalikan dengan angka konversi SMP 1,5 sehingga besarannya
adalah 34,5 smp/ jam.

Prediksi Volume lalu lintas Pada Tahap Konstruksi

Prediksi lalu lintas pada tahun ke-1 merupakan masa kontruksi RSUD Provinsi Sulawesi Utara, untuk
memprediksi volume lalu lintas dalam menggunakan tingkat pertumbuhan lalu lintas akan
menggunakan rata-rata tingkat pertumbuhan PDRB Kota Manado, adapun rata-ratanya adalah 7,06%,
adapun prediksi lalu lintas tanpa kegiatan dan dengan kegiatan pada tahun 2019, dapat dilihat pada
Tabel 3.12 berikut ini.

Tabel 3.12 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 886,8 1035,1 831,7 894,1
08.00-09.00 997,9 1042,1 834,7 943,2
11.00-12.00 1114,7 1187,5 993,0 907,5
12.00-13.00 1103,9 1096,0 920,7 882,5
16.00-17.00 933,2 1171,5 937,8 863,8
17.00-18.00 1092,0 1262,7 879,6 1007,3

Tabel 3.13 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1039,7 1332,0 823,6 1003,4
08.00-09.00 1103,8 1142,5 867,7 812,0
11.00-12.00 1155,9 898,4 893,8 748,8
12.00-13.00 1132,1 885,8 872,7 628,2
16.00-17.00 1006,1 996,1 794,6 627,7
17.00-18.00 1045,4 1127,5 734,0 711,7

Tabel 3.14 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 890,9 1039,3 835,9 898,3
08.00-09.00 1002,0 1046,2 838,9 947,3
11.00-12.00 1118,8 1191,6 997,1 911,7
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
12.00-13.00 1108,0 1100,2 924,8 886,6
16.00-17.00 937,4 1175,7 942,0 868,0
17.00-18.00 1096,1 1266,9 883,7 1011,4

Tabel 3.15 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1043,9 1336,1 827,7 1007,6
08.00-09.00 1107,9 1146,6 871,8 816,2
11.00-12.00 1160,0 902,6 898,0 752,9
12.00-13.00 1136,3 889,9 876,9 632,3
16.00-17.00 1010,3 1000,2 798,7 631,8
17.00-18.00 1049,5 1131,7 738,1 715,9

V/ C Ratio Tahap Konstruksi

V/C rasio merupakan indikator dari pelayanan jalan, V/C rasio ini di dapat dari perbandingan arus
kendaraan pada ruas jalan yang di pantau dengan kapasitas jalan, dengan demikian dapat dilihat V/C
rasio dari ruas jalan tersebut, dapat di lihat pada Tabel 3.16, Tabel 3.17, Tabel 3.18 dan Tabel 3.19
di bawah ini.

Tabel 3.16 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,63 0,73 0,59 0,63
08.00-09.00 0,71 0,74 0,59 0,67
11.00-12.00 0,79 0,84 0,70 0,64
12.00-13.00 0,78 0,78 0,65 0,62
16.00-17.00 0,66 0,83 0,66 0,61
17.00-18.00 0,77 0,89 0,62 0,71

Tabel 3.17 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,74 0,94 0,58 0,71
08.00-09.00 0,78 0,81 0,61 0,57
11.00-12.00 0,82 0,64 0,63 0,53
12.00-13.00 0,80 0,63 0,62 0,44
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
16.00-17.00 0,71 0,70 0,56 0,44
17.00-18.00 0,74 0,80 0,52 0,50

Tabel 3.18 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,63 0,73 0,59 0,64
08.00-09.00 0,71 0,74 0,59 0,67
11.00-12.00 0,79 0,84 0,71 0,64
12.00-13.00 0,78 0,78 0,65 0,63
16.00-17.00 0,66 0,83 0,67 0,61
17.00-18.00 0,78 0,90 0,62 0,72

Tabel 3.19 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,74 0,94 0,59 0,71
08.00-09.00 0,78 0,81 0,62 0,58
11.00-12.00 0,82 0,64 0,64 0,53
12.00-13.00 0,80 0,63 0,62 0,45
16.00-17.00 0,71 0,71 0,56 0,45
17.00-18.00 0,74 0,80 0,52 0,51

Jika melihat prediksi kondisi lalu lintas pada tahun 2021 tanpa ada kegiatan, kecederungan kondisinya
sudah melebihi standar yang telah ditetapkan, sedangkan prediksi kondisi lalu lintas pada tahun
pertama beroperasi adalah hampir semuanya sudah melebihi batas yang ditetapkan.

Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak bertambahnya volume
kendaraan dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.20 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
kegiatan mobilisasi peralatan dan material

Kriteria Penentuan Sifat


No Penting Keterangan
Sifat Penting Dampak Dampak
1 Besarnya jumlah Yang terkena dampak adalah pengguna jalan yang
penduduk yang akan melintas di ruas jalan Bethesda yang berbarengan
terkena dampak rencana dengan jam mobilisasi material, dimana jumlah
-P
usaha dan/ atau kegiatan kendaraan paling sedikit adalah 627,7 smp/ jam,
sedangkan jumlah kendaraan terbanyak adalah 1332,0
smp/ jam
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Sifat Penting Dampak Dampak
2 Luas wilayah penyebaran Luas wilayah penyebaran dampak adalah ruas jalan
dampak -P Bethesda yang dilalui oleh kendaraan yang memobilisasi
material
3 Intensitas dan lamanya Intensitas mobilisasi adalah setiap 2,6 menit terdapat
dampak berlangsung penambahan jumlah kendaraan 1 Kendaraan, dengan
-P
lama dampak berlangsung adalah setiap hari selama 8
Jam selama kurang lebih 1 Bulan
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terkena dampak turun jika
lingkungan lain yang tidak dikelola dengan baik adalah kebisingan,
terkena dampak -P peningkatan udara ambient (dampak sekunder),
kesehatan masyarakat dan persepsi masyarakat
(dampak tersier)
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak berdampak kumulatif
6 Berbalik atau tidak Setelah selesai kegiatan mobilisasi, maka penambahan
berbaliknya dampak -TP kendaraan tidak akan terjadi, sehingga kondisinya dapat
berbalik kepada kondisi sebelumnya
7 Kriteria lain sesuai dengan Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
-TP
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)
Berdasarkan hasil perkiraan besar dampak dan sifat penting dampak, maka dampak bertambahnya
volume kendaraan dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material tergolong sebagai Negatif Penting
(-P).

3.2.3 Pembongkaran RSJ


3.2.3.1 Persepsi dan Sikap Masyarakat

Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat
adalah pekerjaan Pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang. Pekerjaan pembongkaran
Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang berpotensi menyebabkan timbulnya pencemaran udara,
peningkatan kebisingan, kerusakan saluran drainase di sekitar lokasi kegiatan yang berpotensi
menimbulkan banjir/genangan.

Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,10% responden
menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,70% responden menyatakan
setuju dan hanya 1,20% responden yang menyatakan tidak setuju.

Masyarakat di wilayah studi mempunyai kekhawatiran terkait kegiatan pembongkaran Rumah Sakit
Jiwa Ratumbuysang. Adapun kekhawatiran terkait kegiatan pembongkaran Rumah Sakit Jiwa
Ratumbuysang, yaitu:

1. Penyebaran debu (43,40%).

1. Kebisingan (28,90%).

2. Rusaknya saluran drainase (9,60%).

3. Lainnya (18,10%).
Kegiatan pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang akan menyebabkan
terdispersinya/penyebaran debu-debu dari bangunan yang dibongkar dan kebisingan dari peralatan
yang digunakan serta rusaknya saluran drainase akibat puing-puing bangunan yang terbawa ke
saluran drainase. Saluran drainase yang tertimbun puing-puing dapat menghambat kelancaran air
sehingga berpotensi menimbulkan genangan/banjir.

Berdasarkan uraian tersebut kegiatan pembongkaran bangunan Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
akan menyebabkan perubahan persepsi dan sikap masyarakat dari positif menjadi negatif, dengan
magnitudo besar, karena pemukiman penduduk sangat dekat dengan lokasi kegiatan.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak persepsi dan sikap masyarakat akibat
pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang dapat dilihat pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat
akibat Pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk -P Diprakirakan akan berpengaruh terhadap masyarakat
yang akan terkena dampak khususnya penduduk yang bermukim di sekitar tapak
rencana usaha dan/atau proyek
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran -TP Persebaran dampak terbatas hanya di sekitar areal
dampak tapak proyek dan Kelurahan Kleak
3 Intensitas dan lamanya -P Intensitas dampak tinggi dan berlangsung selama 66
dampak berlangsung hari (±2 bulan)
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lingkungan lain terkena
dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak akan terakumulasi.
Berbalik atau tidak berbalik -TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)

Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat dari kegiatan
pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang ini tergolong negatif penting (-P).

3.2.3.2 Bertambahnya Volume Kendaraan

Bangkitan

Dalam kegiatan pembongkaran bangunan eksisting,dengan perkiraan volume material pembongkaran


bangunan eksisting adalah kurang lebih 24.350 m3, yang akan diangkut menggunakan dumptruk yang
berukuran 7 m3, dan dilakukan pada waktu 8 Jam (07.00-15.00) selama satu bulan, maka jumlah
bangkitannya adalah 14 Dumptruk/ Jam atau 21,74 smp/ jam.
Besaran
Tabel 3.22 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 886,8 1035,1 831,7 894,1
08.00-09.00 997,9 1042,1 834,7 943,2
11.00-12.00 1114,7 1187,5 993,0 907,5
12.00-13.00 1103,9 1096,0 920,7 882,5
16.00-17.00 933,2 1171,5 937,8 863,8
17.00-18.00 1092,0 1262,7 879,6 1007,3

Tabel 3.23 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1279,6 1150,0 1066,1 957,3
08.00-09.00 1112,3 995,2 867,7 783,0
11.00-12.00 1213,8 1090,3 1007,9 905,7
12.00-13.00 1148,4 1031,8 954,1 858,4
16.00-17.00 1465,8 1319,2 996,3 896,3
17.00-18.00 1497,9 1348,9 1183,7 1065,7

Tabel 3.24 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 921,3 1069,6 866,2 928,6
08.00-09.00 1032,4 1076,6 869,2 977,7
11.00-12.00 1149,2 1222,0 1027,5 942,0
12.00-13.00 1138,4 1130,5 955,2 917,0
16.00-17.00 967,7 1206,0 972,3 898,3
17.00-18.00 1126,5 1297,2 914,1 1041,8

Tabel 3.25 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1074,2 1366,5 858,1 1037,9
08.00-09.00 1138,3 1177,0 902,2 846,5
11.00-12.00 1190,4 932,9 928,3 783,3
12.00-13.00 1166,6 920,3 907,2 662,7
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
16.00-17.00 1040,6 1030,6 829,1 662,2
17.00-18.00 1079,9 1162,0 768,5 746,2

V/ C Ratio Tahap Konstruksi

V/C rasio merupakan indikator dari pelayanan jalan, V/C rasio ini di dapat dari perbandingan arus
kendaraan pada ruas jalan yang di pantau dengan kapasitas jalan, dengan demikian dapat dilihat V/C
rasio dari ruas jalan tersebut, dapat di lihat pada Tabel 3.26, Tabel 3.27,

Tabel 3.28 dan Tabel 3.29 di bawah ini.

Tabel 3.26 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,63 0,73 0,59 0,63
08.00-09.00 0,71 0,74 0,59 0,67
11.00-12.00 0,79 0,84 0,70 0,64
12.00-13.00 0,78 0,78 0,65 0,62
16.00-17.00 0,66 0,83 0,66 0,61
17.00-18.00 0,77 0,89 0,62 0,71

Tabel 3.27 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,74 0,94 0,58 0,71
08.00-09.00 0,78 0,81 0,61 0,57
11.00-12.00 0,82 0,64 0,63 0,53
12.00-13.00 0,80 0,63 0,62 0,44
16.00-17.00 0,71 0,70 0,56 0,44
17.00-18.00 0,74 0,80 0,52 0,50

Tabel 3.28 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,65 0,76 0,61 0,66
08.00-09.00 0,73 0,76 0,61 0,69
11.00-12.00 0,81 0,86 0,73 0,67
12.00-13.00 0,81 0,80 0,68 0,65
16.00-17.00 0,68 0,85 0,69 0,64
17.00-18.00 0,80 0,92 0,65 0,74

Tabel 3.29 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Pembongkaran RS Ratumbuysang.
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,76 0,97 0,61 0,73
08.00-09.00 0,80 0,83 0,64 0,60
11.00-12.00 0,84 0,66 0,66 0,55
12.00-13.00 0,82 0,65 0,64 0,47
16.00-17.00 0,74 0,73 0,59 0,47
17.00-18.00 0,76 0,82 0,54 0,53
Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak bertambahnya volume
kendaraan dari kegiatan pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang dapat diuraikan sebagai
berikut:

Tabel 3.30 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
kegiatan pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang

Kriteria Penentuan Sifat


No Penting Keterangan
Sifat Penting Dampak Dampak
Besarnya jumlah Yang terkena dampak adalah pengguna jalan yang
penduduk yang akan melintas di ruas jalan Bethesda yang berbarengan
terkena dampak rencana dengan jam pengangkutan bongkaran bangunan
1 -P
usaha dan/ atau kegiatan eksisting, dimana jumlah kendaraan paling sedikit adalah
627,7 smp/ jam, sedangkan jumlah kendaraan terbanyak
adalah 1332,0 smp/ jam
Luas wilayah penyebaran Luas wilayah penyebaran dampak adalah ruas jalan
2 dampak -P Bethesda yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut
bongkaran material bangunan eksisting
Intensitas dan lamanya Intensitas mobilisasi adalah setiap 4,1 menit terdapat
dampak berlangsung penambahan jumlah kendaraan 1 Kendaraan, dengan
3 -P
lama dampak berlangsung adalah setiap hari selama 8
Jam selama kurang lebih 1 Bulan
Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terkena dampak turun jika
lingkungan lain yang tidak dikelola dengan baik adalah kebisingan,
4 terkena dampak -P peningkatan udara ambient (dampak sekunder),
kesehatan masyarakat dan persepsi masyarakat
(dampak tersier)
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak berdampak kumulatif
Setelah selesai kegiatan mobilisasi bongkaran bangunan
Berbalik atau tidak eksisting, maka penambahan kendaraan tidak akan
6 -TP
berbaliknya dampak terjadi, sehingga kondisinya dapat berbalik kepada
kondisi sebelumnya
Kriteria lain sesuai dengan Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
7 -TP
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)

Berdasarkan hasil perkiraan dampak dan sifat penting dampak, maka dampak bertambahnya volume
kendaraan dari kegiatan pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang tergolong sebagai Negatif
Penting (-P).

3.2.4 Penimbunan dan Pemadatan Tanah


3.2.4.1 Kualitas Udara Ambien

Besaran Dampak

Dalam kaitannya dengan sumber luasan, sebaran emisi dari penimbunan dan pemadatan tanah yang
menempati lahan seluas ± 38.800 m2, maka dapat dikembangkan dari perhitungan sumber titik
dispersi polusi udara (persamaan Gauss) menjadi sumber luasan. Jika ada luasan segi empat
seperti
Gambar 3.2 di bawah, maka dapat ditarik garis ke belakang sisi kanan dan kiri luasan tersebut
berlawanan arah angin sehingga bertemu di satu titik.

Gambar 3.2 Modifikasi perhitungan sumber titik menjadi sumber area.


Jika level muka tanah, maka:

S
σ yo 
4,3

Dimana: S = Lebar area segiempat yang ditinjau, m


yo = Koefisien dispersi horisontal, m (nilainya merupakan fungsi dari arah
angin, x, dan kestabilan atmosfer). σyo merupakan (x + xo), tetapi σz
hanya fungsi x.

Dengan mengetahui kecepatan angin dan kondisi cuaca maka dapat ditentukan kelas stabilitas
atmosfer berdasarkan lokasi penerima pada jarak arah angin x, sehingga dapat diperoleh nilai σy dan
σz

Setelah diketahui σyo yang merupakan fungsi (x+xo), maka berlaku persamaan1:
1
��𝑦
���𝑜 = 𝑎 (� + �𝑜 )� dan � + �𝑜 )𝑏
𝑜
=( �

kemudian konsentrasi polutan (TSP) pada lokasi penerima (reseptor) dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

1
Cooper, C.D. and F.C. Alley. 1986. Air pollution Control: A Design Approach. Waveland Press: Michigan,
USA.
Q
C x,0,0;H  
π σ y(x  x0) σ z
u
Dimana: C = Konsentrasi akhir udara ambien dalam satuan µg/m3
Q = Laju emisi polutan (gram/detik)
u = Rata-rata kecepatan angin (m/detik)
z = Koefisien dispersi vertikal (meter)
yo = Koefisien dispersi horisontal, m

Sedangkan untuk σz dihitung dengan persamaan berikut:

��� = 𝑐 � 𝑑 +

𝑓
Kestabilan atmosfer ditentukan berdasarkan kecepatan angin dan kondisi cuaca (Tabel 3.31)
sedangkan konstanta-konstanta untuk rumus σy dan σz diberikan dalam Tabel 3.32.

Tabel 3.31 Klasifikasi stabilitas atmosfer.

Tabel 3.32 Konstanta untuk rumus σy dan σz fungsi kestabilan atmosfer.

Kegiatan penimbunan dan pemadatan lahan meliputi kegiatan perataan tanah dengan bulldozer,
menaikkan tanah dengan scrapper, mengeluarkan tanah dari scrapper, mengangkut tanah dari lokasi
dengan scrapper, pengeluaraan tanah dari truk serta pemadatan tanah di tapak proyek seluas ± 3 ha.
Perhitungan perkiraan konsentrasi TSP selama kegiatan pematangan dan penyiapan lahan
ditunjukkan pada Tabel 3.33.
Tabel 3.33 Prakiraan konsentrasi TSP untuk kegiatan pematangan dan penyiapan
lahan.

Total Emisi
Jumlah
Faktor lb/3 ha gr/detik
No. Kegiatan Unit dipindahkan/ gr/detik
Emisi wkt 30 untuk 3
gerakan Eff=50%***
hari* Ha
Meratakan tanah -
1. 0,75 lb/ton 30.000 ton 750 3,9 1,97
Bulldozer
Scrappers menaikkan
2. 0,04 lb/ton 30.000 ton 40 0,2 0,10
top soil
Scrapper
3. 20,2 lb/VMT 1.440 VMT** 970 5,1 2,55
mengeluarkan top soil
Scrappers dalam
4. 0,6 lb/VMT 1.440 VMT 29 0,2 0,08
pengangkutan
5. Grading 0,6 lb/VMT 2.880 VMT 58 0,3 0,15
Truk unloading tanah
6. 0,00068 lb/ton 30.000 ton 1 0,0 0,00
urug
7. Pemadatan 0,75 lb/ton 30.000 ton 750 3,9 1,97
Jumlah 13,63 6,82
Keterangan:
*Tinggi urugan = 1,5m - 0,5 m = (tinggi yang diinginkan - tinggi sebelumnya)= 1 m.
**VMT=Vehicle miles travelled (Jarak dalam mile, yang ditempuh kendaraan).
***Direncanakan penyiapan lahan 3 Ha memerlukan waktu 30 hari, jadi, penyiapan untuk 1 ha memerlukan waktu sekitar: 5,25
hari. Anggap luasan 1 ha berbentuk: 100 m x 100 m, sehingga S = 100m. Faktor emisi tsb adalah untuk TSP tanpa
pengelolaan; jika ada pengelolaan misalnya penyiraman dsb, maka efisiensi = 50%.

Diasumsikan pematangan lahan dilakukan pada lahan seluas 3 ha dengan waktu total 30 hari.
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.33, diperoleh total emisi TSP tanpa pengelolaan sebesar 13,
gram/detik; jika dilakukan pengelolaan (penyiraman, dsb) terhadap kegiatan pematangan lahan, maka
emisi TSP diprediksi sebesar 27,54 gram/detik. Deangan luas lahan 3 ha berbentuk segiempat
dengan dimensi 173,2 m x 173,2 m, maka luas lahan tapak proyek adalah 29.998,24 m2,
sehingga nilai peubah S menjadi 173.2 m (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Ilustrasi tapak proyek.


Berdasarkan data rona lingkungan awal untuk angin, kecepatan angin maksimal adalah 5 m/detik.
Berdasarkan data kecepatan angin maksimal, diperkirakan persebaran TSP selama kegiatan
pematangan lahan sebagai skenario kondisi terburuk (worst scenario) dengan stabilitas atmosfer klas
B, diperoleh persebaran TSP dengan jarak masing-masing 113 m, 220 m, 242 m, 250 m, 275 m, 300
m dan 325 m ditunjukkan pada Tabel 3.34.

Tabel 3.34 Prakiraan konsentrasi TSP untuk kegiatan penimbunan dan pemadatan
tanah.

X,m σy σz x+xo σy(x+xo) C(x,0,0;0)


(m) (m) (m) (m) (m) (µg/m3)
113 22,14 11,97 332,51 58,29 622,2
220 40,29 22,02 439,91 74,87 263,4
242 43,88 24,18 461,91 78,21 229,6
250 45,17 24,98 469,91 79,42 218,9
275 49,19 27,49 494,91 83,18 189,9
300 53,17 30,03 519,91 86,93 166,3
325 57,11 32,60 544,91 90,66 146,9
Keterangan:
Q = 6,8 g/detik pada area 3 ha dengan kecepatan angin 5 m/dtk dan S = 173,2, σ yo= 40,28m dan xo= 0.220km.

Berdasarkan Tabel 3.34, diketahui jarak x dihitung dari garis tengah luasan tapak proyek. Dengan
demikian, diperoleh bahwa penyebaran TSP dengan jarak 1/2 x panjang luasan (173.2 m) = 86,6 m
berada dalam lokasi lahan, sehingga diketahui bahwa pada Q = 6,8 gram per detik, pada jarak 113 –
86,6 m = 26,4 m dari tepi luasan lahan yang dilakukan penyiapan akan menerima kadar TSP sebesar
622,2 µg/m3. Untuk konsentrasi TSP sebesar 230 ug/m3 (nilai baku mutu PP RI No. 41/1999) akan
tercapai pada jarak 155,4 meter dari tepi lahan arah angin.

Dapat disimpulkan bahwa pada jarak lebih dari 26 meter dari batas lahan (arah angin) potensi dampak
kualitas udara (TSP) dari kegiatan pematangan dan penyiapan lahan telah di bawah nilai baku mutu
berdasarkan PP RI No. 41/1999. Persebaran TSP akan bergerak sesuai dengan perpindahan
penyiapan lahan yang berpindah selama 7 bulan operasi dan juga arah angin lokal yang akan terjadi.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan penimbunan
dan pemadatan tanah terhadap penurunan kualitas udara ambien dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.35 Penentuan sifat penting dampak kegiatan penimbunan dan pemadatan
tanah terhadap penurunan kualitas udara ambient.

Faktor Penentu Dampak Sifat Penting


No Keterangan
Penting Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -P Kontribusi penyebaran polutan TSP pada kegiatan
yang akan terkena dampak penimbunan dan pemadatan tanah terhadap
rencana usaha dan/ atau pemukiman penduduk terdekat dikategorikan tinggi
kegiatan karena diprediksi konsentrasi TSP pada pemukiman
terdekat (26 meter dari tepi batas proyek) adalah 622,2
µg/m3. Diduga peningkatan kadar TSP terbatas pada 3
lingkungan yakni Lingkungan 1 dan Lingkungan 3 yang
berada di Kelurahan Kleak serta Lingkungan 2
Kelurahan Sario Tumpaan..
Faktor Penentu Dampak Sifat Penting
No Keterangan
Penting Dampak
2 Luas wilayah persebaran -P Luas sebaran partikulat khususnya untuk parameter
dampak TSP pada jarak kurang dari 115,4 meter sumber
dampak. Artinya para pekerja maupun penduduk yang
berada pada jarak kurang dari 115,4 m dari tepi lahan
sebagai sumber dampak tidak akan terkena dampak
yang signifikan.
3 Lama nya dampak -P Dampak berlangsung pada saat kegiatan penimbunan
berlangsung dan pemadatan tanah selama lebih kurang satu tahun.
Intensitas dampak -P Intensitas dampak TSP di bawah baku mutu (230
µg/m3) diperkirakan terjadi pada jarak lebih dari 115,4
m dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah.
4 Banyaknya komponen -P Komponen lingkungan lain yang terkena dampak
lingkungan lain yang berupa masyarakat di sekitar tapak proyek yang
terkena dampak berpotensi pada menurunnya kesehatan masyarakat
selama kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak bersifat kumulatif, karena emisi partikulat
akan langsung terdispersi ke udara ambien.
6 Berbalik atau tidak -TP Mengingat emisi TSP akan terdispersi dan terdeposisi
berbaliknya dampak dalam ruang udara ambien, maka dampak akan
berbalik setelah beberapa waktu berlangsung.
Bangkitan partikulat akan kembali ke kondisi semula
apabila kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah
telah selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah terhadap
penurunan kualitas udara ambien masuk ke dalam kategori dampak (negatif) penting (-P).

3.2.4.2 Kebisingan

Besaran Dampak

Kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah diperkirakan menimbulkan dampak kebisingan yang
berasal dari pengoperasian alat berat di lokasi rencana kegiatan pembangunan RSUD Manado.
Perhitungan tingkat kebisingan berdasarkan beberapa unit alat dan kendaraan berat yang beroperasi
secara bersamaan seperti dump truck, excavator, bulldozer dan compactor dengan akumulasi tingkat
kebisingan sebesar 104,5 dB(A) pada jarak 5 meter dari sumber bising. Tingkat kebisingan tersebut
akan menurun akibat dengan bertambahnya jarak dari sumber suara yang dihitung dengan
menggunakan persamaan point source (KLH, 2009) sebagai berikut:

𝐿𝑝 = 𝐿� − 20 log(��) − 8

(2)

Untuk propagansi suara akibat atenuasi jarak dihitung menggunakan Persamaan 3, dimana Lp adalah
sound pressure level dan Lw adalah sound power level sedangkan r adalah jarak minimal reseptor
yang diduga dari dimensi alat atau kendaraan yang digunakan. Sebaran kebisingan terhadap jarak
dihitung dengan persamaan berikut:

𝐿��1 − 𝐿��2 = 20 (log(𝑟2 ) −


log(𝑟1 ))

𝐿𝑝 = 𝐿𝑝 − 20 (log ( )
𝑟
�2
2 1
1
Dengan menggunakan persamaan di atas maka diperoleh sebaran kebisingan sebagaimana
tercantum pada Gambar 3.4 berikut.

Gambar 3.4 Prakiraan tingkat kebisingan dari kegiatan penimbunan dan


pemadatan tanah.

Gambar 3.4 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang memenuhi baku kebisingan sesuai
KepMen.LH No:KEP-48/MENLH/11/996 tentang Baku Tingkat Kebisingan untuk permukiman (58
dBA) adalah pada jarak ±210 meter dari area kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah di tapak
proyek. Sedangkan, berdasarkan pengamatan lapangan, jarak permukiman terdekat dengan lokasi
proyek adalah berkisar ±10 meter ke arah timur dan selatan dari tapak proyek. Sehingga permukiman
tersebut diprediksi menerima dampak kebisingan sebesar 84,5 dB(A) atau setara dengan 146% dari
baku tingkat kebisingan untuk area pemukiman sesuai Kep MenLH No:KEP-48/MENLH/11/996
tentang Baku Tingkat Kebisingan. Namun demikian, jenis dampak kebisingan yang ditimbulkan
bersifat intermittent seiring dengan berhentinya kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah tersebut.

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, dampak kegiatan penimbunan dan
pemadatan tanah terhadap peningkatan kebisingan diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.36 Penentuan sifat penting dampak peningkatan kebisingan dari kegiatan
penimbunan dan pemadatan tanah.

Sifat
Faktor Penentu Dampak
No Penting Keterangan
Penting
Dampak
1 Besarnya jumlah -P Reseptor terkena dampak adalah penduduk di sekitar lokasi
penduduk yang akan proyek yang berdekatan dengan kegiatan penimbunan dan
terkena dampak rencana pemadatan tanah dengan radius 10 meter ke arah timur dan
usaha dan/ atau kegiatan selatan dari tapak proyek.
2 Luas wilayah persebaran -P Area dalam radius berkisar ±210 meter dari sumber kebisingan.
dampak
3 Lamanya dampak -TP Dampak berlangsung selama Tahap Konstruksi yaitu saat
berlangsung kegiatan pembangunan RSUD berlangsung yaitu sekitar ±1
bulan.
Sifat
Faktor Penentu Dampak
No Penting Keterangan
Penting
Dampak
Intensitas dampak -P Jenis dampak kebisingan bersifat intermittent, namun sensitif
reseptor terdekat menerima intensitas dampak kebisingan
setara dengan 146% dari baku tingkat kebisingan.
4 Banyaknya komponen -P Jika tidak dikelola dengan baik, dampak turunan yang
lingkungan lain yang berpotensi terkena dampak adalah kesehatan masyarakat
terkena dampak (sekunder) yang berdampak lanjutan lagi ke persepsi
masyarakat (dampak tersier).
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kebisingan pada
kegiatan ini bersifat intermittent dan akan berkurang seiring
berhentinya kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah
tersebut.
6 Berbalik atau tidak TP Dampak dapat dipulihkan (berbalik).
berbaliknya dampak
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak di atas, kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah pada
Tahap Konstruksi terhadap peningkatan kebisingan dikategorikan dampak negatif penting (-P).

3.2.4.3 Prevalensi Penyakit

Besarnya Dampak

Kegiatan pemadatan dan penimbunan tanah pada tahap konstruksi dapat menimbulkan debu
bangkitan ke udara di saat kemarau dan limpasan air kotor pada saat musim hujan. Kegiatan ini
diprakirakan membutuhkan material timbunan sebanyak 30.000 m3 untuk menambah ketinggian
permukaan tanah 1 meter.

Konsentrasi debu di lokasi penimbunan diprakirakan dapat melebihi nilai ambang batas menurut PPRI
No. 41/1999 adalah >150 µg/m3 terutama di saat ada aktifitas alat berat untuk memindahkan dan
memadatkan material timbunan. Dengan adanya pemasangan pagar di sekeliling area proyek dapat
mengurangi sebaran debu pada masyarakat sekitar. Masyarakat yang berpotensi terpapar debu
dengan lokasi proyek adalah petugas kesehatan, pasien dan pengunjung di RSJ Ratumbuysang.
Segala fasilitas kesehatan untuk mencegah dan mengobati gangguan kesehatan yang diderita baik
pasien, tenaga kesehatan ada di dalamnya, sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan
dari kegiatan pemadatan dan penimbunan tanah.

Selain hal tersebut diatas, kegiatan pemadatan dan penimbunan tanah dapat menimbulkan air
limpasan yang kotor terutama pada saat musim hujan. Hal ini dapat mencemari air sungai/saluran
yang melintasi pemukiman penduduk. Namun demikian, berdasarkan data dari Puskesmas Bahu dan
Sario serta hasil survei di lapangan, sebagian besar sumber air minum pada masyarakat sekitar
berasal dari air galon. Air sungai/saluran yang terdampak dari kegiatan ini juga tidak digunakan oleh
masyarakat sekitar. Mereka lebih memilih untuk menggunakan air sumur gali/bor untuk kebutuhan
sehari-hari seperti mandi, mencuci sehingga dapat mengurangi potensi terpapar kuman pathogen dari
sumber air.
Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak dari kegiatan
pemadatan dan penimbunan tanah terhadap peningkatan prevalensi penyakit dapat diuraikan sebagai
berikut.

Tabel 3.37 Penentuan sifat penting dampak peningkatan prevalensi penyakit dari
kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah.

Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -TP Jumlah penduduk yang terkena dampak tidak signifkan.
yang akan terkena dampak Saluran drainase yang berada di pemukiman penduduk
rencana usaha dan/atau tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari.
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran -TP Dampak hanya berada pada luasan lahan sebesar
dampak 30.000 m2.
3 Intensitas dampak -TP Intensitas dampak kecil. Dengan adanya pemasangan
pagar di sekeliling lokasi kegiatan akan mengurangi
sebaran debu ke pemukiman penduduk terdekat.
Sehingga, efek kesehatan yang dirasakan oleh
masyarakat tidak signifikan.
Lama nya dampak -TP Ditinjau dari intensitas dampak, maka lamanya dampak
berlangsung berlangsung tidak signifikan
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang terdampak
lingkungan lain yang
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak kesehatan akibat debu dan air yang tercemar
tidak berdampak kumulatif
6 Berbalik atau tidak -TP Jika kegiatan pemadatan dan penimbunan tanah selesai
berbaliknya dampak dilakukan, maka bangkitan debu ke udara limpasan air
kotor ke badan air akan semakin kecil berdampak pada
kesehatan masyarakat.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak, akibat dari kegiatan pemadatan dan penimbunan tanah
pada Tahap Konstruksi terhadap peningkatan prevalensi penyakit masuk kategori dampak negatif
tidak penting (-TP).

3.2.4.4 Bertambahnya Volume Kendaraan

Bangkitan

Dalam kegiatan penimbunan pemadatan tanah, adapun material tanah didataangkan dari luar lokasi
tapak proyek, volume material timbunan adalah kurang lebih 30.000 m3, yang akan diangkut
menggunakan dump truck yang berukuran 7 m3, dan dilakukan pada waktu 8 Jam (07.00-15.00)
selama satu bulan, maka jumlah bangkitannya adalah 18 Dumptruk/ Jam atau 26,79 smp/ jam.
Besaran
Tabel 3.38 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 886,8 1035,1 831,7 894,1
08.00-09.00 997,9 1042,1 834,7 943,2
11.00-12.00 1114,7 1187,5 993,0 907,5
12.00-13.00 1103,9 1096,0 920,7 882,5
16.00-17.00 933,2 1171,5 937,8 863,8
17.00-18.00 1092,0 1262,7 879,6 1007,3

Tabel 3.39 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1039,7 1332,0 823,6 1003,4
08.00-09.00 1103,8 1142,5 867,7 812,0
11.00-12.00 1155,9 898,4 893,8 748,8
12.00-13.00 1132,1 885,8 872,7 628,2
16.00-17.00 1006,1 996,1 794,6 627,7
17.00-18.00 1045,4 1127,5 734,0 711,7

Tabel 3.40 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 913,5 1061,9 858,5 920,9
08.00-09.00 1024,7 1068,9 861,5 970,0
11.00-12.00 1141,5 1214,3 1019,7 934,3
12.00-13.00 1130,6 1122,8 947,5 909,3
16.00-17.00 960,0 1198,3 964,6 890,6
17.00-18.00 1118,8 1289,5 906,4 1034,1

Tabel 3.41 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1066,5 1358,8 850,4 1030,2
08.00-09.00 1130,5 1169,3 894,5 838,8
11.00-12.00 1182,7 925,2 920,6 775,5
12.00-13.00 1158,9 912,6 899,5 655,0
16.00-17.00 1032,9 1022,8 821,4 654,5
17.00-18.00 1072,2 1154,3 760,8 738,5
V/ C Ratio Tahap Konstruksi

V/C rasio merupakan indikator dari pelayanan jalan, V/C rasio ini di dapat dari perbandingan arus
kendaraan pada ruas jalan yang di pantau dengan kapasitas jalan, dengan demikian dapat dilihat V/C
rasio dari ruas jalan tersebut, dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.42 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,63 0,73 0,59 0,63
08.00-09.00 0,71 0,74 0,59 0,67
11.00-12.00 0,79 0,84 0,70 0,64
12.00-13.00 0,78 0,78 0,65 0,62
16.00-17.00 0,66 0,83 0,66 061
17.00-18.00 0,77 0,89 0,62 0,71

Tabel 3.43 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Tanpa Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,74 0,94 0,58 0,71
08.00-09.00 0,78 0,81 0,61 0,57
11.00-12.00 0,82 0,64 0,63 0,53
12.00-13.00 0,80 0,63 0,62 0,44
16.00-17.00 0,71 0,70 0,56 0,44
17.00-18.00 0,74 0,80 0,52 0,50

Tabel 3.44 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,65 0,75 0,61 0,65
08.00-09.00 0,72 0,76 0,61 0,69
11.00-12.00 0,81 0,86 0,72 0,66
12.00-13.00 0,80 0,79 0,67 0,64
16.00-17.00 0,68 0,85 0,68 0,63
17.00-18.00 0,79 0,91 0,64 0,73

Tabel 3.45 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2019 Dengan Kegiatan
Penimbunan dan Pemadatan Tanah.
Meninggalkan Polda Menuju Polda
Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,75 0,96 0,60 0,73
08.00-09.00 0,80 0,83 0,63 0,59
11.00-12.00 0,84 0,65 0,65 0,55
12.00-13.00 0,82 0,65 0,64 0,46
16.00-17.00 0,73 0,72 0,58 0,46
17.00-18.00 0,76 0,82 0,54 0,52

Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak bertambahnya volume
kendaraan dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3.46 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah

Kriteria Penentuan Sifat


No Penting Keterangan
Sifat Penting Dampak Dampak
Besarnya jumlah Yang terkena dampak adalah pengguna jalan yang
penduduk yang akan melintas di ruas jalan Bethesda yang berbarengan
terkena dampak rencana dengan jam pengangkutan material timbunan, dimana
1 -P
usaha dan/ atau kegiatan jumlah kendaraan paling sedikit adalah 627,7 smp/ jam,
sedangkan jumlah kendaraan terbanyak adalah 1332,0
smp/ jam
Luas wilayah penyebaran Luas wilayah penyebaran dampak adalah ruas jalan
2 dampak -P Bethesda yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut
material timbunan
Intensitas dan lamanya Intensitas mobilisasi adalah setiap 3,36 menit terdapat
dampak berlangsung penambahan jumlah kendaraan 1 Kendaraan, dengan
3 -P
lama dampak berlangsung adalah setiap hari selama 8
Jam selama kurang lebih 1 Bulan
Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terkena dampak turun jika
lingkungan lain yang tidak dikelola dengan baik adalah kebisingan,
4 terkena dampak -P peningkatan udara ambient (dampak sekunder),
kesehatan masyarakat dan persepsi masyarakat
(dampak tersier)
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak berdampak kumulatif
Berbalik atau tidak Setelah selesai kegiatan mobilisasi material timbunan,
berbaliknya dampak maka penambahan kendaraan tidak akan terjadi,
6 -TP
sehingga kondisinya dapat berbalik kepada kondisi
sebelumnya
Kriteria lain sesuai dengan Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
7 -TP
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)

Berdasarkan hasil perkiraan besar dampak dan sifat penting dampak, maka bertambahnya volume
kendaraan dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah tergolong sebagai Negatif Penting (-P)

3.2.5 Pembangunan RSUD dan Fasilitas Penunjang


3.2.5.1 Kebisingan

Besaran Dampak

Kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang diperkirakan menimbulkan dampak kebisingan
dari aktivitas alat-alat berat seperti backhoe, bulldozer, mobile crane, pile driver dan dump truck serta
kegiatan pembuatan tiang pancang. Tingkat kebisingan peralatan konstruksi di tapak proyek untuk
tipe kontruksi rumah sakit berkisar antara 84,0-89,0 dB(A) yang meliputi kegiatan ground clearing,
exacavation, foundation, erection dan finishing seperti ditunjukkan Tabel 3.47. Kegiatan tersebut akan
dilakukan dari pagi sampai sore hari yang diperkirakan berlangsung selama ±6 bulan.
Tabel 3.47 Tingkat kebisingan peralatan konstruksi di tapak proyek.

Tingkat
No. Tipe Konstruksi
Kebisingan (dB(A))

1 Ground Clearing 84,0


2 Exacavation 89,0
3 Foundation 78,0
4 Erection 87,0
5 Finishing 89,0
Sumber: Dampak Bising dan Getaran, KLH, 2009.

Berdasarkan hasil perhitungan akumulasi kebisingan, apabila seluruh peralatan konstruksi tersebut
(Tabel 3.47) beroperasi di waktu yang bersamaan, maka diperoleh tingkat kebisingan sebesar 85,8
dB(A). Tingkat kebisingan tersebut akan menurun akibat dengan bertambahnya jarak dari sumber
suara yang dihitung dengan menggunakan persamaan (2) dan (3). Dengan menggunakan
perhitungan tersebut, maka diperoleh prediksi tingkat kebisingan sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 3.5 berikut.

Gambar 3.5 Prediksi tingkat kebisingan dari kegiatan pembangunan RSUD dan
fasilitas penunjang.

Gambar 3.5 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang memenuhi baku kebisingan sesuai
KepMen.LH No:KEP-48/MENLH/11/996 tentang Baku Tingkat Kebisingan untuk area Permukiman (58
dBA) adalah pada jarak ± 25 meter dari kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang.
Sehingga permukiman terdekat dengan lokasi proyek yang berjarak ±10 meter ke arah timur dan
selatan dari tapak proyek diperkirakan akan menerima dampak kebisingan sebesar 65,8 dB(A).
Meskipun jenis dampak kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjang bersifat intermittent, namun sensitif reseptor terdekat diperkirakan menerima dampak
kebisingan setara dengan 113% dari baku tingkat kebisingan yang berlaku.

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, dampak kegiatan pembangunan


RSUD dan fasilitas penunjang terhadap peningkatan kebisingan dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3.48 Penentuan sifat penting dampak peningkatan kebisingan dari kegiatan
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang.

Sifat
Faktor Penentu Dampak
No Penting Keterangan
Penting
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -P Reseptor terkena dampak adalah penduduk di sekitar
yang akan terkena dampak lokasi proyek yang berdekatan dengan kegiatan
rencana usaha dan/ atau pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang dengan
kegiatan radius 10 meter.
2 Luas wilayah persebaran -P Area dalam radius berkisar ± 25 meter dari sumber
dampak kebisingan.
3 Lamanya dampak berlangsung -TP Dampak berlangsung selama kegiatan pembangunan
RSUD pada Tahap Konstruksi berlangsung, yaitu sekitar
± 5 bulan.
Intensitas dampak -P Jenis dampak kebisingan bersifat intermittent, namun
sensitif reseptor terdekat menerima intensitas dampak
kebisingan setara dengan 113% dari baku tingkat
kebisingan
4 Banyaknya komponen -P Jika tidak dikelola dengan baik, dampak turunan yang
lingkungan lain yang terkena berpotensi terkena dampak adalah kesehatan masyarakat
dampak (sekunder) yang berdampak lanjutan lagi ke persepsi
masyarakat (dampak tersier).
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kebisingan pada
kegiatan ini bersifat intermittent.
6 Berbalik atau tidak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan (berbalik).
dampak
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak di atas, kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjang pada Tahap Konstruksi terhadap peningkatan kebisingan dikategorikan dampak negatif
penting (-P).

3.2.5.2 Air Limpasan (Banjir)

Besaran Dampak

Kegiatan pembangunan RSUD diperkirakan akan berdampak pada peningkatan debit limpasan akibat
perubahan penutupan lahan selama kegiatan konstruksi. Berdasarkan deskripsi kegiatan, kegiatan
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang akan dilakukan pada area seluas ± 3 Ha. Dengan
menggunakan metode FJ Mock (Tabel 3.49), maka diperoleh debit limpasan rata-rata pada saat
kegiatan konstruksi diperkirakan sebesar 240 Liter/detik atau setara dengan peningkatan debit
limpasan sebesar 32,5% dari debit limpasan sebelumnya pada area yang sama (207,5 Liter/detik).
Tabel 3.49 Perhitungan air limpasan sebelum dan saat konstruksi berlangsung.

Suhu WS Infiltrasi Qbase Qrunoff ROB Debit limpasan


Jumlah
Curah udara
hari Sebelum Saat Sebelum Saat Sebelum Saat Sebelum Saat Sebelum Saat Sebelum Saat
Bulan Hujan rata-
hujan konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi konstruksi
rata
(mm) °C (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) L/det L/det
Jan 532 25,8 29 385,1 527,3 154,0 210,9 80,1 109,7 231,03 316,36 311,13 426,03 301,1 412,3
Feb 359 25,7 24 273,7 354,0 109,5 141,6 86,5 114,1 164,23 212,43 250,74 326,56 268,6 349,9
Mar 175 26,2 19 155,9 169,4 62,3 67,8 53,5 48,8 93,52 101,63 147,02 150,42 142,3 145,6
Apr 181 26,6 20 146,8 175,1 58,7 70,1 51,7 59,8 88,07 105,08 139,74 164,85 139,7 164,9
Mei 268 26,8 25 162,3 261,9 64,9 104,8 63,7 94,3 97,38 157,14 161,05 251,41 155,9 243,3
Jun 319 26,6 26 196,2 313,5 78,5 125,4 72,7 109,2 117,73 188,12 190,45 297,32 190,5 297,3
Jul 198 27,0 17 206,5 191,7 82,6 76,7 77,2 63,0 123,88 115,01 201,05 178,01 194,6 172,3
Ags 138 27,3 14 190,2 132,6 76,1 53,1 76,0 33,5 114,15 79,58 190,11 113,10 184,0 109,5
Sep 194 27,2 14 245,3 187,9 98,1 75,1 87,5 74,0 147,16 112,72 234,62 186,74 234,6 186,7
Okt 134 27,3 15 170,5 128,9 68,2 51,5 60,2 39,5 102,28 77,31 162,50 116,85 157,3 113,1
Nov 339 26,4 25 242,0 333,6 96,8 133,4 87,8 101,3 145,17 200,14 233,01 301,46 233,0 301,5
Des 441 26,3 27 317,9 435,6 127,2 174,2 107,2 135,4 190,73 261,34 297,94 396,72 288,3 383,9
Rata-rata 207,5 240,0
Persentase debit limpasan sebelum dan saat konstruksi berlangsung (%) 32,53
Perubahan debit limpasan (L/s) 115,7

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-36 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak pembangunan RSUD
dan fasilitas penunjang terhadap aliran limpasan permukaan dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.50 Penentuan sifat penting dampak peningkatan aliran limpasan


permukaan dari kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang.

Sifat
Kriteria Penentuan
No Penting Keterangan
Sifat Penting Dampak Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -P Kegiatan pembangunan pembangunan RSUD dan
yang akan terkena dampak fasilitas penunjang akan meningkatkan debit air limpasan
rencana usaha dan/atau di sekitar tapak proyek sebesar 32,53% dari debit
kegiatan limpasan sebelum kegiatan berlangsung atau setara
dengan peningkatan air limpasan sebesar 115,7 L/s.
2 Luas wilayah persebaran -TP Luas persebaran dampak akan terbatas di sekitar lokasi
dampak kegiatan.
3 Intensitas dampak -TP Kegiatan pembangunan RSUD akan berlangsung selama
30 hari sehingga intensitas dampak rendah.
Lamanya dampak -TP Dampak yang ditimbulkan selama waktu konstruksi
berlangsung fondasi sekitar 6 bulan.
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada Komponen lingkungan hidup lain yang terkena
lingkungan lain yang dampak.
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak bersifat kumulatif.
6 Berbalik atau tidak -TP Dampak dapat berbalik.
berbaliknya dampak
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak, peningkatan air limpasan akibat kegiatan pembangunan
RSUD dan fasilitas penunjang untuk Tahap Konstruksi masuk kategori dampak (negatif) penting
(-P).

3.2.5.3 Persepsi dan Sikap Masyarakat

Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat
adalah pekerjaan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang. Pekerjaan pembangunan RSUD dan
fasilitas penunjang berpotensi menyebabkan timbulnya pencemaran udara, peningkatan kebisingan,
kerusakan saluran drainase di sekitar lokasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan banjir/genangan.

Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,10% responden
menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,70% responden menyatakan
setuju dan hanya 1,20% responden yang menyatakan tidak setuju.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-37 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Masyarakat di wilayah studi mempunyai kekhawatiran terkait kegiatan pembangunan RSUD dan
fasilitas penunjang. Adapun kekhawatiran terkait kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjang, yaitu:

1. Kebisingan (37,80%).

1. Polusi udara (37,80%).

2. Getaran (7,30%).

3. Genangan air (4,90%).

4. Lainnya (12,20%).

Kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang akan menyebabkan peningkatan kebisingan,
polusi udara, peningkatan getaran, dan genangan air. Peningkatan kebisingan dan getaran terutama
selama pelaksanaan pekerjaan pembuatan pondasi bangunan. Polusi udara dapat bersumber dari
penggunaan peralatan konstruksi, emisi genset yang digunakan serta adanya penyebaran debu dari
material konstruksi yang digunakan. Kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjangnya
berpotensi menyebabkan terganggunya drainase eksisting yang melintas di sekitar tapak proyek.
Gangguan terhadap saluran drainase eksisting di sekitar tapak proyek dapat menimbulkan genangan
air/banjir dan hal ini merupakan kekhawatiran masyarakat yang disampaikan pada saat konsultasi
publik dan hasil wawancara dengan masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang akan
menyebabkan perubahan persepsi dan sikap masyarakat dari positif menjadi negatif, dengan
magnitudo besar, karena pemukiman penduduk sangat dekat dengan lokasi kegiatan dan disekitar
lokasi kegiatan terdapat saluran drainase yang terhubung dengan saluran drainase umum, dan jika
terganggu dapat menimbulkan genangan atau banjir.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak persepsi dan sikap masyarakat akibat
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang dapat dilihat pada Tabel 3.51.

Tabel 3.51 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat
akibat Pembangunan RSUD dan Fasilitas Penunjang.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk -P Diprakirakan akan berpengaruh terhadap masyarakat
yang akan terkena dampak yang ada di wilayah studi khususnya penduduk yang
rencana usaha dan/atau bermukim di sekitar tapak proyek
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran -TP Persebaran dampak terbatas hanya di sekitar areal
dampak tapak proyek dan Kelurahan Kleak dan Kelurahan
Sario Tumpaan
3 Intensitas dan lamanya -P Intensitas dampak tinggi dan berlangsung selama
dampak berlangsung 396 hari (±13 bulan)
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lingkungan lain terkena
dampak
5 Sifat kumulatif dampak -P Dampak akan terakumulasi.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-38 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
6 Berbalik atau tidak berbalik -TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)

Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat terhadap kegiatan
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang ini tergolong negatif penting (-P).

3.2.6 Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi


3.2.6.1 Kesempatan Kerja dan Berusaha

Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja dan berusaha
adalah kegiatan pelepasan tenaga kerja. Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan menurunnya
kesempatan kerja baik bagi masyarakat wilayah studi maupun dari luar wilayah studi. Pada tahap
konstruksi akan digunakan tenag kerja konstruksi sebesar 305 jiwa. Pada saat konstruksi penyerapan
tenaga kerja di wilayah studi minimal 30% terhadap total tenaga kerja menjadi 0%. Kegiatan
pelepasan tenaga kerja konstruksi juga berdampak terhadap omset pelaku usaha-usaha yang ada
disekitar wilayah studi. Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi memberikan dampak tambahan
kesempatan kerja di wilayah studi ± 7,9%. Kegiatan pelepasan kesempatan kerja akan menyebabkan
pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 4,9% sehingga ada penurunan pertumbuhan kesempatan
kerja sebesar 3%. Pelepasan tenaga kerja terhadap dampak kesempatan kerja dan berusaha
termasuk kategori dampak besar dan bersifat langsung.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan 7 Tujuh Kriteria menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22 Ayat (2),
prakiraaan sifat penting dampak kesempatan kerja dan berusaha akibat pelepasan tenaga kerja dapat
dilihat pada Tabel 3.52.

Tabel 3.52 Prakiraaan sifat penting Dampak Kesempatan Kerja dan Berusaha
Akibat Pelepasan Tenaga Kerja.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk -P Diprakirakan akan berpengaruh terhadap tenaga
yang akan terkena dampak kerja di wilayah studi sebesar 92 jiwa dan tenaga
rencana usaha dan/atau kerja yang berasal dari luar wilayah studi sebesar
kegiatan 213 jiwa
2 Luas wilayah persebaran -P Persebaran dampak tidak hanya di Kelurahan
dampak Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan
menyebar ke luar wilayah studi.
3 Intensitas dan lamanya -TP Intensitas dampak besar, namun berlangsung
dampak berlangsung dalam jangka waktu relatif singkat.
4 Banyaknya komponen -P Ada komponen lain yang akan terpengaruh, yaitu
lingkungan lain terkena pendapatan masyarakat dan persepsi
dampak masyarakat.
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik -TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-39 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)

Kesempatan kerja dan berusaha sebagai akibat langsung dari pelepasan tenaga kerja merupakan
kategori dampak negatif penting (-P)

3.2.6.2 Pendapatan Masyarakat

Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap pendapatan masyarakat adalah
kegiatan pelepasan tenaga kerja. Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan hilangnya kesempatan
kerja baik bagi masyarakat lokal maupun masyarakat lainnya yang bekerja, jumlah tenaga kerja
sebesar 305 orang. Hilangnya kesempatan kerja tersebut akan berimplikasi langsung terhadap
pendapatan tenaga kerja. Pelepasan tenaga kerja akan menyebabkan hilangnya sumber pendapatan
bagi 305 jiwa. Pada saat kegiatan berlangsung angkatan kerja yang bekerja sebagai tenaga kerja
konstruksi mempunyai tingkat pendapatan yang sesuai dengan upah minimum Kota Manado.
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi berkontribusi terhadap eningkatan pendapatan
masyarakat di wilayah studi untuk pekerja konstruksi sebesar 57,13%. Kegiatan pelepasan tenaga
kerja akan menyebabkan hilangnya kontribusi sebesar 57,13% terhadap rata-rata pendapatan
masyarakat di wilayah studi. Dampak pendapatan masyarakat akibat dari pelepasan tenaga kerja
tersebut termasuk kategori dampak besar dan bersifat langsung.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan 7 Tujuh Kriteria menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22 Ayat (2),
prakiraaan sifat penting dampak pendapatan masyarakat akibat pelepasan tenaga kerja dapat dilihat
pada Tabel 3.53.

Tabel 3.53 Prakiraaan sifat penting Dampak Pendapatan Masyarakat Akibat


Pelepasan Tenaga Kerja.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk -P Diprakirakan akan berpengaruh terhadap tenaga
yang akan terkena dampak kerja di wilayah studi sebesar 92 jiwa dan tenaga
rencana usaha dan/atau kerja yang berasal dari luar wilayah studi sebesar
kegiatan 213 jiwa
2 Luas wilayah persebaran -P Persebaran dampak tidak hanya di Kelurahan
dampak Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan
menyebar ke luar wilayah studi.
3 Intensitas dan lamanya -TP Intensitas dampak besar, namun berlangsung
dampak berlangsung dalam jangka waktu relatif singkat.
4 Banyaknya komponen -P Ada komponen lain yang akan terpengaruh, yaitu
lingkungan lain terkena persepsi dan sikap masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik -TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-40 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)

Pendapatan masyarakat sebagai akibat langsung dari pelepasan tenaga kerja merupakan kategori
dampak negatif penting (-P).

3.2.6.3 Persepsi dan Sikap Masyarakat

Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat
masyarakat adalah kegiatan pelepasan tenaga kerja konstruksi. Data rona awal hasil wawancara
dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,10% responden menyatakan setuju terhadap rencana
kegiatan dengan catatan, 80,70% responden menyatakan setuju dan hanya 1,20% responden yang
menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan kondisi kualitas lingkungan sangat baik. Kegiatan
pelepasan tenaga kerja konstruksi berpotensi meningkatkan persepsi negatif masyarakat.

Pemutusan hubungan kerja akan meningkatkan angka pengangguran. Angka pengangguran akan
bertambah sebesar 305 jiwa. Hal ini akan semakin meningkatkan persepsi negative masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut menyebabkan perubahan persepsi dan sikap masyarakat dari positif
menjadi negatif. Dampak persepsi dan sikap masyarakat termasuk kategori dampak dengan
magnitudo sedang, karena pelepasan tenaga kerja akan meningkatkan persepsi dan sikap negatif
masyarakat, khususnya tenaga kerja dan anggota keluarganya yang terkena pemutusan hubungan
kerja.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan 7 Tujuh Kriteria menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22 Ayat (2),
prakiraaan sifat penting dampak persepsi dan sikap masyarakat akibat pelepasan tenaga kerja
konstruksi dapat dilihat pada Tabel 3.54.

Tabel 3.54 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat
akibat Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk P Diprakirakan akan berpengaruh terhadap 305 jiwa
yang akan terkena dampak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja
rencana usaha dan/atau
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran TP Persebaran dampak terbatas hanya di sekitar areal
dampak tapak proyek dan Kelurahan Kleak dan Kelurahan
Sario Tumpaan
3 Intensitas dan lamanya TP Intensitas dampak rendah dan berlangsung jangka
dampak berlangsung waktu singkat
4 Banyaknya komponen TP Tidak ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lingkungan lain terkena
dampak
5 Sifat kumulatif dampak TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-41 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)

Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat terhadap kegiatan
pelepasan tenaga kerja konstruksi ini tergolong negatif penting (-P).

3.3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PADA TAHAP OPERASI

3.3.1 Penerimaan Tenaga Kerja Operasi


3.3.1.1 Kesempatan Kerja dan Berusaha

Besaran Dampak

Kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap operasi secara langsung memberikan dampak peningkatan
kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat wilayah studi. Kegiatan operasional RSUD Provinsi
Sulawesi Utara ini akan membutuhkan tenaga kerja langsung sekitar 522 jiwa. Kebutuhan tenaga
kerja operasional mengikuti Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, Rumah Sakit Umum Kelas B harus memiliki SDM yang terdiri atas (1) tenaga medis, (2) tenaga
kefarmasian, (3) tenaga keperawatan, (4) tenaga kesehatan lain, serta (4) tenaga non kesehatan.
Tingkat Pendidikan masyarakat di wilayah studi sudah cukup baik, hal ini ditunjukkan oleh 31,30%
responden telah menamatkan tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi (strata 1). Kebutuhan
tenaga kerja untuk beberapa kategori, khususnya tenaga non kesehatan dapat dipenuhi dari wilayah.
Kebutuhan tenaga kerja non kesehatan sebanyak 43 jiwa.

Adanya kegiatan operasional rumah sakit dengan penyerapan tenaga kerja di wilayah studi akan
menyebabkan bertambahnya kesempatan kerja. Kesempatan kerja akan mengalami perubahan
setelah terbukanya kesempatan kerja untuk tenaga kerja operasional RSUD. Kesempatan kerja di
wilayah studi setelah adanya kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi adalah sebesar 88,16%.
Berdasarkan data rona lingkungan hidup awal di wilayah studi terdapat 3.768 jiwa angkatan kerja.
Angkatan kerja yang belum bekerja di wilayah studi adalah sebesar 538 jiwa. Prakiraan besaran
dampak kesempatan kerja dengan menggunakan formula, sebagai berikut:
𝑳𝑶𝒊𝒏 ⁄ 𝑳𝑶 𝒏
𝑳�� = …………………………………(5)
𝑳𝑶𝒏 ⁄𝑼𝑳
43⁄ 522
𝑳�� = …………………………………(5)
522⁄538

𝑳�� = �,

Dimana:
LO = adalah tingkat kesempatan kerja
LOin = adalah jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut pada kegiatan i
LOn = adalah jumlah total tenaga kerja yang direkrut
UL = adalah jumlah penduduk yang menganggur di wilayah studi.

Berdasarkan uraian diatas, maka besaran tingkat kesempatan kerja sebesar 0,1%. Berdasarkan tabel
skala dan tingkat dampak kesempatan kerja (Tabel 3.55), dengan perubahan kesempatan kerja

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-42 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
sebesar 0,1%, berarti kegiatan cukup memberikan dampak terhadap angkatan kerja yang ada di
wilayah studi.

Tabel 3.55 Skala dan Tingkat Dampak Kesempatan Kerja.

No. Skala Kesempatan Kerja Keterangan


1 LO= 1 Berdampak signifikan terhadap kesempatan kerja
2 LO=0 atau LO <1 Cukup memberikan dampak terhadap kesempatan kerja
3 LO>1 atau LO=2 Kurang memberikan dampak
Sumber: Wahyudin, 2012

Berdasarkan kondisi rona lingkungan hidup di wilayah studi terdapat 86 unit sarana perekonomian
(2017). Di wilayah studi terdapat 16 unit toko, 35 unit kios dan 30 unit rumah makan. Kegiatan akan
terkena dampak berupa peningkatan omset penjualan untuk kebutuhan karyawan rumah sakit.

Kegiatan penerimaan tenaga kerja sebesar 522 jiwa, akan mendorong tumbuhnya usaha baru untuk
memenuhi kebutuhan karyawan rumah sakit. Usaha-usaha yang akan tumbuh khususnya usaha
rumah makan dan minuman, kios/toko dan usaha jasa kost/persewaan rumah untuk memenuhi
kebutuhan karyawan rumah sakit yang berasal dari luar Kota Manado. Jika diasumsikan 70%
karyawan berasal dari luar Kota Manado, maka akan dibutuhkan 365 unit kost/rumah sewa.
Kedatangan karyawan sebanyak 365 karyawan akan mendorong tumbuhnya usaha baru untuk
memenuhi kebutuhan pangan karyawan.

Berdasarkan uraian tersebut dampak terciptanya peluang berusaha dikategorikan sebagai dampak
besar.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusaha dapat
dilihat pada Tabel 3.56.

Tabel 3.56 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan
Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja di wilayah
yang akan terkena dampak studi sebesar 522 jiwa dan akan mendorong
rencana usaha dan/atau tumbuhnya unit usaha baru dalam jumlah yang
kegiatan besar.
2 Luas wilayah persebaran +P Persebaran dampak tidak hanya di Kelurahan Kleak
dampak dan Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan menyebar
ke seluruh Kecamatan Malalayang bahkan hingga ke
seluruh Kota Manado.
3 Intensitas dan lamanya +P Intensitas dampak besar dan berlangsung dalam
dampak berlangsung jangka waktu lama selama tahap operasi.
4 Banyaknya komponen +P Ada komponen lain yang akan terpengaruh, yaitu
lingkungan lain terkena perubahan persepsi masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-43 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
7 Kriteria lain sesuai dengan +TP Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi

Berdasarkan uraian di atas maka peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha dikategorikan
sebagai dampak positif penting (+P).

3.3.1.2 Pendapatan masyarakat

Besaran Dampak

Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara ini akan membutuhkan
tenaga kerja langsung sekitar 552 jiwa. Penerimaan tenaga kerja sebesar 552 jiwa merupakan jumlah
yang cukup besar dan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.

Tingkat pendapatan masyarakat di wilayah studi berdasarkan hasil wawancara diperoleh rata-rata
tingkat pendapatan penduduk perbulan di wilayah studi sebesar Rp 3.807.228,916/ bulan. Upah
Minimum Kota Manado sebesar Rp 2.824.286 / bulan, sehingga rata-rata pendapatan penduduk di
wilayah studi telah melampaui upah minimum Kota Manado. Hal ini menunjukkan tingkat
kesejahteraan penduduk yang bermukim di wilayah studi sudah sangat baik. Tingkat pendapatan rata-
rata penduduk di wilayah studi saat ini yang sudah sangat baik karena 34,80% responden telah
mempunyai tingkat pendapatan di atas upah minimum Kota Manado.

Masyarakat yang diprakirakan mengalami peningkatan pendapatan dilihat adalah seluruh tingkat
pendapatan, karena operasional RSUD akan membutuhkan tenaga kerja dari cleaning service hingga
direktur rumah sakit. Pendapatan masyarakat yang direkrut menjadi karyawan akan mengalami
peningkatan yang bevariasi. Diprakirakan peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi
karyawan 10%-50% dari rata-rata pendapatan penduduk saat ini yang sebesar
Rp 3.807.228,916/bulan.

Berdasarkan uraian di atas, terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dari kegiatan penerimaan
tenaga kerja operasi dengan kategori dampak besar.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting, maka penentuan kriteria penting dampak peningkatan
pendapatan masyarakat akibat kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi, adalah sebagai berikut.

Tabel 3.57 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Pendapatan


Masyarakat dari Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja di wilayah studi
yang akan terkena dampak sebesar 43 jiwa, sehingga total manusia yang terkena
rencana usaha dan/atau dampak 150 jiwa (tenaga kerja beserta anggota
kegiatan keluarganya) dan tenaga kerja tidak langsung dari usaha-
usaha yang tumbuh memenuhi kebutuhan karyawan
rumah sakit.
2 Luas wilayah persebaran +P Persebaran dampak di Kelurahan Kleak dan Kelurahan
dampak Sario Tumpaan.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-44 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
3 Intensitas dan lamanya +P Intensitas dampak tinggi dan berlangsung dalam jangka
dampak berlangsung waktu relatif lama selama tahap operasi.
4 Banyaknya komponen +TP Tidak ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lingkungan lain terkena
dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan +TP Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kegiatan penerimaan tenaga kerja
operasi dapat menimbulkan dampak yang tergolong positif penting (+P) terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat.

3.3.1.3 Persepsi dan Sikap Masyarakat

Besaran dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat
adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi.

Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,1 % responden
menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,7 % responden menyatakan setuju
dan hanya 1,2 % responden yang menyatakan tidak setuju. Persepsi dan sikap responden yang ada
di wilayah studi terkait rencana pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara sangat baik
karena dukungan masyarakat mendekati 100%.

Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi menyebabkan terbukanya kesempatan kerja bagi
penduduk lokal sebagai tenaga operasi serta adanya peluang usaha yang baru seperti membuka
warung, penginapan, persewaan kamar/rumah, toko dan lain sebagainya. Terbukanya kesempatan
kerja dan peluang akan dapat mempertahankan persepsi dan sikap masyarakat menjadi sangat baik.
Hal ini sejalan dengan harapan masyarakat agar kegiatan dapat memberikan dampak positif berupa
kesempatan kerja. Perubahan persepsi dan sikap masyarakat akibat adanya penerimaan tenaga kerja
operasi, termasuk kategori dampak penting dengan magnitudo besar, karena penerimaan tenaga
kerja akan semakin memperkuat dukungan masyarakat atau persepsi dan sikap positif masyarakat
terhadap kegiatan RSUD.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak persepsi dan sikap masyarakat terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.58.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-45 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 3.58 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat
akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk yang +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja di wilayah
akan terkena dampak rencana studi sebesar 43 jiwa.
usaha dan/atau kegiatan
2 Luas wilayah persebaran dampak +P Persebaran dampak tidak terbatas di Kelurahan
Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya
3 Intensitas dan lamanya dampak +P Intensitas dampak besar dan berlangsung dalam
berlangsung jangka waktu relatif lama
4 Banyaknya komponen lingkungan +TP Tidak ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lain terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan +TP Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi

Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat dari kegiatan penerimaan
tenaga kerja ini tergolong positif penting (+P).

3.3.2 Aktivitas Rumah Sakit


3.3.2.1 Kualitas Air Permukaan

Besaran Dampak

Pada tahap operasi, dampak penurunan kualitas air permukaan berasal dari penanganan limbah cair
domestik hasil aktivitas rumah sakit. Bahan pencemar yang terkandung dalam limbah cair domestik
apabila langsung dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan menyebabkan terjadi penurunan kualitas
air permukan (saluran drainase). Parameter yang diprakirakan mengalami perubahan berupa TSS
dan COD. Terkait dengan jumlah limbah yang akan dihasilkan oleh kegiatan, dengan asumsi 80 % air
bersih yang akan digunakan akan menjadi limbah, maka diprakirakan limbah cair yang dihasilkan
adalah 237,2 m3/hari dengan kapasitas IPAL yang direncanakan adalah 388 m3 . Asumsi konsentrasi
rata-rata COD dan TSS berdasarkan debit limbah cair yang dihasilkan adalah 593 mg/liter dan 355,8
mg/liter. Efektifitas STP yang direncanakan mencapai 90%, sehingga parameter COD akan
mengalami penurunan menjadi 38,8 mg/l. Sementara itu, parameter TSS diperkirakan sebesar 35,58
mg/liter. Nilai COD sebesar 38,8 mg/lliter masih di bawah baku mutu berdasarkan PermenLH Nomor
5 Tahun 2014
Lampiran XLIV yaitu 80 mg/liter. Sementara itu, nilai TSS sebesar 35,58 mg/liter berada di atas baku
mutu yang ditetapkan yaitu 30 mg/liter.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak dari kegiatan aktivitas
rumah sakit terhadap kualitas air permukaan dapat diuraikan sebagai berikut.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-46 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 3.59 Penentuan sifat penting dampak kegiatan aktivitas rumah sakit terhadap
kualitas air permukaan.

Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -TP Jumlah penduduk yang terkena dampak tidak signifikan.
yang akan terkena dampak Effluent air limbah rumah sakit akan menuju badan air
rencana usaha dan/atau penerima (saluran drainase) yang berada di pemukiman
kegiatan penduduk. Berdasarkan observasi di lapangan, Saluran
drainase tersebut tidak digunakan untuk keperluan
sehari-hari.
2 Luas wilayah persebaran -TP Wilayah sebaran dampak kesehatan tidak signifikan.
dampak Saluran drainase yang menjadi effluent air limbah tidak
digunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari.
3 Intensitas dampak -P Intensitas dampak sedang. Parameeter TSS diperkirakan
akan melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu 30
mg/liter.
Lama nya dampak -P Ditinjau dari intensitas dampak, maka lamanya dampak
berlangsung berlangsung cukup signifikan
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang terdampak
lingkungan lain yang
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak bersifat kumulatif.
6 Berbalik atau tidak -TP Dampak akan berbalik jika dilakukan pengelolaan secara
berbaliknya dampak berkala terhadap STP.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak kualitas air permukaan, akibat dari kegiatan rumah sakit
pada termasuk kategori dampak negatif penting (-P).

3.3.2.2 Kesempatan Kerja dan Berusaha


Aktivitas rumah sakit berupa pelayanan medik baik rawat jalan dan rawat inap. Perawatan jalan
dengan penyediaan poliklinik dengan dokter-dokter spesialis dan umum. Perawatan inap dengan
penyediaan jumlah tempat rawat inap sebanyak 376 tempat tidur.

Umumnya kegiatan rumah sakit akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru. Saat ini di dalam
gedung rumah sakit, umumnya disediakan ruangan khusus untuk kegiatan usaha. Kegiatan usaha
yang umumnya disediakan di dalam gedung rumah sakit, yaitu kantin/cafetaria untuk pengunjung, kios
untuk kebutuhan pasien, kios buah tangan untuk pasien, kios majalah/buku/surat kabar dan usaha-
usaha lainnya.

Selain di dalam gedung rumah sakit, di lingkungan sekitar rumah sakit juga akan tumbuh usaha-usaha
baru. Usaha-usaha baru yang akan tumbuh di sekitar rumah sakit, yaitu usaha penginapan untuk
keluarga pasien yang berasal dari luar kota (seperti RS Harapan Kita dan RSCM), kios buah tangan
untuk penjenguk pasien, apotik, optik, laboratorium, warung makanan dan minuman serta tempat
penitipan kendaraan bermotor.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-47 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Usaha-usaha yang tumbuh untuk memenuhi kebutuhan logistik rumah sakit, berupa kebutuhan alat
tulis kantor rumah sakit, kebutuhan obat-obatan dari pengusaha farmasi, kebutuhan sayur mayur
untuk instalasi gizi untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Selain usaha formal yang tumbuh juga akan diikuti oleh pedagang-pedagang kaki lima (PKL) yang
memanfaatkan keberadaan rumah sakit. Pedagang kaki lima (PKL) umumnya berjualan makanan
dengan menggunakan gerobak dan umumnya menempati di sekeliling pagar rumah sakit sehingga
dapat memberikan kesan kumuh bagi lingkungan.

Tumbuhnya usaha formal dan informal akan mendorong terbukanya kesempata kerja tidak langsung
yang bekerja pada usaha-usaha yang tumbuh mengikuti perkembangan rumah sakit.

Berdasarkan uraian tersebut dampak kesempatan kerja dan peluang berusaha dikategorikan sebagai
dampak besar.

Sifat penting dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusaha dapat
dilihat pada Tabel 3.60.

Tabel 3.60 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan
Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja tidak
yang akan terkena dampak langsung di wilayah studi untuk operasional usaha-
rencana usaha dan/atau usaha baru yang tumbuh di sekitar RSUD, umunya
kegiatan akan ada 50-100 tenaga kerja yang terlibat pada
kegiatan usaha tersebut.
2 Luas wilayah persebaran +P Persebaran dampak di Kelurahan Kleak dan
dampak Kelurahan Sario Tumpaan.
3 Intensitas dan lamanya +P Intensitas dampak besar dan berlangsung dalam
dampak berlangsung jangka waktu lama selama tahap operasi.
4 Banyaknya komponen +P Ada komponen lain yang akan terpengaruh, yaitu
lingkungan lain terkena perubahan persepsi masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
7 Kriteria lain sesuai dengan +TP Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi

Berdasarkan uraian di atas maka kesempatan kerja dan peluang berusaha dikategorikan sebagai
dampak positif penting (+P).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-48 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
3.3.2.3 Pendapatan masyarakat

Besaran dampak

Aktivitas rumah sakit RSUD Provinsi Sulawesi Utara ini akan menyebabkan tumbuhnya usaha dan
adanya kesempatan kerja tidak langsung. Kesempatan kerja tidak langsung yang terbuka umumnya
50-100 jiwa.

Tingkat pendapatan masyarakat di wilayah studi berdasarkan hasil wawancara diperoleh rata-rata
tingkat pendapatan penduduk perbulan di wilayah studi sebesar Rp 3.807.228,916/ bulan. Upah
Minimum Kota Manado sebesar Rp 2.824.286 / bulan, sehingga rata-rata pendapatan penduduk di
wilayah studi telah melampaui upah minimum Kota Manado. Hal ini menunjukkan tingkat
kesejahteraan penduduk yang bermukim di wilayah studi sudah sangat baik. Tingkat pendapatan rata-
rata penduduk di wilayah studi saat ini yang sudah sangat baik karena 34,80% responden telah
mempunyai tingkat pendapatan di atas upah minimum Kota Manado.

Masyarakat yang diprakirakan mengalami peningkatan pendapatan dilihat dari hasil survei kepada
responden adalah masyarakat yang memiliki pendapatan Rp 1.000.000 s/d Rp 2.500.000 (39,76%).
Setelah masyarakat bekerja sebagai tenaga kerja pada usaha-usaha yang tumbuh akibat aktivitas
RSUD, maka akan mengalami peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan (jika upah tenaga
kerja dari usaha-usaha yang tumbuh sesuai dengan upah minimum Kota Manado adalah
Rp.2.824.286/bulan). Pendapatan masyarakat yang bekerja pada usaha-usaha setelah adanya
aktivitas RSUD sebesar Rp 2.071.233,91/bulan, mengalami peningkatan dari sebelumnya Rp
1.318.181,82/bulan, atau mengalami peningkatan pendapatan adalah sebesar 57,13%.

Berdasarkan uraian di atas, terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dari aktivitas rumah sakit
dengan kategori dampak sangat besar.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting, maka penentuan kriteria penting dampak peningkatan
pendapatan masyarakat akibat aktivitas RSUD, adalah sebagai berikut.

Tabel 3.61 Penentuan Kriteria Dampak Peningkatan Pendapatan Masyarakat dari


Aktivitas RSUD.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan


1 Besarnya jumlah penduduk +P Diprakirakan akan menyerap tenaga kerja tidak langsung
yang akan terkena dampak di wilayah studi sebesar 50-100 jiwa.
rencana usaha dan/atau
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran +P Persebaran dampak tidak hanya di Kelurahan Kleak dan
dampak Kelurahan Sario Tumpaan, melainkan menyebar ke
seluruh Kecamatan Malalayang bahkan hingga ke keluar
wilayah kecamatan.
3 Intensitas dan lamanya +P Intensitas dampak rendah dan berlangsung dalam jangka
dampak berlangsung waktu relatif lama selama tahap operasi.
4 Banyaknya komponen +P Ada komponen lain yang akan terpengaruh.
lingkungan lain terkena
dampak
5 Sifat kumulatif dampak +TP Dampak tidak akan terakumulasi.
6 Berbalik atau tidak berbalik +TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-49 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
7 Kriteria lain sesuai dengan +TP Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa aktivitas rumah sakit menimbulkan
dampak yang tergolong positif penting (+P) terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.

3.3.2.4 Persepsi dan Sikap Masyarakat


Besaran Dampak

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat
adalah aktivitas rumah sakit. Aktivitas rumah sakit akan berdampak terhadap lingkungan. Dampak
yang paling besar adalah timbulnya limbah medis, kebisingan, kemacetan lalu lintas, polusi udara,
penurunan kualitas air permukaan, lingkungan jadi kumuh karena adanya pedagang kaki lima, dll.

Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa bahwa 18,1 % responden
menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,7 % responden menyatakan setuju
dan hanya 1,2 % responden yang menyatakan tidak setuju. Berdasarkan kondisi rona lingkungan
awal termasuk kategori kualitas lingkungan yang sangat baik karena responden yang tidak setuju
hanya
1,2 % responden.

Kekhawatiran masyarakat terkait rencana kegiatan, adalah:

 Sebanyak 55,40% responden khawatir dengan aktivitas rumah sakit akan menyebabkan
peningkatan limbah medis;

 Sebanyak 24,10% responden mengkhawatirkan akan kemacetan lalu lintas;

 Sebanyak 7,20% responden menyatakan khawatir kebisingan;

 Sebanyak 4,80% responden menyatakan khawatir akan polusi udara;

 Sebanyak 3,60% responden menyatakan khawatir akan penurunan kualitas air permukaan;

 Sebanyak 2,40% responden menyatakan khawatir lingkungan akan menjadi kumuh karena
adanya pedagang kaki lima;

 Sebanyak 2,40% responden menyatakan khawatir akan dampak-dampak lainnya.

Aktivitas rumah sakit selain menimbulkan dampak negatif yang dikhawatirkan oleh masyarakat,juga
mempunyai dampak positif yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dampak positif yang diharapkan oleh
aktivitas rumah sakit oleh masyarakat, yaitu:

 Kemudahan mendapatkan akses kesehatan (59,00%).

 Peningkatan kualitas kesehatan (31,30%).

 Kesempatan kerja (4,80%).

 Adanya peluang berusaha (2,40%).

 Lainnya (2,40%).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-50 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Dampak positif yang diharapkan masyarakat dengan adanya aktivitas rumah sakit akan
meminimalkan dampak-dampak negatif yang dikhawatirkan oleh masyarakat. Berdasarkan uraian
tersebut aktivitas rumah sakit akan menyebabkan perubahan persepsi dan sikap masyarakat, dengan
magnitudo kecil. Walaupun kecil, kalau tidak dilakukan pengelolaan yang baik akan menimbulkan
dampak negatif.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan tujuh kriteria dampak penting pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22
Ayat (2), maka penentuan kriteria penting dampak persepsi dan sikap masyarakat akibat aktivitas
rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.62.

Tabel 3.62 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat akibat
Aktivitas Rumah Sakit.

No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan

1 Besarnya jumlah -/+ P Diprakirakan akan berpengaruh terhadap


penduduk yang akan masyarakat khususnya penduduk yang
terkena dampak rencana bermukim di sekitar tapak proyek
usaha dan/atau kegiatan

2 Luas wilayah persebaran -/+ P Persebaran dampak tidak terbatas hanya di


dampak Kelurahan Kleak dan Kelurahan Sario
Tumpaan, melainkan menyebar ke seluruh Kota
Manado

3 Intensitas dan lamanya -/+ P Intensitas dampak tinggi dan berlangsung


dampak berlangsung dalam jangka waktu relatif lama selama tahap
operasi.

4 Banyaknya komponen -/+ TP Tidak ada komponen lain yang akan


lingkungan lain terkena terpengaruh.
dampak

5 Sifat kumulatif dampak -/+ P Dampak akan terakumulasi.

6 Berbalik atau tidak -/+ TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
berbalik

7 Kriteria lain sesuai dengan -/+ TP Tidak ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan
teknologi

Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat akibat aktivitas rumah
sakit tergolong negatif/positif penting (-/+P).

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-51 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
3.3.2.5 Prevalensi Penyakit

Besarnya Dampak

Kegiatan aktivitas rumah sakit pada tahap operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara ini terjadi interaksi
antara pasien, petugas rumah sakit dan pengunjung rumah sakit dalam melayani pasien umum
dengan kasus penyakit infeksi maupun penyakit non-infeksi sehingga dapat dapat berisiko penularan
infeksi. Infeksi ini merupakan masuknya mikroorganisme pada pasien/petugas rumah
sakit/pengunjung rumah sakit yang dapat menyebabkan penyakit.

Pelayanan kesehatan di RSUD Provinsi Sulawesi Utara meliputi pelayanan medik, keperawatan,
kebidanan, penunjang klinik & nonklinik, rawat inap dan kefarmasian. Dari pelayanan tersebut dapat
berisiko terjadinya penularan infeksi/infeksi nosokomial antara pasien, petugas rumah sakit dan
pengunjung rumah sakit. Cara penularan ini dapat melalui kontak langsung, cairan tubuh,
udara/inhalasi, vektor penyakit atau makanan & minuman. Proses penularan ini dapat terjadi apabila
individu mempunyai daya tahan tubuh yang menurun/belum sempurna seperti anak-anak, sehingga
dapat tertular penyakit.

Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak peningkatan prevalensi
penyakit dari aktivitas rumah sakit dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.63 Penentuan sifat penting dampak peningkatan prevalensi penyakit dari
kegiatan aktivitas rumah sakit.

Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -TP Dengan adanya rencana pengelolaan yang merujuk pada
yang akan terkena dampak Permenkes RI No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
rencana usaha dan/atau Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
kegiatan Pelayanan Kesehatan dan Permenkes RI No. 66 Tahun
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit, maka sebaran prevalensi penyakit kepada
penduduk dapat dicegah . Sehingga, besarnya jumlah
penduduk yang terkena dampak menjadi tidak signifikan.
2 Luas wilayah persebaran -TP Pihak RSUD sudah mempunyai rencana pengelolaan
dampak dengan merujuk pada Permenkes RI No. 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Permenkes RI No.
66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit. Sehingga, dengan adanya rencana
pengelolaan sesuai dengan peraturan tersebut, maka
sebaran prevalensi penyakit dapat dicegah.
3 Intensitas dampak -TP Intensitas dampak kecil. Pihak RSUD sudah mempunyai
rencana pengelolaan dengan merujuk pada Permenkes
RI No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan Permenkes RI No. 66 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Sehingga, dengan adanya rencana pengelolaan sesuai
dengan peraturan tersebut, maka intensitas dampak
prevalensi penyakit dapat diminimalsir.
Lama nya dampak -TP Dengan intensitas dampak yang kecil, maka lamanya
berlangsung dampak berlangsung tidak signifikan.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-52 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang terdampak akibat dari
lingkungan lain yang aktivitas rumah sakit
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dengan intensitas dan lamanya dampak yang kecil maka
dampak tidak bersifat kumulatif.
6 Berbalik atau tidak -TP Jika kegiatan aktivitas rumah sakit selesai dilakukan,
berbaliknya dampak maka tidak ada dampak pada kesehatan masyarakat.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting, dampak peningkatan prevalensi penyakit dari aktivitas rumah sakit
termasuk kategori dampak negatif tidak penting (-TP) namun tetap dikelola.

3.3.2.6 Pelayanan Kesehatan

Besarnya Dampak

Kegiatan aktivitas rumah sakit pada tahap operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara. RSUD Provinsi Sulawesi
Utara ini merupakan rumah sakit tipe B yang dapat menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
dari kabupaten/kota dan juga dapat difungsikan untuk rumah sakit pendidikan.

Provinsi Sulawesi Utara telah mempunyai rumah sakit tipe A yaitu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau yang
ada di Kota Monado. Sebagai rumah sakit tipe B, RSUD Provinsi Sulawesi Utara sangat dibutuhkan
untuk mengatasi kesenjangan sistem rujukan dari rumah sakit tipe C yang ada di Kota
Manado/daerah lainnya seperti RS Advent, RS Islam Sitti Maryam, RS Pancaran Kasih dan RS
Permata Bunda. Selama ini rumah sakit tipe B di kota Manado baru mempunyai 1 rumah sakit yaitu
RS Siloam. Pelayanan kesehatan di RSUD Provinsi Sulawesi Utara telah mengikuti persyaratan
minimal yang harus dipenuhi sebagai rumah sakit tipe B berdasarkan Permenkes RI No. 56 tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, yang meliputi pelayanan medik, sumber daya
manusia dan peralatan rumah sakit. Namun demikian, untuk perbaikan berkelanjutan dalam
pelayanan kesehatan di RSUD Provinsi Sulawesi Utara perlu mengikuti standar yang berlaku secara
nasional/internasional melalui sistem akreditasi.

Akreditasi rumah sakit merupakan sebuah proses penilaian dan penetapan kelayakan rumah sakit
berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh lembaga independen akreditasi
Kementerian Kesehatan yaitu Komisi Akreditasi Rumah Sakit ( KARS) atau Joint Commission
International (JCI) organisasi non-profit yang berpusat di Amerika Serikat yang mengeluarkan
akreditasi standar internasional yang fokus terhadap peningkatan kualitas dan keamanan layanan
kesehatan pada klinik atau rumah sakit. Selain itu, ada International Organization for Standardization
(ISO) adalah standardisasi internasional untuk hampir semua bidang, termasuk layanan kesehatan
yang baru-baru ini telah digunakan sebagai penilaian sistem pengendalian kualitas pada layanan
kesehatan atau seluruh klinik/rumah sakit.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-53 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak dari kegiatan aktivitas
rumah sakit terhadap peningkatan pelayanan kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.64 Penentuan sifat penting dampak peningkatan pelayanan kesehatan dari
aktivitas rumah sakit.

Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak

1 Besarnya jumlah penduduk +P Masyarakat Provinsi Sulawesi Utara


yang akan terkena dampak
rencana usaha dan/atau
kegiatan

2 Luas wilayah persebaran +P Wilayah sebaran dampak positif dari pelayanan


dampak kesehatan yaitu Provinsi Sulawesi Utara

3 Intensitas dampak +P Dampak positif dari kepuasan pasien akan diingat

Lama nya dampak +P Dampak positif yang dirasakan berlangsung lama dan
berlangsung tidak akan hilang

4 Banyaknya komponen +P Dapat berdampak pada komponen lain seperti persepsi


lingkungan lain yang masyarakat
terkena dampak

5 Sifat kumulatif dampak +P Dampak positif dari pelayan kesehatan bersifat kumulatif

6 Berbalik atau tidak +TP Jika kegiatan aktivitas rumah sakit selesai dilakukan akan
berbaliknya dampak kembali seperti semula

7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak peningkatan pelayanan kesehatan dari aktivitas rumah sakit
termasuk kategori dampak positif penting (+P).

3.3.2.7 Timbulan Sampah

Prakiraan Besarnya Dampak

Kegiatan aktivitas rumah sakit pada tahap operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara dapat
mengakibatkan timbulan sampah di lingkungan RSUD Provinsi Sulawesi Utara. Sampah rumah sakit
berupa sampah padat domestik dan infeksius yang berasal dari limbah yang berasal dari sampah sisa
makanan pengunjung rumah sakit, sampah aktivitas kantor, aktivitas kantin dan aktivitas dapur untuk
limbah non infeksius sedangkan yang infeksius berupa benda tajam, jaringan tubuh, kultur
laboratorium, alat kesehatan, perban dan lainnya yang berhubungan dengan pasien isolasi penyakit
menular serta berkaitan dengan tindakan perawatan, bedah, dan invasif.

Berdasarkan Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (2011), timbulan limbah Rumah
Sakit di Indonesia sekitar 0,14 kg/tempat tidur/hari dengan komposisi limbah terdiri atas 80% limbah
non infeksius dan 20 % limbah infeksius (15% limbah patologi & infeksius, 1% limbah benda tajam,

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-54 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
3% limbah kimia & farmasi dan 1% tabung & termometer pecah). Volume timbulan sampah RSUD
Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan sebanyak 58,38 kg/hari. Berdasarkan hasil penelitian Aditya,
2010 dalam 27,62 kg limbah rumah sakit sama dengan 1 meter kubik. RSUD Provinsi Sulawesi Utara
dapat menghasilkan limbah sebanyak 2,11 meter kubik. Dengan adanya tempat sampat yang
berukuran besar serta ukuran tempat penyimpanan sementara/TPS yang cukup memadai
diprakirakan timbulan sampah baik di dalam area rumah sakit dan di lokasi TPS dapat ditampung jika
dilakukan pengangkutan setiap hari oleh pihak ke 3 menuju tempat pembuangan akhir/pengelola
limbah B3.

Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak timbulan sampah dari
kegiatan aktivitas rumah sakit dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.65 Penentuan sifat penting dampak timbulan sampah dari kegiatan
aktivitas rumah sakit.

Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -TP Pasien, petugas rumah sakit dan pengunjung rumah sakit
yang akan terkena dampak
rencana usaha dan/atau
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran -TP Wilayah sebaran dampak dari timbulan sampah yaitu di
dampak lingkungan RSUD Provinsi Sulawesi Utara
3 Intensitas dampak -TP Timbulan sampah yang dihasilkan rumah sakit akan
berlangsung setiap hari
Lama nya dampak -TP Timbulan sampah dari aktivitas rumah sakit hanya akan
berlangsung bertahan 1 hari karena akan diangkut setiap hari dari TPS
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak dari
lingkungan lain yang timbunan sampah rumah sakit
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak dari pelayan kesehatan bersifat kumulatif jika
tidak dikelola
6 Berbalik atau tidak -TP Jika kegiatan aktivitas rumah sakit selesai dilakukan akan
berbaliknya dampak kembali seperti semula
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak timbulan sampah dari kegiatan aktivitas rumah sakit pada
termasuk kategori dampak negatif tidak penting (-TP).

3.3.2.8 Bertambahnya Volume Kendaraan

Bangkitan Tahap Operasi

Besaran bangkitan akan menggunakan metode pemodelan yang telah ada, pemodelan yang akan
digunakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh M.Hafiz Arsan Haq, Syafi’i, Amirotul MHM,
dengan judul penelitian analisis model tarikan pergerakan pada rumah sakit (studi kasus di Daerah
Istimewa Yogyakarta), dalam penelitian dihasilkan model Y = 67,761 + 0,006 X2, dengan X2 adalah
luas lantai bangunan. Dengan demikian untuk bangkitan beroperasinya Rumah Sakit Provinsi
Sulawesi
ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-55 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Utara yang berencana memiliki luas lantai bangunan adalah 29.695 m2, maka bangkitan yang akan
terjadi adalah 245,931 smp/ jam, jika dibandingkan dengan kapasitas ruas Jalan Bethesda, maka
bangkitan tersebut 14,74% dari kapasitas.

Besaran Volume lalu lintas Pada Tahap Operasi

Prediksi lalu lintas pada tahun ke-3 merupakan awal beroperasinya RSUD Provinsi Sulawesi, untuk
memprediksi volume lalu lintas dalam menggunakan tingkat pertumbuhan lalu lintas akan
menggunakan rata-rata tingkat perumbuhan PDRB Kota Manado, adapun rata-ratanya adalah 7,06%,
adapun prediksi lalu lintas tanpa kegiatan dan dengan kegiatan pada tahun 2021, dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 3.66 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Tanpa Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1016,3 1186,4 953,2 1024,8
08.00-09.00 1143,7 1194,4 956,7 1081,0
11.00-12.00 1277,5 1361,0 1138,0 1040,1
12.00-13.00 1265,1 1256,2 1055,2 1011,4
16.00-17.00 1069,6 1342,7 1074,8 990,1
17.00-18.00 1251,5 1447,2 1008,1 1154,5

Tabel 3.67 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Tanpa Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1191.7 1526.6 943.9 1150.1
08.00-09.00 1265.0 1309.4 994.5 930.7
11.00-12.00 1324.8 1029.7 1024.4 858.2
12.00-13.00 1297.5 1015.2 1000.2 720.0
16.00-17.00 1153.1 1141.6 910.7 719.4
17.00-18.00 1198.2 1292.3 841.2 815.7

Tabel 3.68 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Dengan Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1139,3 1309,3 1076,2 1147,7
08.00-09.00 1266,6 1317,3 1079,6 1203,9
11.00-12.00 1400,5 1483,9 1261,0 1163,1
12.00-13.00 1388,1 1379,2 1178,2 1134,4
16.00-17.00 1192,5 1465,7 1197,8 1113,0
17.00-18.00 1374,5 1570,2 1131,1 1277,4

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-56 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 3.69 Jumlah SMP Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Dengan Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 1314,6 1649,6 1066,9 1273,0
08.00-09.00 1388,0 1432,4 1117,4 1053,6
11.00-12.00 1447,7 1152,7 1147,4 981,1
12.00-13.00 1420,5 1138,2 1123,2 843,0
16.00-17.00 1276,1 1264,6 1033,6 842,3
17.00-18.00 1321,1 1415,2 964,2 938,7

V/ C Ratio Tahap Operasi

V/C rasio merupakan indikator dari pelayanan jalan, V/C rasio ini di dapat dari perbandingan arus
kendaraan pada ruas jalan yang di pantau dengan kapasitas jalan, dengan demikian dapat dilihat V/C
rasio dari ruas jalan tersebut, dapat di lihat pada Tabel 3.70, Tabel 3.71, Tabel 3.72 dan Tabel 3.73
di bawah ini.

Tabel 3.70 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Tanpa Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,72 0,84 0,67 0,72
08.00-09.00 0,81 0,84 0,68 0,76
11.00-12.00 0,90 0,96 0,80 0,74
12.00-13.00 0,89 0,89 0,75 0,72
16.00-17.00 0,76 0,95 0,76 0,70
17.00-18.00 0,89 1,02 0,71 0,82

Tabel 3.71 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Tanpa Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,84 1,08 0,67 0,81
08.00-09.00 0,89 0,93 0,70 0,66
11.00-12.00 0,94 0,73 0,72 0,61
12.00-13.00 0,92 0,72 0,71 0,51
16.00-17.00 0,82 0,81 0,64 0,51
17.00-18.00 0,85 0,91 0,59 0,58

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-57 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 3.72 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik Polda tahun 2021 Dengan Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,81 0,93 0,76 0,81
08.00-09.00 0,90 0,93 0,76 0,85
11.00-12.00 0,99 1,05 0,89 0,82
12.00-13.00 0,98 0,98 0,83 0,80
16.00-17.00 0,84 1,04 0,85 0,79
17.00-18.00 0,97 1,11 0,80 0,90

Tabel 3.73 V/C Ratio Jalan Bethesda Titik SPBU tahun 2021 Dengan Kegiatan
Operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara.

Meninggalkan Polda Menuju Polda


Waktu
Senin Selasa Senin Selasa
07.00-08.00 0,93 1,17 0,75 0,90
08.00-09.00 0,98 1,01 0,79 0,75
11.00-12.00 1,02 0,82 0,81 0,69
12.00-13.00 1,00 0,80 0,79 0,60
16.00-17.00 0,90 0,89 0,73 0,60
17.00-18.00 0,93 1,00 0,68 0,66

Jika melihat prediksi kondisi lalu lintas pada tahun 2021 tanpa ada kegiatan, kecederungan kondisinya
sudah melebihi standar yang telah ditetapkan, sedangkan prediksi kondisi lalu lintas pada tahun
pertama beroperasi adalah hampir semuanya sudah melebihi batas yang ditetapkan.

Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak bertambahnya volume
kendaraan dari aktivitas rumah sakit dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.74 Penentuan sifat penting dampak bertambahnya volume kendaraan dari
aktivitas rumah sakit

Kriteria Penentuan Sifat


No Penting Keterangan
Sifat Penting Dampak Dampak
Besarnya jumlah Yang terkena dampak adalah pengguna jalan yang
penduduk yang akan melintas di ruas jalan Bethesda yang berbarengan
terkena dampak rencana dengan jam pengangkutan material timbunan, dimana
1 -P
usaha dan/ atau kegiatan jumlah kendaraan paling sedikit adalah 719,4 smp/ jam,
sedangkan jumlah kendaraan terbanyak adalah 1526,6
smp/ jam
Luas wilayah penyebaran Luas wilayah penyebaran dampak adalah ruas jalan
2 dampak -P Bethesda yang dilalui oleh kendaraan yang menuju dan
meniggalkan RSUD Provinsi Sulawesi Utara
Intensitas dan lamanya Intensitas mobilisasi adalah setiap 1 menit terdapat
3 -P
dampak berlangsung penambahan jumlah kendaraan 4,09 smp, dengan lama

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-58 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Sifat Penting Dampak Dampak
dampak berlangsung adalah selama Rumah sakit
membuka pelayanan
Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terkena dampak turun jika
lingkungan lain yang tidak dikelola dengan baik adalah kebisingan,
4 terkena dampak -P peningkatan udara ambient (dampak sekunder),
kesehatan masyarakat dan persepsi masyarakat
(dampak tersier)
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak berdampak kumulatif
Berbalik atau tidak Kondisi akan berbalik, jika RSUD Provinsi Sulawesi
6 -TP
berbaliknya dampak Utara sudah tidak beroperasi lagi
Kriteria lain sesuai dengan Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
7 -TP
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)

Berdasarkan hasil perkiraan besar dampak dan sifat penting dampak, maka dampak bertambahnya
volume kendaraan dari aktivitas rumah sakit tergolong sebagai Negatif Penting (-P)

3.3.3 Pengelolaan Limbah


3.3.3.1 Sanitasi Lingkungan

Prakiraan Besarnya Dampak

Kegiatan pengelolaan limbah pada tahap operasi RSUD Provinsi Sulawesi Utara dapat berdampak
pada penurunan sanitasi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah yang dihasil rumah sakit
bentuknya padat dan cair, dan juga ada yang masuk kedalam limbah infeksius.

Jenis limbah cair yang dihasilkan dari operasional rumah sakit diprakirakan mencapai 237,2 m3.
Sumber air limbah dari kegiatan operasional RSUD dari berbagai tempat dan jenis pelayanan yang
ada di rumah sakit seperti UGD, ruang rawat inap, hemodialisa, laboratorium, ruang jenazah, dll.
Sistem pengolahan air limbah yang digunakan oleh RSUD Sulawesi Utara ini direncanakan
menggunakan IPAL dengan proses biofilter anaerob aerob yaitu sistem Biologis dengan
menggabungkan sistem anaerobik dan sistem aerobik yang dilengkapi dengan proses untuk
penurunkan kandungan bahan kimia dari bahan-bahan medis atau kegiatan hemodialisa. Hasil dari
proses ini diprakirakan dapat memenuhi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam PermenLH
No.5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Pelayanan Kesehatan. Selain itu,
rumah sakit menghasilkan limbah padat infeksius dan non-infeksius sebanyak 58,38 kg/hari. Limbah
tersebut dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah, farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi. Limbah padat medis tersebut akan dikumpulkan di TPS limbah medis dan
disterilkan dengan mesin autoclave dengan suhu 121 OC selama 30 menit. Setelah limbah padat
medis disterilkan, limbah akan diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin dari KLHK. Air buangan
dari autoclave akan dialirkan menuju STP rumah sakit untuk diolah lebih lanjut.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-59 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Prakiraan Sifat Penting Dampak

Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak penurunan sanitasi
lingkungan dari kegiatan pengelolaan limbah dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.75 Penentuan sifat penting dampak penurunan sanitasi lingkungan dari
kegiatan pengelolaan limbah.

Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
No Penting Keterangan
Penting Dampak
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -TP Masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit khususnya
yang akan terkena dampak di pinggir sungai/saluran air di Kelurahan Sario
rencana usaha dan/atau
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran -TP Wilayah sebaran penurunan sanitasi ligkungan adalah
dampak sungai/saluran air di wilayah studi
3 Intensitas dampak -TP Penurunan sanitasi lingkungan yang ditimbulkan dari
kegiatan ini bisa cepat kembali seperti semula.
Lama nya dampak -TP Penurunan sanitasi lingkungan yang ditimbulkan dari
berlangsung kegiatan ini bersifat sementara
4 Banyaknya komponen -TP Tidak ada komponen lain yang terdampak akibat dari
lingkungan lain yang pengelolaan limbah
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak -TP Penurunan sanitasi lingkungan dari air yang tercemar
berdampak kumulatif namun membutuhkan waktu yang
lama
6 Berbalik atau tidak -TP Jika kegiatan pengelolaan limbah selesai dilakukan,
berbaliknya dampak maka akan semakin kecil berdampak pada penurunan
sanitasi lingkungan.
7 Kriteria lain sesuai dengan -TP Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak penurunan sanitasi lingkungan dari kegiatan pengelolaan
limbah termasuk kategori dampak tidak penting (-TP) namun tetap dikelola.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 3-60 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
BAB 4. EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP
DAMPAK LINGKUNGAN

4.1 TELAAH TERHADAP DAMPAK PENTING


Dalam bab ini akan dilakukan evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak
penting hipotetik (DPH). Telaah dampak penting dimaksudkan untuk mengkaji DPH yang telah
diidentifikasi secara lebih komprehensif dengan mempertimbangkan keterkaitan antara suatu dampak
dengan dampak lainnya. Dampak penting yang diprakirakan timbul masing-masing dievaluasi
keterkaitannya dengan menggunakan metode bagan alir.

Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH) dapat diperoleh
informasi antara lain sebagai berikut:

1. Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPH beserta karakteristiknya antara lain seperti
frekuensi terjadi dampak, durasi dan intensitas dampak, yang pada akhirnya dapat digunakan
untuk menentukan sifat penting dan besaran dari dampak-dampak yang telah berinteraksi
pada ruang dan waktu yang sama;

2. Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling banyak menimbulkan


dampak lingkungan; dan

3. Area-area yang perlu mendapat perhatian (area of concerns).

Merujuk hal di atas, telaahan secara menyeluruh terhadap dampak penting dari setiap jenis kegiatan
terhadap komponen/parameter lingkungan hidup untuk setiap jenis kegiatan sebagai sumber
dampaknya, dilakukan dengan menggunakan bagan alir dampak (Gambar 4-1). Bagan alir dampak
digunakan untuk menentukan keterkaitan (sebab-akibat) antara sumber dampak dengan dampak
penting terhadap komponen/parameter lingkungan, dan antar komponen/parameter lingkungan yang
terkena dampak penting itu sendiri, sehingga dapat diketahui setiap jenis kegiatan sebagai sumber
dampak dan jenis dampak yang menjadi variabel kunci. Selain itu, dapat terlihat dampak akibat dua
atau lebih sumber dampak yang berbeda menyebabkan dampak pada ruang dan waktu yang
sama.Tabel 4.1 berikut.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-1 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 4.1 Rangkuman hasil prakiraan dan evaluasi dampak penting hipotetik (DPH).

Komponen Sifat
No Parameter Dampak Sumber Dampak Jenis dampak Sifat Penting Dampak
Lingkungan Dampak
TAHAP KONSTRUKSI
1. Fisik Kimia Kualitas Udara Ambien  Mobilisasi peralatan dan bahan Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
 Penimbunan dan pemadatan lahan
Kebisingan  Mobilisasi peralatan dan bahan Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
 Penimbunan dan pemadatan lahan
 Pembangunan RSUD Dan Fasilitas Penunjang
Air Limpasan Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Tidak Penting (dtp)
2. Sosial Ekonomi Kesempatan Kerja dan Penerimaan Tenaga Kerja Positif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
dan Budaya Berusaha
Pelepasan Tenaga Kerja Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
Pendapatan Masyarakat Penerimaan Tenaga Kerja Positif Dampak Turunan (sekunder) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
Pelepasan Tenaga Kerja Negatif Dampak Turunan (sekunder) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
Persepsi dan sikap PenerimaanTenaga Kerja Positif Dampak Turunan (tersier) dari Pendapatan Masyarakat Dampak Penting (dp)
Masyarakat
 Mobilisasi peralatan dan bahan Negatif  Dampak Turunan (tersier) dari Dampak Prevalensi Penyakit, Dampak Penting (dp)
 Dampak Langsung (Sekunder) dari dampak bertambahnya volume
 Pembongkaran RSJ Ratumbuysang kendaraan
 Dampak Turunan (sekunder) dari Dampak air limpasan,
 Dampak Turunan (tersier) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha

 Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang


 Pelepasan tenaga kerja
11. Kesehatan Peningkatan Prevalensi  Mobilisasi dan demobilisasi alat dan material Negatif Dampak Turunan (sekunder) dari Kualitas Udara dan Kebisingan Dampak Penting (dp)
Masyarakat Penyakit  Pemadatan dan penimbunan tanah
Transportasi Darat Bertambahnya Volume  Mobilisasi dan demobilisasi alat dan material Negatif Dampak langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
Kendaraan  Penimbunan dan Pemadatan Tanah
 Pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Dampak langsung (Primer)
Ratumbuysang Dampak langsung (Primer)

TAHAP OPERASI
1. Fisik Kimia Kualitas Air Permukaan Aktivitas Rumah Sakit Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
2. Sosial Ekonomi Kesempatan Kerja dan Penerimaan Tenaga Kerja Positif Dampak Langsung (primer) Dampak Penting (dp)
dan Budaya berusaha Aktivitas Rumah Sakit
Pendapatan Masyarakat Penerimaan Tenaga Kerja Positif Dampak Turunan (Sekunder) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
Aktivitas Rumah Sakit
Persepsi dan sikap masyarakat Penerimaan Tenaga Kerja Positif/Negatif Dampak Turunan (Tersier) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
Aktivitas Rumah Sakit
3. Kesehatan Prevalensi Penyakit Aktivitas Rumah Sakit Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak TIDAK Penting (dtp)
Masyarakat
Sanitasi Lingkungan Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak TIDAK Penting (dtp)
Pelayanan Kesehatan Positif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dtp)
Timbulan Sampah Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak TIDAK Penting (dtp)
4. Transportasi Darat Bertambahnya volume Aktivitas Rumah Sakit Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
kendaraan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tahapan Kegiatan Konstruksi Operasi

Mobilisasi dan Penimbunan dan Pelepasan


Rekruitmen Pembongkaran Pembangunan Rekruitmen Aktivitas
Sumber Dampak tenaga kerja demobilisasi
RSJ
Pemadatan
RSUD dan
tenaga kerja
tenaga kerja Rumah Sakit
alat dan tanah konstruksi
fasilitas
material penunjang

-P
+P -P
-P +P
-P -P -P
-TP -TP +P -TP
-P
-P
Kesempatan Sanitasi
Dampak Primer kerja dan Bertambahnya Kualitas Kebisingan Air Limpasan Timbulan Kualitas Air Pelayanan
Sampah Lingkungan
Volume Kendaraan ambien Permukaan Kesehattan
berusaha

+P -P +P
-P
-P
Dampak Sekunder Pendapatan Prevalensi -TP
masyarakat -P
Penyakit -TP
-P

-P
-P
Dampak Tersier -P +P
+P Persepsi dan sikap masyarakat
-P -TP
+P

Gambar 4.1 Bagan alir evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-3 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
4.1.1 Keterkaitan dan Interaksi Antar DPH/Dampak Penting
Sebagaimana terlihat pada bagan alir di atas, DPH komponen fisik kimia, sosial, kesehatan
masyarakat dan transportasi darat akan muncul pada setiap tahapan kegiatan yaitu tahap konstruksi
dan operasi. Potensi terjadinya kumulasi DPH adalah apabila antara 1 DPH dengan DPH lainnya
bertemu pada ruang dan waktu yang sama. Secara ringkas karakteristik DPH disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 4.2 Karakteristik dampak penting hipotetik Rencana Kegiatan.

DPH Intensitas dan durasi dampak Potensi terjadinya kumulatif


Kualitas udara Berlangsung pada saat kegiatan mobilisasi dan Dampak tdak bersifat kumulatif
ambien demobilisasi alat dan material serta kegiatan karena kedua kegiatan tersebut
penimbunan dan pemadatan tanah. Intensitas tidak berlangsung pada waktu
dampak debu (TSP) diperkirakan tinggi dari kegiatan bersamaan
penimbunan dan pemadatan tanah. Kegiatan tersebut
akan berlangsung selama 30 hari
Kebisingan Berlangsung pada saat mobilisasi dan demobilisasi Dampak bersifat tidak kumulatif
alat dan material, penimbunan dan pemadatan tanah karena ketiga kegiatan tersebut
serta pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang. tidak berlangsung pada waktu
Intensitas dampak diperkirakan tinggi dari semua bersamaan
kegiatan. Durasi kegiatan saat mobilisasi dan
demobilisasi alat dan material selama 330 hari,
penimbunan dan pemadatan tanah selama 30 hari
dan pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang
selama 396 hari
Kualitas air Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah Dampak tidak bersifat kumulatif
permukaan sakit. Intensitas dampak sedang dengan durasi karena hanya berlangsung pada
selama 25 tahun. saat tahap operasi.
Air limpasan Berlangsung pada tahap konstruksi yaitu dari Dampak tidak bersifat kumulatif
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang. karena hanya berlangsung pada
Intensitas dampak sedang dengan peningkatan debit saat konstruksi.
air limpasan sebesar 32,53 % atau setara dengan
peningkatan air limpasan sebesar 115,7 liter/detik.
Kesempatan Berlangsung pada saat kegiatan konstruksi dan Dampak tidak bersifat kumulatif
kerja dan operasi. Intensitas dampak besar pada saat konstruksi karena kegiatan tersebut tidak
berusaha namun durasi dampak singkat. Pada tahap operasi, berlangsung pada waktu yang
intensitas dampak besar dan berlangsung selama 25 bersamaan.
tahun.
Pendapatan Berlangsung pada saat kegiatan konstruksi dan Dampak tidak bersifat kumulatif
masyarakat operasi. Intensitas dampak besar pada saat konstruksi karena kegiatan tersebut tidak
namun durasi dampak singkat. Pada tahap operasi, berlangsung pada waktu yang
intensitas dampak besar dan berlangsung selama 25 bersamaan.
tahun.
Persepsi Berlangsung pada saat kegiatan konstruksi dan Dampak tidak bersifat kumulatif
masyarakat operasi. Intensitas dampak besar pada saat konstruksi karena kegiatan tersebut tidak
namun durasi dampak singkat. Pada tahap operasi, berlangsung pada waktu yang
intensitas dampak besar dan berlangsung selama 25 bersamaan
tahun.
Prevalensi Berlangsung pada tahap konsttruksi yaitu pada saat Dampak tidak bersifat kumluatif
Penyakit mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material karena kegiatan tersebut tidak
serta penimbunan dan pemadatan tanah. Intensitas berlangsung pada waktu yang
dampak kecil dan hanya berlangsung selama kegiatan bersamaan
komstruksi yaitu 330 hari. Sementara itu, pada tahap
operasi, dampak berlangsung pada saat aktivitas
rumah sakit. Intensitas dampak kecil sehingga durasi
dampak tidak signifkan dirasakan oleh masyarakat
Sanitasi Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah Dampak tidak bersifat kumulatif
lingkungan sakit. Intensitas dampak kecil dan durasi dampak tidak karena kegiatan tersebut hanya
berlangsung lama muncul pada tahap operasi.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-4 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
DPH Intensitas dan durasi dampak Potensi terjadinya kumulatif
Timbulan Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah Dampak tidak bersifat kumulatif
sampah sakit. Intensitas dampak kecil dengan durasi dampak karena kegiatan tersebut hanya
yang hanya berlangsung selama 1 hari. muncul pada tahap operasi.
Pelayanan Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah Dampak tidak bersifat kumulatif
kesehatan sakit. Intesitas dampak besar dan berlangsung selama karena kegiatan tersebut hanya
tahap operasi muncul pada tahap operasi.
Bertambahnya Berlangsung pada saat kegiatan mobilisasi dan Dampak tidak bersifat kumluatif
volume demobilisasi alat dan material, penimbunan dan karena kegiatan tersebut tidak
kendaraan pemadatan tanah serta pembongkaran RSJ berlangsung pada waktu yang
Ratumbuysang. Intensitas dampak diperkirakan tinggi bersamaan
dengan durasi kegiatan selama 330 hari.
Pada tahap operasi, dampak berlangsung pada saat
aktivitas rumah sakit. Intensitas dampak tinggi dangan
durasi kegiatan diperkirakan selama 25 tahun.

4.1.2 Komponen Kegiatan Penyebab Timbulnya Dampak


Hasil analisis evaluasi dampak sesuai dengan bagan alir menunjukkan bahwa terdapat 8 kegiatan
yang menimbulkan dampak penting antara lain:

1. Rekrutmen tenaga kerja;

2. Mobilisasi dan demoblisasi alat dan material;

3. Pembongkaran RSJ;

4. Penimbunan dan pemadatan tanah;

5. Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang;

6. Pelepasan tenaga kerja konstruksi;

7. Rekrutmen tenaga kerja operasi; and

8. Aktivitas rumah sakit.

Pada tahap konsttruksi, kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak penting adalah moblisasi
peralatan dan bahan (5 DPH), penimbunan dan pemadatan tanah (4 DPH), pembangunan RSUD dan
fasilitas penunjang (3 DPH), penerimaan tenaga kerja (3 DPH), pelepasan tenaga kerja (3 DPH) dan
pembongkaran RSJ Ratumbuysang (2 DPH). Pada tahap operasi, kegiatan yang menimbulkan
dampak adalah aktivitas rumah sakit (9 DPH) dan Penerimaan tenaga kerja (3 DPH).

4.1.3 Analisis Daerah Terdampak


Hasil evaluasi holistik terhadap DPH diketahui bahwa terdapat beberapa DPH yang memiliki distribusi
atau penyebaran yang relatif lebih jauh dari sumnber dampak dibandingkan DPH lainnya. Pada tabel
berikut menunjukkan luas dan radius persebaran dari beberapa jenis dampak.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-5 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 4.3 Luas dan radius penyebaran dari masing-masing dampak

No. Jenis Dampak Sebaran Dampak (Luas dan Radius)


1 Kualitas udara ambien 26 meter dari lokasi kegiatan penimbunan dan pemattangan lahan
2 Kebisingan Radius 10 meter ke arah timur dan selatan dari tapak kegiatan.
3 Kualitas air permukaan Saluran drainase internal Rumah Sakit.
4 Air limpasan Saluran drainase internal Rumah Sakit.
5 Dampak terkait sosial Pada khususnya sebaran dampak akan signifikan terjadi di
ekonomi (Kesempatan kerja Kelurahan Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan pada saat kegiatan
dan berusaha, Pendapatan konstruksi. Namun, dapat pula menyebar ke seluruh Kecamatan
masyarakat, Persepsi Malalayang bahkan hingga keluar wilayah kecamatan pada saat
masyarakat) tahap operasi.
6 Dampak terkait kesehatan Sebaran dampak akan signifikan terjadi di pemukiman Lingkungan 1
masyarakat (Sanitasi Kelurahan Kleak dan Lingkungan 2 Kelurahan Sario Tumpaan pada
lingkungan, Timbulan saat kegiatan konstruksi.
sampah, Pelayanan Sebaran dampak pelayanan kesehatan pada saat tahap operasi
kesehatan) dapat dirasakan oleh penduduk tidak hanya di Kelurahan Kleak dan
Sario Tumpaan namun juga Kecamatan Malalayang dan Kota
Manado.
7 Bertambahnya volume Ruas jalan Bethesda di depan lokasi kegiatan dan Jalan Lingkungan
kendaraan 1 Kelurahan Kleak.

4.2 PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK

4.2.1 Telaah Terhadap Dasar Pengelolaan


4.2.1.1 Tahap Konstruksi
Upaya pengelolaan dampak yang timbul dari kegiatan pada Tahap Konstruksi dapat dilakukan dengan
cara mengelola dampak primer, sekunder dan tersier yang ditimbulkan melalui pendekatan teknologi
dan sosial kelembagaan.

Pengelolaan yang dapat dilakukan saat penerimaan tenaga kerja pada Tahap Kontruksi adalah
memberikan arahan kepada kontraktor agar memprioritaskan masyarakat setempat untuk bekerja di
proyek sesuai kualifikasi dan kebutuhan tenaga kerja serta dilakukan secara transparan baik
persyaratan maupun cara penerimaan serta selalu melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi
terkait. Selain itu, pemberian kompensasi kepada penghuni rumah dinas sesuai dengan kesepakatan
antara Pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sulawes Utara dengan para penghuni rumah dinas juga
diperlukan. Sedangkan untuk pendekatan teknologi mengacu kepada kebijakan pemrakarsa sebagai
perusahaan yang berkomitmen untuk melaksanakan kegiatannya dengan baik dan benar seperti
penggunaan bore pile untuk pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara untuk mencegah
kebisingan dan getaran, penggunaan alat-alat berat konstruksi yang lulus uji emisi, membuat saluran
drainase sesuai dengan perhitungan debit rencana banjir di lokasi kegiatan dan pemasangan pagar
pembatas di sekeliling lokasi kegiatan untuk mencegah dispersi debu dan kebisingan ke pemukiman
penduduk.

4.2.1.2 Tahap Operasi


Pada Tahap Operasi, dampak primer yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan RSUD Provinsi
Sulawesi Utara adalah kualitas udara, kebisingan, kesempatan kerja dan berusaha, bertambahnya
volume kendaraan, kualitas air permukaan dan timbulan sampah.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-6 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Pengelolaan dampak-dampak primer tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan teknologi seperti
berikut ini:

 Menggunakan autoclave untuk perlakuan awal terhadap limbah medis rumah sakit sebelum
diangkut oleh pihak ketiga yang berizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

 Menyediakan TPS terpisah untuk penampungan limbah B3, limbah medis dan limbah padat;

 Menyediakan STP tipe Biofiltration dengan efisiensi 95 %;

 Melakukan daur ulang air limbah rumah sakit tidak lebih dari 20% dari total limbah cair yang
dihasilkan untuk keperluan penyiraman tanaman dan flushing toilet;

 Melakukan daur ulang air hujan untuk penyiraman tanaman di lokasi RTH Rumah Sakit
Provinsi
Sulawesi Utara; dan

 Melaksanakan penanganan dampak lalu lintas sesuai dengan rekomendasi yang terdapat
pada dokumen ANDALLALIN.

Dengan dilakukannya pengelolaan pada dampak-dampak primer tersebut, maka dampak turunan
(sekunder maupun tersier) yang ditimbulkan dengan sendirinya akan terkelola. Disamping
pengelolaan dengan pendekatan teknologi, pendekatan sosial kelembagaan akan dilakukan dalam
mengelola dampak sosial, diantaranya:

 Penerimaan tenaga kerja pada Tahap Operasi dengan memprioritaskan masyarakat setempat
untuk bekerja di proyek sesuai kualifikasi dan kebutuhan tenaga kerja serta dilakukan secara
transparan baik persyaratan maupun cara penerimaan;

 Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang berizin dari Kementerian Lingkungan dan Kehutanan
untuk pengangkutan limbah medis dan limbah B3; dan

 Menyediakan mekanisme penanganan keluhan masyarakat terhadap permasalahan


lingkungan dan sosial dan menyelesaikan keluhan masyarakat tersebut secara transparan.

4.2.2 Rekomendasi Kelayakan Lingkungan


Penentuan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau kegiatan ini dilakukan dengan
mempertimbangkan kriteria kelayakan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup seperti ditunjukkan dalam
Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.4 Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan di dalam penilaian kelayakan
lingkungan hidup.

No. Kriteria Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup


1. Rencana tata ruang sesuai Merujuk kepada Surat Keterangan Kesesuaian Tata Ruang
ketentuan peraturan perundang- Wilayah Kota Manado Nomor D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31
undangan Januari 2019 menyatakan bahwa :
a) Pasal 82 ayat 12 huruf b, angka 3, ketentuan umum peraturan
zonasi kawasan peruntukkan

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-7 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup
pelayanan umum meliputi : b. ketentuan zonasi untuk kawasan
kesehatan, meliputi : 3. Pengembangan sarana kesehatan
disesuaikan dengan skala pelayanan;
b) Pasal 50 ayat huruf b, Kawasan Pelayanan Umum meliputi: b.
fasilitas kesehatan; ayat 3 Pemantapan dan pengembangan
fasilitas kesehatan rumah sakit tipe A, dan B di Kecamatan
Malalayang, Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Mapanget,
Kecamatan Wanea, Kecamatan Bunaken dan pembangunan
rumah sakit berskala internasional dan pratama di Kecamatan
Mapanget, Kecamatan Wenang dan Kecamatan Tuminting
c) Pasal 82 ayat 2 huruf a, ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan peruntukan perumahan meliputi: a. diperbolehkan
melakukan kegiatan pengembangan perumahan, perdagangan
dan jasa skala lokal, kegiatan pelayanan masyarakat;
d) Pasal 81 ayat 7 huruf a, meliputi: a Zona Ruang Terbuka Hijau
yang merupakan RTH Kawasan perlindungan setempat berupa
RTH sempadan sungai, RTH pengamanan sumber air
baku/mata air, dan rekreasi, serta dilarang untuk kegiatan
yang mengakibatkan terganggunya fungsi ruang terbuka
hijau.
Memperhatikan hal tersebut atas, maka lahan yang dimohonkan
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan Fasilitas Kesehatan Rumah
Sakit Tipe B berada pada Kawasan Budidaya Peruntukan
Pelayanan Umum, dan rencana bangunan Rumah Sakit diluar
kawasan dimaksud wajib mengikuti ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Kebijakan di bidang perlindungan Kebijakan yang akan dijakan oleh Pihak Dinas Kesehatan Provinsi
dan pengelolaan lingkungan Sulawesi Utara akan diterapkan sesuai dengan kebijakan di bidang
hidup serta sumber daya alam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber
yang diatur dalam peraturan daya alam (SDA) yang di atur di dalam peraturan perundang-
perundang-undangan. undangan.
3. Kepentingan pertahanan Rencana kegiatan ini tidak bertentangan dengan kepentingan
keamanan. pertahanan dan keamanan.
4. Prakiraan secara cermat Telah dilakukan prakiraan secara cermat mengenai besaran dan
mengenai besaran dan sifat sifat penting dampak dari aspek fisik kimia, biologi, sosial, ekonomi
penting dampak dari aspek dan budaya serta kesehatan masyarakat mulai dari Tahap
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, Konstruksi dan Operasi.
budaya, tata ruang, dan Hasil prakiraan dampak secara lebih rinci tercantum dalam Sub-
kesehatan masyarakat pada bab 3.2 sampai dengan Sub-bab 3.3.
tahap pra konstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi usaha
dan/ atau kegiatan
5. Hasil evaluasi secara holistik Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh Dampak Penting
terhadap seluruh dampak penting Hipotetik (DPH) telah dikaji sebagai sebuah kesatuan yang saling
sebagai sebuah kesatuan yang terkait dan saling mempengaruhi (tertuang dalam Sub-bab 4.2
saling terkait dan saling ANDAL).
mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak
penting yang bersifat positif
dengan yang bersifat negatif.
6. Kemampuan pemrakarsa dan/ Pemrakarsa memiliki kemampuan dalam penanggulangan dampak
atau pihak terkait yang penting negatif melalui pendekatan teknologi, sosial, dan
bertanggung jawab dalam kelembagaan seperti tercantum dalam Sub-bab arahan
menanggulangi dampak penting pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup.
negatif yang akan ditimbulkan
dari usaha dan/ atau kegiatan
yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan
kelembagaan
7. Rencana usaha dan/ atau Dalam kajian ini sudah dilakukan telaahan sosial yang terkait
kegiatan tidak mengganggu nilai- dengan prakiraan dan evaluasi dampak sosial. Rencana kegiatan
tidak mempengaruhi nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4-8 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
No. Kriteria Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup
nilai sosial atau pandangan
masyarakat (emic view).
8. Rencana usaha dan/ atau Rencana kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
kegiatan tidak akan mengganggu entitas ekologis di wilayah studi.
mempengaruhi dan/ atau
mengganggu entitas ekologis.
9. Rencana usaha dan/ atau Rencana usaha dan/ atau kegiatan RSUD Provinsi Sulwesi Utara
kegiatan tidak menimbulkan tidak akan menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/ atau
gangguan terhadap usaha dan/ kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/
atau kegiatan yang telah berada atau kegiatan.
di sekitar rencana lokasi usaha
dan/ atau kegiatan.
10. Tidak dilampauinya daya dukung Dalam studi ini telah dilakukan telaahan rona lingkungan hidup
dan daya tampung lingkungan awal yang melingkupi berbagai aspek (komponen fisik-kimia,
hidup dari lokasi rencana usaha sosial, ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat) yang
dan/ atau kegiatan dalam hal seluruhnya dapat dikaitkan dengan daya dukung dan daya
terdapat perhitungan daya tampung lingkungan hidup. Secara keseluruhan rencana
dukung dan daya tampung pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan tidak
lingkungan dimaksud akan melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dalam batas wilayah studi. Luasan daya dukung dan
daya tampung lahan efektif di Kecamatan
Malalayang adalah 899.9 Ha (Maria et al., 2018)

Berdasarkan sepuluh kriteria kelayakan lingkungan di atas (Tabel 4.2), maka dapat disimpulkan
bahwa rencana kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara Kelas B di Kota Manado
Provinsi Sulawesi Utara ditinjau dari aspek lingkungan hidup LAYAK untuk dilaksanakan, dengan
melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang mengacu kepada dokumen
RKL-RPL yang disetujui Komisi Penilai AMDAL di Kota Manado, Provinsi Utara.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 4 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


-9
DAFTAR PUSTAKA
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2017. Data Suhu, Kelembaban, Curah hujan,
Arah Angin, dan Kecepatan Angin. Periode 2013-2017. BMKG Stasiun Klimatologi Kayuwatu
Manado, Kota Manado.

A.C. Effendi dan S.S. Bawono. 1997. Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi. Edisi ke-2 Skala 1:250.000.

Bennet, V. R., Brown, L. K. (1999). Miles Textbook of Midwives. Toronto: Churchill Livingstone.

BPS Kota Manado. Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2016, 2017 dan 2018.

BPS Kota Manado. Kecamatan Sario Dalam Angka 2016, 2017 dan 2018.

BPS Kota Manado. Kota Manado Dalam Angka 2016, 2017 dan 2018.

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna. 2018.
http://cites.org/eng/app/appendices.php. Dikunjungi pada November 2018.

Clarke, K.R. and Warwick, R.M. 1994. Changes in Marine Communities: An Approach to Statistical
Analyses and Interpretation. Natural Environment Research Council, Plymouth.

Clifford, T. H. And W. Stephenson. 1975. An Introduction to Numerical Clasification Academic Press.


New York- San Fransisco – London.

Cooper, C.D. and F.C. Alley. 1986. Air pollution Control: A Design Approach. Waveland Press:
Michigan, USA.

Dinas Keehatan Provinsi Sulawesi Utara. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2017.

Direktorat Jenderal Bina Marga (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Bina Karya.
Jakarta.

EPA, 2002b. MOBILE6 User Guide, United States Environmental Protection Agency, Office of
Transportation and Air Quality. EPA420-R-02-028, October 2002.

Helvoort, B.V. 1981. Bird Populations in The Rural Ecosistems of West Java. Nature Conservation
Depertment. Netrherlands.

Henderson, P.A. 2003. Practical Methods in Ecology. Blackwell Publishing Company. UK.

Heyer, W.R., Donelly, M.A., McDiamid, R.W., Hayek, L.A.C., & M.S. Foster. 1994. Measuring and
monitoring biological diversity. Standard methods for amphibians. Washing-ton, Smithsonian
Institution Press.

Gaston, J. Kevin. 1996. Biodiversity-Latitudinal Gradients. Departement Of Aminal anda Plant


sciences, University of Sheffield, Sheffield S10 2TN, UK.

IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red List Database.
2018. https://www.iucnredlist.org. Dikunjungi pada November 2018.

Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper & Row Inc. Publisher.

Magurran AE. 1988. Measuring Biological Diverity. United Kingdom (GB): TJ International, Padshow,
Corbwall.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 5 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


-1
Margalef, R. (1972). Homage to Evelyn Hutchinson, or why is there an upper limit to diversity.
Transactions of the Connecticut Academy of Arts and Sciences, 44, 211-235.

Mock, F.J., 1973, Land Capability Appraisal Indonesia. Water Avaibility Appraisal, Report Prepared
for the Land Capability Appraisal Project, Bogor-Indonesia.

National Association of Australian State Road Authorities (NAASRA). (1988). Guide to Traffic
Enggineering Practice. Sydney

Noerbambang, S.M. dan Morimura , T. ,Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing , Pradnya
Paramita , Jakarta, 1993

Odum. E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Philadelphia: Sounders Company Ltd.

Odum, 1993. Fundamental Of Ecology. W.B. Souders Company. Toronto.557.

Pielou, E. C. An introduction to mathematical ecology. Wiley Interscience. John Wiley & Sons, New
York 1969. VIII + 286 S., 32 Abb., Preis 140 s.

Poedjoprajitno, S. (2009). Evolusi Bentuk lahan daerah Manado dan sekitarnya, Sulawesi Utara.
Indonesian Journal on Geoscience.

Poedjoprajitno, S. dan Lumbanbatu, U.M., 2004. Dinamika Bentuklahan Semenanjung Manado Purba
Kaitannya Dengan Pola Struktur Geologi Sulawesi Utara (Studi deformasi landform dengan
pendekatan kajian geologi bawah permukaan dan pola struktur geologi). Jurnal Sumber Daya
Geologi, 1(1), h. 112-125.

Sevilla, Consuelo G. et. Al, 2007. Research Methods. Rex Printing Company. Quezon City.

Simpson, E.H. (1949) Measurement of diversity. Nature, 163, 688.

Soerianegara, I dan Andry, I. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.

Soerjani, M. 1992. Cara penyusunan dan Metoda AMDAL. Kumpulan Makalah (II) Kursus Dasar-
Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. PPSML-UI. Jakarta.

Taylor, P. H., and S. D. Gaines. 1999. Can Rapoport’s rule be rescued? Modeling causes of the
latitudinal gradient in species richness. Ecology 80: 2474–2482

Wahyudin, 2012. Kerangka Berpikir Penggunaan Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya dalam
Pengumpulan Data, Analisis dan Prakiraan Dampak pada Studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) (Mindset Using Socio Economic and Cultural in Data Collection,
Analysis, and Forecast Impact on Study of Environmental Impact Analysis (EIA)). Available at
SSRN: http://ssrn.com/abstract=2131003.

ANDAL RSUD Sulawesi Utara 5-2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1

Kesepakatan KA ANDAL
PEMERINTAH KOTA MANADO
KOMISI PENILAI AMDAL
Jl. Sungai Barito, Cereme, Kelurahan Singkil Dua, Kecamatan Singkil, Kota Manado

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MANADO


NOMOR 69 TAHUN 2018

TENTANG KESEPAKATAN
KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) KEGIATAN
PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
(RSUD) KELAS B PROVINSI SULAWESI UTARA
DI KELURAHAN KLEAK, KECAMATAN MALALAYANG, KOTA MANADO
OLEH DINAS KESEHATAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA

KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa usaha dan/atau Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kelas B Provinsi Sulawesi Utara
di Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
merupakan usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
b. bahwa Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-
ANDAL) Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kelas B Provinsi Sulawesi Utara di Kelurahan
Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado sebagai salah satu
bagian dari studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup wajib
mendapatkan Keputusan Kesepakatan berdasarkan hasil penilaian
Komisi Penilai AMDAL Kota Manado;
c. bahwa mengingat hal seperti pada butir a dan butir b di atas, perlu
ditetapkan Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup tentang
Kesepakatan atas Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (KA-ANDAL) Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kelas B Provinsi Sulawesi Utara
di Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado oleh Dinas
Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup;
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
Lingkungan;
9. Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Manado;
10. Keputusan Walikota Manado Nomor 142/KEP/D.11/LH/2017 tentang
Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kota Manado;

Memperhatikan : Hasil Rapat Komisi Penilai AMDAL Kota Manado pada tanggal
04 Oktober 2018 mengenai Penilaian Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan (KA-ANDAL) Pembangunan dan Pengoperasian Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kelas B Provinsi Sulawesi Utara di Kelurahan
Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado oleh Dinas Kesehatan
Daerah Provinsi Sulawesi Utara;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP TENTANG


KESEPAKATAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN (KA-ANDAL) KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN
PENGOPERASIAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
KELAS B PROVINSI SULAWESI UTARA DI KELURAHAN KLEAK,
KECAMATAN MALALAYANG, KOTA MANADO OLEH DINAS
KESEHATAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA.

KESATU : Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan


Hidup (KA-ANDAL) Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kelas B Provinsi Sulawesi Utara di
Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota Manado mengandung arti
bahwa ruang lingkup dan kedalaman Studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) bagi kegiatan tersebut adalah sebagaimana
tercantum dalam dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (KA-ANDAL) terlampir.

KEDUA : Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)


Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kelas B Provinsi Sulawesi Utara di Kelurahan Kleak, Kecamatan
Malalayang, Kota Manado oleh Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara wajib digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan studi Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL) selanjutnya.
KETIGA Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kelas B Provinsi Sulawesi Utara di Kelurahan Kleak, Kecamatan
Malalayang, Kota Manado oleh Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara, tidak dibenarkan untuk dilakukan sampai diterbitkannya Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan (SKKL) berdasarkan Analisa Dampak
Lingkungan Hidup, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (ANDAL RPL-RPL).

KEEMPAT Setiap kelalaian danlatau penyimpangan yang dilakukan di luar Keputusan


ini dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan )lang berlaku.

Demikian Surat Keputusan ini dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Kota Manado


Pada tanggaI 04 Oktober 2018

KEPALA DINAS LINGKUNGAN IDDUP


SELAKU KE KOMI~h-\MDAL
A MAN

NTU, AMd.LLAJ., SE., M.Si


Pel!1.bin~.II t~m~_ M!H.~.
NIP. 19641204 198803 1 012

Tembusan, Yth.:
1. Bapak Walikota Manado (sebagai laporan)
2. Bapak Wakil Walikota Manado (sebagai laporan)
3. Bapak Sekretaris Daerah Kota Manado (sebagai laporan)
4. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Utara
5. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Manado
6. Arsip
Lampiran 2

Hasil Analisis Laboratorium


JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogar 16161
West Java - Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasionai
E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji
www.wln.co.id
Water laboratory I,Nusantara LP-433-IDN

CERTIFICATE OF ANALYSIS
COA No : 18RP241

Report To:

PT. HATFIELD INDONESIA


L1PI Building Lt.3 Jl.lr.H.Juanda No.18

Attention:
Mr. Agung Pandu Dewata

Project Name:
Ambient Air Samples 2018
RSUD Provinsi Sulut Project

PT. WLN Indonesia

1 fL
HJ
\ ~LJrL.

Arief Rakhmadi
Director

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
JI. Ahmad Yani Kav.68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional E-mail: info@wln.cojd
Laboratorium Penguji www.wln.co.id
Water Laboratory I Nusantara LP-433-IDN
Page 1 of 11
REPORT REMARKS & DESCRIPTION

PT. HATFIELD INDONESIA

REMARKS

SNI Standard National Indonesia


ugfNm3 Micro Gram per Normal Meter Cubic
dBA Decibel A Weighting
Celcius degree
Percent
mfs Meter per Second
mmHg Milimeter Hg
UoM Unit of Measurement
DL Detection Limit
GRL Government Regulation Limit
RemQ Remarks of KAN Accredited parameters
< nfa Less than Detection Limit indicated
COC Not available
CRM Chains of Custody
SRM Certified Reference Material
Standard Reference Material
DESCRIPTIONS

Blank : Blank or also known as Reagent Blank performed during analysis to determine contribution
reagents and preparative analytical steps to error in the measurement. Blank result acceptance are below
detection limit stated on the report (APHA,2012)

% Recovery CRM/SRM : CRM/SRM performed during analysis is a reagent water samples to which a
known concentration of the analytes of interest has been added. It is use to evaluate laboratory performance
(APHA,2012)
Detection Limit: Smallest amount that can be detected above the noise in a procedure and within stated
confidence level. The confidence level are set so that the probabilities of errors are acceptably small
(APHA,2012)

Bogor, 24 October 2018


Reviewed by:

Peni A. Saputri
Deputy Quality Manager
JI. Ahmad Vani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
liB Kamite Akreditasi Nasianai E-mail: info@wln.co.id

I Nusantara
Laboratorium Penguji www.wln.co.id
Water laboratory LP-433-IDN

Page 2 of 11

PROJECT INFORMATION
Contract No. WLN PQ No. B 18PQ090192. Rev2
PO reft WLN COC No. 1810085
WLN Project No. 18P0474 WLNWONo. 18WO-B10094

SAMPLE INFORMATION

Number of sample: 8

No Customer sample 10 WLN Lab 10 Sample Matrix Sampling Date Registration Date

P241-18-01
U1 Ambient Air 06/10/2018 11/10/2018
(1809732)

P241-18-04
2 U2 Ambient Air 10/10/2018 11/10/2018
(1809735)

P241-18-03
3 U3 Ambient Air 08/10/2018 11/10/2018
(1809734)

P241-18-02
4 U4 Ambient Air 07/10/2018 11/10/2018
(1809733)

P241-18-05
5 N1 Noise 07/10/2018 11/10/2018
(1809736)

P241-18-06
6 N2 Noise 09/10/2018 11/10/2018
(1809737)

P241-18-07
7 N3 Noise 08/10/2018 11/10/2018
(1809738)

P241-18-08
8 N4 Noise 10/10/2018 11/10/2018
(1809739)
WLN-Q-F .5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
1111 Komile Akreditasi Nasional

I Nusantara
E-mail: info@Wln.co.id
Laboratorium Penguji www.wln.co.id
Water Laboratory LP-433-IDN
Page 3 of 11

AMBIENT AIR SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample ID : U1 WLN Lab ID P241-18-01 (1809732)


Sample Matrix : Ambient Air Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01 27' 39.2"
0

Sampling Date 06/10/2018 E: 124 49' 46.4"


0

Sampling Climate Information


Temperature (OC) (Q) 26.8-33.6 Wind Speed (m/s) 0.8-2.6
Humidity (%) (Q) 60.8-66.6 Wind Direction West
Weather Sunny Barometric Pressure (mmHg) 752.68

Government Regulation Limit Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
(GRL) Udara

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-SD-WI.E.12
Carbon Monoxide ug/Nm3 <5000 30000
(CO Meter)

2 Sulphur Dioxide (S02) ug/Nm3 < 20 900 SNI19-7119.7(2005) Q

WLN-CL-WI.43
3 Ozone (03) ug/Nm3 < 10 235 Q
(Spektrofotometri)

4 Nitrogen Dioxide (N02) ug/Nm3 < 20 400 SNI19-7119-2(2005)

Total Suspended Particulate


5 ug/Nm3 18 230 SNI19-7119-3(2005) Q
(24 Hours)

Particulate Matter 10
6 ug/Nm3 < 10 150 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours)

Particulate Matter 2,5


7 ug/Nm3 < 10 65 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours)
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
I" I Komite Akreditasi Nasional
E-mail: info@wln.co.id

Water Laboratory I Nusantara Laboratorium


LP-433-IDN
Penguji www.wln.co.id

Page 4 of 11

AMBIENT AIR SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 U2 WLN Lab 10 P241-18-04 (1809735)


Sample Matrix Ambient Air Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01 27'
0
56.8"
10/10/2018 E: 124 49' 57.0"
0
Sampling Date

Sampling Climate Information


Temperature ('C) (0) 26.7-30.5 Wind Speed (m/s) 0.6-0.7
Humidity (%) (0) 64.2-68.6 Wind Direction East
Weather Sunny Barometric Pressure (mmHg) 750.84

Government Regulation Limit Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
(GRL) Udara

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-SD-WI.E.12
Carbon Monoxide ug/Nm3 <5000 30000
(CO Meter)

2 Sulphur Dioxide (S02) ug/Nm3 < 20 900 SNI19-7119.7(2005) Q

WLN-CL-WI.43
3 Ozone (03) ug/Nm3 < 10 235 Q
(Spektrofotometri)

4 Nitrogen Dioxide (N02) ug/Nm3 < 20 400 SNI19-7119-2(2005)

Total Suspended Particulate


5 ug/Nm3 19 230 SNI19-7119-3(2005) Q
(24 Hours)

Particulate Matter 10
6 ug/Nm3 12 150 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours)

Particulate Matter 2,5


7 ug/Nm3 < 10 65 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours)
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav.68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional
E-mail: info@wln.co.id

Water Laboratory I Nusantara Laboratorium


LP-433-IDN
Penguji www.wln.co.id

Page 5 of 11

AMBIENT AIR SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : U3 WLN Lab 10 P241·18·03 (1809734)


Sample Matrix : Ambient Air Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 010 27' 46.7"
Sampling Date 08/10/2018 E: 124049' 52.8"

Sampling Climate Information


Temperature (OC) (Q) 26.4-33.1 Wind Speed (m/s) 0.3-1.3
Humidity (%) (0) 59.6-68.6 Wind Direction North
Weather Sunny Barometric Pressure (mmHg) 750.74

Government Regulation Limit Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999. tentang Pengendalian Pencemaran
(GRL) Udara

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-SD-WI.E.12
Carbon Monoxide ug/Nm3 <5000 30000
(CO Meter)

2 Sulphur Dioxide (S02) ug/Nm3 < 20 900 SNI19-7119.7(2005) Q

WLN-CL-WI.43
3 Ozone (03) ug/Nm3 < 10 235 Q
(Spektrofotometri)

4 Nitrogen Dioxide (N02) ug/Nm3 < 20 400 SNI19-7119-2(2005)

Total Suspended Particulate


5 ug/Nm3 11 230 SNI19-7119-3(2005) Q
(24 Hours)

Particulate Matter 10
6 ug/Nm3 < 10 150 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours)

Particulate Matter 2,5


7 ug/Nm3 < 10 65 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours)
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav.
68E Tanah Sareal, Bogor
16161
West Java - Indonesia
1111 Komite Akredilasi Nasional
Telp. : +62 251 7569075
Water laboratory I Nusantara Laboratorium Penguji
LP-433-IDN E-mail: info@wln.co.id
www.wln.co.id
Page 6 of 11

AMBIENT AIR SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 U4 WLN Lab 10 P241·18·02 (1809733)


Sample Matrix Ambient Air Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01027' 40.2"
Sampling Date 07/10/2018 E: 124 49'0
54.3"

Sampling Climate Information


Temperature (DC) (0) 27.8-33.5 Wind Speed (rn/s) 0.5-1.3
Humidity (%) (0) 60.6-66.2 Wind Direction East
Weather Sunny Barometric Pressure (mmHg) 750.64

Government Regulation Limit Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
(GRL) Udara

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-SD-WI. E.12
Carbon Monoxide ug/Nm3 <5000 30000
(CO Meter)

2 Sulphur Dioxide (S02) ug/Nm3 < 20 900 SNI19-7119.7(2005) Q

WLN-CL-WI.43
3 Ozone (03) ug/Nm3 < 10 235 Q
(Spektrofotometri)

4 Nitrogen Dioxide (N02) ug/Nm3 < 20 400 SNI19-7119-2(2005)

Total Suspended Particulate


5 ug/Nm3 < 10 230 SNI19-7119-3(2005) Q
(24 Hours)

Particulate Matter 10
6 < 10 150 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours) ug/Nm3

Particulate Matter 2,5


7 ug/Nm3 < 10 65 EPA 10-2.1 Q
(24 Hours)
WLN-Q-F .5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav.
68E Tanah 5areal, Bogor
16161
1111 Komite Akreditasi Nasional
West Java - Indonesia

I
Telp. : +62 251 7569075
Laboratorium Penguji
Water Labora,tory Nusantara LP-433-IDN E-mail: info@wln.co.id
www.wln.co.id
Page 7 of 11

NOISE SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample ID N1 WLN Lab ID P241-18·05 (1809736)


Sample Matrix Noise Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01°27'40.2"
Sampling Date 07/10/2018 E: 124°49'54.3"

Government Regulation Limit KepMenLH No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (Untuk
(GRL) Pemukiman)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-CL-WI.31
Noise Ls (Siang) dBA 48.0 nla
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
2 Noise Lm (Malam) dBA 42.5 nla
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
3 Noise Lsm (24 hours) dBA 47.9 55+3 Q
(Sound Level Meter)
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal. Bogor 16161
West Java - Indonesia
1111 Kamile Akredilasi Nasianal Telp.: +62 251 7569075

Wat~r Laboratory I Nusantara Laboratorium Penguji


LP-433-IDN
E-mail: info@wln.co.id
www.wln.co.id

Page 8 of 11

NOISE SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample ID N2 WLN Lab ID P241-18-06 (1809737)


Sample Matrix Noise Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01 °27'43.06"
Sampling Date 09/10/2018 E: 124°49'51.48"

Government Regulation Limit KepMenLH No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (Untuk
(GRL) Pemukiman)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-CL-WI.31
Noise Ls (Siang) dBA 49.4 n/a
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
2 Noise Lm (Malam) dBA 43.1 n/a
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
3 Noise Lsm (24 hours) dBA 49.0 55+3 Q
(Sound Level Meter)
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasionai
E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji
Water Laboratory I Nusantara LP-433-IDN www.wln.co.id

Page 9 of 11

NOISE SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 N3 WLN Lab ID P241-18-07 (1809738)


Sample Matrix Noise Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01 °27'46.7"
Sampling Date
08/10/2018 E: 124°49'52.8"

Government Regulation Limit KepMenLH No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (Untuk
(GRL) Pemukiman)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-CL-WI.31
Noise Ls (Siang) dBA 50.7 nla
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
2 Noise Lm (Malam) dBA 42.1 nla
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
3 Noise Lsm (24 hours) dBA 49.8 55+3 Q
(Sound Level Meter)
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional
E-mail: info@wln.co.id
Water laboratory I Nusantara Laboratorium Penguji
LP-433-IDN www.wln.co.id

Page 10 of 11

NOISE SAMPLING & ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 N4 WLN Lab 10 P241-18-08 (1809739)


Sample Matrix Noise Reg. Date 11/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01 °27'56.8"
Sampling Date 10/10/2018 E: 124°49'57"

Government Regulation Limit KepMenLH No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (Untuk
(GRL) Pemukiman)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

WLN-CL-WI.31
Noise Ls (Siang) dBA 50.7 nla
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
2 Noise Lm (Malam) dBA 43.7 nla
(Sound Level Meter)

WLN-CL-WI.31
3 Noise Lsm (24 hours) dBA 50.2 55+3 Q
(Sound Level Meter)
WLN-Q-F .5.10.·1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
1111 Komite Akreditasi Nasional
Telp.: +62 251 7569075
E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji
Water Laboratory I Nusantara LP-433-IDN www.wln.co.id

Page 11 of 11

LABORATORY QUALITY CONTROL


PT. HATFIELD INDONESIA

% Recovery Analysis
No Test Description UoM DL Blank
CRMfSRM Location

Carbon Monoxide ugfNm3 5000 < 5000 nfa Manado

2 Sulphur Dioxide (S02) ugfNm3 20 < 20 nfa Manado

3 Ozone (03) ugfNm3 10 < 10 nfa Manado

4 Nitrogen Dioxide (N02) ugfNm3 20 < 20 nfa Manado

Total Suspended Particulate (24


5 ugfNm3 10 < 10 nfa Manado
Hours)

6 Particulate Matter 10 (24 Hours) ugfNm3 10 < 10 nfa Manado

7 Particulate Matter 2,5 (24 Hours) ugfNm3 10 <10 nfa Manado

8 Noise (24 hours) dBA 30 < 30 nfa Manado


JI. Ahmad Yani Kav.68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 E-mail: info@wln.co.id
Water laboratory ! Nusantara, www.wln.co.id

CERTIFICATE OF ANALYSIS
COA No : 18RP241

Report To:

PT. HATFIELD INDONESIA


L1PI Building Lt.3 JI.Ir.H.Juanda No.18

Attention:
Mr. Agung Pandu Dewata

Project Name:
Water Samples 2018
RSUD Provinsi Sulut Project

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
PT. WLN Indonesia

Arief Rakhmadi

Director

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
JI. Ahmad Yani Kav.
68E Tanah Sareal, Bogar
16161
West Java -Indonesia
1111 Telp.: +62 251 7569075
E-mail: info@wln.co.id
Water lahomtory I, Nusantara
www.wln.co.id
Page 1 of 5

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan darl Water Laboratory Nusantara
REPORT REMARKS & DESCRIPTION
PT. HATFIELD INDONESIA

REMARKS

Subcontracted to Fakultas Perikanan & Kelautan IPB


Perhitungan Plankton menggunakan Ln

Perhitungan Benthos menggunakan Log

Metoda Pencacahan
3
Sel/m Sel per meter cubic Individu
3
Ind/m per meter cubic Individu per
Ind/cm2 centimeter square Unit of
UoM Measurement
COC Chains of Custody
n/a Not Available

Bogor, 24 October 2018


Reviewed by:

Peni A. Saputri
Deputy Quality Manager

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan darl Water Laboratory Nusantara
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 E-mail: info@wln.co.id

I Nusantara
www.wln.co.id
Water Laboratory
Page 2 of 5

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
PROJECT INFORMATION

Contract No. WLN PQ No. B18PQ090192.Rev2


PO reff WLN COC No. 1810085
WLN Project No. 18P0016 WLN WO No. 18WO-B10094

SAMPLE INFORMATION

Number of sample:

No Customer sample 10 WLN Lab 10 Sample Matrix Sampling Date Registration Date
---- -- --- -- -- -------------------
P241-18-09
SW-01 Sea Water 08/10/2018 08/10/2018
(1809611 )

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogar 16161
West Java -Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
1111 E-mail: info@wln.co.id

Water laboratory I Nusantara www.wln.co.id

Page 3 of 5

SEA WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 SW·01 WLN Lab 10 P241·18-09 (1809611)


Sample Matrix Sea Water Reg. Date 08/10/2018
Sampling By WLN Coordinates S: 010 27' 52.84"
Sampling Date 08/10/2018 E: 124049' 34.6"

Fitoplankton

Organisme UoM Result

BACILLARIOPHYCEAE

Chaetoceros sp.
Sellm3 2060

Cocconeis sp. 3
515
Sellm

Navicula sp.
Sellm3 3090

Nitzschia sp.
Sellm3 3090

Pleurosigma sp. 3
Sellm 515

Rhizosolenia sp.
Sellm3 3605

Surirella sp. 3
Sellm 515

CYANOPHYCEAE

Trichodesmium sp. 1820010

OINOPHYCEAE

Ceratium sp. 1545

Jumlah Taksa 9

Kelimpahan 1834945

Indeks Keragaman 0.062

Indeks Keseragaman 0.028

Indeks Oominansi 0.984


It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantata
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
~.
WLN-Q-F .5.10.1

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
JI. Ahmad Yani Kav.
68E Tanah Sareal, Bogor
16161
West Java - Indonesia
1111 Telp.: +62 251 7569075

Water Laboratory I Nusantara E-mail: info@wln.co.id


www.wln.co.id

Page 4 of 5

SEA WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : SW-01 WLN Lab 10 P241·18·09 (1809611)


Sample Matrix : Sea Water Reg. Date 08/10/2018
Sampling By WLN Coordinates S: 010 27' 52.84"
Sampling Date 08/10/2018 E: 124049' 34.6"

Zooplankton

Organisme UoM Result

BIVALVIA

Larva Ind/m3 2060

CILIATA

3
Favella sp. Ind/m 515

GASTROPODA

Larva Ind/m3 1030

MALACOSTRACA

Candacia sp. Ind/m3 515

Corycaeus sp. Ind/m3 1545

Evadne sp. lnd/rn" 515

Microsetella sp. Ind/m3 515

Nauplius Ind/m3 2575

Oithona sp. Ind/m3 1545

POLYCHAETA

Larva Ind/m3 1030

SARCODINA

3
Globigerina sp. Ind/m 515

Jumlah Taksa 11

Kelimpahan Ind/m3 12360

Indeks Keragaman 2.222

Indeks Keseragaman 0.926

Indeks Dominansi 0.125

It is not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 E-mail: info@wln.co.id

Water Laboratory I Nusantara www.wln.co.id

Page 50f5

SEA WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : SW-01 WLN Lab 10 P241-18-09 (1809611)


Sample Matrix : Sea Water Reg. Date 08/10/2018
Sampling By WLN Coordinates S: 01027' 52.84"
Sampling Date 08/10/2018 E: 124 49' 34.6"
0

Benthos

Organisme UoM Result

BIVALVIA

Corbicula sp. Ind/cm2 26

MALACOSTRACA

2
Gammarus sp. Ind/cm 104

Mysis sp. Ind/cm2 52

Penaeus sp. 2
26
Ind/cm

POLYCHAETA

2
Lumbrineris sp. Ind/cm 52

2
Nereis sp. Ind/cm 26

Paraonis sp. Ind/cm2 26

Jumlah Taksa 7

Kepadatan Ind/cm2 312

Indeks Keragaman 2.585

Indeks Keseragaman 0.921

Indeks Dominansi 0.194


JI. Ahmad Yani Kav.68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 Kamile Akredllasi Nasianal E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji www.wln.co.id
Water laboratory I Nusantara LP-433-IDN

CERTIFICATE OF ANALYSIS
COA No: 18RP241

Report To:

PT. HATFIELD INDONESIA


LlPI Building Lt.3 Jl.lr.H.Juanda No.18

Attention:
Mr. Agung Pandu Dewata

Project Name:
Water Samples 2018
RSUD Provinsi Sulut Project

PT. WLN Indonesia

Arief Rakhmadi
Director

It is notal/owed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
JI. Ahmad Yani Kav.

1111 K
il omit e
68E Tanah Sareal, Bogor
16161
West Java - Indonesia
Telp.: +62 251 7569075

I Nusantara E-mail: info@wln.co.id

CA
Water Laboratory www.wln.co.id

Page 1 of6

Akr editas i

N Na sional

Laboratorium Penguji
LP-433-IDN
REPORT REMARKS & DESCRIPTION
PT. HATFIELD INDONESIA

REMARKS

APHA American Published Health Association


USEPA United State Environmental Protection Agency
SNI Standar Nasional Indonesia
mg/L Milligram per litre
0100 Permil
m Meter
NTU Nephelometric Turbidity Units
MPN/100mL Most Probable Number per 100 millilitre
°C Celcius degree
UoM Unit of Measurement
DL Detection Limit
GRL Government Regulation Limit
RemQ Remarks of KAN Accredited parameters
< nla Less than Detection Limit indicated
COC Not available
CRM Chains of Custody
SRM Certified Reference Material
Standard Reference Material
DESCRIPTIONS

Blank : Blank or also known as Reagent Blank performed during analysis to determine contribution
reagents and preparative analytical steps to error in the measurement. Blank result acceptance are below
detection limit stated on the report (APHA,2012)

% Recovery CRM/SRM : CRM/SRM performed during analysis is a reagent water samples to which a
known concentration of the analytes of interest has been added. It is use to evaluate laboratory performance
(APHA,2012)

Detection Limit: Smallest amount that can be detected above the noise in a procedure and within stated
confidence level. The confidence level are set so that the probabilities of errors are acceptably small
(APHA,2012)

Bogor, 24 October 2018


Reviewed by:

~
Peni A. Saputri
Deputy Quality Manager
JI. Ahmad Yani Kav. 68E

1111 K
il omit e
Tanah Sareal, Bogar

E-mail:
16161
West Java - Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
info@wln.co.id
www.wln.co.id
I Nusantara
CA
Water Laboratory
Page 2 of6

Akr editas i

NNa sional

Laboratorium Penguji
LP-433-IDN

PROJECT INFORMATION
Contract No. WLN PO No. 818P0090192.Rev2
PO reff WLN coe No. 1810085
WLN Project No. 18P0016 WLNWO No. 18WO-81 0094

SAMPLE INFORMATION

Number of sample: 1

No Customer sample 10 WLN Lab 10 Sample Matrix Sampling Date Registration Date

P241-18-09
SW-01 Sea Water 08/10/2018 08/10/2018
(1809611)
WLN-Q-F.5.10.1
iKAN
JI.AhmadYaniKav.68E
TanahSareal, Bogor 16161
WestJava-Indonesia
1111 Telp.: +62 251 7569075
Komite Akreditasi Nasional
E-mail: info@wln.co.id
I
Wate r Laboratory N usantara
Laboratorium Penguji
LP-433-IDN www.wln.co.id

Page 3 of6

SEA WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample ID : SW-01 WLN Lab ID : P241-18-09 (1809611)


Sample Matrix : Sea Water Reg. Date 08/10/2018
Sampling By WLN Coordinates S: 01 27' 52.84"
0

Sampling Date 08/10/2018 E: 124 49' 34.6"


0

Government Regulation Limit (GRL) : KepMenLH No. 51 Tahun 2004 Lampiran III (Untuk Biota Laut)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

Physicals Tests

Salinity 0100 30 <5 APHA-2520-B(2012) Q

2 Total Suspended Solids mg/L < 1 20 APHA-2540-D(2012) Q

3 Turbidity NTU < 5 APHA-2130-B(2012) Q

4 Clarity m 7.2 > 5 Secchi disk

5 Garbage n/a Negative Negative n/a

6 Oil Layer n/a Negative Negative Organoleptic

7 Odour n/a Odourless Odourless Organoleptic

8 Temperature (Water) ·C 29 <2 SNI-06-6989-23(2005) Q

Chemicals-Anion

9 pH n/a 7.90 7-8.5 APHA-4500H+. B(2012) Q

10 Unionized Sulfide mg/L < 0.002 0.002 APHA-4500S2-H(2012) Q

Nutrients

11 Ammonia (N-NH3) mg/L 0.17 0.3 APHA-4500NH3-D(2012) Q

12 Nitrate (N-N03) mg/L 0.165 0.008 APHA-4500-N03-E(2012) Q

13 Total-Phosphate (P-P04) mg/L < 0.005 0.015 APHA-4500-P-B&E(2012) Q

Cyanide

14 Cyanide (Total) mg/L < 0.005 0.5 WLN-CL-WI.41 (FIA)

Microbiology

15 Total Coliform MPN/100mL >1600 1000 APHA 9221-B( 2012) Q

Metals
Chromium Hexavalent-
16 mg/L < 0.005 0.005 APHA-3500Cr-B(2012) Q
Dissolved (Cr-VI)
APHA-3120-B(2012) and
17 Arsenic-Hydrid Dissolved (As) mg/L < 0.0005 0.012 Q
WLN-ML-WI-09
18 Cadmium-Dissolved (Cd) mg/L < 0.0001 0.001 WLN-ML-WI-03 (SPR-IDA) Q

19 Copper-Dissolved (Cu) mg/L < 0.005 0.008 WLN-ML-WI-03 (SPR-IDA) Q

20 Nickel-Dissolved (Ni) mg/L < 0.001 0.05 WLN-ML-WI-03 (SPR-IDA) Q

21 Lead-Dissolved (Pb) mg/L < 0.001 0.008 WLN-ML-WI-03 (SPR-IDA) Q


\('
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Van; Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
1111 Kornite Akredilasi Nasional Telp.: +62 251 7569075

Water Laboratory I Nusantara Laboratorium Penguji


LP-433-IDN
E-mail: info@wln.co.id
wwwwln.co.id

Page 4 of6

SEA WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : SW-01 WLN Lab 10 P241-18-09 (1809611)


Sample Matrix : Sea Water Reg. Date 08/10/2018
Sampling By WLN Coordinates S: 01° 27' 52.84"
Sampling Date 08/10/2018 E: 124049' 34.6"

Government Regulation Limit (GRL) : KepMenLH No. 51 Tahun 2004 Lampiran III (Untuk Biota Laut)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q
22 Zinc-Dissolved (Zn) mg/L < O.OOS O.OS WLN-ML-WI-03 (SPR-IDA) Q

23 Mercury-Dissolved (Hg) mg/L < O.OOOOS 0.001 USEPA-24S-7(200S)

Organics

24 Biologycal Oxygen Demand mg/L < 2 20 APHA S21 0-B(2012) Q

2S Dissolved Oxygen mg/L 6.S3 > S APHA-4S000-G(2012) Q

26 Oil & Grease mg/L < 1 APHA-5520-B(2012) Q

27 Surfactant mg/L < 0.01 APHA 5540-C(2012) Q

28 Total Phenol mg/L < 0.001 0.002 USEPA-906S(1986) Q

29 Poly Aromatic Hydrocarbons mg/L < 0.001 0.003 WLN.OL.w1.02 Q

Total Pesticides as Organo


30 mg/L < 0.00001 0.00001 WLN.0L.WI.03 Q
Chlorine Pesticides

31 Tributyl Tin mg/L < 0.00001 0.00001 WLN-OL-WI-OS Q

32 Poly Chlorinated Biphenyls mg/L < 0.00001 0.00001 WLN-OL-WI-04 Q


WLN-Q-F .5.10.1

iKA
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
IIII Kormte Akreditasi Nasional Telp.: +62 251 7569075

I Nusantara Laboratorium Penguji E-mail: info@wln.co.id


Water laboratory LP-433-IDN

Page 5 of6

LABORATORY QUALITY CONTROL


PT. HATFIELD INDONESIA
% Recovery Analysis
No Test Description VoM DL Blank
CRM/SRM Location

Physical Tests

Salinity 0100 < 1 99% Manado

2 Total Suspended Solids mg/L < 1 n/a Manado

3 Turbidity NTU 0.5 < 0.5 112% Manado

4 Clarity m n/a n/a n/a Manado

5 Garbage nfa nfa nfa nfa Manado

6 Oil Layer nfa nfa nfa nfa Manado

7 Odour nfa nfa nfa nfa Manado

8 Temperature (Water) ·C nfa nfa nfa Manado

Chemicals-Anion

9 pH nfa nfa nfa 101% Manado

10 Unionized Sulfide mgfL 0.002 < 0.002 96% Manado

Nutrient

11 Ammonia (N-NH3) mgfL 0.02 < 0.02 86% Manado

12 Nitrate (N-N03) mgfL 0.005 < 0.005 105% Manado

13 Total-Phosphate (P-P04) mgfL 0.005 < 0.005 99% Manado

Cyanide

14 Cyanide (Total) mgfL 0.005 < 0.005 103% Manado

Microbiology

15 Total Coliform MPNf100mL 2 <2 nfa Manado

Metals

16 Chromium Hexavalent-Dissolved (Cr-VI) mgfL 0.005 < 0.005 100% Manado

17 Arsenic-Hydrid Dissolved (As) mg/L 0.0005 < 0.0005 97% Manado

18 Cadmium-Dissolved (Cd) mg/L 0.0001 < 0.0001 103% Manado

19 Copper-Dissolved (Cu) mg/L 0.005 < 0.005 98% Manado

20 Nickel-Dissolved (Ni) mg/L 0.001 < 0.001 102% Manado

21 Lead-Dissolved (Pb) mg/L 0.001 < 0.001 102% Manado

22 Zinc-Dissolved (Zn) mgfL 0.005 < 0.005 105% Manado

23 Mercury-Dissolved (Hg) mg/L 0.00005 < 0.00005 104% Manado


WLN-Q-F .5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah 5areal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
1111 Komite Akreditasi Nasional Telp. : +62 251 7569075

I
Water Laboratory Nusantara
Laboratorium Penguji
LP-433-IDN
E-mail: info@wln.co.id
www.wln.co.id

Page 6 of6

LABORATORY QUALITY CONTROL


PT. HATFIELD INDONESIA

% Recovery Analysis
No Test Description UoM DL Blank
CRM/SRM Location

Organics

24 Biologycal Oxygen Demand mg/L 2 <2 104% Manado

25 Dissolved Oxygen mg/L n/a n/a n/a Manado

26 Oil & Grease mg/L <1 90% Manado

27 Surfactant mg/L 0.01 < 0.01 113% Manado

28 Total Phenol mg/L 0.001 < 0.001 96% Manado

29 Poly Aromatic Hydrocarbons mg/L 0.001 < 0.001 97% Manado


Total Pesticides as Organo Chlorine
30 mg/L 0.00001 < 0.00001 77% Manado
Pesticides
31 Tributyl Tin mg/L 0.00001 < 0.00001 87% Manado

32 Poly Chlorinated Biphenyls mg/L 0.00001 < 0.00001 84% Manado


/

~
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional
E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji
Water laboratory I Nusantara LP-433-IDN
www.wln.co.id

CERTIFICATE OF ANALYSIS
COA No : 18RP241

Report To:

PT. HATFIELD INDONESIA


LlPI Building Lt.3 Jl.lr.H.Juanda No.18

Attention:
Mr. Agung Pandu Dewata

Project Name:
Water Samples 2018
RSUD Provinsi Sulut Project

PT. WLN Indonesia

Arief Rakhmadi
Director
ltis not allowed to copy (parts of) this Report without permission of Water Laboratory Nusantara
Dilarang menggandakan {sebagian atau seluruhnyal laporan ini tanpa persetujuan dari Water Laboratory Nusantara
JI. Ahmad Yani Kav.68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional
E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji
Water Laboratory I Nusantara LP-433-IDN
www.wln.co.id

Page 1 of 10

REPORT REMARKS & DESCRIPTION

PT. HATFIELD INDONESIA


REMARKS

APHA American Published Health Association


USEPA United State Environmental Protection Agency
SNI Standar Nasionallndonesia
mg/L Milligram per litre True Colour
TCU NTU Units Nephelometric Turbidity
MPN/100mL Units
°C Most Probable Number per 100 millilitre
UoM Celcius degree
DL Unit of Measurement
GRL Detection Limit
RemQ Government Regulation Limit
< n/a Remarks of KAN Accredited parameters
COC Less than Detection Limit indicated
CRM Not available
SRM Chains of Custody
Certified Reference Material
DESCRIPTIONS Standard Reference Material

Blank : Blank or also known as Reagent Blank performed during analysis to determine contribution
reagents and preparative analytical steps to error in the measurement. Blank result acceptance are below
detection limit stated on the report (APHA,2012)

% Recovery CRM/SRM : CRM/SRM performed during analysis is a reagent water samples to which a
known concentration of the analytes of interest has been added. It is use to evaluate laboratory performance
(APHA,2012)

Detection Limit: Smallest amount that can be detected above the noise in a procedure and within stated
confidence level. The confidence level are set so that the probabilities of errors are acceptably small
(APHA,2012)

Bogor, 24 October 2018


Reviewed by:

Peni A. Saputri
Deputy Quality Manager
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional

I
E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji www.wln.co.id
Water laboratory Nusantara LP-433-IDN
Page 2 of 10

PROJECT INFORMATION
Contract No. WLN PO No. B18P0090192.Rev2
PO reff WLN COC No. 1810085
WLN Project No. 18P0016 WLNWONo. 18WO-B10094

SAMPLE INFORMATION

Number of sample: 3

No Customer sample 10 WLN Lab ID Sample Matrix Sampling Date Registration Date

P241-18-10
SUW01 Surface Water 09/10/2018 09/10/2018
(1809671 )

P241-18-11
2 SUW 02 Surface Water 09/10/2018 09/10/2018
(1809672)
P241-18-12
3 GW01 Ground Water 09/10/2018 09/10/2018
(1809673)
WLN-Q-F.5.10.1
J\. Ahmad Yani Kav. 68E

ilCA
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp.: +62 2517569075
Komite Akreditasi Nasional E-mail: info@wln.co.id
1111 www.wln.co.id

I
Laboratorium Penguji
Water Laboratory Nusantara LP-433-IDN

Page 3 of 10

SURFACE WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample ID : SUW01 WLN Lab ID : P241·18·10 (1809671)


Sample Matrix : Surface Water Reg. Date 09/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01 °27'56.4"
Sampling Date 09/10/2018 E: 124°49'48.5"

Government Regulation Limit (GRL) : PP No. 82 Tahun 2001. Tentang PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR (KELAS II)
Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

Physical Tests

APHA-2540-C(2012) and
Total Dissolved Solids mg/L 413 1000 Q
WLN-CL-WI.20

2 Total Suspended Solids mg/L 21 50 APHA-2540-D(2012) Q

3 Temperature (Water) °C 30 Deviasi 3 SNI-06-6989-23(2005) Q

Chemicals-Anion

4 pH n/a 7.06 6-9 APHA 4500H+ B (2012) Q

5 Chloride mg/L 36.5 n/a APHA-4500-Cr -E(2012) Q

6 Fluoride mg/L 0.2 1.5 APHA-4500F-C(2012) Q

7 Sulphate mg/L 31 n/a APHA-4500S04-E(2012) Q

8 Sulphide mg/L 0.240 0.002 APHA-4500S2-G(2012) Q

Nutrients

9 Ammonia (N-NH3) mg/L 3.00 n/a AP HA-4500N H3-D(20 12) Q

10 Nitrate (N-N03) mg/L < 0.005 10 APHA-4500-N03-E(2012) Q

11 Nitrite (N-N02) mg/L 0.008 0.06 APHA-4500-N02-B(2012) Q

12 Total-Phosphate (P-P04) mg/L 1.08 0.2 APHA-4500P-B&E(2012) Q


------

-
Cyanide

13 Cyanide (Total) mg/L < 0.005 0.02 WLN-CL-WI.41 (FIA) Q

Microbiology

14 Fecal Coliform MPN/100mL >160000 1000 APHA-9221. E(2012) Q


-----
15 Total Coliform MPN/100mL >160000 5000 APHA-9221.B(2012) Q
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav.

C
68E Tanah 5areal, Bogor
16161
Komite Akr editasi
West Java - Indonesia
Telp. :
Nasional
+62 251 7569075
E-mail: info@wln.co.id
1111 www.wln.co.id
I
Water Laboratory Nusantara
Laboratorium
LP-433-IDN
Penguji

Page 4 of 10

SURFACE WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : SUW01 WLN Lab 10 : P241-18-10 (1809671)


Sample Matrix : Surface Water Reg. Date 09/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01°27'56.4"
Sampling Date 09/10/2018 E: 124°49'48.5"

Government Regulation Limit (GRL): PP No. 82 Tahun 2001. Tentang PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR (KELAS II)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

Metals

Chromium
----
Hexavalent-Total
16 mg/L < 0.005 0.05 APHA-3500Cr-B(2012) Q
(Cr-VI)

17 Arsenic-Dissolved (As) mg/L < 0.005 APHA-3120-B(2012) Q

18 Boron-Dissolved (B) mg/L 0.052 APHA-3120-B(2012) Q

19 Barium-Dissolved (Ba) mg/L 0.032 n/a APHA-3120-B(2012) Q

20 Cadmium-Dissolved (Cd) mg/L 0.0001 0.01 APHA-3120-B(2012) Q

21 Cobalt-Dissolved (Co) mg/L < 0.001 0.2 APHA-3120-B(2012) Q

22 Copper-Dissolved (Cu) mg/L < 0.005 0.02 APHA-3120-B(2012) Q

23 Iron-Dissolved (Fe) mg/L 0.05 n/a APHA-3120-B(2012) Q

24 Manganese-Dissolved (Mn) mg/L 0.338 n/a APHA-3120-B(2012) Q

25 Lead-Dissolved (Pb) mg/L < 0.001 0.03 APHA-3120-B(2012) Q

26 Selenium-Dissolved (Se) mg/L < 0.005 0.05 APHA-3120-B(2012) Q

27 Zinc-Dissolved (Zn) mg/L < 0.005 0.05 APHA-3120-B(2012) Q

28 Mercury-Dissolved (Hg) mg/L < 0.00005 0.002 USEPA-245-7(2005) Q

Organic

29 Chemical Oxygen Demand mg/L 31 25 APHA-5220-D(2012) Q

30 Surfactant mg/L 0.D3 0.2 APHA 5540-C(2012) Q


WLN-Q-F.S.10.1
JI. Ahmad Yani Kav. 68E

ilCA
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
E-mail: info@wln.co.id
1111 Komite Akredltasi Nasional
www.wln.co.id

I
Laboratorium Penguji
LP-433-IDN
Water Laboratory Nusantara
Page S of 10

SURFACE WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : SUW02 WLN Lab 10 : P241·18·11 (1809672)


Sample Matrix : Surface Water Reg. Date 09/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01°27'48.S"
Sampling Date 09/10/2018 E: 124°49'48.S"

Government Regulation Limit (GRL): PP No. 82 Tahun 2001. Tentang PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR (KELAS II)
Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

Physical Tests
APHA-2540-C(2012) and
Total Dissolved Solids mg/L 372 1000 Q
WLN-CL·WI.20

2 Total Suspended Solids mg/L < 1 SO APHA-2540-D(2012) Q

3 Temperature (Water) °C 30 Deviasi 3 SNI-06-6989-23(200S) Q

Chemicals·Anion

4 pH n/a 7.27 6-9 APHA 4500H+ B (2012) Q

S Chloride mg/L 46.2 n/a APHA-4500-Cr -E(2012) Q

6 Fluoride mg/L 0.22 1.5 APHA-4S00F-C(2012) Q

7 Sulphate mg/L 34 n/a APHA-4S00S04-E(2012) Q

8 Sulphide mg/L 0.220 0.002 APHA-4S00S2-G(2012) Q

Nutrients

9 Ammonia (N-NH3) mg/L 18.0 n/a APHA-4500NH3-D(2012) Q

10 Nitrate (N-N03) mg/L 0.025 10 APHA-4S00-N03·E(2012) Q

11 Nitrite (N-N02) mg/L 0.009 0.06 APHA-4500·N02-B(2012) Q

12 Total-Phosphate (P-P04) mg/L 2.27 0.2 APHA-4500P-B&E(2012) Q

Cyanide

13 Cyanide (Total) mg/L < 0.005 0.02 WLN-CL-WI.41 (FIA) Q

Microbiology
-- -
14 Fecal Coliform MPN/100mL >160000 1000 APHA-9221.E(2012) Q

1S Total Coliform MPN/100mL >160000 SOO APHA-9221.B(2012) Q


O
WLN-Q-F.5.10.1
JI. Ahmad Yani Kav.68E

C
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
E-mail: info@wln.co.id
1111 Komite Akr editasi
www.wln.co.id

Water Laboratory I Nusantara


Page 6 of 10

Nasionai
Laboratorium Penguji
LP-433-IDN
SURFACE WATER ANALYSIS RESULTS
PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : SUW02 WLN Lab 10 : P241-18-11 (1809672)


Sample Matrix
: Surface Water Reg. Date 09/10/2018
Sampling By
WLN Coordinates N: 01°27'48.5"
Sampling Date
09/10/2018 E: 124°49'48.5"

Government Regulation Limit (GRL): PP No. 82 Tahun 2001. Tentang PENGELOlAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR (KELAS II)

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

Metals

Chromium Hexavalent-Total
16 mg/L < 0.005 0.05 APHA-3500Cr-B(2012) Q
(Cr-VI)

17 Arsenic-Dissolved (As) mgfL < 0.005 APHA-3120-B(2012) Q

18 Boron-Dissolved (B) mgfL 0.046 APHA-3120-B(2012) Q

19 Barium-Dissolved (Ba) mgfL 0.035 nla APHA-3120-B(2012) Q

20 Cadmium-Dissolved (Cd) mgfL 0.0001 0.01 APHA-3120-B(2012) Q

21 Cobalt-Dissolved (Co) mgfL < 0.001 0.2 APHA-3120-B(2012) Q

22 Copper-Dissolved (Cu) mgfL < 0.005 0.02 APHA-3120-B(2012) Q

23 Iron-Dissolved (Fe) mgfL 0.14 nfa APHA-3120-B(20 12) Q

24 Manganese-Dissolved (Mn) mgfL 0.54 nfa APHA-3120-B(2012) Q

25 Lead-Dissolved (Pb) mgfL < 0.001 0.03 APHA-3120-B(2012) Q

26 Selenium-Dissolved (8e) mg/L < 0.005 0.05 APHA-3120-B(2012) Q

27 Zinc-Dissolved (Zn) mgfL < 0.005 0.05 APHA-3120-B(2012) Q

28 Mercury-Dissolved (Hg) mg/L < 0.00005 0.002 USEPA-245-7(2005) Q


- ---
Organic
-- --- -- - - -------
29 Chemical Oxygen Demand mgfL 33 25 APHA-5220-D(2012) Q
---- ----- -- -- - ---------
30 Surfactant mgfL 0.07 0.2 APHA 5540-C(2012) Q
WLN-Q-F.5.10.1

iKA
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
Telp.: +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional
E-mail: info@wln.co.id
Water Laboratory I Nusantara Laboratorium Penguji
www.wln.co.id

Page 7 of 10

GROUND WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample ID : GW01 WLN Lab ID P241·18·12 (1809673)


Sample Matrix : Ground Water Reg. Date 09/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01°27'92.8"
Sampling Date 09/10/2018 E: 124°49'51.9"

Government Regulation Limit (GRL) Permenkes NO.32/2017 Lampiran I


Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

Physical Tests

Temperature (Water) °C 30 25 ± 3 SNI-06-6989-23(2005) Q

2 Total Suspended Solids mg/L < 1 n/a APHA-2540-D(2012) Q

3 Colour TCU < 5 50 APHA-2120-C(2012) Q

4 Turbidity NTU < 0.5 25 APHA·2130·B(2012) Q

5 Odour n/a Odourless Odourless Organoleptic

6 Taste n/a Tasteless Tasteless Organoleptic

Chemicals-Anion

7 pH n/a 6.97 6.5-8.5 APHA 4500H+ B (2012) Q

8 Chloride mg/L 26.4 n/a APHA-4500-Cr -E(2012) Q

9 Fluoride mg/L 0.17 1.5 APHA-4500F-C(2012) Q

10 Sulphate mg/L 9 400 APHA-4500S04-E(2012) Q

11 Sulphide mg/L < 0.002 n/a APHA-4500S2-G(2012) Q

Nutrients

11 Nitrate (N-N03) mg/L 2.74 10 APHA-4500-N03-E(2012) Q

12 Nitrite (N-N02) mg/L 0.017 APHA-4500-N02-B(2012) Q

13 Total-Phosphate (P-P04) mg/L 0.44 n/a APHA-4500P-B&E(2012) Q

Cyanide

14 Cyanide (Total) mg/L < 0.005 0.1 WLN-CL-WI.41 (FIA) Q

Microbiology

15 Fecal Coliform MPN/100mL >1600 n/a APHA-9221.E(2012) Q

16 Total Coliform MPN/100mL >1600 50 APHA-9221.B(2012) Q


WLN-Q-F.5.10.1
iKA
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java - Indonesia
Telp. : +62 251 7569075
1111 Komite Akreditasi Nasional

I
E-mail: info@wln.co.id
Laboratorium Penguji www.wln.co.id
Water Laboratory Nusantara LP-433-IDN

Page 8 of 10

GROUND WATER ANALYSIS RESULTS


PT. HATFIELD INDONESIA

Customer sample 10 : GW01 WLN Lab 10 : P241-18-12 (1809673)


Sample Matrix : Ground Water Reg. Date 09/10/2018
Sampling By WLN Coordinates N: 01 °27'92.8"
Sampling Date 09/10/2018 E: 124°49'51.9"

Government Regulation Limit (GRL) Permenkes No.32 I 2017 Lampiran I

Rem
No Test Description UoM Result GRL Method Reference
Q

Metals

17 Hardness (calc.) mg/L 38 500 APHA-2340-B(2012) Q

Chromium Hexavalent-Total
18 mg/L < 0.005 0.05 APHA-3500Cr-B(2012) Q
(Cr-VI)

19 Arsenic-Dissolved (As) mg/L < 0.005 0.05 APHA-3120-B(2012) Q

20 Boron-Dissolved (B) mg/L 0.009 n/a APHA-3120-B(2012) Q

21 Barium-Dissolved (Ba) mg/L 0.086 n/a APHA-3120-B(2012) Q

22 Cadmium-Dissolved (Cd) mg/L 0.0001 0.005 APHA-3120-B(2012) Q

23 Cobalt-Dissolved (Co) mg/L < 0.001 n/a APHA-3120-B(2012) Q

24 Copper-Dissolved (Cu) mg/L < 0.005 n/a APHA-3120-B(2012) Q

25 Iron-Dissolved (Fe) mg/L 0.10 APHA-3120-B(2012) Q

26 Manganese-Dissolved (Mn) mg/L < 0.005 0.5 APHA-3120-B(2012) Q

27 Lead-Dissolved (Pb) mg/L 0.003 0.05 APHA-3120-B(2012) Q

28 Selenium-Dissolved (Se) mg/L < 0.005 0.01 APHA-3120-B(2012) Q

29 Zinc-Dissolved (Zn) mg/L 0.006 15 APHA-3120-B(2012) Q

30 Mercury-Dissolved (Hg) mg/L < 0.00005 0.001 US EPA-245-7(2005) Q

Organics

31 Dissolved Oxygen mg/L 7.30 n/a APHA-45000-G(2012) Q

32 Surfactant mg/L < 0.01 0.05 APHA 5540-C(2012) Q

Permanganate Number as KMn04


33 mg/L < 1 10 SNI06-6989.22(2004) Q
number
Total Pesticides as Organo
34 mg/L < 0.00001 0.1 WLN.OL.WI.03 Q
Chlorine Pesticides
WLN-Q-F.5.10.1

iKA
JI. Ahmad Yani Kav.68E
Tanah Sareal. Bogor 16161
West Java -Indonesia
1111 Komite Akreditasi Nasionai Telp.: +62 251 7569075

I Nusantara Laboratorium Penguji E-mail: info@wln.co.id


Water Laboratory www.wln.co.id
LP-433-IDN

Page 9 of 10

LABORATORY QUALITY CONTROL


PT. HATFIELD INDONESIA
% Recovery Analysis
No Test Description UoM DL Blank
CRM/SRM Location

Physical Tests

Total Dissolved Solids mg/L < 1 101% Manado

2 Total Suspended Solids mg/L < 1 nfa Manado

3 Temperature (Water)· °C nfa nfa nfa Manado

4 Colour TCU 5 <5 103% Manado

5 Turbidity NTU 0.5 < 0.5 112% Manado

6 Odour nfa nfa nfa nfa Manado

7 Taste nfa nfa nfa nfa Manado

Chemicals-Anion

8 pH nfa nfa nfa 101% Manado

9 Chloride mgfL 0.5 < 0.5 98% Manado

10 Fluoride mgfL 0.02 < 0.02 103% Manado

11 Sulphate mgfL 5 <5 109% Manado

Sulphide mg/L 0.002 < 0.002 110% Manado

Nutrients

12 Ammonia (N-NH3) mg/L 0.02 < 0.02 90% Manado

13 Nitrate (N-N03) mg/L 0.005 < 0.005 105% Manado

14 Nitrite (N-N02) mg/L 0.001 < 0.001 100% Manado

15 Total-Phosphate (P-P04) mg/L 0.005 < 0.005 99% Manado

Cyanide

16 Cyanide (Total) mg/L 0.005 < 0.005 103% Manado

Microbiology

17 Fecal Coliform MPN/100mL 2 <2 n/a Manado

18 Total Coliform MPN/100mL < 1 nfa Manado


WLN-Q-F.5.10.1

iKA
JI. Ahmad Yani Kav. 68E
Tanah Sareal, Bogor 16161
West Java -Indonesia
1111 Komite Akreditasi Nasional Telp.: +62 251 7569075
Laboratorium Penguji E-mail: info@wln.co.id
Water Laboratory I Nusantara LP-433-IDN www.wln.co.id

Page 10 of 10

LABORATORY QUALITY CONTROL


PT. HATFIELD INDONESIA

% Recovery Analysis
No Test Description UoM DL Blank
CRM/SRM Location

Metals

19 Hardness (calc.) mg/L < 1 n/a Manado

Chromium Hexavalent-Total
20 mg/L 0.005 < 0.005 100% Manado
(Cr-VI)

21 Arsenic-Dissolved (As) mg/L 0.005 < 0.005 98% Manado

22 Boron-Dissolved (B) mg/L 0.005 < 0.005 92% Manado

23 Barium-Dissolved (Ba) mg/L 0.005 < 0.005 101% Manado

24 Cadmium-Dissolved (Cd) mg/L 0.0001 < 0.0001 99% Manado

25 Cobalt-Dissolved (Co) mg/L 0.001 < 0.001 98% Manado

26 Copper-Dissolved (Cu) mg/L 0.005 < 0.005 97% Manado

27 Iron-Dissolved (Fe) mg/L 0.02 < 0.02 107% Manado

28 Manganese-Dissolved (Mn) mg/L 0.005 < 0.005 88% Manado

29 Lead-Dissolved (Pb) mg/L 0.001 < 0.001 99% Manado

30 Selenium-Dissolved (Se) mg/L 0.005 < 0.005 95% Manado

31 Zinc-Dissolved (Zn) mg/L 0.005 < 0.005 101% Manado

32 Mercury-Dissolved (Hg) mg/L 0.00005 < 0.00005 104% Manado

Organics

33 Chemical Oxygen Demand mg/L 10 < 10 104% Manado

34 Surfactant mg/L 0.01 < 0.01 113% Manado

Permanganate Number as KMn04


35 mg/L < 1 82% Manado
number
Total Pesticides as Organo
36 mg/L 0.00001 < 0.00001 77% Manado
Chlorine Pesticides
Lampiran 3

Kesesuaian Tata Ruang


PEMERINT AH KOT A MANADO
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
Jalan Raya Ring Road Kel. Tingkulu Ling. V Kec. Wanea
MANADO 95119
Manado, 31 Januari 2019
Nomor D.03/PUPRl0:f,9/1/2019 Kepada
Lampiran Yth. Kepala DlnaB KeBehatan Daerah
ProvinBI Sulawesi Utara
Perihal Keterangan Kesesualan Tata
Ruang Wilayah Kota Manado
dl- Tern pat.

8erdasarkan surat pennohonan Kepala Dlnas Kesehatan Daerah Provinsl


Sulawesi Utara Dinas Kesehatan Provinsl Sulawesi Utara nomor
440/SEKRT/04/112019 tanggal 7 Januari 2019 perihal Permohonan Rekomendasi
kesesualan lokasl dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado untuk rencana
membangun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsl Sulawesi Utara Tipe 8
dengan luas bangunan ± 29.695 m2 ( ± 2,9 ha ) di Kelurahan Kleak, Kecamatan
Malalayang, Kota Manado, bahwa perlu melakukan "ground check" I survey lokasi
sebaga; kajian dari Dinas PUPR Kota Manado, maka dengan honnat disampaikan
keterangan sebagai berikut:
1. Infonnasi dari pemohon dan hasil survei lapangan oIeh Dinas Pekerjaan Umum
dan
Penataan Ruang Kota Manado yang telah dilaksanakan pada tanggal 18
Desember
2018 Iokasi Iahan yang dimohonkan dalam Peta Pola Ruang Peraturan Oaerah
Kota Manacfo Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wdayah Kota
Manado Tahun 2014-2034 berada di kawasan budldaya peruntukan
pelayanan umum, perumahan dan kawasan IIndung Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kota,

2. Peraturan Oaerah Kota Manado Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang
Wilayah Kota Manado Tahun 2014-2034 menyatakan:
a. pasal82 ayat (12) huruf b, angka 3, ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukkan pelayanan umum, meliputi: b. ketentuan zonasi untuk kawasan
kesehatan, meliputi : 3. Pengembangan sarana kesehatan disesuaikan dengan
skala pelayanan;
b. pasa' 50 ayat (1) huruf b, Kawasan Pelayanan Umum meliputi : b. fasi/itas
kesehatan; ayat (3) Pemantapan dan pengembangan fasi/nas kesehatan rumah
sakit tipe A, dan B di Kecamatan Malalayang, Kecamatan Paal Dua, Kecamatan
Mapanget, Kecamatan Wanea, Kecamatan Bunaken dan pembangunan rumah
sakit berska/a intemasiona/ dan pratama di Kecamatan Mapanget Kecamata'J<-.,
Wenang dan Kecamatan Tuminting ( .
c. pasal 82 ayat (2) hUruf a, ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perumahan, meliputi: a. diperbolehkan melakukan kegiatan
pengembangan perumahan, perciagangan dan jasa skala /oka/, kegiatan
pelayanan masyarakat;
d. pasal 81 ayat (7) hUM a, meliputi: a. zona Ruang Terbuka Hijau yang
merupakan RTH kawasan perfindungan setempat berupa RTH sempadan
sungai, RTH pengamanan sumber air bakuhnata air, dan rekreasi, serta
dilara'!g untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi Ruang
Terbuka Hijau;

3. Memperhatikan angka 2 di atas maka lahan yang dimohonkan dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan Fasilitas Kesehatan Rumah sakit tipe B berada pada Kawasan Budidaya
Peruntukan Pelayanan Umum, dan rencana bangunan Rumah Sakit diluar kawasan
dimaksud wajib mengikuti ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang ber1aku.

Demikian disampaikan, atasnya diucapkan tertma kasih.

:~~imlM PEKERJAAN UMUM


N RUANG
a">.lVIla-ADO

TembusanYth:
1. 8apak Walikota Manado (sebagai laporan);
2. 8apak Wakil Walikota Manado (sebagai laporan);
3. Sekretaris Daerah Kota Manado;
4. Arsip.
.. . ..
I ii

....

Anda mungkin juga menyukai