Rumah sakit merupakan tempat yang harus tetap dalam keadaan baik dan harus
berada pada bagian terdepan dalam melayani keamanan pasien, keluarga pasien,
pengunjung dan staf yang berada di rumah sakit.
Tenaga kesehatan tentunya dalam arti luas, medis ,keperawatan , penunjang
medis dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit (swasta/ pemerintah), puskesmas
hingga unit-unit layanan kesehatan lainnya. Proses ini harus dilakukan secara sengaja dan
direncanakan. Karenanya dibutuhkan ukuran atau standar minimum dalam mengevaluasi
kinerja rumah sakit dalam skala nasional maupun lokal.
Hal yang harus diperhatikan oleh rumah sakit sebelum dan setelah terjadi bencana adalah:
1. proteksi atas hidup pasien dan pekerja tenaga kesehatan dengan memastikan
tingkat keamanan struktur fasilitas kesehatan.
2. memastikan bahwa fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan tetap dapat
berfungsi secara memadai pasca emergensi dan bencana, yakni saat ketika mereka
paling dibutuhkan.
3. meningkatkan kapasitas atau kemampuan mereduksi risiko pekerja kesehatan,
kelembagaan/organisasi termasuk managemen kedaruratan.
Rumah Sakit Umum Pusat DR. M.Djamil Padang sebagai tempat layanan umum di
mana banyak potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak dapat diduga. Risiko atau
bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam. Apapun bentuknya risiko
atau bahaya yang dapat menimpa banyak orang memerlukan penanganan khusus yang
telah direncanakan, agar dapat meminimalisir korban baik manusia, data maupun properti.
Risiko maupun bahaya terhadap pasien, staf, pengunjung dan kelangsungan operasional
rumah sakit juga dapat disebabkan oleh kegagalan sistem yang ada di rumah sakit, maupun
keadaan darurat medik.
HOSPITAL SAFETY INDEX (HSI)
HSI adalah sebuah alat diagnosa yang diklaim cepat, terpercaya dan murah;
mudah diaplikasikan oleh tim yang multi-disiplin seperti insinyur, arsitek, serta para
professional kesehatan terlatih. Selanjutnya dilakukan scoring dari hasil checklist
ditabulasikan dengan menggunakan program sederhana seperti Excel dan terdiri 145
variabel. Kategorisasinya pun disederhanakan dalam tingkat keamanan rumah sakit pada
aspek struktur bangunan, non struktur dan komponen fungsi.
HSI hakekatnya adalah turunan spesifik dari alat-alat yang juga dikenal kalangan teknisi
Indonesia yang terbiasa melakukan analisis kerentanan struktural dan non-struktural sebuah
bangunan gedung biasa yang diterapkan secara lebih tegas pada bangunan kesehatan
seperti rumah sakit.
E. Keamanan Non-Struktural
Kegagalan elemen non-struktural biasanya tidak membahayakan stabilitas bangunan,
tetapi bisa membahayakan orang dan isi bangunan. Pada aspek ini akan dilakukan
evaluasi dan verifikasi stabilitas elemen non-struktural dan apakah peralatan dapat
berfungsi selama dan setelah bencana. Analisis ini meliputi keamanan jaringan kritis
(misalnya, sistem air, listrik, komunikasi), sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air-
Conditioning), serta peralatan diagnostik, dan perawatan medis.
F. Kapasitas Fungsional Rumah Sakit
Pada aspek keamanan fungsional dilakukan evaluasi kesiapan sumber daya manusia
rumah sakit dalam merespon situasi bencana. Hal ini dapat diketahui dari segi tim
Rencana Hospital Disaster Management, pusat komando bencana, rencana operasional
untuk bencana internal dan bencana eksternal, rencana persiapan medis untuk
berbagai macam bencana, perencanaan operasional, perawatan preventif dan restorasi
pelayanan yang penting, serta tingkat ketersediaan obat, bahan, instrumen dan alat-alat
darurat.
Setelah melakukan evaluasi terhadap 4 bagian Hospital Safety Index yang terdiri dari
145 pertanyaan maka data akan dievaluasi dan dilihat hasilnya menggunakan safety
index calculator sehingga hasil akhir nya akan didapatkan tiga kategori kesiapsiagaan
rumah sakit dalam menghadapi bencana menggunakan hospital safety index, yaitu
kategori A,B dan C yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Hospital Safety Index adalah salah satu alat bantu manajemen dalam memastikan
keselamatan rumah sakit dan penggunanya ketika terjadi bencana. Bencana tidak dapat
diprediksi kapan terjadinya, namun melalui manajemen bencana yang baik rumah sakit
dapat meminimalisasi risiko yang akan terjadi serta dapat mengoptimalkan kapasitas
pelayanannya pada saat terjadi bencana.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kesiapan elemen struktural rumah sakit
tinggi, Hal ini dikarenakan secara struktural, kondisi bangunan rumah sakit masih baik,
sesuai dengan informasi yang diperoleh dari bagian engineer rumah sakit. Namun,
kesiapan elemen non struktural dan elemen struktural masih rata-rata. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kesiagaan RSUP Dr. M. Djamil
Padang dalam menghadapi bencana yaitu:
1. Pintu IGD harus berupa pintu swing dari bahan yang tahan benturan (kaca
tempered)
2. Memperbaiki jendela (yang terbuat dari kaca) dan kondisi dinding luar yang retak di
gedung Kebidanan dan Anak
3. Membuat pagar permanen yang di sekeliling rumah sakit
4. Memperbaiki lemari penyimpanan di farmasi
5. Perbaikan dan memperlebar pedestrian
6. Memperbaiki beberapa jalur evakuasi agar bebas hambatan
7. Penambahan CCTV dan Sistem proteksi kebakaran pasif
8. Memperbaiki ruang isolasi dan ruang flu burung
PENUTUP
Status kesiapsiagaan rumah sakit belum memadai untuk melindungi pasien dan staf
RS selama dan sesudah terjadi bencana. Rumah sakit berpotensi mengalami gangguan-
gangguan yang menyebabkan tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan. Rekomendasi
Kebijakan yang disarankan untuk RSUP DR M Djamil Padang perlu melakukan evaluasi
lebih lanjut kelayakan struktur bangunan rumah sakit untuk memastikan struktur bangunan
rumah sakit aman dari ancaman gempa bumi, RSUP DR M Djamil Padang perlu
menghitung kembali kapasitas kesiapan elemen-elemen kritis yang dimiliki rumah sakit agar
mampu bertahan pada situasi bencana, RSUP DR M Djamil Padang perlu untuk meninjau
ulang kembali dan merevisi rencana penanggulangan bencana (hospital disaster plan) yang
telah dimiliki.