Anda di halaman 1dari 5

Analisis Sistem Tanggap Darurat Bencana Rumah Sakit X di Jakarta

Selatan Tahun 2018

Nur Annilawati, Azizah Musliha Fitri


Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Abstrak
Latar Belakang: Keadaan darurat merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan dan
merusak lingkungan sekitar. Rumah sakit memiliki potensi terjadi keadaan darurat seperti kebakaran dan
bencana alam gempa bumi menurut data identifikasi risiko, maka rumah sakit harus siap siaga dalam
menghadapi bencana dengan melakukan penyiapan sumberdaya, baik fasilitas maupun sumberdaya manusia.
Upaya pencegahan untuk meminimalisir risiko yaitu dengan cara perencanaan sistem tanggap darurat bencana,
penting dilakukan untuk menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat, serta untuk
menekan timbulnya korban jiwa dan kerugian akibat kejadian bencana.
Metode: Penelitian kualitatif ini dilakukan di Rumah Sakit X di Jakarta Selatan pada bulan Mei sampai Juni
2018. Informan utama pada penelitian ini adalah perawat dan security. Sedangkan informan kunci pada
penelitian ini adalah wakil ketua tim K3 Rumah Sakit X.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Rumah Sakit X memiliki sistem tanggap darurat bencana, namun
masih terdapat kekurangan terutama dalam hal pelatihan dan simulasi, tim tanggap darurat serta sarana
penyelamatan jiwa.
Kesimpulan: Rumah Sakit X perlu melakukan pelatihan tanggap darurat bencana secara berkala, membentuk
dan menetapkan tim tanggap darurat bencana, serta melakukan pemeriksaan dan evaluasi terkait dengan
sarana tanggap darurat bencana.
Kata Kunci: Keadaan Darurat, Rumah Sakit, Sistem Tanggap Darurat.

Analysis Of Disaster Response System of Hospital X in South Jakarta


Year 2018
Abstract
Background: Emergency is an undesirable event that can harm and damage the surrounding environment.
Hospitals have the potential of emergency event such as fire and natural disasters like earthquake and according
to risk identification data Hospital X must be prepared to face disasters by prepare resources including facilities
and human resources. Prevention effort to minimize the risk by planning a disaster emergency response system
that important to overcome all disaster events quickly, appropriately, and accurately then to reduce victim and
losses due to disasters.
Method: A qualitative study was conducted at X Hospital in South Jakarta from May to June 2018. The main
informants in this study were nurses and security. While the key informant in this study was the deputy chairman
of the K3 Hospital X team.
Result: The results of this research are indicate that Hospital X has disaster emergency response system but
there are deficiency especially in terms of training and simulation, emergency response team, and lifesaving
facilities.
Conclusion: Hospital X needs to do disaster emergency response training periodically, form and set disaster
emergency response team, and do inspections and evaluations related to disaster emergency response facilities.
Keyword : Emergency State, Hospital, Emergency Response System

Alamat Korespondensi:
Azizah Musliha Fitri
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta, Jl. Raya Limo, Depok
Email: azizahmusliha@upnvj.ac.id

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 2, 2019


147
Rumah Sakit harus siap dalam
PENDAHULUAN menghadapi bencana dengan melakukan
penyiapan sumberdaya, baik fasilitas maupun
Masalah kebencanaan seolah tidak akan sumberdaya manusia. Rumah Sakit sebagai
terlepas dari suatu wilayah. Indonesia sarana pelayanan kesehatan rujukan, khususnya
berdasarkan letak kondisi geografisnya bagi kasus-kasus kegawat daruratan, sebaiknya
merupakan wilayah yang sulit untuk lepas dari lebih siap dalam menghadapi dampak bencana 7.
suatu ancaman bencana.1 Hal ini perlu adanya Sebagian besar pengunjung rumah sakit pada
suatu perhatian serta melakukan upaya tertentu, dasarnya merupakan pasien yang tengah
agar dapat mengurangi timbulnya korban jiwa menjalani perawatan yang dalam kondisi tidak
ataupun kerusakan akibat bencana tersebut.2 mampu secara fisik sehingga pada saat terjadi
Perubahan iklim yang terjadi pada saat ini keadaan darurat maka memerlukan bantuan
merupakan ancaman terbesar bagi kehidupan dalam evakuasi.8
manusia. Hal tersebut dikarenakan perubahan Bencana bisa terjadi kapan saja dan
iklim yang terjadi saat ini berpotensi dimana saja, semua orang tidak akan pernah
meningkatkan frekuensi kejadian bencana mengetahui kapan bencana dapat terjadi, maka
ekstrim di berbagai wilayah dunia. Dampak upaya pencegahan untuk meminimalisir risiko
yang terjadi dari perubahan iklim sangatlah yaitu dengan cara perencanaan sistem tanggap
kompleks dikarenakan dapat berdampak pada darurat. Siklus tanggap darurat bencana
berbagai sektor yang mencakup berbagai aspek merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
kehidupan antara lain berdampak pada dengan segera pada saat terjadi bencana untuk
kesehatan, pertanian, kehutanan, infrastruktur, menangani dampak buruk yang ditimbulkan
transportasi, pariwisata, energi, dan sosial. yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
Potensi bencana terkait dengan perubahan iklim evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
menempati hampir 80% dari berbagai bencana kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
alam yang ada di dunia pada saat ini yang pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
meliputi banjir, gempa bumi, tanah longsor dan prasarana dan sarana.9
lain sebagainya.3 Rumah Sakit X termasuk kedalam rumah
Pada tahun 2017 dari bulan januari sakit kelas B, dimana Rumah Sakit X memiliki
sampai desember Badan Nasional bangunan gedung yang digunakan untuk
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat melayani pelayanan kesehatan dan pelayanan
sebanyak 2.341 kejadian bencana. Dampak dari rawat inap yaitu gedung perawatan A dan
kejadian bencana tersebut 377 jiwa meninggal gedung perawatan B dimana masing-masing
dunia dan hilang, 3,5 juta jiwa terdampak dan bangunan gedung tersebut memiliki empat
mengungsi. Kerusakan yang terjadi akibat lantai.
bencana pada tahun 2017 diantaranya 47.442 Potensi bahaya yang dapat terjadi tidak
rumah rusak, 1.272 fasilitas pendidikan rusak, hanya dari dalam lingkungan rumah sakit, tetapi
113 fasilitas kesehatan rusak, dan 698 fasitilas potensi bahaya dari luar rumah sakit juga dapat
peribadatan rusak.4 terjadi salah satunya potensi bencana alam
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 gempa bumi. Mengingat Indonesia terletak pada
menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan lokasi yang rawan bencana. Berdasarkan
institusi pelayanan kesehatan yang perkiraan dari Badan Meteorologi Klimatoligi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Geofisika (BMKG) mengenai potensi
perorangan secara paripurna yang menyediakan gempa megathust dengan magnitude mencapai
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat 8,7 yang dapat berdampak pada wilayah Jakarta
darurat.5 Di Indonesia terdapat berbagai dan sekitarnya, oleh karena itu perlu adanya
klasifikasi dan jenis-jenis rumah sakit dimana antisipasi dini guna meminimalisir risiko
semuanya memiliki karakteristik masing-masing kerugian sosial, ekonomi, kerusakan fasilitas,
sesuai dengan kebutuhan. Rumah sakit tidak dan timbulnya korban jiwa.9 Sehingga di
hanya fokus pada pemberian pelayanan perlukan suatu sistem atau manajemen bencana
kesehatan saja tetapi juga menjamin agar dapat mengelola setiap ancaman bencana
keselamatan bagi orang yang sedang mengakses yang ada di rumah sakit terutama sistem tanggap
pelayanan kesehatan tersebut dalam hal ini darurat bencana.
mencangkup pasien, pengunjung rumah sakit
dan pekerja rumah sakit, dimana rumah sakit METODE
wajib menjamin seluruh keselamatannya.6 Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X
yang berlokasi di Jakarta Selatan. Penelitian ini

148 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 2, 2019


dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2018. PEMBAHASAN
Informan penelitian ini adalah mereka yang Kebijakan dan Prosedur Tanggap Darurat
terkait dengan sistem tanggap darurat bencana di Bencana
Rumah Sakit X. Pemilihan informan ini Kebijakan mengenai tanggap darurat
mengacu pada prinsip kesesuaian dan bencana sebagai upaya dalam penanggulangan
kecukupan dengan cara mencari informan yang bencana di Rumah Sakit X didapatkan bahwa
mengetahui tentang informasi apa yang akan kebijakan yang ada di Rumah Sakit X berupa
diteliti, sehingga memudahkan peneliti surat keputusan, pedoman penanggulangan
memahami objek yang diteliti. Informan utama bencana, pembentukan tim K3, serta
pada penelitian ini adalah tenaga pelaksana/ melaksanakan simulasi dan pelatihan.
karyawan Rumah Sakit X yang terlibat langsung Standar operasional prosedur (SOP) di
dalam penanganan tanggap darurat bencana Rumah Sakit X mengenai tanggap darurat
yang diantaranya: perawat dan security. bencana sudah ada, yang meliputi SOP
Informan kunci pada penelitian ini adalah kebakaran, SOP gempa bumi, dan lain-lain,
pekerja yang terlibat langsung dalam proses namun masih kurang disosialisasikan kepada
pengawasan sistem tanggap darurat bencana pekerja, karena apabila SOP mengenai tanggap
yang mengetahui dan memiliki informasi pokok darurat bencana kurang disosialisasikan akan
yang diperlukan dalam penelitian yang berdampak pada terganggunya proses
diantaranya: wakil ketua tim k3 Rumah Sakit X. pelaksanaan evakuasi, dikarenakan tiap
manajemen dan karyawan tidak memahami tata
HASIL cara penanganan bencana sehingga proses
Berdasarkan hasil observasi dan penanganannya tidak efektif dan efisien.
wawancara, sistem tanggap darurat bencana di Sumber Daya Manusia, Organisasi,
Rumah Sakit X yang meliputi kebijakan, Komunikasi dan Informasi Tanggap Darurat
prosedur, sumber daya manusia dalam pelatihan Bencana
tanggap darurat bencana, organisasi dan Kemampuan sumber daya manusia sangat
tanggung jawab dalam tim tanggap darurat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan
bencana, komunikasi dan informasi, serta sarana para pekerja, untuk itu program pelatihan rutin
dan prasarana. Analisis dari masing-masing dan terencana merupakan hal pokok untuk
aspek dijelaskan dalam Tabel 1. meningkatkan pengetahuan tersebut. Kegiatan
pelatihan dan simulasi terkait dengan tanggap
Tabel 1 . Hasil Analisis Sistem Tanggap darurat bencana di Rumah Sakit X yang telah
Darurat Bencana Rumah Sakit X di Jakarta dilaksanakan yaitu pelatihan kebakaran dan
Selatan Tahun 2018 bencana alam gempa bumi, namun pelaksanaan
Elemen tanggap pelatihan tersebut hanya dilakukan untuk
No. darurat yang Hasil akreditasi rumah sakit dan tidak dilakukan
dianalisis secara rutin dan berkala setiap tahunnya.
1. Kebijakan tanggap Ada dan Sesuai Tim tanggap darurat yang ada di Rumah
darurat bencana Sakit X belum terbentuk dan masih termasuk
2. Prosedur tanggap Ada dan Sesuai
kedalam tim K3 dan melibatkan tim security
darurat bencana
3. Sumberdaya manusia Ada dan Belum Sesuai untuk penanganan tanggap darurat bencana.
dan pelatihan Rumah Sakit X dalam mendukung pelaksanaan
tanggap darurat penanggulangan bencana, upaya yang dilakukan
bencana dengan membuat jadwal siaga bencana yang
4. Organisasi dan Ada dan Belum Sesuai dilaksanakan di seluruh area rumah sakit, dari
tanggung jawab jadwal siaga bencana tersebut memiliki personil
dalam tim tanggap yang diantaranya terdiri dari komando,
darurat bencana pemadam api, evakuasi, dan pengamanan
5. Komunikasi dan Ada dan Sesuai dimana masing-masing personil tersebut
informasi tanggap
memiliki tugasnya masing-masing apabila
darurat bencana
6. Sarana dan prasarana Ada dan Belum sesuai terjadi keadaan darurat.
penyelamatan jiwa Sistem komunikasi yang ada di Rumah Sakit X
apabila terjadi keadaan darurat kebakaran atau
bencana, komando yang bertanggung jawab
akan melaporkan kepada bagian posko security

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 2, 2019


149
dan berkoordinasi dengan bagian terkait untuk Tidak terdapat fasilitas pencahayaan
penanganan keadaan darurat tersebut. Posko darurat untuk sarana jalan keluar pada bangunan
security merupakan pusat laporan pertama gedung yang terletak di dalam tangga darurat, di
apabila terjadi keadaan darurat, serta dekat fasilitas peralatan proteksi kebakaran dan
menginformasikan ke seluruh unit kerja untuk tidak dilakukannya pengujian sistem
mempermudah proses evakuasi, apabila sudah pencahayaan darurat serta tidak terdapat
tidak dapat ditangani maka pihak rumah sakit rekaman tertulis mengenai pengujian sistem
akan meminta bantuan dengan menghubungi pencahayaan darurat. Pencahayaan darurat yang
pihak dari luar rumah sakit seperti pemadam ada di Rumah Sakit X seharusnya diletakaan
kebakaran dan BNPB, serta sistem komunikasi pada fasilitias sarana jalan keluar, disediakan
darurat yang ada di Rumah Sakit X dengan dekat dengan fasilitas peralatan proteksi
menggunakan kode darurat yang terdiri dari: kebakaran dan peralatan lampu darurat harus di
a. Blue code : ada korban berhenti jantung uji secara berkala sehingga siap digunakan pada
atau berhenti nafas. saat terjadi keadaan darurat.
b. Red code : tanda ada kebakaran Pintu darurat yang ada pada bangunan
c. Black code : ada bom gedung perawatan A dalam keadaan terbuka,
d. Purple code : pengumuman pengaktifan akan tidak selalu tertutup dikarenakan merupakan
dimulai evakuasi pasien, pengunjung dan akses tangga darurat yang terkadang digunakan
personel rumah sakit. oleh pekerja untuk akses jalan keluar. Bangunan
e. Green code : ada gempa atau guncangan di gedung perawatan A Rumah Sakit X seharusnya
rumah sakit. dimana pintu darurat yang ada harus dilengkapi
f. Grey code : ada gangguan keamanan di dengan alat penutup otomatis sehingga pintu
rumah sakit. selalu dalam keadaan tertutup, sehingga dapat
g. Pink code : ada penculikan atau digunakan sewaktu-waktu apabila terjadi
kehilangan bayi atau anak keadaan darurat atau bencana.
h. Brown code : pengumuman adanya krisis Tangga darurat yang ada pada bangunan
internal rumah sakit (radioaktif, tumpahan gedung perawatan A dalam keadaan terbuka,
cairan berbahaya, sampah (B3), bakteri dan dikarenakan pintu darurat tersebut tidak dapat
lain-lain. menutup secara otomatis. Tangga darurat yang
Sarana dan Prasarana Penyelamatan Jiwa ada di dalam bangunan gedung perawatan A
Bencana tidak dapat ditanggulangi hanya memiliki satu rel pegangan tangan dan
secara efektif dan cepat tanpa di dukung oleh tanda menunjukan tingkatan lantai tidak semua
sarana dan prasarana yang memadai. Sarana terpasang pada setiap lantai hanya beberapa
penyelamatan jiwa yang terdapat di Rumah lantai yang terpasang tanda tingkatan lantai.
Sakit X antara lain adalah sarana jalan keluar, Seharusnya tangga darurat yang ada pada
petunjuk arah, pintu darurat, tangga darurat, bangunan gedung perawatan A Rumah Sakit X
pencahayaan darurat, tempat berkumpul harus selalu dalam keadaan tertutup, tangga
sementara, serta sarana sistem komunikasi harus memiliki rel pengangan tangan pada kedua
darurat. sisinya, dan terdapat tanda petunjuk yang
Sarana jalan keluar yang ada Rumah menunjukan tingkatan lantai pada setiap
Sakit X belum bebas dari segala hambatan lantainya.
dikarenakan masih banyak barang-barang yang Bangunan gedung perawatan A Rumah
disimpan di bagian tangga darurat sehingga Sakit X telah memiliki tempat berkumpul
akses jalan keluar menjadi terhambat, Hal sementara. Namun tempat berkumpul sementara
tersebut dapat menggangu proses evakuasi dan yang ada di dekat bangunan gedung perawatan
tidak sesuai dengan standar yang berlaku. A juga berfungsi sebagai tempat parkir mobil
Seharusnya bangunan gedung perawatan A yang aktif. Hal ini perlu di evaluasi kembali agar
Rumah Sakit X memiliki sarana jalan keluar lokasi tempat berkumpul sementara tidak
dimana sarana jalan keluar harus bebas dari difungsikan untuk keperluan lain seperti area
segala hambatan yang dapat menggangu tempat parkir. Sehingga kondisi tempat
kelancaran pada saat evakuasi berlangsung. berkumpul sementara cukup aman dari
Penempatan tanda-tanda petunjuk arah kendaraan dan mudah dijangkau oleh penghuni
yang ada di Rumah Sakit X tidak sesuai dengan gedung.
standar. Seharusnya Rumah Sakit X Bangunan gedung perawatan A Rumah
menempatkan tanda petunjuk arah jalan keluar Sakit X telah memiliki sistem komunikasi
sesuai dengan peraturan yang berlaku. darurat berupa sistem deteksi atau alarm

150 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 2, 2019


kebakaran dan sistem telepon untuk 2. Innaqa, S. 2017. Penilaian Risiko Dalam
mengkomunikasikan keadaan darurat. Rangka Pengurangan Risiko Bencana
Tanah Longsor di Kecamatan Citeureup
KESIMPULAN Kabupaten Bogor. Jurnal Prodi
Rumah sakit X di Jakarta Selatan telah Manajemen Bencana, 3, 103–130
memiliki sistem tanggap darurat bencana dalam 3. Komala, I. D. Dan Y. I. (2016). Mitigasi
upaya penanggulangan bencana yang meliputi Bencana Pada Masyarakat Tradisional
kebijakan, prosedur, sumber daya manusia Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Di
dalam pelatihan tanggap darurat bencana, Kampung Naga Kecamatan Salawu
organisasi dan tanggung jawab dalam tim Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Manusia
tanggap darurat bencana, komunikasi dan dan Lingkungan, 23(1), 129–135.
informasi, serta sarana dan prasarana, yang 4. BNPB 2017. Rekap Bencana Tahun 2017.
sudah dilaksanakan diseluruh rumah sakit. Hasil 5. Indonesia, Undang-undang 2009, Undang-
analisa data dan pembahasan mengenai sistem undang Republik Indonesia Nomor 44
tanggap darurat bencana Rumah Sakit X dapat Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Jakarta.
di peroleh kesimpulan sebagai berikut : 6. Harmanto, O., & Widjasena, B. 2015. Pada
a. Rumah Sakit X telah memiliki kebijakan Gedung Bertingkat Di Rumah Sakit X
terkait dengan tanggap darurat bencana. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
b. Rumah Sakit X telah memiliki SOP 3(April). Http://Ejournal-
mengenai tanggap darurat bencana dan S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jkm%0AANAL
dilaksanakan berdasarkan atas instruksi ISIS
pimpinan rumah sakit. 7. Kurniatri, D. M. (2016). Analisis Upaya
c. Sumber daya manusia yang ada di Rumah Kurniatri, D. M.2016. Analisis Upaya
Sakit X telah diberikan pelatihan serta Peningkatan Mutu Manajemen Pelayanan
simulasi untuk meningkatkan kemampuan Bencana Terhadap Korban Bencana Di
serta keterampilan dalam pelaksanaan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
tanggap darurat bencana. Berdasarkan Metode Quality Function
d. Tim tanggap darurat bencana di Rumah Sakit Deployment ( QFD ). Jurnal
X masih ditangani oleh Organisasi K3 atau Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah
komite K3 dan security. Sakit, 5(1), 56–62.
e. Sistem komunikasi dan informasi di Rumah Https://Doi.Org/10.18196/Jmmr.5107.Anali
Sakit X terdiri dari jaringan komunikasi yang sis
terhubung dengan posko security. 8. Arrazy, S., Sunarsih, E., & Rahmiwati, A.
f. Sarana penyelamatan jiwa yang ada di 2014. Penerapan Sistem Manajemen
Rumah Sakit X sudah cukup baik, namun Keselamatan Kebakaran Di Rumah Sakit
masih terdapat beberapa fasilitas yang belum robirin Kabupaten Musi Rawas Tahun
sesuai seperti sarana jalan keluar, tanda 2013. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
petunjuk arah, pencahayaan darurat, pintu 5, 103–111.
darurat, tangga darurat dan tempat 9. Dias, S.2018. BMKG Ungkap Potensi
berhimpun sementara. Gempa Megathrust di Jakarta Demi
Mitigasi. Diakses Juni 28, 2018,
DAFTAR PUSTAKA https://www.cnnindonesia.com/nasional/20
1. Fillah, A. S., dan Fedryansyah, 2016. M. 180302190207-20-280039/bmkg-ungkap-
Program Penanggulangan Bencana Oleh potensi-gempa-megathrust-di-jakarta-demi-
Disaster Management Center (Dmc) mitigasi
Dompet Dhuafa. PROSIDING KS: RISET
& PKM, 3, 155–291.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 2, 2019


151

Anda mungkin juga menyukai