Abstrak
Sistem klasifikasi penyakit merupakan pengelompokan penyakit yang sejenis dengan International Statistical
Classification of Diseases and Related Health Problem Tenth Revisions (ICD-10) untuk istilah penyakit dan
masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Penerapan pengodean harus sesuai ICD-10 guna mendapatkan
kode yang akurat karena hasilnya digunakan untuk mengindeks pencatatan penyakit, pelaporan nasional dan
internasional morbiditas dan mortalitas, analisis pembiayaan pelayanan kesehatan, serta untuk penelitian
epidemiologi dan klinis. Tujuan penelitian ini untuk menetukan strategi perbaikan ketidaktepatan kodefikasi
berkas rekam medis pasien rawat jelan dengan mengidentifikasi faktor penyebab ketidaktepatan kodefikasi
berkas dengan 5M (man, method, machine, material, money) kemudian menggunakan metode CARL
(Capability, Accessability, Readiness, Leverage) untuk menentukan prioritas pemecahan masalah dan
menggunakan PDCA (Plan, Do, Check, Action) untuk penyusunan perbaikan ketidaktepatan kodefikasi
berkas rekam medis pasien rawat jalan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, pengumpulan data
melalui wawancara kepada 4 informan, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab ketidaktepatan kodefikasi berkas rekam medis pasien rawat jalan ialah tidak adanya petugas
maupun coder yang berlatar belakang rekam medis, tidak adanya alat bantu kodefikasi berupa ICD-10, dan
tidak ada SOP koding yang digunakan sebagai pedoman kerja. Saran untuk memperbaiki ketidaktepatan
kodefikasi berkas rekam medis rawat jalan adalah diadakannya alat bantu koding berupa ICD-10 volume 3
dan volume 1, pembuatan SOP kodefikasi serta sosialisasi SOP kodefikasi kepada coder.
1
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
jawab atas pelayanan kesehatan akan laporan sepuluh besar penyakit ataupun klaim
menunjuk kodisi utama yang akan diberi Jamkesmas. Dengan demikian, kode yang
kode dan secara normal kondisi ini diterima akurat mutlak harus diperoleh agar laporan
sebagai subyek yang akan diberi kode sesuai yang dibuat dapat dipertanggung jawabkan.
aturan-aturan morbiditas dan catatan khusus
Di Puskesmas Sukodono Lumajang
masing-masing bab dalam International
pengkodean penyakit tidak dilakukan oleh
Statistical Classification of Diseases and
perekam medis, melainkan dokter dan
Related Health Problems Tenth Revision
perawat. Dari hasil studi pendahuluan yang
(ICD-10).
dilakukan terhadap masing-masing 5 sampel
Pelaksanaan pengodean diagnosis harus berkas rekam medis yang dikode oleh dokter
lengkap dan akurat sesuai dengan arahan maupun perawat, diketahui bahwa ada 60%
ICD-10 (WHO, 2002). Keakuratan kode diagnosis penyakit yang dikode dokter dan
diagnosis pada berkas rekam dipakai sebagai 40% diagnosis penyakit yang dikode oleh
dasar pembuatan laporan. Kode diagnosis perawat tidak akurat. Berdasarkan hasil
pasien apabila tidak terkode dengan akurat observasi selama bulan Juni dengan jumlah
maka informasi yang dihasilkan akan berkas rekam medis 183, terdapat 22 berkas
mempunyai tingkat validasi data yang rekam medis dengan kode akurat sesuai ICD-
rendah, hal ini tentu akan mengakibatkan 10, 41 berkas rekam medis dengan kode
ketidakakuratan dalam pembuatan laporan, tidak akurat, dan 119 berkas rekam medis
misalnya laporan morbiditas rawat jalan, tanpa kode. Berikut tabel hasil observasi:
Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa Ketidaktepatan kodefikasi berkas rekam
faktor yang menyebabkan ketidaktepatan medis akan berdampak terhadap pelaporan 10
kode diagnosis ialah tidak adanya petugas besar penyakit, informasi yang dihasilkan
rekam medis yang berlatar belakang rekam memiliki tingkat validasi rendah, dan
medis, tidak adanya coder yang pernah menyebabkan kesalahan dalam pengambilan
mengikuti pelatihan koding maupun berlatar keputusan oleh Kepala Puskesmas. Untuk
belakang rekam medis, tidak adanya prosedur mengetahui faktor-faktor penyebab
tetap yang mengatur tata cara penentuan kode ketidaktepatan kodefikasi berkas rekam
diagnosis, serta tidak adanya ICD-10 sebagai medis perlu diadakan identifikasi terkait
alat bantu kodefikasi berkas rekam medis. faktor penyebab ketidaktepatan kodefikasi
2
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
2
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
3
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan, kemapuan yang dibuat oleh suatu instansi puskesmas.
profesi melalui penerapan ilmu dan teknologi Standart Procedure Operational (SPO)
yang berkaitan dengan perkembangan di tersebut harus diketahui dan dipenuhi oleh
bidang rekam medis dan informasi kesehatan. semua tenaga kesehatan yang terlibat
didalamnya untuk menunjang
Diagnosis yang terdapat dalam rekam medis
berlangsungnya suatu kegiatan rekam medik
di isi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan
yang sesuai dengan standar atau ketentuan
arahan yang ada pada ICD-10. Dalam
perundang-undangan.
PERMENKES No. 269/ MenKes/ PER/ III/
2008 pasal 1 ayat 6 dinyatakan bahwa catatan Hasil wawancara dari keempat responden
adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dapat diketahui jika di Puskesmas Sukodono
dokter gigi tentang segala tindakan yang Lumajang belum terdapat SOP koding
dilakukan kepada pasien dalam rangka penyakit. Namun keempat responden juga
pemberian pelayanan kesehatan dan pasal 2 mengetahui jika adanya SOP itu penting.
ayat 1 rekam medis harus dibuat secara Menurut Notoatmodjo (2012) menyatakan
tertulis, lengkap dan jelas atau secara bahwa, melakukan pekerjaan secara efisien
elektronik. Karena penulisan diagnosa oleh tidak hanya tergantung pada kemampuan atau
dokter maupun perawat juga berdampak pada keterampilan pekerja semata tetapi juga
ketepatan kodefikasi berkas rekam medis. dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satu
diantaranya adalah standar prosedur kerja
Penulisan diagnosa yang tidak lengkap yang berisikan uraian tugas yang jelas atau
mengakibatkan ketidaktepatan kodefikasi adanya Standart Procedure Operational
berkas rekam medis yang kemudian (SPO).
berpengaruh terhadap pengelolahan data
yang membuat laporan menjadi tidak spesifik 3) Machine
dan akurat, misalnya laporan morbiditas Kegiatan pengelolahan rekam medis salah
rawat jalan, dan laporan 10 besar penyakit di satunya dibagian kodefikasi berkas rekam
Puskesmas Sukodono Lumajang. Hal tersebut medis, terdapat sarana dan prasarana yang
terbukti pada saat peneliti melakukan survei menunjang seperti adanya buku ICD-10
pendahuluan, peneliti menanyakan laporan volume 3 dan volume 1 atau komputer yang
10 besar penyakit yang ada di Puskesmas sudah terinstall aplikasi ICD-10 elektronik.
Sukodono Lumajang namun petugas tidak ICD-10 merupakan alat bantu yang
dapat menunjukkan laporan tersebut. Kode digunakan untuk melakukan kodefikasi
diagnosis yang salah maupun tidak spesifik penyakit. Petugas rekam medis maupun
dan akurat juga menyebabkan informasi yang petugas kodefikasi berkas rekam medis
dihasilkan mempunyai tingkat validasi data kebanyakan tidak menggunakan ICD-10
yang rendah juga menyebabkan kesalahan dalam melakukan kodefikasi rekam medis,
dalam pengambilan keputusan oleh kepala bahkan petugas tidak mengetahui kegunaan
puskesmas maupun dinas kesehatan. buku ICD-10.
2) Method Kesimpulan dari wawancara dengan
Method yang dimaksud dalam identifikasi responden yaitu di Puskesmas Sukodono
penelitian merujuk pada pelaksanaan SPO Lumajang tidak memiliki buku ICD-10,
kodefikasi berkas rekam medis di Puskesmas sehingga petugas yang melakukan kodefikasi
Sukodono Lumajang. Dalam pengelolahan berkas rekam medis menggunakan internet
rekam medis harus memiliki Standart untuk mencari kode diagnosa tersebut dan
Procedure Operational (SPO) atau kebijakan
4
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
kode diagnosa yang didapat dari internet menunjang kebutuhan pelaksanaan rekam
belum diketahui kebenarannya. Keadaan di medis bagi puskesmas.
Puskesmas Sukodono Lumajang tidak sesuai
dengan Hatta (2013:139) bahwa pelaksanaan Berdasarkan hasil wawancara, untuk
kodefikasi berkas rekam medis harus penyediaan anggaran buku ICD-10 belum
menggunakan ICD-10. ada rencana. Hal ini dikarenakan kepala
rekam medis tidak memiliki rencana
4) Material pengadaan buku ICD-10 sebagai penunjang
Material yang dimaksud dalam identifikasi pengelolaan rekam medis. Salah satu
penelitian merujuk pada kejelasan informasi kompetensi pendukung yang dimiliki
yang tercatat dalam berkas rekam medis. profesional perekam medis D-III adalah
Berkas rekam medis yang baik harus dapat menyusun anggaran. (Kepmenkes RI Nomor
memuat informasi yang memadai bagi dokter 377/ Menkes/ SK/ III/ 2007). Keadaan di
yang merawat, pasien sendiri, petugas Puskesmas Sukodono Lumajang tidak
pemberi pelayanan lainya seperti perawat berbanding lurus dengan peraturan yang ada,
maupun bagi puskesmas itu sendiri. Rekam karena kepala rekam medis tidak memiliki
medis harus mampu memberi data yang rencana dalam penyusunan anggaran.
cukup terperinci, sehingga dokter dapat
mengetahui bagaimana pengobatan dan 3.2 Menentukan Prioritas Penyebab
perawatan kepada pasien. Ketidaktepaan Kodefikasi Berkas
Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Berdasarkan hasil wawancara kejelasan dengan CARL (Capability,
informasi yang dituliskan oleh dokter Accessabiity, Readiness, and Leverage )
maupun perawat sudah terbaca jelas. Karena
Hasil dari proses CARL yang telah dilakukan
rekam medis harus dibuat secara tertulis,
untuk penyekoran setiap solusi diatas dapat
lengkap dan jelas. Karena kejelasan
dimasukkan kedalam tabel perhitungan
penulisan diagnosa oleh dokter maupun
metode CARL dengan mengkalikan setiap
perawat juga berdampak pada ketepatan
indikator untuk mencari nilai tertinggi dari
kodefikasi berkas rekam medis oleh coder.
hasil perkalian yang telah diperoleh sehingga
5) Money dapat diketahui prioritas pemecahan masalah
Money yang dimaksud dalam indentifikasi dari permasalahan yang ada. Berikut adalah
penelitian merujuk pada anggaran yang tabel rekapitulasi hasil perkallian dengan
digunakan dalam rekam medis bagian menggunakan metode CARL:
kodefikasi berkas rekam medis untuk
5
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
Berdasarkan hasil skoring dari pemecahan ICD-10 volume 3 dan volume 1 dan
masalah yang telah dilaksanakan, didapatkan pengadaan SOP kodefikasi berkas rekam
hasil bahwa pada unsur man mendapat skor 20, medis.
unsur machine 36, unsur method mendapat skor Dari kesepakatan brainstorming, untuk
384, unsur material mendapat skor 28, dan unsur proses plan telah disepakati pembentukan
money mendapat skor 22. Hasil skoring tersebut, SOP koding penyakit sebagai pedoman kerja
dapat diambil ranking untuk menjadi prioritas petugas koding dan pengadaan buku ICD-10
pemecahan masalah dalam ketidaktepatan untuk membantu coder dalam pelaksanaan
kodefikasi berkas rekam medis pasien rawat koding. Dalam pelaksanaan plan peneliti
jalan ialah dengan menyediakan alat bantu membutuhkan waktu 2 minggu untuk
kodefikasi berupa ICD-10 volume 3 dan volume membuat SOP koding yang kemudian
1 dan pengadaan SOP kodefikasi berkas rekam disosialisasikan kepada petugas rekam
medis. Pemecahan masalah tersebut cukup medis khususnya coder.
mampu menjadi prioritas pemecahan masalah.
2) Do
3.3 Penyusunan strategi perbaikan dengan Setelah menyusun SOP koding peneliti
PDCA (Plan, Do, Check, Action) melakukan uji coba dengan menerapkan SOP
1) Plan koding serta penyediaan buku ICD-10.
Penetuan prioritas permasalahan diatas yakni Selama pelaksanaan peneliti memberikan
menyediakan alat bantu kodefikasi berupa sosialisasi dengan cara melihat proses coder
ICD-10 volume 3 dan volume 1 dan melakukan kodefikasi kemudian menjelaskan
pengadaan SOP kodefikasi berkas rekam alur-alurnya sesuai SOP koding yang telah
medis, sehingga peneliti menyusun upaya disusun. Kegiatan do dilaksanakan selama 1
perbaikan pemecahan masalah tersebut bulan di Puskesmas Sukodono Lumajang
dengan menggunakan PDCA. Pada tahap ini dengan bantuan lembar observasi.
peneliti menentukan tujuan dari capaian yang
diinginkan dan proses apa saja yang 3) Check
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tujuan Pada tahap ini peneliti mengevaluasi apakah
dari penelitian ini yaitu seluruh berkas rekam rencana yang disusun telah mencapai tujuan
medis pasien rawat jalan terkodefikasi secara yang diinginkan dengan cara melakukan
tepat dan akurat. Dari hasil skoring pengecekan terhadap berkas rekam medis
ditetapkan jika pemecahan masalah dengan pasien rawat jalan yang di koding oleh coder
menyediakan alat bantu kodefikasi berupa selama 1 bulan kemudian meminta bantuan
1
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
verifikator eksternal untuk memeriksa apakah e) Tidak ada masalah yang ditimbulkan
koding yang diberikan coder sudah sesuai dari faktor material karena coder di
dengan aturan ICD-10. Puskesmas Sukodono Lumajang
dokter dan perawat
4) Action f) Tidak ada masalah yang ditimbulkan
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah dari faktor money
melaksanakan perbaikan rencana kerja. 2. Prioritas pemecahan masalah dalam
Melakukan penyempurnaan rencana kerja ketidaktepatan kodefikasi berkas rekam
atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan medis pasien rawat jalan ialah dengan
dengan cara penyelesaian masalah ini. Untuk metode CARL yaitu dengan menyediakan
selanjutnya rencana kerja yang telah alat bantu kodefikasi berupa ICD-10
diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. volume 3 dan volume 1 dan pengadaan
SOP kodefikasi berkas rekam medis.
3.3 Pengacuan pustaka pemecahan masalah tersebut cukup
Daftar pustaka hanya memuat referensi mampu menjadi prioritas pemecahan
yang digunakan dalam menulis sitasi pada
masalah.
artikel. Sebaiknya menggunakan pustaka text
book/buku dalam 10 tahun terakhir (20%) 3. Pada tahap Plan penelitian menyediakan
dan jurnal/publikasi sejenis dalam 5 tahun ICD-10 untuk membantu koder dalam
terakhir (80%). Jumlah pustaka yang melaksanakan kodefikasi, membuat SOP
digunakan antara 10-20 rujukan. Daftar koding khusus berkas rekam medis
pustaka ditulis menggunakan sistem Harvard pasien rawat jalan, dan erkonsultasi
yang berisi nama-tahun disusun menurut dengan kepala rekam medis Puskesmas
urutan abjad nama penulis. Penulisan sitasi
Sukodono, serta memberikan sosialisasi
dapat menggunakan aplikasi seperti Zotero,
EndNote, Mendeley. Contoh penulisan daftar SOP koding kepada koder
pustaka ada di bagian bawah template ini. 4. Pada tahap Do peneliti melakukan
4. Simpulan dan Saran konsultasi kepada kepala rekam medis
4.1 Simpulan terkait SOP koding yang dibuat,
Dari hasil uraian serta pembahasan dari melakukan sosialisasi SOP koding
penelitian tentang Strategi Perbaikan kepada coder, memonitoring koder pada
Ketidaktepatan Kodefikasi Berkas Rekam saat melaksanakan kodefikasi dengan
Medis Pasien Rawat Jalan Berdasarkan bantuan lembar observasi
ICD-10 dengan PDCA di Puskesmas 5. Pada tahap Check peneliti melakukan
Sukodono Lumajang didapatkan pengecekan terhadap berkas rekam medis
kesimpulan: rawat jalan yang sudah di kodefikasi oleh
1. Masalah yang ditimbulkan dari faktor coder
Man, Machine, Method, Material, Money 6. Pada tahap Action didapatkan bahwa
yaitu: pembuatan SOP koding dan penyediaan
a) Pendidikan tidak berlatar belakang alat bantu berupa ICD-10 volume 3 dan 1
rekam medis dapat membantu coder dalam melakukan
b) Pengetahuan petugas rekam medis kodefikasi berkas rekam medis
yang kurang
c) Tidak adanya ICD-10 di Puskesmas 4.2 Saran
Hasil penelitian tentang Strategi Perbaikan
Sukodono Lumajang
Keetidaktepatan Kodefikasi Berkas
d) Tidak ada SOP koding yang digunakan
Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
sebagai pedoman kerja
Berdasarkan ICD-10 dengan PDCA di
2
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
Puskesmas Sukodono Lumajang, maka Kep, Ns. M.Kes selaku dosen penguji 3
peneliti merekomendasikan beberapa 6. Sahabat-sahabat MUTLAK saya,
saran sebagai berikut: Varandini Hernandia, Wulansari A. Putri,
a Pihak Puskesmas Sukodono perlu Devie Antaliya, M. Suudin Haris, Prajna
melakukan evaluasi terhadap unsur 5M Pramitha, Ivon Mustika, dan Zellina
(man, machine, method, material, money) Fritamaya yang selalu memberi
yang menjadi penyebab ketidaktepatan dukungan serta masukan dalam
kodefikasi berkas rekam medis pasien mengerjakan skripsi
rawat jalan 7. Staff Puskesmas Sukodono Lumajang
b Pihak Puskesmas Sukodono perlu yang telah membantu saya dalam
mempertimbangkan prioritas pemecahan penelitian.
masalah CARL (Capability, Accessability,
Readiness, and Leverage) Daftar Pustaka
c Pada penelitian selanjutnya diharapkan Asmaratih. (2014) Analisa Keakuratan Kode
peneliti melakukan proses Plan Diagnosis Utama Neoplasma yang
(perencanaan) untuk prioritas masalah Sesuai Dengan Kaidah Kode Icd-10
yang telah di skoring CARL (Capability, Pada Dokumen Rekam Medis Rawat
Accessability, Readiness, and Leverage) Inap Di RSUD Tugurejo Semarang
Periode Triwulan 1 Tahun 2014.
d Dalam proses Do pihak Puskesmas Semarang: Dian Nuswantoro
Sukodono sebaiknya mengesahkan University Semarang
peraturan tetap atau SOP kodefikasi
sebagai pedoman kerja petugas DepKes RI, (2008) Tentang Sistem
e Pihak Puskesmas Sukodono dalam Check Pengelolaan Rekam Medis di
(pemeriksaan) kinerja petugas lebih Puskesmas. Jakarta : Direktorat
ditingkatkan Jendral Pelayanan Medik
f Pihak Puskesmas Sukodono perlu Action
DepKes RI. (2006). Pedoman penggunaan
(menindaklanjuti) dalam perencanaan
ICD-10 dan ICD-9 CM. Jakarta:
ketidaktepatan kodefikasi berkas rekam
Departemen Kesehatan RI.
medis pasien rawat jalan
Dorland, W. A. (2015). Dorland's Pocket
Ucapan Terima Kasih
Medical Dictionary. In A. A. Mahode,
Terimakasih kepada: Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi
1. Kedua Orang Tua saya, Ibu Yusnika 29 (p. 309). Jakarta: EGC
Pratiwi dan Bapak Parno
2. Kedua adik saya, Abdul Azis Dwi Harianto Nur Seha. 2015. Evaluasi Sistem
Pratikno dan Mutiara Adisty Putri Pengelolaan Dokumen Rekam Medis
Anggraeni yang selalu menghibur saya di Klinik VCT Puskesmas Puger
disaat saya stress dalam mengerjakaan Tahun 2014. Politeknik Negeri
skripsi Jember
3. dr. Novita Nuraini, M.A.R.S selaku
pembimbing yang selalu memberikan Jeff B, Rano I S, Ninawati. (2013). Analisis
bimbingan dan semangat. Keakuratan Kode Diagnosis Fracture
4. dr. Rinda Nurul Karimah, M. Kes selaku Femur Pada Dokumen Rekam Medis
dosen penguji 1 Periode Tahun 2012 Di RSUD Tidar
5. Bapak Dony Setiawan Hendyca Putra, S. Kota Magelang. Jurnal Manajemen
3
Prosiding Seminar Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan