Anda di halaman 1dari 9

Jkesvo (Jurnal Kesehatan Vokasional)

Vol. 2 No 1 – Mei 2017


ISSN 2541-0644 (Print)
Dapat di akses di http://journal.ugm.ac.id/jkesvo

Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode


Diagnosis Rawat Jalan oleh Petugas Kesehatan di Puskesmas
Bambanglipuro Bantul
Defa Miftara Agustine1, Rita Dian Pratiwi2
Diploma III Rekam Medis Sekolah Vokasi UGM1,2
miftara.agustine@gmail.com1, ritadianp@ugm.ac.id2

ABSTRAK
Latar Belakang: Semua pelayanan medis dan non medis di Puskesmas harus didokumentasikan
dalam suatu berkas disebut rekam medis. Salah satu data yang dituliskan dalam berkas rekam medis,
SIMPUS, dan P-Care adalah diagnosis dan kodenya. Pelaksanaan sistem klasifikasi klinis dan
kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan kesehatan harus sesuai terminologi medis yang benar.
Pemberian kode diagnosis ini berdasarkan pada sistem klasifikasi penyakit yang ditetapkan oleh
WHO saat ini yaitu ICD-10. Hasil studi dokumentasi terhadap 10 sampel berkas rekam medis rawat
jalan yang dikode oleh petugas kesehatan, ditemukan 60% kode tidak akurat dan 80% terminologi
medis tidak tepat atau tidak sesuai dengan ICD-10.
Tujuan: Mengetahui hubungan ketepatan terminologi medis dengan keakuratan kode diagnosis rawat
jalan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul.
Metode: Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
diagnosis rawat jalan beserta kodenya selama bulan Januari 2017. Teknik sampling yang digunakan
yaitu systematic random sampling. Analisis data menggunakan analisis bivariate dengan program R.
Hasil: Dari sampel sebanyak 360 diagnosis rawat jalan beserta kodenya, terdapat 82 (22,8%)
terminologi medis tepat dan 278 (77,2%) terminologi medis tidak tepat, serta kode diagnosis rawat
jalan akurat sebanyak 127 (35,3%) kode dan kode diagnosis rawat jalan tidak akurat sebanyak 233
(64,7%) kode. Dari hasil uji statistik Chi-squared Test, diperoleh nilai p-value sebesar 0,03376 yang
menunjukkan bahwa Ha diterima dengan nilai Odd Ratio (OR) sebesar 1,7.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara ketepatan terminologi medis dengan keakuratan kode
diagnosis rawat jalan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul. Peluang
terminologi medis tidak tepat menyebabkan ketidakakuratan kode diagnosis rawat jalan 1,7 kali lebih
besar dibandingkan terminologi medis tepat.
Kata kunci: Ketepatan, Terminologi Medis, Keakuratan, Kode Diagnosis, ICD-10

ABSTRACT
Background: All medical and non-medical services in primary health center should be recorded in a
document called medical record. One of the data that should be written down in the medical record
document, SIMPUS, and P-Care is patient’s diagnosis and its codes. The implementation of disease
and clinical classification system which related to health problems should be appropriate with correct
medical terminology. The determining of the diagnosis code is based on the disease classification
system which stated by WHO today, that is called ICD-10. Based on documentation study by sample
of 10 outpatient medical record documents coded by health care practitioners, found 60% inaccurate
codes and 80% imprecise medical terminologies.
Objective: To know the correlation between the precision of medical terminology and the accuracy of
diagnosis codes by health care practitioners in Puskesmas Bambanglipuro Bantul.
Methods: This research was analytical survey research with quantitative approach. The study design
was cross-sectional. The population of this research was all outpatient diagnoses with their codes in
January 2017. The samples were taken by systematic random sampling technique. Data analysis of this
research was bivariate analysis with R program.
Results: Based on 360 samples of outpatient diagnoses and their codes, there were 82 (22.8%) precise
medical terminologies and 278 (77.2%) imprecise medical terminologies, as well as the accurate
diagnosis codes were 127 (35.3%) codes and the inaccurate diagnosis codes were 233 (64.7%) codes.
From the result of Chi-squared statistical test, it was obtained p-value of 0.03376 which showed that
Ha was accepted with OR of 1.7.
Conclusion: There is a correlation between the precision of medical terminology and the accuracy of
diagnosis codes for outpatient by health care practitioners in Puskesmas Bambanglipuro Bantul. The
probability of imprecise medical terminology causing inaccurate outpatient diagnosis code is 1.7 times
bigger than the precise medical terminology.
Keywords: Precision, Medical Terminology, Accuracy, Diagnosis Code, ICD-10
113
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

PENDAHULUAN singkatan atau istilah dalam penulisan


Semua pelayanan medis dan non diagnosis diperlukan adanya
medis di Puskesmas harus keseragaman dan konsisten dalam
didokumentasikan dalam suatu berkas penggunaan terminologi medis sesuai
atau catatan yang disebut rekam medis. ICD-10 untuk lebih meningkatkan
Untuk menunjang proses pelayanan, keakuratan kode diagnosis (Khabibah dan
penyimpanan data, dan pelaporan data di Sugiarsi, 2013). Dalam penelitian
Puskesmas, maka dikembangkan suatu Paramitasari (2015) juga disebutkan
sistem informasi yang disebut Sistem bahwa diagnosis yang belum
Informasi Manajemen Puskesmas menggunakan bahasa medis dan masih
(SIMPUS) dan aplikasi Primary Care BPJS terdapat singkatan menjadi salah satu
(P-Care) khusus untuk pasien BPJS. kendala dalam pengodean diagnosis
SIMPUS dan P-Care merupakan salah satu pasien di Puskesmas Jepon.
bentuk rekam medis elektronik yang Puskesmas Bambanglipuro sudah
didalamnya terdapat catatan medis memiliki satu petugas rekam medis. Akan
pasien. tetapi, pengodean diagnosis di Puskesmas
Salah satu data yang dituliskan dalam Bambanglipuro Bantul tidak dilakukan
berkas rekam medis, SIMPUS, dan P-Care oleh petugas rekam medis, melainkan
adalah kode diagnosis yang diderita dilakukan oleh petugas kesehatan yang
pasien. Pengodean diagnosis seharusnya tidak memiliki kompetensi kodefikasi
dilakukan oleh petugas rekam medis yang penyakit, seperti dokter, bidan, dan
memiliki kompetensi terkait klasifikasi perawat. Selain itu, kode diagnosis di
dan kodefikasi penyakit sesuai dengan Puskesmas Bambanglipuro Bantul tidak
Kepmenkes Nomor 377 Tahun 2007 diperoleh dari buku ICD-10, melainkan
tentang Standar Profesi Perekam Medis dari internet. Puskesmas Bambanglipuro
dan Informasi Kesehatan yang Bantul juga belum memiliki Standar
disempurnakan dalam Permenkes Nomor Prosedur Operasional (SPO) yang
55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan mengatur tentang tata cara pengisian item
Pekerjaan Perekam Medis. Dalam pada lembar rawat jalan dan tata cara
peraturan tersebut disebutkan bahwa pengodean diagnosis.
perekam medis memiliki wewenang Berdasarkan studi pendahuluan yang
untuk melaksanakan sistem klasifikasi dilakukan oleh peneliti melalui
klinis dan kodefikasi penyakit yang wawancara pada tanggal 10 Januari 2017,
berkaitan dengan kesehatan dan tindakan petugas rekam medis Puskesmas
medis sesuai terminologi medis yang Bambanglipuro Bantul menyatakan
benar. Pemberian kode diagnosis bahwa keakuratan kode diagnosis sangat
berdasarkan pada sistem klasifikasi penting karena berkaitan dengan validitas
penyakit yang ditetapkan oleh WHO saat laporan Puskesmas. Akan tetapi, dari hasil
ini yaitu International Statistical studi dokumentasi terhadap 10 sampel
Classification of Diseases and Related berkas rekam medis rawat jalan yang
Health Problems (ICD) Tenth Revision dikode oleh petugas kesehatan,
atau ICD-10. ditemukan 60% kode yang tidak akurat.
Berdasarkan penelitian Pramono Dari keseluruhan sampel berkas rekam
(2012) dari 385 berkas rekam medis di medis rawat jalan tersebut terdapat 80%
Puskesmas Gondokusuman II Kota terminologi medis yang digunakan tidak
Yogyakarta ditemukan 174 kode (45,2%) tepat atau tidak sesuai dengan ICD-10.
akurat dan 211 kode (54,8%) tidak akurat. Dari 80% terminologi medis yang tidak
Salah satu penyebab ketidakakuratan tepat tersebut, 50% kode diagnosis tidak
kode tersebut adalah tidak sesuainya akurat. Oleh karena itu, peneliti tertarik
kualifikasi SDM yang bertugas mengode untuk melakukan penelitian mengenai
diagnosis. Selain itu, ketidakakuratan hubungan ketepatan terminologi medis
kode diagnosis juga dapat disebabkan dengan keakuratan kode diagnosis rawat
oleh ketidaktepatan terminologi medis jalan oleh petugas kesehatan di Puskesmas
yang digunakan oleh dokter. Penulisan Bambanglipuro Bantul.

114
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

Penelitian ini bertujuan untuk merupakan kata benda yang


mengetahui hubungan antara ketepatan memaparkan kondisi patologis.
terminologi medis dengan keakuratan c. Baca dengan seksama dan ikuti
kode diagnosis rawat jalan oleh petugas petunjuk catatan yang muncul di
kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro bawah istilah yang akan dipilih pada
Bantul. ICD-10 Volume 3.
Rekam Medis d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda
Huffman (1994) menyatakan bahwa kurung “()” sesudah lead term (kata
rekam medis berisi data klinis pasien yang yang terdapat di dalam tanda kurung
mencakup diagnosis dan tindakan yang merupakan modifier yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Data klinis mempengaruhi kode).
biasanya dibagi menjadi data medis, data e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan
perawatan, dan data tambahan. Menurut silang (cross reference) dan perintah
Hatta (2013) rekam medis atau rekam see dan see also yang terdapat dalam
kesehatan terbagi dalam dua jenis praktik, indeks abjad.
yaitu tradisional (kertas) dan modern f. Lihat daftar tabulasi (ICD-10 Volume
(elektronik/komputer). 1) untuk mencari nomor kode yang
Dalam praktik manajemen rekam paling tepat.
kesehatan secara tradisional, g. Ikuti pedoman Inclusion dan
pengumpulan data dilakukan melalui Exclusion pada kode yang dipilih atau
format kertas dan disimpan dalam map, bagian bawah suatu bab (chapter),
sedangkan praktik era modern blok, kategori, atau subkategori.
mengumpulkan, menyimpan, dan h. Tentukan kode yang dipilih.
menganalisis data atau informasi melalui i. Lakukan analisis kuantitatif dan
sistem rekam kesehatan elektronik yang kualitatif data diagnosis yang dikode
interaktif. Dalam rekam kesehatan kertas untuk memastikan kesesuaiannya
maupun komputerisasi, isi rekam dengan pernyataan dokter tentang
kesehatan dibagi dalam data administrasi diagnosis utama pada formulir rekam
dan data klinis. medis pasien guna menunjang aspek
Pengodean legal rekam medis.
Menurut Budi (2011) kegiatan Terminologi Medis
pengodean adalah pemberian penetapan Terminologi medis adalah ilmu
kode dengan menggunakan huruf dan peristilahan medis (istilah medis) yang
angka atau kombinasi antara huruf dan merupakan bahasa khusus antar profesi
angka yang mewakili komponen data. medis/kesehatan baik dalam bentuk
Kegiatan yang dilakukan dalam tulisan maupun lisan; sarana komunikasi
pengodean meliputi kegiatan pengodean antara mereka yang berkecimpung
diagnosis penyakit dan pengodean langsung maupun tidak langsung di
tindakan medis. Tenaga rekam medis bidang asuhan/pelayanan kesehatan;
sebagai pemberi kode bertanggung jawab serta sumber data dalam pengolahan dan
atas keakuratan kode. Menurut Abdelhak, penyajian dari diagnosis dan tindakan
dkk (2010) rekam medis dapat dikode medis/operasi khususnya di bidang
dengan hasil yang dapat dipercaya, benar, aplikasi ICD, ICOPIM, ICHI yang
dan lengkap serta dilakukan dengan tepat memerlukan akurasi dan presisi tinggi
waktu sehingga dapat digunakan untuk yang merupakan data dasar otentik bagi
pengambilan keputusan rekam medis. statistik morbiditas dan mortalitas
Berikut ini sembilan langkah dasar dalam (Nuryati, 2011). Menurut Kasim dan
menentukan kode menurut Kasim dalam Erkadius dalam Hatta (2013) terminologi
Hatta (2013): medis merupakan sistem yang digunakan
a. Tentukan tipe pernyataan yang akan untuk menata daftar kumpulan istilah
dikode dengan ICD-10 Volume 3. medis penyakit, gejala, dan prosedur.
b. Lead term (kata panduan) untuk Istilah-istilah penyakit atau kondisi
penyakit dan cedera biasanya gangguan kesehatan harus sesuai dengan

115
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

istilah yang digunakan dalam suatu prosedur-prosedur yang sejenis ke dalam


sistem klasifikasi penyakit. satu grup nomor kode penyakit dan
Ketepatan dan Keakuratan Kode tindakan yang sejenis. Penerapan
Diagnosis pengodean sistem ICD digunakan untuk
Menurut Kamus Besar Bahasa mengindeks pencatatan penyakit dan
Indonesia Online, ketepatan berasal dari tindakan di sarana pelayanan kesehatan,
kata ‘tepat’ yang mendapat awalan ke- masukan bagi sistem pelaporan diagnosis
dan akhiran -an. Kata tepat berarti hal medis, pelaporan nasional dan
yang betul atau lurus (arah, jurusan); kena internasional morbiditas dan mortalitas,
benar (pada sasaran, tujuan, maksud, dan tabulasi data pelayanan kesehatan bagi
sebagainya); tidak ada selisih sedikitpun, proses evaluasi perencanaan pelayanan
tidak kurang dan tidak lebih, persis; betul medis, serta untuk penelitian
atau cocok (tentang dugaan, ramalan, dan epidemiologi dan klinis.
sebagainya); betul atau mengena (tentang METODE
perkataan, jawaban, dan sebagainya). Jenis penelitian
Kode diagnosis dikatakan tepat dan Penelitian ini merupakan jenis
akurat apabila sesuai dengan yang tertulis penelitian survei analitik dengan
dalam ICD-10 sebagaimana pendekatan kuantitatif. Rancangan
penggunaannya di Indonesia diatur dalam penelitian yang digunakan yaitu
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor rancangan cross-sectional. Penelitian ini
50 Tahun 1998. Pada beberapa blok dalam meneliti ketepatan terminologi medis
ICD-10 tidak cukup hanya sampai (variabel bebas) dan keakuratan kode
karakter ketiga atau keempat, tetapi diagnosis rawat jalan oleh petugas
terdapat penambahan karakter kelima kesehatan (variabel terikat) pada waktu
untuk menunjukkan letak anatomi pada bersamaan atau pada satu waktu tertentu,
Bab XIII, jenis fraktur dan cedera (tertutup lalu menguji hubungan antara kedua
atau terbuka) pada Bab XIX, serta macam variabel secara statistik.
aktivitas saat kejadian pada Bab XX. Populasi dan Sampel
Menurut Hatta (2013) proses pengodean Menurut Sugiyono (2012) populasi
harus dimonitor untuk beberapa elemen adalah wilayah generalisasi yang terdiri
sebagai berikut. dari atas objek/subjek yang mempunyai
a. Konsisten bila dikode oleh petugas kualitas dan karakteristik tertentu yang
berbeda kode tetap sama (reliability) ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
b. Kode tepat sesuai diagnosis dan dan kemudian ditarik kesimpulannya.
tindakan (validity) Populasi penelitian ini yaitu semua
c. Mencakup semua diagnosis dan diagnosis rawat jalan beserta kodenya
tindakan yang ada di rekam medis pada bulan Januari 2017 yang berjumlah
(completeness) 4.294 diagnosis. Jumlah sampel dalam
d. Tepat waktu (timeliness) penelitian ini sebanyak 360 diagnosis
ICD-10 rawat jalan beserta kodenya. Sampel
Dalam Hatta (2013) disebutkan diambil dengan teknik systematic random
bahwa ICD-10 disebarluaskan dan sampling. Teknik pengumpulan data yaitu
digunakan secara internasional oleh WHO studi dokumentasi terhadap berkas rekam
sejak tahun 1992. Indonesia menetapkan medis dan tampilan rekam medis
untuk menggunakan ICD-10 pada tahun elektronik dalam SIMPUS. Instrumen
1998 melalui SK Menkes RI Nomor untuk mengumpulkan data yaitu checklist
50/MENKES/KES/SK/I/1998 (Budi, studi dokumentasi.
2011). Menurut Hatta (2013) International Uji Validitas dan Reliabilitas
Statistical Classification of Diseases and Instrumen yang digunakan untuk
Related Health Problems atau ICD adalah mengukur ketepatan terminologi medis
sistem klasifikasi yang komprehensif dan dan keakuratan kode diagnosis pasien
diakui secara internasional. Sistem rawat jalan dalam penelitian ini yaitu ICD-
klasifikasi penyakit adalah sistem yang 10. Teknik validitas dalam penelitian ini
mengelompokkan penyakit-penyakit dan menggunakan content validity (validitas

116
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

isi). Instrumen ini sudah valid karena menggunakan istilah medis yang sesuai
dibuat oleh WHO. Di Indonesia, dengan ICD-10. Sebaliknya, terminologi
penggunaan instrumen ini sudah diatur medis dalam penulisan diagnosis
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI dikatakan tidak tepat apabila
Nomor 50 Tahun 1998. Adapun menggunakan istilah medis yang tidak
penentuan ketepatan terminologi medis sesuai dengan ICD-10, seperti
dan keakuratan kode diagnosis rawat menggunakan istilah bahasa Indonesia
jalan yang dilakukan oleh peneliti atau singkatan. Berdasarkan hasil studi
dikonsultasikan kepada dosen pengampu dokumentasi terhadap 360
mata kuliah Kodefikasi dan Klasifikasi diagnosis/kasus rawat jalan selama bulan
Penyakit dan Masalah Terkait (KKPMT) Jnauari 2017, terdapat 82 (22,8%)
dari Universitas Gadjah Mada agar terminologi medis yang tepat dan 278
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. (77,2%) terminologi medis yang tidak
Uji reliabilitas data dalam penelitian tepat. Berikut ini distribusi data ketepatan
ini yaitu reliabilitas test-retest. Dalam terminologi medis pada lembar rawat
penelitian ini, peneliti melakukan jalan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul.
pengambilan data terhadap ketepatan Distribusi Frekuensi Ketepatan
terminologi medis pada lembar rawat Terminologi Medis pada Lembar
jalan dan keakuratan kode diagnosis Rawat Jalan
rawat jalan oleh petugas kesehatan secara
berulang pada waktu yang berbeda. 100.0%
77.2%
Analisis Data 80.0%
Tahapan-tahapan yang dilakukan
60.0%
dalam analisis bivariate menurut
Notoatmodjo (2012) meliputi: 40.0%
22.8%
1. Analisis Univariate (Analisis 20.0%
Deskriptif)
0.0%
Analisis univariate dilakukan untuk Tepat Tidak Tepat
mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel penelitian. Dalam Gambar 1. Diagram Batang Ketepatan
analisis ini, dihasilkan persentase Terminologi Medis pada Lembar Rawat Jalan
ketepatan terminologi medis pada Terminologi medis yang tidak tepat
lembar rawat jalan dan keakuratan dikategorikan menjadi dua, yaitu
kode diagnosis rawat jalan oleh menggunakan bahasa medis dan bahasa
petugas kesehatan. non medis. Berikut ini contoh terminologi
2. Analisis Bivariate medis tidak tepat yang menggunakan
Analisis bivariate dilakukan terhadap bahasa medis di Puskesmas
dua variabel yang diduga Bambanglipuro Bantul.
Tabel 1. Penggunaan Bahasa Medis
berhubungan atau berkorelasi. Dalam
No Terminologi Terminologi
penelitian ini, peneliti menguji
. Medis pada Medis
hubungan antara ketepatan Lembar Rawat Berdasarkan
terminologi medis dengan keakuratan Jalan ICD-10
kode diagnosis rawat jalan oleh 1 HT/HT S.I/HT Hypertension
petugas kesehatan. Uji statistik yang S.II/HT grade II
digunakan yaitu Chi-squared Test 2 CHF Congestive heart
dengan bantuan program R. failure
HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Asma Br. Bronchial asthma
Ketepatan Terminologi Medis pada 4 VE Excoriation
5 VL Laceration
Lembar Rawat Jalan
Data ketepatan terminologi medis
didapatkan dari item diagnosis pada Penggunaan istilah HT sangat
bervariasi. HT di bidang kesehatan
lembar rawat jalan. Terminologi medis
yang digunakan dalam penulisan merupakan istilah untuk tekanan darah
diagnosis dikatakan tepat apabila tinggi. Istilah HT dikategorikan tidak
tepat karena dalam ICD-10 tidak terdapat

117
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

istilah singkatan. Penulisan yang tepat Frekuensi untuk kategori akurat sebanyak
sesuai ICD-10 seharusnya adalah 127 (35,3%) kode diagnosis, sedangkan
Hypertension. Berikut ini contoh kategori tidak akurat sebanyak 233 (64,7%)
terminologi medis tidak tepat yang kode diagnosis. Distribusi data keakuratan
menggunakan bahasa non medis di kode diagnosis rawat jalan oleh petugas
Puskesmas Bambanglipuro Bantul. kesehatan, digambarkan dengan diagram
Tabel 2. Penggunaan Bahasa Non Medis batang berikut ini.
No Terminologi Terminologi Gambar 2. Diagram Batang Keakuratan Kode
. Medis pada Medis
Lembar Rawat Berdasarkan Distribusi Frekuensi Keakuratan
Jalan ICD-10 Kode Diagnosis Rawat Jalan oleh
1 KIR dokter untuk Pre-employment Petugas Kesehatan
MK examination
2 Nyeri sendi (lutut) Arthralgia (knee 80.0%
64.7%
joint)
60.0%
3 Panas Pyrexia
4 Demam Fever 40.0% 35.3%
5 Imunisasi Immunization
campak/ against measles 20.0%
Imunisasi campak alone
boster 0.0%
Akurat Tidak Akurat
Istilah KIR dokter untuk MK Diagnosis Rawat Jalan oleh Petugas Kesehatan
merupakan salah satu terminologi medis Ketidakakuratan kode diagnosis di
yang dikategorikan tidak tepat karena Puskesmas Bambanglipuro Bantul dibagi
menggunakan bahasa non medis. Istilah menjadi tiga kategori, yaitu kode
ini digunakan sebagai diagnosis pasien diagnosis empat atau lima karakter yang
yang berkunjung untuk meminta surat hanya dikode sampai karakter ketiga,
keterangan sehat sebagai syarat melamar kode diagnosis lima karakter yang hanya
kerja. Penulisan istilah KIR dokter untuk dikode sampai karakter keempat, dan
melamar kerja yang tepat sesuai ICD-10 kode diagnosis yang berbeda karakter
seharusnya adalah Pre-employment ketiga, keempat, dan/atau kelima.
examination. Distribusi frekuensi kode diagnosis rawat
Salah satu permasalahan di RSUD jalan untuk kategori tidak akurat di
Kota Semarang adalah penulisan Puskesmas Bambanglipuro Bantul dapat
terminologi yang ditulis oleh dokter tidak dirinci sebagai berikut.
sesuai dengan ICD-10 sehingga tidak Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kode Diagnosis
dapat dimengerti oleh petugas pengodean Rawat Jalan Kategori Tidak Akurat
(Nugraheni dan Ernawati, 2015). No. Kategori Tidak
Penetapan diagnosis seorang pasien Akurat
merupakan kewajiban, hak, dan tanggung f %
jawab tenaga medis yang terkait. 1 Hanya sampai 54 15,0
Diagnosis yang ada dalam rekam medis karakter ketiga
harus diisi dengan lengkap dan jelas 2 Hanya sampai 13 3,6
sesuai dengan arahan yang ada pada buku karakter keempat
ICD-10 (Depkes, 1997). 3 Berbeda karakter 166 46,1
ketiga, keempat,
Keakuratan Kode Diagnosis Rawat Jalan dan/atau kelima
oleh Petugas Kesehatan Jumlah 233 64,7
Data keakuratan kode diagnosis
rawat jalan oleh petugas kesehatan Berikut ini contoh kode diagnosis
diperoleh dari hasil studi dokumentasi yang seharusnya dikode empat atau lima
terhadap 360 kode diagnosis rawat jalan, karakter, tetapi hanya dikode sampai tiga
baik pada lembar rawat jalan maupun karakter.
tampilan rekam medis elektronik.

118
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

Tabel 4. Kode Diagnosis Tidak Akurat (Hanya perlu ditambahkan karakter kelima.
Sampai Karakter Ketiga) Karakter kelima dalam Bab XIII
No Diagnosis Kode Kode menunjukkan kode letak anatomi (site
. Pusk. Peneliti code), karakter kelima dalam Bab XIX
1 Panas/Febris/ R50 R50.9 menunjukkan jenis fraktur dan cedera
Demam
(terbuka atau tertutup), dan karakter
2 Skizofrenia F20 F20.9
3 PPOK J44 J44.9
kelima dalam Bab XX menunjukkan
4 Fgitis J02 J02.9 macam aktivitas saat kejadian.
5 ISPA J06 J06.9 Selain hanya dikode sampai karakter
ketiga atau keempat, terdapat pula kode
Menurut WHO (2010), setiap bab yang berbeda karakter ketiga, keempat,
dalam ICD-10 dibagi menurut blok. Setiap dan/atau kelima. Berdasarkan hasil studi
blok terdiri atas daftar kategori tiga dokumentasi, terdapat 166 kode diagnosis
karakter. Setiap kategori dibagi menjadi yang berbeda karakter ketiga, keempat,
subkategori empat karakter. Subkategori dan/atau kelima. Berikut ini contoh kode
empat karakter paling tepat digunakan diagnosis yang berbeda karakter ketiga,
untuk identifikasi, seperti variasi tempat keempat, dan/atau kelima di Puskesmas
yang berbeda pada kategori tiga karakter Bambanglipuro Bantul.
atau penyakit yang berdiri sendiri pada Tabel 6. Kode Diagnosis Berbeda Karakter
kategori tiga karakter untuk kondisi yang Ketiga, Keempat, dan/atau Kelima
No. Diagnosis Kode Kode
berkelompok.
Pusk. Peneliti
Berdasarkan hasil studi dokumentasi,
1 ISPA J00 J06.9
terdapat 13 kode diagnosis kasus Bab XIII 2 ISK N30.0 N39.0
dan Bab XIX yang membutuhkan karakter 3 KIR dokter Z00.0 Z02.1
kelima untuk menunjukkan letak anatomi untuk MK
atau jenis fraktur, tetapi hanya dikode 4 Vertigo H82 R42
sampai karakter keempat. Berikut ini 5 HT I15.9 I10
contoh kode diagnosis yang HT S.I
membutuhkan karakter kelima tetapi HT grade II
hanya dikode sampai karakter keempat di
Puskesmas Bambanglipuro Bantul. Kasus terbanyak yaitu diagnosis ISPA
Tabel 5. Kode Diagnosis Tidak Akurat (Hanya yang dikode J00. ISPA merupakan
Sampai Karakter Keempat) singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan
No. Diagnosis Kode Kode Atas atau dalam bahasa Inggris yaitu
Pusk. Peneliti Upper Respiratory Tract Infection. Dengan
1 LBP M54.5 M54.59 menggunakan leadterm ‘Infection’ pada
(Lokasi tidak ICD-10 Volume 3, maka kode yang tepat
diketahui) dan akurat seharusnya adalah J06.9.
2 Arthritis M13.9 M13.99
Menurut Rohman, dkk (2011)
(Lokasi tidak
diketahui) kebijakan manajemen rekam medis
3 Myalgia M79.1 M79.14 tentang pengisian diagnosis dan
(Lokasi : keakuratan kode diagnosis memiliki
tangan) pengaruh yang besar dalam jalannya
4 Myalgia M79.1 M79.12 pengisian diagnosis dan keakuratan kode
(Lokasi : lengan diagnosis. Setiap fasilitas kesehatan, baik
atas) rumah sakit maupun puskesmas harus
5 Myalgia M79.1 M79.16 membuat kebijakan dan prosedur
(Lokasi : lutut) pengodean sesuai dengan tenaga dan
fasilitas yang dimiliki. Kebijakan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur tersebut menjadi pedoman bagi
masih banyak kode pada kasus Bab XIII petugas pengodean agar dapat
yang tidak dilengkapi karakter kelima melaksanakan pengodean dengan
untuk menunjukkan letak anatomi (site konsisten (Hatta, 2013).
code). Menurut WHO (2010) beberapa
blok dalam Bab XIII, Bab XIX, dan Bab XX

119
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dibandingkan terminologi medis yang


dengan Keakuratan Kode Diagnosis tepat.
Rawat Jalan oleh Petugas Kesehatan Dalam penelitian Paramitasari (2015)
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, disebutkan bahwa diagnosis yang belum
dapat diketahui bahwa dari 360 menggunakan bahasa medis dan masih
diagnosis/kasus rawat jalan terdapat 82 terdapat singkatan menjadi salah satu
terminologi medis pada lembar rawat kendala dalam pengodean diagnosis
jalan tepat dan 278 terminologi medis pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian
pada lembar rawat jalan tidak tepat, serta Maryati (2016) bahwa terdapat hubungan
127 kode diagnosis akurat dan 233 kode antara ketepatan penulisan diagnosis dan
diagnosis tidak akurat. Data hasil keakuratan kode diagnosis kasus obstetri
penelitian tersebut dapat diringkas dalam di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo
tabel kontingensi berikut ini. dengan p-value sebesar 0,02.
Tabel 7. Hasil Uji Statistik Hubungan
Ketepatan Terminologi Medis dengan PENUTUP
Keakuratan Kode Diagnosis oleh Petugas Kesimpulan
Kesehatan
a. Persentase ketepatan terminologi
Keakuratan Jumlah
medis pada lembar rawat jalan di
Kode Diagnosis
Ketepatan Tidak Tepat
Puskesmas Bambanglipuro Bantul
Terminologi Tepat sebesar 22,8%.
Medis b. Persentase keakuratan kode diagnosis
Tidak Tepat 188 90 278 rawat jalan oleh petugas kesehatan di
Tepat 45 37 82 Puskesmas Bambanglipuro Bantul
Jumlah 233 127 360 sebesar 35,3%.
c. Terdapat hubungan antara ketepatan
Uji statistik yang digunakan untuk terminologi medis dengan keakuratan
menguji hipotesis yaitu Chi-squared Test kode diagnosis oleh petugas kesehatan
dengan Ha terdapat hubungan antara di Puskesmas Bambanglipuro Bantul
ketepatan terminologi medis dengan (p-value = 0,03376; α = 0,05; dan OR =
keakuratan kode diagnosis rawat jalan 1,7).
oleh petugas kesehatan di Puskesmas Saran
Bambanglipuro Bantul. H0 ditolak apabila a. Puskesmas membuat SPO yang
p-value <. Besar p-value dalam penelitian mengatur tentang tata cara pengisian
ini yaitu 0,03376 dengan tingkat item pada lembar rawat jalan,
signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan terutama item diagnosis agar ditulis
bahwa H0 ditolak atau Ha diterima, dengan terminologi medis yang tepat
sehingga terdapat hubungan antara sesuai ICD-10.
ketepatan terminologi medis dengan b. Puskesmas membuat SPO yang
keakuratan kode diagnosis rawat jalan mengatur tentang tata cara pengodean
oleh petugas kesehatan di Puskesmas diagnosis mengacu pada sembilan
Bambanglipuro Bantul. langkah dasar menurut Kasim dan
Ketepatan terminologi medis dapat Erkadius dalam Hatta (2013),
mempengaruhi keakuratan kode menyediakan ICD-10, dan
diagnosis rawat jalan oleh petugas memberikan wewenang kepada
kesehatan. Hal ini terbukti dari sebanyak petugas rekam medis untuk
37 terminologi medis yang tepat melakukan pengodean diagnosis.
menghasilkan kode diagnosis yang akurat c. Puskesmas melakukan stadardisasi
dan 188 terminologi yang tidak tepat atau pembakuan terminologi medis
menghasilkan kode diagnosis yang tidak yang sesuai dengan ICD-10, serta
akurat. Selain itu, nilai OR yang diperoleh selalu melakukan evaluasi terhadap
sebesar 1,7. Hal ini berarti bahwa peluang ketepatan terminologi medis rawat
terminologi medis yang tidak tepat jalan dan keakuratan kode diagnosis
menyebabkan ketidakakuratan kode rawat jalan.
diagnosis rawat jalan 1,7 kali lebih besar

120
Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode …

DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Rekam Medis Sekolah


Abdelhak, M., Grostik, S. A., Jacob, E. Vokasi UGM (tidak dipublikasikan).
(2010). Health Information of A Pramono, A. E. (2012). Hubungan antara
Strategic Resource 2nd Edition. Coder (Dokter dan Perawat) dengan
Philadelphia: Sunders Company. Keakuratan Kode Diagnosis
Budi, S. C. (2011). Manajemen Unit Kerja Berdasarkan ICD-10 di Puskesmas
Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum Gondokusuman II Kota Yogyakarta
Sinergis Media. Tahun 2012. Skripsi. Surakarta:
Depkes RI. (1997). Pedoman Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Penyelenggaraan dan Prosedur Kesehatan UMS (tidak
Rekam Medis Rumah Sakit di dipublikasikan).
Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Rohman, H., Hariyono, W., Rosyidah.
Hatta, G. R. (2013). Pedoman Manajemen (2011). Kebijakan Pengisian Diagnosis
Informasi Kesehatan di Sarana Utama dan Keakuratan Kode
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Diagnosis pada Rekam Medis di
Universitas Indonesia. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Huffman, E. K. (1994). Health Information Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Management. Illinois: Physicians’ Masyarakat. 5 (2): 162-232.
Record Company. Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D.
versi Online [internet]. Bandung: CV. Alfabeta.
http://kbbi.web.id/ Diakses pada WHO. (2010). International Statistical
tanggal 19 November 2016. Classification of Disease and Related
Khabibah, S. dan Sugiarsi, S. (2013). Health Problems, Tenth Revision,
Tinjauan Ketepatan Terminologi Volume 2 Instruction Manual.
Medis dalam Penulisan Diagnosis Geneva: WHO.
pada Lembaran Masuk dan Keluar di
RSU Jati Husada Karanganyar. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia. 1 (2): 46-52.
Maryati, W. (2016). Hubungan Antara
Ketepatan Penulisan Diagnosis
dengan Keakuratan Kode Diagnosis
Kasus Obstetri di RS PKU
Muhammadiyah Sukoharjo. Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika
Kesehatan. 6 (2): 1-7.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nugraheni, E. H. dan Ernawati, D. (2015).
Tinjauan Pengetahuan Petugas
Rekam Medis tentang Terminologi
Medis dan Penentuan Kode Penyakit
di RSUD Kota Semarang Tahun 2015.
http://eprints.dinus.ac.id/ Diakses
pada tanggal 30 Maret 2017.
Nuryati. (2011). Terminologi Medis:
Pengenalan Istilah Medis. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media.
Paramitasari, D. (2015). Pelaksanaan
Pengodean Diagnosis di Puskesmas
Jepon Kabupaten Blora. Tugas Akhir.

Defa Miftara Agustine 121

Anda mungkin juga menyukai