Anda di halaman 1dari 14

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata kuliah : Bahasa Indonesia (2 SKS)


Program Studi : D3 Kebidanan
Semester : Ganjil 2020/2021
Waktu : 90 menit
Dosen : Ayu Gustia Ningsih, M.Pd.
Sifat Ujian : Buka Buku (Open Book)

A. Petunjuk Pengerjaan Soal


1. Jawablah di kertas (double-folio) bergaris.
2. Jawaban Ujian Akhir Semester (UAS) difoto dan dikirim ke google classroom.

B. Soal-soal
1. Tulislah kutipan langsung berdasarkan data di bawah ini!
Dalam buku yang berjudul Metode Penelitian M. Toha Anggoro, dkk tahun 2000.
Halaman 45-46 menuliskan pengertian tinjauan pustaka yaitu yang dimaksud dengan
tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca, membaca dan
menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kegiatan ini merupakan bagian yang
penting dari pendekatan ilmiah, yang harus dilakukan dalam setiap penelitian ilmiah
dalam semua bidang ilmu. Hasil dari kegiatan ini merupakan materi yang akan
disajikan untuk menyusun dasar atau kerangka teori penelitian, yang dalam usulan
atau laporan penelitian disajikan dalam bab tinjauan pustaka. (bobot 30)
2. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam melaksanakan disiplin
seharusnya sudah merupakan bagian dalam hidupnya. Mari kita ikuti urian Prof. Dr.
Dody Tisnamijaya: “Tidak dapat disangkal bahwa Islam mengajarkan kepada
penganutnya agar sistematis, berdisiplin. Orang mukmin yang takwa dan melaksanakan
rukun-rukun Islam adalah orang yang paling sistematis dan berdisiplin, sepanjang hari
dan sepanjang tahun.” Seandainya saja semua umat islam dengan taat menjalankan
ajaran agama, sikap disiplin sudah mendarah daging dalam diri mereka. Pencanangan
Gerakan Disiplin Nasional pun akan segera terwujud hasilnya.
Kutipan di atas diambil dari buku Iman , Ilmu, dan Amal, karangan Prof. Dr. Dody
Tisnamijaya diterbitkan di Bandung, nama penerbit Pustaka tahun 1983 halaman 62.
Penulisan catatan kaki yang benar sesuai dengan kutipan dalam teks di atas adalah ... .
(bobot 20)
3. Reviewlah artikel di bawah ini, dengan menggunakan template yang telah disediakan!
(Bobot 50)
http://dx.doi.org/10.31983/jrmik.v1i2.3852 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 1 Nomor 2 (Oktober 2018)

Relationship to Completeness of Medical Information and Accuracy of the


Diagnosis Code of Diabetes Mellitus

Hubungan Kelengkapan Informasi Medis dan Keakuratan Kode Diagnosis


Diabetes Mellitus

Warsi Maryati1)
Aris Ocktavian Wannay2)
Devi Permani Suci3)
1,2,3)ProgramStudi D3 Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta
Jl. K.H. Samanhudi No. 93 Sondakan Laweyan

Abstract
Completeness of medical information is very important in supporting the accuracy of the
diagnosis code for diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship between the
completeness of medical information and the accuracy of the diagnosis code for Diabetes
mellitus in hospitalization documents. This research is an analytical study with a cross
sectional approach. The sample used was 84 documents with simple random sampling
technique. Data analysis using Chi-Square. The percentage of completeness of medical
information was 54.7% while the incompleteness of medical information was 45.3%. The
highest incompleteness is in the 26 discharge summary (31%). Percentage accuracy of
diagnosis code Diabetes mellitus is 29.8% while inaccuracy is 70.2%. The most inaccuracies are
caused by incorrect in determining the type of Diabetes mellitus as many as 24 documents. Chi
square statistical test showed that p = 0.001. The conclusion is that there is a relationship
between the completeness of medical information and the accuracy of the diagnosis code for
Diabetes mellitus. The author suggests that there should be coordination between medical
record officers and other health workers to improve the completeness of medical information,
coding officers are more thorough in coding and confirming to physician if the information is
incomplete.

Keywords:medical information; accuracy of the diagnosis code; diabetes mellitus

Abstrak
Kelengkapan informasi medis sangat penting dalam menunjang keakuratan kode
diagnosis diabetes mellitus.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelengkapan
informasi medis dengan keakuratan kode diagnosis Diabetes mellitus pada dokumen rawat
inap.Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel
yang digunakan sebanyak 84 dokumen dengan teknik simple random sampling.Analisis data
menggunakan Chi-Square.Persentase kelengkapan informasi medis sebesar 54,7% sedangkan
ketidaklengkapan informasi medis sebesar 45,3%. Ketidaklengkapan tertinggi terdapat pada
formulir ringkasan pulang sebanyak 26 dokumen (31%). Persentase keakuratan kode diagnosis
Diabetes mellitus sebesar 29,8% sedangkan ketidakakuratannya yaitu sebesar 70,2%.
Ketidakakuratan paling banyak disebabkan karena salah dalam penentuan tipe Diabetes
mellitus yaitu sebanyak 24 dokumen.Uji statistik chi square menunjukkan bahwa p=
0,001.Kesimpulannya adalah ada hubungan antara kelengkapan informasi medis dengan
keakuratan kode diagnosis Diabetes mellitus.Penulis menyarankan sebaiknya ada koordinasi
antara petugas rekam medis dan tenaga kesehatan lainya untuk meningkatkan kelengkapan
informasi medis,petugas coding lebih teliti dalam mengkode dan mengkonfirmasikan kepada
dokter penanggungjawab apabila informasi yang dihasilkan kurang jelas.

Kata kunci: informasi medis ;keakuratan kode diagnosis ; diabetes mellitus

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 96
1. Pendahuluan ICD-10 (WHO, 2016).Keakuratan kode
Pada masa globalisasi saat ini pelayanan diagnosis dan tindakan sangat
kesehatan sangat dibutuhkan.Salah satunya mempengaruhi kualitas data statistik dan
rumah sakit sebagai penyedia pelayanan pembayaran biaya kesehatan dengan sistem
kesehatan perorangan secara paripurna case-mix. Kode diagnosis yang tidak akurat
dengan menyediakan pelayanan rawat inap, akan menyebabkan data tidak akurat. Kode
rawat jalan, dan gawat darurat.Rumah sakit yang salah akan menghasilkan tarif yang
sebagai penyedia pelayanan kesehatan salah. Pengkodean yang akurat diperlukan
memberikan pelayanan rawat inap kepada rekam medis yang lengkap.Keakuratan
pasien melalui upaya pengobatan dan dalam pemberian kode diagnosis
penyembuhan di masing-masing kelas merupakan hal yang harus diperhatikan
perawatan atau bangsal.Oleh karena itu oleh tenaga perekam medis, ketepatan data
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan diagnosis sangat penting di bidang
kepada pasien, rumah sakit harus ditunjang manajemen data klinis, penagihan kembali
dengan sarana yang memadai salah satunya biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan
dengan menyelenggarakan rekam medis. dalam asuhan dan pelayanan kesehatan.
Rekam medis merupakan berkas yang Hasil penelitian Rohman (2011)
berisikan informasi tentang identitas pasien, menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
anamnesis, penentuan fisik laboratorium, berpengaruh terhadap keakuratan kode
diagnosa segala pelayanan dan tindakan diagnosis adalah informasi medis.Informasi
medik yang diberikan kepada pasien dan medis yang dimaksud adalah pengisian
pengobatan baik yang dirawat inap, rawat kode diagnosis. Menurut penelitian
jalan maupun yang mendapatkan pelayanan Wariyanti (2014), kelengkapan informasi
gawat darurat (Depkes RI, 2006).Rekam medis dan keakuratan dokumen rekam
medis yang bermutu berperan penting medis sangatlah penting, jika informasi
dalam peningkatan mutu pelayanan di medis dalam suatu dokumen rekam medis
rumah sakit salah satunya membantu dalam tidak lengkap, maka kode diagnosis yang
pengambilan keputusan serta digunakan dihasilkan menjadi tidak akurat. Menurut
sebagai acuan pengobatan pasien penelitian Maryati (2014), menyatakan
selanjutnya, terutama pada saat pasien itu bahwa kelengkapan pengisian lembar
berobat kembali.Rekam medis dikatakan ringkasan keluar (resume dokter)
bermutu apabila rekam medis tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pengetahuan
akurat, lengkap, valid, dan tepat waktu. dokter tentang rekam medis.
Hal penting yang harus diperhatikan Diabetes merupakan penyakit metabolik
oleh tenaga rekam medis dalam menjaga yang ditandai dengan kadar gula darah
mutu rekam medis adalah kelengkapan yang tinggi (hiperglikemia) yang
informasi medis yang berhubungan dengan diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin,
riwayat penyakit pasien yang dimulai dari dan resistensi insulin atau keduanya.
awal perawatan sampai pulang dari rumah Prevalensi DM menurut WHO, bahwa lebih
sakit.Assembling salah satu bagian yang dari 382 juta jiwa orang di dunia telah
bertanggung jawab dalam pengecekkan mengidap penyakit diabetes mellitus.
kelengkapan dokumen rekam medis.Tugas Prevalensi DM di dunia dan Indonesia akan
bagian assembling salah satunya melakukan mengalami peningkatan, secara
analisis kuantitatif dan kualitatif agar epidemiologi diperkirakan bahwa pada
tercipta dokumen rekam medis yang tahun 2030 prevalensi diabetes melitus (DM)
bermutu dan menggambarkan informasi di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Selain
medis yang lengkap yang didapat itu diabetes melitus menduduki peringkat ke
digunakan mendukung dalam pengkodean. enam penyebab kematian terbesar di
Pelaksanaan kodefikasi diagnosis harus Indonesia. Berdasarkan Profil Kesehatan
lengkap dan akurat sesuai dengan arahan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, prevalensi
Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 97
DM yang tergantung insulin (DM tipe 1) di Rawat Inap di RS PKU Aisyiyah Boyolali
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 Pada Tahun 2017”
adalah sebesar 0,06% dan prevalensi kasus 2. Metode
DM tidak tergantung insulin (DM tipe 2)
Analisis dalam penelitian ini
sebesar 0,55% pada tahun 2012.
menggunakan jenis penelitian analitik yaitu
Setiap rumah sakit sangat
suatu penelitian yang mencoba menggali
memperhatikan pentingnya kodefikasi salah
bagaimana dan mengapa fenomena
satunya Rumah Sakit PKU Aisyiyah
kesehatan itu terjadi.Kemudian melakukan
Boyolali adalah rumah sakit yang bertipe D
analisis dinamika korelasi antara fenomena
dengan akeditasi paripurna yang terletak di
atau antara faktor risiko dengan faktor efek,
Jl.Pasar Sapi Baru Singkil Karaggeneng
yang dimaksud faktor efek adalah suatu
Boyolali.Rumah Sakit PKU Aisyiyah
akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan
Boyolali memiliki 2 petugas coding dengan
faktor risiko adalah suatu fenomena yang
lulusan D3 rekam medis dengan masa kerja
mengakibatkan terjadinya efek atau
yang berbeda-beda.
pengaruh (Notoatmodjo, 2012: 37).
Berdasarkan survei pendahuluan yang
Pendekatan penelitian yang digunakan
peniliti lakukan di RS PKU Aisyiyah
adalah pendekatan Cross Sectional dimana
Boyolali kasus Diabetes mellitus pada tahun
variabel sebab atau resiko dan akibat atau
2017 sebanyak 520.Tahun 2016 kasus
kasus yang terjadi pada objek penelitian
Diabetes mellitus sebanyak 388 hal ini
diukur atau dikumpulkan dalam waktu
menunjukan adanya peningkatan pada
yang bersamaan. (Notoatmodjo, 2012 :
kasus Diabetes mellitus. Peneliti mengambil
26).Variabel penelitian yang digunakan
10 sampel dokumen rekam medis kasus
dalam penelitian ini adalah :
Diabetes mellitus pada tahun 2017 untuk
1. Kelengkapan informasi medis diagnosis
diteliti kelengkapan dokumen rekam medis
Diabetes mellitus
dan keakuratan kodenya. Berdasarkan hasil
a. Lengkap : tertulis diagnosis Diabetes
survey diperoleh persentase kelengkapan
mellitus pada RM 01 (Formulir
dokumen rekam medis kasus Diabetes
Ringkasan Masuk Dan Keluar), RM 09
mellitus sebesar 40% dan ketidaklengkapan
(Assasment Medis Rawat Inap) terisi
dokumen rekam medis sebesar
lengkap berkaitan anamnesa yang
60%.Ketidaklengkapan dokumen rekam
berkaitan dengan Diabetes mellitus, RM
medis disebakan 50% tidak terisi di lembar
14 (CPPT) tertulis lengkap tentang
ringkasan masuk dan keluar, 10% subjective, objective, assasment dan
ketidaklengkapan pada formulir assasment planning, CPO tertulis lengkap tentang
medis.Presentase keakuratan kode diagnosis
pemberian obat yang berkaitan dengan
Diabetes mellitus sebesar 20% sedangkan Diabetes mellitus, tertulis lengkap
ketidakakuratan kode diagnosis 80%.
ringkasan medis pada ringkasan pulang
Ketidakakuratan kode diagnosis disebabkan
dan adanya kelengkapan lembar
karena 40% dokumen rekam medis tidak
pemeriksaan penunjang laboratorium
dikode, 10% salah kode Diabetes mellitus.
darah mengenai hasil GDS atau
10% salah dalam penggunaan karakter ke 4
GDP,kreatinin, urem, kolestrol dan
dan 20% tidak adanya penggunaan danger
pemeriksaan darah lainya. Rumus
asteris dalam kode komplikasi.
presentase Lengkap adalah sebagai
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
berikut:
tertarik untuk mengambil judul “Hubungan ∑ Dokumen lengkap
Kelengkapan Informasi Medis Dan X 100%
∑dokumen yang di teliti
Keakuratan Kode Diagnosis Diabetes
b. Tidak Lengkap : Tidak tertulis diagnosis
mellitus Pada Dokumen Rekam Medis
Diabetes mellitus pada RM 01 (Formulir
Ringkasan Masuk dan Keluar), RM 09

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 98
(Assasment Medis Rawat Inap) tidak Populasi yang digunakan dalam
terisi lengkap berkaitan anamnesa yang penelitian ini yaitu dokumen rekam medis
berkaitan dengan Diabetes mellitus RM 14 pasien rawat inap dengan diagnosis
(CPPT) tidak tertulis lengkap tentang Diabetes mellitus pada tahun 2017 yang
subjective, objective, planning dan berjumlah 520 dokumen rekam
assasment, CPO tidak tertulis lengkap medis.Penetapan jumlah sampel
tentang pemberian obat yang berkaitan menggunakan metode rumus Slovin dengan
dengan Diabetes mellitus, tidak tertulis hasil perhitungan 84 dokumen rekam
lengkap ringkasan medis pada medis.Pengambilan sampel dilakukan
ringkasan pulang dan tidak adanya secara secara simple random sampling.
kelengkapan lembar pemeriksaan Analisis yang digunakan meliputi
penunjang laboratorium darah analisis univariat dan bivariat.Analisis
mengenai hasil GDS atau GDP,kreatinin, univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
urem, kolestrol dan pemeriksaan darah mendeskripsikan karakteristik setiap
lainya. Rumus presentase Tidak variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012:
Lengkap adalah sebagai berikut: 182).Analisis ini digunakan untuk
mengetahui distribusi frekuensi tentang
∑ Dokumen Tidak Lengkap kelengkapan informasi medis dengan
X 100%
∑dokumen yang di teliti keakuratan kode diagnosis kasus penyakit
pada lembar ringkasan masuk dan keluar,
Cara ukur kelengkapan informasi medis data disajikan dalam tabel.Analisis bivariat
menggunakan checklist.Skala datanya adalah analisis yang dilakukan terhadap
adalah nominal.Kategorikan tidak dua variabel yang diduga berhubungan atau
lengkap diberi bobot 0 dan lengkap berkolerasi (Notoatmodjo, 2012: 183).
diberi bobot 1. Data hasil pengamatan terhadap
2. Keakuratan kode diagnosis Diabetes kelengkapan informasi medis dan
mellitus keakuratan kode diagnosis Diabetes
Kesesuaian kode diagnosis yang mellitusakan diolah menggunakan SPSS
ditetapkan coder dengan kode yang ada di dengan uji Chi-Square. Analisis dalam
ICD-10. penelitian ini apabila nilai probabilitas (sig)
a. Akurat ialah adanya kode diagnosis < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
penyakit dan tepatnya pemberian kode artinya ada hubungan antara kelengkapan
berdasarkan aturan ICD-10. Rumus informasi medis dan keakuratan kode
persentase akurat: diagnosis kasus Diabetes mellitus. Apabila
nilai probabilitas (sig) > 0,05 Ho diterima
∑penulisan dokumen akurat dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan
X 100%
∑dokumen yang di teliti antara kelengkapan informasi medis dengan
keakuratan kode diagnosis kasus Diabetes
mellitus.
b.Tidak akurat ialah tidak adanya dan
tidak tepatnya pemberian kode 3. Hasil dan Pembahasan
diagnosis utama. Rumus persentase a. Kelengkapan Informasi MedisDiabetes
tidak akurat: mellitus
∑penulisan dokumen tidak akurat Implementasi pelaksanaan
X 100%
∑dokumen yang di teliti kelengkapan informasi medis di RS PKU
Cara ukur keakuratan kode diagnosis Aisyiyah Boyolali belum
menggunakan check list. Skala datanya maksimal.Penyebab ketidaklengkapan
adalah nominal.Kategori tidak akurat pengisian informasi dokumen rekam
diberi bobot 0 dan akurat diberi bobot 1. medis diantaranya dikarenakan

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 99
penulisan informasi medis oleh DPJP 5. RP 58 69 26 31
belum terisi maksimal karena waktu 6. Lab 84 100 0 0
yang sempit, selain itu dalam Keterangan :
pendokumentasian rekam medis RMK : Ringkasan Masuk dan Keluar.
dilaksanakan oleh banyak pemberi AMRI : Assesment Medis Rawat Inap.
pelayanan kesehatan maka dapat terjadi CPPT : Catatan Perkembangan Pasien
ketidaklengkapan pengisisan dokumen Terintegrasi.
rekam medis.Hal ini sesuai dengan CPO : Catatan Pemberian Obat.
Pujihastuti (2014) yang mengatakan RP : Ringkasan Pulang.
bahwa penyebab ketidaklengkapan Tabel 4.2 menunjukkan
pengisian informasi medis pada kelengkapan informasi medis per
dokumen rekam medis diantaranya formulir.Kelengkapan formulir RMK
adalah waktu dokter yang sempit, pasien sebanyak 77 dokumen (91,6%).
yang banyak, pasien Atas Permintaan Kelengkapan formulir AMRI sebanyak
Sendiri (APS). 80 dokumen (95,2%). Kelengkapan
Jumlah dan persentase kelengkapan formulir CPPT sebanyak 84 dokumen
dan ketidaklengkapan dokumen rekam (100%). Kelengkapan pada formulir
medis adalah sebagai berikut : Catatan Pemberian Obat sebanyak 73
1) Jumlah dan Persentase dokumen (86,9%). Kelengkapan pada
Kelengkapan Inforasi Medis formulir Ringkasan Pulang sebanyak
58 dokumen (69%).Kelengkapan pada
Tabel 4.1 formulir laboratorium darah 84
Kelengkapan Informasi Medis
dokumen (100%).
No Kelengkapan Jumlah Persentase %
Berdasarkan review pelaporan pada
1. Lengkap 47 56%
2. Tidak item jam dan tanggal di RS PKU
37 44% Aisyiyah Boyolali masih belum terisi
Lengkap
Jumlah 84 100% lengkap. Hal ini tidak sesuai dengan
Sudra (2014) yang mengatakan bahwa
Tabel 4.1 menunjukan bahwa review pelaporan bertujuan untuk
dari 84 dokumen rekam medis, memeriksa kelengkapan semua bentuk
persentase kelengkapan dokumen laporan setiap hal yang didapatkan
rekam medis rawat inap kasus dari pasien yang harus dilaporkan
Diabetes mellitus mencapai 56% atau misalnya anamnesis, pemeriksaan fisik,
sebanyak 47 dokumen, sedangkan pemeriksaan penunjang.Penting untuk
ketidaklengkapan dokumen rekam diperhatikan, dalam setiap pencatatan
medis rawat inap kasus Diabetes pelaporan ini harus mencantumkan
mellitus mencapai 44 % atau tanggal dan jamnya.
sebanyak 37 dokumen. b.Keakuratan Kode diagnosis Diabetes
2) Kelengkapan Informasi Medis mellitus
Berdasarkan Formulir yang Diteliti Pemberian kode atau kodefikasi di
RS PKU Aisyiyah Boyolali dilakukan
Tabel 4.2 oleh petugas coding berlatar belakang
Kelengkapan Informasi Medis Per Formulir dari lulusan D3 Rekam Medis.Rata-rata
Persent Persen dokumen rekam medis yang dikode
Lembar Lengk Tidak
No ase tase
Formulir ap Lengkap oleh petugas coding dalam satu hari
(%) (%)
1. RMK 77 91,6 7 8,4 sejumlah 40 dokumen rekam medis
2. AMRI 80 95.2 4 4,7 rawat inap.
3. CPPT 84 100 0 0 Hasil keakuratan kode diagnosis
4. CPO 73 86,9 11 13,1 Diabetes mellitus di RS PKU Aisyiyah

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 100
Boyolali, sebagai berikut : mellitus) sebanyak 13 dokumen,
Tabel 4.3 kesalahan dalam penentuan Diabetes
Keakuratan Kode Diagnosis Diabetes mellitus mellitus Malnutrisi sebanyak 1
Hasil Analisis Jumlah Persentase dokumen,dan kesalahan dalam
Dokumen (%)
Akurat 25 29,8
penentuan Diabetes mellitus tanpa
Tidak Akurat 59 70,2 penyebutan tipe Diabetes mellitus
Jumlah 84 100 sebanyak 10 dokumen.
Berdasarkan tabel diatas dapat Contoh kesalahan dalam
dilihat bahwa terdapat 25 dokumen penentuan tipe Diabetes mellitus
rekam medis yang akurat (29,8%) dan adalah sebagai berikut :
59 dokumen rekam medis yang tidak a) Salah dalam Penentuan Diabetes
akurat (70,2%). Klasifikasi mellitus tipe 2
ketidakakuratan kode diagnosis Kesalahan dalam penentuan
dikelompokkan menjadi enam Diabetes mellitus tipe 2 dari 13
klasifikasi kode yang tidak akurat dokumen salah satu nya adalah
yaitu : sebagai berikut :
Tabel 4.4
Klasifikasi Ketidakakuratan Diagnosis Utama : DM Tipe 2
Kode Diabetes mellitus Diagnosis Sekunder : Gastro
Klasifikasi Jumlah Persentas
Enteritis Acute
Ketidakakuratan Berkas e (%)
Salah dalam 24 40,6 (GEA)
penentuan tipe Kode RS : E10.9
Diabetes mellitus. A09
Salah dalam 2 3,4 Kode Peneliti : E11.9
penentuan
komplikasi Diabetes
A09.9
mellitus. Kesalahan kode karena tipe
Salah dalam 17 28,9 Diabetes mellitus, pengkodean di RS
penentuan tipe PKU Aisyiyah Boyolali
Diabetes mellitus
menggunakan kode E10.9
dan komplikasi.
Tidak 1 1,7 sedangkan peneliti menggunakan
menggunakan kode E11.9 karena pada lembar
kode dager dan ringkasan pulang menunjukan
asteris dalam diagnosis akhir Diabetes mellitus
komplikasi Diabetes
mellitus.
Tipe 2. Lembar catatan
Salah dalam 14 23,7 perkembangan perawatan pasien
penentuan tipe terintegrasi terdapat hyperglicemia
Diabetes mellitus dengan gula darah sementara 696
dan tidak
mg/dl. Lembar catatan pemberian
mengunakan kode
dager asteris obat pasien mendapatkan terapi
Tidak di kode 1 1,7 kombinasi metformin dan insulin.
Jumlah 59 100 Kesalahan dalam pemeberian
tipe Diabetes mellitus disebabkan
karena coder dalam menentukan
1) Ketidakakuratan Karena Salah dalam tipe Diabetes mellitus hanya melihat
Penentuan Tipe Diabetes mellitus terapi yang diberikan seperti
Klasifikasi kesalahan dalam adanya injeksi insulin apabila ada
penentuan tipe Diabetes mellitus injeksi insulin maka IDDM dan
disebabkan karena kesalahan dalam apabila tidak ada injeksi maka
penentuan Diabetes mellitus tipe 2 NIDDM. Hal ini tidak sesuai
(Non Insulun Dependent Diabetes
Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 101
dengan penelitian Hangdiyanto tanda baca “.-“ (point dash) yang
(2014) yang mengatakan menunjukkan bahwa tersebut
penggunaan obat diabetik untuk harus ditambah dengan kategori
pengobatan diabetes mellitus tipe 2 keempat agar kode menjadi
yang paling banyak digunakan lengkap, sehingga perlu merujuk
adalah insulin atau kombinasi pada ICD-10 volume 1 dengan
antara insulin dengan obat kode E12.-, pada diagnosis akhir
hyperglikemia oral, pada terapi menunjukan bahwa terdapat
dengan penggunaan insulin kadar komplikasi ulkus dimana
gula sewaktu melebihi 200 mg/dl. anamnesis pasien mengeluhkan
Menurut Perkeni (2011) adanya luka di pantat,
penggunaan insulin diperlukan pemeriksaan gula darah sementara
pada saat keadaan dekompensasi menunjukan 181 mg/dl dan gula
metabolik berat, penurunan berat darah 2 jam pp 145 mg/dl, maka
badan yang cepat, hiperglikemia peneliti memilih poin 5 sebagai
berat yang disertai ketoasidosis komplikasi ulkus dan
diabetik, hiperglikemia, hiperosmolar memberikan kode E12.5 yaitu
non ketotik, gagal dengan Malnutrisi Diabetes mellituswith
kombinasi OHO dosis optimal, peripheral circulatory
stres berat (infeksi sistemik, operasi complicationsdiabetic ulcer
besar, IMA stroke), gangguan berdasarkan ICD -10.
fungsi ginjal atau hati yang berat. c) Kesalahan Tipe karena Tanpa
Berdasarkan ICD-10, kode Diabetes Penyebutan Tipe Diabetes mellitus
mellitus tipe 2 atau Non Insulun Kesalahan dalam penentuan
Dependent Diabetes mellitus tipe Diabetes mellitus karena tidak
dinotasikan pada huruf E11.-. disebutkan tipe Diabetes mellitus
terdapat 11 dokumen, dari 11
b) Salah dalam Penentuan IDDM dokumen salah satunya adalah
dengan DM Malnutrisi sebagai berikut :
Kesalahan dalam penentuan Diagnosis Utama : DM Ulkus
IDDM dengan DM Malnutrisi Kode RS : E10.5
sebanyak 1 dokumen adalah Kode Peneliti : E11.5
sebagai berikut : Pemberian kode di RS PKU
Diagnosis Utama : DM Ulkus Aisyiyah Boyolali menggunakan
Komplikasi : Malnutrisi kode E10.5 sedangkan peneliti
Kode RS : E10.5 menggunakan kode E11.5 karena
Kode Peneliti : E12.5 menurut ICD-10 CM tentang
Kesalahan kode karena tipe pemberian kode pada bab endocrine
Diabetes mellitus, pemberian kode yaitu Diabetes mellitus terdapat note
di RS PKU Aisyiyah Boyolali yang berbunyi “If the type of diabetes
menggunakan kode E10.5 mellitus is not documented in the
sedangkan peneliti menggunakan medical record the default is E11.-,
kode E12.5 karena Diabetes mellitus Type 2 diabetes mellitus”, maka
Malnutrisi. Berdasarkan pemberian peneliti memberi kode E11.5. Kode
kode menurut ICD-10 untuk diagnosis Diabetes mellitus gangrene
pemberian kode Diabetes yaitu E11 dengan karakter ke-4
mellitus.Kode diagnosis Diabetes yaitu poin 5 karena terdapat
mellitus malnutrisi diberi kode komplikasi ulkus, menurut
E12.-. Namun kode E12.- terdapat Nurhanifah (2017) ulkus kaki

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 102
diabetik adalah kerusakan mengeluhkan lemas, ngliyer, pusing
sebagian atau keseluruhan pada dan memiliki riwayat DM, pada
kulit yang dapat meluas ke pemeriksaan laboratorium gula darah
jaringan bawah kulit, tendon, otot, sewaktu 75mg/dl, sehingga peniliti
tulang atau persendian yang memberi kode E10.9.
terjadi pada seseorang yang Berasarkan analisis ketidakuratan
menderita penyakit diabetes pemberian kode pada klasifikasi salah
mellitus.Kode dirujuk pada volume dalam penentuan komplikasi atau
1 E11.5 yaitu Non-insulin diabetes karakter ke-4 selain salah dalam
mellituswith peripheral circulatory penentuan poin 9, peneliti juga
complicationsdiabetic ulcer. menemukan kesalahan dalam poin ke
2) Ketidakuratan Karena Salah dalam 6 yaitu With other specified
Penentuan Komplikasi Diabetes complications yang artinya komplikasi
mellitus yang lain yang tidak diklasifikasikan,
Ketidakakuratan karena salah contohnya pada pada kasus Diabetes
dalam penentuan komplikasi Diabetes mellitus komplikasi dengan
mellitus sebanyak 2 dokumen, hypertension. Kode rumah sakit
diantara 2 diagnosis salah pemberian memberi kode E11.9 dan I10
kode dapat diambil contoh sebagai sedangkan peneliti memebri kode
berikut: E11.6 dan I15.2. Peneliti memilih poin
Diagnosa Utama :DM Tipe 1 6 With other specified complications
Komplikasi : Hypoglikemia karena hypertension merupakan
tanpa coma komplikasi Diabetes mellitus yang
Kode RS : E10.0 tidak diklasifikasian.
Kode Peneliti : E10.9 Berdasarkan hasil wawancara
E16.2 kesalahan pemberian kode ini
Peneliti memberi kode E10.9 disebabkan karena coder dalam
karena komplikasi yaitu melakukan kodefikasi melihat lembar
Hypoglikemia tanpa disertai dengan ringkasan masuk dan keluar, catatan
coma. Menurut Novitasari (2012) perkembangan terintegrasi, ringkasan
hypoglicaemia adalah keadaan dimana pulang dan pemeriksaan penunjang,
kadar glukosa darah di bawah normal namun dalam pelaksanaanya apabila
sehingga menimbulkan pada lembar ringkasan pulang sudah
coma.Pemberian kode di RS PKU lengkap maka coder hanya melihat
Aisyiyah Boyolali belum sesuai lembar ringkasan pulang saja.
berdasarkan ICD -10, dimana dalam 3) Ketidakakuratan Karena Salah dalam
pemberian kode untuk hypoglicaemia Penentuan Tipe Diabetes mellitus Dan
dengan coma terdapat pada poin 0 Komplikasi
With Coma, namun dalam kasus diatas Ketidakakuratan pemeberian
hypoglicaemia tanpa diikuti dengan kode karena salah dalam penentuan
coma, maka peneliti memberikan poin tipe Diabetes mellitus dan komplikasi
9 Without complication untuk kasus sebanyak 28,9 % atau 17 dokumen
tersebut dan hypoglicaemia dikode yang tidak akurat. diantara 17
E16.2. Pemilihan karakter ke 4 sebagai diagnosis salah pemberian kode
komplikasi Diabete mellitus adalah dapat diambil contoh sebagai berikut:
poin 9 karena pada diagnosis akhir Diagnosis Utama : DM Tipe 2
yaitu tertulis Diabetes mellitus tipe 1 Komplikasi : Hypertension
dengan hypoglicaemia tanpa adanya Kode RS : E10.9
coma. Anamnesis pasien Kode Peneliti : E11.6

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 103
I15.2 terdapat komplikasi neuropathy yaitu
Peneliti memeberi kode E11.6 ganguan pada sistem saraf dimana
karena pada lembar ringkasan pulang komplikasi neuropathy
ada diagnosis akhir tertulis DM tipe 2 diklasifikasikan pada poin 6.
dan terdapat komplikasi Hypertension. Contoh kesalahan tanpa
Kode di rumah sakit menggunakan penyebutan tipe dan salah komplikasi
E10.9 (Insulin-dependent diabetes yaitu :
mellituswithout Diagnosis utama : DM Ulkus
complications)sedangkan peneliti pedis
memberi E11.6 (Non-insulin-dependent Komplikasi : Neuropathy
diabetes mellitusWith other specified Kode RS : E10.5
complications). Kode diagnosis Diabetes Kode Peneliti : E11.7
Mellitus type II diberi kode E11.-. E11.5
Namun kode E11.- terdapat tanda E11.6† M14.6*
baca “.-“ (point dash) yang Kesalahan pada pemeberian kode
menunjukkan bahwa kode tersebut karena salah dalam penentuan tipe
harus ditambah dengan kategori Diabetes mellitus tanpa diseratai
keempat agar kode menjadi lengkap. peneyebutan tipe Diabetes
Sehingga perlu merujuk pada ICD-10 mellitus.Penjelasan kesalahan tipe
volume 1 dengan kode E11.- Diabetes mellitus pada halaman 116.
Kode E11 pada ICD-10 Volume 1 Melihat kasus diatas peneliti memilih
terdapat keterangan“see before E10 for poin 7 With multiple complications
subdivision” yang menjelaskan perlu karena terdapat komplikasi lebih dari
penambahan kode karakter keempat satu yaitu ulkus dan nepropathy,
dengan melihat pada bagian sehingga kode diagnosis utama
sebelumnya. Dokumen rekam medis adalah E11.7, untuk kode E11.5
tertulis DM type II komplikasi yaitu diabetic ulkus dan E11.6† M14.6*
Hypertension. Menurut Tjandrawinata yaitu diabetic neuropathy sebagai kode
(2014) hypertension merupakan detail komplikasinya. Hal ini
komplikasi Diabetes mellitus yang berdasarkan aturan ICD-10 volume 2
dapat memicu terjadinya komplikasi tentang rules and guidelines for
Diabetes mellitus lainya mortality and morbidity coding, apabila
sepertiserangan jantung, retinopati, Subkategori “.7” hanya digunakan
kerusakan ginjal, atau stroke. Maka sebagai kondisi utama jika berbagai
peneliti memilih poin 6 With other komplikasi diabetes dicatat sebagai
specified complications untuk kondisi utama tanpa mengutamakan
komplikasi Diabetes mellitus dengan salah satu di antaranya, maka untuk
komplikasi hypertension. masing-masing komplikasi bisa
Kesalahan lain pada pemberian diberikan kode tambahan.
kode tidak akurat pada tipe dan Pemberian kode di RS PKU
komplikasi lainya adalah sebagai Aisyiyah Boyolali belum sesuai
berikut : dengan ICD-10.Akibat dari kesalahan
Diagnosis Utama : DM tipe 2 dalam pemeberian kode dapat
Neuropathy mempengaruhi sistem pembiyayan
Kode RS : E10.9 dari BPJS karena tindakan atau terapi
Kode Peneliti : E11.6 † M14.6* yang diberikan setiap diagnosis
Pemberian kode tidak akurat berbeda-beda sehingga dapat
karena pada lembar ringkasan pulang menimbulkan kerugian bagi rumah
tertulis Diabetes mellitus tipe 2 dan sakit.

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 104
4) Ketidakakuratan karena tidak kualitas data statistik.
menggunakan kode dager dan asteris. 5) Ketidakakuratan karena salah dalam
Ketidakakuratan pemeberian penentuan tipe Diabetes mellitus dan
kode karena tidak menggunakan tidak menggunakan kode dager dan
kode dager danasterisdi RS PKU asteris.
Aisyiyah Boyolali sebanyak 1 Ketidakakuratan pemeberian
dokumen, diantara 1 diagnosis salah kode karena salah dalam penentuan
pemberian kode dapat diambil contoh tipe Diabetes mellitus dan tidak
sebagai berikut: menggunakan kode dager dan asteris
Diagnosis Utama : DM Tipe 2 sebesar sebanyak 14
Diagnosis Sekunder : GEA dokumen.diantara 14 diagnosis salah
Kode RS : E11.6 pemberian kode dapat diambil contoh
A09 sebagai berikut :
Kode Peneliti : E11.6† M14.6* Diagnosis Utama : DM
A09.9 Neuropathy.
Peneliti memeberi kode E11.6† Kode RS : E10.6
M14.6* sedangkan rumah sakit Kode Peneliti : E11.6† M14.6*
memberikan kode E11.6.lembar CPPT Peneliti memeberikan kode E11.6†
terdapat komplikasi neuropathy M14.6* sedangkan kode RS
Pengkodean di RS PKU Aisyiyah memeberikan kode E10.6 pada
Boyolali untuk pemberian kode dokumen rekam medis tertulis bahwa
komplikasi dengan kode dager hanya pada lembar catatan perkembangan
menuliskan kode dagger saja tanpa perawatan terintegrasi pada SOAP
diikuti kode asterisk. menunjukan DM tipe dua dengan
Komplikasi Neuropathy perlu komplikasi neuropathy.GDS 278
penambahan kode asteris M14.6* mg/dl.Catatan pemberian obat
sehingga pemberian kode komplikasi menunjukan obat Hyperglikemik oral
Diabetes mellitus tipe 2 dengan yaitu metformin dan glibenklamid.
Neuropathy berdasarkan ICD-10 yaitu Menurut Tjandrawinata (2014)
E11.6† M14.6*.Kesalahan pemberian Metformin merupakan obat
kode di RS PKU Aisyiyah Boyolali hyperglikemik oral (OHO) golongan
terdapat pada kurangnya kode asteris bugianid sebagai salah satu obat
dalam komplikasi Diabetes mellitus. Diabetes mellitus, metformin
mempunyai beberapa efek terapi
Hal ini tidak sesuai dengan aturan antara lain menurunkan kadar
ICD-10, menurut ICD-10 volume 2 glukosa darah melalui penghambatan
“kode dager adalah kode primer produksi glukosa hati dan
digunakan untuk penyakit dasar dan menurunkan resistensi insulin
asteris adalah kode tambahan untuk khususnya di hati dan otot.
manifestasi penyakit dasar, pada Glimipiridmerupakan obat
kode dager dan asteris.ICD berprinsip hyperglikemik oral golongan sulfunioral
bahwa dagger merupakan kode pengobatan Diabetes mellitus tipe
primer dan harus selalu 2.Pemberian kode di RS PKU
digunakan.Untuk pengkodean, Aisyiyah Boyolali tidak sesuai
asterisk tidak boleh digunakan berdasarkan ICD-10 karena tidak
sendirian”.Dampak dari kesalahan menggunakan kombinasi kode dager
dalam pemberian kode khususnya dan asteris.
tidak mengguakan kode dager dan
asteris yaitu dapat mempengaruhi

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 105
6) Ketidakakuratan Karena tidak di dari perbedaan tarif tersebut sehingga
kode merugikan pihak penyelenggara
Ketidakakuratan karena tidak Jamkesmas maupun pasien (Suyitno,
dikode pada diagnosis Diabetes 2007).
mellitus berjumlah 1 dokumen, c. HubunganKelengkapan Informasi Medis
ketidakakuratan karena tidak di kode dengan Keakuratan Kode Diabetes
adalah sebagai berikut : mellitus
Diagnosa Utama : DM Ulkus Berdasarkan hasil penelitian yang
Kode RS :- dilakukan terhadap keakuratan kode
Kode Peneliti : E11.5 Diabetes mellitus dengan kelengkapan
Peneliti memberi kode E11.5 informasi medis dapat dilihat pada tabel
karena pada diagnosis tidak sebagai berikut :
dicantumkan tipe diabetes mellitus
sehingga peneliti memberi kode E11.5 Tabel 4.11
berdasarkan aturan ICD 10-CM. Tabulasi Kelengkapan Informasi Medis
dengan Keakuratan Kode Diabetes mellitus
pada anamnesis mengeluhkan ada
Tidak
luka di kaki kiri. GDS 205 Kelengkap Akurat
Akurat N p OR
mg/dl.Ringkasan pulang pada an
n % n %
diagnosa akhir menunjukan DM Lengkap 21 25 26 31 47
ulkus.Pada catatan pemberian obat Tidak
4 4,8 33 39,2 37 0,001 6,663
tidak terdapat injeksi Lengkap
Total 25 29,8 59 70,2 84
insulin.Pemberian kode di RS PKU
Aisyiyah Boyolali tidak sesuai dengan Jumlah dokumen yang informasi
ICD-10. Dampak dari dokumen medis terisi lengkap dan menghasilkan
rekam medis yang tidak dikode dapat kode yang akurat sebesar 21 (25%),
menyebabkan dokumen rekam medis kelengkapan informasi medis yang
tidak lengkap berdasarkan review lengkap dan menghasilkan kode yang
kuntitatif dan dapat mempengaruhi tidak akurat sebesar 26(31%),
mempengaruhi kualitas data statistik. kelengkapan informasi medis yang
Berdasarkan uraian tidak lengkap dan menghasilkan kode
ketidakakuratan kode diagnosis akurat sebesar 4 (4,8%), serta
diatas ketidakakuratan berdampak kelengkapan informasi medis yang
pada biaya pelayanan kesehatan. tidak akurat menghasilkan kode tidak
Ketidakakuratan kode diagnosis akan akurat sebesar 33 (39,2%).
mempengaruhi ketepatan tarif Hasil uji chi-square terhadap
INA-CBG’s yang pada saat ini hubungan antara antara kelengkapan
digunakan sebagai metode informasi medis dan keakuratan kode
pembayaran JKN diselenggarakan diagnosis kasus Diabetes mellitus di RS
oleh Badan Penyelenggara Jaminan PKU Aisyiyah Boyolali didapat hasil
Kesehatan (BPJS) di Indonesia. nilai sig = 0,001 dengan taraf kesalahan
Apabila petugas kodefikasi (coder) 0,05. Artinya, apabila nilai (sig) < 0,05
salah dalam menetapkan kode maka Hipotesis Nol (Ho) ditolak dan
diagnosis, maka jumlah pembayaran Hipotesis alternatife (Ha) diterima
klaim juga akan berbeda. Tarif artinya ada hubungan antara
pelayanan kesehatan yang rendah kelengkapan informasi medis dan
tentunya akan merugikan pihak keakuratan kode diagnosis kasus
rumah sakit, sebaliknya tarif Diabetes mellitus.Berdasarkan
pelayanan kesehatan yang tinggi perhitungan oads ratio dihasilkan value
terkesan rumah sakit diuntungkan 6,663 yang artinya kelengkapan
informasi medis dapat meningkatkan

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 106
6,663 kali terhadap keakuratan kode menggambarkan informasi medis
diagnosis. untuk mendukung dalam pemberian
Hubungan antara kelengkapan kode.
informasi medis dan keakuratan kode 2) Petugas coding sebaiknya melihat
diagnosis kasus Diabetes mellitus yang informasi medis dalam dokumen
telah diuji oleh peneliti menunjukan rekam medis agar memperoleh kode
hasil bahwa penelitian ini sejalan yang lebih akurat,serta
dengan penelitian yang telah dilakukan memperhatikan aturan pemberian
oleh Pujiastuti (2014) yang menunjukan kode berdasarkan ICD-10 agar dapat
ada hubungan kelengkapan pengisian menghasilkan kode yang tepat.
informasi dengan keakuratan kode 3) Perlu adanya pelatihan coding
diagnosis penyakit dan tindakan pada terhadap petugas coder agar dapat
dokumen rekam medis pasien rawat meningkatkan keakuratan kode
inap dan juga sejalan dengan penelitian diagnosis.
Pepo dan Yulia (2015) mengenai 4) Pembaharuan kebijakan dan SPO
kelengkapan penulisan diagnosis pada tentang analisis kuantitatif agar
resume medis terhadap ketepatan kelengkapan informasi medis dapat
pengodean klinis kasus kebidanan. maksimal.
Kelengkapan informasi medis sangat
berpengaruh terhadap keakuratan kode 5. Ucapan Terima Kasih
diagnosis.Hal ini sejalan dengan
Penulismengucapkan terima kasih
penelitian Wariyanti (2014), menyatakan
kepada semua pihak yang telah
bahwa kelengkapan informasi medis
membantu dalam penelitian ini.
dan keakuratan dokumen rekam medis
a. Ketua Program Studi D3 RMIK
sangatlah penting, jika informasi medis
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
dalam suatu dokumen rekam medis
Duta Bangsa Surakarta
tidak lengkap, maka kode diagnosis
b. Ketua Lembaga Penelitian dan
yang dihasilkan menjadi tidak akurat.
Pengabdian kepada Masyrakat
Universitas Duta Bangsa Surakarta
4. Simpulan dan Saran
c. Direktur Rumah Sakit PKU Aisyiyah
a. Kesimpulan Boyolali
Berdasarkan hasil penelitian yang d. Kepala Unit Rekam Medis Rumah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan Sakit PKU Aisyiyah Boyolali
bahwa :
1) Kelengkapan informasi medis pada 6. Daftar Pustaka
kasus Diabetes mellitus sebanyak 47
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman
(56%) dan ketidaklengkapan Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam
sebanyak 37 (44%). Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi
2) Keakuratan kode diagnosis kasus II.Jakarta : Direktorat Jendral Bina
Diabetes mellitus berjumlah 25 (29,8%) Pelayanan Medik.
dan kode yang tidak akurat sejumlah Dinkes, Jateng. 2012. Profil Kesehatan
59 (70,2%). Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
3) Ada hubungan antara kelengkapan
Dinkes Keseatan.
informasi medis dengan keakuratan Hangdiyanto, A. 2014. Evaluasi
kode diagnosis Diabetes mellitus
Kerasionalan Pengobatan Diabetes
dengan nilai (sig) = 0,001.
Mellitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat
b. Saran Inap di RSUP Prof.Dr.R.Kondou
1) Pengisian informasi medis sebaiknya Manado Tahun 2013. Jurnal Ilmiah
diisi dengan lengkap agar dapat

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 107
Farmasi, Vol. 3, No. 2. hal 77-84. Informasi Kesehatan Indonesia.Vol.3 ;
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi No.1. Hal 60-64.
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Rohman H, Hariyono W, dan Rosyidah.
Cipta 2011. Kebijakan Pengisian Diagnosis
Novitasari, R. 2012. Diabetes Utama Dan Keakuratan Kode
Mellitus.Yogyakarta : Nuha Medika Diagnosis Pada Rekam Medis Di
Maryati W. 2014.Hubungan Antara Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karakteristik Dokter dengan Yogyakarta. Jurnal Kesmas UAD
Kelengkapan Pengisisan Lembar ISSN.1978-0575 Vol 5 No 2.
Ringkasan Masuk Keluar, Jurnal Sudra, IR. 2014. Rekam Medis. Tanggerang
Manajemen Informasi Kesehatan. Selatan: UI
ISSN:2337-585X, Vol. 3 , No. 1.Hal Suyitno, G. 2007. Membangun Sistem
26-35. Casemix Tingkat Rumah Sakit
Nurhanifah, D. 2017. Faktor-Faktor yang ( Experience Sharing). Kumpulan
Berhubungan dengan Ulkus Kaki Makalah Seminar dan Pelatihan
Diabetik di Poliklinik Kaki Sistem Casemix INADRG’s.
Diabetik.Healthy Mu Journal, Vol. 1, Yogyakarta.
No. 1, Hal.32-41. Tjandrawinata, R. 2014. Diabetes Mellitus.
Pepo H. dan Yulia. 2015. Kelengkapan ‘Medicinus Scientific’ Jurnal Of
Penulisan Diagnosa Pada Resume Parmaceutical Delolopment And
Medis Terhadap Ketetapan Apllication. Vol 2 No. 2.
pengkodean Klinis Kasus Kebidanan. Wariyanti AS. 2014. Hubungan Antara
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Kelengkapan Informasi Medis Dengan
Indonesia Vol 3 No 2; Hal 78-80. Keakuratan Kode Diagnosis Pada
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di
(PERKENI).2011. Konsensus Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Karanganyar Tahun 2013. Surakarta :
Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011. Falkultas Ilmu Kesehatan UMS.
Jakarta World Health Organization. 2016.
Pujihastuti, A dan Rano I S. 2014. InternationalSatistical Classification of
Hubungan Kelengkapan Informasi Diseases and Related Health Problems
dengan Keakuratan Kode Diagnosis Tenth Revision volume 1, 2 dan 3.
dan Tindakan Pada Dokumen Rekam Geneva
Medis Rawat Inap.Jurnal Manajemen

Copyright ©2018 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 108

Anda mungkin juga menyukai