Anda di halaman 1dari 7

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2580 - 3727


lppm-politeknikmfh@gmail.com

KETEPATAN DAN KELENGKAPAN KODE DIAGNOSIS PADA KASUS


TUBERKULOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI RUMAH SAKIT UMUM
KOTA MATARAM PERIODE TAHUN 2016

Agung Rifaldin1, Syamsuriansyah2, Alpi Sahrin3


1
Mahasiswa Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Politeknik
Medica Farma Husada Mataram
2,3
Dosen Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Politeknik
Medica Farma Husada Mataram
Email: agungrifaldin@gmail.com

ABSTRAK

Kelengkapan pengisian informasi medis hasil pemeriksaan diagnosis Tuberkulosis sangat


penting dan berpengaruh terhadap keakuratan kode. Keakuratan kode diagnosis Tuberkulosis
mengacu pada penulisan kode diagnosis yang sesuai dengan klasifikasi dalam ICD-10, kode
dianggap tepat dan lengkap bila sesuai kondisi pasien dengan segala tindakan yang terjadi, dan
lengkap sesuai aturan klasifikasi ICD-10. Kode yang tidak tepat dan lengkap berdampak pada biaya
pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana standar operasional
prosedur (SOP) pengkodingan penyakit di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram, mengetahui
jumlah kasus Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Periode Tahun 2016 dan
mengetahui persentase ketepatan dan kelengkapan jumlah pemberian kode diagnosis pada kasus
Tuberkulosis berdasakan ICD-10 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram periode tahun
2016. Penelitian ilmiah ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian
dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif.
Penelitian ini menggambarkan bagaimana tingkat ketepatan dan kelengkapan kode diagnosis pada
kasus Tuberkulosis berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram periode
tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah 159 berkas rekam medis pasien dengan diagnosis
Tuberkulosis tahun 2016 dan jumlah sampel sebanyak 61 dengan tehnik pengambilan
menggunakan simple random sampling. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Mataram terhadap tingkat ketepatan kode diagnosa penyakit tuberkulosis dari 61 berka
rekam medis yang diteliti diperoleh hasil dari kode penyakit Tuberkulosis yang tepat ialah sebanyak
45 berkas rekam medis atau 73,77% dan kode yang tidak tepat sebanyak 16 berkas rekam medis
atau 26,22%. Kemudian berdasarkan penelitian terhadap tingkat kelengkapan kode penyakit
Tuberkulosis diperoleh hasil kode yang lengkap sebanyak 61 atau 100% dan kode yang tidak
lengkap sebanyak 0 berkas rekam medis atau 0%.
Kata Kunci: Diagnosis, Coding, ICD-10, Kode Diagnosis, Ketepatan dan Kelengkapan Kode
Penyakit Tuberkulosis.
1. PENDAHULUAN pelayanan kesehatan dengan dukungan dari
berbagai faktor yang terkait, salah satunya
Rumah sakit merupakan salah satu sarana melalui penyelenggaraan rekam medis 1 pada
penyelenggara dan pemberi pelayanan setiap pelayanan kesehatan. Rekam medis
kesehatan sehingga selalu berusaha adalah salah satu sarana untuk untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang menunjang tercapainya tertib administrasi
terbaik agar dapat meningkatkan derajat dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan seluruh lapisan masyarakat. Untuk kesehatan di rumah sakit. Tertib administrasi
mewujudkannya diperlukan peningkatan mutu

Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 56
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com

rumah sakit akan berhasil sebaimana yang benar, maka mustahil tertib administrasi
diharapkan apabila didukung dengan suatu rumah sakit akan berhasil dicapai
sistem pengelolaan rekam medis yeng baik sebagaimana yang diharapkan, sedangkan
dan benar (Novita, 2008). tertib administrasi merupakan salah satu
Rekam medis menurut Peraturan Menteri factor yang menentukan dalam upaya
Kesehatan RI No.269/Menkes/PER/2008, pelayanan kesehatan di rumah sakit.
adalah berkas yang berisikan catatan dan Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari
dokumen tentang identitas pasien, beberapa aspek, antara lain aspek adminstrasi,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan aspek hukum, aspek keuangan, aspek
pelayanan lain yang telah diberikan kepada penelitian, aspek pendidikan dan aspek
pasien. Rekam medis adalah rekaman atau dokumentasi (Novita, 2008).
catatan mengenai siapa, apa, mengapa, Menurut Dirjen Pelayanan Medik No. 78
bilamana, dan bagaimana pelayanan yang tahun 1991, fungsi rekam medis adalah
diberikan kepada pasien selama dalam sebagai sumber informasi medis dari pasien
perawatan yang memuat pengetahuan yang berobat ke rumah sakit yang berguna
mengenai pasien dan pelayanan yang untuk keperluan pengobatan dan
diperoleh sarta memuat informasi yang cukup pemeliharaan kesehatan pasien, alat
untuk menemukenali (mengidentifikasi komunikasi antara dokter dengan dokter
pasien, membenarkan diagnosis, dan lainnya, antara dokter dengan paramedik
pengobatan serta merekam hasilnya). Dalam dalam usaha pemberian pelayanan,
Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan pengobatan dan perawatan, bukti tertulis
Medik No.78/YanMed/YMU/1991 dijelaskan (documentary evidence) tentang pelayanan
lebih lanjut bahwa rekam medis adalah berkas yang telah diberikan oleh rumah sakit dan
yang berisikan catatan dan dokumen tentang keperluan lain, alat untuk analisis dan
identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang
pengobatan, tindakan pelayanan lain yang diberikan oleh rumah sakit, alat untuk
diberikan kepada seseorang pasien selama melindungi kepentingan hukum bagi pasien,
dirawat di rumah sakit yang dilakukan diunit- dokter serta tenaga kesehatan lainnya di
unit rawat jalan termasuk unit gawat darurat rumah sakit, untuk penelitian dan pendidikan,
dan unit rawat inap (Novita, 2008). untuk perencanaan dan pemanfaata sumber
Rekam medis dikatakan lengkap apabila daya dan untuk keperluan lain yang ada
didalamnya berisi keterangan, catatan dan kaitannya dengan rekam medis (Novita,
rekaman yang lengkap mengenai pelayanan 2008).
yang diberikan kepada pasien meliputi hasil ICD-10 adalah klasifikasi statistik, yang
wawancara (Anamnesa), hasil pemeriksaan berarti bahwa ICD-10 berisis nomor-nomor
fisik, hasil pemeriksaan penunjang bila terbatas dari kategori kode eksklusif yang
dilakukan pemeriksaan labolatorium, menggambarkan seluruh penyakit. Klasifikasi
roentgen, elektrokardiogram, diagnosis, mempunyai struktur hirarki dengan subdivisi-
pengobatan dan tindakan bila dulakukan serta subdivisi untuk mengidentifikasi kelompok
hasil akhir dari pelayanan medik maupun besar dan sesuatu yang spesifik. Koding
keperawatan dan semua pelayanan (Novita, menurut WHO adalah penetapan sandi atau
2008). penentuan penggunaan nomor, huruf, atau
Tujuan rekam medis adalah menunjang kombinasi huruf angka untuk mewakili
tercapainya tertib administrasi dalam rangka komponen data terkait. Koding diagnosis
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di harus sesuai aturan sistem koding ICD-10
rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem akurat dan tepat (Novita, 2008).
pengelolaan rekam medis yang baik dan

Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 57
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Tujuan ICD-10 diantaranya ialah untuk batuk, dahak, atau percikan ludah (Widjaja,
mendapatkan rekaman sistematis, melakukan 2010).
analisis, interpretasi serta membandingkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
data morbiditas dari Negara yang berbeda oleh Novita tahun 2008 di Rumah Sakit Islam
atau antar wilayah pada waktu yang berbeda, Klaten mengenai tingkat akurasi diagnosis
untuk menerjemahkan diagnosis penyakit dan utama penyakit commotion cerebri pasien
masalah kesehatan dari kata-kata menjadi rawat inap pada kerakter keempat, dari 236
kode alfanumerik yang akan memudahkan dokumen persentase kode yang akurat
penyimpanan, mendapatkan data kembali dan mencapai 66,5% dan tidak akurat mencapai
analisis, memudahkan entry data ke database 33,48%. Kemudian tingkat akurasi kode pada
komputer yang tersedia, menyediakan data karakter kelima dari 236 dokumen persentas
yang diperluakan oleh sistem pembayaran kode yang lengkap ialah 0% dan tidak
atau penagihan biaya yang dijalankan, lengkap mencapai 100%.
memaparkan indikasi alasan mengapa pasien Selanjutnya penelitian yang dilakukan
memperoleh asuhan atau perawatan atau Ruslianti dan rekan-rekan mengenai tingkat
pelayanan dan menyediakan informasi ketepatan kode diagnosis berdasarkan ICD-10
diagnosis dan tindakan bagi riset, edukasi dan dengan penerapan karakter kelima pada
kajian assessment kualitas keluaran (Novita, pasien fraktur rawat jalan di Rumah Sakit
2008). Umum Mitra Paramedika Yokyakarta tahun
Struktur dari ICD-10. Menurut depkes RI 2015, dari 86 berkas, kode yang tepat
(1999), struktur dasar ICD-10 yang terdiri sebanyak 9 berkas dan persentasenya
dari 3 volume. Struktur dasar ICD-10 volume mencapai 10,5%, kemudian kode yang tidak
1 adalah daftar tabulasi yang berupa daftar tepat sebanyak 77 berkas dan persentasenya
alganumerik dari penyakit dan kelompok mencapai 89,5%.
penyakit beserta catatan “Inclusion” dan Dari latar belakang tersebut, maka penulis
“Exclusion” dan beberapa cara pemberian merasa perlu melakukan penelitian dengan
kode, volume 2 berisi pengenalan dan judul “Ketepatan dan Kelengkapan Kode
petunjuk bagaimana menggunakan volume 1 Diagnosis dan Tindakan pada Kasus
dan 3, petunjuk membuat sertifikat dan Tuberkulosis Berdasarkan ICD 10 dan ICD-9
aturan-aturan kode mortalitas, petunjuk CM di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
mencatat dan mengkode morbiditas dan Mataram Periode Tahun 2016.
volume 3 adalah indeks abjat dari penyakit
dan kondisi yang terdapat pada daftar tabulasi 2. METODE
Novita, 2008).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular Jenis penelitian ini merupakan penelitian
akut maupun kronis yang terutama menyerang deskriptif yaitu suatu metode penelitian
paru-paru atau saluran pernapasan. dengan tujuan untuk membuat gambaran atau
Tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri deskriptif tentang suatu keadaan secara
batang gram positif, Mycobacterium objektif. Penelitian ini menggambarkan
Tuberculosis. Infeksi Mycobacterium bagaimana tingkat ketepatan dan kelengkapan
Tuberculosis memiliki kekhasan tersendiri, kode diagnosis pada kasus Tuberkulosis
karena bakteri tersebut hidup intraselular. berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Umum
Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang Daerah Kota Mataram periode tahun 2016.
mempersulit upaya pengobatan. Penelitian ini berlokasi di Rumah Sakait
Mycobacterium Tuberculosis dapat menular Umum Daerah Kota Mataram.
dari individu yang satu ke individu lainnya Populasi dalam penelitian ini adalah 159
melalui percikan yang terbawa udara seperti berkas rekam medis pasien dengan diagnosis
Tuberkulosis tahun 2016. sampel yang akan

Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 58
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 61 No Diagnosa Kode Jumlah


berkas rekam medis dengan diagnosa . ICD-10
Tuberkulosis periode tahun 2016 di Rumah 6. TB A16.9 5
Sakit Umum Daerah Kota Mataram. Tehnik 7. TB Paru Kasus A16.2 1
menentukan sampel adalah dengan Putus Obat
menggunakan tehnik Simple Random 8. Bekas TB B90.9 1
Sampling. Instrumen yang akan digunakan 9. Sindrom B90.9 1
Abnormal Pasca
dalam penelitian ini ialah menggunakan cek
TB
lis ketepatan dan kelengkapan. 10. TB Paru Kasus A16.2 3
Tehnik Pegumpulan Data Baru
Dalam penelitian ini digunakan data 11. TB Paru BTA (-) A16.0 2
primer yaitu data yang diperoleh secara 12. TB Paru dan A18.8†. 1
langsung melalui observasi terhadap berkas Prungindual K77.0*
rekam medis pada lembar masuk keluar, Hepatitis
lembar perjalanan penyakit, lembar ringkasan 13. Sequelae TB R91 1
keluar (resume medis), lembar hasil Paru
pemeriksaan penunjang diagnosis utama dan 14. TB Paru On A16.2 1
kode penyakit Tuberkulosis. Data sekunder Treatment
dalam penelitian ini adalah laporan indeks 15. Pleurisy TB A16.5 1
penyakit Tuberkulosis yang digunakan untuk 16. TB Paru Kasus A16.0 2
mengetahui nomor rekam medis sebagai Baru BTA (-)
Total 61
petunjuk dalam menentukan dokumen rekam
medis yang akan diteliti. Data Diolah, 2017.
3. HASIL PENELITIAN Dari tabel diatas dijelaskan bahwa yang
a. Jumlah Kasus Tuberkulosis terbanyak adalah dengan diagnosis TB Paru
Berdasarkan Diagnosis Penyakit di yakni 36 kasus, diagnosis TB (Tuberkulosis)
Rumah Sakit Umum Daerah Kota yakni 5 kasus, diagnosis Presmutif TB dan
Mataram Tahun 2016 Berdasarkan 61 TB Paru kasus baru yakni 3 kasus, diagnosis
Berkas Rekam Medis yang Diteliti TB Paru BTA (-) dan TB Paru Kasus Baru
Berdasarkan hasil penelitian, kasus BTA (-) yakni 2 kasus, dan yang paling
Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Daerah sedikit adalah Diagnosis Efusi Pleura Non
Kota Mataram sangat bervariasi, untuk TB, TB Paru Kaus Putus Obat, Bekas TB,
mengetahui jumlah hasil diagnosis penyakit Sindrom Abnormal Pasca TB, TB Paru dan
Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Daerah Prungindual Hepatitis, Sequelae TB Paru, TB
Kota Mataram peride tahun 2016 dapat dilihat Paru On Treatment, dan Pleurisy TB masing-
pada tabel berikut. masing 1 kasus.
Tabel 4 Jumlah Kasus Tuberkulosis b. Tingkat Ketepatan dan Kelengkapan
Berdasarkan Diagnosis Penyakit di Rumah Kode Diagnosis Kasus Tuberkulosis
Sakit Umum Daerah Kota Mataram Tahun Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit
2016 Umum Daerah Kota Mataram.
No Diagnosa Kode Jumlah Ketepatan dan kelengkapan kode
. ICD-10 penyakit Tuberkulosis dari 61 dokumen
1. Atelektosis Paru A16.2 1 rekam medis yang diteliti didapatkan
2. TB Paru BTA (+) A15.9 1 perentase kode penyakit Tuberkulosis yang
3. TB Paru A16.2 36 tepat dan tidak tepat pada tabel 4 dan 5
4. Presmutif TB R91 3 sebagai berikut:
5. Efusi Pleura Non R91 1
TB

Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 59
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Tabel 5 Tingkat Ketepatan Kode Diagnosis 4. PEMBAHASAN


Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan ICD-
10 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dari penelitian dapat diketahui jumlah
Mataram Periode Tahun 2016 kasus Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum
No. Ketepatan Jumlah Perentase Daerah Kota Mataram periode tahun 2016
yaitu sebanyak 159 kasus.
kode (%)
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah
diagnosis Sakit Umum Daerah Kota Mataram terhadap
penyakit tingkat ketepatan kode diagnosis penyakit
tuberkulosis Tuberkulosis dari 61 berkas rekam medis
1 Tepat 45 73,77% yang diteliti diperoleh hasil dari kode
2 Tidak tepat 16 26,22% penyakit Tuberkulosis yang tepat ialah
sebanyak 45 berkas rekam medis atau 73,77%
Jumlah 61 100%
dan kode yang tidak tepat sebanyak 16 berkas
Data diolah, 2017. rekam medis atau 26,22% dari 61 berkas
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rekam medis yang diteliti. Kemudian
kode penyakit Tuberkulosis yang tepat berdasarkan penelitian terhadap tingkat
Berdasarkan ICD-10 Rumah Sakit Umum kelengkapan kode penyakit Tuberkulosis
Daerah Kota Mataram Periode Tahun 2016 diperoleh hasil kode yang lengkap sebanyak
yang tepat sebesar 73,77% dan yang tidak 61 atau 100% dan kode yang tidak lengkap
tepat sebesar 26,22%. sebanyak 0 berkas rekam medis atau 0% dari
Tabel 6 Tingkat Kelengkapan Kode 61 berkas rekam medis yang diteliti.
Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Dari data yang diteliti, diketahuinya
Berdasarkan ICD-10 Rumah Sakit Umum jumlah variasi dalam pemberian diagnosis
Daerah Kota Mataram Periode Tahun penyakit Tuberkulosis yaitu sebanyak 16
2016 variasi pemberian diagnosis dari 61 jumlah
No. Kelengkapan Jumlah Perentase kasus Tuberkulosis.
Pengkodingan penyakit pasien secara garis
kode (%) besar untuk keseluruhan sudah sesuai dengan
diagnosis prosedur tetap dan kebijakan yang ada di
Rumah sakit Umum Daerah Kota Mataram.
penyakit Hal tersebut dapat diketahui dari penulisan
tuberkulosis kode penyakit dan penulisan kode tindakan
medis atau operasi didalam kotak atau yang
1 lengkap 61 100% tersedia pada lembar formulir rekam medis
2 Tidak 0 0% ringkasan masuk dan keluar atau resume
medis, namun pada pengkodingan penyakit
lengkap khususnya.
Jumlah 61 100% Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas rekam medis (koder) di Rumah Sakit
Data diolah, 2017. Umum Daerah Kota Mataram, faktor-faktor
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kode yang mempengaruhi ketepatan dan
penyakit Tuberkulosis yang lengkap kelengkapan kode diagnosis antara lain:
berdasarkan ICD-10 Rumah Sakit Umum a. Petugas koding kesulitan membaca
Daerah Kota Mataram Periode Tahun 2016 membaca diagnosa yang dituliskan
yang lengkap sebesar 100% dan yang tidak dokter.
lenkap sebesar 0%. b. Petugas koding kurang fokus pada saat
pemberiab kode penyakit akibat

Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 60
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com

banyaknya beban kerja yang banyak Tuberkulosis diperoleh hasil dari kode
sehingga mempengaruhi ketepatan dan penyakit Tuberkulosis yang tepat ialah
kelengkapan kode. sebanyak 45 berkas rekam medis atau 73,77%
c. Petugas koding sulit menentukan dan kode yang tidak tepat sebanyak 16 berkas
singkatan yang tidak baku yang rekam medis atau 26,22% dari 61 berkas
dituliskan dokter. rekam medis yang diteliti. Kemudian
Untuk pengetahuan atau tata cara koding berdasarkan penelitian terhadap tingkat
serta ketentuan-ketentuan dalam ICD-10 kelengkapan kode penyakit Tuberkulosis
membuat koder dapat menentukan kode diperoleh hasil kode yang lengkap sebanyak
dengan lebih tepat dan lengkap melalui: 61 atau 100% dan kode yang tidak lengkap
1) Tingkat Pendidikan sebanyak 0 berkas rekam medis atau 0% dari
Tingkat pendidikan dari ketiga petugas 61 berkas rekam medis yang diteliti.
koder di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Ketidaktepatan dan ketidaklengkapan kode
Mataram sudah berlatar belakang pendidikan diagnosis pada penyakit Tuberkulosis
D3 rekam medis. disebabkan beberapa faktor yaitu tenaga
2) Pelatihan medik (dokter), petugas rekam medik (koder)
Petugas koding di Rumah dan sarana prasarana. Dari data yang diteliti,
Sakit Umum Daerah kota diketahuinya jumlah variasi dalam pemberian
Mataram sudah sering mengikuti diagnosis penyakit Tuberkulosis yaitu
seminar, work shop, dan pelatihan sebanyak 16 variasi pemberian diagnosis dari
berkaitan denga rekam medis. 61 kasus Tuberkulosis.
3) Pengalaman kerja DAFTAR PUSTAKA
Pengalaman kerja yang
dimiliki Petugas koding di Rumah Ardyanta, A. R., & Nuryati, S. (2014).
Sakit Umum Daerah kota Keakuratan Kode Tindakan Kasus
Mataram sudah cukup lama yaitu Bedah Pasien Rawat Inap Berdasarkan
lebih dari 3 tahun. ICD-9 CM di Rumah Sakit Panti
Masalah-masalah lain yang menghambat Rapih Yogyakarta (Doktoral
yang dapat mempengaruhi ketidaktepatan dan Dissertation, Universitas Gadjah
ketidaklengkapan kode antara lain diagnosis Mada).
yang dituliskan dokter sulit dirbaca oleh
petuga koder dan petugas koder tidak Depkes RI. 1997. Rekm Medis. Jakarta:
menanyakan kembali dengan dokter, Depkes RI 1997.
penulisan diagnosa yang tidak sesuai dengan Depkes RI. 1999 Standar Pelayanan Rumah
bahasa ICD, singkatan yang digunakan tidak Sakit, DirektoratRumah Sakit Umum
baku serta adanya diagnosa yang tidak Dan Pendidikan, Direktorat Jendral
tertuliskan dilemabar resume medis dan Pelayanan Medis. Cetakan Ke-lima,
petugas koder tidak mengkonfimasi dengan Edisi Ke-dua: Jakarta.
dokter dan akhirnya berkas tersebut tidak
terkode. Selain hal tersebut ketidaktepatan Dirjen Pelayanan Medik No.78 Tahun 1991,
dan ketidaklengkapan juga disebabkan karena Tentang Fungsi Rekam Medis.
petugas koder cenderung menggunakan buku
bantu atau hafalan saat mengkode tanpa Fitri, Y.O. (2011). Hubungan Pengetahuan,
membuka atau merujuk kembali ke buku ICD. Tindakan dan Komotmen Pimpinan
5. KESIMPULAN Terhadap Kelengkapan Pengisian
Dokumen Rekam Medis di Rumah
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sakit Umum M. Djamil Padang Tahun
tingkat ketepatan kode diagnosis penyakit 2011. Padang.

Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 61
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik, Obi Andareto, 2015. Penyakit Menular


and Direktorat Jendral Pengendalian Disekitar Anda, Jakarta Selatan:
Penyakit. “Pedoman Nasional Pustaka Ilmu Semesta.
Pengendalian Tuberkulosis”.
Kementian Kesehatan Republik Permenkes RI, No.269/Menkes/PER/2008,
Indonesia, (2011). Tentang Rekam Medis.

Indonesia, Konsil Kedokteran. ”Manual Pramono, A. E. (2013). Keakuratan Kode


Rekam Medis”. Konsil Kedokteran Diagnosis Penyakit Berdasrkan ICD-
Indonesia: Jakarta 10 di Puskesmas Gondokusuman II
Kota Yogyakarta. “Jurnal Manajemen
Kemenkes RI. 2010. Klasifikasi Penyakit Informasi Kesehatan Indonesia 1(1).
ICD-10.
Rahayu, W.A. (2013). Kode Klasifikasi
Maya, R. A., & Sudra, R. I. (2014). Penyakit Dan Tindakan Medis ICD-
Kelengkapan Informasi Penunjang 10.
dalam Penentuan Dan Keakuratan
Kode Diagnosis Utama Chronic Renal Rusliayanti., Lusi, N. K., Hidayat, A. R.,
Failure Pasien Rawat Inap di Rumah Seha, H. N. “Analisis Ketepatan
Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Pengkodean Diagnosis Berdasarkan
Mangun Sumarso Wonogiri Tahun ICD-10 dengan Penerapan Karakter
2013. Rekam medis, 8.2. Ke-5 pada Pasien Fraktur Rawat Jalan
Semester II di RSU Mitra Paramedika
Notoadmodjo, 2012. Metodelogi Penelitian Yogyakarta”.
kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiono, (2014). Metode Penelitian,
Novita, Y. (2008). Analisis Keakuratan Kode Bandung: Alfabeta
Commotio Cerebri Pasien Rawat Inap
Berdasarkan ICD-10 Rekam Medis di Susi, F. Y. M.Ph., 2015. Metodelogi
Rumah Sakit Islam Klaten. Penelitian Kesehatan. Darmais Pres
2015.
Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan, Jakarta: PT alemba Widjaja, J. T., Diana, K.J., and Rina, L. R.
Medica. (2010). Analisis Kadar Interveron
Gamma pada Penderita Tuberkulosis
Surat Keputusan Dirjen Yanmed Paru dan Organ Sehat. J Respir Indo
No.78/YanMed/YMU/1991, Tentang 30.2 (2010): 119-24
Rekam Medis.

Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 62
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai