ABSTRAK
Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 56
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com
rumah sakit akan berhasil sebaimana yang benar, maka mustahil tertib administrasi
diharapkan apabila didukung dengan suatu rumah sakit akan berhasil dicapai
sistem pengelolaan rekam medis yeng baik sebagaimana yang diharapkan, sedangkan
dan benar (Novita, 2008). tertib administrasi merupakan salah satu
Rekam medis menurut Peraturan Menteri factor yang menentukan dalam upaya
Kesehatan RI No.269/Menkes/PER/2008, pelayanan kesehatan di rumah sakit.
adalah berkas yang berisikan catatan dan Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari
dokumen tentang identitas pasien, beberapa aspek, antara lain aspek adminstrasi,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan aspek hukum, aspek keuangan, aspek
pelayanan lain yang telah diberikan kepada penelitian, aspek pendidikan dan aspek
pasien. Rekam medis adalah rekaman atau dokumentasi (Novita, 2008).
catatan mengenai siapa, apa, mengapa, Menurut Dirjen Pelayanan Medik No. 78
bilamana, dan bagaimana pelayanan yang tahun 1991, fungsi rekam medis adalah
diberikan kepada pasien selama dalam sebagai sumber informasi medis dari pasien
perawatan yang memuat pengetahuan yang berobat ke rumah sakit yang berguna
mengenai pasien dan pelayanan yang untuk keperluan pengobatan dan
diperoleh sarta memuat informasi yang cukup pemeliharaan kesehatan pasien, alat
untuk menemukenali (mengidentifikasi komunikasi antara dokter dengan dokter
pasien, membenarkan diagnosis, dan lainnya, antara dokter dengan paramedik
pengobatan serta merekam hasilnya). Dalam dalam usaha pemberian pelayanan,
Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan pengobatan dan perawatan, bukti tertulis
Medik No.78/YanMed/YMU/1991 dijelaskan (documentary evidence) tentang pelayanan
lebih lanjut bahwa rekam medis adalah berkas yang telah diberikan oleh rumah sakit dan
yang berisikan catatan dan dokumen tentang keperluan lain, alat untuk analisis dan
identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang
pengobatan, tindakan pelayanan lain yang diberikan oleh rumah sakit, alat untuk
diberikan kepada seseorang pasien selama melindungi kepentingan hukum bagi pasien,
dirawat di rumah sakit yang dilakukan diunit- dokter serta tenaga kesehatan lainnya di
unit rawat jalan termasuk unit gawat darurat rumah sakit, untuk penelitian dan pendidikan,
dan unit rawat inap (Novita, 2008). untuk perencanaan dan pemanfaata sumber
Rekam medis dikatakan lengkap apabila daya dan untuk keperluan lain yang ada
didalamnya berisi keterangan, catatan dan kaitannya dengan rekam medis (Novita,
rekaman yang lengkap mengenai pelayanan 2008).
yang diberikan kepada pasien meliputi hasil ICD-10 adalah klasifikasi statistik, yang
wawancara (Anamnesa), hasil pemeriksaan berarti bahwa ICD-10 berisis nomor-nomor
fisik, hasil pemeriksaan penunjang bila terbatas dari kategori kode eksklusif yang
dilakukan pemeriksaan labolatorium, menggambarkan seluruh penyakit. Klasifikasi
roentgen, elektrokardiogram, diagnosis, mempunyai struktur hirarki dengan subdivisi-
pengobatan dan tindakan bila dulakukan serta subdivisi untuk mengidentifikasi kelompok
hasil akhir dari pelayanan medik maupun besar dan sesuatu yang spesifik. Koding
keperawatan dan semua pelayanan (Novita, menurut WHO adalah penetapan sandi atau
2008). penentuan penggunaan nomor, huruf, atau
Tujuan rekam medis adalah menunjang kombinasi huruf angka untuk mewakili
tercapainya tertib administrasi dalam rangka komponen data terkait. Koding diagnosis
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di harus sesuai aturan sistem koding ICD-10
rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem akurat dan tepat (Novita, 2008).
pengelolaan rekam medis yang baik dan
Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 57
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com
Tujuan ICD-10 diantaranya ialah untuk batuk, dahak, atau percikan ludah (Widjaja,
mendapatkan rekaman sistematis, melakukan 2010).
analisis, interpretasi serta membandingkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
data morbiditas dari Negara yang berbeda oleh Novita tahun 2008 di Rumah Sakit Islam
atau antar wilayah pada waktu yang berbeda, Klaten mengenai tingkat akurasi diagnosis
untuk menerjemahkan diagnosis penyakit dan utama penyakit commotion cerebri pasien
masalah kesehatan dari kata-kata menjadi rawat inap pada kerakter keempat, dari 236
kode alfanumerik yang akan memudahkan dokumen persentase kode yang akurat
penyimpanan, mendapatkan data kembali dan mencapai 66,5% dan tidak akurat mencapai
analisis, memudahkan entry data ke database 33,48%. Kemudian tingkat akurasi kode pada
komputer yang tersedia, menyediakan data karakter kelima dari 236 dokumen persentas
yang diperluakan oleh sistem pembayaran kode yang lengkap ialah 0% dan tidak
atau penagihan biaya yang dijalankan, lengkap mencapai 100%.
memaparkan indikasi alasan mengapa pasien Selanjutnya penelitian yang dilakukan
memperoleh asuhan atau perawatan atau Ruslianti dan rekan-rekan mengenai tingkat
pelayanan dan menyediakan informasi ketepatan kode diagnosis berdasarkan ICD-10
diagnosis dan tindakan bagi riset, edukasi dan dengan penerapan karakter kelima pada
kajian assessment kualitas keluaran (Novita, pasien fraktur rawat jalan di Rumah Sakit
2008). Umum Mitra Paramedika Yokyakarta tahun
Struktur dari ICD-10. Menurut depkes RI 2015, dari 86 berkas, kode yang tepat
(1999), struktur dasar ICD-10 yang terdiri sebanyak 9 berkas dan persentasenya
dari 3 volume. Struktur dasar ICD-10 volume mencapai 10,5%, kemudian kode yang tidak
1 adalah daftar tabulasi yang berupa daftar tepat sebanyak 77 berkas dan persentasenya
alganumerik dari penyakit dan kelompok mencapai 89,5%.
penyakit beserta catatan “Inclusion” dan Dari latar belakang tersebut, maka penulis
“Exclusion” dan beberapa cara pemberian merasa perlu melakukan penelitian dengan
kode, volume 2 berisi pengenalan dan judul “Ketepatan dan Kelengkapan Kode
petunjuk bagaimana menggunakan volume 1 Diagnosis dan Tindakan pada Kasus
dan 3, petunjuk membuat sertifikat dan Tuberkulosis Berdasarkan ICD 10 dan ICD-9
aturan-aturan kode mortalitas, petunjuk CM di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
mencatat dan mengkode morbiditas dan Mataram Periode Tahun 2016.
volume 3 adalah indeks abjat dari penyakit
dan kondisi yang terdapat pada daftar tabulasi 2. METODE
Novita, 2008).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular Jenis penelitian ini merupakan penelitian
akut maupun kronis yang terutama menyerang deskriptif yaitu suatu metode penelitian
paru-paru atau saluran pernapasan. dengan tujuan untuk membuat gambaran atau
Tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri deskriptif tentang suatu keadaan secara
batang gram positif, Mycobacterium objektif. Penelitian ini menggambarkan
Tuberculosis. Infeksi Mycobacterium bagaimana tingkat ketepatan dan kelengkapan
Tuberculosis memiliki kekhasan tersendiri, kode diagnosis pada kasus Tuberkulosis
karena bakteri tersebut hidup intraselular. berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Umum
Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang Daerah Kota Mataram periode tahun 2016.
mempersulit upaya pengobatan. Penelitian ini berlokasi di Rumah Sakait
Mycobacterium Tuberculosis dapat menular Umum Daerah Kota Mataram.
dari individu yang satu ke individu lainnya Populasi dalam penelitian ini adalah 159
melalui percikan yang terbawa udara seperti berkas rekam medis pasien dengan diagnosis
Tuberkulosis tahun 2016. sampel yang akan
Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 58
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com
Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 59
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com
Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 60
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com
banyaknya beban kerja yang banyak Tuberkulosis diperoleh hasil dari kode
sehingga mempengaruhi ketepatan dan penyakit Tuberkulosis yang tepat ialah
kelengkapan kode. sebanyak 45 berkas rekam medis atau 73,77%
c. Petugas koding sulit menentukan dan kode yang tidak tepat sebanyak 16 berkas
singkatan yang tidak baku yang rekam medis atau 26,22% dari 61 berkas
dituliskan dokter. rekam medis yang diteliti. Kemudian
Untuk pengetahuan atau tata cara koding berdasarkan penelitian terhadap tingkat
serta ketentuan-ketentuan dalam ICD-10 kelengkapan kode penyakit Tuberkulosis
membuat koder dapat menentukan kode diperoleh hasil kode yang lengkap sebanyak
dengan lebih tepat dan lengkap melalui: 61 atau 100% dan kode yang tidak lengkap
1) Tingkat Pendidikan sebanyak 0 berkas rekam medis atau 0% dari
Tingkat pendidikan dari ketiga petugas 61 berkas rekam medis yang diteliti.
koder di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Ketidaktepatan dan ketidaklengkapan kode
Mataram sudah berlatar belakang pendidikan diagnosis pada penyakit Tuberkulosis
D3 rekam medis. disebabkan beberapa faktor yaitu tenaga
2) Pelatihan medik (dokter), petugas rekam medik (koder)
Petugas koding di Rumah dan sarana prasarana. Dari data yang diteliti,
Sakit Umum Daerah kota diketahuinya jumlah variasi dalam pemberian
Mataram sudah sering mengikuti diagnosis penyakit Tuberkulosis yaitu
seminar, work shop, dan pelatihan sebanyak 16 variasi pemberian diagnosis dari
berkaitan denga rekam medis. 61 kasus Tuberkulosis.
3) Pengalaman kerja DAFTAR PUSTAKA
Pengalaman kerja yang
dimiliki Petugas koding di Rumah Ardyanta, A. R., & Nuryati, S. (2014).
Sakit Umum Daerah kota Keakuratan Kode Tindakan Kasus
Mataram sudah cukup lama yaitu Bedah Pasien Rawat Inap Berdasarkan
lebih dari 3 tahun. ICD-9 CM di Rumah Sakit Panti
Masalah-masalah lain yang menghambat Rapih Yogyakarta (Doktoral
yang dapat mempengaruhi ketidaktepatan dan Dissertation, Universitas Gadjah
ketidaklengkapan kode antara lain diagnosis Mada).
yang dituliskan dokter sulit dirbaca oleh
petuga koder dan petugas koder tidak Depkes RI. 1997. Rekm Medis. Jakarta:
menanyakan kembali dengan dokter, Depkes RI 1997.
penulisan diagnosa yang tidak sesuai dengan Depkes RI. 1999 Standar Pelayanan Rumah
bahasa ICD, singkatan yang digunakan tidak Sakit, DirektoratRumah Sakit Umum
baku serta adanya diagnosa yang tidak Dan Pendidikan, Direktorat Jendral
tertuliskan dilemabar resume medis dan Pelayanan Medis. Cetakan Ke-lima,
petugas koder tidak mengkonfimasi dengan Edisi Ke-dua: Jakarta.
dokter dan akhirnya berkas tersebut tidak
terkode. Selain hal tersebut ketidaktepatan Dirjen Pelayanan Medik No.78 Tahun 1991,
dan ketidaklengkapan juga disebabkan karena Tentang Fungsi Rekam Medis.
petugas koder cenderung menggunakan buku
bantu atau hafalan saat mengkode tanpa Fitri, Y.O. (2011). Hubungan Pengetahuan,
membuka atau merujuk kembali ke buku ICD. Tindakan dan Komotmen Pimpinan
5. KESIMPULAN Terhadap Kelengkapan Pengisian
Dokumen Rekam Medis di Rumah
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sakit Umum M. Djamil Padang Tahun
tingkat ketepatan kode diagnosis penyakit 2011. Padang.
Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 61
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2580 - 3727
lppm-politeknikmfh@gmail.com
Quality Assurance and Health Information Management Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 62
Volume 1. No. 2 – Oktober 2017