Anda di halaman 1dari 32

TINJAUAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI

DALAM KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI PENYAKIT


DI RSIA ANNISA PEKANBARU TAHUN 2023

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

VINNY ALVIONITA
NIM : 20021055

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIK DAN INFORMASI


KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
HANG TUAH PEKANBARU 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, tidak dapat


dipungkiri hal tersebut berpengaruh dan menyebabkan perubahan diberbgai as-
pek, termasuk kesehatan. Seperti rumah sakit, pelayanan kesehatan juga dibu-
tuhkan dukungan dari teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi
Sudah semakin pesat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat mem-
berikan pelayanan yang bermutu, bukan hanya dari pelayanan medis tetapi juga
dari informasi kesehatan, yang dapat berguna sebagai alat informasi dasar
dalam upaya perencanaan dan peningkatan mutu pelayanaan kesehatan untuk
perencanaan masa depan. Setiap rumah sakit menyelanggarakan rekam medis
untuk meningkatkan mutu pelayanaan kesehatan yang diberikan, khususnya
bagian coding dalam klasifikasi dan kodefikasi penyakit.
Berdasarkan pengertian rekam medis menurut permenkes No 24 tahun 2022
Bab 1 pasal 1 adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemerik-
saan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Maksud dan tujuan rekam medis
adalah suatu berkas yang mempunyai nilai medis karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan
yang harus diberikan ke pasien (Hatta,1985). Teknologi informasi dalam klasi-
fikasi dan kodefiksi penyakit adalah aplikasi berbasis komputer dalam
melakukan terminologi medis dan klasifikasi penyakit yang dapat memberikan
kemudahan petugas koding dan manfaatnya untuk membantu pengkodeaan di-
agnosa pasien dengan baik,mengetahui biaya dari kode-kode penyakit, untuk
mengakses data rekam medis pasien,dan untuk memudahkan proses manaje-
men di rawat jalan, rawat inap,dan IGD.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No. HK 01.07/MENKES/
312/2020 tentang standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan,
bahwa ada 7 kategori kompetensi perekam medis informasi kesehatan yang
harus dimiliki oleh seorang perekam medis dengan urutan sebagai berikut:
1. Profesionalisme yang luhur, etika dan legal.
2. Mawas diri dan pengembangan diri.
3. Komunikasi efektif.
4. Manajemen data dam informasi kesehatan.
5. Ketrampilan klasifikasi klinis, kodefikasi penyakit dan masalah kesehatan
lainnya, serta prosedur klinis.
6. Aplikasi statistik kesehatan, epidemiologi dasar, dan biomedik.
7. Manajemen pelayanan RMIK.

Sedangkan komponen kompetensi perekam medis informasi kesehatan


meliputi:
1. Area profesionalisme yang luhur, etika dan legal
2. Area mawas diri dan pengembangan diri
3. Area komunikasi efektif
4. Area manajemen data dan informasi kesehatan
5. Area ketrampilan klasifikasi klinis, kodefikasi penyakit dan masalah kese-
hatan lainnya.
6. Area aplikasi statistic kesehatan, epidemiologi dasar, dan biomedik
7. Area manajemen pelayanan RMIK

Salah satu kompetensi pokok perekam medis adalah klasifikasi dan kode-
fikasi penyakit, artinya bahwa seorang profesi perekam medis dan informasi
kesehatan harus mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat
sesuai klasifikasi yang diberlakukan diindonesia (ICD-10) tentang penyakit dan
tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Untuk menguasai
kompetensi yang pertama seorang perekam medis harus memilik pengetahuan
tetang ilmu penyakit, nomenklatur dan klasifikasi penyakit, klasifikasi tin-
dakan, terminologi medis, anatomi fisiologi, biologi manusia dan patologi
(Hatta,2008:127).
Menurut Depkes RI (2006), coding adalah membuat kode atas diagnosis
penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku bertujuan untuk mem-
permudah pengelompkkan penyakit dan operasi yang dapat di tuangkan dalam
bentuk angka. Pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau
angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data
kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis harus
diberi kode selanjutnya, hasil yang diperoleh di indeks untuk mempermudah
pelayanan dalam hal penyajian informasi untuk menunjang fungsi peren-
canaan, manajemen dan riset di bidang kesehatan.
Coding bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit ced-
era, gejala, dan faktor yang mempengaruhi kesehatan, data klinis yang terkode
dibutuhkan untuk mendapatkan lembali informasi atas perawatan pasien,
penelitian, perbaikan, pelaksanaan, perencanaan dan biaya perawatan kepada
penyedia pelayanan kesehatan. Hal hal yang penting dalam pengkodean untuk
dapat menciptakan ketepatan dan kecepatan pengkodean penyakit adalah seba-
gai berikut (Hatta, 2008):
1. Kualitas pengkodean
2. Standar dan etika
3. Elemen kualitas pengkodean
4. Kebijakan dan prosedur pengkodean
5. ICD-10

Pengkodean harus mengikuti sistem klasifikasi yang sedang berlaku dengan


memiki pengkodean diagnosis dan tindakan yang tepat, akurat,komplet dan
konsisten untuk menghasilkan data yang berkualitas (Hatta,2008), faktor faktor
yang mempengaruhi dalam pengkodean adalah tenaga medis sebagai pemberi
kode, tenaga kesehatan lainnya sarana dan prasarana kelengkapan berkas
rekam medis dan kebijakan rumah sakit (Depkes RI, 2007).
Sekarang di setiap rumah sakit sudah menerapkan komputerisasi untuk
memberikan pelayanan terhadap pasien yang datang dirumah sakit. Teknologi
informasi telah banyak digunakan, misalnya dalam rekam medis di pendaftaran
dan elektronik yang diterapkan untukmendukung pelayanan rawat inap,rawat
jalan maupun gawat darurat.berbagai hasil pemeriksaan labortarium baik
berupa teks, angka maupun gambar, seperti patologi, radiology, kedokteran
nuklir, kardiologi sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format elektronik
(Sabarguna,2009:11).
Munculnya transformasi paradigma rekam medis dari tradiosional menjadi
manajemen informasi kesehatan pada pertengahan tahun 1990 adalah reformasi
baru dibidang informasi kesehatan yang dipicu oleh modernisasi perkemban-
gan teknologi informasi dan komunikasi khususnya bagian koding dalam klasi-
fikasi dan kodefikasi penyakit.
Sistem klasifikasi penyakit adalah sistem yang mengelompokkan penyakit-
penyakitdan prosedur-prosedur yang sejenis kedalam satu grup nomor kode
penyakit dan tidakan yang sejenis. International statistical clasifikation of
deases and related healt problem (ICD) dari WHO, adalah sistem klasifikasi
yang komprenship dan diakui secara internasional dan bertujuan untuk menyer-
agamkan nama dan golongan penyakit,cidera, gejala dan faktor yang mempen-
garuhi kesehatan.dan sangat berperan penting dalam proses manajemen rumah
sakit, dijadikan sebuah pelaporan rumah sakit yang akurat.
Survey awal yang telah dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Annisa Pekanbaru tentang penggunaan teknologi informasi dalam klasi-
fikasi dan kodefikasi penyakit sudah menggunakan komputerisasi sejak tahun
2019 dan telah terintregasi dengan baik. Pelaksanaan pengkodingan secara
komputerisasi sudah terinput langsung deskripsi diagnosa dan kode penyakit
sesuai diagnose dokter. Petugas koding menginput kode penyakit pasien di
komputer akan keluar diagnosa atau penyakit sesuai penulisan dokter. Petugas
coding hanya menginput saja kode penyakit pasien. Maka dikomputer akan
keluar diagnosa/penyakit sesuai dengan penulisan dokter.
Manfaat teknologi informasi dalam klasifikasi dan kodefikasi penyakit di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru dapat memudahkan petugas
koder
dalam mengkode penyakit pasien dengan cepat dan benar dan menjadikan pela-
poran data pasien di rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap, memu-
dahkan pengolahan data dengan cepat sesuai dengan kebutuhan internal dan
eksternal.
Adapun kendala yang terjadi dalam proses klasifikasi dan kodefikasi
penyakit di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru:
Dokter hanya membuat diagnosa tanpa deskripsinya serta tulisan dokter
yang kurang jelas , membuat petugas koding kesusahan untuk menginput diag-
nosa pada sistem, maka koder harus berhati hati dalam keakuratan dan ke-
lengkapan diagnosa penyakit pasien karena pengkodean penyakit sangat
berpengaruh penting bagi Rumah sakit, jika terjadi kesalahan dibagian
pengkodean akan berpengaruh terhadap pembiayaan yang ada di rumah sakit
pasien BPJS maupun umum. Dan akan berakibat fatal dan bisa saja merugikan
rumah sakit. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru petugas koder
mendapat kendala dalam mengkode diagnosa fracture petugas harus membuka
kembali ICD-10 baru memasukkan kembali kode di komputer. Fracture
terbagi tiga jenis, fracture terbuka, fracture tertutup, fracture komplecsitas.
Melakukan pengkodean terhadap seluruh pasien, dari rawat jalan dan rawat
inap tanpa terkecuali pada umum nya disetiap periode rumah sakit akan men-
gelompokkan 10 penyakit terbesar. Berdasarkan latar belakang diatas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dalam Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah


1. Rumusan Masalah

Bagaimana Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Klasifikasi dan


Kodefikasi penyakit di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru Tahun
2023
2. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah hanya pada Pemanfaatan Teknologi infor-


masi dalam Klasifikasi dan Kodefikasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak An-
nisa Pekanbaru Tahun 2023.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Klasifikasi dan
Kodefikasi Penyakit di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru Tahun
2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas) yang menggu-


nakan teknologi informasi dalam klasifikasi dan kodefikasi penyakit di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Anak Annisa Pekanbaru Tahun 2023
b. Mengetahui sarana prasarana teknologi informasi (hardware dan soft-
ware) yang digunakan dalam klasifikasidan kodefikasi penyakit di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru Tahun 2023
c. Mengetahui prosedur penggunaan teknologi informasi dalam klasifikasi
dan kodefikasi penyakit di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru
Tahun 2023.
d. Mengetahui hasil manfaat teknologi informasi dalam klasifikasi dan
kodefikasi penyakit di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru
Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaatan Teoritis

Sebagai panduan dan referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu


dan menambahkan kajian ilmu dalam pemeliharaan karya tulis ilmiah (KTI)
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi
Rumah Sakit dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam pengklasi-
fikasian dan pengkodingan penyakit guna meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.

b. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan pengembangan kurikulum, perpustakaan dan infor-
masi bagi mahasiswa selanjutnya, dan sebagai bahan perbandingan antara
teori dengan kenyataan yang dihadapi dilapangan mengenai pemanfaatan
teknologi informasi dalam pengklasifikasiaan dan pengkodingan
penyakit.

c. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan peneliti serta dapat dijadikan landasan berpijak dalam rangka
menindak lanjuti penelitian ini denganruang lingkup lebih luas.
BAB II
TINJAUAN PERPUSTAKAAN

A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Teknologi
Teknologi adalah ilmu yang berhubungan baik dengan sains maupun seni
dengan penerapan yang bersifat saintifik menjadi praktis dan dapat diartikan
pula sebagai aplikasi yang bersifat praktis dari sains ke dalam bidang
industri, bisnis, pendidikan dan lain-lain.(Haura utama, 2022:1).

2. Pengertian Informasi

Informasi merupakan data yang telah diolah dan di analisis secara formal
dengan cara benar dan efektif, sehingga hasilnya dapat bermanfaat dalam
operasional dan manajemen. Ciri-ciri dari informasi tersebut ialah (Niken
Bayu argaheni, 2022:8):
a. Berupa data yang telah diolah
b. Bentuk yang berguna dan berarti bagi yang penerima
c. Menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan yang nyata

Adapun fungsi dari informasi, diantaranya:


a. Menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari suatu hal
b. Menjadi lamdasan atau pertimbangan serta langkah dalam melakukan
aktifitas
c. Mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan.

3. Pengertian teknologi Informasi

Teknologi informasi merupakan istilah yang dipakai untuk


mendeskripsikan berbagai jenis bentuk teknologi yang menjadikan manusia
mampu untuk melakukan pencatatan, perekaman, penyimpanan,
pengolahan, pengambilan kembali, pengirim dan penerima. ( Haura utama,
2022:1).
Sedangkan komponen teknologi informasi terdiri dari 4 komponen yaitu
(Haura utama, 2022:9):
a. Perangkat keras
Perangkat keras komputer adalah media penyimpanan atau memori,
peralatan output, peralatan komunikasi, central processing unit(Cpu),
peralatan input dan mouse.
b. Perangkat lunak
Perangkat lunak komputer merupakan media jembatan yang
digunakan untuk mengintruksi atau memberi tahu apa yang akan
dilakukan komputer.
c. Pengguna atau Brainware
Brainware adalah orang yang mengoperasikan komputer dilihat dari
sudut pandang pekerjaannya yakni operator, programmer, analisis sistem
dan adminstrator.
d. Infoware
Adapun yang termasuk dalam infoware adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan user manual, SOP, cyber law dan lain sebagainya.

Peranan teknologi informasi dalam pengembangan SIM sangat besar artinya


yang mana peranannya dijabarkan menjadi 3 poin (Rustiyanto, 2010:12)
diantaranya yakni:
1. Membantu dalam proses pengolahan informasi
2. Sebagai pendorong informasi
3. Sebagai peniada waktu dan ruang

Teknologi informasi dan komunikasi hanya berperan sekitar 20% komponen


teknologi informasi dan komunikasi adalah (Rustiyanto, 2010:12):
1. Hardware
2. Sofware
3. Jaringan
4. Database
Sedangkan 80% sisanya adalah terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut
(Rustiyanto, 2010:12):
1. Sumber daya manusia
2. Organisasi
3. Budaya kerja
4. Sistem prosedur
5. Sistem/ payung hokum

4. Pengertian klasifikasi penyakit


Klasifikasi penyakit dapat didefenisikan diartikan sebagai mengklasi-
fikasikan data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan informasi morbidi-
tas dan sistem pelaporan morbiditas yang diharuskan (Rustiyanto, 2009:43)
Menurut Willian Far (1856) klasifikasi adalah metode generalisasi. Be-
beapa klasifikasi dapat menguntungkan bila digunakan, sedangkan dokter ahli
patologi dapat mensahkan klasifikasi penyakit dan sebab kematian yang menu-
rut jalan pikiran nya terbaik untuk adaptasi fasilitas terhadap pertanyaan yang
diajukan dan memberikan hasil secara umum (Manangka,1998:11)
Klasifikasi penyakit adalah sistem yang mengklompokkan penyakit-
penyakit dan prosedur-prosedur yang sejenis kedalam satu grup nomor kode
penyakit dan tindakan yang sejenis (Hatta,2008)
Sistem klasifikasi memudahkan peraturan pencatatan, pengumpulan,peny-
impanan, pengambilan, dan analisa data kesehatan. Terlebih lagi, sistem ini
juga membantu pengembangan dan penerapan sistem pencatatan dan
pengumpulan data pelayanan klinis pasien secara manual maupun elektronik
(Hatta,2008)
Untuk mengorganisasikan dan menstandarkan bahasa medis, para ahli
penyelanggara kesehatan berhasil mengembangkan nomenklatur penyakit dan
perbendaharaan istilah medis klinis (Hatta,2008)
Nomenklatur yang dikenal juga sebagai terminology medis, merupakan
sistem yang digunakan untuk menata daftar kumpulan istilah medis penyakit,
gejala, dan prosedur istilah istilah penyakit dan kondisi gangguan kesehatan
yang didaftar dalam klasifikasi penyakit (Hatta, 2008).
Ada beberapa nomenklatur klasifikasi lainnya antara lain (Hatta,2008):
a. SNOMED (Systematized Nomenclature of Medicine)
b. SNVDO/SNOVED (Veterinari Nomenclature of Medicine)
c. ICD-9CM (Clinical Modification)
d. ICD-O (Oncology)
Nomenklatur klasifikasi tersebutkan digunakan sesuaikebutuhan rumah
sakit masing-masing. Contoh kriteria (Hatta,2008)
a.Etiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebab atau asal penyakit dan fak-
tor-faktor yang menghasilkan atau mempengaruhi suatupenyakit tertentu
dan gangguan
b. Anatomi adalah (posisi tubuh misalnya, terkulap, terlentang, berdiri).
(bidang tubuh, misalnya bidang frontal, bidang median). (anggota badan
misalnya ekstentor, fleksor, postaksial)
c. Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau mahluk, baik yang hidup maupun yang mati.
d. Patosiofologi merupakan gabungan dari kata fisiologi dan patologi. De-
fenisi fisiologi adalah cabangbiologi yang berkaitan dengan fungsi dan
kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ jaringan sel). Defenisi patologi
adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan ilmu tentang penyakit atau
dalam keadaan sakit/abnormal misalnya patofiologimdiabetes mellitus.
e. Tanda dan gejala adalah kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal
akibat adanya gangguan penyakit, dan gejala dapat dilihat dengan mata
telanjang.
f. Prognosis adalah peramalan dari kemungkinan dan akhir suatu penyakit,
baik dengan atau tanpa pengobatan.
.
5. Pengertian kodefikasi
ICD (International Statiscal Classification of Disease and Related Health
Problem) adalah klasifikasi dengan sumbu yang bervariasi (variable axis clas-
sification). Struktur ICD dikembangkan berbeda yang diusulkan oleh Willian
Farr pada hari pertama diskusi internasional tentang struktur klasifikasi (Man-
angka,1998:12).
Menurut WHO (World Health Organization), ICD adalah sistem klasi-
fikasi yang komprehensif dan diakui secara internasional (Hatta,2008)
Skemanya Seluruhnya untuk tujuan epidemiologi raktis, data statistic
penyakit digolongkan sebagai berikut (Manangka,1998:12).:
a. Penyakit epidemic
b. Penyakit Konstitusi dan umum
c. Penyakit lokal yang disusun berdasarkan tempat
d. Penyakit perkembangan
e. Cedera

6. Pemanfaatan teknologi informasi


Beberapa pemanfaatan teknologi informasi adalah sebagai berikut:
a. Bidang sains
b. Bidang teknik
c. Bidang ekonomi
d. Bidang administrasi
e. Bidang perbankan
f. Bidang pendidikan
g. Bidang pemerintah
h. Bidang kesehatan
Khususnya pemanfaatan teknologi informasi di Rumah Sakit sangatlah
berpengaruh besar bagi kemajuan Rumah Sakit, salah satu tantangan besar
dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi dirumah sakit adalah
penerapan rekam medis berbasis komputerisasi, rekam medis berbasis kom-
puter akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari
hasil pemeriksaan dokter, digitasi atau alat diagnosis (EKG).
7. Fungsi dan Kegunaan ICD (Hatta, 2008)
Fungsi ICD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait kese-
hatan digunakan untuk kepentingan informasi statistic morbiditas dan mortal-
itas. Adapun tujuan lain ICD adalah untuk mendapatkan rekaman sistematik,
melakukan analisa, interplestasi serta membandingkan data morbiditas dari
Negara yang berbeda.
Mula-mula ICD digunakan untuk klasifikasi penyakit dan masalah penye-
bab kematian yang tercatat dalam register kematian. Kemudian diperluas
hingga mencangkup diagnosa morbiditas. Meskipun ICD diutamakan untuk
klasifikasi atau alasan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dapat
digolongkan dengan cara ini. Akibatnya ICD diberikan variasi yang luas men-
genai tanda-tanda, gejala, temuan abnormal, keluhan dan keadaan social yang
berbeda dengan diagnosa pada rekamanyang berhubungan dengan kesehatan.
Oleh karena itu dapat digunakan untuk klasifikasi data yang tercatat dalam
judul “diagnose”, “alasan MRS”, “kondisi pengobatan”, dan “alasan untuk
konsultasi”, yang tampak dalam macam-macam rekaman kesehatan yang luas
dan berasal dari statistic dan informasi situasi kesehatan yang lain.
Penerapan pengkodean sistem ICD digunakan untuk (Hatta,2008):
a. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan sarana pelayanan kese-
hatan.
b. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.
c. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan serta penyimpanan
terkait diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan
d. . Bahan dasar dalam pengelompokkanDRGs (diagnosis-related goups) un-
tuk sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan.
e. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.
f. Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan
pelayanan medis
g. Menentukan bentuk pelayanan yangharus direncanakan dan dikembangkan
sesuai kebutuhan zaman.
h. Analisa pembiayaan pelayanan kesehatan.
i. Untuk penelitian epidemiologi klinis.
j. Untuk membuat menerjemahkan diagnosa penyakit dan masalah kese-
hatan dari kata-kata menjadi kode alfanaumerik yang akan memudahkan
penyimpanan, mendapatkan data kembali dan analisa data.
k. Untuk klasifikasi penyakit dan masalah kesehatan lain yang terdapat pada
beberapa macam rekaman tentang kesehatan.
Dasar ICD adalah suatu daftar kode tunggal dan kategori 3 karakter mas-
ing-masing dapat dibagi lagi menjadi hingga hingga 10 subkategori 4 karak-
ter. Pada revisi sebelumnya digunakan kode alfanumerik dengan huruf pada
posisi pertama dan nomor bervariasi dari A00.0 hingga Z99. Dalam praktek
ICD merupakan standar klasifikasi diagnosa internasional yang berguna un-
tuk epidemiologi umum dan manajemen kesehatan (Manangka, 1998:12)
Struktur buku ICD-10 (Hatta,2008).:
a. Volume 1 merupakan himpunan klasifikasi itu sendiri yang disebutkan
tabular list. Didalam volume 1 diagnosis dikategorikan dalam kelompok
kategori sehingga memudahkan dalam pemilihannya dan perhitungan
statistik.
b. Volume 2 merupakan manual atau pedoman tentang cara menggunakan
volume 1 dan 3
c. Volume 3 disebut Alfhabetical Indeks (indeks abjad) yang berfungsi seba-
gai kamusnya volume 1. Dalam volume 3 ini terdapat 3 seksi :
c. Volume 3 disebut Alfhabetical Indeks (indeks abjad) yang berfungsi seba-
gai kamusnya volume 1. Dalam volume 3 ini terdapat 3 seksi :
1) Seksi 1 merupakan klasifiksi diagnosis yang tertera dalam vol. 1.
2) Seksi 2 untuk mencapai penyebab luar morbiditas,mortalitas dan
memuat istilah dari bab 20.
3) Seksi 3 merupakan tabel obat-obatan dan zat kimia sebagai sam-
bungan dari bab 19, 20 dan menjelaskan indikasi kejadiannya.

Perbedaan klasifikasi penyakit serta kodefikasi salah satunya adalah kalau


klasifikasi penyakit dapat dilakukan berdasarkan agen penyebabnya, patalogi
penyakit, organ yang terserang, caramasuk atau keluarnya penyakit atau fak-
tor kepaparan atau kepekaannya, misalnya menular dan penyakit tidak menu-
lar (Zainudin,2013).
a. Penyakit infeksi/menular
1) Penyakit menular melalui air.
2) Penyakit menular melalui udara.
3) Penyakit menular melalui binatang.
b. Penyakit tidak menular
1) Penyakit jantung.
2) Penyakit Kanker.
3) Penyakit metabolik.
Jenis-jenis pengelompokkan untuk penyakit menular maupun tidak menu-
lar masih cukup luas, pengelompokkan penyakit akan memberikan kemungki-
nan tumpang tindih antara sesama penyakit, sedangkan kodefikasi penyakit
dapat dikatakan merupakan sistem penggolongan penyakit dan masalah kese-
hatan secara internasional yang ditetapkan menurut kriteria tertentu seeperti
jenis diagnosa penyakit secara abjad atau numerika secara internasional yang
berlaku di Indonesia (ICD-10).

8. Aplikasi ICD-10 berbasis komputerisasi


Aplikasi ICD-10 kode penyakit beserta kode tindakan dan cara menggu-
nakannya dalam berbasis komputerisasi di RSIA Annisa pekanbaru dapat dili-
hat menggunakan aplikasi yang bernama SIMRS khanza. Untuk tampilan hala-
man sebagai berikut:
Untuk menggunakan petugas tidak perlu menginstalnya ke PC/laptop
(bersifat open source ) SIMRS khanza dapat diakses melalui alamat website
serta dapat mengakses pada file soft copy ICD. Rar yang telah didownload me-
dia penyimpanan seperti hardisk atau FD, sehingga menghasilkan folder yang
telah di deseign oleh petugas TI yang bekerja sama dengan petugas rekam
medis dibagian koding dan disimpan dalam 1 folder yang bernama SIMRS
khanza. di sistem ini memberikan kemudahan untuk menyimpan, memper-
barui, dan mencari diagnosa penyakit pasien secarah cepat.

Gambar 2.1 Tampilan awal membuka ICD-10 SIMRS khanza

9. Sistem informasi terintegrasi


Di amerika serikat telah berkembang sistem komputerisasi pada
pelayanaan medis di rumah sakit, khususnya dibangsal-bangsal rawat inap.
Kita berharap disemua instalasi pelayanan kesehatan khusus nya di rumah
sakit di Indonesia sudah menggunakan teknologi komputer disemua unit
pelayanan rumah sakit.
Untuk memberikan pelayananmaupuninformasi pihak rumah sakit dapat
menggunakan fasilitas internet untuk mengakses secara online. Sistem rumah
sakit telah dikembangkan dengan tujuan agar mampu memberikan data dan
informasi yang akurat, lengkap, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan da-
pat juga digunakan untuk mengetahui keberhasilan atau untuk mengetahui
permasalahan yang terdapat di suatu rumah sakit
Sistem yang sekarang ini baru dikembangkan antara lain integrated infor-
mation system, dimana antar provider/pelayanan kesehatan (rumah sakit) den-
gan rumah sakit lain dapat mengakses data pasien. Untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit, seorang pimpinan rumah sakit harus memperhatikan
sistem informasi rumah sakit, salah satunya dengan menempatkan tenaga
perekam medis dan informasi kesehatan di tiap-tiap bagian unit rekam medis.
Permasalahan yang ada dirumah sakit pada saat ini yaitu antara lain kurang
bekesinambungan sistem informasi yang dihasilkan oleh pihak rumah sakit.
Hal ini disebabkan salah satunya oleh sumber daya manusia yang belum
memadai khususnya dibagian informasi/informatika kesehatan. Maka alangka
baiknya pelaksanaan didalam menjalankan sistem informasi juga harus di-
lakukan oleh sumber daya manusia yang professional baik itu untuk input
data, proses data, maupun output data. Disinilah peran tenaga medis dan in-
formasi kesehatan atau MIK (manajemen informasi kesehatan)dituntut harus
bisa menjalankan semua aktivitas di unit pelayanan kesehatan rumah sakit
tidak hanya sebagai tenaga diloket pendaftaran saja.
Agar pengolahan informasi berjalan secara efisien, struktur manajemen
sistem informasi kesehatan diperlukan untuk menjamin penggunaan ssumber
daya sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi yang bermutu secara
tepat waktu, struktur inidibedakan menjadi dua komponen:
a. Sumber daya sistem informasi kesehatan, meliputi: orang, perangkat keras,
perangkat lunak,bdan sumber daya keuangan, dan
b. Seperangkat aturan-aturan organisasi, seperti standar diagnostik dan terapi,
deskripsi pekerjaan dan tanggung jawab, prosedur manajemen survey,
prosedur pencatatan dan pelaporan pemeliharaan komputer.
10. Rekam medis berbasis komputerisasi
Salah satu tantangan dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi
dirumah sakit adalah penerapan rekam medis berbasis komputer
(sabarguna,2009:9). Pada dasarnya rekam medis elektronik adalah pengguna
elektronik untuk mengumpulkan, penyimpanan, pengolahan, serta pengakses-
san rekam medis pasien di rumah sakit yang telah tersimpan dalam suatu sis-
tem manajemenbasis data multimedia menghimpun berbagai sumber data
rekam medis (sabarguna,2009:9).
Ada 4 hal penting yang menjadi keuntungan dari rekam medis komputer-
isasi yaitu:
a. Fasilitas yang lebih lengkap.
b. Dapat bergerak pada sistem informasi lain.
c. Sebagai alat bantu yang lengkap.
d. Sebagai bagian dari pekerjaan yang berlanjut secara otomatis.
Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan
fasilitas pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian-
peringatan, reminder, bentuk diagnosis maupun terapi agar dokter maupun
klinis mematuhi protokol klinik. Mengutik sujansky, 1998 : “Rekam medis
elektronik tanpa dilengkapi dengan sistem peringatan dan pewaspadaan
klinik, tanpa sistem penunjang keputusan klinik, dsb adalah semata-mata
merupakan rekam medis yang di proses dengan program pengolahan kata”.
11. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting
dari setiap kegiatan manusia (Fathoni,2006:10). Sumber daya manusia sering
disebut sebagai human resource, tenaga atau kekuatan manusia (energy atau
power). Sumber daya juga disebut sumber tenaga, kemampuan, keahlian,
kekuatan yang dimiliki manusia, dipunyai juga oleh mahluk organisme lain-
nya. (Fathony, 2006:11). Manusia sebagai perencanaan, pelaksanaan, pengen-
dalian, dan epaluasi suatu pembangunan dan menikmati suatu pembangunan,
sangat mempengaruhi peran yang sangat menentukan (Fathony, 2006:11).
Ada 2 bentuk cara penyelanggaraan SDM kesehatan (Kasni,2009) yaitu:
a. Tenaga kesehatan yaitu semua orang yang bekerja secara aktif dan profes-
sional dibidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
b. SDM kesehatan yaitu menghimpun berbagai upaya perencanaan, pen-
didikan dan pelatihan secara pendayagunaan tenaga kesehatan secara ter-
padudan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat
setingi-tingginya.
Ada 3 bentuk cara penyelanggaran SDM klasifikasi dan kodefikasi
penyakit serta masalah kesehatan yang berhubungan adalah:
a. Dengan pelatihan atau seminar petugas koding untuk klasifikasi dan kode-
fikasi penyakit.
b. Petugas koding yang mampu/memahami cara prngkodean yang benar.
c. Petugas koding yang sesuai dengan standar prosedur yang ada di rumah
sakit tersebut.
Kompetensi perekam medis (Rustiyanto, 2009 dan netty, 2008)
a. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan den-
gan kesehatan dan tindakan medis, artinya bahwa seorang profesi perekam
medis dan informasi kesehatan harus mampu menetapkan kode penyakit
dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indone-
sia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan
manajemen kesehatan. Untuk menguasai kompetensi yang pertama seo-
rang perekam medis harus memiliki pengetahuan tentang ilmu penyakit,
nomenklatur dan klasifikasi tindakan, terminology medis, anatomi fisi-
ologi, biologi manusia, dan patologi.
b. Aspek hukum dan etika profesi, seorang perekam medis dan informasi ke-
sehatan harus mampu melakukan tugas dalam memberilan pelayanan
rekam medis dan informasi kesehatan yang bermutu tinggi dan memper-
hatikan perundangan dan etika profesi yang berlaku. Untuk dapat mengua-
sai kompetensi yang seorang perekam medis harus memiliki pengetahuan
tentang pengantar ilmu hukum, hukum kesehatan, pasien, kerahasian in-
formasi medis, aspek hukum rekam medis, dan etika profesi.
c. Manajemen rekam medis dan informasi kesehatan, seorang perekam
medis dan informasi kesehatan harus memiliki kemampuan untuk megelo-
lah rekam medis dan informasi kesehatan sehingga memenuhi kebutuhan
pelayanan medis, administrasi dan kebutuhan informasi kesehatan sebagai
bahan pengambilan keputusan dibidang kesehatan, pengetahuan yang
harus dimiliki untuk mendapatkan kompetensi meliputi defenisi dan fungsi
rekam medis, identifikasi isi rekam medis, analisa kualitatif dan kuanti-
tatif, sistem penamaan, penomoran dan penyimpanan.
d. Menjaga dan meningkatkan mutu rekam medis, perekam medis dan infor-
masi kesehatan harus mampu melakukann perencanaan, melaksanaan,
melakukan evaluasi dan menilai mutu dari rekam medis. Pengetahuan
yang harus dimiliki untuk mendapatkan kompetensi ini yaitu pengetahuan
tentang manajemen mutu pelayana, manajemen mutu rekam medis infor-
masi kesehatan, registrasi, lisensi dan akreditasi, indicator mutu rekam
medis, dan standar pelayanan rekam medis.
e. Statistik keshatan seorang perekam medis dan informasi kesehatan harus
mampu untuk menggunakan statistik kesehatan untuk menghasilkan infor-
masi dan perkiraan yang bermutu sebagai dasar perencanaan dan pengam-
bilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan. Pengetahuan yang harus
dimiliki untuk mendukungkompetensi ini adalah pengetahuan tentang bio-
statistik, statistik kesehatan, epidemiologi, sistem pelaporan, sistem infor-
masi kesehatan, dasar dasar pemograman dan bentuk-bentuk penyajian in-
formasi.
f. Kompetensi pendukung pertama yaitu manajemen unit rekam medis di-
harapkan perekam medis dan imformasi kesehatan mampu untuk mengo-
lah unitkerja rekam medis yang berhubngan dengan perencanaan, pengeor-
ganisasian, penataan dan pengontrolan, unit kerja rekam medis di sarana
pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang
memberikan pelayanan kesehatan seperti praktek dokter, balai pengobatan,
puskesmas, dan rumah sakit pengetahuan yang dimiliki untuk medapatkan
kompetensi ini adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip manajemen,
rencana strategi, manajemen sumber data, alur dan prosedur kerja, admin-
istrasi perkantoran, ergonomil, standar ruangan dan informasi kesehatan,
dan proses pembelajaran.
g. Kemitraan profesi, artinya bahwa perekam medis dan informasi kesehatan
diharapkan mampu untuk berkalaborisasi inter dan intra propesi yang
terkait dalam pelayanan kesehatan.

Salah satu kompetensi pokok perekam medis adalah klasifikasi dan kode-
fikasi penyakit perekam medis mampu menetapkan kode penyakit dan tin-
dakan dengan tepat sesuai klasifikasi internasional tentang penyakit dan tin-
dakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan.

12. Sarana dan prasarana


Menurut frenti giyana (2012) sarana dan prasaranaadalah meliputi fasilitas
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas di masing-masing unit rekam
medis.
a) Sarana
Adalah segala peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi
sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga
dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi
kerja.
b) Prasarana
Benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu yang ada bisa
berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Fungsi dari Sarana dan Prasarana:
1) Mempercepat prosespelaksanaan pekerja sehingga dapat menghemat
waktu
2) Meningkatkan produktivitas, baik barang atau jasa
3) Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin
4) Lebih memudahkan/sederhana dalam gerak para pengguna/pelaku
5) Ketetapan susunanstabilitas pekerja lebih terjamin
6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentin-
gan
7) Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang
mempergunakan.

13. Standard Operational procedure (SOP)


a. Pengertian SOP (standard operational procedure)
Standar operasional prosedur (SOP) adalah pedoman yang berisi prosedur
operesional standar yang ada didalam suatu organisasi yang digunakan un-
tuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atautindakan, dan peng-
gunaan pemerosessan yang dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu
organisasi, yang telah berjalan secara efektif, konsisten, standar dan sis-
tematis (Tambunan,2013:3).
b. Adapun peran dan manfaat SOP yaitu (Tambunan, 2013:107).
1) Menjadi pedoman kebijakan yang merupakan dasar seluruh kegiatan
organisasi, secara operasional maupun administratif.
2) Menjadi pedoman kegiatan-kegiatan organisasi, baik secara opera-
sional maupum administratif.
3) Menjadi pedoman untuk langkah-langkah kegiatan dalam organisasi.
4) Menjadi pedoman berkaitan dengan penggunaan formulir, dokumen,
blanko, dan laporan yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan organ-
isasi.
5) Menjadi pedoman penilaian efektifitas kegiatan organisasi
6) Menjadi pedoman penginteksian kegiatan-kegiatan organisasi, untuk
membantu mencapai tujuan organisasi.
c. Prosedur teknologi informasi atau TI dalam klasifikasi dan kodefikasi
penyakit serta masalah kesehatan yang berhubungan diantara lain:
1) Menjadi pedoman untuk mengelompokkan penyakit dan kodefikasi
penyakit
2) Menjadi pedoman dalam operasi atau tindakanmedis yang dapat di-
tuangkan dalam harga/tarif.
B. Kerangka Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori (dan bukan sekedar pendapat pakar/penulis buku) dan hasil-hasil penelitian
yang relavan dengan variable yang teliti. Berapa jumlah kelompok teori yang
dikemukakan/dideskripsikan. Akan tergantung pada luas permasalahan dan secara
teknik tergantung pada variable independen dan suatu dependen, maka kelompok
teori yang dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompokteori yang
berkenaan dengan tiga variable independen dan satu dependen. Oleh karena itu,
semakin banyak variable yang ditelti, maka akan semakin banyak teori yang dike-
mukan (Sugiyono,2014).

Data rekam
medis

User Teknologi Mengolola data,


komputer pelaporan, dll
(SDM)

Sarana dan
informasi
prasarana kom-
puter
Sumber, subirosa sabarguna(2014)

Gambar2.6

Kerangka teori

c. Kerangka berfikir

input proses output


1. Sumber daya
manusia
2. Sarana dan
prasarana Pelaksanaan klasifikasi Terlaksananya
3. Standar opera- dan kodefikasi klasifikasi dan
sional prosedur penyakit serta masalah kodefikasi penyakit
4. Data rekam kesehatan yang terkait yang dijadikan se-
medis di rumah sakit buah informasi
yang akurat

Gambar 2.7
Kerangka berfikir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian


dengan pendekatan metode kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pemanfaatan teknologi informasi dalam klasifikasi penyakit di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab Pekanbaru tahun 2022.
Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menekankan pada
pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan
kondisi realistis atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci (Eko-
murdiyanto.2020:19)

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan diunit kerja rekam medis di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Annisa Pekanbaru Tahun 2023.

2. Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan apri tahun 2023.

C. Informasi penelitian dan subjek penelitian

1. Subjek

Pemilihan subjek dalam penelitian iniberjumlah 3 orang. Subjek dipilih


sesuai dengan prinsip kesesuaian kecukupan. Berdasarkan prinsip tersebut
maka kriteria informan yang dipilihdalam penelitian ini bersedia diwawancara.
Mengetahui permasalahan dengan jelas, dapat dipercaya untuk dapat menjadi
sumber data yang baik serta mampu mengemukakan pendapat secara baik dan
benar.

Table 3.1
Subjek penelitian

No Jabatan Jumlah Kode informan


1 Kepala rekam medis 1 orang Informan 1

2 Petugas koding 1 orang Informan 2

3 Petugas IT 1 orang Informan 3

Berdasarkan informan yang direncanakan dalampenelitian ini berjumlah 3


orang

2. Objek

Objek dalam penulisan proposal ini adalah teknologi informasi dalam


klasifikasi dan kodefikasi penyakit di Rumah Sakit RSIA Annisa Pekanbaru
Tahun 2023.
D. Variabel Penelitian dan Defenisi Istilah

Tabel 3.2

Variael Penelitian dan Definisi Istilah

No Variabel Defenisi istilah Alat ukur Cara ukur Hasil


ukur
1 SDM Kualitas dan Pedoman Wawancara kualitatif
kuantitas petugas wawancara mendalam
pada bagian dan pedo- dan observasi
pengkodingan di man obser-
unit kerja rekam vasi
medis dalam
menjalankan
klasifikasi dan
kodefikasi
penyakit
2 SOP Suatu pedoman Pedoman Wawancara kualitatif
dalam wawancara mendalam
melakukan dan pedo- dan observasi
kegiatan klasi- man obser-
fikasi dan kode- vasi
fikasi penyakit
dibagian
pengkodingan di
unit kerja rekam
medis
3 Sarana dan Ketersediaan Pedoman Wawancara kualitatif
prasarana peralatan dan- wawancara mendalamdan
menunjang pe- pedoman observasi
manfaatan dalam observasi
klasifikasi dan
kodefikasi
penyakit di
rumah sakit
RSIA Annisa
Pekanbaru
E. Instrumen penelitian

Adapun intrumen utama pada proposal penelitian ini adalah peneliti


sendiri yang melakukan wawancara serta observasi langsung ke Instalasi
Rekam Medis Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab Pekanbaru.

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data:

1. Format pedoman wawancara.


2. Format pedoman observasi.
3. Alat tulis.
4. Catatan singkat.
5. Alat rekam.

F. Teknik pengumpulan data

1.Data primer

Data primer dilakukan dengan wawancara langsung kepada staff medis


bagian pengkodingan mengenai pengetahuan petugas terhadap pemanfaatan
teknologi informasi dalam klasifikasi dan kodefikasi penyakit serta masalah
kesehatan yang berhubungan, standar operasional procedure, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia yang ada dibagian pengkodingan insta-
lasi Rekam Medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Pekanbaru.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari penelusuran berkas atau arsif yang ada yaitu
profil RSIA Annisa Pekanbaru beberapa tahapan yaitu:

a. Tahap orientasi : merupakan pengenalan lokasi. Objek penelitian, situasi


kondisi lingkungan penelitian serta mempelajari peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan rencana penelitian.
b. Tahapan eksplorasi : secara terfokus dengan dilakukan wawancara men-
dalam terhadap informen berdasarkan pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan.
c. Tahapan observasi : pengamatan terhadap objek penelitian dan upaya
pengecekan yang telah dipersiapkan.

G. Pengolahan data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik non statistik. Yakni
dengan pengolahan data dengan tidak menggunakan analisa statistik, tetapi
dengan analisa kualitatif yaitu mengambil kesimpulan umum berdasarkan
hasil observasi khusus (Notoadmojo,2005)
H. Analisis data

Adapun analisa teknik data dalampenelitian ini adalah teknik analisa kuali-
tatif. Dalam teknik ini digunakan proses idukatif, artinya dalam pengujian
hipotesis-hipotesis dalam bentuk infuktif dimulai dari keputusan khusus (data
yang terkumpul) kemudian diambilkesimpulan secara umum.

Setelah data terkumpul dengan baik, maka data di analisa secara deskriptif
untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi
dalam klasifikasi dan kodefikasi penyakit serta masalah kesehatan yang
berhubungan berdasarkan data rekam medis. Analisa deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan dengantujuan utama untuk membuat gam-
baran tentang suatu keadaan secara objektif.

Anda mungkin juga menyukai