Anda di halaman 1dari 84

1

2
CARD ELEKTRIK (BARCODE) SEBAGAI SISTEM
KOMPUTERISASI REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT
MEDIKA MULYA WONOGIRI

Oleh:
Tominanto
Apikes Citra Medika Surakarta


ABSTRAKSI

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif, sedangkan
metode yang digunakan adalah metode observasi. Tujuan penelitian ini
adalah membuat program komputerisasi pendaftaran pasien berbasis
card electric di rumah sakit medika mulya wonogiri yang dapat
mempermudah serta mempercepat proses pelayanan dan
mempermudah petugas dalam pembuatan laporan yang rapi dan
akurat. Variabel- variabel yang digunakan yaitu pasien, dokter, poliklinik,
wilayah, petugas pendaftaran pasien, dan loket pendaftaran pasien. Subyek
dalam penelitian ini yaitu petugas pendaftaran pasien, dan obyek dalam
penelitian ini yaitu pencatatan dan pengelolaan pendaftaran pasien.
Instrumen penelitiannya adalah pedoman wawancara. Analisis datanya
adalah deskriptif dan visualisasi. Proses pendaftaran pasien rawat jalan di
rumah sakit Medika Mulya Wonogiri memungkinkan untuk dikembangkan,
oleh sebab itu penulis berusaha membuat komputerisasi pendaftaran. Tabel
yang digunakan melibatkan tujuh tabel yaitu tabel pasien, tabel dokter, tabel
poliklinik, tabel tindakan, tabel wilayah, tabel diagnosa serta tabel
transaksi. Komputerisasi ini akan menghasilkan laporan yang antara lain
Kartu Indentitas Berobat (KIB), Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP),
laporan rekap data pasien, laporan data dokter, laporan data tindakan,
laporan data poliklinik, laporan data diagnosa, laporan data wilayah,
ringkasan riwayat poliklinik pasien, laporan transaksi. Komputerisasi
pendaftaran pasien akan membantu mempercepat dan menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh manajemen Rumah Sakit Medika Mulya
Wonogiri.

Kata Kunci: Barcode, Card Elektrik, Pendaftaran Pasien



3
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
mulai dari pendaftaran sampai dengan pengolahan data hasil dari
pelayanan tersebut, akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan
rumah sakit yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan dan
pengambilan keputusan guna meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit (Azrul Azwar,1996: 30).
Pelayanan rumah sakit yang baik perlu tata kerja yang tertib,
rapi, teliti, cepat, dan tanpa kesalahan serta pasien tidak menunggu
terlalu lama pada saat pendaftaran juga dalam pengolahan data hasil
pelayanan diperlukan ketelitian yang tinggi sehingga data yang
dihasilkan bisa cepat, akurat dan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan
pihak manajemen rumah sakit. Untuk mewujudkan hal tersebut maka
perlu adanya pendekatan teknologi informasi di sebuah rumah sakit
yang berbasis komputer sebagai alat pengolah data. Dalam hal ini
adalah menyusun instruksi dalam pengolahan data elekronik sehingga
akan tercipta rangkaian sistem informasi yang dibutuhkan berupa
perangkat lunak sistem informasi (Widyantini, 2001: 21). Salah satu
peningkatan pelayanan rumah sakit diantaranya adalah dalam
pelayanan bidang rekam medik, yaitu pendekatan teknologi informasi
berbasis komputer dalam rekam medik baik pada bagian pendaftaran
maupun pengolahan data hasil pelayanan.

KAJIAN PUSTAKA
Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah organisasi yang mengelola sarana
pelayanan kesehatan yaitu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan baik rawat jalan, rawat inap,
maupun gawat darurat yang dikelola oleh pemerintah atau swasta.
(Depkes,1997). Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia rumah sakit dibedakan menjadi beberapa macam, ditinjau
dari kepemilikan meliputi : Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit
Swasta.
Tipe Rumah Sakit di Indonesia dibedakan menjadi lima
berdasarkan akreditasi yang diperolehnya menurut Undang-undang
Kesehatan No. 23 tahun 1992, yaitu rumah sakit kelas A, B, C, D, dan
E. Rumah sakit kelas A merupakan rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan sub spesialis luas,
4
misalnya Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP Dr.
Sardjito di Yogyakarta. Rumah Sakit kelas B, merupakan rumah sakit
yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan sub
spesialis terbatas, misalnya Rumah Sakit Margono Purwokerto.
Rumah Sakit kelas C, merupakan rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas, misalnya Rumah
Sakit Mardi Lestari Sragen. Rumah Sakit kelas D, merupakan rumah
sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran umum dan
kedokteran gigi, misalnya Rumah Sakit Umum Islam Yakssi
Gemolong. Dan Rumah Sakit kelas E, merupakan rumah sakit khusus
(special hospital), yang hanya menyelenggarakan satu pelayanan
kedokteran saja. (Azwar,1996)
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Sistem adalah seperangkat komponen yang saling
berhubungan dan saling bekerja sama untuk mencapai sasaran dan
beberapa tujuan. Sedangkan informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi
penerimanya. (Depkes RI, 1997). Sistem Informasi merupakan suatu
sistem di dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian, mendukung operasi yang bersifat
manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang
diperlukan. (Jogiyanto, 2005). Sistem informasi manajemen rumah
sakit merupakan sebuah sistem yang terpadu yang menyajikan
informasi bagi manajemen rumah sakit guna mendukung fungsi
operasional, manajemen serta pengambilan keputusan serta untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Sistem informasi
manajemen rumah sakit juga berfungsi mendukung kemudahan dan
kecepatan palayanan kesehatan kepada pasien, serta menghindari
duplikasi dalam pencatatan dan pengolahan data pasien sehingga
tercapai pelayanan yang efisien dan akurat di sebuah organisasi yaitu
rumah sakit. (Gordon, 1986).
Rekam Medis
Rekam Medis menurut Permenkes No. 269 tahun 2008 adalah
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien
pada sarana pelayanan kesehatan. Definisi lain menurut Huffman EK,
1992 rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai apa siapa,
apa, mengapa, bilamana,dan bagaimana pelayanan yang diberikan
5
kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan
mengenai pasien dan pelayanan yang diperoleh serta memuat
informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan
diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya.(Depkes RI, 1997).
Penyelenggaraan sistem rekam medis di rumah sakit maupun
sarana pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah sama yaitu meliputi
: pendaftaran, pelayanan medis, perawatan pelayanan administrasi,
pencatatan data rekam medis dan pelaporan, kepala rekam medis yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya rekam medis di rumah sakit.
Tujuan utama rekam medis menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 1997 adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Manfaat atau kegunaan rekam medis menurut Gibony
(1991) dapat dirumuskan dengan ALFRED, yaitu Administratio,
Legal, Financial, Research, Education, dan Documentation.
Administratio adalah data dan informasi yang dihasilkan
rekam medis dapat digunakan manajemen untuk melaksanakan
fungsinya guna pengelolaan berbagai sumber daya. Legal adalah
dokumen rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum
yang dapat melindungi hukum terhadap pasien, provider kesehatan
(dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengelola dan
pemilik sarana pelayanan kesehatan. Financial adalah setiap jasa
yang diterima pasien bila dicatat dengan lengkap dan benar maka
dapat digunakan untuk menghitung biaya yang harus dibayar pasien,
selain itu jenis dan jumlah kegiatan pelayanan yang tercatat dalam
formulir dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan dan biaya
sarana pelayanan kesehatan. Research adalah dokumen rekam medis
yang berisi berbagai macam sehingga dapat dilakukan penelusuran
guna kepentingan penelitian. Education adalah dokumen rekam
medis, mahasiswa atau pendidik, dan documentation adalah rekam
medis sebagai dokumen karena memiliki sejarah medis seseorang.
Oleh sebab itu Departemen Kesehatan telah mengatur tata cara
pengadaan dan pemusnahan formulir rekam medis.
Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI No.
78 Tahun 1991 dalam Depkes RI (1997), rekam medis memiliki
manfaat sebagai sumber informasi medis dari pasien yang berobat ke
rumah sakit untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
pasien, alat komunikasi antara dokter satu dengan dokter lainnya,
antara dokter dengan para medis dalam memberikan pelayanan
6
kesehatan, pengobatan dan perawatan, bukti tertulis tentang pelayanan
yang telah diberikan oleh rumah sakit dan keperluan lainnya, alat
untuk menganalisa dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit, alat untuk melindungi kepentingan hukum
bagi pasien, dokter dan tenaga kesehatan lain di rumah sakit, untuk
penelitian dan pendidikan, untuk perencanaan dan pemanfaatan
sumber daya, dan untuk keperluan lain yang ada kaitannya dengan
rekam medis.

Bagian Bagian Rekam Medis
Rumah sakit memerlukan informasi yang diperoleh dari
pengumpulan dan pengolahan data untuk keperluan manajemen dan
kesinambungan pelayanan, karena sistem rekam medis merupakan
bagian dari sistem pengelolaan rumah sakit. Pada dasarnya struktur
sistem rekam medis terdiri dari dua bagian pokok yaitu pencatat atau
penangkap data dan pengolah data. Ditinjau dari cara memperoleh
data pasien dan mengolah data sampai memperoleh informasi yang
dibutuhkan rumah sakit maka ada beberapa bagian atau tempat baik di
luar unit rekam medis atau di dalam unit rekam medis yang berfungsi
sebagai penangkap dan penghasil data rekam medis. Adapun bagian
rekam medik meliputi: tempat pendaftaran pasien rawat jalan (TPPRJ)
yaitu bagian yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
identitas pasien rawat jalan, unit rawat jalan (URJ) yaitu bagian yang
bertanggung jawab terhadap data dan informasi medis serta
keperawatan pasien rawat jalan, unit gawat darurat (UGD) yaitu
bagian ini yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi pasien
tentang perawatan gawat darurat, tempat pendaftaran pasien rawat
inap (TPPRI) yaitu bagian ini yang bertanggung jawab terhadap data
dan informasi identitas pasien yang akan dan sedang dirawat inap, unit
rawat inap (URI) yaitu bagian ini bertanggung jawab terhadap data
dan pelayanan medis pasien yang dirawat inap, dan instalasi
pemeriksaan penunjang (IPP) yaitu bagian ini bertanggung jawab
terhadap data dan informasi hasil pemeriksaan penunjang
Adapun bagian atau tempat untuk mengumpulkan serta
mengolah data rekam medis sampai menjadi informasi atau laporan
adalah: assembling; bagian ini bertanggung jawab terhadap penelitian
kelengkapan isi dokumen rekam medis dan pengendalian nomor
rekam medis serta mengendalikan formulir rekam medis, filling; di
dalam rekam medis bagian ini bertanggung jawab terhadap
7
penyimpanan, retensi, dan pemusnahan dokumen rekam medis, coding
dan indexing; di dalam unit rekam medis, bagian ini bertanggung
jawab terhadap penelitian dan penulisan kode international
classification of disease (ICD) dan indeks penyakit, indeks operasi,
indeks kematian, serta indeks dokter, analizing dan reporting; bagian
ini bertanggung jawab terhadap analisa data dan informasi rekam
medis yang sudah terkumpul untuk diolah menjadi laporan atau
informasi yang dibutuhkan oleh manajemen rumah sakit), tempat
pendaftaran pasien rawat jalan (TPPRJ) yaitu tempat pendaftaran
pasien rawat jalan atau tempat penerimaan pasien rawat jalan disebut
juga loket pendaftaran rawat jalan (Depkes RI, 1997).
Tugas Pokok tempat pendaftaran pasien rawat jalan (TPPRJ)
adalah menerima pendaftaran pasien yang akan berobat di rawat jalan,
melakukan pencatatan pendaftaran, menyediakan formulir formulir
rekam medis dalam folder dokumen rekam medis (DRM) bagi pasien
baru, mengarahkan pasien ke unit rawat jalan (URJ) atau poliklinik
yang sesuai dengan keluhannya, dan memberi informasi tentang
pelayanan pelayanan di rumah sakit bersangkutan. Deskripsi tugas
pokok TPPRJ adalah 1) menyiapkan formulir dan catatan serta nomor
rekam medis yang diperlukan untuk pelayanan terdiri dari formulir
dan catatan yang perlu disiapkan yaitu kartu indeks utama pasien
(KIUP), kartu identitas berobat (KIB), formulir formulir DRM rawat
jalan baru yang telah diberi nomor rekam medis, buku register
pendaftaran pasien rawat jalan, buku catatan penggunaan nomor
rekam medis, tracer, buku Ekspedisi untuk serah terima DRM, dan
karcis pendaftaran pasien. 2) Menanyakan kepada pasien yang datang
apakah sudah pernah berobat? Bila belum berarti pasien baru dan bila
sudah berarti pasien lama. 3) Pelayanan kepada pasien baru meliputi :
menanyakan identitas pasien lengkap untuk dicatat pada formulir
rekam medis rawat jalan, KIB, KIUP dan DRM, menyerahkan KIB
kepada pasien dengan pesan untuk dibawa kembali bila datang
berobat berikutnya, menyimpan KIUP sesuai urutan abjad (alfabetik),
menanyakan keluhan utamanya guna memudahkan mengarahkan
pasien ke poliklinik yang sesuai, menanyakan apakah membawa surat
rujukan, mempersilahkan pasien menunggu di ruang tunggu poliklinik
yang sesuai, mengirimkan DRM ke poliklinik yang sesuai dengan
menggunakan buku ekspedisi. 4) Pelayanan pasien lama meliputi:
menanyakan terlebih dahulu membawa KIB atau tidak, bila membawa
KIB, maka catat nama dan no rekam medisnya pada tracer untuk
8
dimintakan DRM lama ke bagian filling, bila tidak membawa KIB,
maka tanyakan nama dan alamatnya untuk dicari di KIUP, mencatat
nama dan nomor rekam medis yang ditemukan di KIUP pada tracer
untuk dimintakan DRM lama ke bagian filling. 5) Mempersilahkan
pasien baru atau lama membayar di loket pembayaran. 6) Pelayanan
pasien asuransi kesehatan disesuaikan dengan peraturan dan prosedur
asuransi penanggung biaya pelayanan kesehatan.

Sistem Komputer
Sistem Komputer adalah proses pengolahan data yang
mengandalkan komputer sebagai alat pengolah data ( Ariyanto, 2002
). Dalam sistem komputer terdapat beberapa elemen yaitu perangkat
keras, perangkat lunak, dan perangkat pelaksana. Perangkat keras
adalah bagian dari komputer yang dapat dilihat dan diraba secara
nyata. Perangkat lunak atau dapat disebut program adalah sekumpulan
perintah atau instruksi untuk menjalankan perangkat keras komputer.
Perangkat keras ini terdiri atas 4 bagian yaitu: 1) input yaitu peralatan
untuk memasukkan data dan program, seperti : keyboard, mouse,
monitor, 2) central processing unit (CPU) yaitu bagian yang
memproses data setelah diinputkan, 3) output yaitu bagian yang
mengeluarkan hasil setelah data diproses, misalnya : monitor, printer,
scanner, speaker, dan 4) unit memory adalah media penyimpanan
yang digunakan untuk menyimpan hasil pengolahan data.
Perangkat lunak dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu:
1) operating sistem software (perangkat lunak sistem operasi) adalah
program yang ditulis untuk mengendalikan sistem komputer, misalnya
: Windows 98, Windows XP, Windows Vista. 2) language software
(perangkat lunak bahasa) adalah program yang digunakan untuk
menterjemahkan instruksi atau perintah yang ditulis dalam bahasa
pemrograman ke dalam bahasa mesin agar dapat dibaca dan
dimengerti oleh komputer, misalnya : assembly, basic. 3) Application
Software ( perangkat lunak aplikasi ) adalah program yang ditulis dan
diterjemahkan oleh language software agar dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan aplikasi tertentu, misalnya : adobe reader, winam. 3)
Perangkat pelaksana (Brainware) adalah manusia yang terlibat dalam
sistem komputerisasi, yaitu operator, programmer, dan analisy sistem.



9
Sistem Pemrograman
Pemrograman
Pemrograman adalah proses pembuatan program yang berupa
instruksi atau perintah yang akan dijalankan sebuah microprocessor,
dalam pemrograman dikenal dengan bahasa pemrograman
diantaranya: low level language ( bahasa pemrograman level rendah ),
middle level language ( bahasa pemrograman level menengah ), high
level language ( bahasa pemrograman level tinggi ), dan bahasa
pemrograman berorientasi obyek. Sehingga dengan menggunakan
bahasa pemrograman ini komputer dapat menjalankan semua perintah
atau instruksi yang dibuat oleh manusia. Untuk menterjemahkan
bahasa pemrograman ini komputer menggunakan dua metode yaitu :
compiler dan interpreter. Compiler menterjemahkan instruksi
instruksi dalam satu kesatuan dan menggabungkannya dengan yang
lain sehingga dihasilkan suatu executable program dan bila saat
penerjemahan program terdapat kesalahan, proses eksekusi akan
berhenti dan compiler menampilkan pesan kesalahan. Interpreter
adalah menterjemahkan bahasa level atas secara urut (sequence) dan
sekaligus mengeksekusinya tanpa menghasilkan output berupa file
program dalam bahasa mesin yang dapat dieksekusi oleh komputer (
Kurniawan, 2004).

Sistem Basis Data
Basis data adalah kumpulan data tentang suatu benda atau
kejadian yang saling berhubungan satu sama lain. Sistem basis data
adalah suatu sistem dimana kumpulan data yang saling berhubungan
diorganisasi sedemikian rupa dan disimpan bersama sama pada
suatu sistem atau media elektronik yang tersusun dari banyak file.
Sedangkan sistem manajemen basis data adalah kumpulan program
yang digunakan untuk membuat dan mengelola basis data.
(Walijiyanto, 2003). Bagian bagian sistem basis data diantaranya
adalah: basis data, file, record, byte, dan bit. Basis data yaitu
sekumpulan bermacam macam tipe record yang mempunyai
hubungan antar record, file yaitu sekumpulan record sejenis secara
relasi atau berhubungan, record yaitu sekumpulan data yang saling
berhubungan dengan suatu obyek, byte yaitu bagian terkecil yang
dapat dialamatkan dalam memori yang terdiri dari kumpulan bit, dan
bit yaitu sistem angka binner yang terdiri atas 2 nilai yaitu 0 dan 1.
Sebuah sistem basis data secara lengkap terdapat komponen
10
komponen utama yaitu perangkat keras (hardware), sistem operasi
(operating sistem), basis data (database), sistem aplikasi (software),
pengolah basis data (data base management sistem), pemakai (user),
dan aplikasi lain.

Visual Basic
Visual basic adalah bahasa pemrograman yang digunakan
untuk membuat aplikasi windows yang berbasis grafis (GUI = Grafic
User Interface). Visual Basic merupakan Event Driven Programming
(Program terkendali kejadian) artinya program menunggu sampai
adanya respon dari pemakai berupa event atau kejadian tertentu,
misalnya : memilih menu utama, file, dsb. Ketika event terdeteksi,
kode yang berhubungan dengan event akan dijalankan (Suryo A,
2002). Microsoft Visual Basic 6.0 adalah bahasa pemrograman yang
bekerja dalam lingkup windows. Ms.Visual Basic 6.0 dapat
memanfaatkan kemampuan ms.windows secara optimal.
Kemampuannya dapat dipakai untuk merancang aplikasi yang
berpenampilan seperti program aplikasi lainnya berbasis ms.windows.
(Agus, 2001). Struktur aplikasi visual basic terdiri dari form, kontrol,
properties, method, procedure, dan module. Form adalah windows
atau jendela dimana merupakan tempat untuk membuat user interface
atau tampilan, kontrol adalah tampilan berbasis grafis yang
dimasukkan pada form untuk membuat interaksi dengan pemakai
(textbox, label, scroll bar), properties adalah nilai atau karakteristik
yang dimiliki oleh sebuah obyek Visual Basic, contoh : name, caption,
size, dll, method adalah serangkaian perintah yang sudah tersedia pada
suatu obyek yang dapat diminta untuk mengerjakan tugas khusus,
procedure kejadian adalah kode yang berhubungan dengan suatu
obyek, kode ini akan dieksekusi ketika ada respon dari pemakai
berupa event tertentu, dan module adalah kumpulan dari prosedur
umum, deklarasi variabel dan definisi konstanta yang digunakan
aplikasi. (Suryo, 2002).

Sekilas tentang Barcode
Barcode merupakan sebuah kode yang berbentuk menyerupai
batang. Barcode terdiri dari sebuah bentuk bar dan space (batang
hitam dan spasi putih) dalam rasio tertentu yang didefinisikan yang
mempresentasikan karakter alphanumerik. Mesin pembaca kode
dalam bentuk kumpulan batang. Metode pengkodean yang dinyatakan
11
dalam bentuk garis-garis yang berbeda satu sama lain dan
pembacaannya dilakukan dengan bantuan sarana optik yang disebut
dengan barcode reader. Biasanya digunakan dalam pengkodean
barang di supermarket, kartu, kode pos pada amplop, dsb. Jenis jenis
barcode yaitu barcode satu dimensi (linear barcodes), dan barcode dua
dimensi. Dari banyak jenis barcode yang berbeda-beda, hanya 3 yang
umum digunakan antara lain: EAN, UPC dan Code 39.









Barcode merupakan instrumen yang bekerja berdasarkan asas
kerja digital. Pada konsep digital, hanya ada 2 sinyal data yang
dikenal dan bersifat boolean, yaitu 0 atau 1. Ada arus listrik atau tidak
ada (dengan besaran tegangan tertentu, misalnya 5 volt dan 0 volt).
Barcode menerapkannya pada batang-batang baris yang terdiri dari
warna hitam dan putih. Warna hitam mewakili bilangan 0 dan warna
putih mewakili bilangan 1. Warna hitam akan menyerap cahaya yang
dipancarkan oleh alat pembaca barcode, sedangkan warna putih akan
memantulkan balik cahaya tersebut. Selanjutnya, masing-masing
batang pada barcode memiliki ketebalan yang berbeda. Ketebalan
inilah yang akan diterjemahkan pada suatu nilai. Demikian, karena
ketebalan batang barcode menentukan waktu lintasan bagi titik sinar
pembaca yang dipancarkan oleh alat pembaca. Dan sebab itu, batang-
batang barcode harus dibuat demikian sehingga memiliki kontras yang
tinggi terhadap bagian celah antara (yang menentukan cahaya).
Sisi-sisi batang barcode harus tegas dan lurus, serta tidak ada
lubang atau noda titik ditengah permukaannya. Sementara itu, ukuran
titik sinar pembaca juga tidak boleh melebihi celah antara batang
barcode. Saat ini, ukuran titik sinar yang umum digunakan adalah 4
kali titik yang dihasilkan printer pada resolusi 300dpi. Saat ini
Gambar 1.
Barcode Satu Dimensi
Gambar 2.
Barcode 39
Gambar 3.
Barcode Dua Dimensi
12
terdapat beberapa jenis instrumen pembaca barcode, yaitu: pena, laser,
serta kamera. Pembaca berbentuk pena memiliki pemancar cahaya dan
dioda foto yang diletakkan bersebelahan pada ujung pena. Pena
disentuhkan dan digerakkan melintasi deretan batang barcode. Dioda
foto akan menerima intensitas cahaya yang dipantulkan dan
mengubahnya menjadi sinyal listrik, lalu diterjemahkan dengan sistem
yang mirip dengan morse.
Pembaca dengan pemancar sinar laser tidak perlu digesekkan
pada permukaan barcode, tapi dapat dilakukan dari jarak yang relatif
lebih jauh. Selain itu, pembaca jenis ini memiliki cermin-cermin
pemantul sehingga sudut pembacaan lebih fleksible. Pembaca barcode
dengan sistem kamera menggunaka sensor CCD (charge coupled
device) untuk merekam foto barcode, baru kemudian membaca dan
menterjemahkannya kedalam sinyal elektronik digital.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan data
diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Pengolahan data
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu pengumpulan data, klasifikasi,
pengolahan data membuat kesimpulan dan membuat laporan. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alur dan prosedur
pendaftaran pasien rawat jalan, pengelolaan data pendaftaran pasien
rawat jalan, serta rancangan komputerisasi pendaftaran pasien rawat
jalan. Subyek penelitian ini adalah petugas pendaftaran pasien rawat
jalan di Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri. Obyek penelitian ini
berupa Sistem Pendaftaran Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Medika Mulya Wonogiri.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data
diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
peneliti dengan cara mengamati dan melakukan pencatatan secara
langsung meliputi data pasien, dan data sekunder diperoleh peneliti
dengan cara menggunakan data yang sudah ada atau sudah jadi.

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan hasil penelitian bahwa sistem yang
dikembangkan dalam pendaftaran pasien rawat jalan berbasis barcode
13
di Rumah Sakit Medika Mulya adalah data pendaftaran pasien rawat
jalan yang terdiri dari data pasien, dokter, poliklinik, diagnosa,
tindakan, transaksi dan wilayah. Dalam sistem tersebut terdapat 6
proses. Pada proses tersebut semua data masing masing
dimasukkkan dan disimpan ke dalam file penyimpanan database untuk
kemudian dihasilkan laporan atau informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan. Perancangan sistem atau desain database
dapat dilihat sebagai berikut.

Desain Output













Pengoperasian
Pengaktifan program dimulai dari membuka file yaitu
C:\Rwt\Rawat_Jalan.exe dengan cara mengklick 2x file tersebut.
Setelah itu anda minta untuk mengisikan password pada
forentry_password yang muncul.




RS MEDIKA MULYA WONOGIRI
TIAP BEROBAT KARTUN INI DIBAWA
NO. RM
XXXXXX
Nama : x(20)
Umur : dd/mm/yy
jenkel :
Pendidikan : x(15)
Alamat : x (30)
KARTU INDEKS
BEROBAT
RS MEDIKA MULYA
WONOGIRI

NO. RM
XXXXXX
Nama : x(20)
Umur : dd/mm/yy
jenkel :
Pendidikan : x(15)
Alamat : x (30)
Nama ortu : x (20)
Alamat : x (30)
KARTU INDEKS UTAMA
PASIEN
Gambar 1
Print Out Kartu Indeks Berobat
Gambar 2
Print Out Kartu Indeks
Utama Pasien
14
Gambar 3
User Akses









Setelah berhasil memasukkan password kemudian akan di
ikuti dengan tampilanya menu utama dari program ini. Fiture fiture
pada program ini dapat langsung dipanggil dengan menggunakan
menu ini.
Gambar 4
Menu Utama





















Gambar 5
Input Data dokter

Gambar 6
Input Data Diagnosa

15


















































Gambar 7
Input Data Wilayah

Gambar 8
Input Data Poliklinik

Gambar 9
Input Data Pasien Rawat
Jalan
Gambar 10
Input Transaksi Rawat Jalan

Gambar 11
Laporan Kartu Pasien

Gambar 12
Laporan Per Poli

16






























KESIMPULAN
Sistem yang dikembangkan dalam pendaftaran pasien rawat
jalan berbasis barcode di Rumah Sakit Medika Mulya adalah data
pendaftaran pasien rawat jalan yang terdiri dari data pasien, dokter,
poliklinik, diagnosa, tindakan, transaksi dan wilayah. Dalam sistem
tersebut terdapat 6 proses. Pada proses tersebut semua data masing
masing dimasukkkan dan disimpan ke dalam file penyimpanan
database untuk kemudian dihasilkan laporan atau informasi.
Komputerisasi pendaftaran pasien berbasis barcode di Rumah
Sakit medika mulya akan menghasilkan laporan meliputi laporan data
pasien, data diagnosa, data dokter, data poliklinik, laporan kasus
pasien, KIUP, KIB, laporan transaksi per poliklinik, laporan transaksis
per diagnosa, laporan transaksis per tanggal kunjungan, dan ringkasan
riwayat poliklinik pasien guna menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh pihak manajemen rumah sakit untuk pengambilan
kebijakan.
Gambar 14
Laporan Per Tanggal

Gambar 15
Laporan Per Diagnosa

Gambar 16
Laporan Per Kasus

17
Komputerisasi pendaftaran pasien berbasis barcode di Rumah
Sakit Medika Mulya akan mengurangi tingkat kesalahan petugas
rekam medik khususnya pada bagian pendaftaran dalam memasukkan
data.

DAFTAR PUSTAKA
Agus J. 2001. Microsoft Visual Basic 6.0. Edisi IV. Elex Media
Komputindo. Jakarta
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Bimarupa
Aksara. Jakarta
Depkes RI. 1997. Buku Pedoman Catatan Medik Rumah Sakit.
Direktorat Jendral Pelyanan Medik. Jakarta
Gordon, D. 1986. Sistem Informasi Manajemen. Erlangga. Bandung
Hartono, Jogianto. 2001. Analisis Desain. Andi. Yogyakarta
Kurniawan, Y. 2004. Dasar-dasar Pemrograman. Edisi 165, Tabloid
PC Plus, Gramedia, Jakarta
Natsir M, 2002. Metodologi Penelitian.Ghalia Indonesia. Bogor
Notoatmodjo, Soekidjo, Dr.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Rineka Cipta. Jakarta
Shintajuliastri.blogspot.com (tgl download 3 januari 2009 Jam
9.44am)
Shofari, Bambang. 2000. Pengelolaan Sistem Rekam Medis
Kesehatan. Semarang
Siswoutomo, Wiwit.2006. Tips dan Trik Canggih Visual Basic 6. Elex
Media Komputindo. Jakarta
Walijianto.2003.Sistem Basis Data. Graha Ilmu. Yogyakarta
Widyantini, 2001. Sistem Informasi Manajemen Komputer. Edisi II :
17. Surakarta











18
ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PENYAKIT
COMMOTIO CEREBRI PASIEN RAWAT INAP
BERDASARKAN ICD-10 REKAM MEDIK
DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

Oleh:
Novita Yuliani
Apikes Citra Medika Surakarta

ABSTRAKSI

Penyakit Commotio Cerebri di Rumah Sakit Islam Klaten pada
tahun 2008 masuk dalam 10 besar. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian diskriptif, pengambilan data sampel dengan menggunakan
metode observasi pada dokumen rekam medik pasien rawat inap
penyakit Commotio Cerebri, serta menggunakan pendekatan
retrospektif . Identifikasi variabel meliputi diagnosis utama penyakit
Commotio Cerebri, Kode diagnosis utama penyakit Commotio
Cerebri, dan akurasi kode diagnosis utama penyakit Commotio
Cerebri. Populasi Commotio Cerebri sebanyak 573 dokumen rekam
medik, dengan sampel penelitian sebanyak 236 dokumen rekam
medik. Instrumen penelitian berupa check list, pedoman wawancara
dan ICD-10. Pengolahan data dilakukan dengan collecting, editing,
classification, dan tabulating. Analisis data dengan menggunakan
cara diskriptif. Jumlah ketidakakuratan kode diagnosis utama
penyakit Commotio Cerebri pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam
Klaten sebanyak sampel yaitu 236 dokumen rekam medik sampai
dengan karakter kelima. Persentase keakuratan kode diagnosis utama
penyakit Commotio Cerebri pasien rawat inap sebesar 0% untuk
karakter kelima sedangkan persentase keakuratan kode diagnosis
utama penyakit Commotio Cerebri pada karakter keempat sebesar
66,52%. Tingkat ketidakakuratan paling tinggi disebabkan kode
diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri kurang spesifik pada
karakter keempat dan kelima hal ini disebabkan kurang ketelitian
dalam membaca atau menganalisis dokumen rekam medik dan tidak
jelas atau tidak lengkapnya diagnosis yang tertulis pada lembar
ringksan masuk dan keluar serta kurangnya pengetahuan petugas
tentang karakter kelima.
Kata Kunci : Diagnosis utama. ICD-10, Kode diagnosis utama, akurasi
kode
19
PENDAHULUAN
Rumah Sakit merupakan salah satu sarana penyelenggara dan
pemberi pelayanan kesehatan sehingga selalu berusaha memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik agar dapat meningkatkan derajat
kesehatan seluruh lapisan masyarakat. Untuk mewujudkannya
diperlukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dengan dukungan
dari berbagai faktor yang terkait, salah satunya melalui
penyelenggaraan rekam medik pada setiap pelayanan kesehatan.
Rekam medik adalah salah satu sarana untuk menunjang tercapainya
tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan dirumah sakit. Tertib administrasi rumah sakit akan berhasil
sebagaimana yang diharapkan apabila didukung dengan satu sistem
pengelolaan rekam medik yang benar. Pengertian rekam medik
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.269/Menkes/PER/III/2008, rekam medik adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Keteranganketerangan dalam berkas rekam medik tersebut
berdasarkan pemeriksaan, pengobatan, observasi dan wawancara.
Keterangan atau informasi yang terdapat dalam berkas rekam medik
tersebut tidak boleh disebarluaskan kepada pihakpihak yang tidak
berwenang, karena berkas rekam medik tersebut merupakan dokumen
yang bersifat rahasia menyangkut individu pasien secara langsung.
Hal ini sematamata dilakukan, demi ketenangan pasien dan demi
keamanan rumah sakit dari pihakpihak yang dapat merugikan dari
keadaan tersebut. Isi dari dokumen rekam medik terdapat informasi
tentang diagnosis akhir pasien yang digunakan dalam proses
pengkodean. Pengkodean ini dilakukan dengan menggunakan standar
klasifikasi penyakit yang sesuai dengan ICD10 (International
Statistical Classification of diseases and Related health Problem
Tenth Revision).


KAJIAN PUSTAKA
Rekam Medik
Rekam medik menurut peraturan Menteri Kesehatan RI
No.269/MENKES/PER/III/2008, adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Sedangkan berdasarkan Huffman (1994) bahwa rekam medik adalah
rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan
bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama dalam
20
perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan
yang diperoleh serta memuat informasi yang cukup untuk
menemukenali (mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan
pengobatan serta merekam hasilnya. Dalam Surat Keputusan
Direktorat Jendral Pelayanan Medik
No.78/YanMed/RSUmdik/YMU/1991 dijelaskan lebih lanjut bahwa
rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan,
tindakan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama
dirawat di rumah sakit yang dilakukan diunit-unit rawat jalan
termasuk unit gawat darurat dan unit rawat inap (Shofari, 2002).
Rekam medik dikatakan lengkap apabila didalamnya berisi
keterangan, catatan dan rekaman yang lengkap mengenai pelayanan
yang diberikan kepada pasien, meliputi hasil wawancara (anamnesa),
hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang bila dilakukan
pemeriksaan laboratorium, roentgen, elektrokardiogram, diagnosis,
pengobatan, dan tindakan bila dilakukan serta hasil akhir dari
pelayanan medik maupun keperawatan dan semua pelayanan (Shofari,
2002). Tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medik
yang baik dan benar, maka mustahil tertib administrasi rumah sakit
akan berhasil dicapai sebagaimana yang diharapkan, sedangkan tertib
administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Departemen Kesehatan RI,
1997). Menurut Depkes RI (1997), kegunaan rekam medik dapat
dilihat dari beberapa aspek, antara lain: aspek administrasi, aspek
hukum, aspek keuangan, aspek penelitian, aspek pendidikan, dan
aspek dokumentasi.
Berkas rekam medik mempunyai nilai administrasi, karena
isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
jawab sebagai tenaga medik dan paramedik dalam mencapai tujuan
kesehatan. Sedangkan suatu berkas rekam medik mempunyai nilai
hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian
hukum atas dasar keadilan, atas dasar usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan. Berkas rekam
medik mempunyai nilai keuangan, karena isinya mengandung data
dan informasi yang dapat dipergunakan untuk menetapkan biaya
pembayaran pelayanan rumah sakit yang dapat
9
21
dipertanggungjawabkan. Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai
penelitian, karena isinya menyangkut data dan informasi yang dapat
dipergunakan dalam penelitian dan pengembangan ilmu dibidang
kesehatan. Berkas rekam medik mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data atau informasi tentang kronologis dan
kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi
tersebut dapat dipergunakan untuk bahan referensi pengajaran di
bidang profesi si pemakai. Dan berkas rekam medik mempunyai nilai
dokumetasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban
dan laporan rumah sakit (Depkes RI, 1997).
Menurut Dirjen Pelayanan Medik No.78 Tahun 1991 (dalam
Shofari 2002), fungsi rekam medik adalah sebagai sumber informasi
medik dari pasien yang berobat ke Rumah Sakit yang berguna untuk
keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pasien, alat
komunikasi antara dokter dengan dokter lainnya, antara dokter dengan
paramedik dalam usaha memberikan pelayanan, pengobatan dan
perawatan, bukti tertulis (documentary evidence) tentang pelayanan
yang telah diberikan oleh rumah sakit dan keperluan lain, alat untuk
analisis dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit, alat untuk melindungi kepentingan hukum bagi pasien,
dokter serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit, untuk penelitian
dan pendidikan, Untuk perencana dan pemanfaatan dan sumber daya,
dan untuk keperluan lain yang ada kaitannya dengan rekam medik.
Menurut Permenkes RI No.269/MENKES/PER/III/2008
rekam medik dapat dipakai sebagai: dasar pemeliharaan dan
pengobatan pasien, bahan pembuktian dalam perkara hukum, bahan
untuk keperluan penelitian dan pendidikan, dasar pembayaran biaya
pelayanan kesehatan, dan bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Pengertian ICD-10 dan Koding
ICD-10 adalah klasifikasi statistik, yang berarti bahwa ICD-10
berisi nomor-nomor terbatas dari kategori kode eksklusif yang
menggambarkan seluruh konsep penyakit. Klasifikasi mempunyai
struktur hirarki dengan subdivisi-subdivisi untuk mengidentifikasi
kelompok besar dan sesuatu yang spesifik (Depkes RI, 1999). Koding
menurut WHO (DepKes, 1999) adalah penetapan sandi atau
penentuan penggunaan nomor, huruf atau kombinasi huruf angka
untuk mewakili komponen data terkait. Koding diagnosis harus
22
dilaksanakan sesuai aturan sistem koding ICD-10 akurat dan tepat
waktu.
Tujuan ICD-10 diantaranya adalah untuk mendapatkan
rekaman sistematis, melakukan analisis, interprestasi serta
membandingkan data morbiditas dari negara yang berbeda atau antar
wilayah pada waktu yang berbeda, untuk menerjemahkan diagnosis
penyakit dan masalah kesehatan dari kata-kata menjadi kode
alfanumerik yang akan memudahkan penyimpanan, mendapatkan data
kembali dan analisis data, memudahkan entry data ke database
komputer yang tersedia, menyediakan data yang diperlukan oleh
sistem pembayaran atau penagihan biaya yang dijalankan,
memaparkan indikasi alasan mengapa pasien memperoleh asuhan atau
perawatan atau pelayanan, dan Menyediakan informasi diagnosis dan
tindakan bagi riset, edukasi dan kajian assesment kualitas keluaran.

Struktur ICD-10
Menurut Depkes RI (1999), struktur dasar ICD-10 yaitu terdiri
dari 3 volume. Struktur dasar ICD-10 volume 1 adalah daftar tabulasi
yang berupa daftar alfanumerik dari penyakit dan kelompok penyakit
beserta catatan inclusion dan exclusion dan beberapa cara
pemberian kode, volume 2 berisi pengenalan dan petunjuk bagaimana
menggunakan volume 1 dan volume 3, petunjuk membuat sertifikat
dan aturan-aturan kode mortalitas, petunjuk mencatat dan mengkode
kode morbiditas, dan volume 3 adalah indeks abjad dari penyakit dan
kondisi yang terdapat pada daftar tabulasi.

Konvensi dan tanda baca ICD 10
Daftar tabulasi ICD10 (volume 1) membuat penggunaan
singkatan tertentu, memberi tanda baca, simbol dan istilah yang
dimengerti dengan jelas. Hal ini merujuk ke pemberian kode
konvensi. 1) Istilah Inclusion (termasuk); dalam rubrik tiga atau
empat karakter terdaftar sejumlah terminologi diagnosis yang dikenal
sebagai inclusion term (artinya kira-kira termasuk) yang tampak
dalam bentuk tambahan judul dimaksudkan tambahan diagnostik yang
dapat diklasifikasikan kedalam kelompok yang bersangkutan. Istilah
pada inclusion dapat juga dipakai untuk kondisi yang berbeda atau
sinonimnya (sesuai dengan catatan pada inclusion) yang bukan
subklasifikasi kelompok tersebut, digunakan sebagai petunjuk atau
pedoman untuk isi rubrik. 2) Istilah Exsclusion (tidak termasuk);
23
istilah ini menunjukkan kode tersebut diklasifikasikan di tempat lain,
tidak didalam kategori ini. Kode yang benar adalah yang diberi tanda
dalam kurung yang mengikuti istilah itu. 3) Penjelasan Kata Istilah
(Glosari): Sebagai tambahan dari excludes atau exsclusion term pada
Bab V. Gangguan Mental dan Perilaku mengunakan diskripsi daftar
istilah untuk menunjukan isi rubrik. Hal ini digunakan karena
terminologi kelainan mental sangat bervariasi terutama pada Negara
yang berbeda dengan nama yang sama mungkin digunakan untuk
menggambarkan kondisi yang sedikit berbeda atau dengan kondisi
yang sangat berbeda. Glossary tidak peruntukan guna membuat kode
diagnosis, tetapi diperuntukan sebagai petunjuk dokter untuk mengisi
atau klasifikasi isi rubrik. 4) Kode rangkap; Sistem kode rangkap dari
kombinasi kode melalui tambahan tanda sangkur () dan tanda
bintang (*) telah digunakan pada ICD-10, jadi membolehkan
penjelasan kondisi dalam istilah yang mendasari penyebab atau
etiologi ditandai dengan () dan manifestasi (*). Kode primer untuk
penyakit yang mendasari penyebab ditandai dengan tanda sangkur ().
Kode untuk manifestasi ditandai dengan tanda bintang (*). Prisip
dasar dari ICD-10 adalah kode sangkur () yaitu kode primer dan
harus selalu digunakan untuk kondisi tunggal. Kode bintang (*) tidak
pernah digunakan sendirian. 5) Tanda kurang atau Parentheses ( );
Tanda kurung digunakan dalam volume 1; ada empat cara yaitu untuk
menyertakan kata-kata tambahan yang akan mengikuti istilah
diagnosis tanpa mempengaruhi angka kode yang dirujuk oleh kata
diluar kurung, untuk menyertakan kode yang dimaksud dalam istilah
exclusions, untuk menyertakan kode tiga karakter dari kategori dalam
blok tertentu, untuk menyertakan kode sangkur dalam kategori
bintang atau kode bintang dalam istilah sangkur, 6) Kurang besar atau
Square brackets [ ]; Kurung besar digunakan untuk : menyatakan
sinonim, (kata-kata alternatif atau kalimat penjelas), untuk merujuk
pada catatan, untuk merujuk ke kelompok subdivisi karakter ke empat
yang dinyatakan sebelumnya, 7) Titik dua atau Colon (:); titik dua
digunakan pada daftar inclusion dan exclusions term bila kata yang
mendahuluinya bukan istilah yang lengkap atau tidak lengkap
penetapan istilahnya dalam rubrik tersebut. 8) Tanda kurang besar
atau Brace { }; Tanda kurung besar digunakan pada daftar inclusion
dan exclusions term untuk menunjukan bahwa baik kata terdahulu
maupun kata sesudahnya adalah istilah lengkap. Sembarang istilah
dibelakang tanda kurung besar, seharusnya dikualifikasikan oleh satu
24
atau lebih istilah yang mengikutinya. 9) NOS (yang tidak ditentukan);
NOS adalah singkatan dari Not otherwise specified yang berarti
unspecified dan unqualified yand dimaksud adalah tidak
dispesifikasikan atau tidak dikualifikasikan. Pemberian kode
sebaiknya berhati-hati untuk memberi kode suatu istilah tidak
dikualifikasikan kalau informasi yang disediakan tidak begitu jelas.
Asumsi ini dilakukan untuk menghindari klasifikasi yang salah. 10)
NEC (kondisi tertentu dan spesifik tedapat pada bagian lain dari
klasifikasi). 11) Rujuk Silang (Cross refences); rujuk silang digunakan
untuk menghindari duplikasi istilah yang tidak perlukan di dalam
indeks. 12) Pemakaian and dalam judul. 13) Titik strip atau point
dash (.-); digunakan sebagai pengganti karakter keempat dari satu
kategori, titik strip (.-) menunjukan pada pemberi kode bahwa ada satu
karakter keempat dan sebaiknya dicari dalam kategori yang cocok
pada daftar tabulasi. (Manangka F, 1998).
Menurut Depkes (2006) bahwa faktorfaktor yang
mempengaruhi akurasi kode diantaranya adalah tenaga medis, dan
tenaga rekam medis. Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan
kewajiban, hak, dan tanggungjawab dokter (tenaga medis) terkait.
Dokter sebagai penentu perawatan harus memilih kondisi utama dan
kondisi lain dalam periode perawatan. Tenaga rekam medis sebagai
pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu
diagnosis yang telah ditetapkan oleh tenaga medis, sebelum
memberikan kode penyakit tenaga medis harus mengkaji data rekam
medis pasien untuk menemukan hal yang kurang jelas atau tidak
lengkap.
Pengertian Commotio Cerebri pada ICD-10
Commotio Cerebri menurut Laksman (2002) adalah gegar
otak, keadaan yang ditandai dengan pingsan, muntah-muntah,
kelumpuhan, kelainan denyut jantung, nadi, dan penafasan.
Mekanisme penyebab
Menurut Satyanegara (1998) kebanyakan Commotio Cerebri
merupakan akibat salah satu dari kedua mekanisme dasar yaitu :
Kontak bentur atau Guncangan lanjut. Cidera kontak bentur
terjadi bila kepala membentur atau menabrak suatu obyek atau
sebaliknya, sedangkan cidera guncangan lanjut yang sering kali
dikenal sebagai cidera akselerasi, merupakan akibat peristiwa
guncangan kepala yang hebat, baik yang disebabkan oleh pukulan
maupun benturan benda keras lainnya.
25
Pemeriksaan klinis Commotio Cerebri
Menurut Satyanegara (1998) pemeriksan klinis tetap
merupakan pemeriksaan paling komprehensif dalam evaluasi
diagnostik penderita-penderita Commotio Cerebri, dimana dengan
pemeriksaan-pemeriksan yang cepat, tepat, dan noninvansif
diharapkan dapat menunjukan progresivitas atau kemunduran dari
proses penyakit atau gangguan tersebut. Sehubungan dengan tingginya
insidensi kelainan atau cidera sistemik penyerta.
Penanganan Commotio Cerebri
Penanganan kasus-kasus Commotio Cerebri di unit gawat
darurat atau emergency didasarkan atas patokan pemantauan dan
penanganan terhadap 5B yaitu: Breathing, Blood, Brain, Bladder,
dan Bowel. Breathing; perlu diperhatikan mengenai frekuensi dan
jenis pernafasan penderita adanya obstruksi jalan nafas segera
dibebaskan dengan tindakan-tindakan: suction, intubasi, trakheostomi.
Oksigenasi yang cukup atau hiperventilasi bila perlu, merupakan
tindakan yang berperan penting sehubungan dengan edema cerebri
yang terjadi. Blood; mencakup pengukuran tekanan darah dan
pemeriksaan laboraturium darah (Hb, Leukosit). Brain; merupakan
langkah awal penilaian keadaan otak ditekankan terhadap respon-
respon mata, motorik, dan verbal. Perubahan respon ini merupakan
implikasi perbaikan atau perburukan Commotio Cerebri tersebut, dan
bila pada pemantauan menunjukan adanya perburukan kiranya perlu
pemeriksaan lebih mendalam mengenai keadaan pupil (ukuran,
bentuk, dan reaksi terhadap cahaya) serta gerakan-gerakan bola mata
(reflek okulosefalik, okulo-vestibuler,deviasi konjuget, nistagmus).
Bladder; kandung kemih perlu selalu dikosongkan (pemasangan
kateter) mengingat bahwa kandung kemih yang penuh merupakan
suatu rangsangan untuk mengejan sehingga tekanan intracranial
cenderung lebih meningkat. Bowel; Seperti halnya diatas bahwa usus
yang penuh cenderung meningkatkan intacranial. Pada praktiknya
dengan memperhatikan hal-hal diatas Commotio Cerebri ditangani
sesuai tingkat gradasi klasifikasi klinisnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ilmiah ini menggunakan jenis penelitian diskriptif
yaitu suatu metode penelitian dengan tujuan untuk membuat gambaran
atau diskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini
menggunakan tiga variabel, yaitu: diagnosis utama penyakit
Commotion Cerebri, kode penyakit Commotion Ccerebri, dan akurasi
26
kode penyakit Commotio Cerebri. Populasi diambil dari berkas rekam
medik pasien rawat inap dengan diagnosis utama Commotio Cerebri
tahun 2008 sejumlah 573 dokumen. Sampel penelitian adalah
sebagian yang diambil dari obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Dalam penelitian ini sampel sebesar 236 dokumen.
Tehnik menentukan sampel diatas adalah dengan menggunakan tehnik
sampling sederhana (simple random sampling) peneliti mengambil
sampel dengan melakukan lotre terhadap semua populasi. Semua
subjek yang termasuk dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan
anggota sampel.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung melalui observasi dan penelitian dokumen
rekam medis pada lembar masuk keluar, Lembar Perjalanan penyakit,
Lembar Ringkasan Keluar (Resume), Lembar Resume Perawatan,
Lembar Hasil Pemeriksaan Penunjang yaitu diagnosis utama dan kode
penyakit Commotio Cerebri. Dan data sekunder dalam penelitian ini
adalah laporan indeks penyakit Commotio Cerebri yang digunakan
untuk mengetahui nomor rekam medis sebagai petunjuk dalam
menentukan dokumen rekam medis yang akan dianalisis. Intrumen
dari penelitian ini adalah check list: digunakan untuk pengumpulan
data, Pedoman wawancara: untuk medapatkan keterangan secara lisan,
dan ICD10: digunakan untuk mengetahui akurasi kode penyakit yang
terdiri dari volume 1, 2, dan 3.
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian analisis menggunakan analisi diskriptif,
yaitu dengan mengalisis keakuratan dan ketidakakuratan kode
penyakit kemudian disesuiakan dengan kode penyakit pada ICD10.
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk diskrptif, tabel, dan grafik
dengan analisis berdasarkan teoriteori relevan yaitu ICD10,
Biomedik, IPLK (Ilmu Penyakit dan Laboratorium kesehatan).
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Islam Klaten
pengkodean penyakit rawat inap dilaksanakan berdasarkan prosedur
tetap. Pengkodean penyakit bertujuan untuk menyeragamkan bahasa
untuk mempermudah pengelompokan penyakit bagi kebutuhan
pencatatan dan pelaporan yang ada di Rumah Sakit Islam Klaten,
sehingga dapat mendukung penyajian sistem manajemen rumah sakit
dan sekaligus diperoleh jaminan kerahasiaan atas jenis penyakit
pasien.
27
Berdasarkan hasil penelitian akurasi kode diagnosis utama
penyakit Commotio Cerebri pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam
Klaten tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini, yaitu :
Tabel. 1
Akurasi Kode Diagnosis Utama Penyakit Commotio Cerebri
Pasien Rawat Inap Tahun 2008 di RSI Klaten
Pada Karakter keempat

Diagnosis Angka %
Akurat 157 66,52
Tidak akurat 79 33,48
Jumlah 236 Dokumen
Sumber data : data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat ketidakakuratan kode
diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri pada karakter keempat
sebesar 79 dokumen atau dengan persentase 33,48 %.
Tabel. 2
Akurasi Kode Diagnosis Utama Penyakit Commotio Cerebri
Pasien Rawat Inap Tahun 2008 di RSI Klaten
Pada Karakter Kelima

Diagnosis Angka %
Akurat 0 0
Tidak akurat 236 100
Jumlah 236 Dokumen
Sumber data : data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat ketidakakuratan kode
diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri di Rumah Sakit Islam
Klaten tahun 2008 pada karakter kelima sebesar 236 dokumen atau
dengan persentase 100%.








28
Gambar. 1
Persentase Ketidakakuratan Kode Diagnosis Utama Penyakit
Commotio Cerebri Pasien Rawat Inap
Tahun 2008 di RSI Klaten















Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tingkat
ketidakakuratan kode diagnosis utama pada karakter kelima libih
tinggi yaitu 100% dibandingkan dengan tingkat ketidakakuratan kode
diagnosis utama pada karakter keempat yaitu 33,48%.

Tabel.3
Persentase Sebab Ketidakakuratan Kode Diagnosis Utama
Penyakit Pada Karakter Keempat

NO Sebab ketidakakuratan Angka %
1. Salah Kode 3 3,8
2.
Kode kurang spesifik pada karakter
kempat
76 96,20
Sumber data : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan ketidakakuratan kode
dagnosis utama penyakit Commotio Cerebri sebanyak 3 dokumen atau
dengan persentase 3,8% pada kasus penulisan kode yang tidak sesuai
dengan diagnosis, ketidakakuratan kode diagnosis utama penyakit
Commotio Cerebri pada kasus penulisan kode kurang spesifik untuk
karakter keempat sebanyak 76 dokumen atau dengan persentase 96,20
%, sedangkan ketidakakuratan pada kasus kurang spesifik untuk
karakter kelima adalah sebanyak sampel yaitu 236 dokumen atau
dengan persentase 100%.
33.48
100
0
20
40
60
80
100
persentase
Karakter
Keempat
Karakter
Kelima
29
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Islam Klaten
pengkodean penyakit pasien rawat inap secara garis besar untuk
keseluruhan sudah sesuai dengan protap dan kebijakan yang ada di
Rumah sakit Islam Klaten. Hal tersebut dapat diketahui dari penulisan
kode penyakit dan penulisan kode tindakan medik atau operasi
didalam kotak yang tersedia pada lembar formulir rekam medik
ringkasan masuk dan keluar atau CM-1, namun pada pengkodean
penyakit khususnya Commotio Cerebri belum sampai pada karakter
kelima karena memang belum ada kebijakan yang mengatur
penggunaan karakter kelima hal itu dikarenakan selama ini di RSIK
belum terjadi permasalahan yang berhubungan dengan karakter kelima
khususnya untuk kasus Commotio Cerebri. Tetapi pada ketetapan
internasional atau ICD-10 volume 1 dan 2 sudah menjelaskan tentang
penggunaan karakter kelima khususnya untuk kasus Commotio
Cerebri. Karakter kelima perlu digunakan untuk lebih
menspesifikasikan kode penyakit khususnya untuk Commotio Cerebri
dan digunakan pada pengkodean INA-DRG. Hasil pengolahan data
penelitian dengan mengambil sampel sebanyak 236 dokumen rawat
inap pasien penyakit Commotio Cerebri tahun 2008 didapat bahwa
tingkat keakuratan kode diagnosis pada karakter keempat lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat keakuratan kode pada karakter kelima.
Masalah yang menyebabkan ketidakakuratan pada karakter
keempat adalah sebagai berikut: 1) kesalahan penulisan kode
diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri yang tidak sesuai dengan
diagnosis, misalnya: Commotio Cerebri oleh Rumah Sakit Islam
Klaten dikode I64 yang seharusnya S06.0, Contusion oleh Rumah
Sakit Islam Klaten dikode S06.0 yang seharusnya S06.2. Kasus
diatas dapat diketahui bahwa ketidakakuratan kode penyakit
Commotio Cerebri sebanyak 3 dokumen rekam medik dengan
persentase 3.8%. Berdasarkan hasil wawancara hal ini terjadi karena
tidak jelas atau tidak lengkapnya diagnosis yang tertulis pada lembar
formulir ringkasan masuk dan keluar. Selain hal tersebut
ketidakakuratan juga disebabkan karena cenderung digunakannya
buku bantu atau hafalan saat mengkode tanpa membuka atau merujuk
kembali ke ICD-10. 2) ketidakakuratan penulisan kode diagnosis
utama penyakit Commotio. Cerebri yang kurang spesifik pada
karakter keempat, misalnya: Commotio Cerebri oleh Rumah Sakit
Islam Klaten dikode S06.1 yang seharusnya S06.4 karena pada
lembar hasil pemeiksaan penunjang menyatakan haemorrhage
30
cerebri frontalis kanan, subdural temporal kanan dan
subarachnoidalis kanan dengan edema cerebri diffuse berat atau
pasien mengalami pendarahan atau Epidural Haemorrhage.
Berdasarkan kasus diatas rumah sakit menuliskan kode diagnosis
utamanya S06.0 dan yang seharusnya S06.4. Diagnosis utama dari
kasus tersebut adalah Cidera kepala berat yang kodenya mengikuti
Contusion, kasus ini juga dapat dilihat pada tabel 4.5 dan dapat
diketahui tingkat ketidakakuratannya adalah 76 dokumen atau dengan
persentase 96,20%. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian
dalam mangalisis atau membaca dokumen rawat inap penyakit
Commotio Cerebri sebelum memberikan kode. Formulir ringkasan
masuk dan keluar seringkali dijadikan acuan untuk mengkode,
sedangkan lembar formulir yang berikutnya tidak dibaca, sehingga
tidak menghasilkan kode yang akurat. Dengan membaca atau
menganalisis semua dokumen rawat inap tersebut dapat dijadikan
dasar oleh petugas koding dalam menetapkan kode dan dapat
menghasilkan data yang akurat bagi kepentingan rumah sakiat dalam
pengambilan keputusan.
Ketidakakuratan kode diagnosis utama penyakit Commotio
Cerebri pada karakter kelima, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4
Akurasi Kode Diagnosis Utama Penyakit Commotio Cerebri
Pasien Rawat Inap Tahun 2008 di RSI Klaten
Pada Karakter Kelima

Diagnosis Angka %
Akurat 0 0
Tidak akurat 236 100
Jumlah 236 Dokumen
Sumber data : data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat keakuratan kode
diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri di rumah sakit Islam
Klaten tahun 2008 pada karakter kelima sebesar 236 dokumen atau
dengan persentase 100%.
31
Kurangnya ketelitian dalam membaca atau menganalisis
dokumen dan tidak lengkap atau tidak jelasnya diagnosis yang tertulis
pada dokumen serta tidak digunakannya karakter kelima adalah
penyebab ketidakakuratan kode diagnosis penyakit Commotio
Cerebri. Hal itu disebabkan tidak digunakannya karakter kelima
sesuai dengan peraturan internasional atau ICD-10.
Dengan tidak digunakannya karakter kelima atau karakter
tambahan khususnya untuk penyakit Commotio Cerebri maka data
yang dihasilkan kurang akurat, penggunaan karakter kelima sangat
diperlukan untuk kepentingan administrasi, keuangan dan pendidikan.
Misalnya kepentingan keuangan hal ini berperan besar didalam
Rumah Sakit karena berkaitan dengan penggunaan
IN-DRG, yang dimaksud dengan INA-DRG adalah penetapan biaya
perawatan pasien berdasarkan kode diagnosis.
Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa masalah yang
menyebabkan kode tidak akurat adalah kurang spesifiknya kode pada
karakter kelima, hal itu dikarenakan tidak adanya kebijakan yang
mengatur penggunaan karakter kelima yang dibuat oleh rumah sakit,
tetapi pada ketetapan internasional atau ICD-10 volume 1 dan 2 sudah
menjelaskan tentang penggunaan karakter kelima. Karakter kelima
perlu digunakan untuk lebih menspesifikasikan kode penyakit
khususnya untuk Commotio Cerebri dan di RSIK belum
menggunakan karakter kelima karena Rumah Sakit belum menetapkan
adanya penggunaan karakter kelima. Fungsi penggunaan dari karakter
kelima adalah untuk menyajikan data yang lebih akurat bagi
kepentingan Rumah Sakit seperti kepentingan administrasi, keuangan,
dan kepentingan pendidikan serta dijadikan dasar dalam pengambilan
keputusan guna memperbaiki mutu pelayanan dirumah sakit tersebut.

KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: keakuratan kode
diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri pada karakter keempat
157 dokumen sedangkan untuk karakter kelima 0 dokumen.
Persentase keakuratan kode diagnosis utama penyakit Commotio
Cerebri pada karakter keempat sebesar 66,52%, sedangkan pada
karakter kelima 0%. Ketidakakuratan kode diagnosis utama penyakit
Commotio Cerebri dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu
kesalahan penulisan kode yang tidak sesuai dengan diagnosis
sebanyak tiga dokumen dari 236 sampel yang diteliti atau dengan
32
persentase 3.8, kesalahan pada kode yang kurang spesifik pada
karakter keempat sebanyak 76 dokumen dari 236 sampel yang diteliti
atau dengan persentase 96,20, dan kesalahan pada penulisan kode
yang kurang spesifik pada karakter kelima adalah sebanyak sampel
yaitu 236 dokumen atau dengan persentase 100. Ketidakakuratan
kode diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri disebabkan
beberapa faktor yaitu tenaga medik (dokter), petugas rekam medik
(koder) dan sarana prasarana.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi VI.
Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman
Penyelenggaraan Dan
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Indonesia. Direktorat
Jendral Pelayanan
Medik. Jakarta.
Laksman, H. 2002. Kamus kedokteran. Djambatan. Jakarta.
Manangka, F. 1998. Klasifikasi Statistik International Tentang
Penyakit dan Masalah Kesehatan (ICD-10) Petunjuk dan
Penggunaan Untuk Digunakan dalam Kalangan Sendiri. KPRI
RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi
Cetakan Ketiga. Rineka Cipta. Jakarta.
Shofari, B, 1998. Pengelolaan Sistem Rekam Kesehatan. PORMIKI.
Semarang.
Shofari, B. 2002. Pengelolaan Rekam Medis dan Dokumentasi Rekam
Medis. PORMIKI. Semarang.
Setyanegara. 1998. Ilmu Bedah Syaraf. Edisi Ketiga. PT . Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
__________.2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medik.
Jakarta.
__________.1992. International Statistical Classfication of Diseases
and Related Health Problem Tenth Revision. WHO. Geneva.
Volume 1, 2, dan 3.
__________.1999. Pedoman Penggunaan ICD-10 Seri 1 (Petunjuk
Penggunaan dan Pelatihan). Depkes RI Dirjen Yan Med.
Jakarta.

33
MEWASDAI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Oleh :
Mursudarinah
Stikes Aisyiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Kekerasan terhadap istri dalam suatu rumah tangga, sering
oleh para ahli, dianggap sebagai Hidden crime. Meskipun telah
memakan cukup banyak korban dari berbagai kalangan masyarakat,
kekerasan dalam rumah tangga (selanjutnya disingkat KDRT), masih
merupakan masalah sosial serius yang kurang mendapat perhatian
masyarakat, karena KDRT memiliki ruang lingkup yang relatif
tertutup (pribadi) dan terjaga privasinya karena persoalannya terjadi
dalam rumah tangga (keluarga).

Adapun definisi kekerasan dalam rumah tangga menurut UU
No. 23 Tahun 2004 yaitu: Kekerasan dalam rumah tangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Isu penindasan terhadap wanita terus menerus menjadi
perbincangan hangat. salah satunya adalah kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT). Perjuangan penghapusan KDRT nyaring disuarakan
organisasi, kelompok atau bahkan negara yang meratifikasi konvensi
mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan (Convention on the Elimination of All Form of
Discrimination/CEDAW) melalui Undang-undang No 7 tahun 1984.
Juga berdasar Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan yang dilahirkan PBB tanggal 20 Desember 1993 dan
telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Bahkan di Indonesia
telah disahkan Undang-undang No 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga(Muladi, 1997 )

Keyword : mewaspadai,kekerasan,rumah tangga.
34
Pendahuluan
Hak dan kewajiban setiap warga negara adalah sama. Hal ini
secara tegas diungkapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan
itu tanpa kecuali. Pasal ini sekaligus menjustifikasi bahwa antara
laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama di
hadapan hukum. Perempuan adalah mitra sejajar bagi laki-laki,
mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan laki-
laki dalam setiap lapangan kehidupan termasuk dalam rumah tangga.
Namun, dalam kehidupan keluarga sering terjadi pertentangan dan
perbedaan pendapat yang sering berujung pada tindak kekerasan fisik
yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Sehingga suami yang
mestinya berfungsi sebagai pengayom justru berbuat yang jauh dari
harapan anggota keluarganya.
Kekerasan terhadap istri dalam suatu rumah tangga, sering oleh
para ahli, dianggap sebagai Hidden crime. Meskipun telah memakan
cukup banyak korban dari berbagai kalangan masyarakat, kekerasan
dalam rumah tangga (selanjutnya disingkat KDRT), masih merupakan
masalah sosial serius yang kurang mendapat perhatian masyarakat,
karena KDRT memiliki ruang lingkup yang relatif tertutup (pribadi)
dan terjaga privasinya karena persoalannya terjadi dalam rumah
tangga (keluarga). KDRT sering dianggap wajar karena adanya
keyakinan bahwa memperlakukan istri sekehendak suami adalah hak
suami sebagai pemimpin dan kepala dalam rumah tangga. KDRT
terjadi dalam lembaga yang legal yaitu perkawinan. Namun, seiring
berjalannya waktu, KDRT mendapat tanggapan yang serius dari
berbagai organisasi perempuan baik yang berhubungan dengan
pemerintah maupun non pemerintah hingga lahirnya UU No. 23
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Isu penindasan terhadap wanita terus menerus menjadi
perbincangan hangat. salah satunya adalah kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT). Perjuangan penghapusan KDRT nyaring disuarakan
organisasi, kelompok atau bahkan negara yang meratifikasi konvensi
mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan (Convention on the Elimination of All Form of
Discrimination/CEDAW) melalui Undang-undang No 7 tahun 1984.
Juga berdasar Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
35
yang dilahirkan PBB tanggal 20 Desember 1993 dan telah diratifikasi
oleh pemerintah Indonesia. Bahkan di Indonesia telah disahkan
Undang-undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga(Muladi, 1997 )
Perjuangan penghapusan KDRT berangkat dari fakta
banyaknya kasus KDRT yang terjadi dengan korban mayoritas
perempuan dan anak-anak. Hal ini berdasar sejumlah temuan Komisi
Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)
dari berbagai organisasi penyedia layanan korban kekerasan. Di
Provinsi Banten misalnya, hingga pertengahan tahun 2004 terdapat
5.426 perempuan yang dilaporkan menjadi korban tindak kekerasan
(KTK). Sembilan puluh persen diantaranya menjadi korban kekerasan
karena berkerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri
(Tempo Interaktif, 3/5/04).
Sedangkan data yang terdapat di Ruang Pelayanan Khusus
(RPK) Kepolisian Kota Bandung menunjukkan bahwa selama 2003-
2004 terdapat 60 kasus kekerasan fisik terhadap perempuan.
Sementara data yang dihimpun oleh Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan (P2TP2) Kota Bandung memperlihatkan
bahwa periode MeiDesember 2004 sudah terdapat 36 kasus
kekerasan terhadap perempuan. Dengan perincian, 3 kasus perkosaan,
7 kasus kekerasan fisik, 26 kasus kekerasan psikis dan penelantaran
ekonomi. Mengingat korban kekerasan yang kebanyakan berjenis
kelamin wanita itulah, para propagandis anti-KDRT beranggapan
bahwa KDRT adalah masalah gender, yakni disebabkan adanya
ketidak-adilan gender. Adanya subordinasi perempuan telah
menempatkan mereka sebagai korban kekerasan oleh pria.
Untuk menghapuskan KDRT maka perempuan harus
disejajarkan dengan pria. Relasi suami-istri dalam kehidupan rumah
tangga haruslah seimbang, di mana istri memiliki kewenangan yang
tidak harus bersandar kepada suami. Dari sinilah maka arah
perjuangan penghapusan KDRT adalah untuk memperjuangkan hak-
hak wanita menuju gender equality. Hal ini juga dapat ditunjang
dengan pengetahuan para ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga
yang harus diwaspadai, untuk itu perlu dilakukan penyuluhan tetang
KDRT sehingga Warga dapat mewaspadai dan mencegah kekerasan
dalam rumah tangga di Kelurahan Ngabeyan Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo.

36
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Kekerasan (Terhadap Perempuan) Dalam Rumah
Tangga

Secara ringkas, definisi kekerasan terhadap perempuan adalah
setiap tindakan kekerasan verbal maupun fisik, pemaksaan atau
ancaman pada nyawa yang dirasakan pada seorang perempuan, apakah
masih anak-anak atau sudah dewasa, yang menyebabkan kerugian
fisik atau psikologis, penghinaan atau perampasan kebebasan dan
yang melanggengkan subordinasi perempuan. (Kemala
Candrakirana,2005: 4).
Adapun pengertian kekerasan dalam rumah tangga,
sebagaimana tertuang dalam rumusan pasal 1 Deklarasi Penghapusan
Tindakan Kekerasan terhadap Perempuan (istri) PBB dapat disarikan
sebagai setiap tindakan berdasarkan jenis kelamin yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual, atau
psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau
perampasan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan
umum atau dalam kehidupan pribadi (keluarga).
Lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa kekerasan terhadap
perempuan dalam rumah tangga terutama digunakan untuk
mengontrol seksualitas perempuan dan peran reproduksi mereka. Hal
ini sebagaimana biasa terjadi dalam hubungan seksual antara suami
dan istri di mana suami adalah pihak yang membutuhkan dan harus
dipenuhi kebutuhannya, dan hal ini tidak terjadi sebaliknya. Lebih
jauh lagi Maggi Humm menjelaskan bahwa beberapa hal di bawah ini
dapat dikategorikan sebagai unsur atau indikasi kekerasan terhadap
perempuan dalam rumah tangga yaitu:
1. Setiap tindakan kekerasan baik secara verbal maupun fisik,
baik berupa tindakan atau perbuatan, atau ancaman pada
nyawa.
2. Tindakan tersebut diarahkan kepada korban karena ia
perempuan. Di sini terlihat pengabaian dan sikap merendahkan
perempuan sehingga pelaku menganggap wajar melakukan
tindakan kekerasan terhadap perempuan.
3. Tindakan kekerasan itu dapat berbentuk hinaan, perampasan
kebebasan, dan lain-lain
37
4. Tindakan kekerasan tersebut dapat merugikan fisik maupun
psikologis perempuan
5. Tindakan kekerasan tersebut terjadi dalam lingkungan
keluarga atau rumah tangga.
Dalam konsideran deklarasi PBB juga dikatakan bahwa
kekerasan terhadap perempuan adalah efek dari ketimpangan historis
dari hubungan-hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan
yang telah mengakibatkan dominasi dan diskriminasi laki-laki atas
perempuan. Dominasi ini terus dilanggengkan sehingga perempuan
terus berada dalam ketertindasan. Budaya seperti inilah yang
merupakan salah satu faktor awal munculnya peluang tindakan
kekerasan terhadap perempuan (istri) dalam berbagai bentuknya.
Dalam konteks Indonesia, kondisi dari budaya yang timpang
sebagaimana disebutkan di atas telah menyebabkan hukum, dan
sistem hukum (materiil hukum, aparat hukum, budaya hukum) yang
ada kurang responsif dalam melindungi kepentingan perempuan.
KUHAP sangat minim membicarakan hak dan kewajiban istri sebagai
korban, ia hanya diposisikan sebagai saksi pelapor atau saksi korban.
Begitu pula yang tercantum dalam UU. No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan pasal 31 ayat (3): Suami adalah kepala rumah
tangga dan istri adalah ibu rumah tangga." Meski demikian, KUHP
juga memuat peluang istri untuk mendapat keadilan. Kekerasan dan
penganiayaan terhadap istri dalam KUHP merupakan tindak pidana
yang sanksinya lebih besar sepertiga dari tindak pidana penganiayaan
biasa atau dilakukan oleh dan terhadap orang lain, sebagaimana
diterangkan dalam pasal 351 s.d. 355 KUHP.
Pernyataan dalam KUHP tersebut dipertegas lagi dengan
keluarnya UU. No. 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) pada tanggal 22 September 2004 yang merupakan
hasil kerja cukup panjang dari berbagai elemen bangsa, baik dari
pemerintah, parlemen, dan tentu saja masyarakat luas yang dalam hal
ini diwakili oleh lembaga-lembaga yang mempunyai perhatian serius
terhadap penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga dan
pembangunan hukum yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
Adapun definisi kekerasan dalam rumah tangga menurut UU
No. 23 Tahun 2004 yaitu:
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan
38
penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

B. Bentuk Dan Faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Menurut Purwandari ( 2002: 11) bahwa kekerasan terhadap
perempuan dalam rumah tangga dapat terjadi dalam berbagai bentuk
sebagaimana diringkaskan di bawah ini yaitu:
1. Kekerasan fisik langsung dalam bentuk pemukulan, pencakaran
sampai pengrusakan vagina (kekerasan seksual) dan kekerasan
fisik secara tidak langsung yang biasanya berupa memukul meja,
membanting pintu, memecahkan piring, gelas, tempat bunga dan
lain-lain, serta berlaku kasar.
2. Kekerasan psikologis, berupa ucapan kasar, jorok, dan yang
berkonotasi meremehkan dan menghina, mendiamkan, menteror
baik secara langsung maupun menggunakan media tertentu,
berselingkuh, dan meninggalkan pergi tanpa kejelasan dalam
waktu lama dan tanpa tanggung jawab.
3. Kekerasan ekonomi, berupa tidak diberikannya nafkah selama
perkawinan atau membatasi nafkah secara sewenang-wenang,
membiarkan atau bahkan memaksa istri bekerja keras, juga tidak
memberi nafkah setelah terjadi perceraian meskipun pengadilan
memutuskan.
Gabungan dari berbagai kekerasan sebagaimana disebutkan di
atas baik fisik, psikologis, maupun ekonomis. Dari keterangan tentang
berbagai macam bentuk kekerasan dalam rumah tangga tersebut dapat
diketahui bahwa kekerasan tersebut adalah suatu tindakan yang out of
control yang dapat menjadi kebiasaan jahat yang dapat merugikan
pasangan. Adapun faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap
perempuan dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami
terhadap istri.antara lain :
1) Persaingan
Jika di muka telah diterangkan mengenai faktor pertama
kekerasan dalam rumah tangga adalah ketimpangan hubungan
kekuasaan antara suami dan istri. Maka di sisi lain, perimbangan
antara suami dan istri, baik dalam hal pendidikan, pergaulan,
penguasaan ekonomi baik yang mereka alami sejak masih kuliah, di
lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal,
39
dapat menimbulkan persaingan dan selanjutnya dapat menimbulkan
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Bahwa di satu sisi suami
tidak mau kalah, sementara di sisi lain istri juga tidak mau terbelakang
dan dikekang.
2) Frustasi
Terkadang pula suami melakukan kekerasan terhadap istrinya
karena merasa frustai tidak bisa melakukan sesuatu yang semestinya
menjadi tanggung jawabnya.
Hal ini biasa terjadi pada pasangan yang :
a) Belum siap kawin
b) Suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang
mencukupi kebutuhan rumah tangga.
c) Masih serba terbatas dalam kebebasan karena masih menumpang
pada orang tua atau mertua.
Dalam kasus ini biasanya suami mencari pelarian kepada mabuk-
mabukan dan perbuatan negatif lain yang berujung pada
pelampiasan terhadap istrinya dengan memarahinya,
memukulnya, membentaknya dan tindakan lain yang
semacamnya.
3) Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum
Pembicaraan tentang proses hukum dalam kasus kekerasan dalam
rumah tangga tidak terlepas dari pembicaraan hak dan kewajiban
suami istri. Hal ini penting karena bisa jadi laporan korban kepada
aparat hukum dianggap bukan sebagai tindakan kriminal tapi hanya
kesalahpahaman dalam keluarga. Hal ini juga terlihat dari minimnya
KUHAP membicarakan mengenai hak dan kewajiban istri sebagai
korban, karena posisi dia hanya sebagai saksi pelapor atau saksi
korban. Dalam proses sidang pengadilan, sangat minim kesempatan
istri untuk mengungkapkan kekerasan yang ia alami.

C. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Karena kekerasan sebagaimana tersebut di atas terjadi dalam
rumah tangga, maka penderitaan akibat kekerasan ini tidak hanya
dialami oleh istri saja tetapi juga anak-anaknya. Adapun dampak
kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa istri adalah:
Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung dapat
mengakibatkan istri menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka
sebagai akibat tindakan kekerasan tersebut.
40
a) Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan
hilangnya gairah seks, karena istri menjadi ketakutan dan tidak
bisa merespon secara normal ajakan berhubungan seks.
b) Kekerasan psikologis dapat berdampak istri merasa tertekan,
shock, trauma, rasa takut, marah, emosi tinggi dan meledak-
ledak, kuper, serta depresi yang mendalam.
c) Kekerasan ekonomi mengakibatkan terbatasinya pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang diperlukan istri dan anak-anaknya.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kekerasan
tersebut juga dapat berdampak pada anak-anak. Adapun dampak-
dampak itu dapat berupa efek yang secara langsung dirasakan oleh
anak, sehubungan dengan kekerasan yang ia lihat terjadi pada ibunya,
maupun secara tidak langsung. Bahkan, sebagian dari anak yang hidup
di tengah keluarga seperti ini juga diperlakukan secara keras dan kasar
karena kehadiran anak terkadang bukan meredam sikap suami tetapi
malah sebaliknya.
Menurut hasil penelitian tim Kalyanamitra, menyaksikan
kekerasan adalah pengalaman yang amat traumatis bagi anak-anak.
Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak-anak membuat
anak tersebut memiliki kecenderungan seperti gugup, gampang cemas
ketika menghadapi masalah, sering ngompol, gelisah dan tidak tenang,
jelek prestasinya di sekolah, mudah terserang penyakit seperti sakit
kepala, perut, dan asma, kejam kepada binatang, Ketika bermaian
sering meniru bahasa yang kasar, berperilaku agresif dan kejam, suka
minggat, dan suka melakukan pemukulan terhadap orang lain yang
tidak ia sukai
Kekerasan dalam rumah tangga yang ia lihat adalah sebagai
pelajaran dan proses sosialisasi bagi dia sehingga tumbuh pemahaman
dalam dirinya bahwa kekerasan dan penganiayaan adalah hal yang
wajar dalam sebuah kehidupan berkeluarga. Pemahan seperti ini
mengakibatkan anak berpendirian bahwa:
Satu-satunya jalan menghadapi stres dari berbagai masalah
adalah dengan melakukan kekerasan :
1) Tidak perlu menghormati perempuan
2) Menggunakan kekerasan dalam menyelesaiakan berbagai
persoalan adalah baik dan wajar
3) Menggunakan paksaan fisik untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan adalah wajar dan baik-baik saja
41
Di samping dampak secara langsung terhadap fisik dan
psikologis sebagaimana disebutkan di atas, masih ada lagi akibat lain
berupa hubungan negatif dengan lingkungan yang harus ditanggung
anak seperti:
a) Harus pindah rumah dan sekolah jika ibunya harus pindah
rumah karena menghindari kekerasan
b) Tidak bisa berteman atau mempertahankan teman karena sikap
ayah yang membuat anak terkucil
c) Merasa disia-siakan oleh orang tua.
Kebanyakan anak yang tumbuh dalam rumah tangga yang
penuh kekerasan akan tumbuh menjadi anak yang kejam. Penelitian
membuktikan bahwa 50% - 80% laki-laki yang memukuli istrinya
atau anak-anaknya, dulunya dibesarkan dalam rumah tangga yang
bapaknya sering melakukan kekerasan terhadap istri dan anaknya.
Mereka tumbuh dewasa dengan mental yang rusak dan hilangnya rasa
iba serta anggapan bahwa melakukan kekerasan terhadap istri adalah
bisa diterima.

D. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Kekerasan (Fisik)
Terhadap Istri Dalam Rumah Tangga
1. Menurut Hukum Pidana
Pada dasarnya, proses penetapan bahwa perbuatan seseorang
dapat dipidanakan adalah karena perbuatan itu tidak dikehendaki atau
tidak disukai oleh masyarakat. Salah satu ukurannya adalah bahwa
perbuatan tersebut dapat merugikan atau mendatangkan korban. Oleh
karena itu, dalam hukum pidana dikenal sebuah asas yang
fundamental berkaitan dengan pemidanaan yaitu "tiada pidana tanpa
kesalahan" atau dengan kata lain, terjadinya kesalahan mensahkan
diterapkannya pidana ( Moeljatno, 1994).
Dalam kaitannya dengan kekerasan fisik terhadap istri dalam
rumah tangga adalah bahwa kekerasan fisik yang dilakukan oleh
suami termasuk dalam perbuatan yang tidak dikehendaki dan tidak
disukai oleh masyarakat, terlebih lagi perbuatan itu dapat merugikan
istri dan anaknya yang menjadi korban tindakannya. Permasalahannya
adalah bahwa sebagaimana diketahui, kekerasan fisik terjadi lebih
karena faktor emosi yang sudah tidak terkendali setelah didahului oleh
terjadinya pertengkaran antara suami dan istri, sehingga agak
diragukan apakah suami sengaja melakukan kekerasan fisik tersebut
atau tidak sengaja (alpa).
42
Dari penelusuran berbagai pasal dalam KUHP, diperoleh data
bahwa ancaman pidana dapat dikenakan kepada pelaku, baik tindak
pidana tersebut dilakukan dengan sengaja ataupun karena kealpaan.
Perbedaan ancaman pidana antara kesengajaan dan kealpaan hanya
terdapat pada berat ringannya pidana yang diancamkan. Untuk lebih
jelasnya, penulis kutibkan pasal dalam KUHP yang memuat tindak
pidana yang dilakukan dengan sengaja atau alpa dengan berat atau
ringannya ancaman pidananya.
Sebagaimana tersebut dalam pasal 354 KUHP tentang
penganiayaan, disebutkan: "Barang siapa sengaja melukai berat
orang lain diancam, karena melakukan penganiayaan berat, dengan
pidana penjara paling lama delapan tahun". Sedangkan dalam pasal
360 KUHP disebutkan: "Barang siapa karena kealpaannya
menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama
satu tahun.
Kealpaan baru mungkin tidak dapat dipidanakan hanya jika
terjadi dalam perbuatan peserta yang melakukan bantuan/ikut serta
berbuat karena kealpaannya dalam perbuatan penyertaan (culpose
deelneming) sebagaimana keterangan dalam pasal 56 KUHP yang
berbunyi: "Dipidana sebagai pembantu sesuatu kejahatan: mereka
yang sengaja memberikan bantuan pada waktu kejahatan dilakukan,
dan mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau
keterangan untuk melakukan kejahatan.
Dengan demikian kekerasan fisik terhadap istri yang dilakukan
oleh suami meskipun dilakukan dengan kealpaan tetap dapat
dipidanakan. Ditambah lagi, kekerasan fisik terhadap istri ini bukanlah
delik penyertaan di mana suami berperan sebagai pembantu atau
penyerta perbuatan yang dilakukan dengan kealpaan.
Selanjutnya, pasal 351 s.d. 355 KUHP menerangkan bahwa
penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, yang berbuat dapat
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Dan pada
pasal 356 menyebutkan bahwa pidana yang ditentukan dalam pasal
351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga bagi yang
melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istri,
dan anaknya.
43
Walaupun demikian banyak masyarakat menganggap bahwa
persoalan rumah tangga adalah aib untuk diceritakan kepada orang
lain. Hal ini mengakibatkan pasal-pasal yang menjerat tindak
kekerasan dalam rumah tangga itu sulit untuk diterapkan. Jika disimak
lebih lanjut mengenai pasal-pasal di atas terlihat bahwa negara hanya
mengatur tindak penganiayaan sebagai kejahatan yang sifatnya umum.
Negara belum mengakomodir kekerasan yang dialami istri dalam
keluarga.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa KUHP tidak
mengenal konsep kekerasan yang berbasis jender di mana
sesungguhnya ada tindakan kejahatan yang dilakukan justru karena
jenis kelamin. Oleh karena itu, diperlukan upaya legislasi lebih lanjut
untuk mengakomodasi kekerasan terhadap perempuan dalam rumah
tangga ini.
2. Menurut UU No. 23 Tahun 2004
UU No. 23 Tahun 2004 ini terdiri dari sepuluh bab dan lima
puluh enam pasal. Secara garis besar dapat penulis uraikan sebagai
berikut:
Bab I berisi ketentuan umum yang menerangkan tentang definisi
kekerasan dalam rumah tangga dan penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga sebagaimana tercantum dalam pasal 1, serta
menerangkan tentang lingkup rumah tangga yang meliputi suami, istri,
dan anak (pasal 2).
Bab II berisi asas dan tujuan. Bahwa asas yang
mendasari dilaksanakannya penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga adalah sebagaimana tersebut dalam pasal 3 yaitu meliputi:
1. Penghormatan hak asasi manusia
2. Keadilan dan kesetaraan jender
3. Anti diskriminasi, dan Perlindungan korban
Adapun tujuannya adalah sebagaimana terdapat dalam pasal 4 yaitu:
1. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga
2. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga
3. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga
4. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera
Bab III berisi larangan kekerasan dalam rumah tangga, bahwa setiap
orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap
orang lain dalam lingkup rumah tangganya, baik dengan cara
kekerasan fisik, psikis, seksual, dan menerlantarkan rumah tangganya,
sebagaimana tercantum dalam pasal 5.
44
Bab IV berisi hak-hak korban sebagaimana tercantum dalam pasal 10
yang meliputi:
a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik
sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan
dari pengadilan
b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban
d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan Pelayanan bimbingan rohani
Bab V berisi kewajiban pemerintah dan masyarakat dalam
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, (pasal 11). Untuk
melaksanakan ketentuan tersebut, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh pemerintah sebagaimana tercantum dalam pasal 12
yang meliputi:
1. Merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga
2. Menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang
kekerasan dalam rumah tangga
3. Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang kekerasan
dalam rumah tangga
4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif jender dan isu
kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan standar dan
akreditasi pelayanan yang sensitif jender
Adapun yang dimaksud dengan kewajiban masyarakat adalah
sebagaimana tercantum dalam pasal 15, yaitu bahwa setiap orang yang
mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga, wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas
kemampuannya untuk:
1. Mencegah berlangsungnya tindak pidana
2. Memberikan perlindungan kepada korban
3. Memberikan pertolongan darurat, dan
4. Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan
kepada lembaga terkait
Bab VI berisi perlindungan yang harus diberikan oleh kepolisian
sebagaimana tercantum dalam pasal 16 sampai 20, perlindungan dan
pelayanan kesehatan yang terdapat dalam pasal 21, dan perlindungan
dari pekerja sosial dan relawan pendamping sebagaimana tercantum
45
dalam pasal 22 dan 23, perlindungan oleh rohaniwan sebagaimana
terdapat dalam pasal 24, dan perlindungan oleh advokat sebagaimana
terdapat dalam pasal 25.
Bab VII berisi upaya pemulihan korban, bahwa untuk kepentingan
pemulihan, korban dapat memperoleh pelayanan dari: tenaga
kesehatan yang wajib memeriksa korban sesuai dengan standar
profesinya (pasal 40) Pekerja sosial dan relawan pendamping, dan
rohaniwan yang wajib memberikan konseling untuk menguatkan dan
memberikan rasa aman bagi korban (pasal 41)
Bab VIII berisi ketentuan pidana yang tercantum dalam pasal 44
sampai 53. Khusus untuk kekerasan fisik, penulis uraikan
rinciannya sebagai berikut:
1. Kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak
Rp. 15.000.000,-
2. Jika kekerasan fisik tersebut mengakibatkan sakit dan luka berat,
maka pelakunya dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
tahun atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,-
3. Jika kekerasan tersebut mengakibatkan matinya korban, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun
atau denda paling banyak Rp. 45.000.000,-
4. Jika kekerasan tersebut tidak mengakibatkan penyakit atau
halangan apa pun untuk menjalankan pekerjaan dan kegiatan
lainnya, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,-
Bab IX berisi Ketentuan lain-lain yang menerangkan tentang
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dan
pembuktian (pasal 54 dan 55). UU di tutup dengan Bab X tentang
ketentuan penutup (pasal 56).

Kesimpulan
Hak dan kewajiban setiap warga negara adalah sama. Hal ini secara
tegas diungkapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Setiap
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan
itu tanpa kecuali. Pasal ini sekaligus menjustifikasi bahwa antara
laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama di
hadapan hukum. Perempuan adalah mitra sejajar bagi laki-laki,
46
mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan laki-
laki dalam setiap lapangan kehidupan termasuk dalam rumah tangga.
KDRT sering dianggap wajar karena adanya keyakinan bahwa
memperlakukan istri sekehendak suami adalah hak suami sebagai
pemimpin dan kepala dalam rumah tangga. KDRT terjadi dalam
lembaga yang legal yaitu perkawinan. Namun, seiring berjalannya
waktu, KDRT mendapat tanggapan yang serius dari berbagai
organisasi perempuan baik yang berhubungan dengan pemerintah
maupun non pemerintah hingga lahirnya UU No. 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

DAFTAR PUSTAKA
Candrakirana, Kemala, 2005, Hentikan Kekerasan Dalam Keluarga,
www.pontianakpost.com.
Muladi, 1997, Hak Asasi Manusia, Politik Dan Sistem Peradilan
Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Moeljatno, 1994, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi
Aksara, Jakarta.
Purwandar, Kristi E., 2002, Kekerasan Terhadap Perempuan:
Tinjauan Psikologis Feminis, dalam Pemahaman Bentuk-Bentuk
Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Alternatif Pemecahannya,
Editor Archie Sudiarti Luhulima, Kajian Wanita Dan Gender,
Universitas, Jakarta.
Tim Kalyanamitra, Menghadapi Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Jakarta: Kalyanamitra, Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan,
1999 Tempo Interaktif, 3/5/04
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Panca Usaha,
Jakarta.




47
IMPLEMENTASI SMS GATEWAY UNTUK PENJUALAN
PULSA ELEKTRIK MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL DI
RUMAH SAKIT
Haryanto
STIMIK Duta Bangsa Surakarta

ABSTRAKSI
SMS Gateway adalah suatu platform yang menyediakan
mekanisme untuk EUA ( External User Application ) mengkirim dan
menerima SMS dari peralatan mobile (HP, PDA dll) melalui SMS
Gateway shortcode (sbg contoh 9221). SMS Gateway membolehkan
UEA untuk berkomunikasi dengan operator SMSC (Short Message
Service Center) (telkomsel, indosat, dll) atau SMS platform untuk
menghantar dan menerima pesan SMS dengan sangat mudah. Rumah
sakit merupakan tempat bekerjanya para medis yang tidak mengenal
waktu, bekerja 24 jam sudah dianggap sebagai keharusan dan
kebiasaan. Sering terjadi paramedis melakukan lembur diluar
schedulnya, dengan schedul yang mendadak sering paramedis
meninggalkan aktifitas untuk keluargannya. Seperti bisanya
paramedis jika melakukan schedule yang mendadak mereka akan
mengabari keluarga dengan cara menelpon keluarga dengan telepon
genggamnya. Sering tertjadi pada saat akan menghubungi
keluargannya pulsa telepon genggamnya habis. Sedangkan mereka
tidak bisa keluar rumah sakit untuk beli pulsa karena ada pasien-
pasien menunggu penanganan dari mereka. Untuk mengatasi
permasalaahn itu, maka, dirumah sakit di bangunkan sistem
penjualan pulsa elektrik, Sehingga paramedis yang lembur bisa
membeli pulsa tanpa harus meninggalkan kegiatannya. Sehingga
mereka tinggal pesan pulsa di bagian administrasi dimana komputer
administrasi ini sudah terhubung ke sms gateway, maka pulsa yang di
pesan oleh paramedis akan segera dikirim melalui sms gateway tadi.
Aplikasi yang dibuat ini menggunakan PHP dan MySQL untuk
databasenya, sehingga dapat menampung banyak sms yang masuk
maupun keluar serta lebih mudah pengoperasiannya. Aplikasi ini
dibuat untuk memudahkan kinerja operator komputer dan
mengoptimalkan kinerja dari para medis.
Kata kunci: Sms gateway, paramedis, rumahsakit, Php dan Mysql

48
PENDAHULUAN
Teknologi informasi merupakan salah satu teknologi yang
sedang berkembang dengan pesat pada awal tahun 2000. salah satunya
adalah teknologi yang berbasis pada web dan mobile device, yaitu sms
gateway. Teknologi informasi seperti ini sangat dibutuhkan sekali di
semua bidang pekerjaan. Salah satu bidangnya adalah dikesehatan
khususnya Rumah sakit.
Sms gateway yang menyediakan layanan transaksi pulsa
elektrik sagat di butuhkan sekali, khususnya di rumah sakit. Salah satu
aplikasi yang akan penulis paparkan adalah kebutuhan akan transaksi
pulsa melalui PC yang terhubung dengan mobile device yaitu
handphone. Aplikasi yang di gunakan menggunakan web yang terbuat
dari Php dan MySql. Konsep ini yang di sebut sebagai Sms gateway.
Para medis, biasa bekerja siang malam tanpa mempedulikan
waktu, bahkan sesekali mereka lembur dikarenakan adanya pasien
yang membludak. Dengan demikian maka, mereka para medis tidak
ada waktu untuk keluar rumah sakit. Jika paramedis melakukan
aktifitas lembur yang mendadak tanpa adanya schedule, maka mereka
pasti menghubungi keluarga. Karena argenya maka mereka tidak
sempat melakukan transaksi di luar Rumah sakit hanya sekedar beli
pulsa. Dengan demikian, maka penulis mempunyai ide untuk
melakukan perancangan sistem untuk melakukan transaksi dengan
internet melalui petugas rekam medis yang komputernya bisa
terhubung dengan internet. Perancangan ini menggunakan metode
SMS Gateway. Dengan SMS Gateway ini, maka para medis tida harus
keluar rumah sakit untuk melakukan transaksi pembelian pulsa.
KAJIAN PUSTAKA
Sistem Informasi
Sistem Informasi adalah Suatu sistem dalam organisasi yang
mempertemukan kebutuhan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategic dari suatu organisasi, yang
dapat menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang
diperlukan. ( Jogiyanto, 2005 : 11).

49
1. Analisa sistem
Analisa sistem merupakan penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh ke dalam bagian bagian komponennya dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan,
kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan
sehingga dapat diusulkan perbaikannya. (Jogiyanto H.M, 2005:129)
Tahap analisa sistem merupakan tahap yang sangat penting
karena kesalahan di dalam tahap ini akan berakibat kesalahan pada
tahap selanjutnya. Analisa sistem mempunyai 4 tahapan, yaitu :
a. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah.
b. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada.
c. Analyze, yaitu menganalisa sistem.
d. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis (Jogiyanto H.M, 2005
: 130)
2. Desain sistem
Merupakan penggambaran perencanaan, dan pembuatan
sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam
suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi (Jogiyanto H.M, 2005 : 197).
Tahap desain sistem ini mempunyai dua tujuan penting yaitu
untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem dan untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai rancang bangun yang
lengkap kepada pemrogram dan ahli-ahli tehnik yang terlibat.
3. Bagan alir
Bagan alir (flowchart) adalah (chart) yang menunjukan alir
(flow) di dalam program atau prosedur. Alat yang digunakan untuk
desain sistem ini salah satunya adalah flowchart. Flowchart adalah
bagan (chart) yang menunjukkan alir (Flow) di dalam program atau
alat bantu komunikasi di dalam dokumen atau pemrograman.
MySQL
MySQL merupakan DBMS yang kompak. MySQL cocok
untuk aplikasi berbasis web keperluan minimal dan menengah.
Perangkat lunak database server ini disebut juga database Smart.
50
Database ini semakin lama semakin popular karena data semakin
aman dan berdaya guna.
Personal Home Page (PHP)
Personal home page (PHP) dikenal sebagai sebuah bahasa
scripting yang menyatu dengan tag hypertext markup language
(HTML), di eksekusi pada sebuah server, dan digunakan untuk
membuat halaman Web yang dinamis. Versi pertama personal home
page (PHP) dibuat oleh Rasmus Ledorf pada tahun 1995. Versi
pertama ini berupa script PERL yang digunakan oleh Rasmus Ledorf
untuk membuat halaman Web yang dinamis pada home page
pribadinya. Dia menulis ulang script-script PERL tersebut
mengunakan bahasa C, kemudian menambahkan fasilitas untuk form
Hypertext Markup Language (HTML), koneksi MySQL dan
meluncurkan Personal Home Page (PHP) versi kedua yang diberi
nama PHP/F1 pada tahun 1996. Pada versi berikutnya yaitu tahun
1997. Pembuatannya tidak hanya dilakukan oleh Rasmus sendiri
melainkan programmer lain yang antusias untuk mengembangkan
personal home page (PHP). ( Jack Febrian, 2004: 247 )
SMS gateway
SMS Gateway adalah suatu platform yang menyediakan
mekanisme untuk EUA (External User Application ) menghantar dan
menerima SMS dari peralatan mobile (HP, PDA phone, dll) melalui
SMS Gateway shortcode .
SMS Gateway membolehkan UEA untuk berkomunikasi
dengan operator SMSC (Short Message Service Center) (telkomsel,
indosat, dll) atau SMS platform untuk menghantar dan menerima
pesan SMS dengan sangat mudah, Karena SMS Gateway akan
melakukan semua proses dan koneksi dengan operator. SMS Gateway
juga menyediakan UEA dengan interface yang mudah dan standar.
UEA dapat berupa berbagai aplikasi yang memerlukan
penggunaan SMS. Seperti berbagai aplikasi web yang telah banyak
menggunakan SMS ( free sms, pendaftaran, konfirmasi melalui SMS,
aplikasi perkantoran, dsb), CMS, acara pengundian di televisi, dll.
UEA melakukan komunikasi dengan SMS Gateway melalui Internet
menggunakan standard HTTP GET atau HTTPS untuk komunikasi
yang aman. ( http://adityawirawan.net/2007/11/11/sms-gateway/
51
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Analisa Sistem
Sebelum membuat atau mengimplementasikan sebuah program
maka perlu dilakukan suatu analisa sistem,yaitu sistem yang berjalan
dan sistem yang dikembangkan. Untuk mengetahui lebih mendalam
tentang kedua hal tersebut maka akan dijelaskan pada uraian sebagai
berikut :
1) Sistem Yang Sedang Berjalan
Sistem penjualan pulsa di Warnet VINET dimaksudkan untuk
mencatat semua transaksi penjualan pulsa. Proses penjualan yang
selama ini dilakukan masih dengan cara yang manual, yang mana
masih terdapat kelemahan-kelemahan yang ada di dalam pencatatan
pada buku penjualan.
Karena penyedia informasi yang cepat dan akurat masih belum
dapat dipenuhi dengan system yang ada,padahal banyak sekali
perangkat lunak yang ada di internet dan dapat diambil secara gratis
tanpa harus membayar. maka di perlukan suatu sistem yang baru dan
dapat memproses serta mengolah data penjualan pulsa secara cepat
dan akurat. Untuk lebih jelasnya tentang sistem yang sedang berjalan
dapat kita lihat pada flowchart system di bawah ini :













Gambar 1. Diagram alir sistem yang berjalan

2) Sistem yang dikembangkan
Sistem yang baru merupakan pengembangan dari sistem yang
sudah ada sebelumnya. Perbedaan hanya terletak pada proses
pengimplementasian dan pengembangannya. Pada sistem yang
Proses transaksi
penjualan pulsa
berkas penjualan
pulsa
Pencatatan
no HP
Laporan
penjualan
pulsa
52
dikembangkan, data diproses dengan menggunakan komputer
sehingga informasi yang dihasilkan menjadi lebih tepat dan akurat.
Melihat data transaksi penjualan pulsa di warnet Vinet
memungkinkan untuk dikembangkan, maka penulis mencoba
mengimplementasikan sistem penjualan pulsa di warnet Vi net dengan
mengunakan software gammu yang berbasis open source, serta sudah
disesuaikan dengan kondisi warnet. pengembangan sistemnya dapat
digambarkan dengan flowchart system sebagai berikut:
1) Diagram alir sistem yang dikembangkan



Gambar 2. Diagram alir flowchart sistem yang
dikembangkan

2) Diagram Konteks
Selanjutnya untuk lebih memahami lagi tentang sistem yang
dipakai oleh warnet Vi net, maka dapat dilihat pada diagram konteks
berikut ini :
53

Gambar 3. Diagram konteks sistem penjualan pulsa elektrik

3) Diagram Alir Data (DAD)



Gambar 4. Diagram Alir Data (DAD) level 0

Perancangan Sistem
Perancangan sistem adalah pra rencana pengembangan
sistem, yaitu merupakan rancangan bagan sistem yang akan
dikembangkan, sehingga dapat menjadi sebuah sistem yang
utuh. Untuk membuat sebuah rancangan sistem yang baik
diperlukan desain seperti berikut:



54
1. Desain Database
Desain database berfungsi untuk mengetahui file-file yang
diperlukan dalam sebuah program.Desain database ini
terdiri dari 3 yaitu :
a. Nama file : inbox.sql
Fungsi : Menyimpan semua SMS (sort message service) yang
masuk ke no handphone
NAMA FIELD TYPE NULL KEY DEFAULT
UpdatedInDB timestamp YES CURRENT_TIMESTAMP
ReceivingDateTime timestamp YES 0000-00-00 00:00:00
SenderNumber varchar(20) NO

SMSCNumber varchar(20) NO

TextDecoded varchar(160) NO

ID * int(11) NO PRI


Keterangan
UpdatedInDB : Untuk memperbarui data yang masuk
ReceivingDateTime : Tanggal dan jam pesan diterima
SenderNumber : No pengirim
SMSCNumber : No pusat pesan
TextDecoded : Isi pesan yang masuk
ID : No pesan
b. Nama file : outbox.sql
Fungsi : Menyimpan semua SMS (sort message service) yang
sudah terkirim.

NAMA FIELD TYPE NULL KEY DEFAULT
UpdatedInDB Timestamp YES CURRENT_TIMESTAMP
InsertIntoDB Timestamp YES 0000-00-00 00:00:00
SendingDateTime Timestamp YES 0000-00-00 00:00:00
DestinationNumber varchar(20) NO

TextDecoded varchar(160) NO

ID * int(11) NO PRI

RelativeValidity int(11) YES

SendingTimeOut Timestamp YES 0000-00-00 00:00:00
DeliveryReport enum('default','yes','no') YES


Keterangan
UpdatedInDB : Untuk memperbarui data yang masuk
InsertIntoD : Waktu pesan dibuat
SendingDateTime : Jam dan waktu pesan terkirim
55
DestinationNumber : No yang dituju
TextDecoded : Isi pesan
ID : No pesan
RelativeValidity : Laporan data yang dikirim
SendingTimeOut : Batas waktu pengiriman
DeliveryReport : Laporan pengiriman

c. Nama file : sentitems.sql
Fungsi : Menyimpan sementara semua SMS (sort message
service) yang akan dikirim

NAMA FIELD TYPE NULL KE
Y
DEFAULT
UpdatedInDB Timestamp YES CURRENT_TIMESTAMP
InsertIntoDB timestamp YES 0000-00-00 00:00:00
SendingDateTime timestamp YES 0000-00-00 00:00:00
DeliveryDateTime timestamp YES 0000-00-00 00:00:00
DestinationNumber varchar(20) NO

TextDecoded varchar(160) NO

ID * int(11) NO

Status enum NO

RelativeValidity int(11) NO


Keterangan
UpdatedInDB : Untuk memperbarui data yang
masuk
InsertIntoDB : Waktu pesan dibuat
SendingDateTime : Jam atau waktu pesan terkirim
DeliveryDateTime : Jam atau waktu laporan
terkirim
DestinationNumber : No yang dituju
TextDecoded : Isi pesan
ID : No pesan
Status : Status dari pesan yang dikirim
RelativeValidity : Laporan data yang dikirim

Implementasi Program
Untuk menjalankan program, aktifkan dulu webservernya, kemudian
klik browser setelah itu masukan pada kotak alamat
56
http://localhost/admin.php masuk sebagai user root, setelah itu muncul
form input seperti dibawah ini.
a. Menjalankan Menu Penulisan pesan baru


Gambar 5. Input Penulisan Pesan Baru
Klik pada sms baru maka akan tampak tampilan form seperti di atas.
Setelah itu masukan nomor telepon yang server pusat lalu ketik pesan
yang akan dibuat, dengan format kode.no_hp.pin misal
S5.081236595xxx.1234, dimana kode S untuk produk telkomsel, M
untuk produk indosat, X untuk produk XL dan nominal yang tersedia
5000 sampai 100 ribu. Setelah itu tekan tombol kirim

b. Melihat pesan masuk

Gambar 6. melihat inbox

57
Klik pada kotak masuk maka akan tampak tampilan form seperti di
atas. Setelah itu anda dapat melihat semua pesan yang masuk ke
dalam no telepon anda.

c. Melihat Pesan Yang Sudah Terkirim

Gambar 7. melihat Outbox

Klik pada kotak keluar maka akan tampak tampilan form seperti di
atas. Setelah itu anda dapat melihat semua pesan yang telah anda
kirim dari no ponsel anda.
d. Melihat Pesan Yang Sudah Berhasil Terkirim

Gambar 8. Melihat sentitems

Klik pada kotak masuk maka akan tampak tampilan form seperti
diatas. Setelah itu anda dapat melihat semua pesan yang telah berhasil
terkirim ke server pusat.



58
KESIMPULAN
Berdasarkan pada tes dan implementasi sistem yang telah
dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Aplikasi SMS Gateway Untuk Penjualan Pulsa Elektrik
Menggunakan PHP DAN MYSQL, Sistem ini dapat menyajikan
hasil penjualan pulsa elektrik secara tepat waktu.
2. SMS Gateway Untuk Penjualan Pulsa Elektrik Menggunakan
PHP DAN MYSQL, dapat mempermudah pekerjaan seorang
operator penjualan pulsa.

SARAN
Sebagai penutup, penulis ingin memberikan saran sebagai
berikut :
1. Penulisan ini masih menggunakan bahasa php yang sangat
sederhana, sehingga masih banyak kekurangan yang ditemui.
Untuk itu kedepannya masih dapat dikembangkan lagi
menggunakan aplikasi pemprograman lainnya seperti java atau
asp.net sehingga program ini dapat menjadi lebih handal lagi.
2. Aplikasi ini hanya terbatas pada pengimplementasian sms
gateway di operating sistem linux dengan mengunakan
databases MYSQL dan php, untuk itu semoga penulisan ini
dapat menjadi pijakan awal untuk pengembangan sms gateway
yang lebih baik lagi.















59
SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK
DI POLIKLINIK PT. AIR MANCUR

Oleh:
Dahlan Susilo
Teknik Informatika, Universitas Sahid Surakarta

ABSTRAKSI
Perkembangan teknologi informasi telah mendorong manusia
untuk menyelesaikan tugas-tugas rutinnya dengan cepat dan efisien.
Pekerjaan di pelayanan Poliklinik PT. Air Mancur sudah sangat
padat untuk melayani pasien, keluarga pasien, maupun masyarakat di
sekitar perusahaan. Sistem rekam medis pasien yang ada di Poliklinik
PT. Air Mancur dimaksudkan untuk mencatat atau
mendokumentasikan data tentang riwayat kesehatan pasien di PT. Air
Mancur. Pencacatan rekam medis pasien yang dilakukan oleh bagian
pelayanan medis poliklinik PT. Air Mancur ini masih manual,
sehingga perlu dikomputerisasikan agar pencatatannya lebih baik dan
efisian sehingga ketika data dibutuhkan sewaktuwaktu akan mudah
dalam pencariannya. Program aplikasi sistem informasi rekam medis
yang dikembangkan ini menggunakan bahasa pemrograman Visual
Basic dan Microsoft Access sebagai databasenya. Program aplikasi
terdiri dari input data pasien, input data obat, input data dokter, dan
pemeriksaan pasien, serta laporan untuk membuat Laporan Medis.
Kata kunci : Air Mancur, Rekam Medik, Sistem Informasi

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi telah mendorong manusia
untuk menyelesaikan tugas-tugas rutinnya dengan cepat dan efisien.
Pekerjaan di pelayanan Poliklinik PT. Air Mancur sudah sangat padat
untuk melayani pasien, keluarga pasien, maupun masyarakat di sekitar
perusahaan. Untuk memudahkan dalam pelayanan pemeriksaan
kesehatan tersebut dapat digunakan sebuah program aplikasi sistem
rekam medik, sehingga pelacakan riwayat kesehatan seorang pasien
dapat dipantau dengan baik.
Sistem informasi poliklinik yang ada sekarang sudah
terkomputerisasi namun masih bisa dilakukan pengembangan sistem,
agar sistem poliklinik yang ada sekarang menjadi lebih sempurna.
Salah satu yang bisa dikembangkan adalah komputerisasi sistem
60
informasi rekam medis, dikarenakan pada saat ini pencatatan
informasi rekam medis pasien yang berobat di poliklinik masih
dilakukan secara manual. Dengan sistem manual akan menyulitkan
petugas dalam mencari catatan salah seorang pasien. Hal ini sangatlah
tidak efisien mengingat teknologi informasi berkembang pesat dewasa
ini dan mengembangkan Sistem Rekam Medik di Poliklinik PT. Air
Mancur.
KAJIAN PUSTAKA
Rekam Medis
Rekam medis merupakan hasil aktivitas pencatatan pada suatu
rumah sakit atau suatu institusi pelayanan kesehatan yang berupa data.
Data tersebut meliputi data sosial maupun data medis pasien rawat
jalan dan rawat inap dan diproses oleh seorang tenaga rekam medis
ataupun paramedis sehingga menjadi informasi yang berguna bagi
rumah sakit. Adapun pengertian rekam medis adalah himpunan fakta-
fakta yang berhubungan dengan riwayat hidup dan kesehatan tentang
seorang pasien tersebut yang ditulis oleh professional dibidang
kesehatan (Huffman, 1994).
Menurut petunjuk teknis penyelenggaraan rekam medis di
rumah sakit Depkes RI Dirjen Yanmed tahun 1991, tujuan
terlaksananya rekam medis adalah untuk menunjang tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan
rumah sakit atau institusi kesehatan.
Menurut Huffman (1994) menyatakan bahwa kegunaan rekam
medis adalah sebagai berikut :
4) Manajemen pelayanan pasien
5) Quality Review (tinjauan kualitas)
6) Financial reimbursement (pengurusan klaim asuransi)
7) Legal affairs (perkara hukum)
8) Education (pendidikan)
9) Research (penelitian)
10) Public health (kesehatan umum)
11) Planning and marketing (perencanaan dan pemasaran)
Analisis sistem digunakan untuk menjawab pertanyaan what?
Sedangkan desain digunakan untuk menjawab pertanyaan how?
Desain berkonsentrasi pada bagaimana system dibangun untuk
memenuhi kebutuhan pada fase analisis.
Database dapat diumpamakan sebagai suatu almari arsip.
Selayaknya sebagai alamari arsip, database juga digunakan untuk
61
menyimpan data. Sama halnya dengan almari arsip prinsip utama dari
database adalah untuk mengatur data, sedang tujuan utama dibuat
database adalah untuk memberikan kemudahan dan kecepatan dalam
pengambilan kembali data data yang telah di simpan. Perbedaannya
adalah pada media serta metode yang digunakan dalam
penyimpanannya. Jika almari terbuat dari kayu atau besi sedang
pengoperasiannya langsung dilakukan oleh manusia, sedang database
disimpan dalam penyimpanan elektronis seperti disk yang operasinya
dilakukan oleh mesin pintar yang biasa disebut komputer. Data dalam
dalam database disimpan dalam tabeltabel.

PEMBAHASAN
Sistem pencatatan rekam medis pasien yang ada di Poliklinik
PT. Air Mancur dimaksudkan untuk mencatat atau
mendokumentasikan data tentang riwayat kesehatan pasien di PT. Air
Mancur, yang berisi meliputi identitas pasien, hasil anemnesis
(keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat penyakit yang pernah
diderita), hasil pemeriksaan, diagnostik penyakit, dan pengobatan
atau tindakan medis yang diberikan kepada pasien.
Proses pencatatan rekam medis pasien pada saat ini masih
dilakukan secara manual, hal ini mengakibatkan pencarian data rekam
medis pasien ketika akan melakukan pemeriksaan di poliklinik
membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus mencari buku
rekam medis pasien secara satu per satu. Dan Proses pencatatan rekam
medis pasien saat melakukan pemeriksaan di poliklinik adalah sebagai
berikut:
(1) pasien yang akan berobat datang ke loket pendaftaran.
(2) pasien Menunjukan kartu berobat. Kemudian petugas pendaftaran
melakukan pendaftaran pasien dan memberikan kartu catatan
rekam medis sesuai kartu berobat pasien tersebut.
(3) Setelah mendapatkan kartu catatan rekam medis, pasien yang akan
berobat melakukan antrian pemeriksaan.
(4) pasien yang pemeriksa melakukan :
(a) pasien memberikan kartu catatan rekam medis kepada dokter
yang bertugas.
(b) Dokter membaca kartu catatan rekam medis pasien, kemudian
melakukan pemeriksaan kepada pasien tersebut sesuai
keluhan.
62
(c) Dokter menginformasikan hasil pemeriksaan dan memberikan
resep obat kepada pasien tersebut.
(d) Dokter mengupdate catatan rekam medis pasien tersebut:
dokter mencatat hasil pemeriksaan terakhir ke dalam kartu
catatan rekam medis pasien. Dan diserahkan kembali kepada
pasien.
(5) Setelah pemeriksaan pasien mengebalikan lagi kartu catatan
rekam medis miliknya kepada petugas pendaftaran untuk
disimpan. Laporan rekam medis pasien diserahkan ke pimpinan.
Sistem yang baru merupakan pengembangan dari sistem yang
ada sebelumnya, secara prinsip sama, perbedaannya terletak pada
proses pengolahannya saja. Pada sistem yang baru pengolahan data
diproses secara terkomputerisasi, sehingga informasi yang dihasilkan
lebih tepat dan akurat.
Sistem yang baru sama sekali tidak mengubah alur data yang
ada, sistem tersebut memudahkan pendokumentasian data rekam
medis pasien.
Input sistem rekam medis adalah masukan data pribadi pasien
atau pasien, data obat, data dokter.
Proses yang dilakukan oleh sistem adalah operasi data seperti
proses penambahan data, pencarian data, perubahan data, dan proses
pembuatan laporan. Sebagai keluaran sistem adalah laporan rekam
medis untuk pimpinan.
Sistem pencatatan rekam medis pasien ini dimaksud untuk
mendokumentasikan riwayat kesehatan pasien. Dalam sistem
pengembangan ini, data dicatat dan disimpan oleh komputer ke dalam
basis data, agar ketika data dibutuhkan akan memudahkan dalam
pencariannya.
Entity Relationship Diagram (ER-Diagram) dari sistem
informasi rekam medis seperti terdapat pada Gambar 3.1. ER Diagram
tersebut memiliki tiga, yaitu: pasien sebagai obyek layanan poliklinik
PT. Air Mancur, pasien merupakan seluruh pasien yang hari itu
mendaftar / mengantri dan rekam medis pasien yang merupakan
catatan kesehatan pasien.
63

Gambar 1. ER Diagram Sistem Informasi Rekam Medis

ER Diagram tersebut memiliki tiga entitas, yaitu: pasien sebagai
obyek layanan poliklinik PT. Air Mancur, pasien merupakan seluruh
pasien yang hari itu mendaftar / mengantri dan rekam medis pasien
yang merupakan catatan kesehatan pasien.
Petugas pendaftaran pasien memberikan data pasien ke dalam
sistem, berupa data pribadi pegawai, kemudian sistem akan
memberikan informasi rekam medis pasien tersebut ke dokter, lalu
dokter memberikan rekem medis pasien terbaru ke sistem, kemudian
sistem memberikan laporan rekam medis kepada pimpinan.
64

Gambar 2. Diagram Konteks Sistem Informasi Rekam Medik

Petugas Pendaftaran Pasien akan memberikan input ke dalam
sistem berupa data pasien. Pasien Lama (pasien yang sudah terdaftar)
akan dimasukan ke dalam antrian pemeriksaan. Pasien Baru (pasien
yang belum terdaftar) akan disimpan datanya ke dalam database
untuk menyimpan Data Pribadi dan Medical Record pasien-pasien;
selain itu Pasien Baru tersebut juga dimasukan ke dalam antrian.
Dokter akan memberikan pelayanan medis kepada pasien sesuai
dengan urutan pasien yang menunggu dalam antrian. Dokter akan
memeriksa medical record pasien yang akan menerima pelayanan
medis. Dokter yang akan bertanggung jawab untuk melakukan
perubahan medical record pasien yang dirawatnya, bila setelah
pelayanan medis dilakukan, perlu dilakukan perubahan terhadap
medical record pasien tersebut.
Petugas pendaftaran pasien memberikan data pasien ke dalam
sistem, berupa data pribadi pegawai, kemudian sistem akan
memberikan informasi rekam medis pasien tersebut ke dokter, lalu
dokter memberikan rekem medis pasien terbaru ke sistem, kemudian
sistem memberikan laporan rekam medis kepada pimpinan.
65

Gambar 3. Data Flow Diagram Sistem Informasi Rekam Medik
Database untuk merekam data rekam medik terdiri dari lima
tabel, yaitu Tabel Pasien untuk mencatat data pasien, tabel master
diagnosis untuk mencatat hasil diagnosis penyakit pasien, tabel obat
untuk mencatat obat yang tersedia, tabel medis untuk mencatat dosis
66
obat yang diberikan kepada pasien dan tabel dokter untuk mencatat
data dokter.
1. Tabel Pasien
Nama Field Data Type Field Size Keterangan
Kode Pasien Text 6 Kode Pasien (primery key)
Nama Pasien Text 50 Nama Pasien/pasien
Umur Text 2 Umur Pasien
JK Text 1 Jenis kelamin Pasien
Alamat Text 35 Alamat tempat tinggal pasien
Asal Kota Text 35 Asal Kota Pasien
No Telp Text 15 Nomor telpon pasien
Pekerjaan Text 26 Jabatan di perusahaan
Total 170 Total size field

2. Tabel Master Diagnosis
Nama Field Data
Type
Field
Size
Keterangan
No Medis Text 10 Nomor pencatatan pemeriksaan
Tanggal Date - Tanggal pemeriksaan
Kode Pasien Text 6 Kode Pasien yang diperiksa
Kode Dokter Text 6 Kode Dokter yang memeriksa
Diagnosa Text 25 Diagnosa penyakit Pasien
Keterangan Text 35 Keterangan hasil diagnosa
Total Field size 82

3. Tabel Obat
Nama Field Data
Type
Field
Size
Keterangan
Kode Obat Text 6 Kode dari obat
Nama Obat Text 15 Nama Obat
Jenis Text 15 Jenis Obat tersebut
Total Field Size 36

4. Tabel Medis
Nama Field Type Size Keterangan
No Medis Text 10 No Pencatatan Pemeriksaan
Kode Obat Text 6 Kode dari obat
Jumlah Number Long
Integer
Jumlah obat yang diberikan
kepada pasien dalam resep
Total Field Size 16
67
5. Tabel Dokter
Nama Field Type Size Keterangan
Kode Dokter Text 6 Kode Dokter yang memeriksa
Nama Dokter Text 25 Nama Dokter
Alamat Text 35 Alamat Dokter
Kota Text 35 Kota Asal Dokter
JK Text 15 Jenis Kelamin
No Telp Text 15 No telepon Dokter
Spesialis Text 25 Spesialis keahlian Dokter
Total 156

Relasi antar tabel dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:

Gambar 4. Query tabel

Program aplikasi Sistem Informasi Rekam Medik terdiri
atas antarmuka berikut ini:

68

Gambar 5. Form Menu

Menu File terdiri dari anak menu, yaitu : Data Pasien digunakan
untuk koneksi ke form input data Pasien, Data Dokter digunakan
untuk koneksi ke form input data dokter, Data Obat digunakan untuk
koneksi form input data obat, dan Keluar digunakan untuk keluar dari
program.
Menu Proses berisi pilihan Pemeriksaan Pasien yang digunakan untuk
koneksi ke form pemeriksaan pasien.
Menu Laporan terdiri dari anak menu Daftar Pasien digunakan untuk
koneksi ke form daftar pasien, pada form daftar pasien ini, daftar
pasien dicetak sesuai kriteria yang dipilih atau secara keseluruhan.
Daftar Dokter digunakan untuk koneksi ke form daftar dokter, dimana
pada form daftar dokter ini, daftar dokter dicetak sesuai kriteria yang
dipilih atau secara keseluruhan. Daftar Obat digunakan untuk koneksi
ke form daftar obat yang ada di poliklinik. Kartu Berobat digunakan
untuk koneksi ke form Kartu Berobat, dimana pada form Kartu
Berobat ini, kartu berobat dapat dicetak sesuai kriteria yang dipilih.
Pemeriksaan digunakan untuk koneksi ke form laporan medis.
69
Dimana pada form laporan medis ini, catatan rekam medis atau hasil
laporan pemeriksaan pasien dapat cetak secara keseluruhan atau pun
sesuai kriteria yang dipilih. Menu Close digunakan untuk keluar
program. Tombol Button Daftar Pasien digunakan untuk koneksi ke
form input data pasien Tombol Button Daftar Dokter digunakan untuk
koneksi ke form input data dokter. Tombol Button Daftar Obat
digunakan untuk koneksi ke form input daftar obat. Tombol Button
Proses digunakan untuk koneksi ke form pemeriksaan pasien.

Form Data Pasien.

Gambar 6. Form Data Pasien













70
Form Data Dokter.

Gambar 7. Form Data Dokter

Form Data Obat

Gambar 8. Form Data Obat
Form Pemeriksaan Pasien












Gambar 9. Form Pemeriksaan Pasien
71
Form Daftar Pasien
Form daftar pasien merupakan form untuk mencetak daftar
pasien sesuai kriteria yang dipilih. Ada 4 kriteria untuk mencetak
daftar pasien yaitu berdasarkan kode pasien, nama pasien, kota asal
pasien atau pun secara keseluruhan (all).
Form Daftar Dokter
Form daftar dokter merupakan form untuk mencetak daftar
dokter sesuai kriteria yang dipilih. Ada 5 kriteria untuk mencetak
daftar pasien yaitu berdasarkan kode dokter, nama dokter, kota asal
dokter, spesialis dokter atau pun secara keseluruhan (all).

Gambar 10. Form Daftar Pasien



Gambar 11. Form Daftar Dokter

Form Kartu Berobat
Form kartu berobat merupakan form untuk mencetak atau
membuat kartu berobat sesuai kriteria yang dipilih. Ada 2 kriteria
untuk mencetak atau membuat kartu berobat yaitu berdasarkan kode
pasien atau nama pasien.
72

Gambar 12. Form Kartu Berobat
Form Laporan Medis
Form laporan medis ini merupakan form yang digunakan untuk
mencetak laporan rekam medis pasien. Dimana laporan medis pasien
dapat dicetak secara keseluruhan dengan menekan tombol Cetak All
atau dicetak berdasarkan beberapa kriteria yaitu berdasar kode pasien,
no medis ataupun berdasarkan kode dokter.







Gambar 13. Form Laporan Medis
Laporan Medis
Form Laporan medis merupakan laporan yang berisi tentang
catatan rekam medis atau catatan tindakan medis yang diberikan saat
pemeriksaan.









Gambar 14. Contoh Laporan Medis
73



















Gambar 15. Desain Program
KESIMPULAN
Sistem pencatatan rekam medis pasien yang ada di Poliklinik
PT. Air Mancur dimaksudkan untuk mencatat atau
mendokumentasikan data tentang riwayat kesehatan pasien di PT. Air
Mancur, yang berisi meliputi identitas pasien, hasil anemnesis
(keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat penyakit yang pernah
diderita), hasil pemeriksaan, diagnostik penyakit, dan pengobatan
atau tindakan medis yang diberikan kepada pasien.
Pencacatan rekam medis pasien yang dilakukan oleh bagian
pelayanan medis poliklinik PT. Air Mancur ini masih manual,
sehingga perlu dikomputerisasikan agar pencatatannya lebih baik dan
efisian sehingga ketika data dibutuhkan sewaktu waktu akan mudah
dalam pencariannya.
Program aplikasi sistem informasi rekam medis yang
dikembangkan ini menggunakan bahasa pemrograman visual Basic
serta Microsoft Access sebagai databasenya. Program aplikasi terdiri
dari 3 form input data, yaitu :
74
Form input data pasien, Form input data obat, Form input data
dokter, dan Form pemeriksaan pasien, serta form laporan untuk
membuat Laporan Medis.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Hengky. 2004. Membangun Sistem Database dengan
Visual Basic 6.0 dan Access 2000. Elex Media Komputer :
Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1991, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Rekam Medis atau Medical Record Rumah Sakit, Jakarta: Dirjen
Yanmed Depkes RI
Fatansyah. 1999. Basis Data. Bandung : Informatika
Huffman, E.K. 1994, Health Information Management, Illyonis:
Physician Record Company
Sadeli, Muhammad. 2008. Aplikasi Database dengan Visual Basic
6.0. Maxikom. Palembang






















75
BAHAYA KEHAMILAN PADA PERKAWINAN USIA MUDA
Oleh : Maryatun
Dosen Keperawatan Stikes Aisyiyah Surakarta

ABSTRAK
Konsekuensi dari pernikahan usia dini dan melahirkan di usia
remaja adalah berisiko untuk melahirkan prematur dan berat badan
lahir rendah. Wanita yang menikah pada usia dini mempunyai waktu
yang lebih panjang berisiko untuk hamil dan angka kelahiran juga
lebih tinggi. Perkawinan usia remaja juga berdampak pada
rendahnya kualitas keluarga, baik ditinjau dari segi ketidaksiapan
secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi
rumah tangga, risiko tidak siap mental untuk membina perkawinan
dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab, kegagalan
perkawinan, kehamilan usia dini berisiko terhadap kematian ibu
karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung dan
melahirkan bayinya.

Key Word : pasangan usia muda, bahaya kehamilan
PENDAHULUAN
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003
median usia kawin pertama adalah 19,2 tahun dan median usia kawin
pertama di pedesaan lebih rendah yaitu 17,9 tahun. Terlalu muda usia
untuk hamil atau kurang dari 20 tahun sekitar 10,3% menyebabkan
kematian pada ibu secara tidak langsung. Persentase perempuan umur
15-19 yang sedang hamil anak pertama adalah 2%. Perempuan
kelompok umur 15-19 tahun didapatkan 14% berstatus menikah dan
2,8% diantaranya telah menikah pada usia 15 tahun dan kelompok
umur 20-24 tahun didapatkan 57% berstatus menikah dan 24,2% telah
menikah pada usia 18 tahun. Jumlah pernikahan usia muda di
pedesaan lebih besar dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
Menurut Adhikari (1996), konsekuensi dari pernikahan usia dini
dan melahirkan di usia remaja adalah berisiko untuk melahirkan
prematur dan berat badan lahir rendah. Wanita yang menikah pada
76
usia dini mempunyai waktu yang lebih panjang berisiko untuk hamil
dan angka kelahiran juga lebih tinggi. Perkawinan usia remaja juga
berdampak pada rendahnya kualitas keluarga, baik ditinjau dari segi
ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial
maupun ekonomi rumah tangga, risiko tidak siap mental untuk
membina perkawinan dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab,
kegagalan perkawinan, kehamilan usia dini berisiko terhadap
kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam
mengandung dan melahirkan bayinya. Kehamilan usia dini ada risiko
pengguguran kehamilan yang dilakukan secara ilegal dan tidak aman
secara medis yang berakibat komplikasi aborsi. Angka kehamilan usia
remaja yang mengalami komplikasi aborsi berkisar antara 38 sampai
68% (Wilopo, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menikah usia dini.
Perilaku menikah usia dini sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor dan kebiasaan (UNICEF, 2005). Perilaku seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh satu faktor saja tetapi banyak faktor yang berperan.
Menurut Green (1991) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) meliputi :
pengetahuan, persepsi dan sikap individu dan masyarakat terhadap
pernikahan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan pernikahan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) meliputi lingkungan
fisik : lapangan pekerjaan,
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) meliputi sikap tokoh
masyarakat dan tokoh agama.
Ketiga faktor yang mendasari dinamika kehidupan manusia
dalam masyarakat inilah yang membentuk perbedaan sikap antar
komunitas dalam menyikapi persoalan yang dihadapi. Pembentukan
sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
lain yang dianggap penting, media massa serta faktor emosi dalam diri
individu yang bersangkutan. Pengalaman dan lingkungan tersebut
diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi,
niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat yang
berupa perilaku (Notoatmodjo, 2005). Sikap dipandang sebagai suatu
77
predisposisi untuk berperilaku yang akan tampak aktual hanya bila
ada kesempatan untuk menyatakannya terbuka luas. Sikap tidaklah
merupakan determinan satu-satunya bagi perilaku.
Beberapa penelitian mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pernikahan pada usia dini diantaranya adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian
bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran
pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber
daya manusia tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan
berhubungan dengan kemampuan baca tulis dan kesempatan
seseorang menerima serta menyerap informasi sebanyak-banyaknya.
Informasi yang diterima akan meningkatkan pengetahuan.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih
mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik
(Suprapto dkk., 2004) Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat
kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan
yang dapat mempengaruhi wawasan berpikir atau merespon
pengetahuan yang ada di sekitarnya. Pendidikan yang rendah akan
berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Grogger dan Bronars (1993),
tingkat pendidikan berkaitan dengan usia kawin yang pertama.
Semakin dini seseorang melakukan perkawinan semakin rendah
tingkat pendidikannya.
Hal senada juga dikemukakan Rahman and Kabir (2005) faktor
yang menyebabkan perkawinan usia dini di Bangladesh adalah
pendidikan. Menurut Hanum (1997), yang melakukan penelitian di
Bengkulu Utara salah satu faktor yang berkaitan tinggi rendahnya
usia kawin pertama adalah rendahnya akses kepada pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh ekonomi keluarga
yang kurang. Kekurangan biaya menjadi kendala bagi kelanjutan
pendidikan. Choe et al. (2004) mengemukakan tingkat pendidikan
seseorang berhubungan dengan pernikahan usia dini.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan
menurunnya kemungkinan menikah di usia dini. Laki-laki dan
perempuan di Nepal tidak menikah selama masa pendidikan.
78
Demikian juga penelitian yang dilakukan Chariroh (2004) di
Kabupaten Pasuruan didapatkankan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan perkawinan di usia muda adalah pendidikan.
b. Status ekonomi
Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan perkawinan usia dini. Pada beberapa wilayah, ketika
kemiskinan benar-benar menjadi permasalahan yang sangat
mendesak, perempuan muda sering dikatakan sebagai beban
ekonomi keluarga. Oleh karenanya perkawinan usiadini dianggap
sebagai suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin dari pihak laki-
laki untuk menganti seluruh biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh
orangtuanya (Anonim, 2002).
Secara sosial ekonomi, pernikahan usia dini menjadi salah satu
gejala yang menunjukkan rendahnya status wanita. Pada beberapa
kasus, pernikahan usia dini berkaitan dengan terputusnya kelanjutan
sekolah wanita yang berakibat pada tingkat pendidikan wanita
menjadi rendah. Pendidikan yang rendah akan merugikan posisi
ekonomi wanita dan rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita.
Menurut Hanum (1997), faktor ekonomi yang berkenaan dengan
lapangan pekerjaan dan kemiskinan penduduk memberikan andil
bagi berlangsungnya perkawinan usia dini. Taraf ekonomi penduduk
yang rendah, tidak cukup untuk menjamin kelanjutan pendidikan
anak. Jika seorang anak perempuan telah menamatkan pendidikan
dasar dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, ia hanya tinggal di rumah. Karena keterbatasan lapangan
pekerjaan, mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Penelitian
yang dilakukan Chariroh (2004) di Kabupaten Pasuruan didapatkan
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perkawinan di usia
muda adalah ekonomi.
c. Persepsi tentang pernikahan
Persepsi merupakan proses dimana individu
mengorganisasikan dan menginterprestasikan impressi sensorisnya
agar dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya, yang
didahului dengan proses penginderaan (Walgito, 2004). Persepsi
merupakan proses yang integrated dalam diri individu, maka apa
yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil
persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu
lain. Persepsi bersifat individual. Perbedaan persepsi seseorang
79
terhadap suatu rangsangan disebabkan oleh perbedaan sosio kultural
dan pengalaman belajar individu yang bersangkutan.
Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang
dalam memahami informasi lingkungannya. Proses pemahaman ini
melalui penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Dengan
persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan
juga keadaan diri sendiri. Jadi persepsi adalah proses kognitif yang
dialami oleh setiap individu di dalammemahami informasi yang
dialaminya melalui indera dan tiap-tiap individu dapat memberikan
arti yang berbeda. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang
unik terhadap situasi dan bukan pencatatan yang benar terhadap
sesuatu. Persepsi merupakan mata rantai perubahan sikap. Persepsi
diartikan sebagai pandangan individu terhadap lingkungannya.
Hanum (1997), nilai budaya lama yang menganggap bahwa
menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis
masih dipercaya oleh warga masyarakat, tidak hanya di kalangan
orang tua saja melainkan juga di kalangan kaum muda. Hal ini akan
membentuk sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap
perkawinan usia dini. Faktor keterbatasan ekonomi dan terputusnya
pendidikan merupakan faktor yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi masyarakat untuk tidak mempunyai visi ke masa
depan sehingga sikap positif terhadap pernikahan usia dini terus
terpupuk.
d. Karakteristik Orangtua
Karakteristik orangtua responden yang berhubungan dengan
pernikahan usia dini antara lain adalah : tingkat pendidikan orang
tua, pekerjaan bapak, dan persepsi orangtua tentang pernikahan.
Tingkat pendidikan orangtua erat kaitannya dengan status
ekonomi keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Choe et al.
(2004) di Nepal didapatkan status ekonomi orangtua yang tinggi
akan lebih sedikit menerima pernikahan di usia dini. Tingkat
pendidikanorangtua yang lebih tinggi lebih berhasil menunda
pernikahan di usia dini.
Peran orangtua dalam mencarikan dan menentukan pasangan
hidup anak perempuannya (terutama pada perkawinan pertama)
umum ditemukan di kalangan masyarakat Jawa, terlebih lagi di
daerah pedesaan. Menurut Kusujiarti (1995), di kalangan
80
masyarakat Jawa, dikenal tiga macam tipe perkawinan yang dilihat
dari sudut perjodohan pihak wanita sebagai berikut :
1. Arranged marriage, yaitu perjodohan oleh orang tua. Ada dua
tipe yaitu :
a) Perjodohan yang dilakukan oleh orang tua, tanpa disertai
persetujuan sebelumnya oleh pengantin perempuan maupun
laki-laki, b) orangtua pengantin wanita dengan calon
pengantin laki-laki merencanakan perkawinan, tanpa
persetujuan si gadis terlebih dahulu.
2. Mixed marriage, yaitu anak gadis yang hendak kawin mencari
sendiri jodohnya,tetapi keputusan untuk terlaksananya
perkawinan diserahkan kepada orangtua.
3. Voluntary marriage, yaitu anak yang hendak kawin mencari
sendiri jodohnya, orangtua tinggal merestui saja. Sikap hidup
orangtua suku Jawa untuk mencarikan jodoh bagi anak
perempuannya ini berlangsung karena didorong oleh falsafah
hidup kejawen tentang kewajiban orangtua untuk
mendewasakan anak. Dalam budaya Jawa, perkawinan
merupakan simbol berakhirnya kewajiban orangtua dalam
melindungi anak di bawah tanggung jawab rumah tangganya
serta simbol peralihan seseorang dari periode anak-anak
menjadi dewasa dengan status perkawinannya. Akibat
perjodohan yang dilakukan orangtua, pengantin wanita tidak
mengetahui betul tentang karakteristik calon suami mereka.
Ketidakpahaman wanita akan karakteristik suami ini banyak
menimbulkan rasa cemas, stress, takut, malu, segan dan
marah pada diri pengantin wanita.
Tanda Bahaya Kehamilan
1. Definisi tanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang perlu
diwaspadai selama kehamilan karena kalau tidak dilaporkan
atau terdeteksi dapat mengakibatkan kematian (Pusdiknakes,
2003: 90).
2. Macam-macam tanda bahaya kehamilan
1) Perdarahan vagina
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang
normal, pada masa awal sekali kehamilan ibu mungkin
akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting di
sekitar waktu pertama terlambat haidnya, perdarahan ini
81
adalah perdarahan implantasi dan ini normal. Perdarahan
semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda
infeksi.
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah
yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan
dengan nyeri, perdarahan ini dapat berarti abortus,
kehamilan mola atau kehamilan ektopik, pada kehamilan
lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak,
dan kadang-kadang tetapi tidak disertai rasa nyeri,
perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau
abrupsio plasenta.
2) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan
seringkali merupakan ketidak nyaman yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah
yang serius adalah sakit kepala yang hebat menetap dan
tidak hilang dengan beristirahat, kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang, sakit
kepala yang hebat adalah gejala dari pre-eklamsia.
3) Pandangan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan
ibu dapat berubah dalam kehamilan, perubahan minor
adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan
keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual
yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau
berbayang, perubahan penglihatan ini mungkin disertai
dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin merupakan
suatu tanda pre-eklamsia.
4) Bengkak pada muka atau tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami
bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul
pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat dan
meninggikan kaki.
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah yang
serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang
lain, hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal
jantung, atau pre-eklamsia.
82
5) Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut yang tidak berhubungan dengan
persalinan yang normal adalah tidak normal, nyeri perut
yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak
hilang setelah beristirahat, hal ini bisa berarti appendisitis,
kehamilan ektopik, aborsi penyakit radang panggul,
persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu,
uterus yang irritable, arubsi plasenta, penyakit hubungan
seksual, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.
6) Bayi kurang bergerak seperti biasanya
Ibu merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-
5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya
lebih awal, bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam, gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik ( Pusdiknakes, 2003:91-92)

KESIMPULAN
Wanita yang menikah pada usia muda mempunyai waktu yang
lebih panjang berisiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih
tinggi. Perkawinan usia remaja berdampak pada rendahnya kualitas
keluarga, baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam
menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga, risiko
tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orangtua
yang bertanggung jawab, kegagalan perkawinan, kehamilan usia
muda berisiko terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu
remaja dalam mengandung dan melahirkan bayinya. Kehamilan usia
muda ada risiko pengguguran kehamilan yang dilakukan secara ilegal
dan tidak aman secara medis yang berakibat komplikasi aborsi.
Banyak factor yang menyebabkan usia muda melakukan pernikahan
antara lain : pendidikan, status ekonomi, persepsi orang tua dan
karakteristik orang tua. Mengingat resiko yang besar pada pernikahan
diusia muda, sebaiknya pasangan muda ataupun orang tua perlu
adanya pengetahuan akan hal tersebut.


83
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2000). Perkawinan Usia Dini Berisiko Tinggi Bagi
Perempuan. Tersedia dalam: http://www.Kompas.com [
Diakses 20 April 2007 ].
Adhikari, R.K. (1996). Early Marriage and Childbearing: Risk and
Consequences. http://www.who.int/reproductive-health/.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro (2003). Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003, Calverton.
Maryland USA: ORC Macro
Chariroh (2004). Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Perkawinan
dan Perceraian Suami Isteri Usia Muda di Pasuruan.
Universitas Muhammadiyah Malang.
Choe, M.K., Shyam,T. and Vinod, M.. (2004) Early Marriage and
Early Motherhood in Nepal, J Bios Science. : pp:1-20.
Gordis, L. (2000) Epidemiology. Second Edition W.B. Sauder
Company. Philadelphia London New York
Green, L.W. & Kreuter. M.W. (1991) Health Promotion Planning. 2nd
ed. Mountain View: Mayfield Publishing Company
Grogger, Jeff and Stephen Bronars (1993) The Socioeconomics
Consequences of Teenage Childbearing: Findings from a
Natural Experiment. Family Planning Perspective, 25(4): 156-
161 & 174.
Hanum S.H. (1997) Perkawinan Usia Belia, kerjasama Pusat
Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada dengan
Ford Foundation Yogyakarta Universitas Gadjah Mada.
Kusujiarti S. (1995). Hidden power in gender relations among
Indonesians: case study in Javanese village, Indonesia.
Lexington, Kentucky: University of Kentucky.
Notoatmodjo, S. (1997) Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip
Dasar. Rineka Cipta, Jakarta.
Suprapto,A., Pradono, J. dan Hapsari, D. (2004) Determinan sosial
ekonomi pada pertolongan persalinan di Indonesia. Majalah
Kedokteran Perkotaan.Vol 2, no. 2, pp.18-29.
Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Sosial, edisi revisi, Penerbit
Andi Yogyakarta
Wilopo, S.A (2005). Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi dalam
Rangka Pemantapan Keluarga Berkualitas 2015. BKKBN.
Medan, 11 Februari 2005.

84
JURNAL ILMIAH INFKES
Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika
Kesehatan

JURNAL ILMIAH APIKES CITRA MEDIKA SURAKARTA
Diterbitkan oleh Apikes Citra Medika Surakarta, dengan komposisi
sebagai berikut:
1. Artikel Hasil Penelitian
2. Artikel Konseptual

TATA PENULISAN
1. Judul Artikel maksimum 4baris (Time New Roman, 12, tebal)
2. Nama Penulis (Time News Roman, 12, tebal)
3. Lembaga Penulis (Time News Roman, 12)
4. ABSTRAK (Time News Roman, 12, miring). Abstrak ditulis
dengan bahasa yang sama dengan bahasa artikel, panjang 100-
200 kata, jarak baris adalah 1(satu) spasi, Time News Roman, 12,
Italic, awal alinea menjorok 7 ketukkan.
5. Kata Kunci: terdiri dari maksimum 5 (lima) kata, Time News
Roman, 11, tebal.
6. Penulisan Artikel: Bagian Judul sampai kata kunci di buat dalam
1 kolom. Isi di tulis dengan huruf Time News Roman, 12 dan
jarak 1 spasi.
7. Ukuran Kertas dan Margin: Ukuran kertas yang digunakan dalam
jurnal ini adalah customize (17 x 24 cm). Margin kertas yang
digunakan adalah margin atas 3 cm, kiri 3 cm, kanan 2 cm dan
bawah 2 cm.
8. Tabel dan Gambar: Judul tabel ditulis di atas tabel, diberi nomor
urut tabel dan ditulis di tengah kolom dengan Time News Roman,
12. Jika terpaksa dapat dituliskan dalam 1 kolom.
9. Daftar Pustaka: ditulis dalam format seperti contoh. (Time News
Roman, 12).
Moleong, L. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai