Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN SEKOLAH MENENGAH

ATAS DI KOTA MAKASSAR


Muh. Isran Ramli1), Muralia Hustim1), Islawati2)
1)
Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
2)
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
Abstrak
Sekolah merupakan suatu tempat dimana berlangsungnya proses belajar mengajar. Salah satu faktor untuk mencapai
kondisi lingkungan belajar yang baik adalah terhindar dari masalah kebisingan. Dimana sekolah yang diteliti adalah
MAN 2 MODEL MAKASSAR yang berlokasi di simpang jalan AP Pettarani dan Jalan Sultan Alauddin. Kedua
jalan tersebut merupakan jalan transportasi ramai di kota Makassar. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur
tingkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter TM 103 dengan mengambil 38 titik lokasi yang tersebar di
bagian dalam dan luar sekolah. Dari hasil pengukuran kebisingan dibuatkan pemetaan kebisingan agar diketahui
peta sebaran kebisingan di area sekolah. Menyebarkan kuesioner sebanyak 250 responden agar diketahui tingkat
penerimaan kebisingan yang dirasakan oleh siswa, guru dan pegawai di sekolah tersebut. Baku mutu tingkat
kebisingan yang diperbolehkan dalam sekolah adalah 55 dB menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 48 Tahun 1996. Hasil penelitian seluruh titik sampel telah melebihi standar baku mutu. Nilai tingkat kebisingan
terendah berada pada bagian dalam sekolah sebesar 62,4 dB sedangkan nilai tingkat kebisingan terbesar berada pada
tepi jl AP Pettarani sebesar 83,1 dB. Pada pemetaan, warna hijau untuk tingkat kebisingan dengan intensitas di
bawah 70 dB berada di bagian belakang sekolah yang agak sepi, warna kuning untuk tingkat kebisingan dengan
intensitas kebisingan di atas 70-78 dB berada di bagian dalam pagar sekolah dan sekitar lapangan sekolah, dan
warna merah untuk tingkat kebisingan dengan intensitas di atas 78 dB berada di sekitar jalan raya. Persepsi siswa,
guru dan pegawai mengenai tingkat kebisingan di permukiman sekitar sekolah dominan menjawab terganggu dan
hanya sedikit menjawab tidak terganggu. Melihat kondisi tersebut maka diusulkan untuk melakukan penanganan
kebisingan yang mungkin dapat dilakukan dengan membuat dinding terutama pada titik-titik lokasi yang sudah
diukur tingkat kebisingannya lebih tinggi.

Kata kunci : sekolah, kebisingan, kota Makassar, dan MAN 2 MODEL MAKASSAR

Abstract
A School is a place where held the process of learning. One factor for achieving a good learning environment is
spared from the noise problem. Where schools studied were MAN 2 MODEL MAKASSAR located at an
intersection of AP Pettarani and Sultan Alauddin streets. Both of them are crowded transport pathway in the city of
Makassar. The study has been done by measuring the level of noise using the Sound Level Meter TM 103 by taking
a 38 of point locations spreaded the inside and outside of school. From the results of noise measurements is made
noise mapping in order to know distribution maps of noise in school area. Distributing questionnaires as much as
250 respondents in order to determine the level of noise acceptance perceived by students, teachers and staff in the
school. Quality standard of noise level is allowed in the school is 55 dB according to the Decree of the Minister of
Environment No. 48 1996. The results of all the study sample points have exceeded the quality standard. the value
of the lowest noise level are in the inside of school of 62.4 dB, while the value of the largest noise level are on the
edge of Jl. AP Pettarani of 83.1 dB. at the mapping, the green color for the intensity of the noise level below 70 dB
located at the rear of the school that rather quiet, yellow for the level of noise with the noise intensity between 70-78
dB in the inside of the fences and around the field of the school, and red for the level of noise with intensity above
78 dB are around highway. Perceptions of students, teachers and staff about the level of noise in the residential
around the schools the dominant answered disturbed and only few answered are not disturbed. according to these
conditions it is proposed to make the handling of noise which may be done by making the walls, especially at points
of locations that have been measured noise levels them is higher.

Key words : school, noise, Makassar city, and MAN 2 MODEL MAKASSAR
PENDAHULUAN standar tersebut. Lokasi sekolah yang berada
di dekat jalur transportasi ramai
Sekolah merupakan suatu tempat dimana mengakibatkan adanya kebisingan saat
berlangsungnya proses belajar mengajar. kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Proses belajar mengajar ini akan
berlangsung dengan baik apabila berada Keramaian kota Makassar yang
pada lokasi lingkungan fisik yang baik yaitu dikarenakan mobilitas masyarakat yang
kondisi yang memungkinkan para siswa semakin meningkat, memberikan dampak
belajar dengan optimal, sehat, aman dan bising dari ruas-ruas jalan kota Makassar.
selamat. Salah satu faktor untuk mencapai Sehingga perlu dilakukan penelitian pada
kondisi tersebut yaitu terhindar dari masalah kawasan sekolah yang letaknya berada di
kebisingan. samping jalan arteri di kota Makassar.
Dilihat dari dampak kebisingan terhadap
Semakin tinggi pengguna jasa siswa dapat terganggu konsentrasi saat
transportasi di wilayah perkotaan membaca, ketika kebisingan terjadi saat
menyebabkan keramaian lalu lintas pada proses belajar mengajar berlangsung.
wilayah tersebut semakin meningkat. Namun, kebisingan dalam kelas dapat di
Tingginya intensitas kendaraan yang cegah dengan mengatur siswanya sendiri.
melintas di jalan raya kota tentunya Sedangkan di luar kelas memerlukan solusi
mempunyai dampak lingkungan di penanganan sendiri agar kebisingan tidak
sepanjang jalan yang dilewati kendaraan terpapar masuk ke dalam kelas dan
(Purwadi, 2006). mengganggu proses belajar mengajar.
Kendaraan-kendaraan tersebut dalam Banyaknya kendaraan yang melintas
pengoperasiannya menimbulkan suara-suara di jalan sekitar MAN 2 MODEL
seperti, suara mesin kendaraan yang keluar MAKASSAR menyebabkan tingginya
dari knalpot, suara klakson kendaraan kebisingan di sekitar sekolah tersebut.
maupun suara-suara yang diakibatkan oleh Kebisingan ini di timbulkan karena letak
aktivitas dari mesin kendaraan yang lainnya. MAN 2 MODEL MAKASSAR berada pada
Pada level tertentu suara-suara tersebut tikungan jalan yakni berada antara jalan
masih dapat ditoleransi oleh masyarakat, pettarani dan jalan alauddin. Adanya dua
dalam artian suara yang diakibatkan masih jalan arteri tersebut dilintasi kendaraan-
tidak menimbulkan suatu gangguan kendaraan berat seperti truk dan lain-lain
kenyamanan dan gangguan lainnya terhadap yang suara mesinnya menimbulkan
masyarakat, akan tetapi pada tingkat yang kebisingan.
lebih tinggi suara yang ditimbulkan oleh
kendaraan-kendaraan transportasi tersebut Jenis kendaraan yang melewati ruas
sudah dapat dikatakan sebagai suatu jalan A.P.Pettarani berdasarkan hasil
gangguan yang disebut polusi suara atau penelitian terdiri atas jenis kendaraan
kebisingan (Djalante, 2010). bermotor, kendaraan penumpang, kendaraan
hantaran bis, truk (2 as atau lebih), dan tak
Jalur transportasi adalah sumber bermotor. Jl.A.P.Pettarani gerak lurus rata-
kebisingan di lingkungan sekolah. rata adalah sebesar 3632,48 smp/jam, dan
Kebisingan yang diperbolehkan dalam volume maksimum rata-rata terjadi pada
sekolah adalah 55 dB menurut Keputusan hari Jumat sebesar 5009,525 smp/jam dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 yang terendah terjadi pada Rabu yaitu
Tahun 1996 sehingga sekolah-sekolah yang sebesar 2488,6 smp/jam. Arus lalu lintas
berada di dekat lalu lintas harus memenuhi
rata-rata tertinggi terjadi pada hari Senin kebisingan, bagaimana memetakan
yaitu sebesar 6206 smp/jam (Nurhayati, kebisingan, bagaimana tingkat penerimaan
2013). bising pada kawasan MAN 2 MODEL
MAKASSAR?
Mengatasi masalah kebisingan
sekolah menengah atas di kota Makassar di Tujuan dari penulisan ini adalah :
jalur arteri yang setiap harinya dilalui 1. Menganalisis kondisi tingkat
banyak kendaraan harus dengan metode kebisingan terhadap nilai baku mutu
yang tepat sasaran dan efektif. Untuk kebisingan sekolah yang
menganalisis tingkat kebisingan dan dipersyaratkan.
ketergangguan terhadap bising di sekolah 2. Memetakan sebaran tingkat
menengah atas di kota Makassar khususnya kebisingan pada kawasan MAN 2
sekolah yang berada di jalur arteri maka MODEL MAKASSAR.
penulis bermaksud untuk melakukan 3. Mengetahui tingkat penerimaan
penelitian yang berjudul : bising terhadap siswa, guru, dan
pegawai di sekitar kawasan MAN 2
ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN MODEL MAKASSAR.
PADA KAWASAN SEKOLAH
MENENGAH ATAS DI KOTA METODOLOGI PENELITIAN
MAKASSAR
Skema penelitian yang akan dilakukan dapat
Berdasarkan latar belakang tersebut dilihat pada kerangka penelitian
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar
penelitian yaitu bagaimana tingkat 3.

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian


Survei Pendahuluan
Lokasi penelitian yang dipilih adalah
sekolah MAN 2 MODEL MAKASSAR.
Dari survai pendahuluan diperoleh titik
lokasi penelitian sebanyak 38 titik lokasi.
Pemilihan lokasi didasarkan pada daerah
yang mengelilingi MAN 2 MODEL
MAKASSAR. Penentuan titik-titik
sampling menggunakan metode Grid
yakni melakukan pembagian lokasi Gambar 2 Lokasi Penelitian
menjadi beberapa kotak yang berukuran
sama. Tahap pertama, dengan menandai Alat dan Bahan
titik lokasi pada aplikasi google earth
mewakili setiap tempat dengan jarak titik Adapun alat dan bahan yang akan
10 meter. Koordinat yang diperoleh dipergunakan dalam penelitian ini terdiri
selanjutnya digunakan sebagai acuan atas:
untuk menandai titik lokasi penelitian di
1. Sound Level Meter (SLM) TM 103
lapangan dengan menggunakan aplikasi
untuk mengukur tingkat tekanan bunyi
GPSTrackerLite pada Android.
efektif dalam desibel (dB).
Waktu penelitian 2. Aplikasi surfer 7.0, untuk membuat
pemetaan kebisingan
Penelitian ini dilakukan saat kondisi 3. Program google earth yang digunakan
arus lalu lintas normal, yakni pada hari- untuk menentukan titik pengambilan
hari biasa, bukan hari libur. Penelitian ini data
dilakukan selama 2 hari yakni pada 4. Stopwatch/handphone,untuk
tanggal 27 dan 29 september 2014. menghitung waktu.
Pengambilan data dilakukan selama 10 5. Tripod, untuk menjaga stabilitas
menit setiap titik dengan pembacaan alat 1 beberapa alat.
nilai untuk 1 detik, sehingga didapatkan 6. Kamera, untuk merekam gambar pada
600 nilai untuk 1 titik pengambilan data. saat penelitian berlangsung.
7. Alat tulis yang digunakan untuk
Lokasi Penelitian mencatat data yang diperoleh.
Berdasarkan hasil dari survei pendahuluan Metode Pengambilan Data
lokasi penelitian yang dipilih adalah MAN
2 MODEL MAKASSAR, dikhususkan a. Data primer
pada lokasi yang berdekatan dengan jalan
arteri. Alasan pemilihan lokasi tersebut, Data primer adalah data yang diperoleh
dikarenakan letak MAN 2 MODEL langsung dari penelitian atau data utama
MAKASSAR berada di simpang jalan dalam penelitian tingkat kebisingan.
antara jalan AP Pettarani dan jalan Sultan Data primer ini merupakan hasil
Alauddin. pengambilan data dari titik-titik lokasi
yang sudah ditentukan. Pemilihan titik-
Gambar 3.4 di bawah ini merupakan letak titik pengukuran diindikasikan tempat
geografis MAN 2 MODEL MAKASSAR. yang aktif dengan suara kebisingan. Hasil
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pengukuran tersebut yang nantinya akan
letak MAN 2 MODEL MAKASSAR dibuat pemetaan kebisingan di lingkungan
berdekatan dengan sumber kebisingan lalu sekolah. Titik-titik sampling dibuat dengan
lintas di jalan. jarak interval yang sama diseluruh lokasi.
Dalam hal ini sebanyak 38 titik
pengukuran yang di sebar sekeliling area Provinsi Sulawesi Selatan, madrasah
MAN 2 MODEL MAKASSAR seperti tersebut menempati lahan seluas 33.492
yang telihat pada gambar 3.9 di bawah ini. M2 dengan luas bangunan 7.210 M2
dan telah dipagar permanen sepanjang
536 M, lokasi tersebut dipandang
sebagai tempat yang sangat strategis
disektor bagian selatan kota Makassar,
karena mudah diakses dengan kendaraan
angkutan umum dari berbagai jalur trayek
angkutan umum dalam wilayah kota
Makassar. Madrasah tersebut juga telah
memiliki beberapa bangunan gedung
yang permanen dengan berbagai fasilitas
sarana dan prasarana yang ada
Gambar 3 Titik Pengambilan Data didalamnya (data sekolah, 2012).
Langkah-langkah pengambilan data ini
Fluktuasi Tingkat Kebisingan
dilakukan dengan menggunakan Sound
Level Meter (SLM) sesaat dB (A) Tabel 1 hasil pengukuran pada titik 1
selama 10 menit, atau Leq (10 menit)
untuk setiap pengukuran dan pembacaan Interval Bising
nilai
Persentase
hasil dilakukan setiap 1 detik. Sehingga No. tengah Frekuensi
(dB) (%)
(dB)
didapatkan 600 data dalam setiap
1 72.0 - 74.0 73.0 9 1.5
pengukuran 10 menit. Pengambilan data
2 74.0 - 76.0 75.0 55 9.2
dilakukan pada lokasi kawasan bagian luar
dan dalam dari sekolah. Sebelum 3 76.0 - 78.0 77.0 164 27.3
pengambilan data diawali dengan 4 78.0 - 80.0 79.0 156 26.0
penunjukkan patok pada titik-titik sampel 5 80.0 - 82.0 81.0 99 16.5
di lapangan mengacu pada koordinat di 6 82.0 - 84.0 83.0 62 10.3
google earth dicocokkan dengan 7 84.0 - 86.0 85.0 31 5.2
menggunakan Aplikasi GPS pada android. 8 86.0 - 88.0 87.0 15 2.5

b. Data sekunder 9 88.0 - 90.0 89.0 7 1.2


10 90.0 - 92.0 91.0 2 0.3
Data sekunder adalah data-data yang Jumlah 600 100.0
diperoleh dari literatur, internet atau
Keterangan :
sumber-sumber lain. Data sekunder
Max : 90.8 dB
merupakan data yang digunakan sebagai
Min : 72.9dB
acuan dalam penelitian atau sebagai data
kelas : 10,17
pembanding.
interval :2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum MAN 2 MODEL Persentase tingkat bising terbesar
MAKASSAR berada pada interval bising 76.0 - 78.0
yaitu 27.3 %. Dalam bentuk histogram
MAN 2 Model Makassar berlokasi hubungan antara tingkat bising dan
di sudut persimpangan Jalan Sultan persentase frekuensi untuk titik 1 dapat
Alauddin No. 105 dan Jalan Andi dilihat dalam gambar 4.1 di bawah ini.
Pangeran Pettarani No. 1 Kelurahan
Mannuruki Kecamatan Tamalate Kota
Makassar yang berada dalam wilayah
n = nilai df pada tabel uji
normalitas
30
Dmax = nilai statistic pada tabel uji
normalitas
25
Apabila nilai Dmax < D(,n) atau
20
0,188 < 0,43006 maka distribusi tersebut
frekuensi (%)

normal. Sehingga dapat ditarik kesimpulan


15 bahwa data penelitian titik 1 adalah
distribusi normal.
10 Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat
diketahui nilai L90, L50, L10, L1 dan nilai
5 Leq dengan cara seperti berikut ini:
Luas daerah histogram =
0 2(1,5+9,2+27,3+26,0+16,5+10,3+10,3+
50 60 70 80 90
5,2+2,5+1,2+0,3)
Tingkat Bising (dB) = 200
Gambar 2 Tingkat Kebisingan Terhadap Menghitung L90 buatlah persamaan luas
Frekuensi Titik 1 area sebesar 10 %
Untuk L90, 2(1,5) + 9,2x = 0,1 (200)
Dari gambar 2 hubungan antara x = 1,9
tingkat bising dengan jumlah pemunculan sehingga, L90 =74.0dB+1,9dB=75.9 dB
dapat dilihat persentase tingkat kebisingan Menghitung L50 buatlah persamaan luas
cukup tinggi yakni berada sekitar 74.0 area sebesar 50 %
92.0 dB. Sedangkan pada tingkat bising Untuk L50,2(3,00+10,67+19,67) + 25,67x
antara 52.0 -72.0 persentasenya 0. Hal ini = 0,5 (200)
dikarenakan titik 1 berada di tepi jalan AP 66,66 +25,67x = 100
Pettarani yang selalu dilalui kendaraan- x = 1,3
kendaraan berat seperti truk, dan lain-lain. sehingga,L50 = 58 dB + 1,3 dB = 59,3 dB
Berdasarkan pengolahan data di Menghitung L10 buatlah persamaan luas
atas untuk mengetahui apakah data area sebesar 90 %
penelitian tersebut memiliki distribusi Untuk L10,
normal atau tidak maka dilakukan uji 2(3,00+10,67+19,67+25,67+10,83+9,33+5
normalitas pada program spss yang ,67+3,83) + 2,00x = 0,9 (200)
hasilnya pada titik 1 dapat dilihat pada 181,34 +2,00x = 180
tabel 2 sebagai berikut. x = 1,3
sehingga,L10 = 68 dB + 1,3 dB = 69,3 dB
Tabel 4.2 uji normalitas titik 1 Menghitung L1 buatlah persamaan luas
Tests of Normality area sebesar 99 %
UntukL1,
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk 2(3,00+10,67+19,67+25,67+10,83+9,33+5
,67+3,83+2,00+2,33+2,17)+4,00x=
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
0,99(1200)
Frekuensi 190,34 +24x = 198
.188 10 .200* .850 10 .058
(%)
x = 1,9
sehingga, L1 = 74 dB + 1,9 dB = 75,9 dB
Untuk mengetahui distribusi Berdasarkan analisis diatas, fluktuasi
normal maka dihitung nilai D(,n) dengan tingkat kebisingan L1, L10, L50 dan L90
menggunakan rumus sebagai berikut. secara keseluruhan dapat dilihat pada
1,36 1,36
D(,n) = = 10 = 0,43006 Gambar 4.3
Dimana :
90
Dari gambar 4.3 di atas
85
menunjukkan seluruh nilai Leq melewati
80 batas ambang baku mutu yakni sebesar 55
Tingkat Bising (dB)

75 dBA. Nilai tingkat kebisingan terendah


70
berada pada titik 26 sebesar 62,4 dBA
65
sedangkan nilai tingkat kebisingan terbesar
60

55
berada pada titik 2 sebesar 83,1 dBA. Titik
50 26 berada jauh dari jalan sehingga nilai
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Titik Pengamatan tingkat kebisingannya rendah sedangkan
L90
L10
L1
titik 2 berada di tepi jalan AP Pettarani
L50
sehingga nilai tingkat kebisingannya
Gambar 3 Grafik Nilai L90, L10, L1, tinggi. Berdasarkan penelitian terdahulu
L50, di seluruh titik pengamatan yang dilakukan pada hari senin tanggal 6
mei 2013 didapatkan data volume
Dari tingkat kebisingan terhadap kendaraan dalam satu hari di jalan AP
frekuensi dapat diketahui nilai L90, L50, Pettarani yaitu sepeda motor berjumlah
L10 serta nilai L1 yang kemudian dapat 137.565 unit, mobil sedan 10.658 unit,
digunakan untuk menghitung nilai Leq jeep 2.665 unit, van mini bus 59.306 unit,
setiap titik. bus wisata 151 unit, bus besar 143, bus
Leq = L50 + 0,43 (L1-L50) sedang 307, mobil penumpang atau pete-
= 59,3 dB + 0,43 (75,9 pete 3.509 unit, taksi 1476 unit, truk berat
dB - 59,3 dB) 463 unit, truk sedang 3.402 unit, pick up
= 66,4 dB 5.630 unit. Sedangkan volume kendaraan
Nilai Leq Maksimum diperoleh yang melewati jalan sultan alauddin yaitu
pada titik 2 yakni 83,1 dB sedangkan nilai sepeda motor berjumlah 88.454 unit, mobil
Leq minimum diperoleh pada titik 26 sedan 4.471 unit, jeep 1.125 unit, van mini
yakni 62,4 dB. Hasil dalam bentuk grafik bus 15.448, bus wisata 7 unit, bus besar 4
dapat dilihat pada gambar 4.2 dan gambar unit, bus sedang 23 unit, mobil penumpang
4.3. atau pete-pete 5.296 unit, taksi 2.221
Setelah diperoleh nilai tingkat unit, truk berat 453 unit, truk sedang 886
kebisingan ekuivalen (Leq) selanjutnya unit, pick up/mobil hantaran 2.210 unit
nilai-nilai Leq tersebut disesuaikan dengan (Irfan,2013).
Baku Mutu Tingkat Kebisingan menurut Volume kendaraan sebanyak inilah
KepMenLH No 48 tahun 1996. Fluktuasi yang menyebabkan tingkat kebisingan di
tingkat kebisingan Leq dapat dilihat pada sekolah MAN 2 MODEL MAKASSAR
Gambar 4.4. tinggi dan dapat menyebabkan gangguan
90
pada saat belajar mengajar serta terjadi
85
dampak-dampak kebisingan sebagaimana
80 telah dijelaskan pada bab 2. Keadaan di
sekitar sekolah MAN 2 MODEL sangat
Tingkat Bising (dB)

75

70 ramai oleh kendaraan sebagaimana telah


65 dijelaskan sebelumnya. Nilai kebisingan
60 tertinggi berada pada titik 2 yang berada
55 tepat di tepi jalan AP Pettarani. Secara
50 lebih rinci tingkat kebisingan berdasarkan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Titik Pengamatan lokasi titik pengamatan dapat dilihat pada


gambar 5 berikut ini.
Gambar 4 Grafik Nilai Leq di seluruh titik
pengamatan
100.0 Kontur. Berikut peta kontur kebisingan
80.0 yang dihasilkan dari software Surfer 7.0
60.0 dapat dilihat pada gambar 6.
40.0
20.0
0.0
28
7
38
9

6
8
5

1
4
Titik 3
2
26
22
21
23
31
25
20
27
29
32

34
24
37
33
36
30
35
19
12
Titik11
10
13
14
17
15
18
16
Titik
Titik

Titik
Titik

Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik

Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Titik
Gambar 5 tingkat kebisingan berdasarkan
lokasi titik pengamatan

Berdasarkan gambar 4.4, grafik yang


Gambar 6 Hasil peta kontur kebisingan
berwarna merah merupakan titik
Berdasarkan gambar kontur diatas
pengamatan yang berada di pinggir jalan
warna kontur terdiri atas tiga warna yaitu
dengan tingkat kebisingan yang diperoleh
warna hijau, kuning dan merah.
di atas 70 dB. Sedangkan yang berwarna
Penggolongan warna tersebut didasarkan
biru berada dalam kawasan sekolah
atas nilai tingkat kebisingan. warna hijau
dengan tingkat kebisingan yang diperoleh
untuk tingkat kebisingan dengan intensitas
62 dB 79 dB. Adanya beberapa titik di
di bawah 70 dBA, warna kuning untuk
dalam kawasan sekolah yang tingat
tingkat kebisingan dengan intensitas
kebisingannya di atas 70 dB karena titik
kebisingan di atas 70-78 dBA, dan warna
tersebut berada di dekat lapangan yang
merah untuk tingkat kebisingan dengan
ramai oleh siswa dan masih dipengaruhi
intensitas di atas 78 dBA. Selain dari
oleh kebisingan kendaraan.
perbedaan warna terdapat perbedaan
Pemetaan Kebisingan kerapatan garis kontur. Semakin rapat
garis kontur maka daerah tersebur
Untuk bisa membuat peta kontur memiliki perbedaan tingkat kebisingan
kebisingan diperlukan data-data seperti yang besar dan sebaliknya dan semakin
garis lintang dan garis bujur koordinat jarang garis konturnya maka daerah
titik-titik lokasi serta nilai equivalent index tersebut memiliki perbedaan tingkat
(Leq) setiap titik pengamatan. Peta kontur kebisingan yang kecil. Berikut merupakan
kebisingan menggunakan program surfer tingkat kebisingan yang telah digabungkan
7.0. prosedur menggunakan program dengan gambar lokasi dari aplikasi google
surfer 7.0 di jelaskan pada lampiran 1. earth dapat dilihat pada gambar 4.5.
Setelah nilai Leq diperoleh selanjutnya
nilai-nilai Leq tersebut dibuatkan kontur
kebisingan dengan menggunakan software
Surfer 7.0 yaitu dengan memasukkan nilai
tingkat kebisingan ekuivalen (Leq) dan
koordinat lintang selatan (sumbu y) dan
koordinat bujur timur (sumbu x). Nilai
koordinat lintang selatan (sumbu y),
koordinat bujur timur (sumbu x) dan nilai
tingkat kebisingan ekuivalen (Leq) dapat
dilihat pada Lampiran 7. Langkah
Gambar 7 Hasil kontur pada peta
langkah pembuatan peta kontur dapat
Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat
dilihat pada Bab 2 mengenai Pemetaan dan
perbedaan warna yakni warna merah

dB
berada di sekitar jalan AP. Pettarani dan Dilihat dari gambar 4.4 250 responden
jalan Sultan Alauddin yang banyak dilalui yang ada 80% memiliki umur sekitar
kendaraan, warna kuning berada di sekitar 17-23 tahun, 18 % memiliki umur
area lapangan sekolah dimana kebisingan sekitar 23-30 tahun, dan 2% memiliki
di pengaruhi aktifitas siswa di lapangan, umur 30-50 tahun. Mayoritas responden
sedangkan warna hijau berada di bagian berumur 17 tahun karena lokasi
belakang sekolah yang agak sepi. penelitian berada pada sekolah
menengah atas.
Analisis Tingkat Penerimaan c. Pendidikan
Kebisingan
Analisa kuesioner ini dimaksudkan D3/S1 S2/S3
16% 3%
untuk mengetahui persepsi dan harapan
masyarakat terhadap tingkat kebisingan
lingkungan dan bagaimana pengendalian
yang dilakukan. Analisa kuisioner ini SMA
disajikan dalam empat tingkatan yaitu 81%
Identitas Responden, Persepsi Terhadap Gambar 9 pendidikan
Tingkat Kebisingan, Pengaruh Kebisingan, Dari gambar 9 di atas dapat dilihat 81
dan Persepsi Terhadap Upaya % responden pendidikan SMA, 16 %
Pengendalian Kebisingan dengan pendidikan D3/S1 dan 3 % pendidikan
membagikan sebanyak 250 sampel S2/S3.
kuesioner. Kuesioner ini mewakili d. Pekerjaan
sebagian siswa, guru dan pegawai berada
PNS/P
di sekitar sekolah olri/TN
a. Jenis kelamin Pegaw
I
Dari 250 responden yang mengisi ai Non
6%
PNS
kuesioner didapatkan hasil 63 %
12%
berjenis kelamin perempuan dan 37 % Pelajar
berjenis kelamin laki-laki. /Maha
Persentasenya dapat dilihat pada siswa
gambar 8 di bawah ini. Gambar 10 pekerjaan
Dari 250 responden 82 % diantaranya
laki- pelajar/mahasiswa, 6 % memiliki
laki pekerjaan PNS/Polri/TNI dan 12 %
37% adalah pegawai Non PNS. Mayoritas
perem
puan
responden memiliki pekerjaan sebagai
63% pelajar karena lokasi penelitian adalah
sekolah menengah atas.
e. Persepsi tingkat kebisingan
Gambar 8 Jenis kelamin responden Kuran Tidak
b. Umur Sangat
g Ribut
Ribut
Ribut 1%
13%
23-30 30-50 Agak Ribut
18% 2% Ribut 23%
58%

Gambar 11 persepsi tingkat


17-23 kebisingan
80% Persepsi tingkat kebisingan yang
Gambar 4.4 umur terjadi 13 % responden menjawab
sangat ribut, 23 % menjawab ribut, Tidak Berter Sangat Agak
yang paling banyak menjawab agak Berter iak Berter Berter
ribut sebesar 58 % responden, yang iak 1% iak iak
menjawab kurang ribut 5 % dan Kuran
sisanya 1 % menjawab tidak ribut g
(gambar 11). Bert
f. Kebisingan klakson
Kuran Tidak Gambar 14 keadaan saat berbicara
Sangat
g Ribut Dari 250 responden yang diberikan
Ribut
Ribut 4% kuesioner pada saat berbicara 1 %
23%
Agak diantaranya menjawab sangat
Ribut Ribut berteriak, 1 % menjawab berteriak, 53
27% 39% % menjawab agak berteriak, 5 %
Gambar 12 Kebisingan klakson menjawab kurang berteriak dan
Persepsi responden terhadap sisanya 40 % menjawab tidak
kebisingan klakson pada umumnya berteriak (gambar 14).
adalah ribut. Dilihat dari persentase
terbesar dari 250 responden 39 % i. Gangguan pekerjaan
menjawab ribut, 27 % responden Kuran Tidak
g Tergan Sangat
menjawab agak ribut, 23 % sangat Tergan
Tergan ggu
ribut, 7 % responden menjawab kurang ggu
ggu 6%
ribut dan sisanya 4 % menjawab tidak 12%
ribut (gambar 12) Agak
g. Gangguan komunikasi Tergan Tergan
Tidak Sangat ggu ggu
Tergan Tergan 36% 38%
Tergan
ggu ggu
ggu Gambar 15 Gangguan Pekerjaan
20%
Persepsi responden tentang
Kurang Agak
Tergan Tergan ketergangguan pekerjaan yang
ggu ggu diakibatkan kabisingan yang terjadi
dalam hal ini proses belajar
Gambar 13 gangguan komunikasi
mengajar di sekolah. 12 %
Persepsi responden terhadap
responden menjawab sangat
gangguan komunikasi yang
terganggu, 38 % menjawab
ditimbulkan dari kebisingan yang
terganggu, 36 % menjawab agak
terjadi, mayoritas menjawab tidak
terganggu, 8 % menjawab
terganggu yakni 36 %. Hal ini
terganggu, dan sisanya 6 %
disebabkan ruang belajar siswa jauh
menjawab tidak terganggu (gambar
dari jalan raya. 22% menjawab agak
4.11).
terganggu. 20% menjawab terganggu,
j. Upaya pengendalian kebisingan
10 % menjawab terganggu dan 50.00
sisanya 12% menjawab kurang 40.00
terganggu (gambar 13). 30.00 Noise
h. Keadaan Saat berbicara 20.00 Barrie
10.00 r
0.00
Gambar 15 upaya pengendalian intensitas di atas 78 dBA berada di
kebisingan sekitar jalan raya.
Dari gambar 4.12 dapat dilihat 3. Persepsi siswa, guru dan pegawai
upaya pengendalian kebisingan mengenai tingkat kebisingan di
dari 250 responden menjawab permukiman sekitar sekolah
mengenai noise barrier mayoritas sebanyak 12 % responden
menjawab setuju dengan persentase menjawab sangat terganggu, 38 %
42 % dan yang paling rendah 2 % menjawab terganggu, 36 %
menjawab tidak setuju. Mengenai menjawab agak terganggu, 8 %
perkerasan jalan mayoritas menjawab terganggu, dan sisanya 6
responden menjawab setuju dengan % menjawab tidak terganggu.
persentase 44 % dan yang paling
rendah menjawab tidak setuju
dengan persentase 3 %. Sedangkan
larangan membunyikan klakson
mayoritas responden menjawab SARAN
agak setuju dengan persentase 27 Adapun saran yang dapat
% dan yang paling rendah disampaikan dari hasil dan pembahasan
menjawab sangat setuju dengan yang diperoleh dari penelitian tingkat
persentase 13%. Upaya kebisingan di lingkungan MAN 2
pengendalian terakhir adalah MODEL MAKASSAR, yaitu dapat
pembatasan kecepatan mayoritas diusulkan sebagai masukan kepada
responden menjawab setuju dengan sekolah untuk melakukan penanganan
persentase 45 % dan yang paling kebisingan yang mungkin dapat
rendah menjawab tidak setuju dilakukan dengan membuat dinding
yakni 5 %. terutama pada titik-titik lokasi yang
sudah diukur tingkat kebisingannya dan
KESIMPULAN yang terpapar kebisingan lebih tinggi.
1. Berdasarkan standar baku mutu DAFTAR PUSTAKA
yang ditetapkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum .
1996, seluruh titik sampel telah Jakarta : Rineka Cipta,
melebihi standar baku mutu. Nilai Anonim. 2012. Data Sekolah MAN 2
tingkat kebisingan terendah berada MODEL. Makassar.
pada titik 26 sebesar 62,4 dBA Buchari. 2007. Kebisingan Industri Dan
sedangkan nilai tingkat kebisingan Hearing Conservation Program.
terbesar berada pada titik 2 sebesar Repository: Universitas Sumatra
83,1 dBA. Utara.
2. Pada pemetaan, warna hijau untuk Dianto, H. E. 2009. Perancangan Barrier
tingkat kebisingan dengan Untuk Menurunkan Kebisingan
intensitas di bawah 70 dBA berada Lalu Lintas Di Pemukiman
di bagian belakang sekolah yang Sepanjang Ruas Tolsimo Rejosari.
agak sepi, warna kuning untuk Jurusan Teknik Fisika : Institut
tingkat kebisingan dengan Teknologi Sepuluh November.
intensitas kebisingan di atas 70-78 Surabaya
dBA berada di bagian dalam pagar Djalante, S. 2010. Analisis Tingkat
sekolah dan sekitar lapangan Kebisingan Di Jalan Raya Yang
sekolah, dan warna merah untuk Menggunakan Alat Pemberi
tingkat kebisingan dengan Isyarat Lalu Lintas (APIL)
(Studi Kasus: Simpang Ade
Swalayan). Jurnal SMARTek.. Progam Magister Teknik Sipil
November 2010. Universitas Muhammadiyah
Feidihal. 2007. Tingkat Kebisingan Dan Surakarta.
Pengaruhnya Terhadap Satwiko, P. 2005.Fisika Bangunan 1 (edisi
Mahasiswa di Bengkel Teknik 2).Yogyakarta: Penerbit ANDI
Mesin Politeknik Negeri Padang. Setiawan, F. N. 2010. Tingkat
Jurnal Teknik Mesin. Volume 4, Kebisingan Pada Perumahan Di
No. 1, Juli 2007: ISSN 1829-8958 Perkotaan. JurnalTeknik Sipil dan
Hidayati, N. 2007. Pengaruh Arus Lalu Perencanaan, No.2, Volume 12
Lintas Terhadap Kebisingan Juli 2010.
(Studi Kasus Beberapa Zona Wafiroh, A. A. 2013. Pengukuran Tingkat
Pendidikan Di Surakarta). Kebisingan Di Lingkungan SMPN
Dinamika TEKNIK SIPIL. Januari 2 Jember. Jurusan Fisika :
2007. Universitas Jember.
Justian, Alex. 2012. Analisis Pengaruh
Kebisingan Terhadap Performa
Siswa Sekolah Dasar Pada Ruang
Kelas. Jakarta : Teknik Industri.
Universitas Indonesia
Leksono, R. A. 2009.Gambaran
Kebisingan. Jakarta: FKM.
Universitas Indonesia
Mediastika, C. E. 2005. Akustika
Bangunan Prinsip-Prinsip Dan
Penerapannya Di Indonesia.
Menteri Lingkungan Hidup. 1996.
Tentang: Baku Kebisingan. Surat
Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor: Kep-
48/MENLH/1996/25 November
1996. Jakarta.
Penuntun Laboratorium Ilmu Ukur Tanah.
2012. Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil : Universitas
Hasanuddin. Makassar
Peraturan Menteri Kesehatan. 1997.
Tentang : Pembagian Tingkat
Kebisingan Menurut Empat Zona
Nomor
718/MENKES/PER/XI/1987.
Jakarta
Prasetio, L., Setiawan, S., dan Hien, T.
K. 1992. Mengerti Fisika
Gelombang. Yogyakarta: Penerbit
ANDI Offset.
Purwadi, J. 2006. Analisis Tingkat
Kebisingan Dan Emisi Gas
Buang Di Jalan Slamet Riyadi
Dan Alternatif Solusinya(Kajian
Empirikal dan Non Empirikal).

Anda mungkin juga menyukai