Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke

tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh mesin.

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas

sehari-hari (Kurnia dkk., 2022). Masalah transportasi, terutama yang terkait dengan

lalu lintas, merupakan permasalahan umum di setiap kota besar di Indonesia. Hal

ini kerap menjadi tantangan bagi para pengguna jalan dan pemerintah kota yang

bertanggung jawab atas hal tersebut. Masalah yang sama juga dihadapi oleh kota

besar Makassar di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor

yang beroperasi, beban lalu lintas semakin bertambah dan menimbulkan berbagai

masalah yang dapat mengganggu masyarakat perkotaan (Hujairi, 2022).

Salah satu masalah yang muncul akibat kepadatan lalu lintas adalah

meningkatnya tingkat polusi suara, yang dapat mengakibatkan kebisingan dan

berdampak negatif bagi lingkungan di sekitar jalan tersebut. Salah satu sumber atau

kawasan pembangkit kebisingan yang banyak ditemui adalah jalan raya.

Kebisingan ini pada level tertentu tidak saja menimbulkan ketidaknyamanan, akan

tetapi dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang ada di pinggir jalan raya baik

itu pejalan kaki maupun perumahan di pinggir jalan raya (Alhafizh, 2022).

Jalan raya menjadi salah satu sumber utama kebisingan yang mengganggu

Sebagian besar masyarakat. Sumbernya yaitu dari kendaraan bermotor baik roda

dua, tiga ataupun roda empat, dengan sumber kebisingan berasal dari klakson,

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

knalpot saat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot dalam kondisi

tidak memenuhi SNI, faktor gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan saat

posisi pengereman mendadak dalam keadaan kecepatan tinggi, tabrakan antara

sesama kendaraan dan juga frekuensi mobilitas kendaraan baik dalam berupa

jumlah maupun kecepatan (Indrani & Mulyaningsih, 2022)

Kepadatan penduduk dapat menjadi faktor penting yang berdampak pada

transportasi dan kebisingan di suatu wilayah. Semakin padat populasi di suatu

wilayah, semakin banyak pula kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan raya

untuk mengakomodasi mobilitas penduduk. Hal ini dapat meningkatkan intensitas

lalu lintas dan menyebabkan kebisingan yang tinggi di sekitar jalan tersebut

(Hujairi, 2022).

Kota Makassar merupakan salah satu kota besar besar yang ada di Sulawesi

Selatan. Berdasarkan data yang dilansir dari Badan Pusat Statistik luas Kota

Makassar pada tahun 2022 adalah 199.3 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun

2020 sebanyak 1.423.877 jiwa, tahun 2020 sebanyak 1.427.619 jiwa, tahun 2022

sebanyak 1. 432.189 jiwa. Jumlah penduduk yang terus naik tiap tahunnya tenu

berdampak pada penggunaan jumlah kendaraan bermotor di jalan raya Kota

Makassar (Rahmawati, 2021)

Jalan Jenderal M. Jusuf adalah sebuah jalan utama di kota Makassar, Sulawesi

Selatan, Indonesia. Jalan Jenderal M. Jusuf termasuk dalam kategori jalan arteri

atau jalan utama di kota Makassar. Jalan Jenderal M. Jusuf merupakan salah satu

jalan yang cukup ramai di kota Makassar, karena dilalui oleh kendaraan bermotor

yang menghubungkan kawasan bisnis dan perdagangan yang penting di kota

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh A’yun, dkk (2019) jumlah

total rata - rata kendaraan yang melintas di Jalan Jenderal M. Jusuf sebanyak 5.882

kendaraan perjamnya. Kepadatan lalu lintas dan aktivitas transportasi yang tinggi

di jalan ini juga dapat menyebabkan masalah kebisingan dan polusi udara di sekitar

lingkungan jalan tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat di ketahui bahwa akibat yang ditimbulkan

dari kebisingan yang melebihi ambang batas di jalan raya akan menyebabkan

gangguan kenyamanan dan gangguan kesehatan bagi orang yang terpapar

kebisingan tersebut. Maka dari itu perlu untuk dilakukan perhitungan tingkat

kebisingan lalu lintas pada Jalan Jendral M. Jusuf yang kemudian dibandingkan

dengan baku mutu tingkat kebisingan.

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Kebisingan dan Getaran yaitu :

1. Mengetahui prosedur penggunaan alat Sound Level Meter TM 103

2. Mengetahui tingkat kebisingan di Jalan Jenderal M. Jusuf, Kota Makassar

dan membandingkannya dengan baku mutu kebisingan.

3. Melakukan perbandingan nilai baku mutu pada jalan Jendral M. Jusuf dan

jalan Hertasning di Kota Makassar

C. Ruang Lingkup

Adapun Ruang Lingkup praktikum Kebisingan ini berfokus pada :

1. Alat yang digunakan selama pengukuran adalah Sound Level Meter TM 103

2. Pengukuran kebisingan dilakukan di jalan Jalan Jenderal M. Jusuf

3. Pengukuran nilai kebisingan berlangsung selama 12 jam yang

mempertimbangkan karkteristik jalan, jenis kendaraan, jumlah kendaraan,

dan jumlah klakson di Jalan Jalan Jenderal M. Jusuf

4. Analisa data berupa perhitungan tingkat kebisingan (Leq Day) pada jalan

Jalan Jenderal M. Jusuf yang dibandingkan dengan baku mutu serta tingkat

kebisingan (Leq Day) pada jalan Jalan Hertasning di Kota Makassar

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bunyi

Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal. Hal ini berarti

bahwa bunyi memerlukan medium untuk merambat. Medium perambatan bunyi

dapat berupa zat padat ataupun fluida (zat alir, meliputi zat cair dan gas). Partikel-

partikel bahan yang mentransmisikan sebuah gelombang seperti itu berosilasi di

dalam arah penjalaran gelombang itu sendiri (Nurhayati, 2018).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bunyi didefinisikan sebagai

getaran atau gelombang yang merambat melalui suatu medium (seperti udara atau

air) dan dapat didengar oleh manusia atau hewan. Bunyi juga dapat diartikan

sebagai suara yang dihasilkan oleh benda atau alat tertentu yang bergetar atau

bergerak, seperti musik, mesin, atau suara alam (Sugianta, 2020)

Perlu diketahui bahwa bunyi serupa dengan suara. Dalam bahasa Inggris bunyi

disebut sound, sedangkan suara disebut voice. Dari sudut bahasa, bunyi tidak sama

dengan suara oleh karena bunyi merupakan getaran yang dihasilkan oleh benda mati

sedangkan suara merupakan getaran (bunyi) yang keluar dari mulut atau yang

dihasilkan oleh makhluk hidup. Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang

merambat melalui medium. Medium perambatan bunyi dapat melalui zat padat, cair

dan gas (Balirante, 2020).

B. Definisi Kebisingan

Menurut KepMenLH No.48 Tahun 1996 kebisingan didefinisikan sebagai suara

yang tidak dikehendaki. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

manusia dan kenyamanan lingkungan kesehatan. Sedangkan menurut

KepMenNaker No.51 Tahun 1999 Kebisingan adalah semua suara yang tidak

dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja

yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Mahira,

2021).

Menurut World Health Organization (WHO), kebisingan juga dapat

didefinisikan sebagai berbagai macam suara yang sudah tidak diperlukan dan

memiliki efek yang buruk untuk kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan.

Polusi udara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak

dikehendaki dan mengganggu manusia, sehingga beberapa kemungkinan kecil atau

lembut suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan disebut

mengganggu (Ramadhan, 2019).

C. Sumber Kebisingan

Menurut Utami (2021) sumber kebisingan dibagi menjadi dua jenis sumber

yang dibedakan menurut bentuknya, yaitu :

1) Sumber titik (berasal dari sumber diam), penyebaran kebisingan dalam bentuk

bola-bola konsentris, sumber kebisingan yang menjadi pusatnya memiliki

kecepatan sekitar 360 m/detik.

2) Sumber garis (berasal dari sumber bergerak), penyebaran kebisingan dalam

bentuk silinder-silinder konsentris, sumber kebisingan yang menjadi sumbunya

memiliki kecepatan sekitar 360 m/detik.

Sumber kebisingan berdasarkan asal tempat kebisingan dibagi menjadi :

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

1) Bising Interior (dalam), yaitu kebisingan yang bersumber dari dalam ruangan,

manusia, alat – alat rumah tangga atau mesin mesin gedung

2) Bising Eksterior (luar), yaiyu kebisingan yang berasal dari aktivitas manusia di

luar ruangan seperti lalu lintas, transportasi dan industri

D. Jenis-Jenis Kebisingan

Bising dibagi kedalam 3 kategori berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi,

tingkat bunyi dan tenaga bunyi, yaitu (Utami, 2021) :

1) Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising

yang ditimbulkan oleh bunyi mesin ditempat kerja, misalnya bising dari mesin

2) Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh adanya

frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz;

3) Impuls noise (bising impulsif) yaitu bising yang disebabkan oleh adanya bunyi

yang menyentak, misalnya ledakan meriam, pukulan palu, tembakan bedil.

Selain itu Suma’mur (2014) dalam Utami (2021) membagi jenis-jenis

kebisingan lainnya, yaitu :

1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan sprektum frekuensi

yang lebar (steady state, wide band noise), misalnya seperti bising kipas angin,

mesin, dapur pijar, dan lainlain;

2) Kebisingan menetap berkelanjutan dengan sprektum frekuensi tipis (steady

state, narrow band noise), misalnya seperti bikebising katup gas, gergaji

sirkuler, dan lain-lain;

3) Kebisingan terputus-putus (intermittient noise), adalah kebisingan dimana bunyi

mengeras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan, misalnya seperti bising

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

lalu lintas suara kapal terbang di bandara

4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), adalah kebisingan yang terjadi

secara tiba-tiba dan sberlangsung dalam waktu singkat misalnya seperti bising

pukulan palu, tembakan meriam atau berdil, dan ledakan;

5) Kebisingan impulsif berulang, adlaah kebisingan yang terjadi berulang-ulang

misalnya seperti bising mesin tempa

E. Baku Mutu Kebisingan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang

Baku Tingkat Kebisingan menetapkan baku mutu kebisingan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan Berdasarkan Peruntukan Kawasan Kegiatan
Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kesehatan
db(A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuak Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
• Bandar Udara
• Stasiun Kereta Api 60
• Pelabuhan Laut 70
• Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit dan Sejenisnya 55
2. Sekolah dan Sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah dan Sejenisnya 55
Sumber : Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
*) disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Perhubungan
F. Dampak dan Pengendalian Kebsingan

Dampak kebisingan terhadap kesehatan menurut Sucipto (2014) dalam Utami

(2021) yaitu :

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

1) Gangguan Fisiologis

Bising dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit pada

kepala. Hal ini disebabkan karena bising dapat merangsang reseptor dan

vestibular dalam telinga dalam yang akan menyebabkan adanya efek

pusing/vertigo. Sedangkan mual, susah tidur, dan sesak nafas disebabkan oleh

rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar

endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit

2) Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis biasanya dengan gejala ringan berupa rasa tidak nyaman,

susah tidur, kurang konsentrasi, dan cepat marah. Apabila hal ini dibiarkan

dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa

gastritis, jantung, stress, kelelahan, dan lain-lain.

3) Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya menyebabkan pembicaraan dapat dilakukan

dengan cara berteriak, hal ini disebabkan karena masking effect (bunyi yang

menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.

Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai dapat juga terjadi

kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya

4) Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan seseorang seperti berjalan di

ruang angkasa atau melayang-layang, yang dapat menimbulkan gangguan

fisiologis berupa pusing atau biasa disebut dengan vertigo dan mual-mual.

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

5) Efek Pendengaran

Efek terbesar dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera

pendengaran, yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tuli progresif. Pada

mulanya efek kebisingan pada pendengaran bersifat sementara dan

pemulihannya dapat dilakukann dengan cepat setelah dihentikan di tempat kerja

bising. Tetapi, apabila bekerja secara terus-menerus ditempat yang bising

mengakibatkan kehilangan daya dengar yang permanen

Soedirman (2011) dalam Utami (2021) menyebutkan bahwa pengendalian

kebisingan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengendalian bising pada

sumber, pengendalian bising pada media, dan pengendalian administrasi.

Pengendalian bising pada sumber dapat dilakukan dengan subtitusi, modifikasi,

silencer, dan perawatan. Subtitusi dilakukan dengan mengganti alat atau mesin

yang mengeluarkan kebisingan tinggi dengan yang mengeluarkan kebisingan

rendah. Modifikasi dilakukan dengan mengganti atau mengubah komponen tertentu

pada alat atau mesin yang menyebabkan kebisingan tinggi dengan komponen yang

mengeluarkan kebisingan rendah. Silencer atau peredam suara dipasang pada

peralatan atau mesin yang memiliki tingkat kebisingan tinggi agar dapat

menurunkan tingkat kebisingan menjadi rendah. Perawatan berkala dilakukan

dengan cara pelumasan atau perbaikan bagian-bagian yang rusak (Utami, 2021).

Pengendalian bising pada media dilakukan dengan enclosure, accoustic wall

and ceiling, dan remote control. Enclosure dilakukan dengan menutup sumber

bising dalam sungkup yang dilengkapi dengan peredam suara sehingga antara

sumber bising dengan operator dapat terpisah. Accoustic wall and ceiling dilakukan

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dengan memasang bahan akustik di plafon dan dinding sehingga suara bising yang

dihasilkan oleh mesin dapat diserap oleh plafon dan dinding akustik. Remote

control dilakukan dengan pengoperasian alat atau mesin yang ditempatkan dalam

operation room, dimana mesin tersebut ditempatkan pada lokasi yang lebih tinggi

serta dilengkapi dengan dinding akustik dan kaca lebar sehingga pengamatan mesin

hanya dilakukan pada saat operator turun ke lokasi untuk perawatan (Andila, 2021).

Pengendalian administrasi merupakan pengendalian risiko dan bahaya dengan

peraturan-peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat.

Contoh pengendalian administrasi adalah melaksanakan inspeksi keselamatan

terhadap peralatan secara periodik, melaksanakan pelatihan, mengatur keselamatan

dan kesehatan kerja pada aktivitas kontraktor, melaksanakan safety induction,

memastikan operator forklift sudah mendapatkan lisensi yang diwajibkan,

menyediakan instruksi kerja untuk melaporkan kecelakaan, mengganti shift kerja,

menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan risiko pekerjaan, serta

memberikan instruksi terkait dengan akses kontrol pada sebuah area kerja (Utami,

2021).

Pengendalian bising pada receiver dilakukan dengan menggunakan alat

pelindung diri (APD) berupa sumbat telinga (ear plug) atau tutup telinga (ear muff).

Sumbat telinga terbuat dari bahan karet atau plastik yang lentur dengan bentuk yang

sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan ke dalam lubang telinga. Tutup telinga

dibuat dengan berbagai bentuk yang dapat menutup telinga dengan penghubung

berupa head set yang berfungsi sebagai pengencang. Dengan menggunakan tutup

telinga, kebisingan dapat dikurangi sampai tingkat kebisingan 25 dBA (Andila,

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

2021).

G. Perhitungan Kebisingan

Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung

Setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif

selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan yang

ajeg (steady) pada selang waktu yang sama. Satuannya adalah dB (A).

Metode pengukuran tingkat kebisingan menggunakan Leq (Level Equivalent

Continuous Noise) sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48

Tahun 1996 tentang Baku Mutu Kebisingan di Lingkungan Kerja adalah sebagai

berikut:

1) Mengumpulkan data kebisingan dengan menggunakan sound level meter (SLM)

selama kurang lebih 8 jam kerja.

2) Membagi waktu pengukuran menjadi beberapa periode yang sama rata, misalnya

16 periode.

3) Menghitung nilai Leq pada setiap periode menggunakan rumus Leq = 10 log

(1/T ∑10(L/10))

T adalah waktu pengukuran dalam detik.

L adalah level kebisingan dalam desibel pada setiap waktu pengukuran. Dalam

perhitungan ini, nilai Leq dihitung sebagai rata-rata dari logaritma dasar 10 dari

kuadrat level kebisingan dalam periode waktu tertentu (misalnya 1 detik).

4) Menjumlahkan semua nilai Leq yang dihitung pada setiap periode, kemudian

dibagi dengan jumlah periode untuk mendapatkan nilai Leq rata-rata selama 8

jam kerja.

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Rumus tersebut menghitung rata-rata kuadrat dari level kebisingan selama

periode waktu tertentu dan kemudian mengkonversinya ke dalam skala logaritmik.

Setelah itu, nilai-nilai Leq yang dihitung dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah

periode pengukuran untuk mendapatkan nilai Leq rata-rata selama 8 jam kerja.

Nilai Leq yang dihasilkan kemudian dapat dibandingkan dengan standar baku mutu

kebisingan di lingkungan kerja yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 (SNI 8427-2017 Pengukuran tingkat

kebisingan lingkungan)

Pengukuran dengan sistem angka penunjuk yang paling banyak digunakan

adalah angka penunjuk ekuivalen (equivalent index (Leq)). Angka penunjuk

ekuivalen (Leq) adalah tingkat kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) yang

dikur selama waktu tertentu. Perhitungan angka penunjuk secara manual diawali

dengan menghitung L1, L10, L50, L90, dan L99. L99 adalah persentase kebisingan

yang mewakili tingkat kebisingan mayoritas atau kebisingan yang muncul 99% dari

keseluruhan data. L10 adalah persentase kebisingan yang mewakili tingkat

kebisingan minoritas atau kebisingan yang muncul 10% dari keseluruhan data.

Sedangkan L50 merupakan kebisingan rata-rata selama pengukuran. Tahap

selanjutnya adalah perhitungan angka penunjuk ekivalen (Leq) yang mana Leq ini

merupakan angka penunjuk tingkat kebisingan yang paling banyak digunakan. Pada

pengukuran kebisingan lalu lintas di jalan raya, L99 menunjukkan kebisingan latar

belakang yaitu kebisingan yang banyak terjadi sedangkan L10 merupakan perkiraan

tingkat kebisingan maksimum.

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

1) Untuk L1:

Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 99% dari data pengukuran

(L1) dengan:

Nilai A = 99% x N (18)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari dimana:

99% = Hasil 99% pengukuran dari 100%

N = Jumlah data keseluruhan

Nilai L10 awal = I (B0) + (B1) X = 0.99 × I × 100 (19)

Dimana: I = Interval data

X = Jumlah data yang tidak diketahui

B0 = Jumlah % sebelum 1

B1 = % setelah 1

L1 = I0 + X (20)

Dimana: L1 = Interval akhir

Untuk nilai LAeq dapat dihitung seperti pada persamaan dibawah ini

LAeq = L50 + 0,43 (L1 − L50) (21)

2) Untuk L10:

Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 90% dari data pengukuran

(L10) dengan:

Nilai A = 90% x N (15)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari dimana:

90% = Hasil 90 % pengukuran dari 100%

N = Jumlah data keseluruhan

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Nilai L10 awal = I (B0) + (B1) X = 0.9 × I × 100 (16)

Dimana: I = Interval data

X = Jumlah data yang tidak diketahui

B0 = Jumlah % sebelum 10

B1 = % setelah 10

L10 = I0 + X (17)

Dimana: I0 = Interval akhir

3) Untuk L50:

Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 50% dari data pengukuran

(L50) dengan:

Nilai A = 50% x N (12)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari dimana:

50% = Hasil pengukuran dari 100%

N = Jumlah data keseluruhan

Nilai L50 awal = I (B0) + (B1) X = 0.5 × I × 100 (13)

Dimana: I = Interval data

X = Jumlah data yang tidak diketahui

B0 = Jumlah % sebelum 50

B1 = % setelah 50

L50 = I0 + X (14)

Dimana: I0 = Interval akhir

4) Untuk L90

Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari data pengukuran

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

(L90) dengan:

Nilai A = 10% × N (9)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari dimana:

10% = Hasil pengukuran dari 100%

N = Jumlah data keseluruhan

Nilai L99 awal = I (B0) + (B1) X = 0.1 × I × 100 (10)

Dimana: I = Interval Data

X = Jumlah data yang tidak diketahui

B0 = % sebelum 90

B1 = % setelah 90

L90 = I0 + X (11)

Dimana: I0 = Interval Akhir

5) Untuk L99

Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari data pengukuran

(L99) dengan:

Nilai A = 1% × N (9)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari dimana:

1% = Hasil pengukuran dari 100%

N = Jumlah data keseluruhan

Nilai L99 awal = I (B0) + (B1) X = 0.1 × I × 100 (10)

Dimana: I = Interval Data

X = Jumlah data yang tidak diketahui

B0 = % sebelum 99

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

B1 = % setelah 99

L90 = I0 + X (11)

Dimana: I0 = Interval Akhir

Tahap selanjutnya setelah nilai L1, L10, L50, L90 dan LAeq diperoleh adalah

menghitung LAeq,day adalah tingkat kebisingan selama 1 hari pengukuran yang

dihitung menggunakan persamaan dibawah ini.


1 𝑛
1
LAeq,day = 10 × log (10) × × 10(𝐿𝐴𝑒𝑞10) + ⋯ + 10(𝐿𝐴𝑒𝑞10) (22)
jam/hari

a. Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi atau tabel frekuensi adalah pengelompokkan data ke dalam

beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya pengamatan yang masuk ke

dalam tiap kelas. Dalam membuat distribusi frekuensi dihitung banyaknya interval

kelas, nilai interval, tanda kelas / nilai tengah, dan frekuensi.

1) Jangkauan atau Range adalah selisih nilai terbesar dan nilai terkecil.

R = Data maks - Data min (5)

Dimana: Data max = Data nilai terbesar

Data min = Data nilai terkecil

2) Banyaknya Kelas

k = 1 + 3.3 log (n) (6)

3) Interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak antara

dua titik skala sudah diketahui. Interval dapat dianalisis menggunakan

persamaan:
R
𝐼= (7)
k

Dimana: I = Interval

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

R = Range

k = Banyaknya interval kelas

4) Titik Tengah Interval Kelas adalah tanda kelas. Tanda kelas diperoleh dnegan

cara membagi dua jumlah dari batas bawah dan batas atas suatu interval kelas,

seperti pada persamaan:

(BB+BA)
Titik Tengah = (8)
2

Dimana: BB = Batas bawah suatu interval kelas

BA = Batas atas suatu interval kelas

5) Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam satu detik, seperti pada

persamaan:
𝑛
f=𝑇

Dimana : f = Frekuensi (Hz)

T = Periode (s)

N = Jumlah Getaran

H. Karakteristik Jalan

Klasifikasi jalan menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu klasifikasi jalan berdasarkan status jalan dan fungsinya

a. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsinya

1) alan arteri : jalan yang berfungsi sebagai jalur transportasi utama dalam

suatu wilayah, biasanya memiliki volume lalu lintas yang tinggi dan lebar

jalan yang cukup untuk memfasilitasi arus lalu lintas yang padat.

2) Jalan kolektor : jalan yang berfungsi menghubungkan jalan arteri dengan

jalan lokal, biasanya memiliki volume lalu lintas yang lebih rendah dari

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

jalan arteri.

3) Jalan lokal : jalan yang berfungsi sebagai jalur transportasi dalam suatu

wilayah kecil, biasanya memiliki volume lalu lintas yang rendah dan lebar

jalan yang sempit.

b. Klasifikas Jalan Berdasarkan Statusnya

1) Jalan Nasional: jalan yang pengaturannya dan pengawasannya dilakukan

oleh pemerintah pusat dan memiliki fungsi sebagai jalur transportasi

antarprovinsi dan/atau antarwilayah.

2) Jalan Provinsi: jalan yang pengaturannya dan pengawasannya dilakukan

oleh pemerintah provinsi dan memiliki fungsi sebagai jalur transportasi

antar kabupaten/kota dan/atau jalur transportasi provinsi.

3) Jalan Kabupaten/Kota: jalan yang pengaturannya dan pengawasannya

dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dan memiliki fungsi sebagai

jalur transportasi antar kediam dan/atau jalur transportasi kabupaten/kota.

4) Jalan Desa: jalan yang pengaturannya dan pengawasannya dilakukan oleh

pemerintah desa dan/atau pemerintah kecamatan serta memiliki fungsi

sebagai jalur transportasi dalam wilayah desa atau antar wilayah desa.

I. Karakteristik Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Direktorat Jendral Bina Marga dalam Manual Kapasitas Jalan

Indonesia pada projek Tahun 1997 menyebutkan bahwa kendaraan merupakan

unsur lalu lintas diatas roda. Kendaraan dibagi menjadi 4 jenis yaitu:

1) Kendaraan berat (Heavy Vehicle) adalah kendaraan bermotor dengan lebih dari

4 roda meliputi bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi.

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

2) Kendaraan ringan (Light Vehicle) adalah kendaraan bermotor ber as dua

dengan empat roda dan dengan jarak as 2,0-3,0 m. Kendaraan ini meliputi

mobil penumpang, microbus, pick up, truk kecil.

3) Sepeda Motor (Motocycle) adalah kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda,

meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3.

4) Kendaraan tak bermotor (Unmotocycle) adalah kendaraan dengan roda yang

digerakaan oleh manusia atau hewan, meliputi sepeda, becak, kereta kuda, dan

kereta dorong.

J. Alat Sound Level Meter TM-103 (SLM TM-103)

Alat Sound Level Meter TM-103 (SLM TM-103) adalah sebuah alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan suara. Alat ini tergolong dalam

kategori alat ukur suara atau alat ukur kebisingan (noice meter). Sound Level Meter

(SLM) adalah alat pengukur level kebisingan, alat ini mampu mengukur kebisingan

antara 30-130 dB dan rentang ukur frekuensi 20-20000 Hz. Sound Level Meter

terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network dan layer dalam satuan desibel

(dB).

Alat ukur sound level meter memiliki prinsip kerja sebagai berikut; Gelombang

bunyi yang dikeluarkan oleh buzzer ditangkap oleh sound microphone sensor.

Dalam microphone, gelombang tersebut akan menabrak diafragma dan diafragma

akan bergetar sesuai dengan gelombang yang diterimanya. Sebuah kumpuran kawat

yang terdapat di bagian belakang diafragma akan ikut bergetar sesuai dengan

getaran diafragma. Sebuah Magnet yang dikelilingi oleh kumparan tersebut akan

menciptakan medan magnet seiring dengan gerakan kumparan. Pergerakan

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

kumparan di medan magnet ini akan menimbulkan arus listrik bolak balik. Arus

listrik yang dihasilkan kemudian diolah oleh mikrokontroler dan menghasilkan nilai

taraf intensitas bunyi (Nugroho & Haj, 2020).

Level pada SLM biasanya disimbolkan dengan huruf L dan diikuti huruf

subscript di sebelah kanannya untuk menunjukkan kuantitas level yang

disimbolkan. Pembobotan adalah rangkaian elektronik yang kepekaannya berubah

sesuai dengan perubahan frekuensi telinga manusia. Ada 4 macam pembobotan

yaitu A, B, C dan D (Meikharto, 2020).

Gambar 2.1 Sound Level Meter TM - 103

Pembobotan A mendekati kesamaan pada tingkat kebisingan rendah, sedang B

pada tingkat kebisingan sedang, C pada tingkat kebisingan tinggi dan D pada saat

telinga merespon bunyi yang muncul dari pesawat. Pada pengukuran secara

subjektif terhadap respon telinga manusia, ternyata ditemukan bahwa bobot B dan

C seringkali tidak tepat. Hal ini terjadi karena yang dijadikan acuan lebih cenderung

untuk mengukur bunyi-bunyi dengan satu jenis penekanan saja, sementara dalam

kehidupan sehari-hari, dalam waktu bersamaan seringkali kita mendengar bunyi

dalam bermacam-macam penekanan. Sebaliknya bobot A, hasil pengukuran yang

dirasakan orang umumnya tepat. Itu sebabnya, bobot inilah yang digunakan sebagai

pedoman pengukuran (Meikharto, 2020).

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Pengukuran

Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan selama 1 hari, yaitu pada tanggal 16 April

2023. Pengambilan data kebisingan dilakukan selama 11 jam dimulai pukul 08.09 - 18.19

WITA. Pengukuran ini dilakukan di kawasan jalan raya untuk menghitung tingkat

kebisingan yang dihasilkan dari kendaraan yang lewat di jalan raya, khususnya bertempat

di Jalan Jenderal Muh. Yusuf, Kota Makassar, Sulawesi Selatan dengan koordinat tempat

pengukuran tingkat kebisingan, yaitu terletak pada garis lintang -5.132270° dan garis bujur

119.416040°. Untuk gambaran lokasi pengukuran, dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah

ini.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalan Muh. Yusuf Kota Makassar

Sumber: Google Earth Pro

Jalan Jenderal Muh. Yusuf menurut peran dan fungsi merupakan jalan kolektor dengan

tipe 1/2 yang artinya memiliki 2 lajur dan 1 jalur. Pemilihan Jalan Jenderal Muh. Yusuf

sebagai lokasi pengukuran tingkat kebisingan karena dilihat dari volume kendaraan yang

ada pada ruas jalan terlihat cukup tinggi, sehingga dapat menyebabkan kemacetan dan

kebisingan akibat suara yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor. Selain itu kawasan ini

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

memiliki kondisi sekitar perdagangan elektronik yang cukup ramai.

B. Sketsa Lokasi Pengukuran

Dari gambar di bawah ini, dapat dilihat posisi peletakan alat pada saat pengukuran di

Jalan Jenderal Muh. Yusuf :

C. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat pengukuran:

1. Sound Level Meter TM-103

Sound Level Meter TM 103 berfungsi untuk

mengukur intensitas kebisingan tiap satuan

detik.

2. Windscreen

Windscreen berfungsi untuk meredam suara

angin pada saat pengukuran.

3. Sound Level Calibrator

Berfungsi sebagai alat untuk mengakuratkan

Sound Level Meter TM 103 dalam

pengkalibrasian

4. Fluke 805

Berfungsi untuk mengukur getaran

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

5. Speed Gun

Speed Gun berfungsi untuk mengukur

kecepatan kendaraan yang melewati lokasi

pengukuran.

6. Kabel USB

Kabel USB digunakan untuk

menyambungkan alat Sound Level Meter

TM 103 dengan laptop yang memiliki

aplikasi Sound Level Meter Rev-1

7. Walking Distance Meter

Berfungsi untuk mengukur lebar dan panjang

jalan

8. Meteran

Berfungsi untuk mengukur lebar bahu jalan

9. Kamera

Kamera berfungsi untuk merekam aktivitas

kendaraan di lokasi pengukuran.

10. Tripod

Tripod berfungsi sebagai tempat dudukan

alat Sound Level Meter TM-103 dan Camera

yang digunakan dalam pengukuran.

11. Stopwatch

Berfungsi untuk menghitung waktu selama

melakukan pengukuran kebisingan.

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

12. Payung

Payung untuk melindungi alat Sound Level

Meter TM 103 dan kamera dari panas

matahari.

13. Laptop

Laptop yang digunakan adalah laptop yang

telah terinstall aplikasi Sound Level Meter

Rev-01 dan Microsoft Excel untuk membaca

dan menampilkan hasil pengukuran tingkat

kebisingan dari alat Sound Level Meter TM-

103 dan tingkat getaran dari alat Fluke 805.

14. Rompi Safety

Rompi digunakan sebagai tanda pengenal

praktikan pada saat melakukan pengukuran

di jalan.

15. Jas Laboratorium

Jas Laboratorium digunakan sebagai tanda

pengenal praktikan pada saat melakukan

pengukuran getaran dilaboratorium.

16. Id Card

Berfungsi sebagai tanda pengenal pada saat

melakukan pengukuran.

17. Alat Tulis

Berfungsi untuk mencatat data pada saat

pengukuran getaran.

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

D. Flowchart Pengambilan Data Menggunakan SLM TM-103

MULAI

Menyiapkan semua alat yang akan


digunakan pada saat pengukuran yaitu :
1. Smartphone 9. Speedgun
2. Payung 10. Alat Tulis
3. SLM TM-103 11. Stopwatch
4. Windscreen 12. Kamera
5. Tripod
6. Kabel USB
7. Aplikasi Coordinator
8. Laptop dengan aplikasi Sound Level
Meter Rev-01

Membuka penutup baterai dan


memasang baterai 9 volt ke tempat
baterai

Memasang Windscreen pada mikrofon

Menghubungkan kabel USB dari


Sound Level Meter ke laptop dengan
aplikasi Sound Level Meter Rev-01

Menyalakan Sound Level Meter TM-


103 dengan cara menekan tombol Start

Membuka Aplikasi Sound Level Meter


Rev-01 pada laptop

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Memilih menu Connect pada aplikasi


untuk menghubungkan Sound Level
Meter ke laptop

Menunggu aplikasi dan Sound Level Meter


terhubung, hingga tulisan connecting to the
meter berubah menjadi found the sound level
meter

Pilih menu erase untuk menghapus data


apabila terdapat file pengukuran yang
sebelumnya

Mengatur waktu respon ke dalam pengaturan


FAST dan memilih pembobotan A pada
Sound Level Meter

Melakukan kalibrasi terhadap alat Sound


Level Meter TM-103

Memasang Sound Level Meter TM-103 dan


kamera pada tripod dengan ketinggian 1,5 m
dari permukaan datar dan mengarahkan
michrophone pada sumber suara

Menekan tombol REC pada Sound Level


Meter TM-103 bersamaan dengan Stopwatch
dan kamera untuk memulai pengukuran.
Pada waktu yang bersamaan merekam
volume kendaraan dan jumlah klakson
selama 10 menit dan mengukur kecepatan
kendaraan menggunakan speedgun

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Menekan ulang tombol REC pada Sound Level


Meter TM-103 bersamaan dengan tombol pause
pada stopwatch dan kamera setelah data yang
diperoleh berdasarkan waktu yang diinginkan
relah cukup

Menyimpan hasil pengukuran yang diperoleh dan


memindahkannya ke laptop

Membuka data hasil pengukuran dengan memilih


menu connect pada aplikasi kemudian memilih
menu download dalam format TXT

Membuka file TXT kemudian memindahkan data


pengukuran ke dalam Microsoft Excel

Mematikan dan merapikan alat-alat yang dipakai

SELESAI

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

E. Flowchart Pengolahan Data Menggunakan SLM TM-103

Mulai

Menyiapkan semua alat yang akan digunakan


pada saat pengukuran yaitu :
1. Smartphone 10. Speedgun
2. Payung 11. Alat Tulis
3. SLM TM-103 12. Stopwatch
4. Windscreen 13. Kamera
5. Tripod
6. Kabel USB
7. Aplikasi Traffic Counter
8. Aplikasi Mobile Topographer
9. Laptop dengan aplikasi Sound Level Meter
Rev-01

Membuat penutup baterai dan memasang baterai


9 Volt ke tempat baterai

Memasang Windscreen pada mikrofon

Menghubungkan kabel USB dari Sound Level


Meter ke Laptop dengan aplikasi Sound Level
Meter Rev-01

Menyalakan Sound Level Meter TM-103 dengan


cara menekan tombol Start

Membuka aplikasi Sound Level Meter Rev-01


pada laptop

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Memilih menu Connect pada aplikasi untuk


menghubungkan Sound Level Meter ke laptop

Menunggu aplikasi dan Sound Level Meter


terhubung, hingga tulisan connecting to the meter
berubah menjadi found the sound level meter

Memilih menu erase untuk menghapus data


apabila terdapat file pengukuran yang
sebelumnya

Mengatur waktu respon ke dalam pengaturan


FAST dan memilih pembobotan A pada Sound
Level Meter

Melakukan kalibrasi terhadap alat Sound Level


Meter TM-103

Memasang Sound Level Meter TM-103 dan


kamera pada tripod dengan ketinggian 1,5m dari
permukaan datar dan mengarahkan microphone
pada sumber suara

Menekan tombol REC pada Sound Level Meter


TM-103 bersamaan dengan stopwatch dan kamera
untuk memulai pengukuran. Pada waktu yang
bersamaan merekam volume kendaraan dan
jumlah klakson selama 10 menit dan mengukur
kecepatan kendaraan menggunakan speed gun

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Menekan ulang tombol REC pada Sound Level


Meter TM-103 bersamaan dengan tombol pause
pada stopwatch dan kamera setelah data yang
diperoleh berdasarkan waktu yang diinginkan
telah cukup

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR PUSTAKA

Rio, Alhafizh (2022) Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Studi Kasus Jalan
Dr. Moh. Hatta Kota Padang. Diploma thesis, Universitas Andalas.

Kurnia, Y. & Aristriyana, E. (2022). Pemilihan Moda Transportasi Untuk


Meminimalisasikan Biaya Kirim Produk Pada Ikm Kerupuk Idaman Di
Handapherang Kabupaten Ciamis. Jurnal Media Teknologi, 9(1), 105–115.
https://doi.org/10.25157/jmt.v9i1.2790

Indriani, A. I, & Mulyaningsih, N. N. (2022). Analisis Tingkat Kebisingan Jalan


Raya Tanah Baru dan Jalan Raya Bogorr. Schrodinger Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Fisika, 3 (1), 51-56.

Rahmawai, A. (2021). Pengaruh Jumlah Penduduk, Jumlah Kendaraan Bermotor,


Pdrb Per Kapita Dan Kebijakan Fiskal Terhadap Konsumsi Energi Minyak Di
Indonesia. Jurnal Pembangunan dan Pemerataan (JPP). 10 (1), 1-28

Hujairi, A. (2021). Pengaruh Volume Lalu Lintas Terhadap Tingkat Kebisingan


Pada Ruas Jalan Cipto Mangunkusumo Kota Samarinda. .12 (2) 190 – 198

A’yun, Q. M, dkk. (2019). Analisis Kapasitas Ruas Jalan Menggunakan Aplikasi


Visual Basic. Volume 1 Nomor 1 Januari 2019. E-ISSN: 2655-7266
https://jurnal.ft.umi.ac.id/index.php/JILMATEKS

Nurhayati, N. (2018). Getaran dan Perambatan Bunyi Serta Macam-Macam


Perambatan Bunyi

Sugianta. (2020). Analisis Pola Bunyi Sunari Berdasarkan Metode Fast Fourier
Transform. Jurnal Ilmu Komputer Indonesia(JIK) Vol : 5, No. 2, November
2020 ISSN (Print): 2615-2703, ISSN (Online): 2615-2711.
https://ejournalpasca.undiksha.ac.id/index.php/jik/article/view/3453/1744

Mahira, Hanun Faiza (2021) Incubator Analyzer Tampil Android Dilengkapi


Penyimpanan (Suhu dan Kebisingan). Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes
Surabaya. http://repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id/4099/

Ramadhan, N. P. (2019). Pengaruh Kebisingan Aktivitas Di Bandar Udara


Terhadap Lingkungan Sekitar. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta,
Indonesia. https://osf.io/preprints/inarxiv/j7qpx/

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Utami, H. D. (2021) GAMBARAN Intensitas Kebisingan Dan Keluhan Pekerja


Pada Industri Penggilingan Batu Kapur Di Desa Karangasem Tahun
2021. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5752/

Andila, Y. (2021). Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Pendengaran


Pekerja Dibagian Produksi Cv. Alam Tunggal Semesta. Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada
Palembang. http://rama.binahusada.ac.id:81/id/eprint/620/

Balirante, M. dkk. (2020). Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Raya
Ditinjau Dari Tingkat Baku Mutu Kebisingan Yang Diizinkan. Jurnal Sipil
Statik Vol.8 No.2 Februari 2020 (249-256) Issn: 2337-6732. doi:
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jss/article/view/28723

Meikharto, B. R. dkk. (2020). Alat Kalibrasi Sound Level Meter Berbasis


Mikrokontroler. Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 18, No. 2, Februari
2021, Hlm. 105 - 118, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X, doi:
http://dx.doi.org/10.25105/jetri.v18i2.7376.

Nugroho, P. C. S & Haj, M. I. (2020). Sound Level Meter Berbasis Arduino Dengan
Sensor Bunyi Dan Sensor Ultrasonic Untuk Menentukan Hubungan Jarak
Dengan Intensitas Bunyi. Seminar Nasional Pendidikan (Sendika) Volume 3,
2019, pp. 117-124 Universitas Ahmad Dahlan, doi:
http://seminar.uad.ac.id/index.php/sendika/article/view/3154/pdf

KELOMPOK XV
AHMAD AFZAL / D131201022

Anda mungkin juga menyukai