Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KINERJA BUNDARAN JL. NUSANTARA – JL.

UJUNG PANDANG –
JL. RIBURANE

PERFORMANCE ANALYSIS OF JL. NUSANTARA - JL. UJUNG PANDANG –


JL. RIBURANE’S ROUNDABOUT

Rizky Zulqaidah Ihamahu, Muralia Hustim, Mubassirang Pasra


Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,
Makassar

Alamat Korespondensi

Rizky Zulqaidah Ihamahu

Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Universitas Hasanuddin Makassar, 92171

Hp : 085221703723

Email : rizkyzulqaidah@gmail.com
ANALISIS KINERJA BUNDARAN JL. NUSANTARA – JL. UJUNG PANDANG –
JL. RIBURANE

Rizky Zulqaidah Ihamahu


D111 13 050
Mahasiswa S1 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa, Gowa 92171, Sul-Sel
Email: rizkyzulqaidah@gmail.com

Dr.Eng. Muralia Hustim, S.T., M.T. Dr. Ir. H. Mubassirang Pasra, M.T.
Pembimbing I Pembimbing II
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 7 Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa Kampus Gowa
Gowa 92171, Sul-Sel Gowa 92171, Sul-Sel

ABSTRAK
Pertumbuhan kendaraan bermotor di kota Makassar mencapai 7 % per tahun, sedangkan
pertumbuhan jalan <1 % per tahun (Dinas Perhubungan Kota Makassar, 2017). Ketidak
seimbangan antara nilai pertumbuhan kendaraan bermotor dengan peningkatan kapasitas jalan
menyebabkan masalah pada sektor transportasi seperti kemacetan. Kemacetan sering kali terjadi
pada ruas dan simpang, khususnya pada jam puncak. Penelitian ini dilakukan pada Simpang
Bundaran Tugu Mandiri di Jalan Nusantara – Jalan Ujung Pandang – Jalan Riburane dan
penelitian ini berfokus pada pembentukan parameter model simulasi dan karakteristik kinerja
simpang. Penelitian ini dilaksanakan di simpang tak bersinyal Jalan Nusantara – Jalan Ujung
Pandang – Jalan Riburane selama waktu kerja yang dimulai pukul 06.00 – 18.00 WITA. Data
yang diperlukan antara lain karakteristik kendaraan dan geometrik jalan. Metode survei yang
digunakan untuk pengukuran volume yaitu pengamatan secara langsung, dan untuk pengukuran
kecepatan menggunakan speed gun. Metode analisis yang digunakan untuk menghitung kinerja
lalu lintas simpang pada studi ini adalah pendekat model mikro-simulasi lalu lintas berbasis
Vissim, langkah awal dalam menghitung kinerja simpang yaitu dengan melakukan kalibrasi
menggunakan Uji GEH terhadap parameter volume kendaraan kemudian menvalidasi panjang
antrian kendaraan. Berdasarkan hasil simulasi bahwa parameter kalibrasi tiap periode jam pucak
ada yang sama dan berbeda. Nilai panjang antrian dan tundaan maksimum pada pendekat Jalan
Ujung Pandang, Jalan Nusantara, Jalan Sulawesi, Jalan Bonerate, Jalan Jampea, Jalan Ahmad
Yani, dan Jalan Riburane secara berurutan adalah 38.12 m dan 14.32 detik; 8.99 m dan 8.38
detik; 31.67 m dan 8.06 detik;
15.53 m dan 18.46 detik; 16.50 m dan 10.13 detik; 28.78 m dan 9.04 detik; 34.63 m dan 5.30.
detik. Selanjutnya dilakukan upaya rekayasa lalu lintas dengan memakai alternatif penambahan
U- Turn pada Jalan Riburane, dimana pada penelitian ini penambahan U-Turn dianggap dapat
menghasilkan kinerja lalu lintas yang lebih baik.

Kata Kunci : Mikro-Simulasi, Parameter Model, Uj GEH, Vissim


PERFORMANCE ANALYSIS OF JL. NUSANTARA - JL. UJUNG PANDANG –
JL. RIBURANE’S ROUNDABOUT

Rizky Zulqaidah Ihamahu


D111 13 050
Mahasiswa S1 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa, Gowa 92171, Sul-Sel
Email: rizkyzulqaidah@gmail.com

Dr.Eng. Muralia Hustim, S.T., M.T. Dr. Ir. H. Mubassirang Pasra, M.T.
Pembimbing I Pembimbing II
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 7 Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa Kampus Gowa
Gowa 92171, Sul-Sel Gowa 92171, Sul-Sel

ABSTRACT
The growth of motor vehicles in Makassar reaches 7% per year, while the growth of road <1%
per year (Makassar Transportation Department, 2017). An imbalance between the value of motor
vehicle growth and increased road capacity causes problems in the transportation sector such as
congestion. Congestion often occurs on segments and intersections, especially at peak hours.
This research was conducted at Simpang Bundaran Tugu Mandiri at Jalan Nusantara - Jalan
Ujung Pandang - Jalan Riburane and this research focuses on formation of simulation model
parameters and intersection performance characteristics. This research was conducted at
intersection of Jalan Nusantara – Jalan Ujung Pandang - Jalan Riburane during working time
which started at 06.00 -
18.00 WITA. Required data include vehicle characteristics and road geometric. Survey method
used for volume measurement is direct observation, and for speed measurement using speed gun.
The analytical method used to calculate the traffic performance of the intersection in this study is
the approach of the Vissim-based traffic micro-simulation model, the first step in calculating the
intersection performance is to calibrate using the GEH Test on the vehicle volume parameters
and then validate the length of the vehicle queue. Based on the simulation results, the calibration
parameters of each powder watch period are the same and different. The maximum queue length
and maximum delay on Jalan Ujung Pandang , Jalan Nusantara, Jalan Sulawesi, Jalan Bonerate,
Jalan Jampea, Jalan Ahmad Yani, and Jalan Riburane are 38.12 m and 14.32 sec; 8.99 m and
8.38 seconds; 31.67 m and 8.06 sec; 15.53 m and 18.46 seconds; 16.50 m and 10.13 seconds;
28.78 m and 9.04 seconds; 34.63 m and 5.30. seconds. Furthermore, traffic engineering efforts
were made by using the addition of U-Turn on Jalan Riburane, where in this study the addition of
U-Turn is considered to produce better traffic performance.

Keyword: Micro-Simulasion, Model Parameter, GEH Test, Vissim


1. PENDAHULUAN perkotaan dan luar kota sebagai titik
1.1.Latar Belakang pertemuan antara beberapa ruas jalan dengan
Transportasi adalah perpindahan manusia tingkat arus lalu-lintas relative lebih rendah
atau barang dari satu tempat ke tempat dibandingkan jenis persimpangan bersinyal
lainnya dengan menggunakan sebuah maupun persimpangan tidak bersinyal (MKJI,
kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau 1997).
mesin. Terdapat beberapa bundaran yang berada
Indonesia merupakan negara terluas di kota Makassar antara lain, bundaran Tugu
ketujuh di dunia dengan luas wilayah Mandiri, bundaran Simpang Lima Mandai,
keseluruhan 5.193.250 km2 dan luas daratan bundaran Samata Gowa dan bundaran Pasar
1.919.440 km2. Pa’Baeng-baeng. Bundaran Tugu Mandiri
Kota Makassar merupakan kota terbesar merupakan salah satu bundaran yang penting
keempat di Indonesia dan terbesar di kawasan di Kota Makassar. Bundaran ini melayani arus
timur Indonesia. Kota Makassar memiliki luas lalu lintas dari berbagai arah, yaitu yang
area 175,77 km2 dengan jumlah penduduk berasal dari Jalan. Nusantara, Jalan Ujung
tahun 2016 sebanyak 1.469.601 jiwa (BPS Pandang, dan Jalan Riburane. Daerah sekitar
Kota Makassar, 2016). Data Samsat Makassar persimpangan tersebut merupakan daerah
menunjukkan jumlah kendaraan bermotor perkantoran, pertokoan, kuliner dan wisata
pada tahun 2016 sebanyak 1.425.151 unit yang arus lalu lintasnya cukup padat. Dari
meningkat dari tahun 2014 jumlah kendaraan arah Jalan Ujung Pandang, simpang Bundaran
bermotor berkisar 1.252.755 unit. Tingkat Tugu Mandiri terhubung dengan tempat-
pertumbuhan kendaraan pada tahun 2015 tempat wisata seperti benteng Fort Rotterdam
untuk roda dua di Kota Makassar 6,29 %, dan Pulau Lae-Lae, selain itu banyak tempat
mobil penumpang 10,20 %, bus 0,74 % dan kuliner dan pertokoan di sepanjang jalan. Dari
truk 7,55 % (Statistik Daerah Kota Makassar, arah Jalan Nusantara, simpang Bundaran
2016). Panjang jalan kota Makassar pada Tugu Mandiri terhubung dengan pelabuhan
tahun 2016 adalah 2977,50 km dengan dan perkantoran. Sedangkan dari arah Jalan
kondisi baik 66,80 %, kondisi sedang 13,46 Riburane terdapat banyak perkantoran dan
%, kondisi rusak ringan 14,87 % dan kondisi pertokoan di sisi jalan. Tingginya volume
rusak berat 4,87 % (Kota Makassar Dalam lalu- lintas yang melewati bundaran ini
Angka, 2017). Pertumbuhan kendaraan menyebabkan antrian dan tundaan terutama
bermotor di kota Makassar mencapai 7 % per pada jam-jam sibuk. Penyebab kemacetan ini
tahun, sedangkan pertumbuhan jalan <1 % tidak lain adalah banyaknya kendaraan yang
per tahun (Dinas Perhubungan Kota terparkir di depan perkotoan, perkantoran dan
Makassar, 2017). tempat kuliner. Berdasarkan kenyataan
Tidak seimbangnya nilai pertumbuhan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
kendaraan bermotor dengan peningkatan kinerja persimpangan Bundaran Tugu Mandiri
kapasitas jalan mengakibatkan terjadinya di Jalan. Nusantara, Jalan Ujung Pandang, dan
masalah pada sektor transportasi yaitu Jalan Riburane, Makassar.
kemacetan, khususnya pada jam puncak Kinerja bundaran Tugu Mandiri di Jalan.
(Nurhayati, 2013). Kemacetan sering kali Nusantara, Jalan Ujung Pandang, dan Jalan
terjadi pada ruas dan simpang. Kinerja suatu Riburane akan dianalisis dengan
simpang merupakan faktor utama dalam menggunakan perangkat lunak Vissim yang
menentukan penanganan yang paling tepat berbasis model mikro – simulasi, jadi pada
untuk mengoptimalkan fungsi simpang. perhitungan kinerja persimpangan tidak lagi
Bundaran (roundabout) merupakan salah menggunakan model Manual Kapasitas Jalan
satu jenis pengendalian persimpangan yang Indonesia 1997 (MKJI
umumnya dipergunakan pada daerah

4
1997), hal ini karenakan model MKJI sudah 1.4 Batasan Masalah
sangat lama serta tidak adanya pembaharuan 1. Penelitian dilakukan pada simpang tak
sehingga MKJI tidak mampu lagi bersinyal bundaran Jl. Nusantara – Jl.
mendefinisikan kondisi simpang yang Ujung Pandang – Jl. Riburane.
sekarang. Pada penelitian ini, dilakukan 2. Analisis data menggunakan data primer
analisis permasalahan dengan menggunakan yaitu berupa data yang diperoleh saat
perangkat lunak simulasi agar dapat survei volume lalu lintas pada bundaran
menghasilkan analisis yang valid dan sesuai tersebut.
dengan kondisi di lapangan. 3. Jenis kendaraan yang dianalisis pada
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis penelitian ini yaitu kendaraan ringan,
bermaksud untuk melakukan penelitian tugas kendaraan berat, dan sepeda motor.
akhir dengan judul : 4. Survei lalu lintas dilaksanakan pada
“ ANALISIS KINERJA BUNDARAN JL. periode pukul 06.00 - 18.00 WITA.
NUSANTARA – JL. UJUNG PANDANG – 5. Kecepatan kendaraan diukur dengan
JL. RIBURANE “ speed gun di lapangan dan diambil secara
acak pada semua jenis kendaraan.
1.2. Rumusan Masalah 6. Kinerja bundaran dianalisis dengan
1. Bagaimana cara membangun model menggunakan Program PTV Vissim.
simulasi kondisi eksisting lalu lintas pada
bundaran Jl. Nusantara - Jl. Ujung 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pandang - Jl. Riburane? 2.1 Jalan
2. Bagaimana kinerja lalu lintas kondisi Berdasarkan Undang – Undang Nomor
eksisting simulasi pada pada bundaran Jl. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Nusantara - Jl. Ujung Pandang - Jl. Angkutan Jalan, definisi jalan adalah seluruh
Riburane? bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
3. Bagaimana kinerja pergerakan lalu lintas dan pelengkapnya yang diperutukkan bagi
pada bundaran Jl. Nusantara - Jl. Ujung Lalu Lintas umum, yang berada pada
Pandang - Jl. Riburane? permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
1.3 Tujuan Penelitian atas permukaan ar, kecuali rel dan jalan kabel.
1. Membangun model simulasi kondisi
eksisting lalu lintas pada bundaran Jl. 2.2 Karakteristik Arus Lalu Lintas
Nusantara - Jl. Ujung Pandang - Jl. 2.2.1 Karakteristik Makro Lalu Lintas
Riburane dengan menggunakan aplikasi Untuk mendefinisikan makro lalu lintas
berbasis simulator Vissim. secara lengkap perlu diketahui beberapa
2. Menganalisis kinerja lalu lintas kondisi parameter yang terkait secara langsung
eksisting simulasi pada bundaran Jl. dengan sistem lalu lintas (C. Jotin Khisty,
Nusantara – Jl. Ujung Pandang – Jl. 2005). Parameter tersebut antara lain :
Riburane dengan menggunakan aplikasi 1) Volume
berbasis simulator Vissim. 2) Kecepatan
3. Menganalisis kinerja pergerakan lalu 3) Kerapatan
lintas bundaran Jl. Nusantara – Jl. Ujung
Pandang – Jl. Riburane untuk berbagai 2.2.2 Karakeristik Mikro Lalu Lintas
upaya rekayasa lalu lintas dengan Pendekatan lalu lintas secara
menggunakan aplikasi berbasis simulator mikroskopik mengkaji beberapa parameter
Vissim. penting yang sangat mempengaruhi respon
terhadap kendaraan itu sendiri dalam berlalu 2.5.2 Panjang Antrian
lintas di jalan raya adapun parameter – Panjang antrian adalah panjang antrian
parameter antara lain : kendaraan yang antri dalam suatu pendekat.
1) Spacing dan headway Satuan panjang antrian yang digunakan
2) Lane Occupancy adalah suatu mobil penumpang. (Sulaksono,
3) Clearance dan Gap 2001)
2.3 Persimpangan 2.6 Bundaran
Menurut Departemen Perhubungan Bundaran (roundabout) dapat
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dianggap sebagai kasus istimewa dari
(1996), persimpangan adalah simpul pada kanalisasi yang pulau di tengahnya dapat
jaringan jalan di mana jalan-jalan bertemu dan bertindak sebagai pengontrol pembagi dan
lintasan kendaraan berpotongan. pengarah bagi sistem lalu lintas berputar satu
Persimpangan dibuat dengan tujuan untuk arah.
mengurangi potensi konflik diantara
kendaraan (termasuk pejalan kaki) sekaligus
menyediakan kenyamanan maksimum dan
kemudahan pergerakan bagi kendaraan. (C.
Jotin Khisty, 2005)

2.4 Simpang Tak Bersinyal


Simpang tak bersinyal adalah Gambar 2.2 Contoh-contoh Persimpangan
perpotongan atau pertemuan pada suatu Sebidang Kaki-Banyak dan Bundaran
bidang antara dua atau lebih jalur jalan raya Sumber: Khisty, C.J.,B.Kent Lall 1998
dengan simpang masing – masing, dan pada
titik – titik simpang tidak dilengkapi dengan 2.7 Manajemen Lalu Lintas
lampu sebagai rambu – rambu simpang. 2.7.1 Tujuan Manajemen Lalu Lintas
Tujuan dilaksanakannya Manajemen
Lalu Lintas adalah :
1) Mendapatkan tingkat efisiensi dari
pergerakan lalu lintas secara
menyeluruh dengan tingkat aksesibilitas
(ukuran kenyamanan) yang tinggi
dengan menyeimbangkan permintaan
pergerakan dengan sarana penunjang
yang ada.
Gambar 2.1 Tipe Simpang 2) Meningkatkan tingkat keselamatan dari
Sumber : MKJI 1997 pengguna yang dapat diterima oleh
semua pihak dan memperbaiki tingkat
2.5 Kinerja Simpang Tak Bersinyal keselamatan sebaik mungkin.
2.5.1 Tundaan Kendaraan
Tundaan di persimpangan adalah total 2.7.2 Perencanaan Lalu Lintas
waktu hambatan rata-rata yang dialami oleh Menurut Peraturan Menteri
kendaraan sewaktu melewati suatu simpang Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006,
(Tamin. O.Z, 2000). salah satu perencanaan lalu lintas yaitu
penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan.
Adapun tingkat pelayanan pada persimpangan
prioritas “stop” dapat dilihat pada tabel 2.1
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan pada dianggap kendaraan sedang melaju pada jalur
Persimpangan Prioritas “Stop” bebas hambatan (freeway) (John Janson & A.
Tingkat Pelayanan Rata-rata tundaan berhenti (detik per kendaraan) Tapani, 2004). Dalam model ini ada dua
A
B
<5
5 - 10
model yang digunakan pada alat mikro –
C 11 - 20 simulasi vissim yaitu Car Following
D 21 - 30
E 31 - 45 weidemann 74, Car Following weidemann 99
F > 45
.
2.8 Konsepsi Model Mikro - Simulasi
Konsep model simulasi sangat sering
sekali digunakan dalam lalu lintas dalam
merencanakan sebuah kegiatan transportasi
khusunya yang bersifat dinamis dan sangat
luas. Pada dasarnya model simulasi
dikelompokkan dalam tiga dimensi yaitu
(Law and Kelton, 1991) : Gambar 2.3 Ilustrasi Car Following Model
a) Model Simulasi Deterministik dengan
Model Simulasi Stokastik a) Car Following Weidemann 74
b) Model Simulasi Kontinu dengan Pada model ini banyak digunakan jalan
Model Simulasi Diskret perkotaan karena pengemudi selalu
c) Model Simulasi Statis dengan Model memperhatikan kecepatan pengemudi
Simulasi Dinamis sebelumnya sehingga terjadi interaksi antar
tiap individu – individu pengendara sehingga
2.9 Konsep Mikro Simulasi Lalu Lintas model simulasi ini sangat cocok digunakan
Berbasis Vissim untuk jalan perkotaan atau jalan yang
Model mikro-simulasi sebuah konsep memiliki hambatan yang besar.
atau sistem analisis yang banyak digunakan b) Car Following Weidemann 99
saat ini karena dengan konsep ini membantu Pada model ini banyak digunakan jalan
penggunanya menentukan dan mengevaluasi bebas hambatan karena pengemudi selalu
parameter terbaik yang akan digunakan dalam dalam menentukan kecepatan tidak
konteks permasalahan tertentu berbasis memperhatikan kendaraan yang sebelumnya
komputerisasi. sehingga pengemudi bebas menentukan
Car Following Model merupakan model kecepatannya masing – masing model ini
yang digunakan untuk mengontrol perilaku sangat cocok untuk mensimulasinkan kondisi
pengendara atau pengemudi terhadap jalan bebas hambatan atau umumnya
pengendara yang lainnya yang berada pada digunakan pada jalan tol.
jalur yang sama model ini dikembangkan oleh
Gipps (1981). 2.10 PTV Vissim
Model CFM itu sendiri membedakan PTV Vissim adalah perangkat lunak
kendaraan berdasarkan kecepatannya yaitu yang digunakan untuk simulasi arus lalu lintas
kecepatan kendaraan dibatasi oleh kendaraan secara mikroskopis terkemuka yang
sebelumnnya dan kecepatan kendaraan dikembangkan oleh PTV Planung
ditentukan oleh keinginanan pengemudi itu Transportasi Verkehr AG di Karlsruhe,
sendiri sehingga dapat menyebabkan Jerman. Vissim alat micro-simulasi lalu lintas
kecelakaan, ketika kendaraan yang melaju yang digunakan untuk perencanaan dan
tidak dibatasi oleh kendaraan sebelumnya pemodelan lalu lintas untuk perkotaan mau
pun pada pedesaan baik untuk analisis arus
kendaraan atau pun arus pejalan kaki serta
memiliki kemampuan untuk mensimulasi e. Overtake at Same Line yaitu perilaku
berbagai jenis moda lalu lintas secara pengemudi kendaraan yang ingin
bersamaan. menyiap pada lajur yang sama baik dari
sisi sebelah kanan mau pun sisi sebelah
kiri.
f. Desired Lateral Position yaitu posisi
kendaraan pada saat berada di lajur
artinya kendaraan dapat berada
disamping kiri maupun samping kanan
Gambar 2.4 Mikro - Simulasi Bundaran kendaraan yang lain.
Sumber : PTV Vissim Guide First Steps g. Lateral Minimum Distance yaitu jarak
aman pengemudi pada saat berada di
Vissim dapat digunakan untuk beberapa samping kendaraan yang lain.
kasus antara lain : h. Safety Distance Reduction yaitu jarak
1) Membangun jaringan jalan dan aman antar kendaraan didepan dan
persimpangan dibelakang atau jarak gap dan clearing
2) Perencanaan pengembangan lalu lintas antar kendaraan, ini merupakan
3) Perencanaan transportasi massal parameter yang sangat menentukan
karena tiap kondisi lalu lintas
2.10.1Parameter Mikro – Simulasi Lalu mempunyai nilai jarak aman yang
Lintas Berbasis Vissim berbeda.
Parameter mikro – simulasi berbasis
vissim merupakan nilai akan digunakan dalam 2.11 Konsep Kalibrasi dan Validitas
melakukan proses kalibrasi dan validasi Model Simulasi
dalam permodelan simulasi lalu lintas yang Kalibrasi pada Vissim merupakan proses
akan disimulasi. Parameter yang dipilih pada dalam membentuk nilai-nilai parameter yang
permodelan antara lain : sesuai sehingga model dapat mereplikasi lalu
a. Standstill Distance in Front of Obstacle lintas hingga kondisi yang semirip mungkin.
yaitu parameter jarak aman ketika Validasi pada Vissim merupakan proses
kendaraan akan berhenti akibat pengujian kebenaran dari kalibrasi dengan
kendaraan yang berhenti atau membandingkan hasil observasi dan hasil
melakukan perlambatan akibat simulasi. Proses kalibrasi dan validasi
hambatan dengan satuan meter (m). dilakukan berdasarkan jumlah volume arus
b. Observed Vehicle In Front yaitu lalu lintas dan panjang antrian (Putri, 2015).
parameter jumlah kendaraan yang Metode yang digunakan adalah dengan
diamati oleh pengemudi ketika ingin menggunakan rumus dasar Chi-squared dan
melakukan pergerakan atau reaksi. rumus statistik Geoffrey E. Havers (GEH). Uji
c. Minimum Headway yaitu jarak Chi- square dilakukan dengan
minimum yang tersedia bagi kendaraan membandingkan antara mean hasil simulasi
yang didepan untuk melakukan dengan mean hasil observasi. Rumus umum
perpindahan lajur atau menyiap. Chi- square (𝑥2) dapat dilihat pada persamaan
d. Lane Change Rule yaitu mode perilaku 2.15 sebagai berikut.
pengemudi pada saat melintas, untuk 2
𝑥2 = ∑𝑘𝑖=1 |𝑜𝑖𝐸−𝐸𝑖 | …………………(2.1)
lalu lintas heterogen sangat cocok 𝑖
menggunakan mode dimana :
𝑂𝑖 = Tundaan Geometri (det/smp);
𝐸𝑖 = Tundaan lalu lintas (det/smp);
Tugu Mandiri seperti garis merah yang terlihat
Tingkat signifikan dengan derajat pada Gambar 3.2
keyakinanan Uji Chi- square sebesar 95 %
atau α = 0.05 dan kriteria uji yaitu hasil
diterima apabila hasil hitung ≤ hasil tabel Chi-
square.
Sedangkan rumus GEH merupakan
rumus statistik modifikasi dari Chi- squared
dengan menggabungkan perbedaan antara
nilai relatif dan mutlak. Rumus GEH sendiri
dapat dilihat pada persamaan 2.1 dan
memiliki ketentuan khusus dari nilai error Gambar 3.2 Lokasi Penelitian
yang dihasilkan seperti pada Tabel 2.2.
(𝑞𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑−𝑞𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒𝑑)2
𝐺𝐸𝐻 = √ ……(2.2)
dimana : 0,5×(𝑞𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑+𝑞𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒𝑑)
𝑞 = Data volune arus lalu lintas
(kendaraan/jam)

Tabel 2.2 Rumus Statistik GEH


Nilai Keterangan
GEH < 5,0 Diterima
5,0 ≤ GEH ≤ 10,0 Peringatan : kemungkinan model error atau data buruk
GEH > 10,0 Ditolak

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Skema penelitian yang akan dilakukan
dapat dilihat pada bagan alir metode
penelitian sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 3.3 Denah dan Sirkulasi Lalu Lintas
Gambar 3.1 Simpang Bundaran Tugu Mandiri

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil Arus Lalu Lintas Simpang
Bundaran Tugu Mandiri
4.1.1 Volume Lalu Lintas Simpang
Bundaran Tugu Mandiri
Volume arus lalu lintas pada masing –
masing pendekat simpang menunjukkan arus
kendaraan yang akan melintasi simpang.
2000

1800
Volume Kendaraan
(Kend/Jam0

1600

1400

Gambar 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian 1200

1000

3.2 Lokasi Penelitian 800

Penelitian berlokasi di salah satu Gambar 4.1 Volume Kendaraan Simpang


600

simpang di kota Makassar, simpang Bundaran Pendekat Jalan Ujung Pandang


400

200

0
Periode Waktu

Nusantara Riburane

1200 2000

1800

Volume Kendaraan

Volume Kendaraan
(Kend/Jam0
(Kend/Jam)
1000
1600

1400

800

1200

1000

600

Gambar 4.2 Volume Kendaraan Simpang


800

Gambar 4.7 Volume Kendaraan Simpang


Pendekat Jalan Nusantara
600

Pendekat Jalan Riburane


400

1800
400

Gambar diatas memperlihatkan volume


Volume Kendaraan

1600

kendaraan simpang Bundaran Tugu Mandiri


(Kend/Jam)

200 200

1400

yang melintas mulai dari pukul 06.00 – 18.00 0

terlihat jumlah kendaraan yang melintas tiap


1200

periode berbeda – beda. Berdasarkan volume


1000

total kendaraan jenis LV (Kendaraan Ringan),


800

HV (Kendaraan Berat) dan MC (Sepeda


600
Periode Waktu

Gambar 4.3 Volume Kendaraan Simpang Motor) dapat dilihat bahwa saat jam puncak
400 Periode Waktu
Nusantara Riburane

200

Pendekat Jalan Sulawesi Nusantara

(peak hour) yaitu jam puncak pagi (Pukul


07.00
140
0

120
– 09.00 ), jam puncak siang (Pukul 12.00 –
Volume Kendaraan
(Kend/Jam)

100
14.00 ), dan jam puncak sore (Pukul 16.00 –
80 18.00 ) arus kendaraan begitu besar dibanding
dengan periode lain ini terjadi semua
Periode Waktu

60

pendekat simpang.
Sulawesi

40

4.1.2 Jenis dan Dimensi Kendaraan Pada


20

Gambar 4.4 Volume Kendaraan Simpang


Pendekat Jalan Bonerate
0
Simpang Bundaran Tugu Mandiri
160
Karakteristik dan tipe kendaraan yang
140
melintas pada simpang Bundaran Tugu
Volume Kedaraan

Mandiri berbeda. Adapun penggolongan


9Kend/Jam)

120

Periode Waktu

100
kendaraan lebih jelasnya pada Tabel 4.1.
Bonerate

80
Tabel 4.1 Tipe dan Dimensi Kendaraan
Dimensi Kendaraan (m)
Kategori
60
Panjang Lebar
City Car Small 3.6 1.6
Gambar 4.5 Volume Kendaraan Simpang
40

City Car Big 4.135 1.755


Sedan 4.395 1.715
Pendekat Jalan Jampea
20

MPV (Multi
4.58 1.77
3500
0

Purpose Vehicle )
3000

SUV (Sport Utility


Volume Kendaraan

4.6 1.82
(Kend/Jam)

2500 Vehicle )
Angkutan 4.445 1.855
2000

Periode Waktu
Pick Up 3.93 2.042
1500
Truk 2AS 5.83 2.1
Jampea Truk 3AS 8.2 2.612
1000 Truk 4AS 9.777 2.632
Trailer 12.283 2.64
Bus Pariwisata 6.711 2.303
Gambar 4.6 Volume Kendaraan Simpang
500

Bus Mamminasata 9.895 2.7


Pendekat Jalan Slamet Riyadi 0

Motor Bebek 1.97 0.67


Motor Matic 1.86 0.68
Motor Sport 1.983 0.69

Periode Waktu

Ahmad Yani Riburane


4.1.4 Profil Kecepatan Arus Lalu Lintas Berdasarkan parameter yang ada pada
Kendaraan di Persimpangan vissim dipilih beberapa parameter yang sesuai
Adapun hasil survei kecepatan dengan kondisi lalu lintas heterogen
kendaraan di Simpang Bundaran Tugu kemudian dilakukan proses kalibrasi terhadap
Mandiri sebagaimana diperlihatkan secara volume kendaraan pada periode jam puncak
visual pada Gambar 4.19 (peak hour) yaitu jam puncak pagi, siang, dan
sore. Adapun nilai kalibrasi dan hasil kalibrasi
dalam Uji GEH diperlihatkan pada Tabel 4.2
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Nilai Kalibrasi Pada Simpang
Parameter
Add. Part of No. of Overtak
Periode Average Minimum Lane Desired Lateral Lateral
Desired Observe e at
Waktu Standstill Headwa Change Lateral Distance Distance
Safety d Same
Distance y Rule Position Standing Driving
Distance Vehicle Line
08.00 - Free Lane

Gambar 4.8 (a) Kecepatan Kecepatan 0.5 0.6 2 0.5 yes any 0.2 0.5
09.00 Change

Kendaraan Ringan 12.00 - Free Lane


0.5 0.6 2 0.5 yes any 0.2 0.5
13.00 Change

17.00 - Free Lane


0.5 0.6 2 0.5 yes any 0.2 0.5
18.00 Change

Tabel 4.3 uji GEH


Hasil
Model
Periode Observasi Uji GEH Kesimpulan
Ujung Slamet Ujung Slamet Ujung Slamet
Nusantara Sulawesi Bonerate Jampea Riburane Nusantara Sulawesi Bonerate Jampea Riburane Nusantara Sulawesi Bonerate Jampea Riburane
Pandang Riyadi Pandang Riyadi Pandang Riyadi
08.00–
09.00 1204 514 738 94 108 5281 1475 1292 610 833 122 133 5088 1538 2.49 4.05 3.39 2.69 2.28 2.68 1.62 Diterima

12.00–
13.00 1449 684 1282 103 122 4439 1503 1581 817 1400 136 147 4250 1581 3.39 4.85 3.22 3.02 2.16 2.87 1.99 Diterima

17.00–
18.00 1798 965 1581 101 108 5212 1908 1952 1102 1708 129 143 4981 2003 3.56 4.26 3.13 2.61 3.12 3.24 2.15 Diterima

Gambar 4.8 (b) Kecepatan Kecepatan


Kendaraan Berat

Gambar 4.9 Visualisasi 3D Mikro – Simulasi


Vissim Simpang Bundaran Tugu Mandiri
Pada Tabel 4.3 hasil kalibrasi dengan
menggunakan Uji Geoffrey E. Havers
Gambar 4.8 (c) Kecepatan Kendaraan Roda
menunjukkan bahwa pada simpang Bundaran
dua
Tugu Mandiri telah terkalibrasi dengan baik
Gambar 4.8 Kecepatan Kendaraan
untuk semua pendekat.
Pada Gambar 4.8 menunjukkan bahwa
fenomena frekuensi kecepatan kendaraan
pada simpang cenderung terdistribusi dengan 4.2.2 Validasi Hasil Model Mikro –
normal, grafik tersebut memperlihatkan Simulasi
bahwa frekuensi distribusi kecepatan Analisis yang digunakan adalah dengan
berdasarkan jenis kendaraan juga hampir uji Chi- square. Dimana akan terlihat nilai
sama kecuali untuk jenis kendaraan truk dan probability dari uji Chi- square tersebut.
bus yang mempunyai frekuensi relatif sedikit. Hasil validasi disajikan dalam bentuk Tabel
4.4.
Tabel 4.4. Hasil Validasi dengan Uji Chi-
4.2 Mikro – Simulasi Lalu Lintas di
square pada Panjang Antrian Kendaraan
Persimpangan Hasil

4.2.1 Kalibrasi Model Mikro – Simulasi


Model Observasi Uji Chi-Square
Periode
Ujung Slamet Ujung Slamet Ujung Slamet
Nusantara Sulawesi Bonerate Jampea Riburane Nusantara Sulawesi Bonerate Jampea Riburane Nusantara Sulawesi Bonerate Jampea Riburane
Pandang Riyadi Pandang Riyadi Pandang Riyadi
08.00–
18.00 4.54 18.00 15.53 9.30 15.85 34.63 10.32 2.16 11.46 7.41 5.52 7.76 19.88 3.28 1.25 2.38 4.25 1.54 4.13 6.28
09.00 Jumlah 19.78 4.80 13.34 14.16 6.95 19.36 20.27
12.00– Kesimpulan5.24 Diterima 6.18
Diterima Diterima
38.12 8.99 31.67 15.08 16.50 16.50 28.68 19.05 17.68 6.37 7.77 6.28 14.82 9.54 1.57 5.03 Diterima
4.62Diterima 6.33
Diterima Diterima
6.70
13.00
17.00–
28.66 7.64 26.28 23.33 9.57 28.78 28.31 14.54 3.75 15.07 12.65 6.81 12.77 13.94 6.96 1.98 4.78 4.89 0.79 8.91 7.29
18.00
4.3 Analisis Hasil Mikro – Simulasi Lalu pergerakan dari Jalan Ujung Pandang yang
Lintas Keadaan Eksisting menyebabkan pada saat simulasi semua
Analisis mikro – simulasi sesuai dengan kendaran bergerak keluar dari pendekat
hasil nilai – nilai parameter pada Tabel 4.2 simpang menyebabkan tundaan kendaraan
dipergunakan untuk menganalisis kinerja lalu lebih tinggi dibanding pendekat yang lain.
lintas simpang Bundaran Tugu Mandiri yaitu
panjang antrian dan tundaan kendaraan untuk 4.4 Simulasi Upaya Peningkatan
penelitian ini. Kinerja (Alternatif Penambahan U-
Turn pada Jl. Riburane)
Adapun alternatif pergerakan lalu
lintas simpang yang dilakukan yaitu dengan
penambahan U-Turn pada pangkal Jalan
Riburane, sehingga kendaraan yang awalnya
harus melewati bundaran menjadi putar balik
di U-Turn. Adapaun hasil perbandingan
visualisasi model setelah melakukan optimasi
a. Panjang Antrian Kendaraan dengan kondisi lapangan pada tiap-tiap
pendekat pada Gambar 4.22.

b. Tundaan Kendaraan
Gambar 4.10 Hasil Kinerja Simpang Berbasis a. Panjang Antrian Kendaraan
Mikro – Simulasi Kondisi Eksisting
Kinerja lalu lintas berdasarkan hasil
simulasi yang ditunjukkan pada Gambar 4.21
memperlihatkan bahwa fenomena antrian dan
tundaan kendaraan pada tiap kaki simpang
jauh berbeda terutama panjang antrian terlihat
panjang antrian pada pendekat Jalan Ujung
Pandang terlampau terlalu besar dibandingkan
dengan kaki yang lain dengan nilai paling b. Tundaan Antrian
besar 38.12 terjadi diperiode Pukul 12.00 - Gambar 4.11 Hasil Optimasi Kinerja Simpang
13.00 WITA selisih yang cukup jauh dengan Berbasis Mikro – Simulasi
pendekat Jalan Nusantara dengan nilai sekitar Gambar 4.22 memperlihatkan bahwa
8.89 m, pendekat Jalan Bonerate dengan nilai membentuk kinerja simpang yang optimum
sekitar 15.08 m. Sedangkan untuk tundaan yaitu dengan menambahkan U-Turn pada
kendaraan memperlihatkan fenomena yang pangkal Jalan Riburane. Adapun hasil panjang
sebaliknya yang dimana tundaan pada kaki antrian dan tundaan maksimum antara lain,
simpang Jalan Ujung Pandang lebih tinggi pada Jalan Ujung Pandang 21.68 m ; 8.56
sekitar 6 – 15 detik dibandingkan pendekat detik, Jalan Nusantara 8.02 m ; 7.76 detik,
Jalan Slamet Riyadi barat hanya 5 – 9 detik, Jalan Sulawesi 34.46 ; 11.63 detik, Jalan
ini dikarenakan titik konflik/pertemuan Bonerate 28.66 m ; 17.60 detik, Jalan Jampea
arah
14.63 m ; 24.66 detik, Jalan Slamet Riyadi b. Kinerja lalu lintas kondisi eksisting
28.66 m ; 8.89 detik dan Jalan Riburane 18.68 pada Simpang Bundaran Tugu Mandiri
m ; 5 28 detik Pemberian U-Turn pada Jalan diperoleh nilai panjang antrian dan
Riburane memberikan dampak positif pada tundaan maksimum berikut : Jalan
Jalan Ujung Pandang ,yaitu terjadi Ujung Pandang 38.12 m dan 14.32
pengurangan panjang antrian sebesar 31,41 detik; Jalan Nusantara 8.99 m dan 8.38
%, Jalan Nusantara 12,15 % dan Jalan detik; Jalan Sulawsesi 31.67 m dan 8.06
Riburane detik; Jalan Bonertate 15.53 m dan
53.57 %, tetapi menyebabkan meningkatnya 18.46 detik; Jalan Jampea 16.50 m dan
panjang antrian di Jalan Sulaweisi sebesar 10.13 detik; Jalan Slamet Riyadi 28.78
13.65 %, Jalan Bonerate 13.38 % , Jalan m dan 9.04 detik; Jalan Riburane 34.63
Jampea 18.72 % dan Jalan Slamet Riyadi 0.05 m dan 5.30 detik .
%. c. Pemberian U-Turn pada Jalan Riburane
memberikan dampak positive pada
Jalan Ujung Pandang yaitu terjadi
pengurangan panjang antrian sebesar
31,41 %, Jalan Nusantara 12,15 % dan
Jalan Riburane 53.57 %, tetapi
menyebabkan meningkatnya panjang
antrian di Jalan Sulaweisi sebesar 13.65
%, Jalan Bonerate 13.38 % , Jalan
Gambar 4.12 Hasil Simulasi
Jampea 18.72 % dan Jalan Slamet
Upaya Peningkatan Kerja
Riyadi 0.05 %. Secara keseluruhan
Jadi pada kasus simpang bundaran
dampak positif yang diakibatkan
Tugu Mandiri ini, untuk menghasilkan kinerja
pemberian U-Turn pada jalan Riburane
simpang yang optimum yaitu dengan
lebh besar. Jadi pada kasus simpang
memakai alternatif penambahan U-Turn pada
bundaran Tugu Mandiri ini, untuk
Jalan Riburane karena menghasilkan kinerja
menghasilkan kinerja simpang yang
lalu lintas yang lebih baik daripada fase
cukup optimum yaitu memakai
pergerakan yang lainnya.
alternatif penambahan U-Turn pada
Jalan Riburane karena menghasilkan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
kinerja lalu lintas yang lebih baik
5.1 Kesimpulan
daripada fase pergerakan yang lainnya.
Setelah dilakukan analisis pada Bab IV,
berdasarkan hasil analisis tersebut, maka
5.2 Saran
penulis dapat merumuskan beberapa
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat
kesimpulan yang merujuk dan terkait
ditarik berbagai saran yang terkait pada
langsung dari penulisan skripsi sebagai
penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :
berikut :
a. Dalam melakukan kalibrasi dan validasi
a. Model mikro - simulasi kondisi lalu
model mikro – simulasi sebaiknya
lintas pada simpang Jalan Nusantara –
dilakukan untuk semua waktu
Jalan Ujung Pandang – Jalan Riburane
sepanjang periode survei, karena
dengan menggunakan software Vissim
parameter pada masing – masing waktu
melalui proses kalibrasi dan validasi
pasti berbeda tergantung arus lalu
model simulasi dengan menggunakan
lintasnya.
volume dan panjang antrian kendaraan
b. Perlunya dilakukan kalibrasi dengan
di lapangan.
menggunakan panjang antrian dan
tundaan kendaraan sebagai pembanding Indonesia, 1995, terjemahan
model simulasi. Suprapto T.M. dan Waldijono,
c. Perlu adanya penelitian selanjutnya Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas,
untuk pembenahan terhadap sistem Edisi kedua. Gadjah Mada University
manajemen lalu lintas, baik manajemen Press. Yogyakarta.
di simpang maupun ruas jalan sekitar Law, A. M., and Kelton, D. M. 1991.
simpang, dan penelitian lebih lanjut Simulation Modeling and Analysis,
mengenai perilaku pengemudi di Secon Edition. McGraw-Hill Inc.
Makassar secara lebih detail, mengenai New York, USA
jarak car following, lane change, car Morlok, E. K. 1998. Pengantar Teknik dan
lateral, ataupun perilaku pengemudi Perencanaan Transportasi
pada simpang bersinyal dan tidak (terjemahan John K Naimin).
bersinyal. Erlangga. Jakarta
Nurhayati. 2013. Analisis Kinerja Lalu Lintas
5.3 UCAPAN TERIMA KASIH Akibat Pengaturan Sistem
Penulis mengucapkan terima kasih serta Pergerakan Kendaraan Pada Jl.
penghormatan kepada rekan peneliti A.P.Pettarani di Makassar.
Universitas Hasanuddin, dan para dosen Makassar: Universitas Hasanuddin
pembimbing dalam penelitian ini yaitu Ibu Oglesby, C. H., Hicks, R.G. 1982. Highway
Dr. Eng. Muralia Hustim, ST, MT. dan Bapak Engineering, Fourth Edition,Edisi
Dr. Ir. Mubassirang Pasra, MT. Indonesia, 1993, Terjemahan Purwo
Setianto, Teknik Jalan Raya edisi ke
DAFTAR PUSTAKA empat, jilid I. Penerbit Erlangga.
Alamsyah, Ansyori. 2003. Rekayasa Jalan Jakarta
Raya. Universitas Muhammadiyah O’Flaherty, C. A. 1997. Transportation
Malang. Malang Planning and Traffic Engineering.
Alik Ansyori Alamsyah. 2005. Rekayasa Hodder Headline Group. London
Lalu-lintas. Universitas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM
Muhammadiyah. Malang 14. 2006. Manajemen dan Rekayasa
Banks, J. H. 2002. Introduction to Lalu Lintas
Transportation Engineering. 2nd Putri, Nurjannah Haryanti. 2015.
ed. McGraw-Hill. New York. Mikrosimulasi Mixed Traffic pada
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2005. Dasar- Simpang Bersinyaldengan Perangkat
dasar Rekayasa Transportasi. Jilid I. Lunak Vissim (Studi Kasus: Simpang
Erlangga. Jakarta Tugu, Yogyakarta).Yogyakarta:
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Universitas Gadjah Mada.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Selter. R. J. 1974. Highway Traffict And
Jakarta: Direkotrat Bina Jalan Kota Design. University of Bradford
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Sulaksono. 2001. Catatan Kuliah Rekayasa
1996. Pedoman Teknis Perekayasaan Jalan. Institut Teknologi Bandung
Tempat Perhentian Kendaraan Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan
Penumpang Umum. Jakarta: Pemodelan Transportasi. Penerbit
Departemen Perhubungan. Dinas ITB. Bandung
Perhubungan Kota Makassar. 2017 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009.Lalu
Hobbs, F.D. 1979. Traffic Planning and Lintas dan Angkutan Jalan.
Engineering, Second edition, edisi Departemen Perhubungan

Anda mungkin juga menyukai