Abstract
The increase of Bandung population made housing demands increase too. To fulfill it, East Bandung become
residential area, included Ciwastra. New residences will increase traffic volume on its road. The main
purpose of this research is to know the effect of residences trip generation to Ciwastra Road performance.
The required data is citizen socio-economic parameter, that obtained by spreading questionnaires and then
further processed to get trip generation models with multiple regression analysis. To know traffic volume,
traffic counting are carried out at four location. The results are, trip generations estimation from new
residences is 951.24 smp/hour. Based on MKJI 1997 road performance on location 1 measured from DS is
1.27, DS on location 2 is 1.06, DS on location 3 is 0.98, and DS on location 4 is 0.65. Trip generation from
residences affected road performance decrement approximately 31.5% on location 1, 38.68% on location 2,
and 39.8 % on location 3.
Abstrak
Meningkatnya jumlah penduduk Kota Bandung menyebabkan peningkatan kebutuhan tempat tinggal. Untuk
memenuhinya, dibangun permukiman baru di wilayah Bandung Timur termasuk Ciwastra. Permukiman baru
akan menimbulkan peningkatan volume lalu lintas pada ruas jalan di sekitarnya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh bangkitan pergerakan yang dihasilkan permukiman terhadap kinerja ruas Jalan
Ciwastra. Data yang dibutuhkan yaitu parameter sosio ekonomi warga, didapat dengan cara penyebaran
angket/kuisioner, selanjutnya diolah untuk menghasilkan model bangkitan pergerakan dengan metode
analisis regresi berganda. Untuk mengetahui volume lalu lintas dilakukan traffic counting di empat titik.
Hasil penelitian yaitu, estimasi bangkitan pergerakan dari permukiman baru adalah 951.24 smp/jam.
Berdasarkan MKJI kinerja jalan di titik 1 diukur dari nilai DS = 1.27, titik 2 DS = 1.06, titik 3 DS = 0.98,
titik 4 nilai DS = 0.65. Bangkitan pergerakan dari perumahan menyebabkan penurunan kinerja ruas jalan
sebesar 31.5% di titik 1, 38.68% di titik 2, dan 39.8% di titik 3.
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Kota Bandung terus meningkat sehingga kebutuhan tempat
tinggal juga meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, dibangun
permukiman baru di wilayah Bandung Timur. Salah satu daerah yang menjadi kawasan
permukiman adalah Ciwastra. Dengan dibangunnya permukiman baru akan menimbulkan
dampak pada berbagai aspek, seperti lingkungan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Selain
itu, pembangunan permukiman juga tentunya akan meningkatkan pergerakan pada wilayah
sekitar, karena adanya bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari permukiman. Hal
1472
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
tersebut menyebabkan peningkatkan volume lalu lintas, khususnya pada jam sibuk pagi
dan sore. Namun, tidak berimbangnya volume lalu lintas dan kapasitas pada ruas Jalan
Ciwastra menyebabkan panjangnya antrian kendaraan dan lamanya waktu tempuh
perjalanan. Atau dengan kata lain kinerja ruas Jalan Ciwastra menurun khususnya pada
jam sibuk pagi dan sore. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
bangkitan pergerakan permukiman terhadap kinerja ruas Jalan Ciwastra Kota Bandung.
STUDI PUSTAKA
Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi
Setiap tata guna lahan atau setiap ruang kegiatan mempunyai jenis kegiatan tertentu
(terdiri atas kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain) yang akan
membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan
kebutuhan, intensitasnya tergantung pada jenis tata guna lahannya. Adanya perkembangan
ekonomi, sosial, dan politik akan mempengaruhi besarnya volume lalu lintas (Morlok,
1991). Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan oleh setiap tata guna lahan merupakan
hasil dari parameter sosial dan ekonomi (Black, 1981). Jika terdapat pembangunan dan
pengembangan kawasan baru seperti pusat perbelanjaan, superblok, dan lain-lain, tentu
akan timbul tambahan bangkitan dan tarikan lalulintas baru akibat kegiatan tambahan di
dalam dan sekitar kawasan tersebut, dan itu akan memberikan pengaruh langsung terhadap
sistem jaringan jalan di sekitarnya (Tamin, 2000). Karena itulah, setiap kali terjadi
perkembangan tata guna lahan harus diikuti dengan kegiatan untuk melakukan perkiraan,
estimasi, dan prediksi jumlah arus perjalanan antara lokasi asal-tujuan melalui analisis
dengan melibatkan semua variabel yang saling terkait satu sama lain baik yang terkait
dengan tata guna lahan seperti variabel jumlah penduduk, pendapatan masyarakat,
pembangunan gedung maupun yang tekait dengan sistem transportasi seperti pembukaan
jalan baru, pembangunan terminal dan sebagainya dengan metodologi yang sesuai (Miro,
2012).
Perencanaan Transportasi
Dalam sistem perencanaan transportasi terdapat empat langkah yang saling terkait
satu dengan yang lain (Tamin, 1997), yaitu:
1. Bangkitan pergerakan (Trip generation)
2. Distribusi perjalanan (Trip distribution)
3. Pemilihan moda (Modal split)
4. Pembebanan jaringan (Trip assignment)
Bangkitan Pergerakan
Bangkitan pergerakan dapat diartikan sebagai banyaknya jumlah perjalanan/
pergerakan/lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu zona (kawasan) per satuan waktu (per
detik, menit, jam, hari, minggu, dan seterusnya) (Miro, 2005). Faktor-faktor yang
mempengaruhi bangkitan pergerakan, antara lain (Tamin, 2000):
1. Bangkitan Pergerakan untuk Manusia
2. Pendapatan
3. Pemilikan kendaraan
4. Kepadatan daerah permukiman
5. Tarikan Pergerakan untuk Manusia
6. Bangkitan dan tarikan pergerakan untuk barang
1473
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
Kinerja Jalan
Derajat kejenuhan (DS) digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat
kinerja simpang & segmen jalan. DS didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas
(MKJI, 1997). Nilai DS ideal < 0,75, perlu diperhatikan agar DS tidak melebihi 0,75 pada
jam puncak. Apabila nilai DS hingga melebihi angka 1, maka akan terjadi masalah serius
karena pada jam puncak arus lalu lintas yang ada akan melebihi nilai kapasitas jalan yang
menampung arus lalu lintas.
METODOLOGI
Penelitian ini akan dilakukan pada ruas Jalan Ciwastra, Kota Bandung, Provinsi
Jawa Barat. Responden penelitian adalah sampel warga dari Perumahan de Green Grande,
Jingga Residence, Pesona Ciwastra Permai, dan Buana Ciwastra. Lokasi survei lalu lintas
berada di empat titik pada ruas Jalan Ciwastra yaitu: Titik 1 pertigaan tugu (batas sebelah
barat, menuju ke arah Tol Buahbatu, Kiaracondong, dan pusat kota), Titik 2 dekat Jl.
Rancabolang, Titik 3 depan pintu masuk Perumahan Margahayu Raya, Titik 4 pertigaan
derwati (batas sebelah timur, menuju ke arah Gedebage, Sapan, Majalaya, dan daerah
Kabupaten lainnya).
1474
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
1475
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
dan reliabilitas selanjutnya akan disebar ke beberapa sampel warga permukiman dengan
teknik sampling sebagai berikut.
n= (1)
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e =Tingkat kesalahan yang ditolerir (diambil sebesar 5%)
Analisis Korelasi
(2)
(3a)
Uji Statistik
Uji Determinasi
(4)
Uji F (Uji Signifikansi Simultan)
F= (5)
Ket: N = Jumlah sampel
K = jumlah variabel bebas yang digunakan (Sugiyono, 2011).
1476
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
Kinerja Jalan
DS = Q / C (7)
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (8)
DS = derajat kejenuhan, faktor utama dalam penentuan kinerja jalan
Q = volume kendaraan (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota (MKJI, 1997)
Tabel 1 Matriks Korelasi antara variabel pada Perumahan de Green Grande Residence
1477
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
Uji Determinasi
Berikut hasil perhitungan nilai Koefisien Determinasi (R2) menggunakan rumus (4):
R2 = 0,919
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,919 mendekati 1 atau 91,04% mendekati 100%.
Untuk kesalahan 5% dan dk = n-k-1 = 36, maka t tabel = 1,645. Dari hasil
perhitungan diketahui bahwa t hitung masing-masing variabel > t tabel = 1,645, maka
dapat disimpulkan masing-masing variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
Estimasi Hasil Model Bangkitan Pergerakan Perumahan de Green Grande Residence
∑X4 = 144 ∑X7 = 106
∑X5 = 68 ∑X8 = 88
Maka estimasi hasil model:
Y1 = 6,068+ 1,239 X4 +1,435 X5 + 0,855 X7 + 1,166 X8 = 475,2955 kend/jam
Untuk ketiga perumahan lainnya dilakukan analisis yang sama sehingga didapat
hasil seperti disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Rekap Hasil Analisis Model Bangkitan Pergerakan pada masing-masing Perumahan
1478
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
Tabel 6 Pehitungan Derajat Kejenuhan (DS) Ruas Jalan Ciwastra Kondisi Eksisting (Tahun 2015)
Q eksisting DS eks
Titik Waktu C (smp/jam)
(smp/jam) (Q/C)
1 2371.62 3022.65 1.27
2 Rabu 06.00- 2321.16 2465.45 1.06
3 07.00 2447.31 2397.3 0.98
4 2371.62 1542.85 0.65
1479
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
Bangkitan Bangkitan
Perumahan (kend/jam) (smp/jam)
Tabel 8 Pehitungan Derajat Kejenuhan (DS) Ruas Jalan Ciwastra Kondisi tanpa Bangkitan Perumahan
C Q eks-Oi DS
Titik Waktu
(smp/jam) (smp/jam) (Q/C)
1 2371.62 2071.41 0.87
Rabu
2 2321.16 1514.21 0.65
06.00-
3 2447.31 1446.06 0.59
07.00
4 2371.62 1542.85 0.65
Tabel 9 Perbandingan Derajat Kejenuhan (DS) Ruas Jalan Ciwastra Kondisi tanpa Bangkitan Perumahan
dan Kondisi Eksisting
1480
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
2. Kinerja ruas Jalan Ciwastra diukur dari nilai DS, di titik 1 nilai DS = 1.27 (macet),
titik 2 DS = 1.06 (macet), titik 3 DS = 0.98 (macet), titik 4 nilai DS = 0.65 (lancar).
3. Bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari Perumahan de Green Grande, Jingga
Residence, Pesona Ciwastra Permai, dan Buana Ciwastra berpengaruh terhadap
penurunan kinerja ruas jalan sebesar 31.5% di titik 1, 38.68% di titik 2, dan 39.8% di
titik 3. Sedangkan pada titik 4 adalah daerah perbatasan menuju arah Kabupaten
Bandung, sehingga pada daerah tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan
masyarakat yang tinggal di sekitar derwati, sekolah, dan dari pabrik-pabrik yang
berada di sekitar derwati.
Saran
1. Berkembangnya suatu kawasan seharusnya berimbang dengan perencanaan jaringan
jalan.
2. Peningkatkan kapasitas Jalan Ciwastra salah satunya dengan cara pelebaran ruas jalan.
3. Pengurangan volume lalu lintas dengan cara pengadaan sarana transportasi umum
masal.
4. Perumahan-perumahan baru yang akan dibangun diwajibkan untuk menganalisa
dampak lalu lintas terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli: Analisis
Regresi dan Korelasi. Jakarta: BPS.
BAPPEDA. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031.
Bandung: Pemerintah Kota Bandung.
Black, J. A. 1981. Urban Transport Planning: Theory and Practice. London: Croom
Helm.
Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta:
Direktoran Jendral Bina Marga.
Miro, F. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Miro, F. 2012. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Morlok, Edward K. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kesatu. Bandung:
Penerbit ITB.
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kedua. Bandung:
Penerbit ITB.
Tamin, O.Z. 2003. Perencanaan & Pemodelan Transportasi: Contoh Soal dan Aplikasi
Edisi Kesatu. Bandung: Penerbit ITB.
1481