KOTA MAUMERE
OLEH :
022150015
FAKULTAS TEKNIK
MAUMERE
2020
BAB I
PENDAHULUAN
dan sumber tenaga lain yang berasal dari alam. Dengan kemajuan zaman
kebutuhannya.
kualitas jalan menjadi sangat penting. Untuk itu, keberadaan sarana dan
1
standar baik secara kualitas dan kuantitas yang aman, lancar, nyaman,
serta terjamin.
318.920 jiwa, yang terdiri atas 150.522 jiwa laki-laki dan 168.398 jiwa perempuan. Laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Sikka tahun 2018 adalah 0,51 %. Rasio jenis
kelamin tahun 2018 adalah 89,7 yang berarti dari 100 perempuan hanya terdapat 89-90
laki-laki, atau penduduk laki-laki lebih sedikit dari pada penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk Sikka adalah 184 jiwa per km², yang terpadat adalah Kecamatan
Alok Timur dengan 2.363 jiwa per km². (RPI-JM Kab. Sikka, 2018)
Tabel 1.
2
Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan di Kabupaten Sikka
TAHUN
NO JENIS KENDARAAN
2015 2016 2017
dengan adanya penambahan panjang maupun lebar jalan juga menjadi salah satu
jalan yang ada di Kabupaten Sikka memiliki panjang keseluruhan 624,09 km.
Keseluruhan panjang tersebut dibagi atas tiga kewenangan jalan yaitu jalan
Nasional sepanjang 183,45 km, jalan Provinsi sepanjang 28,57 km, dan jalan
Kondisi permukaan jalan dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Pudya, 2008:81) yaitu :
1. Jalan dalam kondisi baik adalah jalan dengan permukaan rata dan tidak ada
gelombang
3. Jalan dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat, yaitu jalan dengan
terkelupas.
3
Faktor penyebab permasalahan lalu lintas dapat berasal dari unsur
me-manage lalu lintas yang biasa disebut manajemen dan rekayasa lalu
lintas di jalan.
majememen dan rekayasa lalu lintas di Kabupaten Sikka berupa penerapan jalan
satu arah yang diterapkan pada ruas jalan Wairklau – Kota Maumere, khususnya
pada ruas jalan depan SDK Maumere IV sampai pada persimpangan jalan Eltari.
dan Fasilitas Umum lainnya mengakibatkan meningkatnya arus lalu lintas yang
4
Kinerja Lalu Lintas sebelum dilakukan Sistem Satu Arah ( SSA ) pada jalan
Wairklau – Kota Maumere yang mengacu pada Standar Pedoma Kapasitas Jalan
Indonesia ( PKJI 2014 ). Sehingga dengan latar belakang masalah yang telah
dengan Judul ” Analisa Konsep Jalan Satu Arah Pada Ruas Jalan
Dari uraian di atas, maka permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah kinerja Lalu Lintas pada ruas jalan Wairklau – Kota Maumere,
2014 ?
5
1 Untuk mendapatkan gambaran Efektivitas dampak terhadap
Maumere.
bahan evaluasi untuk perbaikan terhadap kondisi yang ada pada saat
ini.
6
Sesuai judul yang dikemukakan, maka pembahasan dalam Studi Analisa ini
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan satu arah adalah jalan hanya diperbolehkan untuk arus lalu lintas
satu arah saja, arah yang sebaliknya menggunakan jalan paralel didekatnya.
Menurut Oglesby (1993: 409), Jalan satu arah adalah jalan dimana lalu lintas
kendaraan bergerak hanya satu jurusan saja. Di banyak kota, jaringan jalan di
dalam kota menggunakan basis operasi satu arah sedangkan arah lalu lintas
sepasang jalan satu arah merupakan jalan arteri lalu lintas utama.
simpul yang dihubungkan ke pusat zona. ruas jalan dapat berupa potongan
jalan raya atau kereta api. sedangkan simpul bisa berupa persimpangan, stasiun
jaringan jalan yang berupa jalan satu arah masing-masing mencerminkan satu
ruas jalan atau pergerakan membelok di persimpangan dan berakhir pada titik
jenis ruas jalan yang bersifat abstrak yang menghubungkan setiap pusat zona
8
Menurut Hobbs (1995: 271), untuk merancang jalan satu arah
yang tepat. Tata letak jenis grid adalah ideal karena memungkinkan adanya
pasangan jalan dengan kapasitas yang sama. Titik pemberhentian pada jalan
satu arah merupakan tempat kritis yang memerlukan perancangan yang hati-
masalah antara kendaraan satu dengan yang lainnya maupun antara kendaraan
dan pejalan kaki. Hal itu yang mendorong dilakukan penerapan jalan satu arah.
Jalan satu arah biasanya dilakukan dengan cara Jalan satu arah permanen dan
jalan satu arah sementara dimana pada saat jam sibuk dibuat jalan satu arah
Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu arah dengan lebar jalur lalu
lintas dari 5 meter sampai dengan 10,5 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini dari
sebagai berikut:
9
3. Tidak ada median
a. Meningkatkan kapasitas
b. Meningkatkan keselamatan
1). Pengurangan konflik antar arus kendaraan dan antar arus kendaraan
10
3). Perbaikan pada pengamatan di persimpangan bagi pengemudi.
mencapai suatu tujuan tertentu. Hal ini akan menambah biaya perjalanan.
apabila geometri jaringan jalan tidak beraturan serta marka dan rambu tidak
jelas.
d. Perubahan apa saja yang perlu dilakukan dalam perambuan, marka, lampu
11
f. Memperhitungkan pengaruh terhadap daerah-daerah pembangkit lalu lintas
sekitar jalan satu arah tersebut dan diperhitungkan pula pengaruh dari sistem
perparkirannya.
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah kegiatan yang dilakukan untuk
dan jalan desa yang terintegrasi, dengan mengutamakan hirarki jalan yang
lebih tinggi.
melalui tahapan perencanaan lalu lintas, pengaturan lalu lintas, rekayasa lalu
12
Pada tahap perencanaan lalu lintas meliputi :
meliputi :
(1) Data dimensi dan geometrik jalan terdiri dari panjang ruas jalan, lebar
jalan, jumlah lajur lalu lintas, lebar bahu jalan, lebar median, lebar
(3) Data lalu lintas meliputi antara lain volume dan komposisi lalu lintas,
operasi alat pemberi isyarat lalu lintas, jumlah dan lokasi kejadian
13
d. Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas dilakukan untuk
antara lain :
pengguna jalan.
Pada ruas jalan mencakup jalan satu arah, lajur pasang surut (tidal flow),
kebijakan lalu lintas atau ruas jalan dan/atau persimpangan tertentu. Aturan
14
lalu lintas yang bersifat perintah atau larangan dinyatakan dengan rambu-
rambu lalu lintas, marka jalan atau alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL).
Jika pada lokasi yang sama dipasang rambu-rambu lalu lintas, marka jalan
atau alat pemberi isyarat lalu lintas(APILL), maka urutan prioritas berupa
perintah atau larangan yang berlaku pertama yaitu alat pemberi isyarat lalu
lintas (APPILL), kedua rambu lalu lintas dan ketiga marka jalan.
nasional, Gubernur untuk jalan provinsi, Bupati untuk jalan kabupaten dan
15
kebijakan lalu lintas serta tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijakan
lalu lintas.
gerak persatuan waktu. Untuk mendapatkan data lalu lintas suatu jalan maka
dilakukan survai lalu lintas yang biasanya dilakukan oleh dinas perhubungan.
muatan sumbu.
skr/jam (Qskr), atau skr/hari (LHR). Namun volume dapat juga dinyatakan
maka ketika arus meningkat pada suatu ruas jalan dengan sendirinya waktu
Dimana :
16
Sedangkan, untuk menghitung persentasi setiap jenis kendaraan menggunakan
𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
Pjenis kendaraan = x 100% …………….…….. ( 2.2 )
𝑄𝑘𝑒𝑛𝑑/𝑗𝑎𝑚
Dimana :
P : persentase (%)
1. Penetapan Kapasitas ( C )
Menurut PKJI 2014, kapasitas jalan didefinisikan sebagai arus lalu lintas
maksimum dalam satuan kendaraan ringan per jam (skr/jam) yang dapat
dipertahankan sepanjang segmen jalan tertentu dalam kondisi tertentu, yaitu yang
melingkupi geometrik, lingkungan, dan lalu lintas. Menurut PKJI 2014, besarnya
C = Co x FCLJxFCspxFCHSxFCUK…………………………...( 2.3 )
FCLJ = Faktor penyesuaian kapasitas terkait lebar lajur atau jalur lalu lintas
17
FCHS = Faktor penyesuaian kapasitas terkait KHS pada jalan berbahu atau
berkereb
ideal, yaitu Jalan dengan kondisi geometrik lurus, sepanjang 300m, dengan
lebar lajur rata-rata 2,75m, memiliki kereb atau bahu berpenutup, ukuran
Co
Tipe Jalan Catatan
( skr/jam)
Nilai C0 disesuaikan dengan perbedaan lebar lajur atau jalur lalu lintas
(FCLJ), pemisahan arah (FCPA), Kelas hambatan samping pada jalan berbahu
18
Tabel 2.2. Faktor penyesuaian kapasitas akibat perbedaan lebar lajur atau jalur
lalu lintas, FCLJ
3,25 0,96
4/2 T atau Jalan satu arah
3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
6,00 0,87
7,00 1,00
2/2 TT
8,00 1,14
9,00 1,25
10,00 1,29
11,00 1,34
Tabel 2.3. Faktor penyesuaian kapasitas terkait pemisahan arah lalu lintas,
FCPA
19
Tabel 2.4. Faktor penyesuaian kapasitas akibat KHS pada jalan berbahu, FCHS
FCHS
Tipe KHS Lebar bahu efektif LBe, m
Jalan
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
SR 0,96 0,98 1,01 1,03
R 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 T S 0,92 0,95 0,98 1,00
T 0,88 0,92 0,95 0,98
ST 0,84 0,88 0,92 0,96
SR 0,94 0,96 0,99 1,01
2/2 T atau R 0,92 0,94 0,97 1,00
Jalan satu S 0,89 0,92 0,95 0,98
arah T 0,82 0,86 0,90 0,95
ST 0,73 0,79 0,85 0,91
Tabel 2.5. Faktor penyesuaian kapasitas akibat KHS pada jalan berkereb
dengan jarak dari kereb ke hambatan samping terdekat sejauh LKP, FCHS
FCHS
Tipe KHS Jarak: kereb ke penghalang terdekat LKP, m
Jalan
< 0,5 1,0 1,5 >2,0
SR 0,95 0,97 0,99 1,01
R 0,94 0,96 0,98 1,00
4/2 T S 0,91 0,93 0,95 0,98
T 0,86 0,89 0,92 0,95
ST 0,81 0,85 0,88 0,92
SR 0,93 0,95 0,97 0,99
2/2 T atau R 0,90 0,92 0,95 0,97
Jalan satu S 0,86 0,88 0,91 0,94
arah T 0,78 0,81 0,84 0,88
ST 0,68 0,72 0,77 0,82
Sumber : PKJI 2014
20
Tabel 2.6. Faktor penyesuaian kapasitas terkait ukuran kota, FCUK
kondisi dasar (ideal), maka semua faktor penyesuaian menjadi 1,0 dan kapasitas
menjadi sama dengan kapasitas dasar. FCHS untuk jalan 6-lajur dapat ditentukan
dengan menggunakan nilai FCHS untuk jalan 4/2T yang dihitung menggunakan
rumus berikut :
keterangan:
FC6HS adalah faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam-lajur
FC4HS adalah faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empat-lajur
2. Derajat Kejenuhan ( Dj )
segmen jalan. Nilai DJ menunjukkan kualitas kinerja arus lalu lintas dan bervariasi
antara nol sampai dengan satu. Nilai yang mendekati nol menunjukkan arus yang tidak
jenuh yaitu kondisi arus yang lengang dimana kehadiran kendaraan lain tidak
21
arus pada kondisi kapasitas, kepadatan arus sedang dengan kecepatan arus tertentu
yang dapat dipertahankan selama paling tidak satu jam. DJ dihitung menggunakan
rumus berikut :
DJ = Q / C………………………………………….... ( 2.5 )
keterangan:
C adalah kapasitas,skr/jam
VT pada suatu kondisi jalan tertentu terkait dengan geometrik, arus lalu lintas,
dan lingkungan jalan baik untuk kondisi eksisting maupun untuk kondisi
Persyaratan teknis jalan menetapkan bahwa untuk jalan arteri dan kolektor, jika
lajur jalan. Untuk jalan lokal, jika DJ sudah mencapai 0,90, maka segmen jalan
22
tersebut sudah harus dipertimbangkan untuk ditingkatkan kapasitasnya.
Cara lain untuk menilai kinerja lalu lintas adalah dengan melihat DJ
kapasitasnya.
secara keseluruhan.
kondisi dasar (ideal), maka dapat disusun Tabel 2.7 untuk membantu
dan VT yang diturunkan dari empat data masukan, yaitu 1) ukuran kota; 2) Tipe
23
Tabel 2.7. Kondisi dasar untuk menetapkan kecepatan arus bebas dasar dan kapasitas
dasar Spesifikasi penyediaan prasarana jalan
a. Memperkirakan kinerja lalu lintas pada berbagai tipe jalan dengan LHRT
atau qJP tertentu. Interpolasi linier dapat dilakukan untuk nilai arus yang
tipe jalan dalam batas derajat kejenuhan dan kecepatan yang diijinkan.
tidak sesuai dengan kondisi yang diamati, maka Tabel 2.7 masih dapat
24
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Kondisi eksisting:
keterangan:
3) Hitung arus lalu lintas jam desain yang disesuaikan (qJP -disesuaikan) dalam
kend/jam.
25
qJP – disesuaikan = k x LHRT x Pek (kend/jam……………… ( 2.9 )
Pas
4) Gunakan nilai qJP -disesuaikan untuk perhitungan kinerja lalu lintas dan
Jika kondisi aktual sangat berbeda dari kondisi anggapan dasar, maka nilai
dasar yang diperlukan untuk dapat menggunakan Tabel 6 adalah mengubah LHRT
yang berlainan.
2) jika lebar jalur lalu lintas untuk segmen yang dianalisis sangat
3) jika hambatan samping berbeda lebih dari satu kelas dengan anggapan
kondisi dasar.
26
2.5. Peneliti Tedahulu
pada tahun 2000 menjadi 707 jiwa/km² pada tahun 2010. Perkembangan
pembangunan di kota Jember yang cukup pesat dan adanya beban lalu lintas
terhadap ruas jalan tertentu yang mengakibatkan level of service (los) dengan
lintas pada beberapa ruas jalan (Jl.A.Yani, Jl.Gajah Mada), serta belum ada
satu arah pada pusat kota Jember. Menurut perhitungan adapun ruas jalan yang
mengalami level of service rendah adalah Jl. A. Yani dengan derajat kejenuhan
0,8638. Begitu pula yang terjadi pada ruas Jl.Gajah Mada dari arah barat-timur
sebelum dan sesudah diberlakukan penataan sistem lalu lintas satu arah adalah
dengan mengikuti prosedur perhitungan Formulir UR-1, UR-2 dan UR-3 dalam
kejenuhan (DS) sebagai patokan kinerja lalu lintas. Penelitian ini juga
27
nilai Derajat Kejenuhan dan Kecepatan pada arus lalu lintas antara sebelum
perubahan arus lalu lintas tidak mengalami perubahan yang signifikan terhadap
2. Evaluasi Kinerja Jalan Pada Penerapan Sistem Satu Arah Di Kota Bogor.
Riyadi Suhandi, Budi Arief , Andi Rahmah. 2017. Universitas Pakuan
Penerapan jalur Sistem Satu Arah (SSA) pada ruas jalan yang
dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Penerapan jalur SSA dilakukan sebagai
upaya untuk mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi pada jalur tersebut.
Maksud penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengevaluasi kinerja jalan pada
Penerapan Sistem Satu Arah (SSA) di Kota Bogor, sedangkan tujuannya untuk:
menghitung karakteristik arus lalu lintas dan mengevaluasi kinerja ruas jalan
Sistem Satu Arah. Data volume lalu lintas sebelum penerapan SSA pada jalan
jalan Ir. H. Djuanda 5130.0 smp/jam dan jalan Jalak Harupat 2610.4 smp/jam,
sedangkan volume lalu lintas setelah penerapan SSA pada jalan Pajajaran
adalah 3343 smp/jam, jalan Otto Iskandardinata 4659 smp/jam, jalan Ir. H.
Djuanda 4285 smp/jam dan jalan Jalak Harupat 3132 smp/jam. Hasil evaluasi
kinerja jalan sebelum penerapan dan sesudah penerapan SSA yaitu; pada jalan
28
Pajajaran turun dari 0.61 menjadi 0.59, jalan Otto Iskandardinata turun dari
0.77 menjadi 0.73, jalan Ir. H. Djuanda turun dari 0.79 menjadi 0.67dan jalan
Jalak Harupat turun dari 0.76 menjadi 0.65. Perbandingan Level of Service
setelah dan sebelum penerapan SSA pada segmen jalan Otto Iskandardinata,
jalan Ir. H. Djuanda dan jalan Jalak Harupat meningkat dari D menjadi C,
lapangan dan wawancara. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Hal ini
dengan populasi seluruh ruas jalan yang diberlakukan jalan satu arah pada
kelas jalan arteri, kolektor dan lokal. Analisis data yang digunakan adalah
pertimbangan unsur atau variabel yang memiliki daya dukung yang tinggi
terhadap objek penelitian diberi nilai yang tinggi dan variabel yang memiliki
sebagai dasar pengelompokan untuk kelas jalan Arteri dan Kolektor. Hasil
29
penelitian dan analisis data divisualisasikan dalam peta jalan satu arah dan peta
yang diberlakukan jalan satu arah berada di pusat kota. Terdapat 29 jalan dari
Perkembangan dan perubahan ruas jalan satu arah terjadi pada ruas ruas jalan
tertentu yaitu Jalan Slamet Riyadi, Jalan Hasanudin, dan Jalan Mayor Sunaryo .
Pada tahun 2003 terdapat 47 ruas jalan yang diberlakukan jalan satu
ruas jalan. Pada tahun 2010 terdapat 52 ruas jalan yang diberlakukan jalan satu
kondisi geometrik kurang sesuai dan kondisi geometrik sesuai dengan standar
minimal yaitu a) Lebar jalur lalu-lintas tujuh meter, (b) Lebar bahu efektif
paling sedikit 2 m pada setiap sisi, (c) Tidak ada median, (d) Hambatan
samping rendah, (e) Ukuran kota 1,0 - 3,0 juta, (f) Tipe alinyemen datar. Jalan
yang termasuk kategori sesuai antara lain : Jalan Wora-Wari, Jalan Kalitan,
Jalan Slamet Riyadi, Jalan Mayor Sunaryo, Jalan Alun-Alun Utara, Jalan
Siswo, Jalan Sutan Syahrir, Jalan Sugio Pranoto, Jalan Saharjo, dan Jalan
Kapten Mulyadi. Sedangkan yang termasuk kategori kurang sesuai antara lain :
30
Gede Sala, Jalan Supit Urang, Jalan Kalilarangan, Jalan Hasanudin, Jalan RM
Said, Jalan Kahar Muzakir, Jalan Teuku umar, Jalan S.Parman, Jalan
Ahmad Dahlan.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam
1. Data Primer
penelitian. Adapun data primer yang didapat dalam penelitian ini berupa
dari arah kantor PLN Maumere sampai pada simpang jalan Eltari depan kantor
Golkar. Sesi jalan yang disurvey adalah sepanjang ±350 dengan titik
32
pengamatan di depan SDK Tingkat Maumere sampai pada Kantor Statistik
Kabupaten Sikka.
Lokasi Penelitian :
Jln. Wairklau, Kota
Maumere
Titik Pengamatan :
Depan SDK Tingkat
Maumere
Lokasi Penelitian :
Jln. Wairklau, Kota Maumere,
Prov. NTT
33
3.3. Peralatan Penelitian
Peralatan yang diperlukan atau dibutuhkan pada penelitian ini adalah antara lain
3. Roll Meter
34
Gambar 3.4 Roll meter
Sumber : Google, 2020
4. Kamera
1. Survey pendahuluan
35
a. Penentuan lokasi pengamatan,
sesungguhnya
lapangan.
setiap arah lalu lintas. Target data yang akan dicatat melalui formulir
a. Kendaraan ringan ( KR )
b. Kendaraan berat ( KB )
c. Sepeda motor ( SM )
36
2. Survey Hambatan Samping
survey volume lalu lintas. Target data hambatan samping yang akan
a. Hari senin
b. Hari selasa
c. Hari rabu
Sedangkan untuk jam penelitian akan di laksanakan pada jam-jam sibuk selama
37
3.7. Analisa Data
kinerja arus lalu lintas di Jalan Wairklau - Kota Maumere dengan mengacu
persamaan ( 2.2 )
2. Penetapan kapasitas kendaraan diambil dari data volume arus lalu lintas
2.6.
tabel 2.7.
4. Analisa konsep jalan satu arah pada ruas jalan Wairklau kota Maumere
38
Penelitian ini direncanakan berdasarkan pada tahapan-tahapan seperti pada bagan
berikut ini :
Mulai
Survey pendahuluan
Data primer :
1. Volume arus lalu lintas
2. Hambatan samping
3. Dokumentasi
Rekapitulasi data
Kesimpulan
Selesai
39