Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaran lalu lintas dan angkutan tidak saja mengatur lalu lintas

kendaraan barang dan jasa, melainkan juga mengatur mengenai keselamatan

pengguna jalan kaki. Hal ini sebagaimana diatur pada Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khusus pada Pasal 131

menyatakan bahwa “Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung

berupa trotoar, tempat penyeberangan dan fasilitas lain, pejalan kaki berhak

mendapatkan prioritas pada saat menyeberang jalan di tempat penyeberangan, dan

dalam hal belum tersedia fasilitas sebagaimana dimaksud tadi, pejalan kaki berhak

menyeberang di tempat yang dipilih dengan memperhatikan dirinya. Ada dua

poin penekanan Undang-Undang tersebut, Pertama bahwa setiap orang

mendapatkan hak yang sama dalam layanan lalu lintas tak terkecuali pejalan kaki.

Bahkan ada penekanan prioritas bagi pejalan kaki pada titik yang diperuntukan

untuk penyeberangan. Kedua yang menjadi perhatian adalah bagi pejalan kaki

mesti diberikan jaminan fasilitas (sarana dan prasarana) saat melakukan

penyeberangan seperti trotoar, dan tempat penyeberangan seperti Tempat

Penyeberangan Orang (JPO).

Sarana dan prasarana pejalan kaki untuk menyeberangan bertujuan untuk

memfasilitasi dan menjamin keselamatan pergerakan pejalan kaki dari satu tempat

ke tempat lain (tujuan). Sarana dan prasana ini diperlukan terutama pada kawasan

yang mobilitas penduduknya tinggi seperti di perkotaan. Keharusan sutau kota

menyediakan sarana dan prasana penyeberangan seperti JPO juga diamantkan


2

dalam Peraturan Menteri PU No.03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan,

Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di

Kawasan Perkotaan.

Kebutuhan pembangunan JPO untuk tujuan sebagaimana disebutkan di

atas, seiring dengan semakin padat lalu lintas sebagai akibat dari pertumbuhan

jumlah kendaraan. Dengan kata lain, meningkatkan jumlah kendaraan baik roda

empat maupun roda dua membuat jalan semakin padat. Dua hal ini menjadi hal

yang tidak terpisahkan, sekaligus melahirkan problematika dalam layanan lalu

lintas jalan kaitanya dengan pengaturan hak pejalan kaki.

Fenomena peningkatan dan kepadatan kendaraan juga terjadi Kota

Kendari. Dinas Perhubungan Kota Kendari dan Dinas PU Kota Kendari merilis

bahwa selama tahun 2010 jumlah lintasan kendaraan dalam kota sekitar 5.000 unit

terdiri dari roda empat sekitar 4.000 unit, dan roda dua 1.000 unit. Kemudian

tahun 2017, roda empat meningkat menjadi 16.000 unit. Peningkatan tersebut

sejalan dengan angka kendaraan terjual/terbeli oleh warga Kota Kendari sekitar 3

ribut unit sepanjang tahun 2007-2017 (Antarasultra, 2017). Jumlah kendaraan di

Kota Kendari setiap tahun terus meningkat. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

(2022) merilis jumlah kendaraan yang bersumber dari Samsat se-Sulawesi

Tenggara dan Badan Pendapatan Daerah Sulawesi Tenggara bahwa jumlah

kendaraan di Kota Kendari tahun 2019 sebanyak 82.719 unit, kemudian tahun

2020 naik menjadi 71.677 unit, dan tahun 2021 menjadi 110.713 unit. Jumlah

tersebut terdiri dari jenis Bus, Mobil Penumpang dan Kendaraan Pribadi, Truk,

dan Sepeda Motor (roda dua). Dilihat dari distribusi jenis kendaraan yang

melintas sepanjang jalan dalam Kota Kendari didominasi oleh sepeda motor rata-
3

rata sekitar 67%, dan sisanya adalah jenis mobil (33%). Perkembangan jumlah

kendaraan menurut jenis selengkapnya disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Di Kota Kendari


Tahun 2019-2021
Jenis Kendaraan (Unit)
Jumlah
No. Tahun Mobil Penumpang Sepeda
Bus Truk (Unit)
dan Pribadi Motor
1 2019 80 19.260 6.017 57.362 82.719
2 2020 78 17.933 5.379 48.287 71.677
3 2021 97 27.582 8.855 74.179 110.713
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara (2022)

Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Kendari juga dilaporkan oleh

Lagega dkk., (2020) dalam studinya bahwa jumlah kendaraan Kota Kendari pada

tahun 2014 sebanyak 56.076 unit dan tahun 2018 menjadi 94.078 unit. Kendaraan

yang melintas umumnya memadati jalan-jalan utama (sekunder), sehingga ada

konsentrasi kendaraan pada ruas tersebut yang pada akhirnya berkontribusi pada

kepadatan lalu lintas hingga kemacetan.

Beberapa jalur terpadat yang dilalui jalan sekunder di Kota Kendari adalah

ruas Kota Lama – Mandonga – Wua-wua – Anduonuhu atau ke Lepo-Lepo

melalui jalan (Jl) Jl. Mayjen Sutoyo-Jl. Dr. Sam Ratulangi-Jl. H. Andu Silondae-

Jl. Jend. Ahmad Yani menuju Jl. MT Haryono atau ke Jl. Budi Utomo. Jalur lain

yang memiliki tingkat kepadatan lalu lintas adalah jalur sepanjang Baypas dari

Kendari Beach – Wua-wua dan/atau Anduonuhu.

Pada jalur kota lama hingga ke Wua-wua, terdapat konsentrasi mobilitas

masyarakat Kota Kendari dengan daya tariknya (bangkitan pergerakan) adalah

keberadaan pusat perbelanjaan seperti Mall Mandonga, Lippo Plaza, Rabam-Pasar

Buah, Maxcell dan layanan lain. Pendorong mobilitas lain yang berkontribusi
4

pada kepadatan lalu lintas pada jalur tersebut adalah keberadaan beberapa kampus

seperti Universitas Muhammadiya Kendari, Universtas Halu Oleo, Universtas

Mandala Waluya, Poltekes dan beberapa kampus lain. Konsentrasi kepadatan lalu

lintas pada jalur tersebut dapat dilihat dari potensi kemacetan akibat tundaraan

kendaraan (kapasitas jalan tidak lagi mendukung jumlah kendaraan). Hal ini

diungkapkan oleh Lagega dkk., (2020) bahwa ada lima titik yang memiliki tingkat

kepadatan tinggi dan pada waktu tertentu terjadi kemacetan. Kelima titik tersebut

adalah pada ruas jalan M.T. Haryono tepatnya di depan Lippo Plaza; dan Jl.

Brigjend M.T. Haryono berada di depan Mexcell Depo Teknik dan Bangunan.

Kepadatan lalu lintas Kota Kendari jika tidak diimbangi dengan

ketersediaan sarana dan prasarana pejalan kaki, melahirkan banyak konsekuensi

seperti kecelakan (menabrak pejalan kaki yang menyeberang). Pada kasus lain,

bila tidak ada fasilitas penyeberangan akan menyebabkan tundaraan kendaraan

yang pada ahirnya terjadi kemacetan. Hal ini bisa saja terjadi, sebab beberapa

troktoar yang ada tidak memadai untuk digunakan bagi pejalan kaki (Yunus dkk.,

2020). Atas dasar ini, menurut peneliti perlu ada pembangunan Jembatan

Penyeberangkan Orang (JPO) khususnya pada ruas-ruas jalan yang padat.

Rahman dkk., (2017) menyebutkan bahwa analisis kelayakan pembangunan JPO

dapat dilakukan dari penilaian aspek teknis, sosial budaya, dan ekonomi.

Selanjutnya studi Yunus dkk., (2020) menyarakan agar penelitian kelayakan

pembangunan JPO perlu mamasukan analisis volume lalu lintas.

Berangkat dari ulasan fenomana (gap), serta keterbatasan dan saran studi

terdahulu di atas, maka penelitian ini akan menganalisis kelayakan pembangunan

JPO di Kota Kendari. Analisis kelayakan, selian menggunakan aspek teknik, dan
5

sosial (sebagaimana dilakukan oleh Rahman dkk., 2017) juga mempertimbangan

aspek kepadatan lalu lintas (saran Yunus dkk., 2020) untuk mendukung aspek

teknik terutama penentuan lokasi pembangunan JPO.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diulas, maka permasalahan yang

hendak dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kelayakan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

berdasarkan penilaian dari kepadatan lalu lintas dan pejalan kaki, teknik, dan

sosial di Kota Kendari, serta

2. Dimana saja lokasi (sebaran) pembangunan JPO berdasarkan penilaian dari

kepadatan lalu lintas dan pejalan kaki, teknik, dan sosial di Kota Kendari.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Kelayakan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) berdasarkan

penilaian dari kepadatan lalu lintas dan pejalan kaki, teknik, dan sosial di

Kota Kendari, serta

2. Sebaran lokasi pembangunan JPO berdasarkan penilaian dari kepadatan lalu

lintas dan pejalan kaki, teknik, dan sosial di Kota Kendari.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:


6

1. Manfaat teoritis adalah pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal

manajemen keselamatan mobilitas masyarakat pengguna jalan melalui

pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

2. Manfaat praktis penelitian adalah:

a. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Kendari dalam hal

perencanaan keselamatan jalan melalui pembangunan JPO,

b. Sebagai rujukan Pemerintah Kota Kendari dalam pembangunan JPO,

serta

c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin

mengembangkan penelitian ini.

1.5 Ruang Lingkup (Batasan) Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sekaligus membatasi lingkup kajian penelitian.

Analisis kelayakan pembangunan JPO di Kota Kendari dilakukan pada dua lingkup

yakni materi dan wilayah/lokasi. Kedua lingkup tersebut memiliki batasan yang

diporsikan sebagai variabel atau fokus analisis dan indikator analisis masing-masing

variabel. Lingkup dan batasan penelitian dimaksud disajikan pada Tabel 1.2 berikut,

Tabel 1.2. Batasan Penelitian Menurut Lingkup, Variabel, dan Indikator Analisis
Lingkup Satuan
No. Variabel (Fokus) Indikator
Analisis Operasional
1. Materi: a. Kepadatan lalu Jumlah (volume) lalu unit/hari
Kelayakan lintas lintas harian (LHR)
pembangunan Jumlah pejalan kaki pada orang/hari
JPO ruas jalan pada LHR
terpadat
b. Teknik (rencana Survei Koordinat
pembangunan pengambilan/penentuan
JPO) titik atau lokasi
pembangunan JPO
berdasarkan data LHR
dan jumlah pejalan kaki
(melakukan
penyeberangan)
7

Lingkup Satuan
No. Variabel (Fokus) Indikator
Analisis Operasional
c. Sosial Persepsi masyarakat Sangat perlu,
(melakukan perlu dan
penyeberangan jalan) tidak perlu
tentang perlu dan tidaknya
JPO
2. Wilayah Ruas jalan primer Ruas jalan primer yang Nama ruas
(lokasi) di Kota Kendari potensial memiliki jalan, objek
kepadatan lalu lintas. tujuan
Ruas ini adalah jalur jalan penyeberang
sepanjang Kota Lama jalan (pusat
hingga Anduohu simpang perbelanjaan,
Lepo–Lepo tepatnya pada dan lainnya)
ruas Jl. Mayjen Sutoyo-Jl.
Dr. Sam Ratulangi-Jl. H.
Andu Silondae-Jl. Jend.
Ahmad Yani menuju Jl.
MT Haryono atau ke Jl.
Budi Utomo.

1.6 Sistematika Penulisan

Proposal penelitian ini disajikan terdiri dari tiga (3) Bab, dimulai dari

Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, dan Metodologi. Bagian akhir dilengkapi dengan

Daftar Pustaka, serta Lampiran. Sistematika penulisan proposal ini selengkapnya

diuraikan sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Berisikan ulasan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

penelitian. Bagian Bab ini juga disajikan ruang lingkup penelitian, dan sistematika

penulisan sendiri.

Bab II. Kajian Pustaka

Bab ini mengulas mengenai penelitian terkait yang relevan atau penelitian terdahulu.

Bagian kedua membahas landasan teori, dan ketiga adalah kerangka pikir penelitian.

Bab III. Metode Penelitian


8

Bab ini mengulas metode dalam menjawab masalah sesuai dengan pendekatan ilmiah

(jelas dan terukur). Ulasan Bab ini diantaranya adalah desain penelitia; waktu dan

tempat; informan (populasi dan sampel); variabel atau fokus analisis; definisi

operasional; jenis, sumber, dan teknik pengumpulan data; serta teknik analisis

data.

Daftar Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai