PENDAHULUAN
1
2
selama seminggu, mulai dari hari senin-minggu. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana kinerja simpang tersebut.
Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang penulis ajukan terkait penelitian
yang akan dilakukan dapat disajikan sebagai berikut:
1. Simpang Adi Mulya merupakan salah satu simpang penghubung dan jalur
alternatif antara beberapa ruas jalan diantaranya Adi Mulya, Jalan Raya
Tambakrejo dan Jalan Raya Kendalpayak. Hal ini menyebabkan tingginya
beban arus yang melalui simpang tersebut sehingga mengganggu fungsi
pelayanan tersebut, terutama pada jam-jam sibuk.
2. Kurang tertibnya pengguna kendaraan yang melewati simpang tersebut.
3. Kegiatan parkir di Jalan tersebut menyebabkan berkurangnya lebar badan
jalan yang digunakan untuk menampung arus lalulintas, sehingga hal ini akan
menurunkan kinerja ruas jalan.
4. Aktivitas pejalan kaki dan penyeberang jalan serta kurangnya fasilitas berupa
trotoar yang berada disisi kiri dan kanan jalan sehingga pejalan kaki dan
penyeberang jalan selalu berjalan dibagian badan jalan.
5. kendaraan yang keluar masuk dari area Rumah Sakit, dan dari gang – gang
kecil diseputaran simpang
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai pedoman dan refrensi
yang akan melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik
5
Analisa Tingkat Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Jalan Raya Adi
Mulya - Jalan Raya Tambakrejo - Jalan Raya Kendalpayak.
2. Bagi Pemerintah
Bagi Pemerintah/Dinas Perhubungan dan Bina Marga : menjadi masukan
untuk mengoptimalkan kinerja jalan pada Simpang Tiga Tak Bersinyal
Jalan Raya Adi Mulya-Jalan Raya Tambakrejo - Jalan Raya Kendalpayak.
3. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dengan kondisi
sesungguhnya yang terjadi di lapangan agar dapat di terapkan nanti di
dunia kerja
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PKJI 2014, simpang tak bersinyal adalah jenis simpang yang paling banyak
terdapat di daerah perkotaan. Jenis simpang ini cocok untuk di terapkan apabila arus
lalu lintas di jalan minor dan pergerakan membelok relatif kecil, namun kondisi
simpang yang akan diteliti tidak menunjukkan karakteristik tersebut
1. Pencapaian DJ ≤ 0.8
2. Mempertimbangkan keselamatan lalu lintas
3. Paling ekonomis, sesuai dengan kebutuhan dan kinerja lalu lintas yang
diharapkan.
4. mempertimbangkan dampaknya terhadap Lingkungan
Menurut Hobbs (1995), arus lalu lintas dari berbagai arah akan bertemu pada
suatu titik persimpangan, kondisi tersebut menyebabkan terjadinya konflik antara
pengendara dari arah yang berbeda. Konflik antar pengendara dibedakan menjadi dua
titik konflik yang meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Konflik primer, yaitu konflik antara lalu lintas dari arah memotong.
2. Konflik sekunder, yaitu konflik antara arus lalu lintas kanan dan arus lalu
lintas arah lainnya atau antara arus lalu lintas belok kiri dengan pejalan kaki
7
Dalam suatu sistem lalu lintas tidak lepas dari istilah persimpangan. Disetiap
daerah dari perkotaan sampai semi perkotaan sering dijumpai adanya persimpangan.
Persimpangan menjadi faktor penting penentu kapasitas dan waktu perjalanan.
Simpang dapat diatur dengan memberi kanalisasi berupa marka atau pulau-pulau lalu
lintas, sehingga dapat mempertegas arah pergerakan kendaraan. Morlok (1998)
menjelaskan simpang berdasarkan cara pengaturannya dikelompokkan menjadi dua,
yaitu simpang tak bersinyal dan simpang bersinyal.
mengatur arus lalu lintas yang terdiri dari tiga warga, yaitu hijau, kuning, dan
merah.
Hitungan pada pertemuan jalan atau simpang tak bersinyal menggunakan PKJI
2014 yaitu melakukan analisis terhadap kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan
peluang antrian.
memberikan informasi lebar jalan, batas sisi jalan, lebar bahu, lebar median serta
petunjuk arah untuk setiap lengan simpang, jalan Mayor diberi notasi B dan D
sedangkan jalan Minor diberi notasi A dan C. Notasi ditunjukkan seperti gambar
Abubakar, dkk., (1995), berpendapat bahwa sasaran yang harus dicapai pada
pengendalian suatu persimpangan yaitu:
Dengan :
Pertama, harus dihitung lebar rata-rata pendekat jalan Mayor (LRP BD) dan lebar rata-
rata pendekat jalan Minor (L RP AC) yaitu rata-rata lebar pendekat dari setiap kaki
Simpangnya. Berdasarkan lebar rata-rata pendekat, tetapkan jumlah lajur pendekat
sehingga tipe Simpang dapat ditetapkan.
Tabel 2. 3 Penetapan Lebar Rata-rata Pendekat (LRP)
Lebar rata-rata pendekat Mayor (B-D) dan Minor (A- Jumlah lajur
C) (untuk kedua arah
b+2
d
2
LRP BD= <5,5 m
2
LRP AC ≥ 5,5 m 4
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
Untuk Tipe Simpang 424 dan 444 = FLP = 0,62 + 0,0740 LRP
Untuk Tipe Simpang 324 atau 344 = FLP = 0,70 + 0,0646 LRP
14
2.5.6 Faktor Koreksi Lingkungan Jalan, Kriteria Hambatan Samping (FHS) dan
Rasio Kendaraan Tak Bermotor
PKJI 2014, Pengkategorian tipe lingkungan dan hambatan samping, sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan masing-masing pada Tabel 2.6 dan 2.7 yang
keseluruhannya digabungkan menjadi satu nilai termasuk rasio Kendaraan Tak
Bermotor (RKTB), disebut faktor koreksi Hambatan Samping (FHS) ditunjukkan dalam
Tabel 2.8 dibwah ini.
Tabel 2. 6 Tipe Lingkungan Jalan
Hambatan Samping
Tinggi Arus berangkat pada tempat masuk dan keluar Simpang
terganggu dan berkurang akibat aktivitas samping jalan di
sepanjang pendekat.
Sedang Arus berangkat pada tempat masuk dan keluar Simpang
sedikit terganggu dan sedikit berkurang akibat aktivitas
samping jalan di sepanjang pendekat.
Rendah Arus berangkat pada tempat masuk dan keluar Simpang
tidak terganggu dan tidak berkurang oleh hambatan
samping.
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
Tabel 2.8 FHS Sebagai Fungsi dari Tipe Lingkungan Jalan, HS dan RKTB
Tipe Kelas Hambatan Faktor Koreksi Hambatan Samping (FHS)
lingkungan Samping (HS) RKTB:0,00 0,05 0,03 0,15 0,20 >0,25
jalan
Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,71
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Pemukiman Tinggi 0,96 0,91 0,87 0,82 0,77 0,72
Sedang 0,97 0,92 0,88 0,83 0,78 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,89 0,84 0,79 0,74
Akses Tinggi /Sedang/ 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
Terbatas Rendah
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
Keterangan:
FBKi = Faktor koreksi arus belok kiri.
RBKi = Rasio belok kiri.
17
424 & 444 1,66 × RMi4 − 33,3 × RMi3 + 25,3 0,1 – 0,3
× RMi2 − 8,6 × RMi + 1,95 1,11
× RMi2 − 1,11 × RMi + 1,11 0,3 – 0,9
324 & 244 16,6 × RMi4 − 33,3 × RMi3 + 25,3 0,1 – 0,3
× RMi2 − 8,6 × RMi + 1,95 1,11
× RMi2 − 1,11 × RMi + 1,11 0,3 – 0,5
−0,595 × RMi2 + 0,555 × RMi 0,5 – 0,9
+ 0,69
DJ = q / C
Keterangan
q = Semua arus lalu lintas yang masuk Simpang dalam satuan skr/jam. q
dihitung menggunakan rumus
q = qkend x Fskr
C : Kapasitas (skr/jam)
Tabel 2. 11 Tabel Ekivalen Kendaraan Ringan untuk KS dan SM
Jenis kendaraan ekr
QTOTAL ≥ 1000 QTOTAL < 1000
skr/jam skr/jam
KR 1,0 1,0
KS 1,8 1,3
SM 0,2 0,5
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
PKJI 2014, tundaan terjadi karena dua hal, yaitu tundaan lalu lintas (T LL) dan
tundaan geometrik (TG). Tundaan lalu lintas adalah tundaan yang disebabkan oleh
interaksi antara kendaraan dalam arus lalu lintas Tundaan lalu lintas dibedakan dari
seluruh simpang, dari jalan Mayor saja atau jalan Minor saja. Waktu Tundaan (T)
T = TLL + TG)
Keterangan:
TLL = Tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor yang
masuk Simpang dari semua arah, dapat dihitung menggunakan
persamaan di bawah atau ditentukan dari kurva empiris sebagai fungsi
dari DJ dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Untuk DJ ≤ 0,60: TLL = 2 + 8,2078 DJ – (1 – DJ)2
1,0504 2
Untuk DJ > 0,60 : TLL = -(1-DJ)
(0,2742-0,2042 DJ)
21
1,0503 1,8
Untuk DJ > 0,60 : TLL = -(1-DJ)
(0,3460-0,246 DJ)
22
Gambar 2.6 Tundaan Lalu Lintas Jalan Mayor Sebagai Fungsi dari DJ
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
Keterangan:
Keterangan:
TG = Tundaan geometrik, detik/skr
RB = Rasio arus belok terhadap arus
Total Simpang DJ = Derajat kejenuhan
Peluang antrian (PA) dinyatakan dalam rentang kemungkinan (%) dan dapat
Gambar 2.7 PA tergantung dari DJ Nilai derajat kejenuhan (DJ) digunakan sebagai
Keterangan:
PA = Peluang antrian
DJ = Derajat Kejenuhan
Penilaian Kinerja
Untuk mencapai kinerja simpang yang baik, maka perlu dilakukan terhadap
analisis simpang dengan penilaian kinerja simpang. Kementerian PU, (2014)
menjelaskan cara melakukan penilaian kinerja dengan melihat nilai derajat
kejenuhan, yaitu (DJ ≤ 0,85). Jika nilai DJ yang diperoleh terlalu tinggi (misal > 0,85),
maka perlu dilakukan perubahan desain ulang yang berkaitan dengan lebar pendekat
dan membuat perhitungan baru. Hal itu dilakukan agar meningkatkan pelayanan
simpang, utamanya dengan penambahan lebar rata-rata pendekat atau manajemen lalu
lintas yang lain untuk memungkinkan arus lalu lintas masuk simpang berkurang.
Besarnya nilai DJ mempengaruhi nilai T dan PA. Nilai T ini dapat digunakan untuk
menganalisis biaya manfaat akibat kehilangan nilai waktu Sedangkan nilai PA
digunakan untuk mengevaluasi desain geometrik terkait panjang lajur khusus untuk
lajur membelok agar antrian yang terbentuk tidak menghalangi arus lalu lintas pada
lajur utama dan ketersediaan ruang untuk menampung kendaraan yang antri, sehingga
tidak menutupi pergerakan kendaraan-kendaraan pada simpang yang berdekatan
(Kementerian PU, 2014).
25
Celsilya Iryon Keke - Untuk mengetahui Kinerja Penulis dapat Perbandingan dengan penelitian
(2021) Analisa kinerja kinerja simpang tak simpang tak mengetahui kinerja ini adalah pada variabel penelitian
bersinyal Jalan Eltari
simpang tak bersinyal bersinyal simpang tak bersinyal yang mana tujuan penelitian
Ende terhadap arus
jalan eltari Ende, nusa lalu lintas. serta hambatan apa saja berbeda diantaranya penelitian
tenggara timur - Untuk mengetahui yang mempengaruhi lalu sebelumna mengetahui Kinerja
hambatan apa saja
lintas di setiap ruas jalan simpang tak bersinyal
yang mempengaruhi
lalu lintas di setiap simpang tak besinyal. Tetapi peneliti mengetahui Berapa
ruas jalan simpang tak besar kapasitas pada simpang tiga
besinyal Jalan Eltari
tak bersinyal
Ende.
- Untuk mengetahui
apa solusi yang paling
optimal agar simpang
tak bersinyal Jalan
Eltari Ende dapat
digunakan oleh
masyarakat senyaman
mungkin.
Gusmulyani (2020). - Untuk memperbaiki kinerja Penulis dapat Perbandingan dengan penelitian
Optimalisasi Kinerja kinerja simpang agar simpang saat mengevaluasi kinerja ini adalah pada variabel penelitian
26
Simpang Tiga Tak dapat berfungsi ini, dan persimpangan yang mana tujuan penelitian
Bersinyal (Studi optimal sebagaimana manajemen berdasarkan MKJI 1997, berbeda diantaranya penelitian
Kasus Simpang Tiga mestinya lalu-lintas merencanakan siklus sebelumna memperbaiki kinerja
Smkn1) - Untuk mengevaluasi waktu lampu lalu lintas simpang agar dapat berfungsi
kinerja persimpangan (traffic light). optimal sebagaimana mestinya
Faisol Dwi Prasetyo - Mengevaluasi kembali kinerja Ruas Penulis dapat mengetahui Perbandingan dengan penelitian
(2019) Evaluasi kinerja Ruas Jalan jalan diwaktu 5 kinerja Ruas jalan ini adalah pada variabel penelitian
kinerja simpang tiga saat ini. tahun kedepan diwaktu 5 tahun kedepan yang mana tujuan penelitian
tak bersinyal di jalan - Mengevaluasi simpang dan dan Menganalisis berbeda diantaranya penelitian
Raya lumajang - Tiga tak bersinyal mengevaluasi alternatif pemecahan sebelumna untuk Mengevaluasi
probolinggo desa saat ini. simpang Tiga tak masalah yang terjadi kembali kinerja Ruas Jalan saat
kebonan - Menganalisa kinerja bersinyal saat ini. pada ruas Jalan tersebut. ini mengevaluasi simpang Tiga
Kec. Klakah kab. Ruas jalan diwaktu 5 tak bersinyal saat ini menganalisa
Lumajang tahun kedepan. kinerja Ruas jalan diwaktu 5
- Menganalisa simpang
27
Yoza Wildan Fahmi - Untuk menganalisa kinerja simpang Penulis dapat mengetahui Perbandingan dengan penelitian
(2019). Analisa kinerja bagaimana waktu dan waktu kebijakan dalam hal ini adalah pada mtode yang di
simpang jl.gajah mada tempuh pada putar tempuh pada manajemen lalulintas gunakan yaitu metode PKJI 2014
dan jl.sentot prawiradirjo balik kendaraan putar balik pada sedangkan peneliti menggunakan
akibat bangkitan - Untuk menganalisa kendaraan MKJI 1997
simpang
perjalanan masjid bagaimana analisa
roudhotul muchlisin kinerja simpang
dengan metode pkji 2014 Sebelum Adanya
(Simpang Jl.Gajah Mada Traffic Light?
Dan Jl.Sentot - Untuk menganalisa
Prawiradirjo Kabupaten bagaimana analisa
Jember, Jawa Timur ) kinerja simpang
-
28
Judul
Rumusan Masalah
BAB III
METODE PENELITIAN
Arah Selatan
:Jl.Adi Mulya
Meliputi survei lalu lintas harian rata-rata, survei inventarisasi dan geometric
jalan, dan survei aktivitas sisi jalan.
a. Survei Volume Lalu Lintas
Survei volume lalu lintas di lakukan dengan menggunakan metode
survei lalu lintas harian rata-rata (LHR). Survei lalu lintas harian rata-rata
pada penelitian ini di lakukan satu minggu kalender yang mana dianggap
mewakili standar Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014), di
karenakan standar waktu peneliti yang terbatas. Tujuan dari observasi ini
adalah untuk mengetahui volume lalu lintas harian dan perubahan arus yang
terjadi. Kegiatan survei lalu lintas harian rata-rata di lakukan dengan cara
menghitung jumlah dan jenis kendaraan yang melintas pada ruas Jalan
tersebut. Dari kegiatan survei akan di peroleh jumlah kendaraan dalam satuan
penumpang yang kemudian di konversikan dalam satuan mobil penumpang
(smp) sehingga di peroleh kesetaraan satuan.
b. Survei Goemetrik Jalan
Pengamatan pengukuran geometric jalan di lakukan dengan mencatat
jumlah lajur dan arah, bahu jalan, trotoar, menentukan lebar jalan Lebar
pendekat efektif (WE) pada masing-masing pendekat, Lebar masuk
(WMASUK) pada masing-masing pendekat, Lebar keluar (WKELUAR) pada
masing-masing pendekat pengukuran di lakukan pada malam hari agar tidak
mengganggu kelancaran arus lalu lintas
3. Evaluasi Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Pada Jalan Raya Menganti
-Jalan Mastrip Kota Surabaya
4. Analisis Kinerja Simpang Tiga Tidak Bersinyal Jalan Sucipto-Wijaya
Kusuma Kabupaten Situbondo
5. Buku Direktorat Jenderal Bina Marga Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia
(PKJI 2014)
Sedangkan untuk pengukuran geometric dilakukan pada salah satu hari. Pada
pelaksanaan survei ini membutuhkan enam orang surveyor dengan tugas sebagai
berikut :
Jenis Kendaraan
Kendaraan
Arah Sepeda
Waktu (menit) Tidak Kendaraan Kendaraan
Gerakan Motor
Bermotor Ringan Berat (KS)
(SM)
(KTB) (KR)
06.00-06.15
06.15-06.30
06.30-06.45
06.45-07.00
07.00-07.15
07.15-07.30
07.30-07.45
07.45-08.00
08.00-08.15
08.15-08.30
08.30-08.45
08.45-09.00
09.00-09.15
09.15-09.30
09.30-09.45
35
09.45-10.00
10.00-10.15
10.15-10.30
10.30-10.45
10.45-11.00
11.00-11.15
11.15-11.30
11.30-11.45
11.45-12.00
12.00-12.15
12.15-12.30
12.30-12.45
12.45-13.00
13.00-13.15
13.15-13.30
13.30-13.45
13.45-14.00
16.00-16.15
16.15-16.30
16.30-16.45
16.45-17.00
17.00-17.15
17.15-17.30
17.30-17.45
17.45-18.00
18.00-18.15
18.15-18.30
18.30-18.45
18.45-19.00
19.00-19.15
19.15-19.30
19.30-19.45
19.45-20.00
Formulir Surveyor
Waktu survey Keterangan
06.00-14.00 Pengambilan Data volume lalu-lintas
14.00-15-59 waktu istirahat
16.00-20.00 Pengambilan Data volume lalu-lintas
Analisis Simpang
a. Kapasitas (C)
C = C0 × FLP × FM × FUK × FHS × FBKi × FBKa × FR𝑚i
Dengan :
C = Kapasitas Simpang (skr/jam)
C0 = Kapasitas dasar Simpang (skr/jam)
FLP = Faktor koreksi lebar rata-rata pendekat
FM = Faktor koreksi tipe median
FUK = Faktor koreksi ukuran kota
38
DJ = q / C
Keterangan :
Dj = derajat kkejenuhan
q = Semua arus lalu lintas yang masuk Simpang dalam satuan smp/jam. q
dihitung menggunakan rumus
q = qkend x Fskr
C = Kapasitas (skr/jam)
c. Tundaan
Waktu Tundaan dapat dihitung menggunakan rumus (PKJI 2014):
T = TLL + TG)
Keterangan:
1,0504 2
Untuk DJ > 0,60 : TLL = -(1-DJ)
(0,2742-0,2042 DJ)
1,0503 1,8
Untuk DJ > 0,60 : TLL = -(1-DJ)
(0,3460-0,246 DJ)
Keterangan:
Keterangan:
PA = Peluang antrian
DJ = Derajat Kejenuhan
40
1. Faktor jalan seperti lebar jalur, kebebasan lateral, bahu jalan, kondisi
permukaan jalan, trotoar dan lain-lain.
2. Data volume lalu lintas yang digunakan adalah volume lalu lintas total yang
terjadi pada jam puncak (peak hours). Jam puncak ini merupakan jam
tertinggi terjadinya arus volume lalulintas, yang diperoleh dari jumlah arus
terbanyak pada waktu tertentu. Kementerian PU (2014) menyatakan bahwa
volume lalu lintas total (q) adalah jumlah kendaraan yang masuk simpang dari
semua arah dinyatakan dalam kend/hari atau skr/hari. Adapun jenis kendaraan
yang melewati simpang di klasifikasikan menjadi lima kode, ditentukan
berdasarkan jenis kendaraan dan tipikal kendaraan. Setiap jenis kendaraan
mempunyai nilai ekivalen kendaraan ringan, yang digunakan untuk faktor
koreksi untuk jenis kendaraan sedang, kendaraan berat, dan sepeda motor
dibandingkan terhadap kendaraan ringan sehubungan dengan dampaknya
terhadap kapasitas jalan (Kementerian PU, 2014).
3. Parameter kondisi lingkungan simpang yaitu ukuran kota dan gabungan dari
tipe lingkungan, hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor.
Pengelompokan ukuran kota di tetapkan menjadi lima berdasarkan kriteria
populasi penduduk. Pengelompokan tipe lingkungan jalan ditetapkan menjadi
tiga, yaitu komersiil, permukiman dan akses terbatas, yang didasarkan pada
penilaian teknis dengan kriteria yang telah diuraikan. Sedangkan
pengelompokan hambatan samping ditetapkan menjadi tiga, yaitu tinggi,
sedang rendah, dan dengan kriteria yang menunjukkan pengaruh aktivitas
41
simpang terhadap arus lalu lintas yang berangkat dari pendekat. Besarnya
kapasitas jalan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Tipe CO,
Simpang skr/jam
322 2700
324 3200
atau 244
422 2900
424 3400
atau 444
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
Kom Ti 0, 0 0 0 0 0
ersial nggi 93 ,88 ,84 ,7 ,74 ,70
9
Se 0, 0 0 0 0 0
dang 94 ,89 ,85 ,8 ,75 ,71
0
Re 0, 0 0 0 0 0
ndah 95 ,90 ,86 ,8 ,76 ,71
1
Pemu Ti 0, 0 0 0 0 0
kiman nggi 96 ,91 ,87 ,8 ,77 ,72
2
Se 0, 0 0 0 0 0
dang 97 ,92 ,88 ,8 ,78 ,73
3
Re 0, 0 0 0 0 0
ndah 98 ,93 ,89 ,8 ,79 ,74
4
A Tinggi / 1, 0 0 0 0 0
kses Sedang/ 00 ,95 ,90 ,8 ,80 ,75
Ter Rendah 5
batas
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
lama waktu pengamatan yang dinyatakan dalam jam. Cara penghitungan volume
lalulintas melalui lalulintas harian rata-rata dapat dihitung dengan persamaan :
Jumlah lalu-lintas selama pengamatan
LHR =
Lamanya pengamatan
Volume lalulintas dapat dihitung berdasarkan data hasil observasi LHR yang
dikalikan dengan besaran factor ekivalensi (emp) untuk masing-masing jenis
kendaraan.
a. Rasio Volume Lalu Lintas (VCR)
Setelah melakukan perhitungan kapasitas jalan dan volume lalulintas, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan rasio volume lalulintas
rasio volume lalulintas menunjukkan kualitas suatu ruas jalan tertentu dalam
melayani arus lalulintas yang melewatinya Rasio volume lalulintas dapat
dihitung dengan rumus (Morlok, 1991 : 212) :
VCR = V/C
Dimana :
Mulai
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
Selesai