Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK RENCANA AKSES JALAN TOL PANDAAN-MALANG

TERHADAP JALAN ASRIKATON, AMPELDENTO, SEKARPURO


DAN KI AGENG GRIBIG
Moch. Ilham Dwiyulianto, Maulana Rizky Akbar,
Hendi Bowoputro, S.T., M.T., Ir. Achmad Wicaksono, M.Eng., Ph.D.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Telp.(0341)567886, Indonesia
Email : ebolabolibola@gmail.com , maulanarizky_akbar@ymail.com

ABSTRAK
Kota Malang merupakan kota terpadat kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kota
Surabaya. Padatnya jumlah penduduk di Kota Malang tidak diiringi dengan sarana prasarana
yang memadai. Sarana dan prasarana sendiri memiliki peran penting dalam meningkatkan
aspek ekonomi, sosial, budaya dan menghubungkan antar wilayah. Selain itu, sarana
prasarana juga berperan meningkatkan jaringan transportasi, komunikasi, dan informatika.
Pemerintah Indonesia hingga saat ini terus melaksanakan Pembangunan Nasional. Salah satu
fokus pada saat ini adalah pembangunan Jalan Tol. Diantaranya adalah pembangunan Jalan
Tol untuk menghubungkan Kota Malang dengan Kota Surabaya yaitu Jalan Tol Pandaan-
Malang. Dengan adanya akses Jalan Tol Pandaan-Malang akan merubah status beberapa ruas
jalan yang berada di Kota Malang yang bermula berstatus jalan kota akan berubah menjadi
jalan Provinsi atau jalan Nasional. Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yaitu
dengan metode traffic counting di ruas jalan Asrikaton, Ampeldento, Sekarpuro dan Ki
Ageng Gribig selain pada ruas traffic counting juga dilakukan pada simpang Abdul Rachman
Saleh, Ampeldento, Wisnuwardhana dan Madyopuro. Metode ke dua yang dilakukan adalah
metode wawancara langsung pada pada pengguna jalan khususnya kendaraan berat. Survai
traffic counting dilakukan pada hari sabtu sore pukul 14.30-16.30 dan senin pagi pukul 06.00-
09.00. Dari hasil analisis didapat bahwa kinerja ruas dan simpang eksisting di daerah studi
buruk dan memiliki waktu tunda yang berlebihan sehingga disarankan dilakukan perbaikan
geometri dan manajemen lalu lintas kembali. Seperti pada simpang Madyopuro memiliki
LOS F yang memiliki DS sebesar 1.842 dan tundaa >45 detik/smp Untuk itu
direkomendasikan melakukan perbaikan berupa pelebaran jalan dan merubah fase lalu lintas
sehingga merubah nilai LOS menjadi C, DS menjadi 0.79 dan tundaan menjadi 24.21
detik/smp

Kata kunci : Derajat Kejenuhan, Tundaan, Jalan Tol Pandaan-Malang, kota Malang
THE IMPACT OF PANDAAN-MALANG HIGHWAY’S ACCESS PLAN
TO JALAN ASRIKATON, AMPELDENTO, SEKARPURO AND KI
AGENG GRIBIG

Moch. Ilham Dwiyulianto, Maulana Rizky Akbar,


Hendi Bowoputro, S.T., M.T., Ir. Achmad Wicaksono, M.Eng., Ph.D.
Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Brawijaya University
Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Phone (0341) 567886, Indonesia
E-mail : ebolabolibola@gmail.com , maulanarizky_akbar@ymail.com

ABSTRACT

Malang is the second most populous city in East Java after Surabaya. The high
population in Malang is not accompanied by adequate facilities and infrastructures. Those
facilities and infrastructures have an important role in improving some aspects such as
economic, social, cultural and connecting to the other regions. Moreover, those facilities and
infrastructures can also improve the transportation, communication, and informatics system.
The government of Indonesia are still working on the National Development during this time.
One of the focus is the construction of toll roads. One of them is the construction of toll road
connecting Malang with Surabaya which is called as Pandaan-Malang Toll Road. This toll
road will change the status of some roads located in Malang which are stated as city road
become provincial road or national road. The data collection is done by two methods. The
first method is traffic counting method which is used in Jl. Asrikaton, Ampeldento,
Sekarpuro, and Ki Ageng Gribig, also in the intersections of Abdul Rachman Saleh,
Ampeldento, Wisnuwardhana, and Madyopuro. The second method is direct interview
method which is applied to road users especially heavy vehicle. The traffic counting survey
was conducted on Saturday at 02.30-04.30 p.m. and on Monday at 06.00-09.00 a.m. It was
obtained from the analysis results that the performance of existing segments and intersections
in the study area are poor in quality and has excessive delay time, so it is recommended to
improve the geometry and traffic management. As in the Madyopuro intersection has LOS F
wich has a DS of 1,842 and >45 seconds/intersection in delay time. It is recommended to do
the improvement in the form of road widening and changing the traffic phase so it could
change the LOS value to C, DS becomes 0,79 and the delay time becomes 24,21
seconds/intersection.

Keywords : The degree of saturation, delay time, Pandaan-Malang Toll Road, Malang City.
1. PENDAHULUAN akan berubah menjadi jalan provinsi atau jalan
Kota Malang merupakan kota terpadat kedua nasional, karena jalan yang digunakan untuk
di Provinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya. melakukan kegiatan transportasi dengan
Banyaknya perguruan tinggi di Kota Malang menggunakan kendaraan berat seharusnya
membuat banyak orang datang untuk menimba berstatus sebagai jalan tersebut dan saat ini jalur
ilmu disini sehingga dijuluki dengan kota yang di lalui oleh truk di kota Malang diantaranya
pendidikan. Tidak hanya itu, Malang juga banyak adalah Jalan Ahmad Yani Utara - Jalan Raden
dijadikan sebagai destinasi wisata dikarenakan Intan - Jalan Panji Suroso - Jalan Sunandar Priyo
memiliki banyak tempat wisata yang sangat baik Sudarmo yang merupakan jalan nasional. Setelah
dan menarik untuk dikunjungi. Iklim cuaca yang adanya akses jalan tol Pandaan-Malang, jalur yang
sejuk juga merupakan salah satu alasan banyak akan di lalui truk nantinya akan di alihkan ke Jalan
orang yang memilih Kota Malang untuk Laksana Adi Sucipto – Jalan Raya Wendit Barat –
perantauan, sehingga pertumbuhan penduduk di Jalan Raya Bugis – Jalan Raya Asrikaton – Jalan
Kota Malang setiap tahunnya meningkat dan Raya Ampeldento – Jalan Raya Sekarpuro – Jalan
semakin padat. Dengan fakta-fakta yang ada, maka Raya Ki Ageng Gribig, sehingga beban lalu lintas
Kota Malang harus mengembangkan sarana dan yang melewati ruas jalan tersebut akan berubah.
prasarana yang terintegrasi dengan baik. Akibat pengalihan jalur tersebut maka, status jalan
kota dan kabupaten ini mengalami perubahan
Padatnya jumlah penduduk di Kota Malang menjadi status jalan nasional atau jalan provinsi
tidak diiringi dengan sarana prasarana yang dan mengakibatkan beberapa dampak lalu lintas.
memadai. Sarana dan prasarana sendiri memiliki
peran penting dalam meningkatkan aspek ekonomi, Jalan Tol Pandaan-Malang merupakan
sosial, budaya dan menghubungkan antar wilayah. kelanjutan dari Jalan Tol Gempol-Pandaan yang
Selain itu, sarana prasarana juga berperan direncanakan memiliki panjang 37,6 km dan
meningkatkan jaringan transportasi, komunikasi, melintasi tiga wilayah, yakni Pasuruan, Kota
dan informatika yang membuat orang, barang, atau malang dan Kabupaten Malang (Surat Keputusan
jasa bergerak dari satu tempat ketempat lain dan Gubernur Jawa Timur tanggal 7 Juni 2011, Nomor:
pertukaran informasi secara cepat. Sarana 188/282/KPTS/013/2011). Salah satu akses Jalan
transportasi sendiri memiliki fungsi yang sangat Tol Pandaan-Malang yang di rencanakan akan
penting dalam kemajuan suatu daerah sebagai alat berada di Jalan Ki Ageng Gribig dan terhubung
penghubung bagi masyarakat atau penduduk dalam dengan Jalan Raya Bugis, Jalan Raya Wendit
memenuhi kebutuhan, sehingga segala kegiatan, Barat, dan Jalan Laksana Adi Sucipto, status
seperti pertanian, perindustrian, dan perekonomian masing-masing jalan tersebut adalah jalan kota dan
berjalan dengan lancar. jalan kabupaten. Jalan Tol ini juga sangat penting
bagi masyarakat dalam bidang perhubungan
Pemerintah Indonesia hingga saat ini terus sehingga dapat membantu masyarakat agar lebih
melaksanakan Pembangunan Nasional. Salah satu mudah dalam melakukan kegiatan transportasi
fokus pada saat ini adalah penyediaan sarana dari/ke kota Malang dan Surabaya.
prasarana jaringan transportasi, diantaranya adalah
pembangunan Jalan Tol. Jalan Tol sangat penting TUJUAN
bagi masyarakat dalam bidang perhubungan Tujuan dari penulisan studi ini adalah:
sehingga dapat membantu masyarakat agar lebih 1. Mengetahui kinerja lalu lintas saat ini di Jalan
mudah dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Raya Asrikaton – Jalan Raya Ki Ageng
Diantaranya adalah pembangunan Jalan Tol untuk Gribig. Sebelum adanya pembangunan Jalan
menghubungkan Kota Malang dengan Kota Tol Pandaan-Malang
Surabaya yaitu Jalan Tol Pandaan-Malang. Dengan 2. Melakukan analisis kinerja lalu lintas yang
adanya akses Jalan Tol Pandaan-Malang akan ditimbulkan akibat pembangunan Jalan Tol
merubah status beberapa ruas jalan yang berada di Pandaan-Malang
Kota Malang yang bermula berstatus jalan kota
3. Memberi rekomendasi penanganan untuk Dimana:
mengurangi Dampak Rencana Akses Jalan Tol
VCR = Volume Capacity Ratio
Terhadap Ruas Jalan Asrikaton-Ki Ageng
Gribig V = Volume lalu lintas
C = Kapasitas lalu lintas
2. TINJAUAN PUSTAKA c. Satuan Mobil Penumpang
2.1 Kinerja Ruas Jalan
a. Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan Komposisi jenis dan kuantitas kendaraan yang
Di dalam perencanaan ataupun peninjauan menggunakan ruas jalan merupakan informasi
suatu jalan, penting untuk mengetahui kapasitas dalam penyajian data lalu lintas. Klasifikasi
yang dapat di tampung oleh jalan tersebut. kendaraan dapat digolongkan berdasarkan muatan
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) sumbu, dimensi, maupun karakteristik
1997, nilai dari suatu kapasitas jalan dapat kecepatannya. Perbedaan karakteristik setiap jenis
diketahui melalui perhitungan dengan kendaraan perlu dikonversikan menjadi satuan
menggunakan rumus sebagai berikut: mobil penumpang (smp).
C= C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS Lalu lintas pada umumnya terdiri dari
Dimana: kendaraan cepat, kendaraan lambat, kendaran
C = Nilai Kapasitas berat, kendaraan ringan serta kendaraan tidak
C0 = Kapasitas Dasar bermotor. Keberagaman jenis kendaraan pada arus
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu- lalu lintas membutuhkan ruang jalan yang berbeda-
lintas beda sesuai dengan karakteristik kemampuan dan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah dimensi masing-masing kendaraan.
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota 2.4 Kinerja Persimpangan
Masing masing faktor di atas akan mempengaruhi Persimpangan adalah bagian terpenting dari
kapasitas suatu jalan. system jaringan jalan, yang secara umum kapasitas
persimpangan dapat dikontrol dengan
b. Tingkat Pelayanan Jalan (Level Of Service mengendalikan volume lalu lintas dalam system
(LOS)) jaringan tersebut.Pada prinsipnya adalah
pertemuan dua atau lebih jaringan jalan.
Tingkat pelayanan jalan adalah ukuran
kualitatif yang menjelaskan kondisi-kondisi b. Kinerja Simpang Bersinyal
operasional di dalam suatu aliran lalu lintas dan a. Kapasitas Persimpangan Bersinyal
pesepsi dari pengemudi dan / atau penumpang Kapasitas lengan persimpangan berlampu lalu
terhadap kondisi-kondisi tersebut (Khisty, lintas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu nilai
2003).Penilaian tingkat pelayanan bisa didasarkan arus jenuh, waktu hijau efektif dan waktu siklus.
pada parameter derajat kejenuhan dan (MKJI, 1997)
kecepatan.Menurut Tamin (2000) tingkat Persamaan untuk menentukan kapasitas suatu
pelayanan jalan ditentukan dalam skala interval pendekat pada simpang bersinyal adalah sebagai
yang terdiri atas 6 tingkatan. Tingkatan ini adalah berikut :
A, B, C, D, E dan F, dimana A merupakan tingkat C = S.g / c
pelayanan tinggi. Dimana :
Parameter yang dipakai untuk menenentukan C = Kapasitas (smp/jam)
tingkat pelayanan jalan adalah derajat kejenuhan S = Arus jenuh
atau Volume Capacity Ratio (VCR) yang dapat di g = Waktu hijau efektif
hitung dengan menggunakan rumus : c = Waktu siklus
!
𝑉𝐶𝑅 = !
b. Penentuan Arus Jenuh Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang
Berdasarkan MKJI 1997 nilai arus jenuh suatu diperlukan untuk melalui simpang apabila
persimpangan berlampu lalu lintas dipengaruhi dibandingkan lintasan tanpa melalui simpang.
oleh geometri simpang, hambatan samping, MKJI 1997 memberikan persamaan untuk
gerakan membelok dan parker didekat simpang. menghitung tundaan pada simpang sebagai berikut:
Setelah diketaui faktor koreksi arus jenuh yang
diakibatkan berbagai variable, arus jenuh simpang 1) Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j
dihitung sebagai berikut :
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
S = SO x FCS x FSF x FG x FP x FLT x FRT Dj = DTj + DGj
Dimana:
S = Arus jenuh (smp/waktu hijau efektif) Dj = tundaan rata-rata untuk pendekat j
SO = Arus jenuh dasar (smp/waktu hijau efektif) (det/smp)
FCS = Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota DTj = tundaan lalu lintas rata-rata untuk
(jumlah penduduk) pendekat j (det/smp)
FSF = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya DGj = tundaan geometric rata-rata untuk
gangguan samping yang meliputi faktor pendekat j (det/smp)
tipe lingkungan jalan dan kendaraan tidak
bermotor 2) Tundaan lalu lintas rata-rata pada suatu
FG = Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian pendekat j dapat ditentukandari persamaan
jalan berikut :
FP = Faktor koreksi dengan arus jenuh akibat !,! ! !!!" ² !!! !"#$$
DTj = cx (!!!"#$%)
+ !
adanya kegiatan perparkiran dekat lengan
Dimana :
persimpangan
DTj = tundaan lalu lintas rata-rata pada
FLT = Faktor koreksi kapasitas akibat adanya
pendekat j (det/smp)
pergerakan belok kiri
GR = rasio hijau (g/c)
FRT = Faktor koreksi kapasitas akibat adanya DS = derajat kejenuhan
pergerakan belok kanan C = kapasitas (smp/jam)
NQ₁ = jumlah smp yang tertinggal dari fase
c. Derajat Kejenuhan (DS) hijau sebelumnya.
Variabel yang mempengaruhi nilai derajat
kejenuhan simpang adalah kapasitas simpang dan 3) Tundaan geometric rata-rata suatu pendekat j
arus lalu lintas yang membebaninya.Arus lalu dapat diperkirakan sebagai berikut.
lintas yangterdiri dari berbagai tipe kendaraan DGj = (1 – PSV) x PT x 6 + (PSV x 4)
perlu dikonversikan dalam satuan mobil Dimana :
penumpang (smp) sebelum dibebankan pada
DGj = tundaan geometric rata-rata pada
simpang. Sesuai MKJI 1997 derajat kejenuhan
untuk simpang bersinyal dihitung untuk tiap pendekat j (det/smp)
pendekat. Dengan persamaan berikut : PSV = rasio kendaraan terhenti pada suatu
DS = Q/C = (Q x c)/(S x g)
pendekat
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam) PT = rasio kendaraan membelok pada suatu
S = Arus jenuh (smp/jam hijau) pendekat
c = waktu siklus sinyal (det)
4) Tundaan rata-rata simpang total sebagai
g = waktu hijau (det)
indicator tingkat pelayanan simpang dihitung
dengan membagi total tundaan semua pendekat
d. Tundaan
dengan arus lalu lintas total (QTOT).
D = DTOT/QTOT
Dimana : FMI : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya
DTOT = Σ tundaan semua pendekat arus lalu lintas pada jalan minor
QTOT = Σ arus lalu lintas semua pendekat
b. Derajat Kejenuhan
e. Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal Derajat kejenuhan untuk simpang tidak
Tingkat pelayanan persimpangan bersinyal bersinyal dihitung untuk simpang secara
dapat dilihat dari tundaan.Lamanya waktu tundaan keseluruhan. Perhitungan derajat kejenuhan
untuk melewati simpang bila dibandingkan kondisi ditampilkan sebagai berikut (MKJI,1997) :
simpang tanpa lalu lintas menunjukkan efektifitas DS = Qsmp / C
kinerja simpang. Tabel 2.1 menampilkan tingkat Dimana:
pelayanan simpang bersinyal berdasarkan tundaan C = Kapasitas (smp/jam)
yang dihasilkan simpang. Qsmp = arus total (smp/jam) dihitung sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Persimpangan Qsmp = Qkend x Fsmp
Bersinyal
Fsmp = faktor smp, dihitung sebagai berikut :
ITP Tundaan per kendaraan (detik)
!"#$% ! !"%! !"#$% ! !"%!!"#$% ! !"%
A ≤ 5,0 Fsmp = !""
B 5,1 – 15,0
C 15,1- 25,0 Dimana empLV, LV%, empHV, HV%, empMC
D 25,1 – 40,0 dan MC% adalah emp dan komposisi lalu lintas
E 40,1 – 60,0 untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan
F >60,0 sepeda motor.
Sumber: Tamin, 2000
c. Tingkat Pelayanan Simpang Tidak Bersinyal
2.2.2 Kinerja Simpang Tidak Bersinyal Tingkat pelayanan untuk persimpangan tidak
a. Kapasitas Persimpangan Tidak Bersinyal bersinyal dinilai dengan menggunakan parameter
Perhitungan kapasitas persimpangan tidak kapasitas sisa. Kapasitas sisa adalah selisih dari
berlampu lalu lintas ditentukan dengan persamaan kapasitas simpang dengan total arus lalu lintas
berikut: (MKJI, 1997: 3-39). yang masuk simpang (smp/jam). Tabel 2.2
C = COx FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI menampilkan tingkat pelayanan simpang tak
Dimana : bersinyal diklasifikasikan berdasarkan kapasitas
C :Kapasitas (smp/jam) sisa simpang. Tabel 2.2 menampilkan tingkat
CO : Kapasitas dasar (smp/jam) pelayanan pada persimpangan tidak bersinyal.
FW : Faktor koreksi kapasitas untuk lebar
jalan persimpangan Tabel 2.2 Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan
FM :Faktor koreksi kapasitas jika ada Tidak Bersinyal
pembatas median pada lengan
Kapasitas Tingkat Tundaan untuk
persimpangan
Sisa Pelayanan lalu lintas jalan
FCS : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran
minor
kota (jumlah penduduk)
FRSU : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya tipe >400 A Sedikit dan tidak
lingkungan, gangguan sampingan dan kendaraan ada tundaan
tidak bermotor 300-399 B Tundaan lalu
FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya lintas singkat
pergerakan belok kiri 200-299 C Tundaan lalu
FRT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya lintas rata-rata
pergerakan belok kanan 100-199 D Tundaan lalu
lintas lama
0-99 E Tundaan lalu - Kelengkapan marka dan rambu
lintas sangat lama jalan yang memadai serta seragam
* F * sehingga ruas jalan tersebut dapat
*) ketika volume melebihi kapasitas dari lajur, dimanfaatkan dengan optimal dari
akan terjadi tundaan yang parah disertai dengan segi kapasitas maupun keamanan
antrian lalu lintas
˃ 0,8 Peningkatan ruas jalan
Sumber: Tamin, 2000 Perubahan fisik ruas jalan yang
Ketika volume melebihi kapasitas dari lajur, berupa pelebaran atau penambahan
tundaan yang parah akan disertai dengan panjang jalur jalan sehingga kapasitas ruas
antrian yang mungkin berpengaruh pada jalan tersebut dapat ditingkatkan
pergerakan lalu lintas di persimpangan.Kondisi ini secara berarti
biasanya membutuhkan perbaikan geometri pada ˃˃˃ Pembangunan jalan baru
persimpangan. 0,8 Penanganan ini dilakukan apabila
pelebaran jalan atau penambahan
2.3 Penanganan Masalah Transportasi lajur sudah tidak memungkinkan
a. Penanganan Masalah Ruas Jalan Sumber: Tamin,2000
Potensi permasalahan pada ruas jalan
b. Penanganan Masalah Simpang
diakibatkan peningkatan arus lalu lintas yang tidak
Penanganan permasalahan pada simpang tidak
diimbangi adanya jaringan jalan baru untuk
sesederhana penanganan pada ruas jalan.Pemilihan
mendistribusikan beban lalu lintas. Perbedaan
jenis pengaturan simpang adalah faktor di luar
karakteristik yang mendasar antara jalan perkotaan
pertumbuhan arus lalu lintas yang potensial
dan jalan luar kota menuntut pola penanganan
menimbulkan masalah pada simpang.Selain untuk
yang berbeda untuk tiap masalah yang timbul.
peningkatan kinerja jalan perlu diperhatikan juga
Menurut Tamin (1997), kinerja jaringan akan
aspek keselamatan dalam penentuan pengaturan
terpengaruh oleh perubahan permintaan dan
pada simpang.
sediaan di daerah kajian, dimana sisi permintaan
Penanganan masalah persimpangan berlampu
akan meningkat sesuai dengan intensitas lahan
dan tidak berlampu lalu lintas dapat
yang dibangun. Tanpa kawasan pengembangan,
dikelompokkan sebagai berikut :
permintaan akan tetap meningkat sesuai dengan
1. Penanganan lampu lalu lintas baru,
intensitas lahan apa adanya. Situasi tersebut
penanganan ini dilakukan bagi persimpangan
merupakan perbandingan dalam masalah memacu
tanpa lampu lalu lintas yang telah memiliki
pada kriteria evaluasi yang meliputi VCR dari
arus lalu lintas yang telah memiliki arus lalu
setiap ruas jalan,selanjutnya akan menentukan
lintas dari kaki persimpangan atau ruas jalan
jenis penanganan untuk ruas jalan dan
yang menuju persimpangan, dan arus ini
persimpangan dalam daerah pengaruh. Tabel 2.24
cukup tinggi, sehingga titik konfliknya cukuo
menunjukkan jenis penanganan permasalahan
berat dan kompleks.
transportasi pada ruas jalan.
2. Pengaturan kembali waktu lampu lalu lintas,
Tabel 2.3 Penanganan Masalah Pada Ruas Jalan penanganan ini dilakukan apabila fase dan
waktu yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan
Nilai Penanganan Masalah kondisi volume lalu lintasnya, yang antara lain
VCR ditunjukkan dengan tingginya nilai VCR ruas
0,6 – Manajemen lalu lintas jalan yang menuju persimpangan. Pendekatan
0,8 Pemanfaatan fasilitas ruang jalan ini didasarkan pada besarnya nilai VCR ruas
yang ada jalan yang sudah mendekati 0,8.
- Pemanfaatan lebar jalan secara 3. Persimpangan geometrik persimpangan,
efektif penanganan ini meliputi pelebaran dan
penambahan lajur kaki persimpangan,
pelebaran radius sudut tikungan, pemasangan 3. METODE PENELITIAN
pulai lalu lintas. Penanganan ini dilakukan bila Tahapan dalam penelitian ini disusun seperti
nilai VCR ruas jalan yang menuju pada diagram alir berikut ini :
persimpangan sudah lebih bear dari pada 0,8.
Persimpangan tidak sebidang (grade-separate
junction), penanganan ini diterapkan pada ruas Mulai

jalan kelas arteri dengan kondisi lalu lintas di kaki


persimpangannya atau VCR ruas jalan yang Identifikasi Masalah
menuju persimpangan tersebut tidak bisa diatasi
lagi dengan penanganan pada no 3 dan 4.
Identifikasi Masalah

2.4 Populasi dan sampel


Survey pendahuluan

a. Populasi
Populasi merupakan setiap subyek yang Pengumpulan data

memenuhi kriteria yang telah ditentukan atau


Data Sekunder:
sekumpulan subyek dalam suatu situasi tertentu -Denah lokasi survai
-Peta jaringan jalan
yang mempunyai kesamaan ciri tertentu. Populasi Data Primer:
-Angka pertumbuhan penduduk
Kota Malang dan Kabupaten
-Data volume kendaraan
dapat berbentu orang, kelompok orang, benda, -Data geometri Jalan
-Kecepatan setempat
Malang
-Data Pertumbuhan Kendaraan
Kota Malang dan Kabupaten
kejadian, dan kasus. Populasi adalah wilayah Malang
-Data PDRB Kota Malang dan
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang Kabupaten Malang

mempunyai kualitas dan karakteristik yang telah


ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diteliti Analisis data

serta untuk diambil kesimpulan (Sugiyo, 2005).


A

b. Sampel A
Sampel merupakan sebagian anggota dari
suatu populasi yang dipilih dengan menggunakan -Kinerja Jalan eksisting
-Tingkat Pelayanan Jalan
prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat eksisting
-Kinerja jaringan jalan pasca
mewakili populasinya. Sampel yang digunakan pembangunan jalan tol
-Tingkat Pelayanan jalan pasca
dalam penelitian dengan dasar pertimbangan pembangunan Jalan tol
-prosentase asal-tujuan
sebagai berikut
1. Populasi tidak terdefinisi
Populasi tak terhingga atau sangat besar Tingkat Pelayanan
Jalan eksisting= tingkat
sehingga kecil kemungkinan untuk diteliti pelayanan jalan pasca
pembangunan
Tidak

satu persatu. Jika tetap dilakukan maka akan jalan tol

sangat membutuhkan waktu yang lama yang


tentunya akan menambah biaya juga. Ya Rencana Penanganan
Dampak peralihan
2. Pengamatan / penelitian terhadap semua
Hasil dan
anggota yang ada di dalam suatu populasi pembahasan

dapat bersifat merusak.


Rekomendasi
3. Menghemat waktu, biaya, dan tenaga. perbaikan

Mampu memberikan informasi secara


menyeluruh dan lebih dalam. Dimana sampel yang Selesai

berjumlah sedikit akan lebih mudah diteliti secara


mendalam karena dapat memberikan informasi Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
yang lebih banyak terhadap peneliti sehingga dapat
mengurangi kesalahan yang terjadi.
3.1 Pengumpulan Data diperkirakan terdampak oleh pembangunan jalan
Data yang di butuhkan untuk melakukan tol ini akan dianalisis, untuk menentukan tingkat
analisis kinerja jalan adalah data primer dan data pelayanan jalan saat Tol Pandaan-Malang
sekunder serta data-data pendukung lainnya guna beroprasi.
mendukung analisis dampak akibat akses Jalan Tol 3. Analisis Pola Pergerakan
Pandaan-Malang. Data-data tersebut di gunakan Prosentase asal-tujuan di dapatkan dari survai
pada saat melakukan survai lapangan. Data primer asal-tujuan yang bertujuan mengetahui pola
yang di perlukan adalah: pergerakan Jalan Pandaan-Malang sehingga dapat
• Data volume kendaraan memprediksi pergerakan yang menuju Kota
• Data geometri jalan Malang dan Kabupaten Malang.
• Data asal-tujuan pergerakan 4. Analisis Kinerja 5 Tahun Mendatang
Sedangkan data sekunder yang di butuhkan
Analisis kinerja 5 tahun mendatang untuk
dalam analis dampak lalu lintas adalah:
memprediksi kinerja dari jalan yang ditinjau saat 5
• Denah lokasi survai
tahun setelah beroprasinya Jalan Tol Pandaan-
• Peta jaringan jalan Malang. Analisis ini berdasarkan angka
• Angka pertumbuhan penduduk kota pertumbuhan Kota Malang dan Kabupaten Malang
Malang dan Kabupaten Malang yang dikalikan dengan jumlah kendaraan berat
• Data pertumbuhan kendaraan kota Malang yang melintas pada jaringan jalan yang ditinjau
dan Kabupaten Malang setelah dilakukannya pemodelan pergerakan.
• Data PDRB Kota Malang dan Kabupaten
Malang 3.4 Rekomendasi Perbaikan Kinerja Jalan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari kajian
3.2 Penentuan Jumlah Sampel
Andalalin. Penyusunan rekomendasi dilengkapi
Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel
dengan rencana implementasi penanganan dampak
minimum dipengaruhi oleh populasi dan tingkat
serta rencana pemantauan dan evaluasi. Semua hal
akurasi. Tingkat akurasi diambil 90% dan Populasi
tersebut dirumuskan berdasarkan hasil dari analisis
yang digunakan adalah perhitungan lalu lintas
yang telah didapatkan pada tahap-tahap
harian rata-rata (LHR) di simpang LA. Sucipto.
sebelumnya. Rekomendasi yang diberikan
Penentuan jumlah sampel minimum yang
berkaitan dengan upaya-upaya antisipasi terhadap
diperlukan dalam penelitian ini menggunakan
permasalahan lalu lintas yang mungkin akan
rumus Solvin sebagai berikut:
! !"#$
timbul di masa mendatang di jaringan jalan yang di
n =!!!.!! = !!!"#$.!,!! = 98.588 ≈ 100 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒 tinjau seperti:
dimana: • Pengaturan waktu hijau lampu lalu lintas
n = Jumlah sampel minimum pada simpang bersinyal
N = Jumlah populasi yang ada • Pelebaran ruas jalan
d=Interval keyakinan atau akurasi yang dibutuhkan • Pelarangan belok kanan pada simpang
• Pemberian lampu lalu lintas pada
3.3 Metode Analisa persimpangan tidak bersinyal
1. Analisis kinerja lalu lintas eksisting • Pemberian rambu prioritas jalan, dst.
Analisis yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui tingkat pelayanan kinerja jalan yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
ditinjau pada kondisi saat ini. 4.1 Pemodelan Pergerakan Setelah
2. Analisis kinerja lalu lintas setelah Beroperasinya Jalan Tol Pandaan-Malang
Kinerja lalu lintas tiap jaringan jalan setelah
beroperasinya jalan tol Pandaan-Malang beroperasinya jalan Tol Pandaan-Malang
Jalan Tol Pandaan-Malang diperkirakan akan didapatkan dari hasil penjumlahan kondisi
beroperasi pada tahun 2020 dan ruas jalan yang eksisting dan model bangkitan dan tarikan setelah
dikalikan dengan prosentase pembebanan jaringan hari Sabtu sore sebesar 0.6144 dan Ruas Jalan
jalan. Dalam pemodelan pergerakan lalu lintas Raya Sekarpuro pada jam puncak hari Sabtu
yang terjadi setelah beroperasinya jalan Tol sore sebesar 0.7999. Ketiganya memiliki
Pandaan-Malang, penulis terlebih dahulu tingkat pelayanan kondisi C. Persimpangan
melakukan survai asal tujuan yang dilaksanakan Tidak Bersinyal Bandara Abdurahman Saleh
pada hari Selasa - Rabu, 26-27 Juni 2018 di daerah pada jam puncak hari Sabtu sore dengan DS
Randu Agung. Berikut hasil survai kendaraan berat sebesar 0.925 dan tundaan simpang rata-rata
yang di laksanakan. 16.32 det/smp dengan tingkat pelayanan
Tabel 4.13. Survai Asal-Tujuan Kendaraat Berat kondisi C, tundaan simpang rata-rata Simpang
Asal/Tujuan Prosentase Tidak Bersinyal Ampeldento pada jam puncak
Dari/ke Malang Kota menggunakan jalan tol 43% hari Senin pagi >45 det/smp dalam kondisi
Dari/ke Malang Kabupaten menggunakan jalan tol 6% tingkat pelayanan F dengan DS>1. Pada
Dari/ke Malang Kota menggunakan jalan non tol 28% Simpang Tidak Bersinyal Wisnuwardhana
Dari/ke Malang Kabupaten menggunakan jalan non tol 24% untuk jam puncak hari Sabtu sore memiliki DS
Sumber : Hasil Analisis sebesar 0.983 serta tundaan rata-rata simpang
sebesar 18.29 det/smp dengan tingkat
4.2 Perbaikan Jaringan Jalan
pelayanannya C. Dan untuk Simpang Tidak
Rekapitulasi Perbandingan Analisis Kinerja Bersinyal Madyopuro pada jam puncak hari
Lalu Lintas Antara Kondisi Setelah Beroperasinya Senin pagi memiliki DS > 1 dan tundaan rata-
Jalan Tol Pandaan-Malang Baik Sebelum rata >45 det/smp sehingga memiliki tingkat
Perbaikan dan Sesudah Perbaikan dan Kondisi pelayanan F.
Lima Tahun Mendatang Baik Sebelum Perbaikan 2. Penulis menggunakan pemodelan bangkitan
dan Sesudah Perbaikan. Perbaikan yang dilakukan dan tarikan berdasarkan Prediksi kendaraan
berupa pelebaran dan menajeman lalu lintas pada berat menggunakan jalan tol Pandaan-malang
ruas dan simpang jalan yang distudi. sebesar 30% dari kendaraan berat yang
Setelah Beroprasinya Kondisi Lima Tahun melintas pada jaringan jalan yang di tinjau.
Jalan Tol Pandaan- Mendatang Bangkitan yang di peroleh dari pemodelan
Nama Jaringan Jalan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah adalah sebesar 24 % dari jumlah kendaraan
Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan
berat yang melintas dan tarikan yang di
Pertigaan Bandara
ABD. Saleh
C B B B peroleh sebesar 6% dari jumlah kendaraan
Ruas Jl. Raya
C C C C berat yang melintas. Dengan adanya
Asrikaton
Perempatan
pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang
F D F C
Ampeldento sehingga memberikan dampak perubahan
Ruas Jl. Raya
C C C C terhadap daerah sekitarnya terutama pada
Ampeldento
Pertigaan Ruas Jalan Raya Asrikaton, Ruas Jalan Raya
C B B B
Wisnuwardhana Ampeldento, Ruas Jalan Raya Sekarpuro dan
Ruas Jalan
Sekarpuro
D C C C Ruas Jalan Raya Ki Ageng Gribig. Perubahan
Pertigaan
F C D C
signifikan yang terjadi adalah menurunnya
Madyopuro
tingkat pelayanan jaringan ruas jalan tersebut.
Sumber : Hasil Analisis Hal ini dapat dilihat dari nilai DS (Derajat
Kejenuhan) dan tundaan rata-rata masing-
masing kondisi jaringan jalan. Diantaranya
5. KESIMPULAN
adalah Simpang Ampeldento dan Simpang
a. Hasil penelitian yang dapat disimpulkan :
Madyopuro yang memiliki nilai DS > 1 serta
1. Kinerja lalu lintas eksisting diantaranya adalah tundaan rata-rata >45 det/smp sehingga
Ruas Jalan Raya Asrikaton pada jam puncak memiliki tingkat pelayanan F
hari Senin pagi dengan DS sebesar 0.5896, 3. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya
Ruas Jalan Raya Ampeldento pada jam puncak pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang
memerlukan beberapa alternatif pemecahan pertimbangan dalam perencanaan sarana
masalah untuk meningkatkan kinerja lalu dan prasarana transportasi lalu lintas pada
lintas yaitu : masa mendatang khususnya dalam waktu
a. Manajemen Lalu Lintas lima tahun mendatang.
Melihat kondisi Simpang Ampeldento 2. Dikarenakan tingkat pelayanan jalan untuk
dan Simpang Madyopuro pada kondisi klasifikasi jalan nasional harus memiliki
eksisting maupun kondisi setelah standar minimum dengan nilai B maka
beroperasinya Jalan Tol Pandaan-Malang, diperlukan lagi alternatif perbaikan jalan
tingkat kinerja lalu lintas pada kedua lagi selain pelebaran jalan dan perubahan
simpang tersebut sangat tidak layak simpang tidak bersinyal menjadi simpang
sehingga dibutuhkan manajemen lalu bersinyal. Alternatif perbaikan jalan ini
lintas yang baru yaitu dengan memberikan nantinya bisa digunakan sebagai
lampu lalu lintas pada dua simpang pembaharuan untuk studi selanjutnya.
tersebut. Dengan begitu maka Simpang
Ampeldento dan Simpang Madyopuro DAFTAR PUSTAKA
yang awalnya merupakan Simpang Tidak Badan Pusat Statistik (2018). Jumlah Penduduk
Bersinyal dirubah menjadi Simpang Kota Malang: https://jatim.bps.go.id/
Bersinyal dua fase sehingga dapat (diakses Juli 2018).
meningkatkan tingkat kinerja lalu Badan Pusat Statistik. (2018). Tingkat
lintasnya. Pertumbuhan Kendaraan Kota Malang.
b. Perubahan pada geometrik (pelebaran Malang: BPS.
jalan) Badan Pusat Statistik. (2018). Produk Domestik
Kondisi jalan yang memerlukan Regional Bruto Kota Malang. Malang: BPS.
pelebaran jalan diantaranya adalah pada Departemen Pekerjaan Umum. (1997). Manual
Ruas Jalan Raya Asrikaton, Ruas Jalan Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta:
Raya Ampeldento dan Ruas Jalan Raya Direktorat Jenderal Bina Marga.
Sekarpuro sebesar 11 m. Untuk Simpang Gubernur Jawa Timur. (2011). Surat Keputusan
Tidak Bersinyal Bandara Abdul Rachman Gubernur Jawa Timur tanggal 7 Juni 2011,
Saleh dan Simpang Tidak Bersinyal Nomor: 188/282/KPTS/013/2011.
Wisnuwardhana sebesar 11 m. Pada Surabaya:Gubernur Jawa Timur
Simpang Tidak Bersinyal Ampeldento Hobbs, F.D, (1995), Perencanaan dan Teknik Lalu
mengalami perbaikan pelebaran pada 3 Lintas, Penerbit Gadjah Mada University
kaki ruas jalan mayor sebesar 16 m dan Press
ruas jalan minor sebesar 6 m, sedangkan Khristy, C. Jhotin, and Lall, B. Kent (2003).
untuk Simpang Tidak Bersinyal Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi.
Madyopuro mengalami pelebaran pada Bandung : Erlangga.
ruas jalan mayor sebesar 16 m. Morlok, Edward K. (1991). Pengantar Teknik dan
b. Saran Perencanaan Transportasi. Jakarta :
Dari hasil analisis dan kesimpulan yang Erlangga
telah dilakukan pada kajian ini maka saran Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis.
yang dapat diberikan sebagai berikut : Bandung: Alfabeta
1. Bagi instansi terkait dapat memanfaatkan
Tamin, Ofyar Z. (1997). Perencanaan dan
hasil kajian ini untuk mengantisipasi
Permodelan Transportasi edisi pertama.
kinerja lalu lintas di sekitar kawasan ruas Bandung : Penerbit ITB.
jalan yang ditinjau mengalami penurunan
kualitas sehingga dapat mengganggu Tamin, Ofyar Z. (2000). Perencanaan dan
pengguna jalan. Hasil perhitungan yang Permodelan Transportasi edisi kedua.
Bandung : Penerbit ITB.
sudah direkomendasikan dapat dijadikan

Anda mungkin juga menyukai