Disusun Oleh :
Ahmad Dhuha Al-Jumuah
Hanif Abdul Aziz
Muhammad Faris Izzulhaq 21010117140091
Kelas A
B. Deskripsi Proyek
Nama Proyek : Jalan Tol Pandaan – Malang (37,62 km)
Investasi Total : Rp 5,970 Triliun
Skema Pendanaan :Swasta
Penanggungjawab Proyek : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q.
Badan Pengatur Jalan Tol
Mulai Konstruksi : 2017
Rencana Mulai Operasi : 2019
Jalan Tol Pandaan – Malang dirancang untuk meningkatkan konektivitas di
kawasan ini. Di samping itu, Jalan Tol Pandaan – Malang diharapkan dapat
memperlancar transportasi Industri dari Pandaan ke Malang yang terkoneksi langsung ke
Surabaya, begitu pula sebaliknya. Jalan Tol Pandaan – Malang memiliki jalur yang
melintasi 3 (tiga) Wilayah administratif, yaitu Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang
dan Kota Malang. Jalan tol ini direncanakan akan terhubung dengan jalan nasional yang
sudah ada, bermula dari Pandaan kemudian mengarah ke selatan, yaitu Purwosari,
Purwodadi, Lawang, Singosari, Karangko, dan berakhir di Malang.
C. Pembahasan
Pengerjaan proyek Tol Pandaan - Malang masih belum tuntas. Seperti yang
diberitakan, sebuah timbunan dengan material batu bata diduga bangunan situs purbakala
ditemukan di salah satu wilayah pengerjaan proyek jalan Tol Pandaan – Malang, di Desa
Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Tepatnya di di seksi 5 km 37.
Timbunan itu diduga merupakan permukiman kalangan menengah ke atas dari era
Kerajaan Majapahit. Terlebih adanya temuan tersebut membuat PT Jasamarga Pandaan
Malang (JPM) memunculkan opsi untuk mengubah trase jalan. Meski demikian, pilihan
itu masih dikoordinasikan dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan Balai Pelestarian
Cagar Budaya (BPCB) setempat. Lokasi temuan berada di titik STA 37+700. Tapi,
lokasinya tidak berada di main road (jalur utama) tol, melainkan di area Right of Way
(ROW) atau sekitar 15 meter dari main road. Saat ini proyek pembangunan Jalan Tol
Pandaan-Malang, utamanya di km 37+700, dihentikan sementara sampai waktu yang
belum bisa ditentukan terkait adanya temuan tersebut, menunggu keputusan dari Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
PT Jasa Marga Pandaan-Malang telah menyiapkan skenario menggeser trase jalan
tol Malang-Pandaan di kilometer 37 pasca ditemukannya situs purbakala yang diduga
peninggalan Kerajaan Majapahit. jika situs yang ditemukan dinyatakan sebagai cagar
budaya, PT Jasa Marga Pandaan-Malang siap menggeser ruas jalan tol di kilometer 37
mengarah ke sisi timur atau tepat di bantaran Sungai Amprong, sehingga nantinya akan
dipasang turap dengan panjang 100 meter dan lebar 10 meter.
D. Kesimpulan
Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang diharapkan meningkatkan konektivitas di
kawasan ini, serta dapat memperlancar transportasi industri dari Pandaan ke Malang yang
terkoneksi langsung ke Surabaya, begitu pula sebaliknya.. Jalan Tol ini direncanakan
akan terhubung dengan jalan nasional yang sudah ada.
Untuk mendapatkan pelayanan jalan tol yang optimal salah satu perencanaan penting
adalah penentuan trase dan perencanaan perkerasannya. Aspek–aspek yang digunakan
dalam penentuan trase seperti aspek jarak tempuh, pengembangan wilayah dan tata
ruang, pembebasan lahan, aksesibilitas , dan teknis telah ditinjau. Pengumpulan data pada
proyek ini telah dilakukan melalui survei kondisi lapangan setiap alternatif trase yang
telah direncanakan. Namun dalam proses pengerjaannya terdapat beberapa hambatan.
Rencana awal trase jalan dalam proyek jalan tol ini harus diubah karena terkendala
dengan adanya timbunan yang diduga merupakan situs budaya purbakala di salah satu
lokasi pengerjaan proyek jalan tol tersebut, tepatnya di di Desa Sekarpuro, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Malang. Hal ini dapat terjadi kemungkinan besar karena aspek-aspek
yang ada, tidak ditinjau secara menyeluruh.
Maka dari itu, sebelum melaksanakan proyek jalan tol tersebut,seharusnya pihak yang
bersangkutan lebih memperhatikan seluruh aspek yang ada. Agar saat proses
pengerjaannya dapat berjalan dengan lancar dan tak terkendala dengan hambatan yang
ada, seperti Jalan Tol Pandaan-Malang ini yang terkendala adanya timbunan yang diduga
merupakan situs budaya di salah satu lokasi pengerjaannya, yang mungkin saat penentuan
trase jalannya tak memperhatikan rulling points yang ada di kawasan tersebut. Selain itu,
sebaiknya diperlukan adanya survei geologi untuk mengetahui kondisi tanah pada lokasi
trase. Serta lingkungan dan sosial untuk mengetahui hal-hal yang ada di kawasan tersebut
baik dari cerita/sejarah yang ada atau dari masyarakat yang sudah mengetahui kawasan
itu dengan baik.