Anda di halaman 1dari 16

JURNAL TEKNIK SIPIL

JACEE
Journal of Applied
Civil and Enviromentall Engineering

MUHAMMAD YUSRAN SYARIF 412 18 035


NUR AYU SASNITA 412 18 044

PROGRAM STUDI D4 JASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2020
KONSEP MANAJEMEN LALU LINTAS
SIMPANG BOULEVARD - A.P. PETTARANI
PASCA PEMBUKAAN
TOL LAYANG PETTARANI
Muhammad Yusran Syarif 1,a), Nur Ayu Sasnita 2,b),
Mardiana Amir 3), Basyar Bustan 4)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang - Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
2)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang - Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
3)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang - Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
4)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang - Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
a)
Email : yusran.syarief@gmail.com
b)
Email : nurayusasnita7@gmail.com
ABSTRAK
Pembangunan Jalan Tol Layang A.P. Pettarani berdampak terhadap karakteristik sistem kegiatan di kawasan
khuususnya a pada simpang Boulevard-Pettarani. Sehingga perlu direncanakan tindakan untuk meminimalisir dampak
pasca pembangunan proyek Jalan Tol tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh indeks kinerja simpang
Boulevard-A.P. Pettarani, memperoleh prediksi tingkat pelayanan pasca pembukaan tol layang dan menghasilkan konsep
manajemen lalu lintas pasca pembukaan tol layang pettarani.
Penelitian ini diawali dengan melakukan peninjauan dan survey lalu lintas di simpang Boulevard selama 3 hari yaitu
senin, rabu dan jumat untuk memperoleh volume lalu lintas yang melewati simpang tersebut. Sehingga diperoleh periode
jam puncak dan volume terbesar yaitu, jam puncak pagi (07.00-08.00) yaitu pada hari senin sebesar 16097 kend/jam; jam
puncak siang (12.00-13.00) yaitu pada hari senin sebesar 15191 kend/jam; jam puncak sore (17.00-18.00) yaitu pada hari
senin sebesar 17846 kend/jam. Kemudian dilakukan analisis untuk memperoleh nilai kinerja simpang masa eksisting, tingkat
pelayanan simpang pasca pembukaan dan konsep manajemen lalulintas pasca pembukaan tol layang tersebut dengan
menggunakan pedoman MKJI 1997.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja simpang eksisting dalam kondisi jenuh, diperoleh nilai indeks kinerja (DS)
>1, tingkat pelayanan F dengan tundaan terbesar 112,77 det/smp. Hasil analisis perkiraan tingkat pelayanan pasca
pembukaan Tol Layang Pettarani diperoleh kinerja dan tingkat pelayanan yang sedikit mengalami kenaikan pada pendekat
utara dan selatan, sedangkan untuk pendekat Timur tidak berdampak sama sekali terhadap adanya jalan tol layang
tersebut. Kemudian dengan hasil tersebut, dilakukan manajemen lalu lintas berupa optimasi waktu sinyal sehingga
diperoleh tingkat pelayanan D dengan tundaan terbesar 38.33 det/smp.

Kata kunci : Simpang, Kinerja, Tingkat Pelayanan, Manajemen Lalu Lintas

I. PENDAHULUAN tingkat produktivitas kerja. Adanya proyek


Latar Belakang pembangunan Jalan Tol Layang A.P. Pettarani
Makassar sebagai pusat ekonomi di (Ujung Pandang Toll Road Section 3)
kawasan Indonesia Timur tentu saja diharapkan mampu menjadi salah satu solusi
membutuhkan teknologi transportasi yang dari permasalahan tersebut.
memadai. Karena ruang yang terbatas, Tentu saja dengan adanya proyek tersebut
Makassar sebagai salah satu kota terbesar di berdampak terhadap perubahan karakteristik
Asia Tenggara tidak mampu memenuhi sistem kegiatan di kawasan tersebut, salah
tingginya permintaan pergerakan penduduk satunya pada simpang Boulevard-Pettarani.
hanya melalui penambahan jalan dan angkutan Perubahan pada sistem kegiatan akan
umum berkapasitas kecil. Selain itu, lamanya mempengaruhi karakteristik dari sistem
waktu yang dihabiskan di jalan dapat pergerakan yang terjadi serta kinerja dari sistem
menimbulkan dampak psikologis berupa jaringan jalan yang ada. Untuk mengantisipasi
penurunan ketidakstabilan emosi dan adanya permasalahan lalu lintas inilah, perlu
dampak ekonomis berupa penurunan direncanakan tindakan untuk meminimalisir
dampak pasca pembangunan proyek Jalan Tol

2
Layang A.P. Pettarani (Ujung Pandang Toll Volume Lalu Lintas
Road Section 3) ini khususnya pada simpang Volume per sub jam merupakan volume
Boulevard-Pettarani. Oleh karena itu, penulis yang lebih kecil dari volume jam-an yaitu
melakukan penelitian dan analisis sebagai volume yang diperoleh dari waktu yang lebih
Skripsi dengan judul “Konsep Manajemen kecil dari satu jam, biasanya diambil periode 15
Lalu Lintas Simpang Boulevard-AP. menitan. Secara matematis, volume lalu lintas
Pettarani Pasca Pembukaan Tol Layang dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini.
Pettarani”
Q = QLV + QHV x empHV + QMC x empMC
Rumusan Masalah (1)
Berdasarkan latar belakang masalah, maka Dimana:
dapat ditarik rumusan masalah penelitian Q = Total volume lalu lintas (smp/jam)
sebagai berikut: QLV = Jumlah kendaraan ringan (smp/jam)
1) Bagaimana kinerja simpang Boulevard- QHV = Jumlah kendaraan berat (smp/jam)
A.P. Pettarani? empHV = Ekivalen kendaraan berat
2) Bagaimana prediksi tingkat pelayanan QMC = Jumlah sepeda motor (smp/jam)
simpang Boulevard-A.P. Pettarani pasca empMC= Ekivalen sepeda motor
pembukaan Tol Layang Pettarani?
3) Bagaimana konsep manajemen lalu lintas Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia
simpang Boulevard-A.P. Pettarani pasca tahun 1997 (MKJI, 1997), komposisi kendaraan
pembukaan Tol Layang Pettarani? yang melalui suatu ruas jalan dibagi menjadi:
1) Sepeda motor (MC), yaitu kendaraan
Tujuan Penelitian bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
sepeda motor dan kendaraan roda 3).
1) Memperoleh indeks kinerja simpang
Boulevard-A.P. Pettarani 2) Kendaraan ringan (LV), yaitu kendaraan
2) Memperoleh prediksi tingkat pelayanan bermotor ber as dua dengan 4 roda dengan
simpang Boulevard-A.P. Pettarani pasca jarak as 2 – 3 m (meliputi mobil penumpang,
pembukaan Tol Layang Pettarani oplet, mikrobis, pick-up).
3) Menghasilkan konsep manajemen lalu 3) Kendaraan berat (HV), yaitu kendaraan
lintas simpang Boulevard-A.P. Pettarani bermotor dengan lebih 4 roda (meliputi bis,
pasca pembukaan Tol Layang Pettarani
truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi).
Manfaat Penelitian 4) Kendaraan tak bermotor (UM), yaitu
Memberikan masukan dan pertimbangan kendaraan beroda yang menggunakan tenaga
bagi Dinas terkait dalam mengeluarkan manusia atau hewan (meliputi sepeda,
kebijakan terkait hasil penelitian ini dalam hal becak, gerobak, dsb).
mengatasi masalah kemacetan pada ruas jalan Dalam menghitung volume kendaraan,
Pettarani khususnya pada area yang ditinjau. jenis-jenis kendaraan yang telah diperoleh dari
hasil survei perlu dikonversikan kedalam satuan
II. TINJAUAN PUSTAKA mobil penumpang (smp).
Parameter kinerja simpang pada lalu lintas
Kapasitas (C)
menyatakan bahwa ukuran kuantitas yang
Kapasitas jalan adalah volume maksimum
menerangkan kondisi keadaan lalu lintas yang
dimana lalu lintas dapat lewat sepanjang jalan
dinilai oleh pemakai jalan. Perilaku pada
tersebut pada keadaan tertentu (geometri,
simpang bersinyal meliputi kapasitas, panjang
distribusi arah dan komposisi lalu lintas, faktor
antrian, rasio kendaraan terhenti, tundaan,
lingkungan) (Alamsyah, 2005).
derajat kejenuhan, waktu siklus, arus dan
Untuk menentukan kapasitas digunakan
kecepatan.
persamaan berikut:

3
C = S x (g/c) (2)
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
S = Nilai arus jenuh disesuaikan (smp/jam)
g = Waktu hijau (det)
c = Waktu siklus (det)
Berdasarkan persamaan di atas, untuk
menghitung kapasitas perlu diketahui nilai arus
jenuh disesuaikan (S). Nilai S diperoleh dengan
persamaan berikut:
S = S0 × FCS × FSF × FG × FP × FRT × FLT
(3)
Dimana:
S0 = Nilai arus jenuh dasar (smp/jam)
FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
FSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FG = Faktor penyesuaian kelandaian
FP = Faktor penyesuaian parkir
FRT = Faktor penyesuaian belok kanan
FLT = Faktor penyesuaian belok kiri
Nilai arus jenuh dasar (S0)
Untuk pendekat tipe P (Terlindung) digunakan
persamaan berikut:
S0 = 600 × We (4)
Faktor penyesuaian ukuran kota (Fcs)
Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan
dari Tabel 1 sebagai fungsi dari ukuran kota
Tabel 1 Faktor penyesuaian ukuran kota (Fcs)

4
Faktor Penyesuaian Ukuran
Penduduk Kota
Kota
(Juta Jiwa)
(FCS)

> 3,0 1,05

1,0-3,0 1,00

0,5 – 1,0 0,94

0,1-0,5 0,83

<0,1 0,82

Faktor penyesuaian hambatan samping (FSF)


Tabel 2 Faktor penyesuaian untuk Tipe lingkungan jalan, Hambatan Samping (FSF)
Lingkungan Rasio kendaraan tak bermotor
Hambatan samping Tipe fase
jalan 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 ≥0,25
Terlindun
g
0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Terlawan
0,93 0,91 0,88 0,87 0,85 0,81
Tinggi Terlindun
Komersial 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,71
Sedang g
(COM) 0,94 0,92 0,89 0,88 0,86 0,82
Rendah Terlawan
0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,72
Terlindun
0,95 0,93 0,90 0,89 0,87 0,83
g
Terlawan
Terlindun
g
0,96 0,91 0,86 0,81 0,78 0,72
Terlawan
0,96 0,94 0,92 0,99 0,86 0,84
Tinggi Terlindun
Permukiman 0,97 0,92 0,87 0,82 0,79 0,73
Sedang g
(RES) 0,97 0,95 0,93 0,90 0,87 0,85
Rendah Terlawan
0,98 0,93 0,88 0,83 0,80 0,74
Terlindun
0,98 0,96 0,94 0,91 0,88 0,86
g
Terlawan
Terlindun
Akses terbatas 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
Tinggi/Sedang/Rendah g
(RA) 1,00 0,98 0,95 0,93 0,90 0,88
Terlawan

Faktor penyesuaian kelandaian (FG) Lp = Jarak antara garis henti dan kendaraan
yang diparkir pertama (m) (atau panjang dari
lajur pendek).
WA = Lebar pendekat (m).
G = Waktu hijau pada pendekat (nilai normal
26 det).
Faktor penyesuaian parkir juga dapat ditentukan
berdasarkan gambar 2 sebagai fungsi jarak dari
garis henti sampai kendaraan yang diparkir
Gambar 1. Faktor penyesuaian kelandaian (FG)
pertama

Faktor penyesuaian parkir (FP)


Fp = [Lp/3-(WA-2)×(Lp/3-g)/WA]/g (5)
Dmana:

5
Tundaan (D)
Tundaan (delay) adalah waktu tempuh
tambahan untuk melewati simpang bersinyal
bila dibandingkan dengan situasi tanpa simpang
bersinyal.
Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas
terhadap kapasitas untuk suatu pendekat,
digunakan sebagai faktor utama dalam
Gambar 2. Faktor penyesuaian parkir (FP) penentuan tingkat kinerja simpang.
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) DS = Q/C (8)
Faktor penyesuaian belok kanan (F RT) Dimana :
ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan DS = derajat kejenuhan
belok kanan PRT Q = Volume Kendaraan (smp/jam)
FRT = 1,0 + PRT × 0,26 (6) C = Kapasitas Simpang (smp/jam)

Rumus di atas hanya untuk pendekat tipe P; Waktu Siklus (c)


Tanpa median; jalan dua arah; lebar efektif Waktu siklus (Cycle Time) adalah waktu satu
ditentukan oleh lebar masuk. periode lampu lalu lintas, misalnya pada saat
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) suatu arus diruas jalan A mulai hijau, hingga
pada ruas jalan tersebut mulai hijau kembali.
Faktor penyesuaian untuk pengaruh belok kiri Hitung waktu siklus yang disesuaikan (c)
(FLT) hanya berlaku untuk pendekat tipe P tanpa berdasar pada waktu hijau yang diperoleh dan
belok kiri langsung, lebar efektif ditentukan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI) dan
oleh lebar masuk masukkan hasilnya pada bagian terbawah
Kolom 11 dalam kotak dengan tanda waktu
FLT = 1,0 - PLT × 0,16 (7)
siklus yang disesuaikan.
Panjang Antrian
c = g + LTI (9)
Panjang antrian didefinisikan sebagai panjang
Dimana:
kendaraan yang menunggu dalam suatu
c = waktu siklus (det)
kelompok kendaraan dan dinyatakan dalam
g = waktu lalu lintas hijau (det)
satuan meter. Gerakan kendaraan yang berada
LTI = waktu hilang (det)
dalam antrian akan dibatasi oleh gerakan
kendaraan yang di depannya atau kendaraan Tingkat Pelayanan
tersebut dihentikan oleh komponen lain dari Tingkat Pelayanan simpang (level of service)
sistem lalu lintas, salah satu contohnya seperti adalah ukuran yang digunakan untuk
pejalan kaki yang menyeberang. Dalam
mengetahui kualitas suatu ruas simpang dalam
melakukan pengukuran panjang antrian, di
dalamnya meliputi pencacahan dari jumlah melayani besaran arus lalu lintas yang akan
kendaraan yang berada dalam sistem antrian melewatinya. Salah satu aspek penting dalam
pada suatu waktu tertentu. Hal ini dapat menentukan tingkat pelayanan simpang yaitu
dilakukan dengan perhitungan fisik kendaraan kecepatan dan volume. Tingkat pelayanan
atau dengan memberikan tanda pada jalan, simpang menurut Permenhub No. 96 tahun
sehingga mengindikasikan bahwa kendaraan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
yang berada dalam antrian akan dinyatakan
dalam satuan panjang. (Tamin, 2000)
Tabel 3 Tingkat Pelayanan Simpang bersinyal
Tin Tundaan per
gka kendaraan
t (Control delay per

6
Pel
aya
nan
(Le
vel vehicle) (det/smp)
of
ser
vic
e)
A ≤5
B 5-15
C 15-25
D 25-40
E 40-60
F >60
Gambar 3. Lokasi Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini


Manajemen lalu lintas berupa data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari survei di lapangan berupa data
Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan
volume lalu lintas; geometrik jalan; waktu
pengendalian arus lalu lintas dengan melakukan
siklus; panjang antrian; dan kecepatan
optimasi penggunaan prasarana yang ada untuk
kendaraan. Sedangkan data sekunder diperoleh
memberikan kemudahan kepada lalu lintas
dari instansi-instansi yang terkait berupa data
secara efisien dalam penggunaan ruang jalan
perencanaan jalan pasca pembukaan tol layang
serta memperlancar sistem pergerakan. Hal ini
pettarani.
berhubungan dengan kondisi arus lalu lintas dan
Pengolahan data dilakukan dengan
sarana penunjangnya pada saat sekarang dan
memperhitungkan data yang didapat dari survei
bagaimana mengorganisasikannya untuk
yang telah dilakukan sebelumnya berdasarkan
mendapatkan penampilan yang terbaik.
MKJI 1997 untuk simpang bersinyal yaitu
III. METODOLOGI memperhitungkan tundaan, kapasitas jalan,
derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan dengan
PENELITIAN
data yang didapat berupa volume kendaraan dan
Lokasi penelitian ini dilakukan pada kapasitas. Alur pelaksanan penelitian
simpang Boulevard-A.P. Pettarani. Pelaksanaan digambarkan pada skema Gambar 2.
survey dilakukan selama tiga hari yaitu pada
hari Senin, Rabu dan Jumat tanggal 23-27
Maret 2020. Survey pengumpulan data lalu
lintas dilakukan pada jam 06.00 – 18.00

7
2019 sebesar 1,526,677 jiwa. Berdasarkan
MKJI 1997, kelas ukuran kota dengan jumlah
penduduk sebanyak ini dikategorikan kelas
ukuran kota besar.
Volume lalu lintas dihitung pada masing-
masing pendekat berdasarkan pengklasifikasian
tipe kendaraan dan arah pergerakannya dalam
satuan kend/jam. Kendaraan diklasifikasikan
menjadi 3 golongan yaitu kendaraan ringan
(LV), kendaraan berat (HV) dan sepeda motor
(MC). Hasil survey volume kendaraan yang
dibagi sesuai tipe kendaraan per waktu
penelitiannya, dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 4. Diagram alir penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dilapangan, tata
letak persimpangan ini berada dikawasan
perkotaan, disekitarnya terdapat banyak
perkantoran, restoran, sekolah dan pasar
sehingga arus lalu lintas yang melewati
simpang tersebut setiap harinya cukup banyak
terutama pada jam-jam tertentu. Berdasarkan
MKJI 1997 tipe lingkungan jalan ini
digolongkan tipe lingkungan jalan komersial.

Gambar 5. Geometrik Simpang


Gambar 6. Volume kendaraan masing-masing
pendekat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), jumlah penduduk kota Makassar tahun

8
Tabel 1 Data Geometrik Simpang

Lebar
Lebar Lebar Masuk LTOR Tipe Tipe
Nama Pendekat Arah Keluar
(m) (m) (m) Jalan Perkerasan
(m)

A.P. Pettarani Utara 10.7 10.7 1.9 10.5 6/2D Komposit


A.P. Pettarani
Selatan 7.6 7.6 - 14.4 8/2D Komposit
Jalur Cepat
A.P. Pettarani
Selatan 8.3 8.3 - 14.8 8/2D Komposit
Jalur Lambat
Boulevard Timur 14.8 12.3 2.5 14.4 8/2D Kaku

Tabel 2 Waktu fase simpang tiga Boulevard - Pettarani


Waktu Sinyal (det)
Fase Pendekat
Merah Merah Semua Kuning Hijau
1 Pettarani Utara 60 2 3 45
2 Boulevard 75 2 3 30
3 Pettarani Selatan 75 2 3 30

Tabel 3 Panjang Antrian Kendaraan


Panjang Antrian (m)
Nama Pendekat
Pagi Siang Sore
Pettarani Utara (A) 82 75.5 151
Pettarani Selatan (B.RT) 34.5 51.5 51.7
Pettarani Selatan (B.ST) 0 0 0
Boulevard (C) 64 126.4 131.7

Kinerja simpang eksisting kejenuhan 0.76 sehingga masih


Berdasarkan Tabel 4 tingkat diartikan buruk karena arus sudah
pelayanan eksisting simpang untuk mengalami ketidakstabilan.
pendekat Pettarani sisi utara (A) Sedangkan tingkat pelayanan untuk
adalah E dengan derajat kejenuhan pendekat Boulevard (C) adalah F
0.92 yang dapat diartikan buruk dengan derajat kejenuhan melebihi 1
karena hampir mendekati kapasitas sehingga dapat diartikan pendekat ini
jalan yang ada dan tundaan yang sangat buruk karena sudah melampaui
mencapai 47 detik/smp. Tingkat kapasitas jalan yang tersedia.
pelayanan untuk pendekat Pettarani Berdasarkan hasil perhitungan di atas
Selatan Lajur Cepat (B.ST) adalah A pada simpang bersinyal Boulevard-
sehingga tingkat pelayanan pendekat Pettarani kondisi eksisting ini tidak
simpang bisa diartikan masih sangat memenuhi standar tingkat pelayanan
bagus. Tingkat pelayanan untuk jalan yang tertulis pada Permenhub RI
pendekat Pettarani Selatan Lajur No. 96 tahun 2015 dengan tingkat
Lambat (B.RT) adalah E dan derajat pelayanan jalan arteri primer adalah B

9
sehingga diperlukan rekomendasi disepanjang jalan AP. Pettarani
untuk memperbaiki kinerja jalan sehingga terjadi penyempitan jalan
tersebut agar dapat menampung arus untuk pendekat A dan B kemudian
lalu lintas yang ada. Pada kondisi pembangunan tol ini diharapkan
eksisting saat ini, sedang dilaksanakan mampu mengurangi arus lalu lintas
pembangunan jalan tol layang pada jalan eksisting itu sendiri.

10
Tabel 4 Kinerja simpang bersinyal Boulevard-Pettarani
Arus Lalu Panjang Tundaan
Kapasitas Derajat
Kode Lintas Antrian Rata-rata
(smp/jam) Kejenuhan LOS
Pendekat (smp/jam) (m) (det/smp)
Q C DS QL D
A 2054 2239 0.92 151 47.11 E
B.ST 2929 4241 0.69 0 0.55 A
B.RT 883 1158 0.76 51.7 49.38 E
C 1747 1716 1.02 131.8 112.77 F

Analisa Prediksi Kinerja Simpang Pasca akan diresmikan pada bulan Oktober 2020
Pembukaan Tol Layang sehingga perhitungan perkiraan tingkat
Pembangunan Jalan Tol Layang pelayanan tidak memerlukan perhitungan
Pettarani mengakibatkan perubahan geometri pertambahan arus lalulintas sehingga data
jalan pada ruas pettarani dari eksisting karena yang digunakan adalah data yang diperoleh
pada bagian tengah jalan digunakan sebagai dari survey dan hasil perhitungan sebelumnya.
kolom jalan tol, drainase, kanstin dan bahu Selain perubahan geometri jalan,
jalan serta median. Perubahan tersebut perubahan volume lalu lintas juga menjadi
mengakibatkan bertambahnya lebar jalan dari variabel untuk memperkirakan tingkat
masa konstruksi yang dimana bagian tengah pelayanan jalan yang dapat dilihat pada Tabel
jalan digunakan sebagai area kerja. Pasca 6 di atas. Volume lalu lintas teralihkan dari
pembukaan tol layang juga akan eksisting ruas pettarani yang melalui simpang
mengakibatkan berkurangnya hambatan Boulevard ke jalan tol layang pasca
samping yang dimana pada masa eksisting operasional diperoleh dari survey volume
hambatan samping sangat tinggi diakibatkan kendaraan di gerbang masuk dan gerbang
adanya proses konstruksi yang sedang keluar tol, dimana diasumsikan bahwa
berlangsung. Kemudian dengan adanya Tol kendaraan yang masuk tol dari arah pettarani
Layang Pettarani akan mengakibatkan dan kendaraan keluar tol ke arah pettarani
pengalihan volume lalu lintas khususnya merupakan jumlah volume kendaraan
kendaraan ringan (LV) dan kendaraan berat teralihkan ke jalan tol layang pasca
(HV) yang melalui ruas jalan Pettarani. operasional. Survey dilakukan pada jam
Sehingga dengan adanya perubahan tersebut puncak yang telah diperoleh dari perhitungan
akan berdampak pada Tingkat Pelayanan pada sebelumnya yaitu jam puncak pagi (07.00–
jalan itu sendiri terkhusus pada simpang 08.00), siang (12.00-13.00) dan sore (17.00-
Boulevard yang menjadi objek pada penelitian 18.00).
ini. Pada perencanaannya, Proyek Tol Layang

Tabel 5 Rencana Geometrik Pasca Pembukaan Tol Layang


Lebar Lebar
Lebar LTOR Tipe Tipe
No. Nama Pendekat Arah Masuk Keluar
(m) (m) Jalan Perkerasan
(m) (m)
1 A.P. Pettarani Utara 14.1 14.1 1.9 14.8 8/2D Komposit
A.P. Pettarani
2 Selatan 8.4 8.4 0 19.2 8/2D Komposit
Jalur Cepat

11
A.P. Pettarani
3 Selatan 10.1 10.1 0 14.8 8/2D Komposit
Jalur Lambat
4 Boulevard Timur 14.8 12.3 2.5 19.2 8/2D Kaku

Tabel 6 Perkiraan volume kendaraan teralihkan (kend/jam)

Volume
Arah Waktu
LV HV Total
07.00-08.00 237 13 250
Masuk Tol 12.00-13.00 254 28 282
17.00-18.00 273 32 305
07.00-08.00 196 29 225
Keluar Tol 12.00-13.00 224 25 249
17.00-18.00 247 23 270
Berdasarkan Tabel 5 perubahan geometri diabaikan sehingga diasumsikan kendaraan
jalan pasca pembukaan jalan tol layang yang keluar dan masuk pada gerbang tol
pettarani terjadi pada ruas jalan Pettarani yaitu pettarani adalah arus lalu lintas yang akan
pendekat Pettarani sisi utara (A) dengan lebar melewati Jalan Tol Layang nantinya, dimana
eksisting 10.7 m (6/2D) menjadi 14.1 m arah masuk tol akan mengurangi volume
(8/2D) dan pendekat Pettarani sisi selatan (B) lalulintas lurus pada pendekat Pettarani
dengan lebar eksisting 15,9 m (8/2D) menjadi Selatan (B.ST) dan arah keluar tol akan
18.5 m (8/2D) sedangkan untuk pendekat mengurangi volume lalulintas lurus pada
Boulevard (C) tidak terjadi perubahan pendekat Pettarani Utara (A).
geometri jalan dari eksisting. Lalu pada Tabel Perkiraan tingkat pelayanan simpang
6 adalah jumlah kendaraan yang diperkirakan dianalisis dengan perhitungan yang sama pada
akan teralihkan ke jalan tol. Pada perencanaan perhitungan sebelumnya menggunakan metode
Tol Layang terdapat beberapa titik Ramp On MKJI 1997 Form SIG-I sampai SIG-V dengan
dan Ramp Off yang menjadi gerbang masuk beberapa variabel yang berubah seperti
dan gerbang keluar tol pada ruas jalan perubahan karakteristik, geometri jalan dan
Pettarani. Namun untuk penelitian ini, Ramp perubahan volume lalu lintas. Hasil
dan simpang selain simpang boulevard akan perhitungan sebagai berikut

Tabel 7 Tingkat Pelayanan Pasca Operasional

Arus Lalu Panjang Tundaan


Kapasitas Derajat
Kode Lintas Antrian Rata-rata
(smp/jam) Kejenuhan LOS
Pendekat (smp/jam) (m) (det/smp)
Q C DS QL D
A 1777 2982 0.60 67.94 33.38 D
B.ST 2614 4738 0.55 0.28 0.09 A
B.RT 883 1424 0.62 52.36 45.12 E
C 1747 1716 1.02 144.47 112.77 F

Berdasarkan Tabel 7 tingkat pelayanan karena masih berada di bawah 0.85. Tingkat
simpang pasca operasional untuk pendekat pelayanan untuk pendekat Pettarani Selatan
Pettarani sisi utara (A) adalah D dengan Lajur Cepat (B.ST) adalah A dengan tundaan
tundaan sebesar 33.38 detik/smp dan derajat 0.09 det/smp dan derajat kejenuhan 0.55
kejenuhan 0.6 yang dapat diartikan cukup baik sehingga tingkat pelayanan dan kinerja

12
pendekat simpang masih sangat bagus. Berdasarkan hasil perhitungan di atas
Tingkat pelayanan untuk pendekat Pettarani pada simpang bersinyal Boulevard-Pettarani
Selatan Lajur Lambat (B.RT) adalah E dengan kondisi pasca operasional sedikit lebih baik
tundaan 45.12 det/smp dan derajat kejenuhan dibandingkan dengan kinerja simpang
0.62 sehingga masih diartikan buruk karena bersinyal apabila pembangunan tol layang
arus sudah mengalami ketidakstabilan. tidak dilakukan. Namun, pada pendekat
Sedangkan tingkat pelayanan untuk pendekat Boulevard (C) terjadi ketimpangan kinerja
Boulevard (C) adalah F dengan derajat sedangkan pada pendekat lain, panjang antrian
kejenuhan melebihi 1 sehingga dapat diartikan dan tundaan rata-rata jauh lebih kecil. Hal ini
pendekat ini sangat buruk karena sudah menunjukkan bahwa diperlukan optimasi
melampaui kapasitas jalan yang tersedia. terhadap waktu sinyal pada simpang tersebut.

Traffic Control yaitu kordinasi lampu lalu


lintas masing-masing pendekat. Adapun
alternatif yang direncanakan yaitu pemberian
sinyal 3 fase dengan lurus langsung pada
pendekat Selatan dan belok kiri langsung pada
pendekat Utara dan Timur.
Manajemen Lalu Lintas Pasca Pembukaan Analisis yang dilakukan masih
Tol Layang menggunakan metode yang sama yaitu dengan
Dari hasil perhitungan perkiraan tingkat menggunakan metode MKJI 1997 untuk
pelayanan diatas, salah satu pendekat simpang Simpang Bersinyal. Manajemen lalulintas
diperoleh nilai DS >0.85 dengan tingkat yang dilakukan hanya pada penentuan fase
pelayanan F yang berarti bahwa simpang sinyal sehingga data geometri dan data arus
dalam kondisi jenuh. Dengan hasil tersebut lalu lintas masih menggunakan data dari hasil
berdasarkan Tabel 2.4 maka direncanakan perhitungan sebelumnya. Berikut adalah hasil
strategi manajemen lalulintas berupa perhitungan setelah penentuan fase lalu lintas:
manajemen kapasitas dengan teknik Area

Tabel 8 Waktu Sinyal Untuk Optimasi


Waktu Sinyal (det)
Fase Pendekat
Merah Merah Semua Kuning Hijau
1 Pettarani Utara 40 3 3 22
2 Boulevard 37 2 3 25
3 Pettarani Selatan 47 1 3 15

Tabel 9 Tingkat Pelayanan Pasca Optimasi

Arus Lalu Panjang Tundaan


Kapasitas Derajat
Kode Lintas Antrian Rata-rata
(smp/jam) Kejenuhan LOS
Pendekat (smp/jam) (m) (det/smp)
Q C DS QL D
A 1777 2272 0.78 51.40 30.76 D
B.ST 2614 4738 0.55 0.28 0.10 A
B.RT 883 1110 0.80 38.47 38.33 D
C 1747 2228 0.78 57.17 29.74 D

13
Berdasarkan tabel perhitungan diatas diperoleh kinerja lalulintas yang lebih baik
dapat dilihat alternatif penanganan waktu pada pendekat Pettarani Utara dan Pettarani
sinyal menunjukkan kinerja yang cukup baik Selatan, namun pada pendekat Boulevard tidak
dibandingkan sebelum optimasi. Adapun nilai terlihat dampak dengan adanya tol layang
waktu hijau dan waktu siklusnya untuk tersebut. Sehingga dilakukan optimasi
keperluan optimasi digunakan hasil terhadap waktu sinyal setiap pendekat yang
perhitungan pada jam puncak sore sebagai menghasilkan kinerja lalu lintas simpang
periode paling kritis yang dapat dilihat pada bersinyal yang lebih baik dibandingkan tanpa
Tabel 8 dan Tabel 9 dimana diperoleh nilai optimasi waktu sinyal. Dampak paling
DS sebesar 0.8 (DS < 0.85) dan tingkat signifikan terjadi pada pendekat Boulevard
pelayanan D. dimana sebelum optimasi, tundaan yang
Berdasarkan tabel 10, kinerja simpang terjadi sebesar 112.77 det/smp dengan tingkat
bersinyal berdasarkan tingkat pelayanannya pelayanan F sedangkan setelah optimasi
setelah Tol Layang Pettarani beroperasi diperoleh tundaan 29.74 det/smp dengan
tingkat pelayanan D.

Tabel 10 Simulasi Kinerja Simpang Bersinyal Pettarani-Boulevard


Eksisting (Masa Konstruksi) Operasional Operasional dengan Optimasi
No. Pendekat Derajat
Derajat Tundaan Derajat Tundaan Tundaan
LOS LOS Kejenuha LOS
Kejenuhan (det/smp) Kejenuhan (det/smp) (det/smp)
n
Pettarani
1 0.92 47.11 E 0.60 33.38 D 0.78 30.76 D
Utara
Pettarani
2 0.69 0.55 A 0.55 0.09 A 0.55 0.10 A
Selatan ST
Pettarani
3 0.76 49.38 E 0.62 45.12 E 0.80 38.33 D
Selatan RT

4 Boulevard 1.02 112.77 F 1.02 112.77 F 0.78 29.74 D

V. KESIMPULAN 2. Setelah pembangunan Tol Layang


1. Kondisi eksisting simpang bersinyal Pettarani, terjadi perubahan karakteristik
Boulevard – A.P. Pettarani terjadi berupa penambahan lebar jalan dan
ketimpangan kinerja antarpendekat dimana pengurangan volume lalu lintas yang
kinerja pendekat Pettarani sisi utara (A) teralihkan ke jalan tol. Sehingga tingkat
berada pada tingkat pelayanan E dengan pelayanan simpang pasca operasional untuk
tundaan yang mencapai 47 detik/smp dan pendekat Pettarani sisi utara (A) adalah D
derajat kejenuhan 0.92; pendekat Pettarani dengan tundaan sebesar 33.38 detik/smp
Selatan Lajur Cepat (B.ST) dengan tingkat dan derajat kejenuhan 0.60. Tingkat
pelayanan A dengan tundaan 0.55 det/smp pelayanan untuk pendekat Pettarani Selatan
dan derajat kejenuhan sebesar 0.69. Tingkat Lajur Cepat (B.ST) adalah A dengan
pelayanan untuk pendekat Pettarani Selatan tundaan 0.09 det/smp dan derajat
Lajur Lambat (B.RT) adalah E dengan kejenuhan 0.55. Tingkat pelayanan untuk
tundaan sebesar 49.38 dan derajat pendekat Pettarani Selatan Lajur Lambat
kejenuhan 0.76 Sedangkan tingkat (B.RT) adalah E dengan tundaan 45.12
pelayanan untuk pendekat Boulevard (C) det/smp dan derajat kejenuhan 0.62.
adalah F dengan tundaan 112.77 det/smp Sedangkan kinerja untuk pendekat
dan derajat kejenuhan 1.02. Boulevard (C) tidak terdampak oleh adanya

14
pembangunan tol layang tersebut. Hal ini Setelah dilakukan optimasi waktu sinyal
menunjukkan bahwa diperlukan optimasi tersebut, tingkat pelayanan pendekat
terhadap waktu sinyal pada simpang Pettarani Utara menjadi D dengan tundaan
tersebut. 30.76 det/smp; tingkat pelayanan pendekat
3. Konsep Manajemen Simpang Bersinyal Pettarani Selatan Lajur Cepat adalah A
Boulevard-A.P. Pettarani yang dengan tundaan 0.10 det/smp; tingkat
direkomendasikan adalah optimasi terhadap pelayanan pendekat Pettarani Selatan Lajur
waktu sinyal setiap pendekat yang Lambat menjadi D dengan tundaan sebesar
menghasilkan kinerja lalu lintas simpang 38.33 det/smp; dan dampak paling
bersinyal yang lebih baik dibandingkan signifikan terjadi pada pendekat Boulevard
tanpa optimasi waktu sinyal. Dari hasil dimana sebelum optimasi, tundaan yang
perencanaan diperoleh nilai waktu siklus terjadi sebesar 112.77 det/smp dengan
sebesar 77 detik, dengan waktu hijau pada tingkat pelayanan F sedangkan setelah
fase 1 yaitu 22 detik, pada fase 2 yaitu 25 optimasi diperoleh tundaan 29.74 det/smp
detik dan pada fase 3 yaitu 15 detik. dengan tingkat pelayanan D
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.
Kementrian Perhubungan. Jakarta.
_____1997. Studi Kelayakan Proyek Transportasi.
SARAN Lembaga Pengabdian Masyarakat ITB
bekerjasama dengan kelompok Bidang Keahlian
Dari hasil penelitian yang menunjukkan Rekayasa Transportasi Jurusan Teknik Sipil ITB.
Bandung.
bahwa kinerja persimpangan Boulevard – A.P.
Abubakar. 1996. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan
Pettarani masih belum stabil, maka perlu Jalan yang Tertib. Jakarta.
adanya optimasi waktu lalu lintas pasca Alamsyah, Alik, Ansyori. 2005. Rekayasa Lalulintas.
pembukaan Tol Layang di setiap pendekat Universitas Muhammadiyah Malang Press:
untuk menghasilkan kinerja lalu lintas Malang.
Apriliyanto, Rangga dan Tri Sudibyo. 2018. Analsis
simpang bersinyal yang lebih baik.
Kemacetan dan Perkiraan Tingkat Pelayanan
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya Jakarta pada Masa Mendatang (Studi Kasus Jalan
dilakukan evaluasi dan analisis beberapa Raya Sawangan Depok). Skripsi. Bogor: Jurusan
alternatif tambahan untuk dapat dibandingkan Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian
hasilnya. Bogor.
Ariansyah, Dedek. Sugiarto., dan Sofyan M Saleh. 2017.
Studi Dampak Lalu Lintas Kawasan Akibat
DAFTAR PUSTAKA Pembangunan Jalan Layang Simpang Surabaya
dan Jalan Lintas Bawah Kuta Alam Kota Banda
_____1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
Aceh. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina
Hormansyah, D. S., Sugiarto, V., dan Amalia, E. L.
Marga. Jakarta.
2016. Penggunaan Vissim Model Pada Jalur Lalu
_____2004. Tentang Jalan. Undang-Undang Republik
Lintas Empat Ruas. Jurnal Teknologi Informasi;
Indonesia, Nomor 38. Jakarta.
Teori, Konsep, dan Implementasi, 7(1).
_____1993. Tentang Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalu
Morlok, Edward K. 1991. Pengantar Teknik dan
Lintas. Keputusan Menteri Perhubungan, Nomor
Perencanaan Transportasi, Bandung.
KM 62. Jakarta.
Novitasari, Nidea dan Tri Sudibyo. 2020. Analisis
_____2006. Tentang Jalan. Peraturan Pemerintah
Perkiraan Tingkat Pelayanan Jalan (Studi Kasus
Republik Indonesia, Nomor 34. Jakarta.
Rencana Tol dalam Kota Jakarta Ruas Jalan
_____ . Traffic Management – Regional Cities Urban
Bekasi Raya). Skripsi. Bogor: Jurusan Teknik
Transport DKI Jakarta Training. Direktorat
Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
Jenderal Bina Marga – Departemen Pekerjaan
Oglesby, Heks. 1993. Dasar-dasar Perencanaan
Umum. Jakarta
Geometrik Jalan Raya, Bandung.
_____2014. Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI).
Prakoso, Tri Angga dkk. 2016. Evaluasi Kinerja Lalu
Kementrian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Lintas Ruas Jalan Pandaan-Gempol Sebelum dan
_____2015. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 96
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

15
Sesudah Adanya Jalan Tol. Skripsi. Malang: Jurnal Karya Teknik Sipil Universitas
Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya. Diponegoro: Semarang
Rahman, M Auliya dkk. 2018. Analisis Kinerja Ruas Sukirman, Silvia. 1994. Dasar-dasar Perencanaan
Jalan pada Jalan M.H. Thamrin (Bundaran HI- Geometrik Jalan Raya. Nova. Bandung.
Simpang Sarinah) Akibat Proyek Pembangunan Tamin. OZ. 2000. Perencanaan dan Pemodelan
MRT Jakarta Underground Section CP 106. Transportasi. Edisi Kedua. Sub Jurusan
Transportasi-Teknik Sipil ITB. Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai