Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menunjang perkembangan suatu daerah, banyak faktor-faktor yang
perlu dibenahi. Baik itu dari sarana maupun prasarana pendukung. Salah satu
faktor penunjang suatu perkembangan suatu daerah adalah keberadaan sistem
transportasi yang memadai dan dapat menunjang mobilisasi penduduk.
Pasuruan merupakan daerah strategis yang menghubungkan dua kota besar
di provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya dan Malang. Jalur Surabaya – Malang
sendiri merupakan jalur yang sibuk setiap harinya. Hal ini menjadi penyebab
terjadinya meningkatnya volume kendaraan baik dari segi jumlah dan kapasitas
beban yang di angkut, mengakibatkan tingginya arus, volume lalu lintas serta
efisiensi waktu tempuh. Namun peningkatan kendaraan tersebut tidak sebanding
dengan bertambahnya ruas jalan ataupun pembangunan jalan yang baru. Karena
pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat, jalan tersebut tidak bisa digunakan
secara maksimal.
Perencanaan peningkatan jalan merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukannya peningkatan kapasitas
jalan yang tentunya memerlukan metode yang efektif dalam perancangan maupun
perencanaan agar diperoleh hasil terbaik.
Proyek pembangunan jalan tol Pandaan – Malang mulai dikerjakan pada
tahun 2017. Dari data pemerintah provinsi Jawa Timur, ruas jalan tol Pandaan –
Malang memiliki panjang 38,688 kilometer dan terbagi dalam lima bagian atau
seksi. Seksi I Pandaan - Purwodadi sejauh 15,475 kilometer, seksi II Purwodadi –
Lawang sejauh 8,050 kilometer, seksi III Lawang – Pakis I 7,100 kilometer, seksi
IV Pakis I – Pakis II sejauh 4,750 kilometer, dan terakhir seksi V Pakis II –
Madyopuro sejauh 3,113 kilometer.
Pembangunan jalan tol Pandaan – Malang ini menggunakan perkerasan
kaku (rigid pavement). Perkerasan kaku adalah perkerasan yang menggunakan
semen sebagai bahan ikat sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang relatif
cukup tinggi. Ada beberapa metode dalam perencanaan perkerasan kaku yang

1
2

digunakan, antara lain Metode Bina Marga dan Merode AASHTO 1993. Metode
Bina Marga merupakan metode perencanaan untuk menentukan tebal lapisan
perkerasan standar di Indonesia, tetapi pada kenyataannya di Indonesia lebih
banyak menggunakan metode AASHTO 1993. Dengan latar belakang ini akan
dibahas kembali perencanaan perkerasan kaku pada jalan tol Pandaan – Malang
Seksi 1 Pandaan - Purwodadi (STA. 0+000 - STA. 15+475) dengan menggunakan
Metode Bina Marga 2003 dan Metode AASHTO 1993.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu pokok
perumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :
a. Berapa tebal perkerasan kaku yang dibutuhkan pada jalan tol Pandaan –
Malang dengan menggunakan Metode Bina Marga 2003 ?
b. Berapa tebal perkerasan kaku yang dibutuhkan pada jalan tol Pandaan –
Malang dengan menggunakan Metode AASHTO 1993?

1.3 Tujuan Perencanaan


Dalam perencanaan ini penulis memiliki tujuan utama yang dicapai:
a. Mengetahui tebal perkerasan kaku pada jalan tol Pandaan – Malang
menggunakan Metode Bina Marga 2003.
b. Mengetahui tebal perkerasan kaku pada jalan tol Pandaan – Malang
menggunakan Metode AASHTO 1993.

1.4 Manfaat Perencanaan


Penulisan skripsi ini diharapkan memberikan manfaat kepada:
a. Bagi mahasiswa, perencanaan ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau
referensi dalam penyusunan skripsi sebagai pengembangan keilmuan
dibidang teknik sipil mengenai perencanaan perkerasan jalan khususnya
perkerasan kaku.
b. Untuk instansi terkait, dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan
metode yang akan digunakan dalam perencanaan perkerasan kaku, agar
3

memperoleh suatu ketebalan perkerasan yang lebih efektif serta sesuai


dengan umur yang direncananakan.

1.5 Batasan Masalah


Perencanaan jalan tol ini menggunakan perkerasan kaku dengan Metode Bina
Marga 2003 dan Metode AASHTO 1993. Agar tidak menyimpang dan meluas,
maka perencanaan ini dibatasi sebagai berikut:
a. Tidak menghitung perencanaan geometrik jalan.
b. Tidak menghitung perencanaan drainase untuk perkerasannya.
c. Tidak menghitung perencanaan lapis tambah (overlay).
d. Tidak menghitung anggaran biaya dan waktu.
e. Tidak membandingkan antara metode Bina Mrga 2003 dengan Metode
AASHTO 1993.

Anda mungkin juga menyukai