Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENUTUPAN PINTU PERLINTASAN REL

KERETA API TERHADAP PANJANG ANTRIAN


KENDARAAN

(Studi Kasus: Jalan Jaksa Agung Suprapto Kota


Lamongan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah


Malang Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Akademik Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Teknik

Disusun Oleh :

BADIL NUREKA

(201610340311231)
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlintasan KA Lamongan adalah salah satu perlintasan yang


terbentuk dari pertemuan antara dua jenis prasarana transportasi yaitu jalan
raya dengan jalan rel. Perlintasan ini terletak di Jalan Jaksa Agung
Suprapto, dimana jalan ini merupakan akses menuju dan keluar jantung
kota Lamongan yang menghubungkan kota Tuban, Lamongan dengan
kota, Gresik, Surabaya dan kota – kota lainnya. Jalan ini juga sebagai
Pusat perdagangan, tempat pariwisata, tempat keramaian, dan perkantoran
banyak terletak di sepanjang Jalan Jaksa Agung Suprapto. Dengan
demikian, akan terjadi pergerakan arus lalu-lintas kendaraan yang tinggi.

Adanya perlintasan ini, maka proses pergerakan arus lalu lintas


kendaraan menjadi terganggu ketika pintu perlintasan kereta api ditutup
dan kereta api melewati perlintasan ini. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya tundaan dan panjang antrian. Banyaknya kereta api yang
melintasi perlintasan rel mengakibatkan seringnya terjadi kemacetan di
Jalan Jaksa Agung Suprapto. Kendaraan-kendaraan berat yang melewati
jalan ini mengakibatkan pergerakan kendaraan sedikit lambat, sehingga
kemacetan yang terjadi memerlukan waktu yang cukup lama untuk terurai.

Manusia, sarana dan prasarana adalah sebuah komponen dalam


kehidupan masyarakat yang membentuk suatu sistem transportasi.
Persimpangan merupakan simpul konflik yang terjadi antara arus lalu
lintas pada sistem jaringan jalan. Pertemuan antara dua prasarana
transportasi yaitu jalan raya dan jalan rel merupakan salah satu
persimpangan yang ada di perkotaan. Pada dasarnya dalam menggunakan
angkutan umum, penumpang sebagai konsumen yang dilayani
menghendaki pelayanan yang memadai ditinjau dari waktu tempuh
perjalanan, waktu tunggu kendaraan, keamanan dan kenyamanan selama
perjalanan (Widayanti, 2010). Dengan meningkatnya kuantitas perjalanan
masyarakat khususnya yang menggunakan moda transportasi kereta api,
maka PT. Kereta Api Indonesia telah membangun jalur double track di
lintas utara Pulau Jawa yang memanjang dari Jakarta hingga Surabaya
pada tahun 2012 yang lalu dan ditargetkan akan selesai pertengahan tahun
2014 (Yusyadiputra, 2014).

Seiring pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang semakin maju


maka kebutuhan akan transportasi semakin meningkat. Peningkatan
kebutuhan transportasi disebebkan meningkatnya kegiatan di bidang
produksi.

Di lain pihak, pertumbuhan jaringan jalan sering kali tidak mampu


berpacu dengan pertambahan kendaraan, terutama sekali kendaraan pribadi
sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas pada daerah – daerah
tertentu. Hal ini sering terjadi pada jam – jam sibuk, yang menunjukkan
bahwa volume lalu lintas telah melampaui kapasitas jaringan yang ada.

Menurut Morlok (1978), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan


memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain.
Pergerakan manusia atau distribusi barang tersebut membutuhkan moda
transportasi sebagai media (prasarana) tempat moda transportasi bergerak,
yang meliputi: sistem jaringan jalan, kereta api, terminal bis, bandara dan
pelabuhan laut yang senantiasa beraksi dengan sistem kegiatan. Sistem
rekayasa dan jalan lalu lintas yang baik dapat menciptakan suatu sistem
pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal dan sesuai dengan
lingkungannya (Tamin, 2000).

Dengan definisi tersebut berarti transportasi berkaitan erat dengan


pertumbuhan sosial ekonomi di suatu daerah. Dimana untuk mencapai
sistem transportasi yang baik maka perlu dilakukan penyediaan moda
transportasi yang efisien, efektif, aman dan nyaman serta terpadu. Sebab
dengan peningkatan transportasi mempermudah mobilisasi penduduk atau
barang dari suatu daerah ke daerah lainnya. Dalam hal pembangunan
daerah, transportasi memiliki kontribusi besar untuk menembus isolasi suatu
daerah guna pemerataan pembangunan daerah tersebut.

Seperti halnya pada pertemuan antara dua prasarana transportasi yaitu


jalan raya dan jalan rel merupakan salah satu perlintasan yang ada di
beberapa daerah, misalnya di dalam perkotaan maupun pedesaan.
Perlintasan merupakan simpul konflik yang terjadi antara lalu lintas pada
system jaringan jalan. Ketika kereta lewat pada persilangan, kendaraan
harus berhenti karena pintu perlintasan ditutup. Sehingga meninmbulkan
antrian yang akan mengakibatkan pemborosan pada pemakaian bahan bakar
minyak oleh kendaraan bermotor di daerah perlintasan. Selain itu, waktu
perjalanan meningkat di banding pada kondisi normal, padahal waktu
tempuh perjalanan merupakan salah satu factor penentu dalam pemilihan
rute bagi masyarakat untuk melakukan aktifitasnya. Untuk mengantisipasi
dampak lain seperti kecelakaan atau tabrakan antara kereta dengan
kendaraan di jalan raya maka factor keamanan harus benar – benar
diperhatikan.

Salah satu permasalahan lalu lintas adalah pertemuan sebidang Antara


dua jenis prasarana transportasi seperti jalan raya dengan jalan rel system
control pada pertemuan dua jalanan tersebut yang telah dioperasikan dengan
benar.

Permasalahan yang timbul pada persimpangan sebidang antara jalan


raya dan jalan rel seperti kemacetan, kecelakaan, penurunan kualitas
lingkungan dan transportasi biaya tinggi telah menjadi pemandangan sehari-
hari. Tingkat efisiensi jaringan jalan sangat ditentukan oleh kinerja
simpang.

Sebab apabila terjadi permasalahan pada pertemuan, akan


berdampak pada jaringan jalan seperti penurunan kecepatan, tundaan,
antrian kendaraan, kemacetan, kecelakaan, naiknya biaya operasi kendaraan
dan penurunan kualitas lingkungan, ditambah seringnya kereta api yang
melintasi persimpangan dan palang pintu lintasan kerata api ditutup akan
membuat transportasi menjadi bentuk lain dari pemborosan energi dan
ekonomi tinggi serta mengakibatkan waktu tempuh perjalanan semakin
bertambah. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Dalam Pasal 114 UU No. 22 Tahun 2009, pada perlintasan
sebidang antara jalur kereta api dan jalan, Pengemudi Kendaraan wajib:

1. Berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api


sudah mulai ditutup, dan/atau ada isyarat lain;

2. Mendahulukan kereta api; dan

3. Memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu


melintasi rel.

Jelas bahwa adanya perlintasan ini, maka pergerakan arus lalu lintas
kendaraan menjadi terganggu ketika pintu perlintasan kereta api ditutup. Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya tundaan dan panjang antrian kendaraan.
Selain itu waktu perjalanan meningkat dibanding pada kondisi normal,
padahal waktu tempuh perjalanan merupakan salah satu faktor penentu
dalam pemilihan rute bagi masyarakat untuk melakukan aktifitasnya, seperti
belanja, bisnis, sekolah, rekreasi dan lain-lain. Terbatasnya ruas jalan
menyebabkan tidak ada pilihan untuk memilih rute lain selain melewati
jalan persilangan. Untuk mengantisipasi dampak lain seperti kecelakaan
atau tabrakan antara kereta dengan kendaraan di jalan raya maka faktor
keamanan harus benar-benar diperhatikan.

Perlintasan kereta api di Jalan Jaksa Agung Suprapto merupakan


salah satu perlintasan yang volume lalu lintasnya cukup padat sebab terletak
ditengah Kota Malang. Jalan ini termasuk kategori Jalan Kabupaten
Kawasan ini juga sangat ramai karena di sepanjang jalan terdapat beberapa
perkantoran, sekolah, ruko, dan rumah sakit. Keluar masuk kendaraan di
beberapa tempat itu juga menjadi salah satu faktor penghambat kecepatan.

Perlintasan ini sering menjadi jalur alternatif beberapa rute kereta


yang seharusnya tidak melintasi di perlintasan ini disebabkan adanya
kerusakan badan rel atau bencana alam di beberapa kawasan tertentu. Hal
ini mengakibatkan peningkatan jumlah kereta lewat yang diikuti dengan
penutupan pintu perlintasan. Selain itu volume lalu lintas yang cukup padat
dan antrian kendaraan yang panjang akibat lama penutupan pintu
perlintasan akan mempengaruhi kinerja simpang empat bersinyal yang
berada pada jarak ± 200 meter arah barat perlintasan dan simpang bundaran
patung Jend. Hamid Rusdi arah timur. Kondisi ini tentunya juga akan
memberikan suatu kerugian tersendiri bagi pengguna jalan, yaitu nilai waktu
pengguna jalan yang hilang.

Hal-hal yang berpengaruh terhadap tundaan dan panjang antrian


kendaraan pada persilangan antara jalan rel dan jalan raya antara lain:

1. Pengoperasian kereta seperti: kecepatan kereta, panjang kereta dan


jadwal kereta setiap hari,

2. Pengoperasian jalan seperti: kecepatan kendaraan, jumlah kendaraan


dan bentuk permukaan persilangan,

3. Kondisi jalan seperti: lebar jalan, jumlah jalur dan jenis perkerasan.

Saat jadwal kereta api yang akan melintasi perlintasan rel hanya
berselang beberapa menit saja akan mengakibatkan tundaan dan panjang
antrian lebih besar

lagi karena ada dua kereta api yang lewat sekaligus dalam satu waktu
penutupan pintu perlintasan sehingga terjadi penumpukan antrian kendaraan
yang lebih besar. Kondisi ini tentunya juga akan memberikan suatu
kerugian tersendiri bagi pengguna, yaitu nilai waktu pengguna jalan yang
hilang.

Adapun hal – hal yang berpengaruh terhadap tundaan pada


persilangan antara jalan rel dengan jalan. Contohnya, pengoperasian kereta
sangat berpengaruh terharap tundaan yang terjadi di perlintasan. Karena
kecepatan kereta, panjang kereta, dan jadwal kereta setiap hari sangatlah
berpengaruh.
Berdasarkan waktu penggunaan waktu perlintasan, kereta api
menggunakan waktu perlintasan dengan jadwal tertentu, sedangkan
kendaraan yang melewati persimpangan tidak terjadwal sehingga arus
kendaraan dapat melintasi perlintasan kapan saja. Untuk kereta api
mempunyai hak istimewa dimana setiap kereta api melintas wajib bagi
pengguna jalan untuk berhenti mendahulukan kereta api, hal itu sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas Angkutan Kereta Api (KA) pada Pasal 110 ayat (1) menyebutkan
“bahwa pada perpotongan sebidang antara jalur KA dengan jalan yang
digunakan untuk lalu lintas umum atau lalu lintas khusus, pemakai jalan
wajib mendahulukan perjalanan KA”.

Pertemuan antara dua jenis prasarana transportasi seperti jalan raya


dan jalan rel merupakan bentuk perlintasan yang menimbulkan masalah.
Perlintasan sebidang jalan dan jalan rel yang harus diperhatikan dalam
transportasi karena akan mempengaruhi kinerja ruas jalan yang berpotongan
dengannya. Permasalahan yang terjadi adalah bila volume kendaraan
mendekati lintasan sedemikian besar maka akan menimbulkan tundaan dan
panjang antrian yang cukup berarti, pada saat itu pula terciptalah suatu
gangguan pada sistem transportasi yang akan menimbulkan masalah
kemacetan atau keadaan tersendat atau bahkan terhenti lalu lintas yang
disebabkan oleh jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Tundaan dan panjang antrian kendaraan akibat penutupan pintu
perlintasan kereta api menarik untuk diteliti, karena tundaan yang cukup
tinggi dan antrian yang cukup panjang dapat mengganggu lalu lintas pada
ruas jalan di sekitarnya sehingga menimbulkan kemacetan. Letak simpang
lengan yang berada sangat dekat dengan perlintasan kereta api juga
menimbulkan semakin besarnya tundaan dan panjang antrian kendaraan. Hal
ini disebabkan antrian kendaraan yang belum sempat berkurang langsung
ditambah akibat pembukaan arus lalu lintas dari salah satu lengan pada
simpang tersebut secara begantian. Kondisi tersebut menyebabkan semakin
banyaknya panjang antrian yang terjadi dan semakin besar pula tundaan
yang dialami pengguna kendaraan tersebut. Seperti pada perlintasan di Jl.
Kapten Muslim Kota Medan ini merupakan jalan 4 lajur 2 arah dengan
volume lalu lintas cukup tinggi dan bervariasi yang berpotongan dengan rel
kereta api. Permasalahan yang timbul apabila perlintasan ditutup saat kereta
api melintas adalah terjadinya panjang antrian dan waktu kecepatan
kendaraan yang mengakibatkan kemacetan.

Dalam pengoperasian jalanpun, seperti kecepatan kendaraan,


jumlah kendaraan dan bentuk permukaan persilangan di jalan raya juga
sangat berperan penting terhadap terjadinya antrian kendaraan. Bahkan
kondisi jalan, seperti lebar jalan, jumlah jalur dan jenis perkerasan juga ikut
berperan penting dalam terjadinya penumpukan kendaraan yang
mengakibatkan terjadinya antrian kendaraan

Perilaku tidak disiplin masyarakat dalam berlalu-lintas seperti


mengendarai kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan,
menerobos lampu lalu lintas, melewati marka pembatas jalan, tidak
melengkapi alat keselamatan seperti halnya tidak menggunakan helm.
Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi juga melibatkan cara pengendara
yang “menerabas antrian kendaraan, berkendara zigzag dengan kecepatan
tinggi, beberapa kali pernah menerabas lampu lalu lintas, dan melanggar
rambu yang dilarang menikung” (Hendratno, 2009: 499).
Kondisi lain digambarkan Emile Durkheim (dalam Hendratno,
2009), perilaku pengendara seperti di atas, diistilahkan sebagai anomie,
berpudarnya pegangan pada kaidah-kaidah yang ada menimbulkan
keadaan yang tidak stabil, dan keadaan tanpa kaidah. Perilaku menyimpang
(deviant behavior) terjadi apabila manusia mempunyai kecenderungan
untuk lebih mementingkan suatu nilai sosial budaya, dari pada kaidah-
kaidah yang ada untuk mencapai cita-cita atau kepentingan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui seberapa
besar pengaruh penutupan pintu perlintasan kereta api terhadap tundaan,
dan panjang antrian kendaraan di perlintasan KA Lamongan.

1. 2 Identifikasi Masalah

Lama penutupan pintu perlintasan kereta api tergantung kepada


kecepatan kereta api atau jumlah gerbong kereta dan jadwal kereta api
lewat setiap hari. Sehingga lama penutupan pintu perlintasan kereta api
sangat bervariasi. Kondisi lalulintas Lamongan bisa dikatakan cukup padat
karena banyaknya kendaraan yang melintasi jalan tersebut karena
merupakan jalur antar kota. Ketika kereta lewat pada persilangan,
kendaraan harus berhenti karena pintu perlintasan di tutup, sehingga waktu
perjalanan meningkat lebih lama dibandingkan dengan kondisi normal
karena adanya tundaan dan antrian kendaraan.

Adapun identifikasi masalah dari latar belakang permasalahan diatas


ialah sebagai berikut:

1. Lama penutupan pintu perlintasan yang fluktuatif

2. Penutupan pintu perlintasan berdasarkan feeling dan kewaspadaan

3. Panjang kereta api atau jumlah gerbong kereta dan jadwal kereta api yang
lewat

4. Keluar masuk kendaraan di Rumah Sakit Lavalette


5. Adanya simpang tiga disamping rel dengan jarak 1 (satu) meter

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa besarnya tundaan yang terjadi karena penutupan pintu perlintasan


kereta api di Jalan Jaksa Agung Suprapto?

2. Berapa panjang antrian kendaraan akibat penutupan pintu perlintasan


kereta api di Jalan Jaksa Agung Suprapto?

3. Bagaimana model hubungan paling efektif antara lama penutupan pintu


perlintasan kereta api dengan tundaan dan panjang antrian kendaraan.

1.4 Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah agar tidak meluas,


maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu :

1. Penelitian dilakukan di perlintasan Jalan Jaksa Agung Suprapto.

2. Kondisi tundaan yang dianalisis hanya stopped delay, sebab kendaraan


yang akan melintas rel kereta api terhenti pada kondisi mesin hidup akibat
melintasnya kereta api.

3. Jenis kendaraan yang dianalisa light vehicle (kendaraan ringan) dan


heavy vehicle (kendaraan berat) termasuk sepeda motor, sedangkan
kendaraan tidak bermotor diabaikan.

4. Kendaraan yang memperhitungkan dalam stopped delay dan panjang


antrian hanya kendaraan pertama dan kendaraan paling akhir dalam
masing- masing lajur antrian.
5. Lama pengambilan data dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00
WIB selama 7 hari dengan interval sesuai dengan kedatangan kereta yang
melintasi Jalan Panglima Sudirman.

6. Pengaruh dari geometric jalan, jenis dan kekasaran permukaan jalan,


lingkungan seperti kondisi jalan, cuaca, ketinggian tempat, lebar jalan dan
sebagainya tidak diperhitungkan.

7. Perhitungan konsumsi Bahan Bakar Minyak, ditinjau dari kendaraan yang


paling dominan dalam antrian

1.5 Tujuan Studi

1. Mengetahui besarnya tundaan yang terjadi akibat penutupan pintu kereta


api di Jalan Jaksa Agung Suprapto.

2. Mengetahui panjang antrian yang terjadi akibat penutupan pintu kereta api
di Jalan Jaksa Agung Suprapto.

3. Mengetahui model hubungan paling efektif antara lama penutupan pintu


perlintasan kereta api dengan tundaan dan panjang antrian kendaraan.

1.6 Manfaat Studi

1. Memberikan masukan yang membangun kepada pihak yang


berkepentingan dalam menentukan keputusan di bidang manajemen lalu
lintas khususnya di daerah perlintasan kereta api.

2. Memberikan rangsangan kepada para peneliti lainnya di bidang ilmu


pengetahuan khususnya sistem dan teknik transportasi dan melengkapi
penelitian sebelumnya yang berkaitan

3. Manfaat pengetahuan dan wawasan tentang cara menghitung tundaan dan


panjang antrian dan konsumsi bahan bakar berdasarkan data – data yang
diperoleh dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai