KEBISINGAN
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Jenderal Soedirman
ANGGOTA KELOMPOK
1. FIAN ARIF AMRULLOH
2. DHEMAR PRINANDA
3. IKA WULAN P.
4. KHARIS KASTROGAN
5. MUNIF IRSYADI
6. ADITYA KURNIAWAN
7. ANDYAN LARASATI
KEBISINGAN
Definisi Kebisingan
Menghitung Tingkat Kebisingan
Studi Kasus Jurnal
Kesimpulan
DEFINISI
KEBISINGAN
DEFINISI
Intensitas suara di suatu titik pada suatu gelombang Click icon to add picture
suara diukur dari tekanannya dalam decibel (dB).
Tingkat gangguannya terhadap manusia ditentukan
juga oleh frekuensinya (amplitudo). Ukurannya adalah
dalam dB(A).
Tingkat kebisingan masing-masing kendaraan diukur
dalam dB(A).
Parameter yang paling banyak digunakan adalah L,
yakni tingkat kebisingan lebih tinggi dari tingkat
kebisingan yang diukur dalam interval waktu yang telah
ditetapkan.
FAKTOR-FAKTOR
Tujuan dari proses prediksi kebisingan adalah untuk menghitung tingkat kebisingan
lalu lintas pada bagian muka suatu bangunan (sampai maksimum 200 m dari suatu
jalan).Faktor yang diperhitungkan adalah:
• Nilai parameter lalu lintas di jalan (yakni proporsi aliran kendaraan berat),
• Profil jalan (at grade, elevated, cut dsb),
• Topografi lokal,
• Bangunan sekitarnya, dan
• Sudut datang dari masing-masing sumber kebisingan
PERSAMAAN EMPIRIS
dengan :
B. Faktor Koreksi
dinyatakan dengan:
3. Koreksi terhadap kondisi antara sumber bunyi dan penerima dinyatakan dengan:
Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui arus lalu lintas tertinggi di sekitar SDN II Kleco
sebesar 4175 kend/jam terjadi pukul 07.00-08.00. Komposisi kendaraan terbesar yang ada di
lokasi tersebut adalah sepeda motor (MC), dengan prosentase kendaraan beratnya relatif
rendah, yaitu 0% - 4%.
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)
3. Tingkat Kebisingan
Menggunakan Alat
Tingkat kebisingan hasil
pengukuran dengan Sound Level
Meter (SLM) dapat dilihat pada
Grafik disamping. Berdasarkan
Grafik dapat diketahui bahwa
untuk seluruh lokasi nilai
intensitas kebisingan yang
diperoleh sudah melewati
ambang batas/baku mutu,
sehingga perlu penanganan
untuk menguranginya.
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)
4. Penanganan Kebisingan
Bentuk pengurangan kebisingan di atas antara lain:
a. merubah profil jalan (natural cut dan retained cut)
b. membuat barrier dalam bentuk gundukan tanah/pagar/dinding
c. menyediakan daerah perlemahan jalan
d. mengendalikan pusat kebisingan
e. menggunakan jalur hijau pelindung dan pertamanan.
B. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas
Pada Lingkungan Kampus STIKES Insan Unggul Surabaya
Dari data, dapat diukur tingkat kebisingan siang (Ls), malam (Lm)
dan siang-malam (Lsm). Dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Ls = 10 log 1/16 (T1.100.1L1+....+ T4.100.1L4) dB(A)
Data hasil survey diolah sehingga didapatkan bahwa data yang memenuhi syarat data
yang baik yaitu dilihat dari grafik dan koefisien korelasi pada persamaan regresinya
tidak terdapat anomali atau penyimpangan terhadap gejala fisis kebisingan, serta nilai
korelasinya kuat maka diperoleh :
Data yang akan digunakan dalam menentukan model matematis adalah data yang
berkorelasi baik yaitu secara hitungan nilai korelasinya lebih besar 0,800
Data yang memenuhi syarat tersebut untuk kemudian digunakan untuk mendapatkan
model matematis hubungan volume dan kecepatan kendaraan terhadap kebisingan,
Yaitu data lokasi km 3+600 hari kamis dan jumat serta lokasi 9+000 hari senin dan
kamis.
C. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat
Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar
dimana,
L = kebisingan
VolLV = volume kendaraan ringan
VolHV = volume kendaraan berat
VolMC = volume kendaraan roda 2
V = kecepatan kendaraan
D. Hubungan Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Dengan Tingkat Kenyamanan
Pada Masyarakat Pemukiman Di Kelurahan Titiwungen Selatan Kota Manado
Pengukuran di titik 1 dilakukan pada jarak yang terdekat dengan jalan raya,
Sedangkan pada titik 8 yang diambil pada jarak terjauh dari jalan raya yaitu 15 m memiliki Leq sebesar 65.4
dBA.
Pengukuran tingkat kebisingan existing di lapangan menunjukkan bahwa kebisingan lebih tinggi di daerah
yang lebih dekat dengan dengan jalan raya dibandingkan dengan daerah yang lebih jauh dengan jalan raya.
E. Kebisingan Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan Masyarakat
(Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)
Untuk memprediksi kebisingan berdasarkan kendaraan yang lewat pada umumnya bergantung
dari beberapa variabel, antara lain jumlah kendaraan yang melintas per jam (Q), persen
kendaraan berat (p), kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas perjam (v) jenis permukaan
jalan (d). Keempat variabel tersebut merupakan parameter langsung yang berhubungan
langsung dengan kendaraan. Pengaruh lain bisa juga berasal dari kecepatan angin, temperatur,
kelembaban, tetapi karena kecil pengaruhnya sehingga dapat diabaikan
Diperlukan suatu model empiris untuk menggambarkan kebisingan lalu lintas. Berbagai model empiris yang
dikenal adalah
Dari ketiga model ini nantinya akan dipilih satu model yang dianggap paling mendekati kondisi jalan raya di
Bojongsoang atau Leq real.
Dari Gambar 19 terlihat bahwa model yang mempunyai Leq paling mendekati kondisi sebenarnya adalah model
Burgess.
KESIMPULAN
Untuk beberapa Jurnal yang ditinjau
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)
Lokasi SMK Negeri 6 dan SLTP Negeri 12 Surakarta, diberikan perlindungan vegetasi
pada tahap awal dan merencanakan dinding pada kedua bangunan menggunakan
material 100% kaca untuk mereduksi kebisingan sebesar 20 dB.
Lokasi SD Negeri Kleco II, yaitu dengan diberikan vegetasi yang dominan, dan di
SMP Muh 5 Surakarta, yaitu diberikan barrier vegetasi dan perencanaan dinding bisa
dengan pemilihan material kaca atau batu bata, atau kombinasi dari keduanya.
Oleh karena itu disarankan agar dalam pengukuran kebisingan menggunakan alat
B. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas
Pada Lingkungan Kampus STIKES Insan Unggul Surabaya
Sesuai standart Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996
lingkungan kampus tersebut tidak layak dipergunakan untuk lingkungan sekolah
atau kampus dikarenakan memiliki background noise 70 dB(A).
Desain ruang kelas masih ada tingkat kebisingan tinggi yaitu 55 dB(A) tidak sesuai
dengan ketentuan yaitu 40-45 dB(A).
Dengan desain dan penentuan tata letak kelas yang tepat yaitu untuk ruangan kelas
pada lantai atas dan bawah diletakkan pada sisi belakang, sedangkan untuk kelas
dilantai 2 diletakkan pada posisi tengah. Hal ini adalah salah satu cara mengurangi
tingkat kebisingan pada area tersebut.
C. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat
Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar
Tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi di ruas Jalan tol Ir.Sutami yang diperoleh
yaitu berkisar antara 65,3 db(A) – 70,1 dB(A). Dengan nilai kebisingan tersebut
maka termasuk ke dalam zona D yaitu zona yang diperuntukan untuk industri,
pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.
Terdapat hubungan yang tingkat kebisingan di jalan raya dengan tingkat kenyaman
masyarakat pemukiman di Keluraha Titiwungen Selatan.
Intensitas kebisingan di Kelurahan Titiwungen Selatan diukur pada 3 titik, pada titik
pertama yaitu lorong Maesa intensitas kebisingan 60,5 dB, pada titik kedua yaitu
dikawasan tempa perdagangan intensitas kebisingan 77,8 dB, dan pada titik ke tiga
yaitu lorong penca intensitas kebisigannya 74,4 dB
E. Kebisingan Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan Masyarakat
(Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)
Tingkat bising di Jalan Bojongsoang telah melewati baku mutu yang ditetapkan oleh
KepMenLH No. 48 tahun 1996. Dari hasil pengukuran diketahui rata-rata Leq di
Jalan Bojongsoang pada jarak 5 m dari jalan raya adalah 76.3 dBA.
KESIMPULAN AKHIR