Anda di halaman 1dari 40

TINGKAT

KEBISINGAN
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Jenderal Soedirman
ANGGOTA KELOMPOK
1. FIAN ARIF AMRULLOH
2. DHEMAR PRINANDA
3. IKA WULAN P.
4. KHARIS KASTROGAN
5. MUNIF IRSYADI
6. ADITYA KURNIAWAN
7. ANDYAN LARASATI
KEBISINGAN

 Definisi Kebisingan
 Menghitung Tingkat Kebisingan
 Studi Kasus Jurnal
 Kesimpulan
DEFINISI
KEBISINGAN
DEFINISI

Bising adalah suara yang


tidak diinginkan.
Pada umumnya kebisingan
sangat berkaitan dengan
ketergangguan (annoyance).
Kebisingan ada dimana-mana
dan ketergangguan adalah
salah satu reaksi yang
paling umum terhadap bising
(Michaud dkk, 2005).
SUMBER KEBISINGAN

Lalulintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu sebagian


besar masyarakat perkotaan.
SUMBER KEBISINGAN

Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan


fisiologi suatu organisme yang mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional untuk
mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisma
terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang
bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap suatu organ atau
seseorang secara fisik, psikologis atau sosial.
INTENSITAS KEBISINGAN

Intensitas suara di suatu titik pada suatu gelombang Click icon to add picture
suara diukur dari tekanannya dalam decibel (dB).
Tingkat gangguannya terhadap manusia ditentukan
juga oleh frekuensinya (amplitudo). Ukurannya adalah
dalam dB(A).
Tingkat kebisingan masing-masing kendaraan diukur
dalam dB(A).
Parameter yang paling banyak digunakan adalah L,
yakni tingkat kebisingan lebih tinggi dari tingkat
kebisingan yang diukur dalam interval waktu yang telah
ditetapkan.
FAKTOR-FAKTOR

Parameter yang memengaruhi :


 Jenis Kendaraan
 Volume Lalu Lintas
 Komposisi Lalu Lintas
 Kecepatan Lalu Lintas
 Gradien
 Jenis Perkerasan
PREDIKSI KEBISINGAN

Tujuan dari proses prediksi kebisingan adalah untuk menghitung tingkat kebisingan
lalu lintas pada bagian muka suatu bangunan (sampai maksimum 200 m dari suatu
jalan).Faktor yang diperhitungkan adalah:
• Nilai parameter lalu lintas di jalan (yakni proporsi aliran kendaraan berat),
• Profil jalan (at grade, elevated, cut dsb),
• Topografi lokal,
• Bangunan sekitarnya, dan
• Sudut datang dari masing-masing sumber kebisingan
PERSAMAAN EMPIRIS

A. Basic Noise Level (BNL)

L10 = 42,2 + 10 log Q dB(A)

dengan :

 L10 = tingkat kebisingan dasar untuk tiap 1 jam (dB A)

 Q = arus lalu lintas (kend/jam)

B. Faktor Koreksi

1. Faktor Koreksi BNL

2. Faktor Koreksi terhadap Gradien Jalan

3. Faktor Koreksi antara Sumber Bunyi dan Penerima


FAKTOR KOREKSI

1. Faktor Koreksi BNL

Koreksi kecepatan rata-rata (V) dan prosentase kendaraan berat (P)

dinyatakan dengan:
 

2. Faktor Koreksi Gradien


  0.3x(G)
FAKTOR KOREKSI

3. Koreksi terhadap kondisi antara sumber bunyi dan penerima dinyatakan dengan:

 Kondisi lebih dari 50% diperkeras atau tidak menyerap bunyi


 

 Kondisi lebih dari 50% penyerap bunyi alami (rerumputan)


   

   

 h = ketinggian titik penerima dari sumber bunyi (m)

 d’ = panjang garis pandangan dari sumber bunyi ke penerima (m)

 d = jarak sumber bunyi dengan penerima (m)


STUDI KASUS
Untuk beberapa Jurnal yang ditinjau
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)

1. Kondisi jalan dan lingkungan


Kondisi jalan dan lingkungan di lokasi survai, secara umum hampir
sama, ketiga kawasan berapa di sekitar jalan utama yang arus lalu
lintasnya tercampur. Gradien memanjang ruas jalan sebesar 0 %
diperoleh dari data sekunder.
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)
2. Arus Lalu Lintas

Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui arus lalu lintas tertinggi di sekitar SDN II Kleco
sebesar 4175 kend/jam terjadi pukul 07.00-08.00. Komposisi kendaraan terbesar yang ada di
lokasi tersebut adalah sepeda motor (MC), dengan prosentase kendaraan beratnya relatif
rendah, yaitu 0% - 4%.
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)
3. Tingkat Kebisingan
Menggunakan Alat
Tingkat kebisingan hasil
pengukuran dengan Sound Level
Meter (SLM) dapat dilihat pada
Grafik disamping. Berdasarkan
Grafik dapat diketahui bahwa
untuk seluruh lokasi nilai
intensitas kebisingan yang
diperoleh sudah melewati
ambang batas/baku mutu,
sehingga perlu penanganan
untuk menguranginya.
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)

4. Perhitungan Tingkat Kebisingan Secara Empirik


Perhitungan kebisingan dapat dilakukan secara empirik menggunakan
data arus lalu lintas, kondisi lingkungan serta kecepatan kendaraan.
Seperti halnya dengan nilai kebisingan menggunakan alat, semua nilai
tingkat kebisingan yang didapat di atas 55 dB (A) sehingga perlu
penanganan.
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)

4. Penanganan Kebisingan
Bentuk pengurangan kebisingan di atas antara lain:
a. merubah profil jalan (natural cut dan retained cut)
b. membuat barrier dalam bentuk gundukan tanah/pagar/dinding
c. menyediakan daerah perlemahan jalan
d. mengendalikan pusat kebisingan
e. menggunakan jalur hijau pelindung dan pertamanan.
B. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas
Pada Lingkungan Kampus STIKES Insan Unggul Surabaya

Dari data pengukuran dapat dihitung tingkat tekanan bunyi adalah


tingkat tekanan bunyi ekuivalen dimana nilai tertentu bunyi yang steady
state pada selang waktu yang sama. Tingkat tekanan bunyi rata-rata
terhadap waktu (Leq) dapat dihitung :
Leq = 10 log 1/T (Σ ti.10 Li/10
) dB (A)
B. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas
Pada Lingkungan Kampus STIKES Insan Unggul Surabaya

Dari data, dapat diukur tingkat kebisingan siang (Ls), malam (Lm)
dan siang-malam (Lsm). Dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Ls = 10 log 1/16 (T1.100.1L1+....+ T4.100.1L4) dB(A)

Sedangkan tingkat kebisingan malam hari dihitung dengan rumus :


LM = 10 log 1/8 (T5.100.1L5+....+T7.100.1L7) dB(A)

Dan tingkat kebisingan siang dan malam dihitung dengan rumus :


LSM = 10 log 1/24(16.100.1Ls + 8.100.1(Lm+5)) dB (A)
B. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas
Pada Lingkungan Kampus STIKES Insan Unggul Surabaya

Dari data disamping dapat dilihat nilai Leq tertinggi pada


hari Senin sebesar 74 dB(A) dan terendah 67 dB (A) pada
hari Minggu.

Pada hari Senin volume kendaraan bermotor memuncak


dikarenakan aktifitas kerja dimulai.

Pada hari Senin, kendaraan sepeda motor, bus, angkutan


dan truk memadati jalan yang merupakan jalan utama
tujuan Surabaya.

Selain itu aktifitas di kampus sendiri pada hari Senin sangat


padat karena hampir semua mahasiswa kuliah di hari itu.
Sehingga kebisingan tidak hanya disebabkan lalu lintas jalan
raya tapi juga kendaraan bermotor yang masuk ke area
kampus.
B. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas
Pada Lingkungan Kampus STIKES Insan Unggul Surabaya

Data kebisingan tiap ruangan

Dari tabel diatas, didapatkan bahwa nilai Leq dimasing-masing ruang


kelas hampir sudah mendekati batas ketentuan yang yaitu 40-45 dB
(A).
C. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat
Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar
C. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat
Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar

Data hasil survey diolah sehingga didapatkan bahwa data yang memenuhi syarat data
yang baik yaitu dilihat dari grafik dan koefisien korelasi pada persamaan regresinya
tidak terdapat anomali atau penyimpangan terhadap gejala fisis kebisingan, serta nilai
korelasinya kuat maka diperoleh :

 Data yang akan digunakan dalam menentukan model matematis adalah data yang
berkorelasi baik yaitu secara hitungan nilai korelasinya lebih besar 0,800

 Data yang memenuhi syarat tersebut untuk kemudian digunakan untuk mendapatkan
model matematis hubungan volume dan kecepatan kendaraan terhadap kebisingan,
Yaitu data lokasi km 3+600 hari kamis dan jumat serta lokasi 9+000 hari senin dan
kamis.
C. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat
Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar

Kemudian data tersebut di analisis dengan program SPSS untuk mendapatkan


hubungan dalam model matematis. Dari hasil analisis regresi diperoleh persamaan
regresi
L = 64,875 + 0,001VolLV + 0,026VolHV + 0,0003VolMC + 0,006V

dimana,
 L = kebisingan
 VolLV = volume kendaraan ringan
 VolHV = volume kendaraan berat
 VolMC = volume kendaraan roda 2
 V = kecepatan kendaraan
D. Hubungan Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Dengan Tingkat Kenyamanan
Pada Masyarakat Pemukiman Di Kelurahan Titiwungen Selatan Kota Manado

 Karakteristik Responden Umur


 Jenis Kelamin
 Tingkat Pendidikan
 Analisis Hubungan Antara Kebisingan Dengan Tingkat Kenyamanan

 Hubungan Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya dengan Ketidaknyamanan


Masyarakat Permukiman Di Kelurahan Titiwungen Selatan
E. Kebisingan Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan Masyarakat
(Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)

 Data aktivitas lalu lintas selama


studi tercermin khas pola lalu lintas
perkotaan. Peningkatan jumlah
kendaraan terjadi pada pagi hari
dan sore hari ketika jam masuk
dan keluar kantor atau sekolah.
 Jumlah kendaraan tertinggi
terdapat pada pukul 16.00-17.00
yang mencapai 4136 kendaraan
per jam. Pada pagi hari jam puncak
terjadi pukul 08.00-10.00, jam
puncak di siang hari pukul 11.00-
13.00 dan di sore hari jam puncak
ada pada pukul 15.00-17.00
E. Kebisingan Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan Masyarakat
(Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)
Pengaruh kebisingan pada hari kerja

Pengukuran di titik 1 dilakukan pada jarak yang terdekat dengan jalan raya,

yaitu 1 meter dan memiliki Leq sebesar 78.6 dBA.

Sedangkan pada titik 8 yang diambil pada jarak terjauh dari jalan raya yaitu 15 m memiliki Leq sebesar 65.4
dBA.

Pengukuran tingkat kebisingan existing di lapangan menunjukkan bahwa kebisingan lebih tinggi di daerah
yang lebih dekat dengan dengan jalan raya dibandingkan dengan daerah yang lebih jauh dengan jalan raya.
E. Kebisingan Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan Masyarakat
(Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)

Prediksi tingkat Kebisingan

Untuk memprediksi kebisingan berdasarkan kendaraan yang lewat pada umumnya bergantung
dari beberapa variabel, antara lain jumlah kendaraan yang melintas per jam (Q), persen
kendaraan berat (p), kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas perjam (v) jenis permukaan
jalan (d). Keempat variabel tersebut merupakan parameter langsung yang berhubungan
langsung dengan kendaraan. Pengaruh lain bisa juga berasal dari kecepatan angin, temperatur,
kelembaban, tetapi karena kecil pengaruhnya sehingga dapat diabaikan

Kepadatan lalu lintas eksisting


E. Kebisingan Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan Masyarakat
(Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)

Diperlukan suatu model empiris untuk menggambarkan kebisingan lalu lintas. Berbagai model empiris yang
dikenal adalah

model Johnson and Saunders, Nelson, Burgess, dan Andi.

Dari ketiga model ini nantinya akan dipilih satu model yang dianggap paling mendekati kondisi jalan raya di
Bojongsoang atau Leq real.

Dari Gambar 19 terlihat bahwa model yang mempunyai Leq paling mendekati kondisi sebenarnya adalah model
Burgess.
KESIMPULAN
Untuk beberapa Jurnal yang ditinjau
A. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
(Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan Di Surakarta)

Beberapa usaha penanganan yang dapat dilakukan antara lain adalah:

 Lokasi SD dan MA Al-Islam Jamsaren Surakarta, yaitu dengan diberikan barrier


vegetasi dan merencanakan dinding dengan kombinasi material antara 1/8 sampai
dengan 1/4 kaca dan sisanya dengan bahan yang masif untuk mereduksi
kebisingan dari luar bangunan sebesar 26-29 dB.

 Lokasi SMK Negeri 6 dan SLTP Negeri 12 Surakarta, diberikan perlindungan vegetasi
pada tahap awal dan merencanakan dinding pada kedua bangunan menggunakan
material 100% kaca untuk mereduksi kebisingan sebesar 20 dB.

 Lokasi SD Negeri Kleco II, yaitu dengan diberikan vegetasi yang dominan, dan di
SMP Muh 5 Surakarta, yaitu diberikan barrier vegetasi dan perencanaan dinding bisa
dengan pemilihan material kaca atau batu bata, atau kombinasi dari keduanya.
 Oleh karena itu disarankan agar dalam pengukuran kebisingan menggunakan alat
B. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas
Pada Lingkungan Kampus STIKES Insan Unggul Surabaya

 Sesuai standart Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996
lingkungan kampus tersebut tidak layak dipergunakan untuk lingkungan sekolah
atau kampus dikarenakan memiliki background noise 70 dB(A).

 Desain ruang kelas masih ada tingkat kebisingan tinggi yaitu 55 dB(A) tidak sesuai
dengan ketentuan yaitu 40-45 dB(A).
 Dengan desain dan penentuan tata letak kelas yang tepat yaitu untuk ruangan kelas
pada lantai atas dan bawah diletakkan pada sisi belakang, sedangkan untuk kelas
dilantai 2 diletakkan pada posisi tengah. Hal ini adalah salah satu cara mengurangi
tingkat kebisingan pada area tersebut.
C. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat
Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar

 Tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi di ruas Jalan tol Ir.Sutami yang diperoleh
yaitu berkisar antara 65,3 db(A) – 70,1 dB(A). Dengan nilai kebisingan tersebut
maka termasuk ke dalam zona D yaitu zona yang diperuntukan untuk industri,
pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.

 Hubungan antara volume dan kecepatan kendaraan dengan tingkat kebisingan


dalam model matematis ditunjukkan dalam persamaan L = 64,875 + 0,001VolLV +
0,026VolHV + 0,0003VolMC + 0,006V dengan nilai R=0,942 dan R2=0,887
D. Hubungan Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Dengan Tingkat Kenyamanan
Pada Masyarakat Pemukiman Di Kelurahan Titiwungen Selatan Kota Manado

 Terdapat hubungan yang tingkat kebisingan di jalan raya dengan tingkat kenyaman
masyarakat pemukiman di Keluraha Titiwungen Selatan.
 Intensitas kebisingan di Kelurahan Titiwungen Selatan diukur pada 3 titik, pada titik
pertama yaitu lorong Maesa intensitas kebisingan 60,5 dB, pada titik kedua yaitu
dikawasan tempa perdagangan intensitas kebisingan 77,8 dB, dan pada titik ke tiga
yaitu lorong penca intensitas kebisigannya 74,4 dB
E. Kebisingan Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan Masyarakat
(Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)

 Tingkat bising di Jalan Bojongsoang telah melewati baku mutu yang ditetapkan oleh
KepMenLH No. 48 tahun 1996. Dari hasil pengukuran diketahui rata-rata Leq di
Jalan Bojongsoang pada jarak 5 m dari jalan raya adalah 76.3 dBA.
KESIMPULAN AKHIR

 Dari semua jurnal sesuai dengan apa


yang kami dipelajari.
PERTANYAAN?
TERIMAKASIH
ATAS PERHATIAN SERTA PERTANYAAN NYA

Anda mungkin juga menyukai