Anda di halaman 1dari 4

B.

Pembahasan
Praktikum dilakukan di Jl. Mistar Cokrokusumo dengan titik
koordinat S = 03°26'384" , E = 114°50'50,9". Hasil data yang diperoleh pada
saat praktikum pengukuran kebisingan :
1. Tingkat Kebisingan Sesaat
Dari hasil praktikum pengukuran kebisingan yang dilakukan
diperoleh hasil nilai bising tertinggi yaitu 70,3 dBA pada jam 14.30-14.55
WITA dan jam 16.45-16.55 WITA. Hal ini dapat disebabkan karena pada
jam tersebut merupakan jam padatnya arus lalu lintas di Jl.Mistar
Cokrokusumo dan pada saat jam tersebut banyak siswa pulang sekolah
serta merupakan jam pulang kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 hasil
pengukuran tersebut melampaui standar baku mutu maksimal nilai
kebisingan yang ditetapkan yaitu untuk Pemerintahan dan Fasilitas Umum
sebesar 60 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi tersebut
dikategorikan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dan
kenyamanan lingkungan karena nilai kebisingannya melebihi ambang
batas.
2. Jumlah Kendaraan
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran kebisingan jumlah
kendaraan roda dua terbanyak 600 buah pada pukul 16.30-16.40 wita dan
terendah 411 buah pada pukul 15.45-15.55 wita, jumlah kendaraan roda
empat terbanyak 172 buah pada pukul 14.30-14.40 wita dan terendah 137
pada pukul 15.30-15.40, dan jumlah kendaraan lebih dari roda empat
terbanyak 68 buah pada pukul 15.00-15.15 wita dan terendah 42 buah
pada pukul 15.30-15.40 wita. Jumlah kendaraan yang paling mendominasi
pada praktikum pengukuran tinggak kebisingan adalah roda dua.
3. Faktor meteorologi setempat
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data bahwa tekanan
udara tertinggi adalah 755,8 mmHg dan tekanan udara terendah adalah
755,3 mmHg, suhu terendah adalah 32,8 ᵒC dan suhu tertinggi adalah 34,9
ᵒC. Suhu rata-rata adalah 34,0 ᵒC. Sedangkan kelembaban tertinggi 54%
dan kelembaban terendah adalah 51%. Jika temperatur udara semakin
panas dibanding temperatur tubuh maka menyebabkan timbulnya
kelelahan tubuh sehingga membuat pengendara ingin cepat-cepat sampai
ke tujuan. Oleh sebab itu pengendara, meninggikan kecepatan
kendaraannya dimana dapat berpengaruh pada tingginya tingkat
kebisingan.

4. Hubungan Jumlah kendaraan dengan Kebisingan


Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil grafik
Hubungan arus kendaraan dengan Tingkat Kebisingan hasilnya tidak
linear. Begitu pula dengan grafik Hubungan Tingkat Kebisingan dan Jenis
Kendaraan.
Berdasarkan teori, selalu ada kecendrungan antara jumlah
kendaraan dengan tingkat kebisingan. Semakin banyak jumlah kendaraan
semakin tinggi tingkat kebisingannya. Begitu pula sebaliknya, semakin
sedikit jumlah kendaraan semakin rendah tingkat kebisingannya. Namun
data yang didapatkan berdasarkan praktik di lapangan tidak signifikan
antara jumlah kendaraan dengan tingkat kebisingan, karena jumlah
kendaraan tidak selalu menimbulkan tingkat kebisingan yang tinggi,
begitu pula sebaliknya. Hal ini membuktikan bahwa jumlah kendaraan
tidak selalu menjadi faktor utama yang mempengaruhi tingkat kebisingan.
Tidak sinkronnya data dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Jarak Kendaraan dengan Alat Sound Level Meter
Semakin dekat jarak kendaraan yang melintas dengan alat
Sound Level Meter maka semakin tinggi pula tingkat kebisingannya.
Dalam kasus praktikum kami, yang kami hitung jumlah kendaraannya
tidak hanya kendaraan yang melintas dekat Sound Level Meter, tetapi
juga kendaraan yang melintas dari arus berlawanan yang jaraknya
jauh dari Sound Level Meter sehingga berpengaruh dalam hasil grafik
yang tidak linear.
b. Jenis Kenalpot Kendaraan
Modifikasi kendaraan terutama pada kenalpot kendaraan
berpengaruh terhadap nilai kebisingan yang didapat.
c. Suara Klakson
Beberapa mobil mengklapson saat melintasi jalan raya saat
pengukuran.
d. Kecepatan Kendaraan yang Lewat
Semakin cepat kendaraan yang lewat maka semakin cepat pula
mesin kendaraan bekerja sehingga suara yang ditimbulkan semakin
keras.
e. Kondisi Mesin Kendaraan
Kondisi mesin kendaraan terutama kondisi oli yang tidak
diganti membuat suara mesin menjadi semakin berat dan
meningkatkan intensitas kebisingan.
f. Kapasitas Penumpang Kendaraan
Kapasitas penumpang yang lebih dari satu, terkadang mereka
akan sambil berbicara. Ketika mereka melintas di depan Sound Level
Meter maka akan membuat tingkat kebisingan meningkat.

C. Upaya pengendalian
Secara garis besar, pengendalian yang dapat diterapkan untuk
mengurangi tingkat kebisingan jalan raya agar tidak melebihi batas
maksimum dari standar baku mutu yang ditetapkan dapat dibagi menjadi 3
pengendalian yaitu:
1. Pengendalian terhadap sumber bunyi
Dapat dilakukan dengan membatasi modifikasi kendaraan bermotor
yang dapat berpotensi menimbulkan kebisingan dan membatasi
kecepatan pengendara dengan memasang rambu lalu lintas terkait
kecepatan maksimum kendaraan bermotor yang melintas pada jalan
raya, sehingga para pengendara yang membaca rambu-rambu tersebut
dapat mengurangi kecepatan berkendara.
2. Pengendalian terhadapat jalur bising
Dapat dilakukan dengan pemblokiran jalur bising bisa dilakukan
dengan penambahan tembok penghalang dan pepohonan. Pohon-
pohon yang ditanam di pinggir jalan raya sehingga dapat meredam
kebisingan, pohon yang dapat di tanam diantaranya bamboo, pohon
jati dan tanaman merambat. Teduhan dari pohon- pohon tersebut dapat
membuat kelembaban udara di sekitarnya menjadi lebih tinggi
sehingga kebisingan akan berkurang
3. Pengendalian terhadap penerima bising.
Penggunaan alat pelindung diri seperti ear plug

Anda mungkin juga menyukai